147 USU Law Journal, Vol.7. No.3, Juni 2019, 147-155 Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Analisis Yuridis Atas Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Besih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan Tahun 2000
Indra Kurniawan Nasution k.indra73@yahoo.co.id
Tan Kamello,Suhaidi, Jelly Leviza
Abstract.This research uses normative research type with the consideration that the starting point of the research is the analy sis of the law of agreem ent, the nature of research in use is analytical descriptive that is by collecting data through docum ent studies by using qualitative data analysis with emphasis on the form and obstacles of agreem ent and dispute settlem ent agreement.Based on the results of the research is known that basically Agreement of Cooperation of Water Supply Besih in Medan City Between PDAM Tirtanadi With PT. TirtaLyonnaise Medan was born from the principle of freedom of contract already meet the provisions in Article 1320 Civil Code and Law No.25 of 2007 on investment, in im plem enting the cooperation agreement there are several obstacles that occur there are juridical such as taxation, labor, non juridical such as illegal levies, the manner of dispute resolution in this cooperation agreement is set out in article 18 with out court through arbitrators and experts
Keywords: cooperation agreement, water supply, dispute settlem en
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kemajuan ekonom i terutama dalam sektor perdagangan sangat mem pengaruhi kegiatan bisnis di dunia, tidak terkecuali Indonesia sebagai Negara yang ingin m encapai tujuannya yaitu mensejahterakan rakyatnya. Perkem bangan globalisasi telah banyak m empengaruhi kehidupan bangsa Indonesia terutama dibidang hukum dan ekonomi. Dengan perkembangan demikian, pengusaha - pengusaha tentu m emiliki cara tersendiri untuk m engembangkan bisnis yang dikelola dengan baik. Di Indonesia sendiri, dengan berkembangnya dunia bisnis berdam pak pula pada peningkatan ekonomi dan stabilitas negara sehingga kelak dapat m enciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan rakyat.1
Beberapa dasarwasa yang lalu sejak pem bangunan barencana dimulai di Indonesia telah terjadi peningkatan kegiatan transaksional, baik yang di lakukan antar para pihak di dalam negeri maupun antar para pihak di dalam negeri dengan para rekanan bisnis di luar negeri. Keluasan dan keragaman sektor pembangunan berencana m enjadi sebab munculnya perbagai macam kegiatan transaksi yang sebelumnya kurang atau tidak dikanal di Indonesia. Bersamaan dengan itu, akselerasi pem bangunan berencana tidak jarang m enyebabakan suatu kegiatan transaksi dilakukan dengan frenkuensi yang tinggi. Keseluruhan kondisi yang berkaitan transaksi pada umumnya dituangkan di dalam suatu perjanjian.
Seiring perkembangan zaman untuk m enciptakan kapasitas produksi air bersih, investor asing berminat berinvestasi (menanamkan m odalnya) dengan lokasi di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, yaitu Suez Environm ent Perancis (Grup Suez) yang mendirikan perusahaan Joint Venture dengan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, yang diberi nama PT. Tirta Lyonnaise Medan. Kom posisi kepemilikan saham, 85% Suez Environment dan 15% PDAM Tirtanadi dengan mendirikan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) dengan kapasitas produksi 500 liter/detik.
Pemilihan lokasi di Kabupeten Deli Ser dang adalah dekat dengan sumber air baku yaitu sun gai Belum ei di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Pada tanggal 18 Juli 2000, ditandatangani perjanjian kerjasama antara PT. Tirta Ly onnaise Medan dan PDAM Tirtanadi untuk kerjasama pengusahaan dan penyediaan air bersih di kota medan PT. Tirta Lyonnaise Medan perusahaan perseroan terbatas Indonesia yang sedang dalam proses pendirian, pada saat penandatanganan perjanjian yang berkantor di Uniplaza,East Tower lantai 4 Jl. Letjen MT haryono A -1 Medan didikan dibawah hukum Indonesia sehingga secara otomatis tunduk pada hukum Indonesia.
1Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 51
148 Melihat pentingnya kajian hukum berdasarkan uraian di atas maka akan m enarik untuk m enelaah lebih jauh khususnya mengenai perjanjian tersebut dengan cara mem bahas dan m enuangkannya dalam penulisan hukum yang berjudul ”Analisis Yuridis Atas Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Besih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan alasan -alasan tersebut di atas, maka penting untuk dit injau secara yuridis permasalahan yang ada yaitu:
1. Bagaimana bentuk Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Ly onnaise Medan ?
2. Bagaimana ham batan Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan ?
3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan ?
Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang dan rumusan permasalahan, maka dapatdikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk m engetahui dan menganalisis Perjanjian Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan
2. Untuk m engetahui hambatan perjanjian penyediaan air bersih di kota Medan Antara PDAM Tirtanadi dengan PT. Tirta Ly onnaise Medan
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan
KERANGKA TEORI
Penelitian hukum m ensyaratkan kerangka teori dan kerangka konsepsional sebagai suatu yang penting.
Karangka teoritis mengulaikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu sistim
“theori’ma” atau ajaran. Konseptual mengungkapkan beberapa konsep atau pengertian yang dipergunakan sebagai dasar penelitian.2
Dalam dunia ilmu, teori m enempati kedudukan yang penting sebagai sarana untuk m erangkum serta m emahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bias disatukan dan ditujukan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori mem beri penjelasan melalui cara mengorganisasi dan mensistematikan masalah yang dibicarakannya3
Agar dalam menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salah arah,sebelum diam bil rumusan landasan teori sebagimana dikemukakan M.Solly Lubis bahwa landasan teori adalah “suatu kerangka pemikiran atau butir -butir pendapat,teori,tesis mengenai Sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang dijadikan masukan dalam mem buat karangka berpikir dalam penulisan “4
Teori Kepastian Hukum
Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya tim bul keresahan. Tetapi terlalu m enitik beratkan pada kepastian hukum, terlalu ketat m entaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan m enim bulkan rasa tidak adil. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum. Tanpa a da kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus diperbuat, tidak m engetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang atau tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan m elalui penoramaan yang baik dan jelas dalam suatu undang -undang dan akan jelas pulah penerapanya5. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumannya.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Bentuk Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Besih Di Kota Medan Antara PDA M Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan
Perjanjian yang tidak diantur di dalam KUH Perdata, seperti leasing,beli sewa,kontrak rahim,franchise, dan lainnya. Perjanjian jenis ini disebut perjanjian innominaat,yaitu perjanjian yang tidak diantur di dalam KUH Perdata,tatapi dikenal di dalam praktik. Pasal-pasal dari hukum perjanjian
2 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif:Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada), 2010 hlm 15
3 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti. 2006), hlm 253
4 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,1994), hlm 80
5 Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 22
149 ini m erupakan hukum pelengkap, yaitu pasal-pasal itu dapat dikesampingkan apabila dikehendaki, oleh para pihak yang mem buat perjanjian, m ereka diperbolehkan m engatur sendiri sesuatu soal, namun tidak boleh melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. KUH Perdata, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1) yang mengatakan bahwa: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi m ereka yang m embuatnya”. Perjanjian kerjasama pengusaaan dan penyediaan air bersih di kota m edan antara perusahaan daearah air minum tirtanadi dengan PT. Tirta Lyyonnaise apabila dianalisis berdasarkan syarat sahnya kontrak adalah sebagai berikut:
1. Kesepakatan
Pada pada tanggal 18 Juli 2000 ditandatangani perjanjian kerjasama tersebut oleh Ir. Kumala Direktur Utama PDAM Tirtanadi, mewakili pem egang kuasa Suaz lyonnaise dex eaux Bernard lafrogne dan mewakili pemegang saham PT.tirta Lynnise Medan Ir, Kumala seregar. Dan mengetahui dan menyetujui Gebernur propinsi Sumatara Utara T.
2. Subjek Perjanjian
PDAM TIRTANADI,perusahaan pem erintahan daerah yang didirikan menurut peraturan daerah tingkat 1 Sumatara Utara nom or 25 tahun 1985 sebagimana diubah dengan paraturan daerah tingkat 1 Sumatera Utara
PT Tirta Lyonnise Medan,Perusahaan Perseroan terbatas Indonesia yang sedang dalam proses pendirian pada saat panandatanganan berkantor di Uniplaza,East tower, lantai 4 jln.letjen MT Hary ono A-1 Medan 20231, Sumatera Utara Indonesia (Perusahaan BKAM)
3. Objek Tertentu
a. Sistem produk,sistem produksi para pihak menyetujui bahwa sistem produksi dengan kapasitas nom inal 5000 liter /detik akan di bangun dalam tiga tahap:
1) Peket instalasi pengolahan air tahap pertama dengan kapasitas nom inal 200 liter/detik akan beroperasi dalam waktu delapa (8) bulan setelah tanggal efektif
2) Peket instalasi pengolahan air tahap kedua dengan kapasitas nom inal 200 liter/detik akan beroperasi dalam waktu dua puluh (20) bulan setalah tanggal efektif
Peket instalasi tahap ketiga dana akhir dengan kapasitas nominal 100 liter/detik akan beroperasi dalam waktu tiga puluh dua (32) bulan setelah tanggal effektif
4. Kausa yang halal
Dalam kerjasama ini tidak ada hal-hal yang dianggap m elanggar ketertiban umum ataupun kesusilaan.
Hak Dan Kewajiban Dalam Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap Perjanjian yang terdapat di PDAM Tirtanadi Dengan PT Titra Lyonnise Medan untuk m elihat hak dan kewajiban para pihak yang menyangkut keseim bangan kedudukan para pihak telah diterapkan. Dalam analisa ini dimulai dengan m elihat klausula -klausula yang m encerminkan adanya timbal balik antara hak dan kewajiban, prestasi dan kontraprestasi masing - masing pihak:
Klausula Yang Menyebutkan Kewajiban PT Titra Lyonnise Medan
1. Membantu PDAM untuk m erumuskan penyerahan hak dan HGB atas kawasan proy ek kepada Perusahaan BKAM
2. Memberikan rincian selengkapnya mungkin kepada PDAM m engenai hak lawatan tanah yang di dapat diminta untuk melaksanakan kewajiban perusahaan BKAM berdasarkan perperjanjian kerjasama ini,termasuk tidak terbatas sehubungan dengan koridor transmisi;dan
3. Mempersiapkan, negosiasi dan m embuat perjanjian proyek
4. Memperoleh pembiayaan untuk proy ek dengan syarat -syarat dan ketentuan- katentuan yang wajar dan m emenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian pem biayaan
5. Mempekerjakan kontraktor yang berpengalaman, melalui tender terbatas untuk mendapat harga yang paling m enguntungkan, dan bereputasi atas dasar efektifitas biaya untuk m erancang, m embangun, menguji dan memulai system produksi dan sy stem transmisi sesuai dengan uraian singkat rancangan dan ruang lingkup kerja 6. Menggunakan praktek secara bijaksana dan sehat lingkungan untuk melaksanakan
proyek dan
7. Menjamin bahwa semua bahan barang dan atau tenaga kerja yang digunakan pada konstruksi sy stem produksi dan system trasmisi dan pemasangan serta pem bangunannya sesuai dengan spesifikasi dan standar yang diwajibkan oleh uraian singkat rancangan dan ruang lingkup kerja.
Klausula Yang Yang Menyebutkan Kewajiban PDAM
Selama tahap prakontruksi PDAM wajib berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan dan mem berlakukan perubahan-perubahan pada sistem PDAM dan juga wajib
1. Memperolah untuk atau mengadakan untuk perusahaan BKAM selama waktu yang diperlukan, perjanjian dari orang yang m enghuni atau m emiliki hak milik lain atau menggunakan hak-hak atas atau sehubungan dengan kawasan proyek dan koridor trasmisi (atau kawasan di mana hak lawat tanah diberikan atau akan diberikan) untuk menyerahkan hunian atau hak lain dan
150 untuk m embebaskan kawasan proyek dan koridor transmisi (dan kawasan apapun dimana hak lewatan tanah diberikan atau akan diberikan) dari bangunan, orang atau benda lain, yang menurut pendapat perusahaan BKAM, dapat menghalangi Pelaksanaan proyak tepat pada waktunya atau secara lain harus di bebaskan atau dipindahkan
2. Memperoleh,menyerahkan atau mengadakan untuk perusahaan BKAM semua pembebasan dan hak lewat tanah yang diperlukan untuk pem bangunan pengoperasian dan pemeriharaan sy stem produksi dan sistem transm isi dan pelaksanaannya oleh perusahaannya oeleh perusahaan BKAM untuk kewajibannya berdasarkan perjanjian kerjasama ini,
3. Dalam hal ini diminta oleh perusahaan BKAM m embantu dalam negosiasi dan perolehan hak HGB atau hak-hak atas tanah lainnya yang dapat diterima oleh perusahaan BKAM atas bagian- bagian tanah sepanjang koridor transm isi dimana fasilitas akan dibangun oleh perusahaan BKAM
4. Memperoleh dan menyediakan akses jalan ke kawasan proyek dan koridor BKAM sebagaimana yang dan bila diperlukan untuk tujuan proyek
5. Memperoleh, menyerahkan atau mengadakan untuk perusahaan bkam hak-hak yang diperlukan untuk m engambil,m enampung dan m enyimpan air baku sebagimana dengan wajar dim inta oleh perusahaan BKAM
6. Bekerjasama dengan perusahaan BKAM selama negosiasi untuk perjanjian pembiayaan dan menanda-tangan pengakuan ijin dan kesepakatan yang wajar yang diwajibkan oleh pemberi pinjaman dan
7. Membantu dalam m enyediakan sumbangan semua lintasan ke kawasan proyek dan tem pat lain yang ditetapkan oleh perusahaan proyek(termasuk tidak terbatas pada koridor terasmisi) Dilihat dari hak kewajiban para pihak lebih dominan PT Titra Ly onnise Medan dibandingkan dengan PDAM Tirtanadi dalam m enentukan hak dan kewajiban Hal ini dinilai cukup beralasan karena PT Titra Ly onnise Medan mem punyai bagian saham yang lebih besar Tanggung Jawab Perusahaan BKAM Dan PDAM
1. Para pihak tidak m empunyai tanggung jawab apapun terhadap pihak lainnya atas kelalaian untuk m encapai tujuan-tujuan yang disebutkan dalam klausa 4.1(kewajiban BKAM ) dan 4.2 (kewajiban (kewajiban PDAM) kecuali sejauh pihak tersebut telah gagal barupaya sebaik mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan ini
2. Tidak ada klaim akan di buat terhadap salah satu pihak karena pelanggaran yang di nyatakan terhadap kewajibannya masing-masing untuk berupaya sesunggu mingkin berdasarkan klausa hak masing-masing pihak kecuali pemberitahuan mengenai pelanggaran yang menyatakan itu dilakukan oleh pihak lain dan pihak tersebut gagal m emeperbaiki pelanggaran tersebut pem enuhan yang wajar pihak lainnya dalam waktu tiga puluh hari
3. PDAM akan bertanggung jawab atas segala klaim, permintaan atau biaya yang berkenaan dengan kondisi lingkungan yang marugikan pada kawasan proyek yang telah ada pada saat penyerahan tapak tersebut kepada perusahaan BKAM
Hambatan Perjanjinan Kerjasama Penyediaan Air Besih Di Kota Medan Antara Pdam Tirtanadi Dengan Pt. Tirta Lyonnaise Medan
1. Hambatan Yang Bersifat Yuridis
1. Hambatan dalam bidang perpajakan
Permasalahan pajak yang dihadapi perusahaan PT. Tirta Ly onnaise Medan, dimana disebutkan dalam UU PPN No.42 Tahun 2009 Pasal 4 A, bahwa penyerahan air bersih merupakan objek yang bebas dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Namun petugas pajak tetap berpendapat bahwa penyerahan air bersih tersebut merupakan objek PPN sehingga Kantor Pajak m enerbitkan SPT terhadap penyerahan air bersih produksi Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) PT. Tirta Lyonnaise Medan.
2. Hambatan dalam bidang tenaga kerja
Permasalahan dibidang ketenagakerjaan, Undang -Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang memberikan kebebasan berserikat kepada pekerja, dilapangan telah disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dan gangguan yang dapat mem pengaruhi kinerja dari pekerja. Akibat pem berhentian pegawai yang kinerjanya tidak baik, m embuat serikat pekerja PT. Tirta Ly onnaise Medan sering dem onstrasi yang didukung oleh serikat pekerja Kabupaten Deli Serdang
2. Hambatan Yang Bersifat Non Yuridis 1. Pungutan Liar
Hambatan lainnya adalah sering terjadi pungutan liar yang tidak dibenarkan oleh ketentuan perundang-undangan. Pungutan liar tersebut dilakukan oleh petugas/ pejabat antara lain sebagai berikut :
1) Petugas/ pejabat dari PDAM Tirtanadi
2) Pejabat dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang
3) Pejabat / anggota legislatif dari DPRD Kabupaten Deli Serdang pada waktu rapat dengar pendapat atau kesempatan lainnya.
4) Pejabat/ anggota legislatif dari DPRD Provinsi Sumatera Utara pada waktu rapat dengar pendapat atau kesempatan lainnya.
151 5) Ormas-ormas tertentu pada waktu akan mengadakan acara -acara.
6) Masyarakat setempat6
Pungutan-pungutan liar tersebut bila tidak diberikan akan m enganggu jalannya operasional perusahaan dan keamanan perusahaan.
Penyelesaian Sengketa Yang Terjadi Antara Pt. Tirta Lyonnaise Medan Dengan Pdam Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Pengaturan yang terdapat dalam Pasal 32 Undang -Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007, dapat diketahui bahwa penyelesaian sengketa yang diatur dalam UUPM adalah untuk sengketa yang terjadi antara pem erintah dengan penanaman m odal dan tidak m engatur penyelesaian sengketa yang terjadi diantara dan sesama penanam m odal. Penyelesaian sengketa yang terjadi diantara dan sesama penanam m odal diserahkan penyelesaiannya kepada para pihak yang bersangkutan, yang pada umumnya penyelesaiannya dilakukan berdasarkan pilihan hukum dan/atau pilihan hakim yang ada dalam kontrak kerjasama atau kontrak kemitraan antara dan sesama penanam m odal.
PDAM Tirtanadi dan PT. Tirta Lyonnaise Medan telah sepakat dalam m erumuskan penyelesaian sengketa yang terjadi diantara sesama mereka yang tertuang dalam perjanjian kerjasama perubahan dan pernyataan kem bali tentang pengusahaan dan penyediaan air bersih di Kota Medan antara Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi dengan PT. Tirta Ly onnaise Medan tertanggal 18 Juli 2 000 yang tercantum dalam klausul 18 Penyelesaian perselisihan, arbitrase dan pakar ketentuan dalam klausul 18 penyelesaian perselisihan, arbitrase dan pakar adalah sebagai berikut :
18.1 Konsensus
Setiap perselisihan yang timbul sehubungan dengan perjanjian in i (masing-masing “Perselisihan”) pertama-tama diselesaikan m elalui musyawarah diantara para pihak.
18.2 Perantaraan oleh Manajemen Senior
Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah, maka para pihak dapat m enyerahkan perselisihan tersebut setelah jangka waktu 30 hari kepada Direktur utama dari masing -masing pihak untuk pembahasan selanjutnya.
18.3 Penyerahan kepada Pakar
(a) Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan pembahasan bersama antara para Direktur Utama dari masing-masing pihak dalam jangka waktu 30 hari sejak penyerahannya kepada para Direktur Utama yang ditetapkan dalam klausul 18.2 dan perselisihan tersebut berkaitan dengan masalah dimana penyerahan kepada pakar secara khusus disyaratkan dalam Perjanjian kerjasama ini, atau dimana para pihak setuju secara tertulis, perselisihan wajib diserahkan untuk penetapan ahli oleh salah satu pihak kepada pakar yang ditunjuk sesuai dengan klausul 18.3 (e) (“Pakar”).
(b) Salah satu pihak dapat m emberitahukan (Pemberitahuan Maksud Penyerahan) kepada pihak lainnya mengenai maksudnya untuk menyerahkan perselisihan, pihak yang mem beritahukan dalam perjanjian ini disebut “pem ohon” dan pihak yang menerima pem beritahuan dalam perjanjian kerjasama ini disebut “Responden”.
(c) Pemberitahuan maksud penyerahan termasuk, antara lain : (1) Penjelasan m engenai perselisihan;
(2) Dasar dimana pem ohon berupaya agar perselisihan diputuskan demi kepentingannya; dan (3 ) Semua materi tertulis yang diusulkan oleh pem ohon untuk diajukan kepada pakar.
(d) Responden, dalam waktu dua puluh satu har i setelah menerima pemberitahuan maksud Penyerahan wajib memberitahukan kepada Pem ohon (“pemberitahuan Maksud Untuk Membela”) mengenai maksudnya untuk m embela yang termasuk, antara lain :
(i) Dasar dimana Responden berupaya agar perselisihan diputuskan demi kepentingannya;
dan
(ii) Semua materi tertulis yang diusulkan oleh responden untuk diserahkan kepada pakar.
(e) Jika dalam waktu empat belas hari setelah diterima oleh pem ohon pem beritahuan maksud untuk m embela, para pihak telah menyetujui pakar dan syarat dimana per selisihan akan diserahkan, perselisihan akan diserahkan secara demikian. Dalam hal para pihak tidak dapat m enyetujui pakar atau syarat-syarat penyerahan atau keduanya, maka untuk sementara waktu salah satu pihak dapat meminta Ketua International Chamber of Commerce untuk mengangkat seorang pakar.
(f) Pakar wajib menentukan waktu dan tem pat untuk menghadapkan perselisihan dan jarus mem berikan keputusannya atas perselisihan tersebut secepat mungkin setelah selesainya penghadapan dan harus m emberitahukan para pihak secara tertulis m engenai keputusannya dan alasan-alasannya. Keputusannya akan m embagi rata biaya penyerahan.
(g) Pengajuan perkara berdasarkan klausul 18.3 tidak diwajibkan untuk m engikuti peraturan prosedur untuk arbitrase. Pakar tidak perlu terikat oleh peraturan Undang-Undang yang ketat.
6 Wawacara dengan staf PT. Tirta Lyonnaise Medan
152 (h) Keputusan pakar adalah final dan mengikat kedua pihak setelah diserahkan kepada m ereka mengenai keputusan pakar secara tertulis, kecuali dalam hal penipuan atau kesalahan nyata.
18.4 Arbitrase
Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan pembahasan bersama antara para Direktur utama dalam waktu 30 hari setelah penyerahannya berdasarkan klausul 18.2 dan tidak berkaitan dengan hal - hal yang disebutkan dalam klausul 18.3 (a), perselisihan akhirnya diselesaikan oleh tribunal arbitrase (“Dewan Arbitrase”) berdasarkan peraturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) apabila kedua belah pihak m enyetujui, tetapi dalam hal tidak tercapainya persetujuan, maka peraturan UNCITRAL yang berlaku pada waktu dimulainya arbitrase.
18.5 Pengangkatan Arbitrator
(a) Bila jumlah yang diperselisihkan kurang dari 500.000 dollar Am erika Serikat, perselisihan akan ditentukan dari waktu ke waktu oleh arbitrator tunggal yang diangkat oleh Ketua dari tribunal arbitrase yang relevan.
(b) Bila jumlah total yang diperselisihkan melebihi 500.000 dollar Amerika Serikat, masing - masing pihak akan m engangkat arbitrator mandiri dalam waktu 30 hari setelah tanggal dim inta untuk m engadakan arbitrase yang kemudian bersama -sama m engangkat arbitrator ketiga dalam waktu 30 hari setelah tanggal pengangkatan arbitrator kedua, untuk bertindak sebagai Ketua Tribunal. Jika pengangkatan tersebut tidak diberlakukan karena alasan apapun, para pihak untuk sementara waktu menunjuk Ketua dari tribunal arbitrase yang relevan untuk m emberlakukan pengangkatan tersebut.
18.6 Tem pat
Tem pat arbitrase tersebut adalah Jakarta, apabila m enggunakan ketentuan BANI. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan pada BANI akan diselesaikan dengan ketentuan UNCITRAL bertem pat di Jakarta.
Apabila perselisihan bersifat dan berskala internasional maka penyelesaiannya tetap menggunakan UNCITRAL tetapi bertempat di Singapura dengan menggunakan Bahasa Inggris.
18.7 Bahasa Arbitrase
Bahasa Arbitrase adalah Bahasa Indonesia untuk arbitrase di Jakarta dan bahasa Inggris untuk arbitrase di Singapura.
18.8 Pelepasan
Para pihak dengan tegas setuju m engesampingkan Pasal 48.1 dari Undang -Undang No.30 Tahun 1999, dengan demikian mandat yang diberikan kepada para arbitrator sebagaimana diatur dalam ketentuan perjanjian ini akan tetap berlaku sam pai putusan akhir arbitrase dikeluarkan oleh para arbitrator.
18.9 Biaya arbitrase
Keputusan yang diberikan akan mem bagi rata biaya arbitrase sesuai dengan peraturan BANI atau Peraturan UNCITRAL sebagaimana yang wajar.
18.10 Keputusan
Keputusan yang diberikan adalah tertulis dan mencantumkan rincian yang wajar atas fakta - fakta perselisihan dan akan alasan-alasan dari keputusan tersebut.
18.11 Keputusan yang m engikat
Keputusan yang diberikan dalam arbitrase yang dimulai berdasarkan klausul 18 ini adalah final dan mengikat para pihak dan keputusannya dapat dibuat di pengadilan manapun yang mempunyai yurisdiksi untuk pelaksanaannya. Disamping itu, para pihak m enyetujui bahwa tidak ada pihak mem punyai hak untuk memulai atau m empunyai tuntutan atau pengajuan perkara mengenai pesrelisihan berdasarkan perjanjian ini sampai perselisihan telah diputuskan sesuai dengan prosedur arbitrase yang ditetapkan dalam perjanjian ini dan kemudian hanya melaksanakan atau m empermudah pelaksanaan keputusan yang diberikan dalam arbitrase tersebut.
18.12 Tindakan Selama Perselisihan
Selama perselisihan antara para pihak tertunda, para pihak setuju bahwa mereka akan :
(a) Tidak m empublikasikan perselisihan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulus lebih dahulu dari pihak lainnya; dan
(b) Mengambil langkah-langkah untuk m elanjutkan operasi secara normal sejauh secara praktis di mungkinkan.
18.13 Keberlakuan
Ketentuan-ketentuan klausul 18 ini tetap berlaku setelah pemutusan atau berakhirnya perjanjian kerjasama ini.
Adapun sengketa yang beberapa kali terjadi antara PT. Tirta Ly onnaise Medan dan PDAM Tirtanadi adalah m enyangkut masalah :
1. Kualitas dan Kuantitas air
153 Terjadi beberapa kali kualitas dan kuantitas air yang dihasilkan tidak mem enuhi ketentuan pada klausul 8. Perjanjian kerjasama. Dari segi kualitas perusahaan tidak mem enuhi ketentuan dalam lam piran 10.
Kriteria kualitas air baku, standar kualitas air minum. Metode dan standar yang digunakan sebagai acuan untuk perhitungan kualitas air adalah sebagai berikut :
1) Air baku :
Peraturan Pem erintah Republik Indonesia No.20 /1990.
3. Untuk Air Olahan :
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990.
Menurut klausul 8.7 Pelanggaran kualitas standar dan denda, klausul 8.7 (b) m enyatakan : jika air olahan dipasok oleh sistem produksi didapatkan tidak sesuai dengan parameter -param eter kualitas air penting yang ditetapkan dalam lampiran 10, maka perusahaan BKAM atas pemberitahuan tertulis oleh PDAM secepatnya m enghentikan pasokan air olahan. Selama jangka waktu dimana sistem produksi tidak mampu m em produksi air kualitas standar perusahaan BKAM bertanggung jawab atas denda yang dikalkulasikan sesuai dengan klausul 8.2. Denda diteruskan sam pai perusahaan BKAM dapat mem buktikan secara wajar kepada PDAM bahwa air yang di produksi m emenuhi kualitas standar. Dari segi kuantitas yang ditetapkan untuk diproduksi yang m enurut klausul 8.1 perusahaan BKAM wajib menyediakan kepada PDAM dengan kapasitas untuk memasok air olahan di titik penyerahan menurut prosedur penyerahan sesuai dengan lam piran 9 dengan kapasitas produksi sebesar 500 liter per detik.
Menurut lampiran 9, Perusahaan BKAM akan berkewajiban untuk m enyelenggarakan produksi sedangkan PDAM Tirtanadi berkewajiban untuk m enerima v olume bulanan minimum yang berhubungan dengan total kapasitas terpasang. Kewajiban tersebut akan dipenuhi oleh PDAM Tirtanadi dan perusahaan BKAM setiap bulan hanya apabila fluktuasinya masih dalam kapasitas fasilitas produksi.
Klausul 8.1 (b) m enyatakan : Tetapi jika perusahaan BKAM mam pu untuk m emproduksi lebih dar i jumlah yang ditargetkan dan PDAM mampu untuk menjual kelebihan produksi ini. Perusahaan BKAM diperbolehkan untuk menjual kelebihan produksi ini hanya kepada PDAM dengan persyaratan pem bayaran yang sama.
Menurut klausul 8.2 pelanggaran kuantitas yang dit etapkan m enyatakan : dengan tunduk pada klausul 8.8, kegagalan oleh perusahaan BKAM untuk mem produksi v olum e yang diminta oleh PDAM (sampai v olume sebagaimana yang diuraikan berkenaan dengan setiap tahun pada lam piran 9) menyebabkan perusahaan BKAM bertanggung jawab untuk mem bayar kerugian yang dihindari yang dihitung setiap bulan sesuai dengan rumusan sebagai berikut :
Kerugian yang dilikuidasi =5 % x Q1 x VR
1. VR adalah harga volumetrik untuk jangka waktu yang terkena.
2. Q1 adalah kuantitas short fall air olahan.
Sepanjang denda tersebut tidak menganggu pembayaran kembali perusahaan BKAM atas pinjaman pokok kepada pemberi pinjaman. Didalam pem buktian pelanggaran kualitas dan kuantitas air bersih yang dihasilkan beberapa kali m enimbulkan sengketa, sehingga diam bil penyelesaian sengketa tersebut sebagai berikut : Tim ahli dari PDAM Tirtanadi dan Tim ahli dari Perusahaan BKAM (PT. Tirta Ly onnaise Medan), m engadakan musyawarah mufakatnya masing -masing berpegang kepada kepentingan pelayanan kepada pelanggan PDAM Tirtanadi tidak terganggu apalagi kapasitas produksi yang ada masih sangat terbatas. Menurut pengalaman solusi yang diambil selama ini adalah “win-win solution” yang memuaskan kedua belah pihak. Solusi yang diambil sejalan dengan perjanjian kerjasama klausul 18.3 (h) yaitu : keputusan pakar adalah final dan mengikat kedua pihak setelah diserahkan kepada m ereka mengenai keputusan pakar secara tertulis, kecuali dalam hal penipuan atau kesalahan nyata.
2. Pembayaran kepada Perusahaan BKAM
Selama ini beberapa kali terjadi sengketa m engenai jumlah pembayaran yang m erupakan kewajiban PDAM Tirtanadi setiap bulannya kepada perusahaan BKAM. Ketentuannya berpedoman pada klausul 10.1 (a) m enyatakan : PDAM dan perusahaan BKAM dengan ini menyetujui bahwa dengan mem pertimbangkan bahwa perusahaan BKAM m elakukan pembiayaan, pengem bangan, konstruksi dan pelaksanaan proyek, perusahaan BKAM berhak untuk memasok air olahan, dan berhak untuk menerima biaya langganan bulanan dan biaya volumetrik sesuai dengan lampiran 11, yang dikenakan v olum e off- take-bulanan minimum yang diuraikan lam piran tersebut.
Kemudian klausul 10,2 tinjauan biaya langganan bulanan dan harga volumetrik, yang menyatakan : perusahaan BKAM melakukan peninjauan setiap enam bulan atas biaya langganan bulanan dan harga volum etrik kepada PDAM sesuai dengan prosedur peningkatan yang diuraikan dalam lampiran 11. Pada akhir enam bulan dari tanggal permulaan pengoperasian dan setiap enam bulan setelah itu, perusahaan BKAM wajib melaksanakan peninjauan untuk m enghitung biaya langganan bulanan dan harga v olum etrik untuk enam bulan selanjutnya. Biaya langganan bulanan yang direvisi berlaku pada hari pertama dari enam bulan berikutnya. Perusahaan BKAM wajib menginformasikan PDAM tiga puluh hari sebelum penyesuaian biaya langganan bulanan dan harga volumetrik mengenai peningkatannya.
Penyelesaian sengketa dalam permasalahan pembayaran kepada perusahaan BKAM ini, kurang lebih sama dengan penyelesaian sengketa permasalahan kualitas dan kuantitas air bersih.
3. Perubahan Perundang-Undangan
Di bidang ini juga terjadi sengketa karena kadangkala perubahan perundang -undangan dapat merugikan perusahaan, walaupun kemungkinan perubahan Undang -Undang ini ada yang menghasilkan
154 keuntungan. Klausul 12.1 Perubahan Undang -Undang yang meningkatkan biaya, menyatakan : setelah tanggal perjanjian ini, jika terjadi perubahan dalam Undang -Undang yang secara langsung dan secara berarti m eningkatkan ongkos atau biaya perusahaan BKAM dalam m elaksanakan perjanjian kerjasama ini atau yang secara lain akan langsung mem pengaruhi kemampuan perusahaan BKAM untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan perjanjian ini, maka:
(a) Perusahaan BKAM wajib berupaya sebaik mungkin untuk m emperkecil akibat perubahan dalam Undang-Undang dan berkonsultasi dengan PDAM untuk m enyetujui jalannya tindakan yang akan diam bil.
4.1. Penyelesaian sengketa perusahaan adanya perubahan perundang -undangan, maka keputusan pokok (m elalui masing-masing tim ahlinya) melakukan pembahasan dengan konsultan Hukum.
Hal ini sejalan dengan klausul 12.1 (d), yang menyatakan : jika para pihak tidak dapat menyetujui penyesuaian terhadap biaya BKAM sesuai dengan klausul 12. 1 (b) dalam jangka waktu 30 hari dari tanggal rapat pertama antara para pihak untuk membahas penyesuaian tersebut, maka penyesuaian terhadap biaya BKAM akhirnya akan ditetapkan oleh pakar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan uraian pem bahasan terhadap permasalahan di dalam penelitian ini maka dapat disim pulkan:
1. Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Ly onnaise Medan yang mendirikan perusahaan Joint Venture dengan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, yang diberi nama PT. Tirta Lyonnaise Medan. Kom posisi kepemilikan saham, 85%
Suez Environment dan 15% PDAM Tirtanadi yang mendirikan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) dengan kapasitas produksi 500 liter/detik. Bentuk Perjanjian tersebut perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenkomst). Perjanjian yang tidak diatur di dalam KUH Perdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Lahirnya perjanjian ini berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
2. Hambatan Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT.
Tirta Ly onnaise Medan adalah Penyerahan air bersih m enurut petugas Kantor pajak m erupakan objek PPN sehingga Kantor pajak m enerbitkan SPT terhadap penyerahan air bersih produksi IPAB PT. Tirta Ly onnaise Medan. Sedangkan menurut UUPPN No.42 Tahun 2009 Pasal 4 A menyatakan bahwa penyerahan air bersih merupakan objek yang bebas dari PPN (Pajak Pertam bahan Nilai).UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan yang memberikan kebebasan berserikat kepada pekerja, telah disalahgunakan oleh oknum serikat pekerja PT. Tirta Lyonnaise Medan.
3. Penyelesaian sengketa yang terjadi antara PT. Tirta Lyonnaise Medan dengan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara,diselesaikan dengan musyawarah,antara direktur utama masing -masing pihak,bila tidak ada kata sepakat m elalui pakar, jika perselisihan tidak dapat diselasaikan m elalui badan arbiterase nasional Indonesia (BANI) yang berkedudukan di Jakarta
Saran
1. Perjanjian akan m elindungi proses bisnis para pihak apabila pertama -tama dan terutama perjanjian tersebut dibuat secara sah karena hal ini akan menjadi penentu proses hubungan hukum selanjutnya. Hukum perjanjian masih berpedoman pada produk hukum kolonial yang sudah out of date. Salah satu sifat hukum adalah dinamis dan berkembang mengikuti perkembangan zaman, oleh sebab itu bisa terjadi adanya perubahan dalam perjanjian ini, maka hendaklah para pihak dalam m embuat suatu perjanjian haru s tetap mem onitor perkembangan dan perubahan hukum dalam m enciptakan kepastian hukum terhadap investor asing yang melakukan joint venture.
2. Hendaklah para pihak yang akan membuat atau mengadakan suatu perjanjian benar -benar memahami dan m engerti asas-asas dasar suatu perjanjian sebelum menandatangani sehingga dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan hambatan yang ada dapat diatasi dengan bekerjasama dengan pihak PDAM Tirtanadi dan instansi terkait seperti Dinas Tenaga Kerja Kaupaten Deli Serdang, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dengan konsultan hukum
3. Direktur, Pakar atau lembaga yang berfungsi dalam penyelesaian sengketa Penyelesaian sengketa tetap berpedoman kepada perjanjian kerjasama yang ada, dengan niat untuk kepentingan bersama dan mengutamakan kepastian hukum kemanfaatan untuk kepentingan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Buku
Agus Yudha Harnoko, Hukum Perjanjian, Asas Proporsional Dalam Kontrak Komersil, Jakarta : Kencana 2011
Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofi dan sosiologi). Jakarta : Sinar Grafika.2002
155 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002
Bandar Johan Nasution, Matode Penelitian Hukum, Bandung : CV. MandarMaju, 2008 Bambang Waluy o, Penelitian Hukum dalam Praktek ,Jakarta : Sinar Grafika 2002.
Budiono Kusum ohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak, Jakarta,Gram edia Widiarsana 2001 Dirdjosisworo, Soedjono, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek
Dagang Internasional , Bandung : Mandar Maju, 2000.
Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Bandung: Rafika Aditama, 2008 Karla C. Shippey, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional, Jakarta: PPM, 2001
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003
Muhammad, Abdulkadir, HukumPerjanjian. Bandung: Alumni, 1986.
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Kebendaan Pada Umumnya, Jakarta : Kencana, 2003 Ridwan Khairandi,Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta : Terbitan Pascasarjana FH-UI,
2000
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002
Syahmin AK Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011
Hukum Dagang Internasional (Dalam Karangka Studi Analisis), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007
Soejono Soekanto dan Sri mamudji ,Penelitian Hukum Normatif:suatu tinjauan singka, Jakarta: Raja GrafindoParsada, 2010
Subekti, HukumPerjanjian, Jakarta : Intermasa, 1984.
Aneka Perjanjian,Intermasa, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995 Pokok-Pokok HukumPerdata, Jakarta : Intermasa, 1982
Salim, H.S Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusun Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2011
Sri mamudji et.al, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
Taryana Soenandar, Prinsip-prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Jakarta : SinarGrafika, 2004
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Garafika, 2009 Peraturan Perundang-Undangan
Undang-UndangDasar 1945 – PeraturanPeralihan KitabUndang-UndangHukum Perdata
Undang-Undang Nom or. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Undang-undangNom or 24 Tahun 2000 TentangPerjanjianInternasional Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Undang-Undang,No.7Tahun 2004 tentangSumberDaya Air Undang-UndangNo.25 Tahun 2007,tentangPenanaman Modal
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nom or 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
Paraturan Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara Nom or 3 tahun 1999 mengenai Perusahaan Daerah Air Minum
Dokumen,Karya Ilmiah
ArdiansyahPurbaAnalisisYuridisPerjanjian Co-Branding Gas Teknologi Map AntaraPt.RinderEnergia ConsultingTESIS PPS UMA 2016
Bobby Kurniawan, Fasilitas Hak Atas Tanah Bagi Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nom or 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (analisis terhadap putusan mahkamah konstitusi RI Nom or 21 -22/PUU-V-/2007) Tesis SPS USU 2014 DjunaidiAbdullah,Hukum Perjanjian (Kontrak) Dalam Bisnis,JurnalHukum, hlm. 2
Sjahril Effendy,Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Joint Venture Sektor Air Bersih Di Kabupeten Deli Serdang(Studi Di PT. Tirta Lyannaise Medan)Tesis PPS UMA 2013
Hikmahanto Juwana,Modul PerlatihanTeknik Pembuatan dan Penelaahan Kontrak Bisnis, Modul/MakalahTerbitanPascasarjana FH-UI, Jakarta, 2000
Perjanjian Kerjasama Perubahan Dan Pernyataan Kem bali Tentang Pengusahaan Dan Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Dengan PT Tirta Ly onnaise Medan
Peter Mahmud Marzuki,Batas-batasKebebasanBerkontrak,Yuridika, Volume 8 No.3,Surabaya, Mei 2000
Yulianti, Tinjauan Yuridis Atas Kontrak PerjanjianPerbaikan Kapal Di Pt. Sinbat Precast Teknindo,Indonesia Di Pulau Batam Tesis Program Studi KenotariatanUSU 2010