• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

8

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Ilmu Pegetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „scince‟, Trianto (2010: 136). Kata

„science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti tahu.

Menurut Trianto (2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja.

Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi selanjutnya menurut Trianto (2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah lebih lanjut menurut Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis sedangkan menurut Abdullah (1998: 18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari dan alam sekitar.

(2)

9

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya

2. Mengembangkan pegethuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:

(3)

cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4)bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berasal dari kata “cooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama- sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim selanjutnya berikutnya di kemukakan lagi menurut Isjoni (2011:27) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang menginteraksi keterampilan sosial yang bermuatan akademik lebih lanjut lagi dikemukakan menurut Isjoni (2011:21), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajaran secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil.

Menurut Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru dijabarkan lagi pembelajaran kooperatif menurut Wina (2013:242), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok saja tapi pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan beberapa jumlah

(4)

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu guna mencapai tujuan dalam pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran kooperatif ini, dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan belajar.

2.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Rusman (2011:210), Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalamorganisasi yang saling bergantung satu sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

2.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Anita Lie (2004: 31), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

(5)

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ineraksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk kelompok yang menuntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajara perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

Unsur pembelajaran kooperatif di atas tidak dapat tercapai jika hanya menggunakan model pembalajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran harus menekankan siswa aktif berdiskusi dengan kelompok, untuk mencapai unsur tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna tersendiri dari apa yang di pelajari.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give 2.3.1 Pengertian Take And Give

Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini siswa mengambil dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya, beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain. Model Pembelajaran take and give menuntut siswa

(6)

mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain). Model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada dasarnya mengacu pada konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu sendiri yang aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya (Slavin, 1997:269), Dalam proses itu siswa mengecek dan menyesuaikan pengetahuan baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka miliki. Selanjutnya menurut Suyatno (2009:58), take and give mempunyai arti menerima dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa menerima dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya.

Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain.

Menurut Suparno (2001:10-11 dalam Bilal A. Toduho), mengajar bukan merupakan kegiatan memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Peran guru dalam proses pembelajaran take and give lebih mengarah sebagai mediator dan fasilitator. Pembelajaran take and give merupakan proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, take and give bertujuan agar peserta didik saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangannya dalam waktu singkat (dalam Hanafiah dan Suhana, 2012:56).

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe take and give. Model pembelajaran kooperatif tipe take and give mempunyai kelebihan dan kelemahan adalah sebagai berikut:

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:

1. Model pembelajaran ini tidak kaku, karena seorang guru boleh memodifikasi lagi penggunaan model pembelajaran ini sesuai dengan keinginan dan kebutuhan serta situasi pembelajaran.

2. Materi akan terarah, karena guru terlabih dahulu menjabarkan uraian materi sebelum dibagikan kartu.

3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain.

(7)

4. Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya.

5. Akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui kartu yang bagikan kepadanya sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling tidak membaca materi yang diberikan kepada siswa.

6. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab masing-masing siswa diminta pertanggungjawaban atas kartu yang diberikan kepadanya.

7. Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.

8. Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:

1. Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang.

2. Pada saat mencari pasangan akan terjadi ketidak teraturan karena ada siswa yang lari sana dan lari sini.

3. Kemampuan siswa untuk menyampaikan materinya pada temanya kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.

4. Adanya siswa yang bertemu dengan pasanganya, bukanya membahas materi pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain.

Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe take and give

Menurut Bilal A. Toduho (2012:17) pembelajaran dengan model take and give akan memberikan manfaat bagi siswa dalam:

1. Meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dan bersosialisasi.

2. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap selama bekerjasama.

3. Upaya mengurangi kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri

4. Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri dan sikap yang positif.

5. Meningkatkan prestasi belajarnya.

Pendapat diatas disimpulkan bahwa manfaat model pembelajaran take and give meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat) karena siswa mampu

(8)

untuk bekerjasama dan bersosialisasi juga dapat melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap selama bekerjasama .

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe take and give

Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad (2012:95) langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah sebagai berikut:

1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya.

2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari lebih kurang 15 menit.

4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu.

5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give).

6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).

7. Strategi ini dapat dimodifikasi guru sesuai keadaan.

8. Guru bersama siswa bertanyajawab meluruskan kesalahan pemahaman dan memberikan penguatan

9. Simpulan.

2.4 Pengertian Minat Belajar

Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Masnur Muslich, (2011: 167).

Pengalaman tersebut yang membuat minat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

Menurut Slameto (2003:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Sri Rumini (1998:118) mengemukakan bahwa minat dapat muncul dari keinginan seseorang, misalnya keingintahuan. Contohnya yaitu minat terhadap riset ilmiah atau pelajaran. Berkaitan dengan definisi tersebut, dapat

(9)

diketahui bahwa dalam minat terkandung rasa ingin tahu. Siswa yang memiliki rasa ingin tahu terhadap pelajaran dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat belajar.

Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.

Bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan daripada ketika mereka merasa bosan. Begitupula minat dalam pembelajaran, orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Apabila seseorang memiliki minat terhadap suatu kegiatan maka akan memperhatikannya terus-menerus. Setelah itu akan diikuti dengan munculnya rasa senang (Slameto, 2003:57). Jika dalam hati ada perasaan senang maka akan menimbulkan minat. Bila minat diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan berkembang dengan lebih baik (Winkel dalam Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 51).

Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu. Perasaan senang ketika mengikuti pelajaran akan meningkatkan pencapaian hasil belajar (Muslich, 2011:

164).

Mengacu pada tiga definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa selain berkaitan dengan adanya rasa ingin tahu, minat juga berkaitan erat dengan rasa senang. Siswa yang memiliki minat belajar maka akan berusaha untuk memberikan perhatian pada pelajaran dengan sebaik-baiknya dan akan muncul rasa senang dalam melakukannya. Selain itu, dengan adanya rasa senang yang dapat menimbulkan minat juga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Minat merupakan kecenderungan yang agak menetap dan subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Berkaitan dengan pernyataan diatas maka Hilgard (Slameto, 2003: 57) memaparkan bahwa “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Apabila siswa berminat untuk belajar maka siswa akan memperhatikan sesuatu yang sedang dipelajarinya.

(10)

Sepanjang masa kanak-kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan (Hurlock, 1978:114). Slameto (2003:

180) menjelaskan bahwa minat dapat diekspresikan melalui pernyataan maupun tindakan. Pernyataan yang menunjukkan minat pada suatu hal atau objek adalah pernyataan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal atau objek daripada yang lainnya. Tindakan dapat ditunjukkan dengan keterlibatan dalam suatu aktivitas.

Slameto (Djaali, 2012:122) juga menyatakan bahwa minat dapat diwujudkan melalui pernyataan suka maupun keterlibatan dalam suatu aktivitas.

Mengacu pada tiga pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa minat dapat diwujudkan dalam suatu pernyataan suka atau senang. Selain itu, dapat pula diwujudkan dengan suatu tindakan nyata yaitu keterlibatan dalam suatu aktivitas atau kerja keras. Siswa yang memiliki minat belajar akan memberikan pernyataan suka atau senang terhadap pembelajaran dan bersedia melibatkan diri secara aktif dan mampu bekerja keras dalam pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menegaskan pengertian minat belajar siswa. sebagai kecenderungan siswa saat mengikuti pembelajaran yang berupa adanya rasa ingin tahu, perasaan senang saat mengikuti pembelajaran, kemauan untuk terlibat secara aktif atau bekerja keras dalam pembelajaran, dan perhatian.

Anak-anak yang memiliki minat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap pembentukan minat anak. Sebagai guru harus mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi minat anak agar mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan menimbukan minat yang baik.

1. Faktor-faktor Minat Belajar

Sri Rumini (1998:158) menyatakan bahwa minat terhadap suatu pelajaran dapat berkembang karena pengaruh guru, teman sekelas, atau keluarga. Mengacu

(11)

pada pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa guru, teman sekelas, maupun keluarga dapat mempengaruhi perkembangan minat belajar siswa. Guru merupakan salah satu pihak yang berperan penting terhadap perkembangan minat belajar siswa.

Pendapat yang dikemukakan di atas meruakan faktor minat belajar yang berasal dari luar. Berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock yang lebih memaparkan faktor minat belajar yang bersumber dari dalam.

Menurut Hurlock (1978:115), faktor-faktor minat minat belajar anak adalah sebagai berikut:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari teman sebayanya akan menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat. Hal ini dikarenakan lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, atau minat mereka “tumbuh dari rumah.” Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.

d. Minat belajar dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang sesuai. Sebaliknya, anak-anak tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

e. Minat belajar itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada mata pelajaran matematika. Hal ini sering dilandaskan pada keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah merupakan

(12)

langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.

Faktor-faktor minat belajar di atas sangat penting dalam kehidupan anak.

Sebagai guru harus peka terhadap minat belajar anak. Oleh karena itu, guru memerlukan suatu cara untuk mengetahui apakah anak memiliki minat belajar atau tidak.

2. Cara Menemukan Minat Belajar Siswa

Masih menurut Hurlock (1978: 117), cara untuk menemukan minat belajar anak adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan kegiatan: dengan mengamati benda-benda yang mereka beli, kumpulkan atau gunakan dalam aktivitas yang ada unsur spontanitas, kita dapat memperoleh petunjuk mengenai minat mereka.

b. Pertanyaan: bila anak terus menerus bertanya mengenai materi dalam pelajaran, minatnya terhadap pelajaran atau materi tersebut lebih besar daripada minatnya pada materi atau pelajaran yang hanya sekali-kali ditanyakan.

c. Pokok pembicaraan: apa yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman sebaya memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut.

d. Membaca: bila anak-anak bebas memilih buku untuk dibaca atau dibacakan, anak memilih yang membahas topik yang menarik minatnya.

Dalam hal ini berkaitan dengan membaca meteri pelajaran. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi pada suatu pelajaran maka akan lebih memilih untuk membaca buku yang sesuai dengan materi pada pelajaran tersebut.

e. Keinginan: bila siswa ditanya oleh guru mengenai apa pelajaran yang paling disukai, maka siswa dengan jujur akan menyebutkan pelajaran yang paling diminati atau disukai.

Untuk mengetahui apakah seorang siswa berminat atau tidak terhadap pembelajaran diperlukan cara-cara untuk menemukan minat anak. Minat seorang anak akan berkembang. Cara-cara yang dikemukakan di atas

(13)

membantu untuk menemukan minat, sedangkan untuk mengembangkan minat yang harus diperhatikan adalah adanya aspek-aspek minat. Aspek- aspek inilah yang harus diperhatikan agar dapat diketahui bagaimana minat anak berkembang.

f. Aspek-Aspek Minat Belajar

Semua minat belajar mempunyai dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berdasarkan atas konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari berbagai jenis media massa. Dari sumber tersebut anak belajar apa saja yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak. Minat belajar anak akan menjadi besar bila terbukti bahwa ada keuntungan dan kepuasan dari kegiatan yang anak lakukan.

Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat belajar dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang menimbulkan minat belajar tersebut. Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

Contoh dari aspek afektif minat belajar adalah anak yang memiliki hubungan yang baik dengan guru dan sekolah, biasanya mengembangkan sikap positif terhadap sekolah. Karena pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat belajar siswa pada sekolah diperkuat. Sebaliknya, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan guru dan sekolah sering mengarah pada sikap yang tidak positif dan dapat memperlemah minat belajar anak terhadap guru dan sekolah.

Aspek kognitif dan afektif memiliki peran yang penting dalam menentukan apa yang akan dan tidak dikerjakan oleh anak, jenis penyesuaian pribadi dan sosial, namun aspek afektif lebih penting peranannya. Alasan aspek afektif lebih penting daripada kognitif adalah: (1) aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. (2) aspek afektif minat

(14)

belajar, sekali terbentuk, cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif (Hurlock, 1978: 116-118).

Aspek afektif yang berkaitan dengan minat belajar dapat dinilai. Menurut Masnur Muslich (2011:167), penilaian minat belajar dapat digunakan untuk:

a. mengetahui minat belejar peserta didik, sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran.

b. mengetahui bakat dan minat belajar peserta didik yang sebenarnya.

c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik.

d. menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.

e. mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat belajar yang sama.

f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi.

g. mengetahui tingkat minat belajar peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik.

h. bahan pertimbangan menentukan program sekolah.

i. meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar memiliki dua aspek yaitu kognitif dan afektif. Aspek kognitif berkenaan dengan sumber belajar.

Sumber belajar tersebut yang membuat anak merasa puas atau tidak. Aspek afektif berkaitan dengan sikap yang berkembang dari pengalaman pribadi dan sikap orang yeng penting dalam kehidupan anak. Aspek kognitif dan afektif memiliki peran yang penting dalam pembentukan minat belajar anak. Aspek afektif yang berkaitan dengan minat belajar dapat dinilai untuk berbagai kepentingan peserta didik.

Berkaitan dengan aspek minat belajar anak maka pembelajaran yang diterapkan di sekolah dasar harus mampu mengembangkan kedua aspek tersebut.

Pembelajaran yang baik, menyenangkan, dan sesuai dengan karakter afektif siswa diharapkan dapat menimbulkan minat belajar pada diri siswa.

Minat belajar yang timbul pada diri siswa berkaitan dengan sikap yang mereka tunjukkan. Berkaitan dengan afektif siswa maka minat belajar berkaitan dengan sikap. Sikap yang ditunjukkan anak yang berminat berbeda halnya dengan

(15)

anak yang tidak berminat. Untuk dapat mengetahui sikap yang ditunjukkan oleh siswa yang berminat maka harus diketahui ciri-ciri minat anak.

3. Ciri-Ciri Minat Belajar Anak

Dimensi minat belajar siswa dapat diperoleh dari pengertian minat belajar siswa. Peneliti menegasakan bahwa dimensi minat belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasa senang (antusias), rasa ingin tahu, dan berpartisipasi aktif (tekun). Berikut ini adalah pemaparan dari setiap dimensi minat belajar siswa.

a. Rasa senang (Antusias)

Menurut Winkel dalam Dwi Sunar Prasetyono (2008:51), yang menyatakan bahwa jika dalam hati ada perasaan senang maka biasanya akan menimbulkan minat. Bila diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan berkembang dengan lebih baik. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Masnur Muslich (2010: 164), yang menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu. Pendapat di atas memberikan sebuah ciri bahwa siswa yang memiliki minat belajar merasa senang ketika melakukan pembelajaran yang diminati dengan cara menunjukkan sikap positif.

b. Rasa ingin tahu

Ciri minat siswa juga dikemukakan oleh Hurlock (1978: 117), bila anak terus menerus bertanya mengenai sesuatu, minatnya terhadap hal tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali-kali ditanyakan.

Usman Samatowa (2006:140) menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap ingin tahu akan sering mengajukan pertanyaan dan mengamati benda-benda di sekitarnya.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, penulis dapat menegaskan bahwa siswa yang ingin tahu akan menunjukkan perilaku aktif bertanya. Pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa siswa yang berminat memiliki ciri yang berkaitan dengan sikap ingin tahu yang ditunjukkan dengan bertanya.

c. Berpartisipasi aktif (Tekun)

(16)

Siswa sekolah dasar memiliki rentang waktu yang sedikit untuk mampu memperhatikan dan duduk tenang dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk dapat terlibat aktif dan ikut bergerak dalam proses belajar mengajar (Silberman, 2009: xxiii).

Berdasarkan pernyataan tersebut, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Wujud keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran yang menerapkan metode permainan adalah dengan sebagai berikut:

1. Mengemukakan ide

2. Bekerjasama dengan teman 3. Memberi bantuan kepada teman

Ciri-ciri minat belajar yang dikemukakan di atas dapat dibuat indikator minat belajar siswa. Indikator minat belajar siswa dikaitkan dengan sikap ilmiah.

Adapun sikap ilmiah yang dikemukakan oleh Martin, dkk (2005: 17) adalah:

a. Sikap ingin tahu.

b. Respek terhadap data atau fakta.

c. Berpikir kritis.

d. Sikap penemuan dan kreativitas.

e. Berpikir terbuka dan kerjasama.

f. Tekun.

g. Peka terhadap lingkungan.

Sikap ilmiah yang dikemukakan di atas dikaitkan untuk dapat digunakan sebagai indikator minat belajar siswa dalam penelitian ini. Berdasarkan pendapat- pendapat di atas dan dikaitkan dengan sikap ilmiah, maka indikator minat belajar siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Antusias dalam mengikuti pembelajaran.

2. Menunjukkan rasa ingin tahu dengan bertanya.

3. Menunjukkan perhatian pada benda atau aktivitas.

4. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan.

5. Mengahargai pendapat orang lain.

6. Tekun

(17)

Indikator-indikator yang ada akan digunakan untuk mengukur minat belajar siswa. Indikator-indikator tersebut selanjutnya akan dikaitkan dengan permainan sains. Siswa sekolah dasar masih sangat dekat dengan kegiatan bermain, maka pembelajaran dengan konsep permainan diharapkan membuat anak merasa senang. Perasaan senang yang dialami siswa ketika belajar akan menimbulkan minat belajar.

2.5 Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “ Medium”

yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman, Rahardja, Haryono dan Rahardjito, 1984:6) Media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: memotivasi belajar peserta didik, memperjelas informasi/pesan pengajaran, memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting, memberi variasi pengajaran, memperjelas struktur pengajaran. Media pendidikan memegang peranan penting dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002:6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002:6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Lain lagi menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005:3) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

Menurut Arsyad (2013:4) menjelaskan pengertian media dalam pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. Dapat dipahami sumber belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah buku, tape recorder, kaset, video, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi,

(18)

dan komputer. Penulis dapat menyimpulkanbahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun media pembelajaran apabila digunakan dengan baik dan efektif dapat memberi banyak manfaat baik kepada guru ataupun siswa

Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Selain itu, media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa dan juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Maka, dapat ditarik suatu pengertian bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

Jadi, pemilihan media dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah alat untuk mempermudah guru dalam pembelajaran serta dapat mempermudah peserta didik dalam menangkap pelajaran.Hal ini sejalan dengan Sadiman, Rahardja, Haryono dan Rahardjito, 1984 yang mengatakan bahwa Medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera

(19)

penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20%

dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.

Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan alat yang dapat membantu dalam proses penyampaian pesan kepada pihak lain.

Sebuah pesan yang disampaikan tentunya akan lebih bermakna apabila pesan tersebut dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan tersebut. Peran media dalam penyampaian pesan sangat besar, pesan yang disampaikan dengan media yang menarik penerima pesan akan lebih cepat memahami pesan tersebut.

2.5.1 Fungsi Media

1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknya lah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audiovisual dan audial.

2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek, yang disebabkan karena : objek terlalu besar, obyek terlalu kecil,objek yang bergerak terlalu lambat, objek yang bergerak terlalu cepat, objek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, objek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis.

6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

(20)

7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.

Proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.

2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.

Media di sini memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20%

dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.

(21)

Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan alat yang dapat membantu dalam proses penyampaian pesan kepada pihak lain.

Sebuah pesan yang disampaikan tentunya akan lebih bermakna apabila pesan tersebut dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan tersebut. Peran media dalam penyampaian pesan sangat besar, pesan yang disampaikan dengan media yang menarik penerima pesan akan lebih cepat memahami pesan tersebut.

2.6 Pengertian Media Flash Card

Flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi dengan katakata dalam bentuk kartu yang dikenalkan oleh Glenn Doman. Metode pembelajaran Glenn Doman dilakukan secara bertahap dengan menggunakan alat media flash card yang merupakan kata yang ditulis pada karton putih dengan ukuran huruf 10 x 12,5 cm, huruf ditulis dengan warna merah huruf kapital. Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 30), (Minanur Rohman, 2010: 19-20) mengemukakan bahwa flash card biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya, dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing pada khususnya. Lain halnya Susilana (Tim Repository UPI, 2012: 14) mengemukakan bahwa flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25 x 30 cm yang merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang terdapat di bagian belakangnya.

Azhar Arsyad (2011: 119-120), mengemukakan bahwa flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Flash card berisi gambar-gambar benda-benda, binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosakata selanjutnya Ahmad Susanto (2011:108), mengemukakan bahwa flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Gambar-gambar pada flash card dikelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya.

(22)

Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat. Tujuan dari metode ini adalah untuk melatih otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dapat bertambah dan meningkat.

Pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa flash card merupakan kartu yang berisikan kata atau gambar. Media flash card dapat digunakan untuk pengembangan perbendaharaan kata pada aspek perkembangan bahasa. Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat.

Ukuran dari flash card dapat disesuaikan dengan kebutuahan kelas, maksudnya ukuran media flash card untuk kelas sempit akan berbeda dengan ukuran media flash card pada kelas yang luas dan anak didiknya banyak.

Menurut Rudi Susilana dan Cepiriyana (2008) flash card merupakan media pembelajaran yang berupa kartu bergambar berukuran 25 X 30 cm. Gambar- gambar pada flashcard merupakan serangkaian pesan yang disajikan dengan adanya keterangan pada setiap gambar. Menurut Kasihani, flashcards are teaching aids as picture paper which has 25x30. The pictures is made by hand, pictures orphoto which is stick on the flashcard 4 (Flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25x30. Gambar- gambarnya dibuat dengan tangan, foto, atau memanfaatkan gambar / foto yang sudah ada ditempelkan pada lembaran-lembaran flash card). Dini Indriana juga mengungkapkan bawa “Flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya seukuran postcard atau sekitar 25 X 30 cm.”

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa flashcard adalah kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu. Flashcard biasanya berukuran 8 X 12 cm, 25 X 30 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi.

Flash card merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Dari pengertian flash card di atas yaitu kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi

(23)

dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu. Maka, dapat disimpulkan bahwa flash card mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Flashcard berupa kartu bergambar yang efektif.

2) Mempunyai dua sisi depan dan belakang.

3) Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.

4) Sisi belakang berisi definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian.

5) Sederhana dan mudah membuatnya.

2.6.1 Karakteristik dan Macam-Macam media Flash Card

Flashcard merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Dari pengertian flash card di atas yaitu kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu. Maka, dapat disimpulkan bahwa flash card mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Flash card berupa kartu bergambar yang efektif.

2. Mempunyai dua sisi depan dan belakang.

3. Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.

4. Sisi belakang berisi definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian.

5. Sederhana dan mudah membuatnya.

Sedangkan media Flash card adalah kartu bergambar yang dapat mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu tersebut. Flas hcard merupakan media praktis dan aplikatif yang menyajikan pesan singkat berupa materi sesuai kebutuhan si pemakai. Macam- macam flash card misalnya:flash card membaca, flash card berhitung, flash card binatang, dan lain-lain.

(24)

Kelebihan dan Kelemahan Media Flash Card

Media flash card tergolong dalam media berbasis visual. Media berbasis visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Janu Astro (Mei Lalu, 2011: 15), mengemukakan beberapa kelebihan flash card, antara lain:

1. Mudah dibawa-bawa

Dengan ukuran yang kecil flash card dapat disimpan di tas bahkan di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di dalam atau di luar ruangan.

2. Praktis

Dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media flash card sangat praktis. Dalam penggunanaan media ini guru tidak perlu memiliki keahlian khusus dan juga media ini tidak perlu menggunakan listrik. Jika akan menggunakan kita tinggal menyusun urutan gambar sesuai dengan keinginan kita, pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik.

3. Gampang diingat

Karakteristik media flash card adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan. Sajian pendek ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan-pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan teks cukup memudahkan siswa untuk mengenali suatu konsep.

4. Menyenangkan

Media flash card dalam penggunaannya bisa melalui permainan, misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu benda atau namanama tertentu dari flash card yang disimpan secara acak.

Adapun kelemahan media pembelajaran Flash Card, yaitu :

1. Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan kelas yang besar 2. Pelajar tidak selalu mengetahui bagaimana menginterpretasikan gambar 3. Tidak dapat memberikan kesan yang berhubungan dengan gerak, emosi,

maupun suara

(25)

Uraian di atas merupakan kelebihan media flash card, sedangkan kelemahan media flash card adalah anak hanya dapat mengetahui dan memahami kata dan gambar hanya sebatas kata dan gambar yang ada pada media flash card.

2.6.2 Penggunaan Media Flash card dalam Pembelajaran

Penggunaan media flash card dalam pembelajaran merupakan suatu proses, cara menggunakan kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda simbol untuk membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, teks, atau tanda simbol yang ada pada kartu, serta merangsang pikiran dan minat siswa dalam meningkatkan kecakapan pengenalan simbol bahan tulis dan kegiatan menurunkan simbol tersebut sampai kepada kegiatan siswa memahami arti/makna yang terkandung dalam bahan tulis.

Menurut Dina Indriana langkah-langkah penggunaan media flash card sebagai berikut:

1. Kartu-kartu yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke siswa.

2. Cabut kartu satu per satu setelah guru selesai menerangkan.

3. Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang dekat dengan guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu tersebut, selanjutnya diteruskan kepada siswa lain hingga semua siswa mengamati.

4. Jika sajian menggunakan cara permainan: (a) letakkan kartu-kartu secara acak pada sebuah kotak yang berada jauh dari siswa, (b) siapkan siswa yang akan berlomba, (c) guru memerintahkan siswa untuk mencari kartu yang berisi gambar, teks, atau lambang sesuai perintah, (d) setelah mendapatkan kartu tersebut siswa kembali ke tempat semula/start, (e) siswa menjelaskan isi kartu tersebut .

Manfaat Media Flash Card

Adapun manfaat dari media pembelajaran flash card menurut Janu Astro (Mei Lalu, 2011: 17) antara lain:

(26)

1. Meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal dan menguasai kosa kata (vocabulary) dalam waktu cepat

2. Memudahkan orang tua atau guru dalam mengajar dan mengenalkan kosakata kepada anak sejak dini

3. Anak akan mendapat dua manfaat sekaligus yaitu mengerti bahasa dan mengenal jenis-jenis binatang, buah,dan lain-lain.

2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Niki Fadilla (2014 ) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give Pada Kompetensi Dasar Teknik Pengolahan Makanan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Jasa Boga 3 Smk Negeri 2 Boyolang. Hasil pre test menunjukkan sebanyak 47,36 % siswa tuntas sedangkan hasil post test sebanyak 100% siswa tuntas. Hasil uji normalitas data nilai Pre Test dan Post Test adalah 0,302 dan 0,327. Hasil nilai statistik uji t perbedaan nilai pre test dan post test sebesar -5,463 dengan taraf signifikasi 0,00. Hasil belajar sikap sebesar 89,77% dengan kriteria sangat baik sedangkan hasil keterampilan sebesar 100% siswa tuntas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar siswa. e-journal boga volume 03 nomor 3, edisi yudisium oktober tahun 2014 58-6758.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliastini (2015 ) dengan judul Pengaruh Model Take And Give Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPS. Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata 24,61 berada pada kategori sangat tinggi, (2) hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional menunjukkan skor rata-rata 16,28 berada pada kategori sedang, (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give berbantuan multimedia interaktif dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional (thitung=11,27 > ttabel1,667).

e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015).

(27)

Penelitian yang dilakukan oleh Mega Puspita (2014 ) dengan judul Dewi Model Pembelajaran Take And Give Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar PKn SDNi L. G. Dari hasil analisis data diperoleh t hitung 3,447.

Sedangkan selisih t tabel dengan db 78 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti thitung lebih besar dari t tabel(3,447 > 2,000). Sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar PKn kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran take and give berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Nina Riani (2016 ) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Take And Give Dalam Materi Ajar Media Komunikasi Data Jaringan Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran take and give mampu meningkatkan aktivitas siswa, performa guru dan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 persentase nilai rata -rata siswasebesar 77,5% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 95% da n pada penilaian sikap siswa juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 sebesar 74,02% dan siklus 2 sebesar 89,30%. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 1, Januari 2016 ISSN 0854-2172.

Tiga penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran take and give dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan penelitian lagi dengan menggunakan model yang pembelajaran yang sama.

Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut pertama bahwa pada penelitian terdahulu, para peneliti belum memasukkan variabel minat belajar sebagai salah satu variabel yang diteliti. Artinya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran take and give, peneliti menduga dapat meningkatkan minat belajar yang berimplikasi pada hasil belajar siswa. Kedua, subyek penelitian. Pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa sekolah yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa perbedaan subyek didik, merupakan faktor lain yang akan mempengaruhi minat belajar. Situasi sekolah

(28)

yang berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda, demikian juga pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda tentu berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa juga. Karena itu, dengan memilih subyek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN dukuh 01, peneliti bermaksud melihat efektivitas penerapan model pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar IPA siswa. Artinya, jika model ini efektif, maka model ini akan menjadi rujukan bagi sekolah bersangkutan, maupun sekolah yang berbeda, karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja memiliki situasi yang berbeda-beda.

2.8 Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas 5 SD Dukuh 01 Salatiga. Fakta yang ditemu mengenai suasana pembelajaran pada siswa disekolah ini adalah bahwa guru masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang berminat dalam belajar IPA, dan hasil belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini memlilih pendekatan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus, dengan pemikiran bahwa evaluasi pada siklus pertama akan menjadi catatan untuk dijadikan masukan pada siklus II. Namun demikian uji coba pembelajaran dengan model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. Pemilihan model pembelajarn take and give dipilih berdasarkan situasi subjek penelitian yaitu siswa kelas 5. Pada usia ini, siswa memilki rasa ingin tahu yang tinggi dan sudah bisa bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompok, dengan model pembelajaran take and give take and give berbantuan media flash card.diharapakan bahwa pembelajaran akhirnya mendorong agar terjadi kerja sama diantara siswa.

Pembelajaran IPA di SD diharapkan dapat melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam fenomena alam yang sering terjadi. Fenomena alam yang terjadi minimal di lingkungan sekitar tempat tinggalnya maupun lingkungan yang lebih luas. Pembelajaran IPA hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak SD. Jika IPA diajarkan menurut tahap perkembangan kognitif yang tepat maka akan mewujudkan sikap positif siswa terhadap mata

(29)

pelajaran IPA tersebut. Sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA merupakan indikator adanya minat pada diri siswa tersebut.

Minat sangat penting untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki minat, motivasi, kesadaran belajar, sikap positif terhadap mata pelajaran dan guru diharapkan akan memperoleh hasil belajar yang baik. Minat dapat tumbuh dalam diri siswa jika didukung oleh hal yang dapat menarik perhatian mereka. Salah satu hal yang menarik bagi anak-anak adalah bermain.

Permainan merupakan kegiatan yang didalamnya terdapat unsur kesenangan, tanpa ada beban atau paksaan, dilakukan atas keinginan sendiri, dan dilakukan dengan penuh perhatian. Unsur-unsur permainan tersebut dapat menimbulkan minat pada diri anak. Dengan demikian pemilihan metode permainan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan minat siswa pada pelajaran IPA.

(30)

Gambar .1 Bagan Kerangka Pikir

Rendahnya minat belajar IPA ditandai dengan:Guru :

1. Guru kurang membimbing siswa untuk menemukan pemahaman sendiri 2. Guru menggunakan model dan media pembelajaran yang kurang bervariasi Siswa :

1. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan kelompok 2. Siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya sehingga keterampilan

berkomunikasi siswa kurang

3. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk berfikir kritis

4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, kurang memperhatikan, dan cepat merasa bosan

Minat belajar:

Minat belajar siswa rendah, sebanyak 35% siswa belum mencapai kategori tinggi

1. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. pada siswa kelas 5 SDN Dukuh 01 meningkat

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran model pembelajaran take and give berbantuan media flash card pada siswa kelas 5 SDN Dukuh 01 meningkat

3. Minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. pada siswa kelas 5 SDN Dukuh 01 meningkat dengan kategori tinggi ≥85%.

Minat belajar IPA pada kelas 5 SD Dukuh 01 meningkat

Menerapkan model pembelajaran model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. dalam pembelajaran IPA dengan langkah-langkah sebagai beri

1. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi.

2. Membangkitkan kesiapan siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuanya.

3. Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan disampaikan 4. Membagikan kepada siswa kartu take and give yang digunakan untuk

mencatat dan menerima informasi yang didapatkan

5. Memberikan materi pembelajaran kepada siswa melalui media maket 6. Mengajak siswa untuk menuliskan materi yang mereka pahami pada kartu

take and give yang telah disedia

7. Melakukan tahapan take and give yaitu siswa saling bertukar informasi 8. Mengajak siswa untuk berdiskusi dan melaporkan hasil diskusi 9. Menarik keimpulan dan melakukan evaluasi

Tindakan Kondisi

Awal

Kondisi Akhir

(31)

2.9 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan adalah sebagai berikut: melalui model pembelajaran take and give berbantuan media flash card dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas 5 SDN Dukuh 01 Salatiga.

Gambar

Gambar .1   Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang direncanakan, disiapkan atau disediakan guru

Dari pengertian strategi pembelajaran inkuiri yang dikemukakan para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa untuk

Berdasarkan pengertian media dan juga pembelajaran seperti telah diuraikan di atas, dapat disintesiskan bahwa media pembelajaran adalah media yang digunakan

Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan

Dengan demikian, media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran dan

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat