• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 4 BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 4 BANTAENG"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 4 BANTAENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Mataematika

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Reni Angraeni NIM 105361102417

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA NOVEMBER 2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto :

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

Persembahan :

Ku persembahkan karya sederhana ini,

Kepada Alm. Ayahanda Ruslan Yajji dan Ibunda Nurlaelah, Kasih sayang kakak dan adikku Reski Ananda Ruslan dan Mufliha

Sahabat - Sahabatku... serta orang-orang yang menyayangiku dengan

setulus hati.

(7)

v ABSTRAK

Reni Angraeni, 2021. Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Melalui Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng. Skripsi dibimbing oleh Andi Husniati dan Abdul Gaffar Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penelitian ini mengkaji Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Melalui Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng. Masalah dalam peneltian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Melalui Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bantaeng?”.

Adapun tujuan penelitian ini “Untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Melalui Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Pre-Eksperimental Designs. Desain penelitian yang digunakan One-Group Pretest-Posttest Design, populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI SMA Negeri 4 Bantaeng yang berjumlah 22 siswa pada tahun ajaran 2021/2022.

Pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penggunaan Media Video pembelajaran Melalui Pendekatan scientific Terhadap hasil Belajar Matematika kelas XI MIPA SMA negeri 4 Bantaeng berpengaruh. Hal ini tampak pada tingkat kemampuan murid sebelum menggunakan media video pembelajaran melalui pendekatan scientific adalah hanya mencapai 59,05 selanjutnya setelah menggunakan media video pembelajaran melalui pendekatan scientific nilai rata- rata yang diperoleh sebesar 81,00. Hal ini berarti bahwa tingkat kemampuan siswa meningkat.

Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Melalui Pendekatan Scientific dalam proses pembelajaran diketahui pula berdasarkan hasil perhitungan uji-t. Hasil penelitian ini diperoleh: = 2,296 dan = 1,721 maka lebih besar dari pada = 2,291 > 1,721 sehingga dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan media video pembelajaran melalui pendekatan scientific terhadap hasil belajar murid pada mata pelajaran matematika di kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng, artinya penggunaan media video pembelajaran melalui pendekatan scientific ini memberikan pengaruh positif yang signifikan.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Media Video, Pendekatan Scientific.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiayah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya,. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; Prof. Dr. H Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas

(9)

vii

Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Mukhlis, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Dr. Andi Husniati, M.Pd selaku dosen pembimbing I, Abdul Gaffar, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing II, serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiayah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, November 2021

Penulis

(10)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 6

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Hasil Penelitian Relevan ... ... 38

D. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

D. Desain Penelitian ... 42

E. Variabel Penelitian ... 43

F. Defenisi Operasional Variabel ... 43

G. Prosedur Penelitian ... 44

H. Instrumen Penelitian ... 45

I. Teknik Pengumpulan Data ... 46

J. Teknik Analisis Data ... 47

(11)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 53 B. Pembahasan ... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 72 B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA ... ... 74 LAMPIRAN - LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah – Langkah Pendekatan Scientific ... 17

3.1 Kategori Standar Hasil Belajar ... 45

3.2 Kategori Ketuntasan Hasil belajar ... 45

4.1 Jadwal Pertemuan/Tatap Muka ... 51

4.2 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum Diberikan perlakuan (Pretest) dan Sesudah Diberikan Perlakuan (Posttest) ... 52

4.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum Diberikan Perlakuan (Pretest) ... 52

4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Diberikan Perlakuan (Pretest) ... 53

4.5 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar Siswa Setelah Diberikan Perlakuan (Posttest) ... 54

4.6 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Sesudah Diberikan Perlakuan (Posttest) ... 55

4.7 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 55

4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 57

4.9 Uji Normalitas Residual ... 58

4.10 Test Of Homogeneity Of Variances ... 59

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Skema Kerangka Pikir ... 36

(14)

BAB I

PENDAHULUAN A. . Latar belakang

Pendidikan dapat diartikan dengan salah satu hal yang paling penting sepanjang kehidupan sehari-hari. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa persekolahan dapat diartikan dengan suatu usaha yang sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana Pemahaman dan proses Pemahaman agar siswa secara efektif mengembangkan kemampuannya untuk memiliki kekuatan, pengekangan, karakter dunia lain yang ketat. , orang yang terhormat wawasan, dan kemampuan yang diperlukan tanpa bantuan dari orang lain, masyarakat, negara dan negara.

Berbagai persoalan muncul dalam kerangka pengajaran di Indonesia. Salah satunya dapat diartikan dengan pemilihan strategi Pembelajaran yang kurang tepat sehingga mempengaruhi hasil Pemahaman siswa. Pemilihan teknik berpengaruh signifikan terhadap latihan siswa dalam Pembelajaran . Jika pemilihan teknik yang tepat dan menyenangkan dapat membuat siswa lebih bersemangat dan dinamis dalam Pemahaman . Lagi pula, dengan anggapan bahwa strategi itu tidak pas atau melelahkan, terkadang membuat siswa tidak bersemangat untuk Pemahaman .

Sebuah gerakan Pemahaman di sekolah membutuhkan aset Pembelajaran yang akan disampaikan di ruangan dalam sistem Pembelajaran . Saat ini, sebagian besar aset Pembelajaran yang ditemukan dapat diartikan dengan melalui manual Pembelajaran yang digunakan oleh instruktur dan siswa. Namun, terkadang

1

(15)

beberapa siswa tidak tertarik untuk membuka buku pelajaran. Oleh karena itu kami sangat menginginkan satu aset Pembelajaran lagi yang dapat membuat siswa tertarik untuk Pemahaman .

Pelaksanaan sekolah harus disesuaikan dengan kesempatan. Saat ini inovasi telah berkembang begitu pesat. Inovasi telah memasuki dunia persekolahan. Inovasi pada umumnya telah dimanfaatkan dalam menggarap hakikat Pembelajaran . Banyaknya media Pembelajaran yang digunakan saat ini menggunakan inovasi. Mahasiswa dapat memanfaatkan inovasi dan media dalam berbagai cara untuk lebih mengembangkan hasil Pemahaman . Meskipun demikian, pemanfaatan inovasi tidak berarti bahwa inovasi menggantikan pengajar, melainkan inovasi dan media dapat membantu pendidik dalam mengajar. Salah satunya dapat diartikan dengan media Pembelajaran sebagai media video.

Video sebagai salah satu media merupakan perpaduan antara suara dan visual atau bisa dikatakan video dapat diartikan dengan media umum. Video sebagai media media umum yang menampilkan gerakan. Pesan yang diperkenalkan dapat diverifikasi (kesempatan/kesempatan penting, berita) atau anekdot dapat bersifat mendidik, edukatif atau informatif. Sedangkan media video Pembelajaran merupakan perangkat pendidik dalam mengajar yang berisi materi Pembelajaran melalui gambar bergerak. Video diterima sebagai media visual dengan gambar bergerak yang dapat membangun inspirasi siswa dalam sistem Pembelajaran . Menurut penelitian Pike (1989), media visual dapat membentengi memori siswa dari 14 menjadi 38 persen. Tidak hanya itu, waktu yang diharapkan

(16)

untuk memperkenalkan ide bisa berkurang hingga 40 persen ketika media visual digunakan untuk pengenalan lisan. Media visual mungkin tidak memiliki banyak kata, namun beberapa kali lebih kuat daripada kata-kata saja (Kosasih, 2013: 69).

Pendekatan Scientific dapat diartikan dengan metodologi dalam latihan Pembelajaran yang menitikberatkan pada daya cipta dan penemuan siswa. (Kosasih, 2013:72). Metodologi logis (logika metodologi) dalam Pembelajaran semua mata pelajaran mencakup pengungkapan data melalui persepsi, bertanya, mengtes, kemudian, pada saat itu, menangani informasi atau data, memperkenalkan informasi atau data, diikuti dengan membedah, berpikir, kemudian, pada saat itu, menutup. , dan pembuatan. Cara paling umum untuk memperhatikan harus dimungkinkan dengan memperkenalkan objek media asli, siswa senang dan dites, dan pelaksanaannya sederhana . Metodologi logis dapat memicu munculnya dan terciptanya pengalaman Pemahaman yang berbeda yang diperoleh siswa dengan memasukkan lima fakultas secara keseluruhan, baik secara mental maupun mental siswa untuk membantu mengembangkan potensi mereka yang berbeda. Selain itu, metodologi logis dapat membantu pendidik dengan mengembangkan lebih banyak latihan Pembelajaran yang berbeda untuk bekerja dengan siswa dalam meningkatkan peningkatan kapasitas laten mereka untuk membantu meningkatkan perolehan hasil Pemahaman . Akibatnya, para ahli memilih metodologi logis sebagai pendekatan Pembelajaran yang digabungkan dengan mengambil protes media yang diperkenalkan dalam struktur video. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Melalui

(17)

Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan landasan yang telah diuraikan diatas, maka rencana permasalahan dalam penelitian ini dapat diartikan dengan: Apakah Ada Pengaruh Media Video Pembelajaran Melalui Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng?

C. Tujuan penelitian

Alasan dilakukannya tinjauan ini dapat diartikan dengan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Video Melalui Pembelajaran Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng

D. Manfaat penelitian

Keuntungan dari penelitian ini dapat diartikan dengan sebagai berikut:

1. Untuk mahasiswa

a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang topik aritmatika.

b. Meningkatkan hasil Pemahaman Matematika siswa.

2. Untuk Guru

Sebagai salah satu sarana/media yang dapat diputuskan oleh pendidik untuk lebih mengembangkan sistem Pembelajaran di wali ruangan.

(18)

3. Untuk sekolah

Dapat memberikan data tentang pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dalam menggarap hakikat Pembelajaran matematika di sekolah.

(19)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Pemahaman dapat diartikan dengan gerakan untuk semua orang. Informasi, kemampuan, kecenderungan, sisi minat dan sudut pandang seorang individu dibentuk, disesuaikan, dan diciptakan karena Pemahaman . Selanjutnya, seorang individu diharapkan untuk Pemahaman jika hal itu dapat diterima dengan baik pada individu itu sehingga berubah menjadi suatu tindakan yang menghasilkan penyesuaian perilaku.

Secara lugas, Anthony Robbins (Trianto, 2011:15) mencirikan Pemahaman sebagai metode yang terlibat dengan membuat hubungan antara sesuatu (informasi) yang sudah dipahami dan sesuatu (informasi) yang baru. Memahami menurut Trianto sebagian besar dicirikan sebagai perubahan individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan berdasarkan perkembangan atau kemajuan tubuh atau atribut individu sejak lahir. Sadiman juga mencirikan Pemahaman sebagai siklus rumit yang terjadi pada semua orang dan berlangsung selamanya, dari saat ia masih kecil hingga liang lahat.

Menurut Oemar Hamalik (2004:27), Pemahaman dapat diartikan dengan interaksi, gerakan dan bukan hasil atau tujuan. Pemahaman tidak hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, untuk menjadi pertemuan khusus. Seperti yang ditunjukkan oleh Conbach (Suryabrata, 2006:23) Pembelajaran terbaik dapat diartikan dengan dengan menghadapi dan dalam menghadapi bahwa siswa

6

(20)

menggunakan lima kemampuannya (Pembelajaran ditunjukkan dengan penyesuaian perilaku karena keterlibatan). Sementara itu, Kimble (Susiana, 2014:15) mencirikan Pembelajaran sebagai perubahan perilaku yang cukup tahan lama yang terjadi karena pelatihan yang dibangun.

Senada dengan itu, Budiningsih (Suprihatiningrum, 2013:15) mengungkapkan bahwa Pemahaman dapat diartikan dengan suatu proses pembentukan informasi, dimana siswa secara efektif melakukan latihan, berpikir secara efektif, menumbuhkan ide, dan memberi makna pada hal-hal yang diteliti.

Chalbin (Syah, 2003:65) dalam Kamus Psikologi membatasi mencari tahu bagaimana dua macam definisi. Rencana utama membaca dengan teliti:

"Pemahaman dapat diartikan dengan memperoleh perubahan perilaku yang agak bertahan lama karena pelatihan dan pengalaman". Rencana selanjutnya dapat diartikan dengan "Pemahaman dapat diartikan dengan cara paling umum untuk mendapatkan reaksi karena persiapan yang luar biasa".

Kosasih (2013:2) berpendapat bahwa Pemahaman merupakan penyesuaian tingkah laku, yang ditandai dengan adanya hal baru dalam diri individu, baik berupa kemampuan, cara pandang, kecenderungan, informasi, maupun kemampuan.

Akibatnya sangat mungkin beralasan bahwa Pemahaman dapat diartikan dengan kursus membingkai informasi seseorang yang diperoleh melalui pengalaman.

(21)

2. Pembelajaran Matematika

Dari sudut pandang terbatas Pemahaman dapat diartikan dengan pengajaran dalam lingkup bimbingan Pemahaman , sedangkan arti Pemahaman itu sendiri dapat diartikan dengan sosialisasi siswa dengan iklim sekolah seperti instruktur, aset/kantor, dan siswa individu. Berikut dapat diartikan dengan beberapa perasaan tentang Pemahaman :

a. Degeng dan Miarso, Pemahaman dapat diartikan dengan sesuatu yang dilakukan secara efisien dimana setiap bagian saling mempengaruhi.

b. Gagne, Pemahaman dapat diartikan dengan pekerjaan seorang pengajar yang diharapkan dapat membantu siswa untuk menyadari, dimana Pemahaman dapat diartikan dengan banyak kesempatan yang mempengaruhi Pembelajaran siswa.

c. Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996:637) bahwa aritmatika dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari bilangan, hubungan antara bilangan dan metode, kegiatan yang digunakan dalam menangani soal-soal bilangan.

Dengan demikian, Pembelajaran Matematika merupakan suatu proses pendidikan dan Pembelajaran aritmatika antara siswa dan pengajar yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan Pembelajaran yang pasti.

3. Hasil Pemahaman Matematika

Hasil Pemahaman dapat diartikan dengan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kemajuan yang dicapai oleh seorang individu setelah

(22)

melakukan upaya tertentu yang merupakan konsekuensi dari hubungan antara mendidik dan Pemahaman .

Accomplishment sebagai bukti pencapaian usaha yang telah dicapai. Jadi prestasi dapat diartikan dengan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kemajuan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan upaya tertentu. Selain itu, sebanding dengan pemahaman, hasil Pemahaman dapat diartikan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu setelah melalui proses pendidikan dan Pembelajaran . Hasil Pemahaman juga dapat diperkirakan dengan menggunakan tes.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil Pemahaman yang dicapai siswa dilakukan penilaian. Evaluasi dapat diadakan kapan saja selama tindakan, juga dapat diadakan setelah siswa menyelesaikan suatu program Pembelajaran dalam waktu tertentu.

Melihat gambaran di atas, yang tersirat dari hasil Pemahaman matematika dalam tulisan ini dapat diartikan dengan tingkat pencapaian siswa dalam menguasai ilustrasi matematika setelah mengikuti sistem Pembelajaran .

4. Media Video Pembelajaran

a. Pengertian Media Video Pembelajaran

Seperti yang ditunjukkan oleh ungkapan tersebut, kata media berasal dari bahasa Latin "medius" yang berarti perantara atau presentasi. Sesuai Gerlach dan Ely (Arsyad, 2007: 3) mengatakan bahwa media yang dianggap dipahami dalam kerangka luas dapat diartikan dengan manusia, materi, atau kesempatan yang membentuk kondisi yang memberdayakan siswa untuk memperoleh informasi,

(23)

kemampuan dan perspektif. Sementara itu, Arsyad (2007:3) menyatakan bahwa media dapat diartikan dengan perangkat realistis, visual, atau elektronik untuk menangkap, menangani, dan memodifikasi data visual. Secara khusus dapat dikatakan bahwa media dapat diartikan dengan alat Pembelajaran yang digunakan dalam proses pendidikan dan Pembelajaran sebagai media desain (visual), suara, dan umum. Menurut Smaldino (2011: 7) enam klasifikasi mendasar media dapat diartikan dengan teks, suara, visual, video, desainer, dan individu. Motivasi di balik media dapat diartikan dengan untuk bekerja dengan korespondensi dan Pemahaman . Menurut Gagne (Kosasih, 2013: 49) media dapat diartikan dengan berbagai macam bagian dalam keadaan siswa saat ini yang dapat menjiwai mereka untuk Pemahaman . Sementara itu, Kosasih (2013:50) menyimpulkan dalam bukunya bahwa media dapat diartikan dengan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat menjiwai pertimbangan, sentimen, perhatian, dan kepentingan serta kekhawatiran mahasiswa dalam sistem Pembelajaran menjadi lebih hidup.

Untuk sementara, menurut Heinich, dkk. (Kosasih, 2013:50) media Pembelajaran dapat diartikan dengan pengangkut pesan atau data yang sepenuhnya ditujukan untuk Pembelajaran atau yang mengandung tujuan Pembelajaran . Martin dan Briggs (Kosasih. 2013:50) merekomendasikan bahwa media Pembelajaran menggabungkan setiap aset yang diharapkan untuk berbicara dengan siswa.

(24)

Video dapat diartikan dengan salah satu media yang menyatu antara suara dan visual atau bisa dikatakan bahwa video dapat diartikan dengan media umum. Video merupakan media umum yang menampilkan gerakan. Pesan yang disampaikan bisa nyata (kejadian/kejadian penting, berita) atau anekdot bisa mencerahkan, mendidik atau mendidik. Media umum memiliki kapasitas yang lebih baik dibandingkan media Pembelajaran lainnya karena menggabungkan media auditif dan visual.

Seperti yang dikemukakan oleh Cheppy Riyana (Ayuningrum, 2012:21) media video Pembelajaran akan menjadi media yang menyajikan suara dan visual yang mengandung pesan-pesan Pembelajaran yang bagus yang mengandung ide, standar, sistem, hipotesis penerapan informasi untuk membantu pemahaman suatu materi Pembelajaran . Sementara menurut Arsyad (2007:36) media video Pembelajaran dapat diartikan dengan suatu kerangka penyampaian tayangan di mana materi rekaman video diberikan kendali PC kepada orang banyak (peserta didik) yang mendengar dan melihat video dan suara serta memberikan reaksi yang berfungsi, dan reaksi itu menentukan kecepatan dan pengelompokan pertunjukan.

Media ini dapat menampilkan materi yang dapat bergerak atau tetap sesuai keinginan administrator atau PC yang diatur sedemikian rupa. Video juga merupakan media non-cetak yang memiliki banyak data yang dikirimkan melalui LCD (tampilan permata cair) yang biasa kita alami dan gunakan saat ini.

Sehingga dalam ulasan ini yang dimaksud dengan mewujudkan media video dapat diartikan dengan suatu tata cara penyajian aritmatika dimana dalam

(25)

penyajiannya menggunakan media video yang siswa dapat melihat dan mendengar dalam memperluas kesepakatan bilangan siswa.

b. Fungsi Media Video Pembelajaran

Kapasitas prinsip media Pembelajaran dapat diartikan dengan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat atau sulit untuk dilihat sehingga jelas dan dapat mendorong kesepakatan atau peningkatan ketajaman (RM Soelarko dalam Kosasih, 2013: 50). Kemudian, pada saat itu, tambahkan enam elemen utama media Pembelajaran lainnya sebagai berikut:

1) Pemanfaatan media Pembelajaran dalam proses Pemahaman -mengajar tidak lain dapat diartikan dengan suatu kapasitas tambahan, namun memiliki kapasitas tersendiri sebagai perangkat untuk mewujudkan keadaan Pemahaman dan Pemahaman yang layak.

2) Pemanfaatan media pendidikan merupakan bagian penting dari keadaan pengajaran umum.

3) Media Pembelajaran dalam menampilkan pemanfaatannya perlu memperhatikan sasaran dan isi ilustrasi.

4) Media Pembelajaran dalam Pembelajaran bukan sekedar alat pengalih atau pelengkap.

5) Media Pembelajaran dalam mendidik difokuskan untuk mempercepat siklus Pemahaman dan mengajar serta membantu siswa dalam menangkap pengaturan yang diberikan oleh pendidik.

6) Pemanfaatan media Pembelajaran dalam Pembelajaran difokuskan pada peningkatan sifat mendidik dan Pemahaman .

(26)

Secara umum kapasitas media Pembelajaran menurut Sadiman (1986:17) dapat diartikan dengan sebagai berikut:

1) Memperjelas pendahuluan pesan dengan tujuan agar tidak terlalu verbalistik (sebagaimana tersusun atau diungkapkan kata-kata apa adanya).

2) Mengatasi kendala ruangan, waktu dan fakultas, misalnya

a) Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan faktor nyata, gambar, film, atau model;

b) Barang-barang kecil dibantu oleh proyektor mini, film, atau gambar;

c) Gerak yang terlalu lamban atau terlalu cepat mungkin mendapat manfaat dari input luar dengan timelapse atau fotografi cepat;

d) Peristiwa atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan kembali melalui akun film, rekaman, foto atau lisan;

e) Objek yang terlalu membingungkan dapat diberikan model, grafik, dan lain-lain.

f) Konsep yang terlalu luas dapat dibayangkan seperti film, gambar dan lain-lain.

3) Pemanfaatan media Pembelajaran yang pas dan berubah dapat menaklukkan mentalitas siswa yang menyendiri. Untuk situasi ini media Pembelajaran berguna untuk:

a) Membangkitkan energi untuk Pemahaman ;

b) Memungkinkan hubungan yang lebih lugas antara mahasiswa dengan iklim dan realitas;

(27)

c) Memungkinkan siswa untuk beradaptasi secara mandiri sesuai dengan kapasitas dan minat mereka.

Seperti yang dikemukakan oleh Cheppy Riyana (Ayuningrum, 2012:22) media video pendidikan sebagai materi tayangan yang dimaksudkan untuk:

1) Memperjelas dan bekerja dengan penyampaian pesan agar tidak terlalu verbalistik.

2) Mengatasi kendala waktu, ruang, dan kekuatan taktil siswa dan guru 3) Dapat dimanfaatkan secara tepat dan berbeda.

Selain dimanfaatkan oleh pengajar dalam sistem Pembelajaran , media video juga dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mengulang kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, kelebihan media video dapat dimainkan kapanpun dan dimanapun oleh mahasiswa, mengingat ada media yang mendukung penayangan video tersebut. Media video juga dapat digunakan lebih dari satu kali dan media video dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama dalam sistem Pembelajaran selama substansi media video masih relevan dengan materi saat ini seperti yang ditunjukkan oleh Sudirman (Fachera, 2012). : 116).

c. Kriteria Media Video Pembelajaran

Menurut Cheppy Riyana (Ayuningrum, 2012:24) pergantian acara dan perakitan rekaman Pembelajaran harus memikirkan aturan yang menyertainya:

1) Jenis Bahan

Media video sesuai untuk topik yang menggambarkan interaksi tertentu, plot yang ditampilkan, ide atau menggambarkan sesuatu.

(28)

2) lamanya waktu

Media video memiliki rentang waktu yang lebih terbatas sekitar 10-15 menit, dibandingkan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3,5 jam. Mengingat kapasitas memori dan fokus manusia yang sangat terbatas antara 15-20 menit, membuat media video siap memberikan manfaat yang kontras dengan film.

3) Format Penyajian Video

Film pada umumnya diperkenalkan dalam desain wacana dengan komponen yang lebih sensasional. Film independen umumnya inovatif dan informal. Hal ini tidak sama dengan persyaratan pendahuluan untuk rekaman Pembelajaran yang berfokus pada kejelasan dan kewibawaan materi. Desain video yang layak untuk dipelajari antara lain: akun (pendongeng), wawancara, moderator, organisasi yang terkonsolidasi.

4) Penggunaan Musik dan Efek Suara

Beberapa pengaturan dalam hal musik dan efek audio:

a) Musik untuk cadangan suara harus dengan kekuatan volume yang lemah ( halus ) sehingga tidak mengganggu tampilan visual dan pendongeng.

b) Musik yang digunakan sebagai landasan harus musik instrumental.

c) Hindari musik dengan melodi yang terkenal atau alami bagi siswa.

d) Menggunakan isyarat audio untuk menambah lingkungan dan melengkapi pertunjukan visual dan menambah kesan superior.

(29)

Adanya anggapan bahwa perkembangan musik di media video justru ingin menarik perhatian mahasiswa untuk memperhatikan contoh-contoh yang diberikan.

5. Pendekatan Ilmiah

Metodologi logis atau metodologi logis dapat diartikan dengan strategi logis yang menyinggung prosedur meneliti setidaknya satu keanehan atau manifestasi, memperoleh informasi baru, atau mengubah dan menggabungkan informasi masa lalu. Untuk disebut logis, teknik permintaan harus didasarkan pada bukti dari hal-hal yang dapat dikenali, diamati, dan dapat diukur dengan standar pemikiran yang eksplisit. Selanjutnya, strategi logis pada umumnya menggabungkan serangkaian latihan pengumpulan informasi melalui persepsi atau eksperimen, menangani data atau informasi, membedah, kemudian, pada saat itu, mendefinisikan, dan mengtes teori. (Kemdikbud, 2013:185). Metodologi logis juga merupakan metodologi dalam latihan Pembelajaran yang berfokus pada inovasi dan penemuan siswa. (Kosasih, 2013:72).

Ada lima (kemampuan) yang digerakkan oleh orang-orang kreatif, khususnya kemampuan memperhatikan (notising ability), kemampuan bertanya atau menyapa (addressing ability), kemampuan mengtes (testing ability), dan kemampuan administrasi sistem (organizing ability), kemampuan afiliasi detail atau menyebutkan fakta objektif menyinggung tindakan memperhatikan keganjilan. Lima kemampuan individu inventif seperti yang digambarkan kemudian disinggung untuk merencanakan metodologi logis dalam program pendidikan 2013.

(30)

Tahap -Tahap Pendekatan Scientific

Sesuai Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 sambungan IV menyatakan bahwa Pembelajaran dengan pendekatan scientiic terdiri dari lima tahap, yaitu spesifik (memperhatikan), berpikir (addressing). Mengumpulkan data/menusuk (testing), berpikir atau (partner), menyampaikan yang dapat dilanjutkan dengan membuat.

Tahap -Tahap Pendekatan Scientific Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Pemahaman Kompetensi yang Dikembangkan

Siswa Guru

Mengamati - Membaca sumber- sumber tertulis

- Mendengarkan informasi lisan - Melihat gambar - Menonton tayangan

Memperhatikan aktivitas siswa selama proses Pembelajaran berlangsung

Melatih

kesungguhan dalam mencari informasi, menemukan fakta, ataupun suatu persoalan.

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari sesuatu yang

diamatinya. Pertanyaan- pertanyaan itu bisa bersifat faktual ataupun problematis.

Guru menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa atau guru

mengalihkan pertanyaan tersebut kepada siswa untuk dijadikan bahan diskusi.

Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap kritis.

Menalar - Mengumpulkan

sejumlah informasi ataupun fakta-fakta dalam rangka

menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan siswa sebelumnya.

- Mengolah informasi ataupun fakta-fakta yang telah

dikumpulkan menjadi sebuah rumusan

Meninjau hasil diskusi yang telah dilakukan oleh siswa.

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan

berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangan

(31)

kesimpulan, sesuai dengan masalah yang diajukan pada langkah sebelumnya.

kebiasaan

Pemahaman dan Pemahaman sepajang hayat.

Mengasosiasikan Menerapkan (mengembangkan, memperdalam)

pemahaman atas suatu persoalan kepada persoalan lain yang sejenis atau berbeda.

Membantu siswa dalam menerapkan jawaban dari hasil pada langkah sebelumnya.

Mengembangkan kemampuan bernalar secara sistematis dan logis.

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil kegiatan Pemahaman kepada orang lain secara jelas dan

komunikatif, baik lisan ataupun tulisan.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengomunikasikan (menyampaikan) kepada teman seruangannya.

Mengembangkan sikap jujur, percaya diri, bertanggung jawab, dan toleran dalam

menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan memerhatikan pula kejelasan, kelogisan, dan keruntunan sistematikanya.

a. Mengamati

Item numerik yang direnungkan dalam sains dapat diartikan dengan produk dari jiwa manusia, jadi mereka unik. Memperhatikan artikel numerik dapat dikumpulkan menjadi dua jenis latihan, yang masing-masing memiliki berbagai atribut, khususnya: (a) Mengamati keanehan dalam kehidupan sehari-hari yang diidentifikasi dengan item numerik tertentu, (b) Mengamati artikel numerik konseptual.

1) Mengamati keanehan ekologi reguler yang diidentifikasi dengan mata pelajaran numerik tertentu

Keanehan dapat diartikan dengan hal-hal yang dapat dilihat dengan lima deteksi dan dapat diklarifikasi dan dievaluasi secara eksperimental. Memperhatikan keanehan dalam kehidupan sehari-hari cocok

(32)

ketika siswa mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka yang percakapannya dapat langsung diidentifikasikan dengan kehidupan sehari-hari biasa.

Keanehan yang diperhatikan akan menciptakan penjelasan yang identik dengan kehidupan sehari-hari biasa. Selain itu, penegasan dituangkan dalam bahasa aritmatika atau berubah menjadi pembuka percakapan item numerik teoritis.

2) Mengamati item numerik dinamis

Gerakan memperhatikan angka-angka unik sangat cocok untuk siswa yang mulai mengenali fakta-fakta yang sah. Siswa tidak meneliti realitas informasi yang didapat, meskipun tidak dimulai dengan persepsi keanehan. Latihan mengamati seperti ini lebih tepatnya dikatakan sebagai latihan untuk mengumpulkan dan memahami realitas artikel numerik teoritis. Persepsi dapat berupa definisi, pepatah, hipotesis, hipotesis, sifat, diagram, dll.

b. Bertanya

Menurut Bell (Kemdikbud, 2013:205), objek konsentrasi matematika yang dikuasai siswa selama tesan dapat berupa kenyataan (sains), gagasan (mendapatkan dasar, definisi), standar (hipotesis, persamaan, sifat), dan kemampuan (perhitungan/metode). Realitas, ide, standar, kemampuan saat ini dapat diartikan dengan produk dari jiwa manusia, sehingga bersifat dinamis. Dalam berkonsentrasi pada ide atau aturan numerik yang merupakan informasi yang didelegasikan, seperti yang disampaikan oleh Piaget (dalam Kemdikbud, 2013:205), sangat penting untuk memikirkan tingkat penalaran

(33)

siswa. Sistem Pembelajaran untuk memahami ide-ide dan standar numerik harus dilakukan dengan kemajuan instruktif yang sesuai dan dikerjakan dengan media tertentu sehingga pemikiran teoritis dapat dipahami secara efektif oleh siswa. Kemajuan akademik dan pemanfaatan media ini menuntut siswa dan pendidik untuk dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan pemikiran siswa secara terus menerus, dari yang sederhana (konkret) ke yang lebih membingungkan (dinamis) sehingga pada akhirnya informasi diperoleh oleh siswa yang sebenarnya. dengan arahan instruktur.

Sejauh memperoleh keterampilan matematika, hal terbaru dapat diartikan dengan bahwa siswa lalai untuk menangani pertanyaan matematika dengan asumsi pengaturannya unik, terlepas dari apakah hanya sedikit. Ini terjadi karena siswa biasanya akan mempertahankan perhitungan atau sistem tertentu. Siswa tidak mendorong inovasi dalam teknik. Daya cipta dapat diciptakan dari mengajukan pertanyaan yang tepat. Pertanyaan direncanakan sehingga siswa dapat merenungkan jawaban pilihan atau metode pilihan prosedural. Untuk situasi ini, pendidik diandalkan untuk menghindari memberi tahu tanggapan terhadap penyelidikan. Jika ada hambatan selama waktu yang dihabiskan untuk menjawab pertanyaan, atau diperkirakan akan ada hambatan dalam menjawab pertanyaan, instruktur dapat menawarkan pertanyaan terus menerus yang meminta tanggapan atas pertanyaan oleh siswa yang sebenarnya. Disinilah tempat tugas instruktur dalam memberikan kerangka atau 'switch' untuk mendongkrak ZPD (Zone Proximal Development) yang ada pada siswa sebagaimana dikemukakan Chambers (Kemdikbud, 2013:206)

(34)

c. Pemikiran

Pada umumnya, orang dapat mengatakan bahwa berpikir dapat diartikan dengan proses spekulasi yang koheren dan efisien tentang realitas yang dapat dilihat untuk mendapatkan tujuan sebagai informasi. Selama waktu yang dihabiskan untuk mempelajari sains, sebagai aturan umum, sistem berpikir terjadi sepanjang waktu dengan cara yang paling umum menangani atau memeriksa kemudian diikuti dengan metode yang terlibat dengan memperkenalkan atau menyampaikan akibat-akibat berpikir sampai suatu tujuan tercapai. Jenis pertunjukan informasi numerik atau kemampuan karena berpikir dapat berupa tebakan atau tebakan sementara atau teori.

Ada dua cara berpikir yang berbeda, khususnya berpikir induktif dan berpikir logis. Berpikir induktif dapat diartikan dengan metode berpikir dengan mencapai penentuan dari kekhususan eksplisit untuk hal-hal umum. Latihan berpikir induktif lebih bergantung pada efek samping dari persepsi nyata atau wawasan yang tepat. Berpikir berwawasan dapat diartikan dengan metode berpikir dengan mencapai kesimpulan dari artikulasi atau kekhasan yang umum ke hal-hal yang eksplisit. Cara kerja berpikir rasional dapat diartikan dengan dengan menerapkan hal-hal yang bersifat umum terlebih dahulu dan kemudian mengaitkannya dengan bagian-bagian yang eksplisit menurut Sudarwan (Kemdikbud, 2013:205). Pemikiran yang paling menonjol dalam matematika diidentifikasi dengan akhir dapat diartikan dengan modus ponen, modus tolen dan logika.

(35)

Sesuai dengan tingkat penalarannya, siswa SD/MI dan SMP/MTs pada umumnya pada tingkat fungsional substansial penalaran dan maju ke tingkat fungsional formal, dengan tujuan bahwa metode untuk memperoleh informasi numerik di SD/MI dan SMP Siswa /MTs umumnya selesai dengan berpikir induktif, sedangkan untuk siswa SMA/MA sudah mulai banyak melakukan pemikiran logis.

d. Coba (mitra)

Mengingat akibat dari pemikiran yang didapat pada tahap yang lalu, untuk lebih spesifik sebagai tebakan atau tebakan sementara sampai tujuan tercapai, maka pada saat itu, penting untuk melakukan latihan 'mencoba'. Latihan-latihan percobaan dalam proses Pembelajaran matematika di SMP/MTs diartikan sebagai penerapan informasi atau kemampuan yang muncul karena berpikir ke dalam suatu keadaan atau percakapan yang masih satu derajat, kemudian, pada saat itu, menjelajah ke dalam keadaan atau percakapan berbagai ekstensi.

Tahap sulit ini merupakan wahana bagi siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan mengembangkan, menerapkan dan memperluas informasi atau kemampuan yang telah diperoleh bersama instruktur. Dengan melakukan gerakan 'mencoba' ini, siswa diharapkan untuk tidak dituntut dalam mengurus soal-soal bilangan, yang merupakan salah satu tujuan utama dan mendasar dalam Pembelajaran matematika. Pengalaman 'berusaha' akan mempersiapkan siswa yang mengingat persiapan untuk mengasah pandangan, mentalitas dan kecenderungan berpikir kritis yang akan memberikan kontribusi besar bagi siswa terhadap prestasi dalam menjelajahi rutinitas sehari-hari mereka. Rencana

(36)

pendidikan 2013 secara tegas mempersiapkan siswa untuk berbakat dalam berpikir kritis melalui pengorganisasian kemampuan numerik penting yang siswa pelajari.

e. Menyampaikan

Dalam metodologi logika, pengajar diandalkan untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari. Pergerakan ini harus dimungkinkan melalui komposisi atau penentuan apa yang ditemukan dalam tindakan mencari data, pasangan dan melacak desain. Hasil tersebut diperkenalkan di ruangan dan disurvei oleh pengajar sebagai hasil Pemahaman siswa atau perkumpulan siswa. Gerakan

“menyampaikan” dalam latihan-latihan Pembelajaran sebagaimana tertuang dalam Permendikbud dapat diartikan dengan meneruskan akibat-akibat persepsi, ujung-ujungnya tergantung pada akibat pemeriksaan secara lisan, direkam dalam bentuk hard copy, atau media lain.

Kemampuan yang diharapkan dalam gerakan ini dapat diartikan dengan untuk menumbuhkan watak yang tulus, menyeluruh, berpikiran terbuka, kemampuan untuk berpikir secara metodis, menawarkan sudut pandang sesaat dan lugas, dan menumbuhkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

6. Hasil Pemahaman

Hasil Pemahaman menurut Gagne dan Briggs (Suprihatiningrum, 2013:37) dapat diartikan dengan kemampuan yang digerakkan siswa karena kegiatan Pemahaman dan dapat dilihat melalui pelaksanaan siswa.

(37)

Reigeluth (Suprihatiningrum, 2013:37) berpendapat bahwa hasil Pemahaman atau Pembelajaran juga dapat dimanfaatkan sebagai dampak yang memberikan proporsi nilai teknik (prosedur) pilihan dalam berbagai kondisi. Ia juga secara tegas mengatakan bahwa hasil Pemahaman merupakan pameran yang ditunjukkan sebagai (kapasitas) yang telah diperoleh. Hasil Pemahaman selalu dikomunikasikan sebagai tujuan (eksplisit) perilaku (eksekusi).

Sudjana (2004:22) mengatakan hasil Pemahaman dapat diartikan dengan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pertemuan Pemahaman nya. Horward Kingsley (Sudjana, 2004:22) mengisolasi tiga macam hasil Pemahaman , yaitu (a) kemampuan dan kecenderungan, (b) informasi dan mendapatkan, (c) mentalitas dan keyakinan. Sementara itu, Gagne (dalam Sudjana, 2004:22) membagi lima ruangan hasil Pemahaman , yaitu (a) data verbal, (b) kemampuan ilmiah, (c) prosedur intelektual, (d) perspektif, dan (e) gerakan terkoordinasi. Dalam kerangka public training, pendefinisian tujuan instruktif, baik tujuan kurikuler maupun informatif, memanfaatkan susunan taking in result dari Benjamin Bloom yang secara komprehensif memisahkannya menjadi tiga bidang, yaitu ruang intelektual, ruang penuh perasaan, dan ruang psikomotorik.

Dalam ulasan ini, yang dimaksud dengan hasil Pemahaman aritmatika siswa dapat diartikan dengan kemampuan yang digerakkan siswa setelah mengikuti Pembelajaran seperti yang diperkirakan oleh tes pada materi yang diperkenalkan.

(38)

7. Teori

POLA BILANGAN

a. Pengertian Barisan Bilangan

Barisan bilangan adalah urutan bilangan – bilangan dengan aturan tertentu Contoh :

a. 1, 2, 3, 4, 5, ...

b. 2, 4, 6, 8, 10, ...

c. 14, 11, 8, 5, 2, ...

Pada contoh diatas; bilangan – bilangan a, b, c mempunyai aturan tertentu sehingga disebut barisan bilangan.

Tiap – tiap bilangan pada barisan bilangan disebut suku (U) Suku pertama dilambangkan dengan U₁ atau a

Suku kedua dilambangkan dengan U₂ Suku ketiga dilambangkan dengan U₃

Suku ke-n dilambangkan dengan U dengan n ∈ A (bilangan asli)

b. Pola bilangan suku ke-n (U )

Contoh 1:

Barisan bilangan 1, 3, 5, 7, ..., maka Jawab:

= ( × ) − → = −

Rumus :

(39)

U₁ = 1 = ( 2 × 1 ) – 1 U₂ = 3 = ( 2 × 2 ) – 1 U₃ = 5 = ( 2 × 3 ) – 1 U₄ = 7 = ( 2 × 4 ) – 1

Contoh 2:

Tentukan tiga suku pertama suatu barisan yang rumus suku ke-n nya U = 3n − 2 !

Jawab:

U₁ = 3 (1) – 2 = 3 – 2 = 1 U₂ = 3 (2) – 2 = 12 – 2 = 10 U₃ = 3 (3) – 2 = 27 – 2 = 25

Jadi, tiga suku barisan pertama barisan tersebut adalah 1, 10, 25, ...

c. Pengertian Deret

Deret adalah jumlah seluruh seku – suku dalam barisan yang dilambangkan dengan S . Berikut adalah contoh deret:

a. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ...

b. 1 + 3 + 5 + 7 + ...

c. 2 + 4 + 6 + 8 + ...

Contoh 1:

Diketahui suatu deret: 1 + 3 +5 +7 + ...

Tentukan:

a. Jumlah dua suku pertama b. Jumlah lima suku pertama Jawab:

(40)

a. S = 1 + 3 = 4

b. S = 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25

BARISAN DAN DERET ARITMETIKA

A. Barisan Aritmetika

Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang selisih diantara dua suku yang berurutan sama atau tetap.

U₁ U₂ U₃ U₄ ... U

a a + b a + 2b a + 3b a + (n – 1)b

Jadi rumus suku ke-n barisan aritmetika adalah

Keterangan:

U : suku ke- n a : suku pertama b : beda atau selisih

Contoh:

1, 3, 5, 7, ...

Penyelesaian : a = 1 b = 2 U = a + (n − 1)b U = 1 + (10 – 1) 2 U = 1 + (9) 2 U = 1 + 18 U = 19

= + ( − )

(41)

Contoh Soal:

1. Suku ke- 45 dari barisan bilangan : 3, 7, 11, 15, ... adalah Penyelesaian:

3, 7, 11, 15, 19, ...

a = 3 b = 4

U = a + (n − 1)b U₄₅ = 3 + (45 – 1) 4 U₄₅ = 3 + (44) 4 U₄₅ = 3 + 176 U₄₅ = 179

2. Diketahui suatu barisan aritmetika U₂ = 7 dan U₁₉ = 19, tentukan:

a. Suku ke- 41 b. Rumus suku ke-n

Pembahasan:

Diketahui: U₂ = 7

U₁₉ = 19 Ditanyakan: S₄₁ ? Penyelesaian:

Beda

U₆ = a + 5b = 19

U₂ = a + 1b = 7 → eliminasi U₆ dan U₂ 4b = 12

b = = 3 Suku pertama

(42)

U₂ = a + 1b = 7 → substitusi nilai b ke U₂ a + 1 (3) = 7

a + 3 = 7 a = 7 – 3 a = 4

a. Suku ke- 41 b. Rumus ke-n

U₄₁ = a + (n – 1)b U = a + (n − 1)b U₄₁ = 4 + (41 – 1) 3 U = 4 + (n – 1) 3 U₄₁ = 4 + (40) 3 U = 4 + 3n – 3 U₄₁ = 4 + 120 U = 3n + 1 U₄₁ = 124

B. Deret Aritmetika

Deret aritmetika adalah jumlah dari seluruh suku – suku pada barisan aritmetika. Jika barisan aritmetikanya U₁, U₂, U₃, ... U maka deret aritmetikanya adalah U₁ + U₂ + U₃ + ... U dan dilambangkan dengan S .

Rumus :

Keterangan:

S = Jumlah n suku pertama deret aritmetika U = Suku ke-n deret aritmetika

a = Suku pertama b = Beda

n = Banyaknya suku Contoh :

= ( + ) = ( + ( − ) )

(43)

1. Jumlah 30 suku pertama deret bilangan 30 + 28 + 26 + 24 + ... adalah Penyelesaian:

30 + 28 + 26 + 24 + ...

a = 30 b = -2

S = ( 2a + n − 1 )b ) S = ( 2. 30 + 30 − 1 ). −2) S = 15 ( 60 + (29). -2)

S = 15 ( 60 – 58 ) S = 15 . 2

S = 30

2. Hasil dari 5 + 7 + 9 + 11 + ... + 41 adalah ...

Pembahasan : Diketahui:

5 + 7 + 9 + 11 + ... + 41 a = 5

b = 2 U = 41

Ditanyakan: Hasil penjumlahan barisan = ...?

Penyelesaian:

U = 41

a + (n – 1)b = 41 5 + (n – 1) 2 = 41

(44)

5 + 2n – 2 = 41 2n = 41 – 3 2n = 38 n = n = 19

S = ( a + U ) S = ( 5 + 41)

S = ( 46 ) S = 437

BARISAN DAN DERET GEOMETRI A. Barisan Geometri

Barisan geometri adalah suatu barisan bilangan yang hasil bagi dua suku yang berurutan selalu tetap atau sama. Hasil bagi dua suku yang berurutan disebut rasio (r).

Jika suku pertama dari barisan geometri U₁ = a dan rasio = r, maka barisan geometri tersebut adalah

U₁ U₂ U₃ U₄ ... U

a ar a.r² a.r³ a. r

r = = = ⋯ =

r = rasio

Rumus suku ke-n barisan geometri adalah

= .

(45)

Keterangan:

U = Suku ke-n a = Suku pertama r = Rasio

Contoh soal :

1. Suku ke 10 dari barisan bilangan: 2, 6, 18, 54, ... adalah Pembahasan:

Diketahui : a = 2

r = = = 3 Ditanyakan: U ?

Penyelesaian:

U = a. r U = 2. 3 U = 2. 3 U = 2. 19683 U = 39366

2. Tentukanlah rumus suku ke- n dari barisan geometri 2, -6, 18, -54, ...

Penyelesaian:

a = 2

r = = = −3

(46)

U = a. r U = 2. −3

U = 2. (−3) . (−3) U = 2. . (−3) U = . (−3) B. Deret Geometri

Deret geometri adalah jumlah dari seluruh suku – suku pada barisan geometri.

Jika barisan geometrinya U₁, U₂, U₃, ... U maka deret geometrinya adalah U₁ + U₂ + U₃ + ... U dan dilambangkan dengan S .

Rumus:

Atau

Keterangan:

S = Jumlah n suku pertama a = Suku pertama

r = Rasio

n = Banyaknya suku

=

( )

<

=

( )

>

(47)

Contoh Soal

1. Tentukan jumlah 10 suku pertama deret geometri jika suku pertama 9 dan rasio -2

Pembahasan:

Diketahui: a = 9 r = -2 Ditanyakan: S ? Penyelesaian:

S = ( ) S = ( ( ) )

( )

S = ( ) S = 3 (-1023) S = −3069

2. Hitunglah jumlah suku pertama deret geometri 1 + 3 + 9 + 27 + ...

Pembahasan:

Diketahui: 1 + 3 + 9 + 27 + ...

a = 1

r = = = 3 n = 6

Ditanyakan: Jumlah suku pertama deret geometri ? Penyelesaian:

S = ( )

(48)

S = ( )

S = ( ) S = 369 B. Kerangka Pikir

Matematika dapat diartikan dengan salah satu mata pelajaran yang kurang menyenangkan bagi kebanyakan siswa. Mereka percaya bahwa matematika dapat diartikan dengan mata pelajaran yang merepotkan. Hal ini membuat siswa kurang terinspirasi oleh sains dan membuat hasil Pemahaman aritmatika mereka rendah. Suatu proses Pemahaman mengajar yang seharusnya membuahkan hasil jika hasil Pemahaman Matematika siswa tinggi, begitu pula sebaliknya dengan anggapan hasil Pemahaman aritmatika siswa rendah, hal tersebut cenderung beralasan bahwa proses Pemahaman mengajar kurang efektif.

Efek samping Pemahaman aritmatika yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam siswa juga dipengaruhi oleh faktor luar. Salah satu variabel dari dalam diri siswa dapat diartikan dengan kemampuan dasar yang digerakkan oleh setiap siswa sebelum Pemahaman , sedangkan faktor luar dapat diartikan dengan faktor seperti iklim keluarga, iklim sekolah atau sifat pendidikan yang diselesaikan oleh pengajar. Sifat mendidik yang dilakukan oleh pengajar dipengaruhi oleh beberapa hal, khususnya model, pendekatan atau media yang digunakan. Sehingga penentuan teknik Pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa dalam mengenali data yang disampaikan.

Media merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menyebarkan atau menyampaikan data kepada siswa. Oleh karena itu, penentuan media yang

(49)

tepat akan sangat berguna dalam mengarahkan data kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat mencerna dengan baik data yang diberikan. Salah satu medianya dapat diartikan dengan video Pembelajaran .

Dalam pemanfaatan media video Pembelajaran diperlukan kerjasama dengan pendekatan Pembelajaran tertentu. Salah satu metodologi yang cocok untuk digabungkan dengan media video pendidikan dapat diartikan dengan metodologi logis yang menonjolkan daya cipta dan penemuan-penemuan dari cara paling umum memperhatikan, bertanya, berpikir, bermitra, dan menyampaikan (dan membuat).

(50)

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi:

1. Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini menggabungkan penelitian yang diarahkan oleh Heni Zulatifah dan Hengky Muktiadji (2020) Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Jombang yang berjudul: Pengaruh Media Video Pembelajaran Terhadap Hasil Pemahaman Matematika Siswa Di SMPN 4 Jombang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil penelusuran informasi menggunakan SPSS 2.0 for windows, diperoleh nilai dan diperoleh nilai yang berarti nilai tersebut juga didasarkan pada nilai Sig(2- followed) sebesar 0,000 maka Sig . Jadi dari pengtesan teori diberhentikan dan diakui. Sehingga dapat dimaklumi bahwa terdapat perbedaan hasil Pemahaman IPA antara siswa yang diberi perlakuan dengan pemanfaatan media video Pembelajaran dan siswa yang tidak diberi perlakuan, dengan perbedaan tersebut terdapat pengaruh media video Pembelajaran terhadap matematika siswa. hasil Pemahaman di SMPN 4 Jombang.

2. Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini menggabungkan penelitian yang dipimpin oleh Sri Wulandari (2016), Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yang berjudul: Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Pada Materi Asosiasi Terhadap Hasil Pemahaman Matematika Siswa Ruangan VII SMP NU Palembang. Hasil review menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian , pemanfaatan media video Pembelajaran lebih berhasil, hal ini diperoleh melalui hasil tes akhir siswa (post-test). Hasil post-test normal siswa ruangan penelitian yang

(51)

menggunakan media video informatif lebih tinggi daripada ruangan kontrol, khususnya ruangan tes coba 82,97 dan ruangan kontrol 66,6. Dari hasil tes-t didapatkan dapat diartikan dengan dan derajat kritis teori 5% diterima dan ditolak artinya ada pengaruh penggunaan media video informatif pada penyusunan materi terhadap efek samping Pembelajaran IPA siswa ruangan VII NU Palembang.

3. Penelitian yang dapat diterapkan pada penelitian ini menggabungkan penelitian yang dipimpin oleh Yesi Gusmania dan Tri Wulandari (2018), Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Riau yang berjudul: Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Video Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Informasi posttest pada pemahaman numerik siswa di ruangan penelitian dan ruangan kontrol memperoleh kualitas setelah dipecah menggunakan persamaan tes-t dua contoh 13,62 dan 1,988, dapat diduga bahwa (13,62 banding 1, 988) kemudian, pada saat itu, diakui mengandung arti bahwa ada perbedaan kecukupan antara Pembelajaran media berbasis video dalam Pembelajaran tradisional pada pemahaman ide-ide numerik.

D. Hipotesis

Spekulasi tersebut merupakan respon singkat terhadap definisi masalah penelitian , dimana rincian masalah pemeriksaan telah dinyatakan sebagai kalimat inkuiri, Sugiyono (2018:99). Berdasarkan tinjauan hipotesis dan sistem pemikiran, sebuah spekulasi dapat digambarkan sebagai berikut:

H : = melawan H ∶ >

(52)

Keterangan :

H = Tidak ada pengaruh penggunaan media video pembelajaran melalui pendekatan scientific terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng.

H₁ = Ada pengaruh penggunaan media video pembelajaran melalui pendekatan scientific melalui pendekatan scientific terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng.

: Parameter hasil belajar siswa setelah diajar menggunakan media video melalui pendekatan scientific.

: Parameter hasil belajar siswa sebelum diajar menggunakan media video melalui pendekatan scientific.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian

Tesan semacam ini merupakan penelitian pre-test yang mengkaji pengaruh penggunaan media video pembelajaran melalui pendekatan ilmiah terhadap hasil belajar matematika siswa ruangan XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng.

B. Lokasi penelitian

Tesan ini diselesaikan di SMA Negeri 4 Bantaeng dengan jam penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2021/2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini dapat diartikan dengan seluruh siswa ruangan XI MIPA SMA Negeri 4 Bantaeng.

2. Sampel

Contoh dalam review ini terdiri dari satu ruangan, sebagai ruangan tes coba. Prosedur pengtesan menggunakan metode pemeriksaan sewenang- wenang (Simple Random Sampling).

D. Rencana penelitian

Rencana penelitian yang digunakan dapat diartikan dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Rencana ini digunakan mengingat konsentrat ini hanya menguraikan satu ruangan, khususnya ruangan tes yang diawali dengan pretest sebelum diberikan perlakuan. Oleh karena itu hasil perawatan yang diperoleh lebih akurat karena dapat kontras dan keadaan sebelum ditangani.

40

(54)

Penggambaran:

O 1 : Nilai Pretest (sebelum siswa diberi perlakuan)

X : Treatment (pemanfaatan media video Pembelajaran melalui metodologi logis)

O 2 : Skor post-test (setelah diberikan treatment).

Sugiyono (2018: 114) E. Variabel penelitian

Dalam tinjauan ini, variabel tesan dapat diartikan dengan efek samping dari Pembelajaran matematika. Hasil Pemahaman dapat diartikan dengan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapatkan pengalaman Pemahaman Matematika selama sistem Pembelajaran . Pembelajaran dilakukan dengan perlakuan, khususnya memanfaatkan media video Pembelajaran dengan metodologi yang logis.

F. Definisi Operasional Variabel

Arti fungsional dari faktor-faktor dalam tinjauan ini dapat diartikan dengan sebagai berikut: Hasil Pemahaman matematika dicirikan sebagai skor yang dicapai siswa dari tes hasil Pemahaman yang diarahkan setelah melalui sistem Pembelajaran dengan memanfaatkan media video Pembelajaran dengan metodologi logis.

O

1

X O

2

(55)

G. Strategi penelitian

Strategi penelitian dapat diartikan dengan tahap -tahap atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam tinjauan ini dapat diartikan dengan :

1. Tahap persiapan

Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan sebelum tes dilakukan, yang meliputi memperhatikan sekolah, mengumpulkan rekomendasi, memutuskan materi, memutuskan contoh dari masyarakat, menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun soal tes hasil Pemahaman tergantung pada penanda dan tujuan Pembelajaran yang terkandung dalam Rencana Pelaksanaan. Pembelajaran (RPP).

2. Tahap Implementasi

Pada tahap ini dilakukan pre-test sebelum memulai ruangan tes. Selain itu, ruangan tes diberikan perlakuan, yaitu Pembelajaran selesai dengan memanfaatkan media video Pembelajaran dalam metodologi logis. Video Pembelajaran yang digunakan terdiri dari 3 rekaman. Menjelang akhir dari contoh, sebuah post-test diberikan kepada ruangan tes. Post-test ini berencana untuk menentukan perbedaan hasil Pemahaman siswa pada ruangan tes yang diberikan treatment atau perlakuan.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini, hasil posttest dipecah dengan perhitungan menggunakan pengukuran. Efek samping dari perhitungan ini sangat membantu untuk

(56)

mencatat spekulasi apakah itu diakui atau ditolak. Selain itu, para analis mengumpulkan laporan tentang konsekuensi tinjauan.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam review ini dapat diartikan dengan tes hasil Pemahaman dan lembar persepsi pelaksanaan Pembelajaran .

1. Tes tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi tentang nilai hasil Pemahaman matematika siswa sebagai penilaian atau gambaran kemampuan siswa. Tes diarahkan sebelum Pembelajaran (pretest) dan setelah Pembelajaran (posttest). Tes tersebut sebagai gambaran dari pertanyaan- pertanyaan yang disusun oleh analis.

2. Lembar persepsi berencana untuk menemukan informasi tentang keberhasilan spesialis dalam memberikan perawatan dalam pertemuan. Persepsi tersebut disebutkan oleh fakta yang dapat diamati secara langsung dari sistem Pembelajaran di wali ruangan. Lembar persepsi pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan dalam review ini dapat diartikan dengan sebagai lembar evaluasi pada setiap bagian latihan Pembelajaran , setiap perspektif yang dilakukan diberi skor 1 - 4. Persepsi diselesaikan pada setiap pertemuan oleh instruktur penonton. Efek samping dari persepsi ini direncanakan untuk membantu penyelesaian hasil penelitian .

3. Lembar persepsi tindakan siswa ini digunakan untuk melihat latihan siswa selama sistem Pembelajaran dengan memanfaatkan media video Pembelajaran melalui cara yang logis untuk menghadapi hasil Pemahaman matematika.

(57)

I. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pemilihan informasi dilakukan dengan teknik tes dan persepsi. Tes tersebut merupakan tes eksposisi (penggambaran) yang dilakukan untuk mendapatkan informasi hasil Pemahaman siswa. Informasi yang diperoleh dikumpulkan dan ditangani oleh wawasan ilustratif, yang menggabungkan mean, standar deviasi, perubahan, nilai paling ekstrim, nilai paling rendah dan tabel rekurensi seperti pengukuran inferensial yang menggabungkan tes ordinaris, tes homogenitas, dan pengtesan teori. Sementara itu, persepsi dibuat untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Pembelajaran dan latihan siswa. Informasi yang didapat dikumpulkan dan ditangani dengan pengukuran memukau tergantung pada model yang telah ditentukan.

J. Teknik Analisis Data 1. Statistik deskriptif

Wawasan ekspresif dapat diartikan dengan pengukuran yang digunakan untuk membedah informasi dengan cara menggambarkan atau menggambarkan informasi yang telah dikumpulkan segala sesuatu yang dianggap tanpa makna untuk tujuan yang berlaku untuk populasi umum atau spekulasi (Sugiyono, 2018:206).

a) Analisis Statistik Deskriptif

Hasil Pemahaman siswa diperiksa dengan menggunakan pengtesan faktual khusus yang bertujuan untuk menggambarkan hasil Pemahaman matematika siswa untuk mendapatkan gambaran yang wajar tentang hasil Pemahaman matematika siswa yang dirangkai menjadi 5 klasifikasi: sangat tinggi, tinggi,

(58)

sedang, rendah, sangat rendah. Tahap -tahap yang digunakan untuk menentukan ruangan hasil Pemahaman Matematika dapat diartikan dengan sebagaimana yang ditunjukkan oleh prinsip klasifikasi dari Kementerian Pendidikan Nasional.

Skor Kategori

0-54 55-64 65-79 80-89 90-100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Tabel 3.2: Kategori Standar Hasil Pemahaman

Informasi hasil Pemahaman siswa diperiksa berdasarkan ukuran hasil Pemahaman siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang dikuasai sekolah, yaitu 75 dari nilai optimal 100.

Skor Kategorisasi Ketuntasan Hasil Belajar 75 ≤ × ≤ 100

0 ≤ × < 75

Tuntas Tidak Tuntas

Tabel 3.3: Kategori Ketuntasan Hasil Pemahaman

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, siswa yang mendapat skor dalam rentang waktu 100 diumumkan selesai dalam mengikuti siklus Pemahaman dan Pemahaman dan siswa yang mendapat skor pada rentang waktu di bawah 75 dinyatakan kurang berminat dalam Pembelajaran dan latihan. Sementara itu, Pembelajaran yang dilakukan seharusnya selesai secara tradisional jika pada dasarnya 75% siswa mencapai kulminasi.

(59)

Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus berikut:

Ketuntasan belajar klasikal = × 100

a. Range (rentangan) adalah data tertinggi dikurangi data terendah b. Mean skor

Skor rata-rata atau mean dapat diartikan sebagai kelompok data dibagi dengan nilai jumlah responden. Rumus rata-rata adalah:

= ∑

∑ Keterangan: X : Nilai

∑fi : jumlah banyaknya murid ∑ : jumlah nilai

c. Standar Deviasi

SD = –(∑ )

( )

Keterangan : SD : standar deviasi

∑ : jumlah banyaknya murid ∑ : jumlah nilai

N : jumlah sampel d. Variansi

= –(∑ )

( )

Keterangan : : variansi

∑ : jumlah banyaknya murid ∑ : jumlah nilai

N : jumlah sampel

(60)

b) Teknik Analisis Statistik Inferensial

Sugiyono (2018: 207), menyatakan bahwa “wawasan inferensial dapat diartikan dengan prosedur faktual yang digunakan untuk mengtes informasi tes dan hasilnya diterapkan pada masyarakat. Prosedur ini diharapkan untuk mengtes spekulasi penelitian. Investigasi inferensial dapat diartikan dengan pengukuran yang memberikan keputusan atau teknik yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk mencoba membuat kesimpulan umum dari akhir informasi yang telah dipesan dan ditangani.

1) Tes Normalitas

Tes keteraturan merupakan tahap awal dalam menelaah informasi secara eksplisit. Tes keteraturan digunakan untuk memutuskan apakah informasi tersebar secara teratur atau tidak. Dalam ulasan ini, tes One Sample Kolmogorov-Smirnov digunakan dengan menggunakan derajat kritis 5% atau 0,05.

H = data berasal dari populasi distribusi normal H = data tidak berasal dari populasi distribusi normal

Keterangan :

Jika < 0,05 maka H ditolak dan H diterima.

Jika ≥ 0,05 maka H diterima dan H ditolak 2) Tes Homogenitas

Tes homogenitas diarahkan untuk mengtes apakah perbedaan dari kedua contoh tersebut serupa atau tidak. Pengtesan yang digunakan dapat diartikan dengan Levene's Test for Equality of Variances. Tes ini dilanjutkan sebagai penting dalam t-test penyelidikan. Jika contoh memiliki perubahan yang serupa,

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan nilai delay , terlebih dahulu tentukan banyaknya paket (jumlah paket) yang terjadi selang masa pengambilan data (waktu video chatting ).Untuk

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Petelur DOC adalah anak ayam berumur satu hari yang akan dijual. kepada peternak untuk dikembang biakan menjadi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar merias wajah foto berdasarkan indikator konsep merias wajah foto, jenis-jenis merias wajah foto, prinsip-prinsip

Penghitungan angka partisipasi kasar masyarakat terhadap pendidikan SMP di Kabupaten Rembang dihitung berdasarkan perbandingan jumlah siswa yang sekolah SMP dan

a) Davidson, Stickney dan Weil (1987) dalam Sulistyanto (2008: 48) mendefinisikan bahwa manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam

[r]

Berbagai acara telah disusun oleh panitia, di hari pertama diadakan sarasehan yang membahas tentang pembangunan jaringan antar alumni dengan jurusan yang diperuntukkan para alumni saja