• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONVERSI LAHAN USAHATANI JERUK MENJADI USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KONVERSI LAHAN USAHATANI JERUK MENJADI USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONVERSI LAHAN USAHATANI JERUK MENJADI USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO

(Kasus : Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH :

SARAH NOVELIA NAPITUPULU 160304054

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

ANALISIS KONVERSI LAHAN USAHATANI JERUK MENJADI USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO

(Kasus : Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH :

SARAH NOVELIA NAPITUPULU 160304054

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

SARAH NOVELIA NAPITUPULU (160304054) dengan judul skripsi

“Analisis Konversi Lahan Usahatani Jeruk Menjadi Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo (Kasus : Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)”.

Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di daerah penelitian dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sengaja).

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan pendapat dari Roscoe diperoleh 80 sampel, dengan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling melalui undian yang diawali dengan penyusunan daftar populasi. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder. Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju persentase penurunan luas lahan jeruk di Desa Tigapancur dari tahun 2014-2019 sebesar 39,64%/tahun. Laju persentase kenaikan luas lahan kopi di Desa Tigapancur dari tahun 2014-2019 sebesar 6,49%/tahun. Umur petani sampel dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap konversi lahan, sedangkan luas lahan petani, jumlah tanggungan, produktivitas, harga jeruk dan biaya usahatani berpengruh signifikan terhadap konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di Desa Tigapancur.

Kata Kunci: Konversi lahan, laju konversi, faktor-faktor yang mempengaruhi, jeruk, kopi.

(6)

ABSTRACT

SARAH NOVELIA NAPITUPULU (160304054) with the thesis title is

" Analysis Of Land Conversion Of Orange Businesses To Coffee Businesses In Karo. (Case: Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)".

Supervised by Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP and Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MP.

The purpose of the research was to analyze the rate of land conversion from orange businesses to coffee businesses in the area of research and to analyze the factors affecting the conversion of orange businesses to coffee businesses in the area of research. The determination of the area research was carried out by purposive sampling (intentionally).

Determining the number of samples in this study using the opinion of Roscoe obtained 80 samples, with the sampling technique carried out by simple random sampling through a lottery begins with the compilation of a population list. The data obtained consisted of primary and secondary data. The data analysis methods used in this research are descriptive and multiple linear regression analysis.

The results showed that the percentage rate of decline in orange land area in Desa Tigapancur from 2014-2019 was 39.64% / year. The percentage rate of increase in coffee land area in Desa Tigapancur from 2014-2019 was 6.49% / year. The age of the sample farmers and education level did not have a significant effect on land conversion, while the farmer's land area, number of dependents, productivity, price of oranges and farming costs had a significant effect on the conversion of orange businesses to coffee businesses in Desa Tigapancur.

Keywords: Conversion of land, conversion rate, factors affecting, orange, coffee.

RIWAYAT HIDUP

(7)

Sarah Novelia Napitupulu lahir di Pematangsiantar pada tanggal 19 November 1998, anak pertama dari lima bersaudara dari bapak Ronald Napitupulu dan ibu Maulince Pakpahan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2003 masuk di TK KARTIKA I-38 dan lulus pada tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk di SD Swasta YP HKBP-1 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2010.

3. Tahun 2010 masuk di SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2013.

4. Tahun 2013 masuk di SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2016.

5. Tahun 2016 masuk di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

Adapun kegiatan yang pernah diikuti penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut:

1. Praktek Kerja Lapangan di Desa Tanjung Keliling, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat.

2. Melaksanakan penelitian skripsi di Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

3. Sebagai Enumerator dalam Survei Nasional Kesiapan Masyarakat Menghadapi Pemilu Serentak yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tanggal 19-31 Maret 2019.

(8)

4. Sebagai panitia kegiatan Seminar Dan Training Palm O’ Corner Sumatera Utara yang diadakan oleh Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) FP USU, pada tanggal 21 September 2019.

Adapun organisasi yang telah diikuti penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut:

1. Anggota IMASEP FP USU mulai tahun 2016.

2. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mulai tahun 2018.

3. Bendahara Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Pertanian FP USU Periode 2019/2020.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Konversi Lahan Usahatani Jeruk Menjadi Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo (Kasus : Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tersayang Bapak Ronald Napitupulu dan Ibu Maulince Pakpahan atas segala doa dan dukungannya baik spiritual, emosional maupun materi yang diberikan mulai penulis lahir hingga saat ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si dan Ibu Ir. Iskandarini, MM., Ph.D selaku penguji yang telah meluangkan waktu serta memberi masukan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Nega Lubis, M.Ec dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(10)

4. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh pegawai Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

6. Kepala Desa, Sekretaris, Pegawai di Desa Tigapancur serta pegawai di Kecamatan Simpang Empat tempat Penelitian penulis dan seluruh petani yang membanru penulis dalam memberikan informasi tentang penelitian penulis.

7. Keluarga penulis yang memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

8. Teman-teman penulis di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara stambuk 2016.

9. Abang, kakak senior penulis di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, Februari 2021

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1 Konversi Lahan ... 7

2.1.2 Budidaya Jeruk ... 9

2.1.3 Budidaya Kopi ... 11

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Teori Keputusan ... 14

2.2.2 Teori Harga ... 15

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan ... 16

2.3 Penelitian Terdahulu ... 18

2.4 Kerangka Pemikiran ... 22

2.5 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 26

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4 Metode Analisis Data ... 27

3.5 Definisi Dan Batasan Operasional ... 32

(12)

3.5.1 Definisi ... 32

3.5.2 Batasan Operasinal ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

4.1.1 Letak Geografis Dan Luas Daerah ... 34

4.2 Kadaan Penduduk Desa Tigapancur ... 35

4.2.1 Jumlah Penduduk ... 35

4.2.2 Perekonomian Desa ... 35

4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 36

4.2.4 Pola Penggunaan Lahan ... 36

4.3 Sarana Dan Prasarana ... 37

4.3.1 Fasilitas Jalan Dan Transportasi ... 37

4.3.2 Prasarana Sosial Ekonomi ... 38

4.3.3 Lembaga Sosial Ekonomi ... 38

4.3.4 Fasilitas Listrik ... 39

4.3.5 Fasilitas Pemerintahan ... 39

4.4 Karakteristik Petani Sampel ... 39

4.4.1 Luas Lahan Petani (Ha)... 39

4.4.2 Umur Petani (Tahun) ... 40

4.4.3 Tingkat Pendidikan (Tahun) ... 40

4.4.4 Jumlah Tanggungan (Orang) ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Laju Konversi Lahan ... 43

5.2 Biaya Usahatani ... 47

5.2.1 Biaya Produksi Usahatani Jeruk ... 47

5.2.2 Biaya Produksi Usahatani Kopi ... 47

5.2.3 Penerimaan Usahatani Jeruk ... 50

5.2.4 Penerimaan Usahatani Kopi ... 51

5.2.5 Pendapatan Petani Jeruk... 51

5.2.6 Pendapatan Petani Kopi ... 52

5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Usahatani Jeruk Menjadi Usahatani Kopi ... 52

5.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 53

5.3.2 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 1.1 Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo Tahun 2014 Sampai 2018

2

Tabel 1.2 Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Kopi di Kabupaten Karo Tahun 2014 sampai 2018

4

Tabel 3.1 Luas Lahan (Ha) Jeruk dan Kopi di Desa TigaPancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2014-2018

25

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel 28

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2020

36

Tabel 4.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Tigapancur Tahun 2020

36

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 37

Tabel 4.4 Pola Penggunaan Lahan Desa Tigapancur 38

Tabel 4.5 Tabel 4.6

Prasarana Perhubungan Desa Tigapancur Prasarana Sosial Ekonomi Desa Tigapancur

38 39 Tabel 4.7 Lembaga Sosial Ekonomi Desa Tigapancur 39 Tabel 4.8 Distribusi Sampel Petani Berdasarkan Luas Lahan 40 Tabel 4.9 Distribusi Sampel Petani Berdasarkan Kelompok

Umur

41

Tabel 4.10 Distribusi Sampel Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan

42 Tabel 4.11 Distribusi Sampel Petani Kopi Berdasarkan Jumlah

Tanggungan Keluarga Petani

42 Tabel 5.1 Luas Lahan (Ha) Jeruk di Desa Tigapancur,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2014-2019

45

(14)

Tabel 5.2 Luas Lahan (Ha) Kopi di Desa Tigapancur,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2014-2019

46

Tabel 5.3 Total Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Jeruk Per Luas Lahan Per Musim Panen

48

Tabel 5.4 Total Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Per Luas Lahan Per Musim Panen

48

Tabel 5.5 Total Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jeruk Per Luas Lahan Per Musim Panen

51

Tabel 5.6 Total Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jeruk Per Luas Lahan Per Musim Panen

52

Tabel 5.7 Total Rata-Rata Pendapatan Petani Jeruk Per Luas Lahan Per Musim Panen

52

Tabel 5.8 Total Rata-Rata Pendapatan Petani Kopi Per Luas Lahan Per Musim Panen

53

Tabel 5.9 Hasil Uji Kolmogrov Smirnov 55

Tabel 5.10 Hasil Uji Multikolinieritas 55

Tabel 5.11 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Konversi Lahan Di Daerah Penelitian

57

DAFTAR GAMBAR

(15)

No Keterangan Hal

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 23

Gambar 5.1 Laju Konversi Lahan Jeruk (Ha) Desa Tigapancur 45 Gambar 5.2 Laju Persentase Perubahan Luas Lahan Jeruk

(%/Tahun) Desa Tigapancur

45

Gambar 5.3 Laju Konversi Lahan Kopi (Ha) Desa Tigapancur 46 Gambar 5.4 Laju Persentase Perubahan Luas Lahan Kopi

(%/Tahun Desa Tigapancur

47

Gambar 5.5 Grafik Histogram 54

Gambar 5.6 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual 55

Gambar 5.7 Grafik Scartterplot 57

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Karakteristik Sampel Di Daerah Penelitian

Lampiran 2 Biaya Pupuk Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Musim Tanam

Lampiran 3 Biaya Pestisida Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Musim Tanam

Lampiran 4 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Musim Panen

Lampiran 5 Biaya Pengeluaran Petani Di Daerah Penelitian

Lampiran 6 Total Biaya Produksi Jeruk Per Luas Lahan Per Musim Panen Lampiran 7 Harga Jual Jeruk, Produksi Penerimaan dan Pendapatan Petani

Per Luas Lahan Per Musim Panen

Lampiran 8 Biaya Pupuk Usahatani Kopi Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Musim Tanam

Lampiran 9 Biaya Pestisida Usahatani Kopi Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Musim Tanam

Lampiran 10 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi Di Daerah Penelitian Lampiran 11 Total Biaya Produksi Usahatani Kopi Per Luas Lahan Per

Musim Panen

Lampiran12 Harga Jual Kopi, Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Per Luas Lahan Per Musim Panen

Lampiran 13 Hasil SPSS

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dan menopang pembangunan nasional. Indonesia dalam hal melakukan pembangunan tidak luput dari pembangunan pertanian. Hal ini dikarenakan negara Indonesia memiliki cakupan yang luas terhadap sektor pertanian baik wilayahnya maupun perekonomiannya yang didukung oleh sektor pertanian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumberdaya alam, yang memiliki luas lahan dan agroklimat yang potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian (Mardikanto, 2007).

Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang merupakan sentra pengembangan tanaman hortikultura dan perkebunan rakyat, dan komoditi ini tersebar hampir disemua wilayah kabupaten/kota. Kabupaten Karo merupakan salah satu wilayah sebagai sentra produksi hortikultura dan perkebunan rakyat di Sumatera Utara. Tanaman jeruk merupakan salah satu komoditi uggulan di Kabupaten Karo, sehingga perkembangannya memeberi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani jeruk di kabupaten karo dikarenakan besarnya peluang dan dari segi ekologi yang mendukung. Hal tersebut menempatkan Kabupaten Karo menjadi sentra produksi jeruk terbesar di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Utara sebagai sentra produksi jeruk terbesar di Indonesia.

Kenyataannya hal tersebut tidak sejalan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat. Banyak kendala yang dihadapi petani jeruk dalam melaksanakan

(18)

usahataninya. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan terjadinya konversi lahan usahatani jeruk seperti halnya di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Kondisi tersebut ditunjukkan dengan penurunan luas lahan dan jumlah produksi tanaman jeruk.

Tabel 1.1 Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Jeruk di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2014 Sampai 2019

No. Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1 2014 1.393 55.720

2 2015 550 21.450

3 2016 200 9.600

4 2017 100 4.700

5 2018 55 2.600

6 2019 44,2 1.105

Pertumbuhan (%) -96,82 -98,01

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2020

Tabel. 1.1. menunjukkan perubahan luas lahan tanaman jeruk yang sangat signifikan setiap tahunnya di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Pada tahun 2014 luas lahan tanaman jeruk sebesar 1.393 Ha kemudian menurun menjadi 44,2 Ha pada tahun 2019. Penurunan pertumbuhan luas lahan tanaman jeruk sebesar 96,82%.

Penurunan luas lahan tanaman jeruk tersebut kemudian diikuti dengan berkurangnya jumlah produksi jeruk di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Pada tahun 2014 jumlah produksi jeruk sebesar 55.720 ton berkurang menjadi 1.150 ton pada tahun 2019, sehingga terjadi penurunan pertumbuhan produksi jeruk sebesar 98,01%.

(19)

Karakteristik tanaman jeruk membutuhkan pemeliharaan yang intensif seperti pemupukan, penyemprotan, pemangkasan dan penjarangan. Tingginya modal pemeliharaan tanaman jeruk dipengaruhi oleh harga pupuk dan pestisida yang digunakan. Sehingga pada kenyataannya antara pemeliharaan yang intensif dan tingginya modal yang dikeluarkan tidak seimbang dengan harga buah jeruk, sehingga hal tersebut berpengaruh pada jumlah pendapatan yang diterima petani.

Secara umum tingkat pengelolaan kebun jeruk oleh petani sangat bervariasi, belum optimal dan belum sepenuhnya menerapkan inovasi teknologi anjuran hasil penelitian. Oleh karena itu walaupun produktivitasnya tidak terlalu rendah, namun mutu buah yang dihasilkan tidak memuaskan. Bahkan kondisi buah ini juga diperburuk dengan perlakuan pasca panen yang sekedarnya, sehingga buah jeruk kita tidak memiliki daya saing pasar yang kuat, baik sebagai substitusi impor maupun untuk ekspor. Kelembagaan petani masih sangat lemah sehingga dalam pemasaran jeruk tidak memiliki posisi tawar yang kuat dan cenderung sering merugikan petani (Ginting L., 2018).

Fenomena alih fungsi lahan tanaman jeruk menjadi tanaman kopi semakin berkembang di Kabupaten Karo. Hal tersebut berbanding lurus dengan peningkatan prospek peluang pasar kopi di dunia. United States Departement of Agriculture (USDA) memprediksi produksi kopi dunia pada tahun 2015

diperkirakan mencapai 115 juta karung (1 karung = 60 kg). Menurut data International Coffee Organization (ICO), sejak tahun 2010 trand peningkatan konsumsi kopi dunia sebesar 2,5% tahun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 165 juta hingga 73 juta karung (Rukmana, 2014).

(20)

Peluang dan faktor pendongkrak ekspor kopi dunia terus meningkat adalah terjadinya peningkatan konsumsi dunia dari tahun ke tahun. Kopi termasuk minuman paling popular di dunia setelah air. Setiap hari lebih dari 1 miliar cangkir kopi dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Tidak mengherankan apabila kopi menjadi komoditas paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak bumi. Kebutuhan kopi meningkat dari 8 gram menjadi 15 gram per cangkir. Di samping itu, juga terdapat perubahan budaya dalam pola minum kopi dari system konvensional (drip coffee) ke pola modern (espresso) (Rukmana, 2014).

Besarnya peluang terebut diikuti oleh perkembangan tanaman kopi seperti halnya di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Selama enam tahun terakhir semakin banyak petani yang tertarik untuk membudidayakan tanaman kopi.

Konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi diharapkan memberikan keuntungan bagi petani sehingga berdampak bagi kesejahteraan petani.

Table 1.2 Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Kopi di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2014 sampai 2019

No Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1 2014 1.037 814,24

2 2015 1.037 488,54

3 2016 1.121 489

4 2017 1.133,1 699

5 2018 1.145,3 932,03

6 2019 1157,3 1473,24

Pertumbuhan (%) 11,60 80,93

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2020

Tabel 1.2 menggambarkan kenaikan jumlah luas lahan dan kenaikan jumlah produksi kopi di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Berdasarkan tabel tersebut terlihat perubahan luas lahan kopi setiap tahun di Kecamatan Simpang

(21)

Empat, Kabupaten Karo. Pada tahun 2014 luas lahan kopi 1.037 Ha kemudian meningkat menjadi 1.157,3 Ha pada tahun 2019. Terjadi kenaikan pertumbuhan luas lahan sebesar 11,60%.

Kenaikan luas lahan kopi diikuti oleh kenaikan jumlah produksi kopi di Kecamatan Simpang, Kabupaten Karo. Pada tahun 2014 jumlah produksi kopi sebesar 814,24 ton meningkat menjadi 14,73,24 ton pada tahun 2019. Terjadi peningkatan pertumbuhan produksi kopi sebesar 80,93%.

Melihat kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor- faktor apa saja yang menjadi alasan petani melakukan konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi. Salah satu daerah di Kabupaten Karo yang terkait dengan fenomena ini adalah Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat yang akan menjadi daerah penelitian penulis.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana laju konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di daerah penelitian?

2) Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di daerah penelitian?

1.3 Tujuaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisis laju konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di daerah penelitian.

(22)

2) Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sebagai bahan masukan bagi petani jeruk dan kopi di daerah penelitian untuk mengelola dan mengembangkan usahataninya dengan baik.

2) Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi pihak pemerintah untuk mengembangkan kebijakan pertanian terutama di daerah penelitian.

3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konversi Lahan

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Zaenil, 2011).

Menurut Lestari (2009), konversi lahan atau yang sering disebut alih fungsi lahan adalah berubahnya seluruh atau sebagian lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang memiliki dampak negatif bagi lingkungannya. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan peningkatan mutu akibat bertambahnya jumlah penduduk.

Agar lahan pertanian tetap dapat digunakan sebagai tempat untuk dilakukan budidaya atau usahatani maka pemerintah membuat Undang-Undang tentang perlindungan lahan.

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Pasal 3 Tahun 2009, Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan:

(24)

a. Melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan.

b. Menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan.

c. Mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan.

d. Melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani.

e. Meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat.

f. Meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak.

g. Mempertahankan keseimbangan ekologis, dan h. Mewujudkan revitalisasi pertanian.

Faktor-faktor penggerak utama konversi lahan, pelaku, pemanfaatan dan proses konversi, maka tipologi konversi terbagi menjadi tujuh tipologi (Sihaloho, 2004), yaitu:

1) Konversi gradual berpola sporadik yaitu pola konversi yang diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang kurang bermanfaat secara ekonomi dan keterdesakan pelaku konversi.

2) Konversi sistematik berpola enclave yaitu pola konversi yang mencakup wilayah dalam bentuk sehamparan tanah secara serentak dalam waktu yang relatif sama.

3) Konversi adaptif demografi yaitu pola konversi yang terjadi karena kebutuhan tempat tinggal/pemukiman akibat adanya pertumbuhan pendudukan.

4) Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial yaitu pola konversi yang terjadi karena motivasi untuk berubah dari kondisi lama untuk keluar dari sektor pertanian utama.

(25)

5) Konversi tanpa beban yaitu pola konversi yang dilakukan oleh pelaku untuk melakukan aktivitas menjual tanah kepada pihak pemanfaat yang selanjutnya dimanfaatkan untuk peruntukan lain.

6) Konversi adaptasi agraris; pola konversi yang terjadi karena keinginan meningkatkan hasil pertanian dan juga minat untuk bertani di suatu tempat tertentu sehingga lahan dijual dan membeli lahan baru di tempat lain yang lebih bernilai produktif dan merupakan tempat yang dipandang tepat.

7) Konversi multi bentuk atau tanpa pola; konversi yang diakibatkan oleh berbagai faktor khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, untuk perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak spesifik dijelaskan dalam konversi adaptasi demografi.

2.1.2 Budidaya Jeruk

Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang mempunyai peranan penting di pasaran dunia maupun dalam negeri, baik dalam bentuk segar maupun olahannya. Karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, maka pemerintah tidak hanya mengarahkan pengelolaan jeruk bagi petani kecil saja, tetapi juga mengorientasikan kepada pola pengembangan industri jeruk yang komprehensip (Soelarso, 1996).

Jeruk siam adalah salah satu spesies buah jeruk yang telah banyak dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tak pernah hilang. Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel artinya bibit jeruk siam bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara

(26)

perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggi dengan rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986).

1) Persiapan Lahan

Persiapan lahan bertujuan untuk menyediakan tempat hidup sebaik-baiknya untuk tanaman.Tanaman jeruk umumnya ditanam di tanah tegal, tetapi akhir-akhir ini tanaman jeruk juga dibudidayakan di tanah sawah. Sebelum penamanan, lahan perlu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal (Soelarso, 1996).

Penanaman bibit jeruk pada lubang tanam yang sudah disiapkan sebaiknya dilaksanakan apabila curah hujan diperkirakan cukup untuk pertumbuhan tahap awal, sekitar bulan September-November. Penanaman juga bisa dilakukan pada akhir musim hujan, tetapi harus rajin menyiramnya. Khusus lahan pasang surut, penanaman sebaiknya dilakukan pada bulan Desember-April saat musim barat sedang berlangsung.

2) Pemeliharaan Tanaman

Hasil yang memuaskan tak akan diperoleh tanpa pemeliharaan yang baik.

Tanaman jeruk memang tidak terlalu manja, tetapi pada saat tertentu tanaman ini bisa sangat peka terhadap serangan hama dan penyakit. Kematian tanaman jeruk tidak melulu karena serangan hama, lingkungan yang kotor dan tidak terawat juga bisa mebuat tanaman jeruk mati. Ada beberapa langkah pemeliharaan yang harus ditaati petani jeruk siam. Langkah-langkah tersebut adalah pelebaran terumbuk, pembuatan parit drainase tambahan, pengairan, pemupukan, penyiangan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.

(27)

3) Panen

Buah jeruk harus dipanen pada saat telah masak optimal, karena buah jeruk termasuk dalam golongan non klimaterik. Artinya buah-buah yang sudah dipanen, mutunya tidak dapat berubah menjadi baik selama dalam penyimpanan.

Dengan demikian, buah-buah jeruk yang dipanen sebelum waktunya rasanya masam dan aromanya tidak berkembang. Buah jeruk yang sudah tua akan matang selama dikirim ketempat lain, tapi kalau saat dipetik belum cukup tua jeruk tidak akan bertambah masak. Untuk mendapatkan mutu buah yang memenuhi standar, maka umur petik harus tepat. Biasanya umur petik tersebut berisar antara 28 -36 minggu dari buah mekar, dan lamanya matang tergantung jenisnya. Sesudah buah jeruk dipanen harus dilakukan sortasi yaitu memisahkan buah yang masak dan terkena hama/penyakit. Kemudian sebelum dilakukan distribusi buah, ataupun pengepakan perlu juga dilakukan grading, yaitu memisahkan atau mengelompokkan buah berdasarkan warna buah, besar kecilnya buah, berat buah dan kekerasan buah (Soelarso, 1996).

2.1.3. Budidaya Kopi

Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari family rubiaceae. Genus tanaman kopi ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang paling popular dan memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu kopi Robusta dan kopi arabika. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varieties dan beberapa cara pengolahannya. Diseluruh dunia kini terdapat sekitar 4500 jenis kopi yang dapat dibagi dalam 4 kelompok besar yakni : jenis Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietesnya menghasilkan kopi dagang Robusta, jenis Coffea Arabica

(28)

menghasilkan kopi dagang Arabica, Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa, dan Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberica.

Adapun tahapan budidaya usahatani kopi adalah sebagai berikut:

1) Persiapan Lahan Tanam

Agar penanaman kopi dapat berhasil dengan baik, idealnya diperlukan waktu persiapan kurang lebih 2 tahun atau ditentukan kondisi tanahnya. Apabila areal yang akan ditanami berupa tanaman ulangan atau konversi dari budidaya lainnya.

kopi ditanam secara poliklonal dengan pengaturan secara barisan selang-seling (setiap baris 1 jenis klon), pengangkutan bibit harus hati-hati, terutama pada saat meletakkan bibit di lapangan, penutupan lubang dibuat agak cembung agar setelah mengendap menjadi rata dengan permukaan tanah. Lubang tanam yang sudah ditutup, sebelum ditanam bibit digali lagi secukupnya, kemudian polybag ditanam setelah dilepas plastiknya, lubang ditutup kembali dan secara bertahap dipadatkan. Letak leher akar harus sama tingginya dengan permukaan tanah keras dan seyogyanya ditutup dengan mulching dipiringan pohon. Plastik polybag bekas bibit agar ditusukkan pada ajir untuk memudahkan pengecekan/kontrol (Budiman, 2009).

2) Pemeliharaan tanaman kopi

Pemeliharaan tanaman kopi meliputi penyiangan, pemupukan dan pemangkasan.

a. Penyiangan

Dalam pemeliharaan tanaman kopi di kebun tentunya harus dilakukan perawatan yang intensif, seperti halnya kegiatan penyiangan yang merupakan kegiatan pemeliharaan menyingkirkan ataupun mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan gulma-gulma yang terdapat disekitar tanaman kopi. Gulma

(29)

tersebut disingkirkan karena dianggap sebagai penggangu tanaman kopi dalam menyerap unsur hara, dengan kata lain gulma merupakan tumbuhan yang pertumbuhannya tidak diinginkan untuk itu gulma harus diberantas khususya disekitar kanopi tanaman kopi (Budiman, 2009).

b. Pemupukan

Kegiatan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi secara signifikan adalah pemupukan. Maksud dari kegiatan pemupukan ini adalah menambahkan unsur hara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman kopi. Dengan begitu kegiatan ini merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan dalam pembudidayaan tanaman kopi. Tanaman kopi tidak akan mampu berproduksi optimal jika pasokan makannya berkurang, untuk itu dengan dilakukannya pemupukan akan menjadikan tanaman kopi berbuah dengan banyak. Pemupukan dilakukan mulai tanaman kopi berumur 1 tahun sampai 6 tahun (pada kebun masih muda) (Budiman, 2009).

Pemupukan tanaman kopi secara optimal dan teratur menjadikan tanaman kopi memiliki daya tahan yang lebih besar yang tidak mudah dipengaruhi keadaan yang ekstrem, misalnya kekurangan air, temperatur tinggi dan rendah, pembuahaan yang terlalu lebat dan sebagainya, di samping itu tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman kopi mempunyai sifat bahwa pada suatu saat produksinya tinggi, namun produksi tersebut akan turun sampai 40% pada tahun berikutnya. Makin buruk kondisi tanaman makin besar presentase penurunan hasilnya. Pertanaman yang dipupuk secara teratur penurunan hasilnya dapat ditetapkan sekitar 20%

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

(30)

c. Pemangkasan

Pemangkasan merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada tanaman kopi dalam memperoleh produksi yang tinggi. Kegiatan ini memerlukan ketelitian dan kehati-hatian karena jika terjadi kesalahan dalam pemangkasan akan menyebabkan penurunan produksi buah kopi (Budiman, 2009).

3) Panen

Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah.

Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah ketika masak penih dan menjadi kehitam- hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). Kopi yang dibudidayakan rakyat, sebagaian besar merupakan varietas robusta.Varietas ini toleran tumbuh di dataran rendah (0 mdpl), sampai ketinggian 1.500 mdpl. Di dataran rendah dan menengah (0 sampai 700 mdpl), kadang-kadang ada petani yang membudidayakan kopi liberika dan ekselsa. Sementara di dataran tinggi (di atas 700 mdpl), yang paling banyak dibudidayakan adalah kopi arabika.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Keputusan

Teori Keputusan adalah teori mengenai cara manusia memilih pilihan yang diantara pilihan-pilihan yang tersedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih. Teori keputusan dibagi menjadi dua, yaitu: (1) teori keputusan normatif yaitu teori tentang bagaimana keputusan seharusnya dibuat berdasarkan prinsip rasionalitas, dan (2) teori keputusan deskriptif yaitu teori tentang bagaimana keputusan secara faktual dibuat (Hansson, 2005).

(31)

Pengambilan keputusan dilakukan dengan memilih alternatif yang ada (Terry, 2000). Menurut Rogers (2003) pengambilan berbagai alternatif tersebut tidak terlepas dari berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu teknologi bagi pengusahanya (petani). Sementara tingkat adopsi suatu inovasi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri, karakteristik penerima inovasi dan saluran komunikasi.

2.2.2. Teori Harga

Mulyadi (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa: “Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.”Selain itu Philip Kotler (2003) mengemukakan bahwa. “Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Carter dkk (2004) menyatakan bahwa kebijakan penentuan harga jual oleh produsen idealnya memastikan pemulihan atas semua biaya dan mencapai laba yang diinginkan. Faktor yang menjadi perhatian khusus bagi produsen dalam penentuan harga jual adalah biaya. Dalam penentuan harga jual, faktor biaya

(32)

digunakan sebagai batas bawah karena dalam kondisi wajar harga jual harus dapat menutup semua biaya yang bersangkutan dengan produk dan dapat menghasilkan laba yang diharapkan. Maka dapat diasumsikan bahwa harga jual yang ditetapkan harus lebih tinggi dari total biaya yang telah dikeluarkan supaya menguntungkan bagi produsen. Jika harga sebuah komoditi lebih rendah daripada komoditi lainnya, tidak dapat di pungkiri bahwasanya petani dapat berpindah komoditi dikarenakan harga jual nya tidak bisa menutupi total biaya yang dikeluarkan sehingga petani merugi atau tidak mendapatkan untung.

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan a. Luas Lahan Jeruk (Ha)

Lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang ada di bumi yang sangat penting sebagai faktor produksi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia . Lahan ini dapat dijadikan sebagai tempat tinggal, pertanian, industri dan lain sebagainya.

Tak menutup kemungkinan, kebutuhan manusia yang semakin meningkat, namun kondisi lahan yang tetap, menjadikan para pemilik lahan melakukan konversi lahan dari fungsi satu ke fungsi lainnya.

Aktivitas pertanian dengan tingkat resiko ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat produksi, harga dan keuntungan. Dengan demikian penggunaan lahan yang mempunyai resiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi akan cenderung dikonversi ke penggunaan lain yang resikonya lebih rendah (Nasution, 2000).

b. Umur Petani (Tahun)

(33)

Umur dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam bekerja. Dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Hal tersebut terutama berlaku pada pekerjaan fisik. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya (Suratiyah,2008).

c. Tingkat Pendidikan (Tahun)

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan bertindak. Pendidikan tinggi dapat meningkatkan pengetahuan sesorang dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia sehingga mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi (Kartasapoetra, 1994). Menurut Muhibbin (2002) pendidikan dapat menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagaianya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.

d. Jumlah Tanggungan (Orang)

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi dengan mempengaruhi keputusan seseorang dalam berusaha. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 1999).

e. Produktivitas (Kg/Ha)

(34)

Semakin rendah produktivitas lahan pertanian, maka diduga akan meningkat penurunan luas lahan akibat alih fungsi lahan karena lahan dianggap memiliki opportunity cost (Soemarno, 2013).

The law of deminishing return tingkat produksi yang terbaik dengan sumberdaya

yang terbatas. Prinsip ini menuntun petani kepada tingkatan produksi yang harus diperoleh yaitu dengan penggunaan sumberdaya yang sesuai penggunaannya, tidak berlebihan dan tidak kurang, sehingga tidak mengurangi kenaikan hasil baik secaca fisik maupun dari nilai komoditi (Shinta, 2011).

f. Harga Jeruk (Rp/Kg)

Pada dasarnya perubahan harga jual akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap petani. Salah satu pengaruhnya yaitu tingkat pendapatan para petani, yang selanjutnya sangat berpengaruh untuk memotivasi atau meningkatkan produktivtas kerja para petani. Darwis (2006) menyatakan bahwa, “ harga jual merupakan satu perangsang (motivator) untuk melakukan pekerjaannya”.

Faktor ekonomi yang menentukan alih fungsi lahan adalah nilai kompetitif komoditi yang dihasilkan terhadap komoditi lain yang menurun dan adanya peningkatan respon petani atau pengusaha perkebunan terhadap dinamika pasar, lingkungan dan daya saing usahatani yang pada akhirnya akan merujuk pada tingkat biaya dan pendapatan yang dihasilkan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat (Ilham, 2009).

g. Biaya Usahatani (Rp/Ha)

Semakin meningkatnya biaya pemeliharaan maka petani akan lebih memilih mengalih fungsikan lahan jeruknya daripada mempertahankan lahannya dengan

(35)

pertimbangan biaya pemeliharaan yang tinggi. Yang termasuk dalam biaya pemeliharaan adalah harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja.

2.3. Penelitian terdahulu

Berdasarkan penelitian Lovina Ginting (2018) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Konversi Lahan Jeruk Menjadi Lahan Kopi Di Kabupaten Karo”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahan jeruknya menjadi kopi di daerah peneitian. Penentuan daerah penelitian yaitu secara purvosive (sengaja) dengan sistem Snowball Sampling diperoleh sebanyak 71 orang sample.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas areal jeruk dari tahun 2010-2017 sebesar 82,14% dan produksi sebesar 73,69%, dimana dalam periode yang sama terjadi peningkatan luas areal kopi sebesar 47,14 % dan produksi sebesar 50,18%. Faktor internal variabel tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan petani berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk.

Sedangkan umur petani dan luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk tersebut. Faktor eksternal variabel jumlah produktifitas tanaman jeruk, harga pupuk dan harga pestisida berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk tersebut. Sedangkan harga komoditi jeruk tidak berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk tersebut.

Berdasarkan penelitian Oscar Luckita (2017) dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Kopi Ke Lahan Jeruk (Kasus: Desa Pegagan Julu

(36)

V, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi)”. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis konversi lahan yang terjadi di daerah penelitian dan untuk menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan kopi menjadi lahan jeruk di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian secara purvosive (sengaja). Metode penentuan jumlah sampel digunakan metode slovin diperoleh sebanyak 45 sampel karyawan. Untuk penentuan sampel digunakan metode simple random sampling. Sampel adalah petani kopi yang mengkonversikan lahannya. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) konversi lahan di desa Pegagan Julu V , Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi yang terjadi dikarenakan harga jual kopi yang lebih rendah dari harga jual jeruk, dikarenakan adanya petani jeruk yang pindah akibat erupsi gunung Sinabung dan tingginya biaya hidup keluarga petani. (2) secara parsial hanya jumlah tanggungan petani, luas kepemilikan lahan dan pengeluaran keluarga petani yang berpengaruh nyata dalam konversi lahan kopi, sedangkan harga komoditi kopi, usia petani dan peranan lembaga penyuluhan tidak berpengaruh nyata dalam konversi lahan kopi tersebut.

Berdasarkan penelitian Manullang T., dengan judul Skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Jeruk Siam (Citrus sinensis ) Ke Kopi Arabica (Coffeaarabica) (Studi Kasus: Desa Kuta Tengah, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi)”. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui Apakah faktor sosial mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahan jeruk menjadi lahan kopi. (2) Untuk mengetahui Apakah faktor ekonomi mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahan jeruk menjadi

(37)

lahan kopi. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja, dengan memilih Desa Kuta Tengah, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi. Metode penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dapat dihitung dengan rumus Slovin,diperoleh jumlah sampel untuk petani Jeruk di DesaKuta Tengah yang akan diteliti adalah 45 sampel dengan taraf kesalahan yaitu (e) = 10%.

Dengan jumlah populasi sebanyak 80 petani. Pengujian menggunakan metode analisis regresi logistik biner.

Berdasarkan penelitian Miswati A.S., dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi Padi Menjadi Karet Dan Tingkat Kesejahteraan Subjektif Keluarga Petani Di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motivasi, kesulitan usahatani padi, pendapatan usahatani karet pada satu tahun terakhir, faktor-faktor yang mempengaruhi alih komoditi padi ke karet dan tingkat kesejahteraan subjektif keluarga petani di Kecamatan Abung Surakarta. Penelitian ini dilakukan secara sengaja pada bulan Februari-Maret 2019 menggunakan metode survei. Jumlah responden adalah 56 orang menggunakan teknik simple random sampling. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif sedangkan alat analisis yang digunakan adalah indikator motivasi, indikator kesulitan usahatani padi, pendapatan usahatani, regresi linier berganda, dan indikator kesejahteraan subjektif menggunakan skala Likert dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi dan kesulitan usahatani padi berada pada tingkat sedang, rata-rata pendapatan usahatani tanaman karet didasarkan pada biaya tunai dan biaya total adalah sebesar Rp 32.756.082,47/tahun dan Rp

(38)

20.362.890,31/ tahun, motivasi, tingkat kesulitan usahatani padi, luas lahan padi sebelum melakukan alih komoditi, pendapatan usahatani karet, dan pengalaman berusahatani padi berpengaruh nyata serta tidak jumlah tanggungan keluarga petani sebelum melakukan alih komoditi dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap alih komoditi, serta keluarga petani didominasi oleh kriteria kesejahteraan subjektif tingkat sedang.

2.4. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka dapat disusun kerangka pemikiran bahwa jeruk merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Karo yang budidayanya sudah banyak diganti menjadi kopi. Hal tersebut dapat kita lihat dari data luas lahan tanaman jeruk dan kopi di Kabupaten Karo yang setiap tahunnya mengalami perubahan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mengakibatkan petani mengkonversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi. Maka penulis memilih beberapa faktor yang menyebabkan petani melakukan konversi tanaman jeruk yaitu luas lahan jeruk, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, produksi, harga jeruk, biaya usahatani.

(39)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani

Jeruk

Usahatani Kopi

Konversi Usahatani

Laju Konversi Lahan Usahatani

Faktor-faktor Penyebab Konversi Usahatani:

1. Luas lahan (Ha) 2. Umur Petani (Tahun) 3. Tingkat Pendidikan (Tahun) 4. Jumlah Tanggungan (Orang) 5. Produktivitas (Kg/Ha) 6. Harga Jeruk (Rp/Kg) 7. Biaya Usahatani (Rp/Ha)

= Hubungan

= Mempengaruhi Keterangan :

Petani

(40)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Laju konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi di daerah penelitian tinggi.

2) Ada pengaruh luas lahan jeruk, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, produksi, harga jeruk dan biaya usahatani terhadap konversi lahan usahatani jeruk menjadi kopi.

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling atau secara sengaja. Purposive sampling adalah salah satu teknik sampling non probability dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri- ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Alasan penulis memilih tempat penelitian di Kabupaten Karo karena menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Karo merupakan sentra produksi jeruk di Provinsi Sumatera Utara. Salah satu kecamatan sentra produksi jeruk di Kabupaten Karo yaitu Simpang Empat, ternyata luas lahan dan jumlah produksi jeruk tiap tahunnya menurun (Tabel 1.1.) dan berbanding terbalik dengan data luas lahan dan jumlah produksi tanaman kopi yang mengalami peningkatan di Kabupaten Karo (Tabel 1.2.).

Tabel 3.1 Luas Lahan (Ha) Jeruk dan Kopi di Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2014-2019

Tahun Luas Lahan (Ha)

Jeruk Kopi

2014 20 53

2015 20 53

2016 15 58

2017 5 68

2018 3 70

2019 1 72

Sumber: Kantor Desa Tigapancur, 2020

(42)

Alasan penulis memilih Desa Tigapancur sebagai desa penelitian karena Desa Tigapancur merupakan salah satu desa dengan konversi lahan terbesar dari lahan jeruk menjadi lahan kopi.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam pengambilan sampel ini adalah petani kopi yang telah mengkonversi usahatani jeruknya menjadi usahatani kopi, yaitu sebanyak 203 petani. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan pendapat dari Roscoe. Roscoe mengatakan bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (kolerasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2010). Jadi karena penelitian ini terdiri dari 8 variabel, yaitu 7 variabel independen dan 1 variabel dependen maka jumlah sampelnya adalah 8x10 = 80 responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling melalui undian yang diawali dengan penyusunan daftar populasi.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan hasil wawancara mendalam. Sementara data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintahan atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai gambaran umum

(43)

lokasi penelitian. Selain itu data sekunder juga diperoleh melalui literatur-literatur penunjang lainnya seperti jurnal dan skripsi yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian 1 yakni laju konversi lahan usahatani di daerah penelitian akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif yaitu berdasarkan data persentase perubahan luas lahan usahatani jeruk dan kopi dalam kurun waktu tahun 2014- 2019.

Untuk tujuan penelitian 2, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi akan dianalisis menggunakan metode analisis regresi linier berganda (multiple linier regression) yang dirumuskan sebagi berikut:

Dimana:

Y = Luas lahan konversi (Ha) X1 = Luas lahan petani (Ha) X2 = Umur petani (Tahun) X3 = Tingkat pendidikan (Tahun) X4 = Jumlah tanggungan (Orang) X5 = Produktivitas (Kg/Ha) X6 = Harga Jeruk (Rp/Kg) X7 = Biaya Usahatani (Rp/Ha)

B0 = Konstanta

B1…B7 = Koefisien regresi

ε = Komponen error

Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + B5X5 + B6X6 + B7X7 + ε

(44)

Sebagai panduan dalam pengukuran setiap variabel yang terdapat dalam model regresi maka disajikan Tabel Operasionalisasi Variabel sebagai berikut:

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel.

No Nama Variabel Indikator Skala Satuan

1. Luas lahan petani

Seluruh luas lahan petani (milik sendiri maupun sewa).

Rasio Hektar (Ha)

2. Umur petani Umur petani kopi. Rasio Tahun

3. Tingkat pendidikan

Lama waktu petani menempuh pendidikan.

Rasio Tahun

4. Jumlah tanggungan

Banyaknya anggota keluarga tanggungan petani.

Rasio Orang

5. Produktivitas Kemampuan menghasilkan produk dalam volume per hektar.

Rasio Kg/Ha

6. Harga jeruk Harga jual jeruk oleh petani Rasio Rp/Kg 7. Biaya usahatani Merupakan harga pupuk,

pestisida, jumlah tenaga kerja,upah tenaga kerja, PBB, transportasi dan biaya

pengeluaran keluarga petani.

Rasio Rp/Ha

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukannya pengujian analisis regresi linier berganda terhadap hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian asumsi klasik atas data yang akan diolah. Ada tiga uji asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas, multikolinieritas dan heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

(45)

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak (Priyatno, 2008). Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui ada tidaknya normalitas dalam model regresi, yaitu dengan:

a. Analisis Grafik

Melihat Grafik Histogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi dan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Adapun dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali, 2001):

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas.

b. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Konsep dasar dari Uji Normalitas Kolmogoov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku.

Kriteria uji sebagai berikut:

Jika signifikansi ˃ α : H0 diterima H1 ditolak (tidak berdistribusi normal)

(46)

Jika signifikansi ˂ α : H0 ditolak H1 diterima (berdistribusi normal)

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Korelasi sendiri adalah adanya derajat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.

Maksud dari orthogonal disini adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2001).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi, yakni dengan melihat dari nilai tolerance, dan lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance >0,10 atau sama dengan nilai VIF <10 (Ghozali, 2001). Apabila di dalam model regresi ditemukan asumsi deteksi seperti di atas, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas, dan demikian pula sebaliknya

(47)

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan salah satu uji asumsi klasik yang untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain (Ghozali, 2007). Analisa untuk mengetahui apakah data yang digunakan terkena heteroskedastisitas atau tidak bisa dilihat pada grafik scatterplot. Jika titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu maka data tidak terkena heteroskedastisitas.

Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

Model regresi di atas selanjutnya dilakukan pengujian kesesuaian model yaitu uji koefisien determinasi (R²), uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji T).

1. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Uji koefisien determonasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R² yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Sugiyono, 2006).

2. Uji Simultan (Uji F)

UJI F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika variable bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).

(48)

Kriteria uji yang diajukan:

Jika F hitung < F tabel atau jika signifikansi F > α0,05 maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika F hitung > F tabel atau jika signifikansi F ≤ α0,05, maka H0 ditolak H1 diterima.

3. Uji Parsial (Uji T)

Uji T digunakan untuk mengetahui apakah variable-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variable terikat. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).

Kriteria uji yang diajukan:

Jika t hitung < t tabel atau jika signifikansi t > α0,05, maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika t hitung > t tabel atau jika signifikansi t ≤ α0,05, maka H0 ditolak H1 diterima (Soekartawi, 1995).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi

1) Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain, dari jenis pemanfaatan semula menjadi jenis pemanfaatan lain.

2) Laju konversi lahan adalah persentase perubahan luas lahan pertanian.

(49)

3) Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.

4) Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya manusia secara efisien.

5) Pendapatan petani adalah penerimaan yang diperpoleh dari hasil usahatani.

3.5.2. Batasan Operasinal

1) Penelitian ini dilakukan di Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2) Konversi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alih fungsi lahan usahatani jeruk menjadi usahatani kopi.

3) Sampel penelitian ini adalah petani kopi yang sebelumnya adalah petani jeruk yang mengkonversikan lahan usahatani jeruknya menjadi lahan usahatani kopi.

4) Penelitian ini dilakukan dalam satu kali musim panen.

5) Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2020.

(50)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis dan Luas Daerah

Desa Tigapancur merupakan salah satu dari 17 desa di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Desa Tigapancur berada pada ketinggian antara + 1.000 m s/d 1.300 m diatas permukaan laut terletak di koordinat 2º50º L.U, 3º19º L.S, 97º55º-98º38º B.T, curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.000 mm s/d 3.000 mm/Tahun dan suhu tempraturnya adalah 18ºc s/d 27ºc.

Desa Tigapancur berjarak + 5 Km arah barat dari Kantor Camat Simpang Empat, dan ke Ibu Kota Kabupaten ± 12 Km, dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatas dengan Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat.

2. Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat.

3. Sebelah Timur berbatas dengan Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat.

4. Sebelah Barat berbatas dengan Desa Ujung Payung Kecamatan Payung.

Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo memiliki luas wilayah 200 Ha, dan memiliki 3 dusun dengan perincian sebagai berikut :

1. Dusun 1 : ± 70 Ha 2. Dusun 2 : ± 50 Ha 3. Dusun 3 : ± 80 Ha

(51)

4.2. Keadaan Penduduk Desa Tigapancur 4.2.1. Jumlah Penduduk

Dari data tahun 2020, tercatat jumlah penduduk Desa Tigapancur sebanyak 1.032 jiwa. Yang terdiri atas 522 jiwa laki-laki dan 510 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK), Desa Tigapancur dihuni oleh 307 Kepala Keluarga. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2020 No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 522 50,59

2 Perempuan 510 49,41

Jumlah 1.032 100

Sumber: Kantor Desa Tigapancur, 2020.

4.2.2. Perekonomian Desa

Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Tigapancur adalah petani. Hal ini disebabkan karena minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi petani. Sehingga keadaan ekonomi di Desa Tigapancur lebih di dominasi oleh ekonomi menengah ke bawah. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.2.

berikut ini.

Tabel 4.2. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Tigapancur Tahun 2020

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Buruh Tani 65

2 Petani 725

3 Peternak 35

4 Pedagang 15

5 Tukang Kayu 2

6 Tukang Batu -

(52)

7 Penjahit 3

8 PNS 25

9 Pensiunan 15

10 TNI/Polri 3

11 Perangkat Desa 5

12 Bengkel Sepeda motor 2

13 Kedai kopi 12

Sumber: Kantor Desa Tigapancur, 2020

4.2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Berikut tabel distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan:

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No Keterangan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 135 14,14

2 Tamat SD 275 28,80

3 Tamat SLTP 215 22,51

4 Tamat SLTA 260 27,22

5 Tamat Akademi/PT 70 7,33

Total 955 100

Sumber: Kantor Desa Tigapancur, 2020.

Berdasarkan tabel 4.3. dijelaskan bahwa penduduk terbanyak adalah tamat SD dengan yaitu 275 jiwa dengan persentase 28,80% dan paling sedikit adalah tamat Akademi/PT yaitu 70 jiwa dengan persentase 7,33%. Hal ini disebabkan ekonomi masyarakat Desa Tiga Pancur yang rendah sehingga mengakibatkan orang tua tidak sanggup untuk membiayai pendidikan anak mereka, sehingga kebanyakan anak yang masih dibawah umur sudah banyak yang bekerja membantu orang tua mereka untuk bertani.

4.2.4. Pola Penggunaan Lahan

Sebagian besar lahan yang ada di Desa Tigapancur dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Tigapancur dapat terlihat pada tabel berikut:

(53)

Tabel 4.4. Pola Penggunaan Lahan Desa Tigapancur

No Peruntukkan Lahan Luas Lahan (Ha) 1 Pertanian/perladangan

a. Kopi b.Jeruk c. Buah naga d.Wortel e. Kol f. Cabai g.Ubi jalar h.Jagung i. Padi

72 1 25 25 7 9 17 10 5

2 Perumahan/ Pemukiman 10

3 Kolam/ Perikanan 5

4 Perkantoran/ Sarana Sosial 15

Total 201

Sumber: Kantor Desa Tigapancur, 2020.

Berdasarkan tabel 4.4. dapat dijelaskan bahwa luas wilayah Desa Tigapancur yaitu 201 Ha, dengan yang paling luas digunakan sebagai lahan pertanian yaitu 171 Ha dan paling sempit adalah untuk perikanan/kolam yaitu 5 Ha.

4.3. Sarana dan Prasarana

4.3.1. Fasilitas Jalan dan Transportasi

Di desa ini telah terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik, namun apabila musim hujan tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan jalan. Jalan beraspal sudah ada di desa ini.

Tabel 4.5. Prasarana Perhubungan Desa Tigapancur No Jenis Prasarana Kuantitas /

Panjang

Keterangan

1. Jalan Kabupaten 1,5 Aspal Hotmik

2. Jalan Desa 8,5 Km Pengerasan

3. Jalan Dusun 5,5 Km Sulit dilalui perlu

pengerasan

4. Jembatan 1 unit Baik

Sumber: Kantor Desa Tigapancur, 2020.

Gambar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Jeruk  Usahatani Kopi Konversi Usahatani
Gambar 5.1 Penurunan Lahan Jeruk (Ha) Desa Tigapancur
Tabel 5.2. Luas Lahan (Ha) Kopi di Desa Tigapancur, Kecamatan Simpang        Empat, Kabupaten Karo Tahun 2014-2019
Gambar 5.4 Laju Persentase Perubahan Luas Lahan Kopi (%/Tahun)  Desa Tigapancur
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam usaha pengolahan kopi bubuk Cap Padi jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu kali proses produksi sebanyak 600 kg dan dari hasil pengolahan diperoleh

Modifikasi model dilakukan untuk mendapatkan nilai indeks padanan yang baik ( good fit ) dalam menentusahkan model pengukuran konstruk kompetensi keusahawanan,

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi dengan rubrik. Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Kurikulum 2013. 1. Pembelajaran

kualitatif di kenal dengan istilah inferensi yang merupakan makna terhadap data yang terkumpul dalam rangka menjawab permasalahan yaitu: Bagaimana pembelajaran mata

Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, sehingga tidak heran dan tidak jarang jika setiap manusia ingin memilikinya, yang bisanya menimbulkan akibat hukum atau

Pada tahun 2006, tingkat kesenjangan pembangunan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Rote Ndao menurun dengan nilai IW = 0,12, artinya pembangunan ekonomi di kecamatan- kecamatan

Representasi kurva bahu terdiri dari bahu kanan dan bahu kiri. Daerah yang terletak di tengah-tengah bahu kanan dan bahu kiri direpresentasikan sebagai kurva bentuk

(3) Jasaboga golongan B, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan khusus untuk: a) Asrama penampungan jemaah haji;. b) Asrama transito atau asrama lainnya;