• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI LINGKUNGAN SOREANG KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI LINGKUNGAN SOREANG KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI

LINGKUNGAN SOREANG KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i) Pada Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Agama Islam Universitas MuhammadiyahMakassar

TITIN INDRAWATI 105 190 1263 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1437 H/2015 M

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Rabbul ‟alamin atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam atas junjungan kita Nabiyullah Muhammad saw.

Gagasan pokok yang membuat penulis merasa sangat tertarik untuk mengkaji masalah pengaruh pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab.

Barru ini berawal dari pengamatan penulis terhadap pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga sehingga anak memiliki pribadi yang baik sebagai penerus bangsa.

Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi ini dapat penulis selesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Mansyur, Ibunda Nur Aini yang telah membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sejak kecil sampai sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa mengasihi dan melindungi mereka sebagaimana mereka mengasihi penulis sejak masih dalam kandungan hingga sekarang ini.

(5)

2. Bapak DR. H. Irwan Akib M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan fasilitas kampus yang memadai seperti; ruang kuliah, perpustakaan, laboratorium, ruang mikro teaching dan sebagainya.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I, Dekan Fakultas Agama Islam berserta seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas dan memberikan bantuan dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepada penulis.

4. Ibunda Amirah Mawardi S.Ag., M.Si Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Unismuh Makassar yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akademik dan motivasi.

5. Ibunda Amirah Mawardi S.Ag., M.Si selaku pembimbing I dan Dra. St. Rajiah Rusydi, M.Pd.I selaku pembimbing II yang telah banyak mencurahkan perhatian dan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu para dosen yang telah melakukan tranformasi ilmu dan nilai kepada penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya selalu mengalir.

7. Bapak Kepala Lurah Tanete Rilau Kab. Barru, Kepala desa dan masyarakat Lingkungan Soreang yang telah memberikan Informasi guna penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman pengurus lembaga BEM FAI, HMJ PAI, HMJ Ekonomi dan HMJ Bahasa Arab yang sangat kreatif dalam pengembangan individu dan kolektif.

(6)

9. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa khususnya Sri Wahyuni, Khaerunnida, Rahmawati, Najmah yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, kepada Allah swt. kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya semoga senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya dan lebih lagi bagi pribadi penulis, amin ya Rabbal ‟alamin.

02 Muharram 1437 H Makassar,

---

15 Oktober 2015 M

Penulis

TITIN INDRAWATI

(7)
(8)

ABSTRAK

Titin Indrawati, 105 190 1263 11“Pengaruh Pendidikan Akhlak terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di Lingkungan Soreang Kecamatan Tanete Rilau Kab. Barru. (Dibimbing oleh Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si dan Dra. St. Rajiah Rusydi, M.Pd.I ).

Penelitian ini bertujuan untuk :1. mengetahui cara orang tua dalam mendidik akhlak anak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab. Barru, 2. mengetahui bentuk-bentuk kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab.

Barru, 3. mengetahui pengaruh pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab.

Barru.

Jenis penelitian ini adalah penelitianlapangan (field research) dengan pendekatan penelitian kualitatif yang memberikan gambaran tentang pengaruh pendidikan akhlak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab.Barru, yang di teliti dibagi dua kelompok yang berbeda, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu : pendidikan akhlak dalam keluarga. Sedangkan variabel terikatnya yaitu: Pembentukan Kepribadian anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, wawancara, angket, dokumentasi dan analisis data yang digunakan adalah statistik dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaorang tua di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab. Barru melakukan cara yang berbeda-beda dalam mendidik akhlak anak, yaitu dengan cara mengarahkan, membimbing, memberikan contoh yang baik, menanamkan budi pekerti yang baik sejak usia dini, memberikan nasehat dan lain-lain sehingga bentuk-bentuk kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec.

Tanete Rilau Kab. Barru berbeda-beda sesuai dengan metode yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik akhlak anaknya. Adapun metode yang digunakan yaitu : metode keteladanan, pembiasaan dan nasehat. Pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab. Barru memberikan pengaruh yang sangat besar yaitu : patuhnya anak terhadap

(9)

orang tua, kurangnya kenakalan remaja, dan anak mempunyai sikap yang sopan santun dengan kata lain anak memiliki akhlak yang mulia.

(10)
(11)
(12)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Halaman

Tabel I : Keadaan Populasi ... 37

Tabel II : Keadaan Sampel... 38

Tabel III : Keadaan Jumlah Penduduk di Lingkungan Soreang

Berdasarkan jenis kelamin ... 44

Tabel IV : Keadaan Jumlah Penduduk di Lingkungan Soreang

Berdasarkan Pekerjaan ... 44

Tabel V : Keadaan Jumlah Penduduk di Lingkungan Soreang-

Jenis Pendidikan ... 45

Tabel VI : Keadaan sarana dan prasarana ... 45

Tabel VII : Mengontrol perkembangan akhlak anak ... 47

Tabel VIII : Pendidikan akhlak sangat penting dalam pembentukan

Kepribadian anak ... 49

Tabel IX : Mengajarkan Pendidikan Akhlak dalam Keluarga ... 50

Tabel X : Anak diajarkan Pendidikan Akhlak

(13)

Penerapan Hukuman ... 51

Tabel XI : Orang Tua Menjadi Teladan yang Baik dalam Beribadah ... 52

Tabel XII : Metode yang Diterapkan dalam Mendidik Akhlak Anak ... 54

Tabel XIII : Anak Memperhatikan Nasehat Orang Tua……… 56

Tabel XIV : Anak Membangkang Perintah Orang Tua ……….. 57

Tabel XV : Pengaruh pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak……….. 58

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia.Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang- orang terdekat.Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya.

Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan.kepribadian bagi anaknya. Baik buruknya kepribadian seorang anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan orang tuanya. Oleh karena itu, di dalam keluarga itulah anak pertama kali memperoleh pendidikan sebelum pendidikan-pendidikan yang lain. Sejak seorang anak lahir dari rahim ibunya, orang tua tua selalu memelihara anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang dan mendidiknya dengan secara baik dengan harapan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang baik.

Dalam pendekatan Islam, keluarga adalah basis utama yang menjadi pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Islam karena keluarga

1

(15)

merupakan sistem rabbani bagi manusiayang mencakup segala karakteristik dasar fitrah manusia, kebutuhan, dan unsur-

unsurnya. Islammemandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan lebih dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia ynag memberi peluang kepada anggotanya untuk hidup bahagia atau celaka dunia dan akhirat. Oleh karena itu sangatlah penting bagi keluarga untuk melaksanakan fungsinya sebagai badan pendidikan terutama yang berkenaan dengan nilai-nilai islam. Allah berfirman dalam Q.S At Tahrim (66) : 6













Terjemahan :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan terjemahan hal. 560 : 2010)

Ayat Al-Qur'an tersebut mengandung perintah agar kita orang mukmin menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Orang tua memiliki peranan penting dalam rangka pendidikan Islam terhadap anak-anaknya. Jika ditinjau dari segi pendidikan, berarti kita diperintahkan mendidik diri dan keluarga supaya memiliki jiwayang mampu menahan perbuatan yang akan

(16)

menjerumuskan kedalam jalan kesesatan, perbuatan yang menarik pada sikap durhaka kepada Allah SWT. yang akhurnya bisa mengakibatkan siksa di neraka.

Keluarga adalah tempat pengasuhan alami yang melindungi anak yang baru tumbuh dan merawatnya, serta mengembangkan fisik, akal, dan spiritualitasnya. Dalam naungan keluarga, perasaan cinta, solidaritasberpadu dan menyatu. Dengan petunjuk dan arahan keluarga, anak itu akan menyongsong hidup, memahami makna hidup,

Anak adalah amanah dan asset yang terbesar dimiliki umat dan orang tua adalah yang diamanati menjaga dan memeliharanya dengan baik.Meski anak pada dasarnya dilahirkan dengan membawa fitrah keimanan dan tauhid, namun orang tualah yang memiliki pengaruh meluruskannya di jalan Islam.

Sebelum mendapat pendidikan formal dan nonformal di sekolah dan tengah masyarakat, anak sudah terdidik secara informal di lingkungan keluarga sehingga corak perilakunya sangat ditentukan oleh orang tuanya.Islam telah mengisyaratkan fakta ini empat belas abad yang lalu, jauh sebelum di formulasikan oleh pendidkan modern. Rasulullah saw. bersabda

.

Artinya:

(17)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah Saw. pernah bersabda

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (keimanan terhadap tauhid [tidak mempersekutukan Allah]) tetapi orang tuanyalah menjadikan dia seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihat ada cacatnya?(H.R. Bukhari dan Muslim).

Menurut Al-Ghazali yang dikutip dalam Dumilah Wicesa At-Tanabany (2012 : 29) mengatakan bahwa : Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedang memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.

Dengan demikian orang tua adalah orang yang pertama yang wajib bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan akhlak anak- anaknya.Dalam keluarga anak-anak pertama kali menyandarkan hidup membutuhkan sentuhan kasih sayang pertama, mendapatkan bimbingan, pengajaran, dan pendidikan dari orang tuanya.Sebagai orang tua sangat penting mengajari akhlak yang baik pada anak sejak usianya masih kecil.

Dari pembahasan di atas penulis mengangkat satu judul penelitian yaitu Pengaruh Pendidikan Akhlak dalam Keluarga terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di Desa Soreang Kec.Tanete Rilau Kab.Barru.

B. Rumusan Masalah

(18)

Dari latar belakang diatas, masalah yang akan dirumuskan dan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara orang tua dalam mendidik akhlaq anak dalam keluarga di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab. Barru ?

2. Bagaimana bentuk kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec.

Tanete Rilau Kab. Barru ?

3. Apakah pendidikan akhlak dalam keluarga memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec.

Tanete Rilau Kab. Barru ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara-cara orang tua dalam mendidik akhlaq anak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab. Barru.

2. Untuk mengetahui bentuk kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec. Tanete Rilau Kab. Barru.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak di Lingkungan Soreang Kec.

Tanete Rilau Kab. Barru.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

(19)

1. Dapat menjadi sebuah bentuk saran dan sumbangan pemikiran terhadap masyarakat.

2. Sebagai petunjuk bagi para pendidik dan orang tua dalam mendidik akhlak anaknya sejak usia dini

3. Merupakan pengembangan disiplin keilmuan dan turut menambah perbendaharaan khasanah ilmu pengatahuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak sebagai pendidikan yang penting untuk menanamkan nilai-nilai moral spiritual dalam kehidupan sehari-hari dapat menumbuhkan budi pekerti, tingkah laku, dan kesusilaan yang baik untuk masa depan seseorang. Banyaknya perilaku menyimpang di kalangan

(20)

remaja dan anak- anak pada zaman globalisasi ini, merupakan bukti nyata kemerosotan akhlak.Mereka sudah tidak lagi terikat dengan agamanya.

Banyaknya kemaksiatan seperti meluasnya penyalahgunaan obat-obat terlarang, pergaulan bebas, durhaka kepada kedua orang tua, adalah beberapa contoh dan bukti betapa generasi muslim semakin jauh dari nilai- nilai Islami. Semua itu akibat dari minimnya pendidikan agama sedari dini, sejak manusia dalam kandungan.Lingkungan keluarga yang mempunyai peranan besar dalam memberikan pemahaman pendidikan agama. Oleh sebab itu, kedua orang tua harus melaksanakan kewajiban terhadap anak berupa perhatian, pengawasan, dan pendidikan yang baik, agar kelak menjadi generasi yang baik dan dapat memberi manfaat bagi orang tua dan kaum Muslimin yang lain.

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai kematangan, ia mampu memerankan diri sesuai dengan amanat yang disandangnya, serta mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan kepada sang Pencipta. Kematangan dimkasud sebagai tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap fitrah manusia.

Menurut John Dewey yang dikutip dalam Hasbullah (2009:2)

Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya fikir (intelektual)

6

(21)

maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia yang lebih baik.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( Bab 1 Pasal 1 ayat 1 )

Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Pendidkan juga terdapat dalam Q.S Al-Isra (17):24

Terjemahan :

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “wahai Tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua mendidikku waktu kecil”.(Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan terjemahan hal. 284 : 2010)

Berdasarkan ayat di atas bahwa Tarbiyah merupakan proses pengasuhan pada fase permulaan pertumbuhan manusia, karena anak sejak dilahirkan di dunia dalam keadaan tidak tau apa-apa tetapi ia sudah dibekali Allah SWT berupa potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan.

(22)

Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq, kata khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Menurut Imam Al Ghazali (1988 : 56)

“Akhlak iaitu suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu”.

Ahmad Amin seperti dikutip dalam A. Mustofa (1999 : 13), menuturkan bahwa :

“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak”.

Dari definisi di atas tergambar bahwa akhlak adalah perilaku jiwa yang teraplikasi ke dalam bentuk tingkah laku sehari-hari tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Atau juga terkadang diartikan dengan kebiasaan, yakni kehendak atau ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.

(23)

AthiyahAl-Abrasyi (1990 : 1), menganggap bahwa pendidikan sama dengan pembinaan, yang intinya adalah pembinaan budi pekerti dan ahklak sebagai jiwa Islami. Keterangan ini menunjukkan bahwa kepribadian atau akhlak itu jiwa dari pembinaan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Kepada para sahabat-sahabat, keluarganya, dan kepada setiap muslim untuk merealisasikan nilai-nilai akhlak ini kedalam kehidupan mereka sehari-hari, sebagaimana yang ditegaskan oleh Abdullah Nashid Ulwan (1992 ; 2) bahwa Pembentukan kepribadian Islam ( akhlak ) tidak akan sempurna dan tidak menyempurnakan kecuali dengan jalan mewujudkannya kedalam kehidupan sehari-hari dengan jalan membiasakan diri hidup berkepribadian secara Islami.

Pendidikan akhlak adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik, serta menghasilkan perubahan kearah positif yang nantinya akan diaplikasikan dalam kehidupan kebiasaan bertingkah laku, berfikir, dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, dimana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dansengaja atau tanpa adanya pertimbnagan dan pemikira, bukan karena adanya tekanan atau paksaan orang lain.

Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlaq karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara

(24)

totalitas.Sehubungan dengan pendidikan akhlak ini, Rasulullah SAW. telah mengemukakan banyak hadis, di antaranya:

.

Artinya:

Abdullah bin Amr RA, berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji dan bukan pula bersikap keji. Beliau bersabda, „Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya”,( H.R.

Bukhari, Muslim, Tirmidzi.)

Hadis ini memuat informasi bahwa Rasulullah SAW. memiliki sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia, ia harus diajarkan dan dididikkan kepada setiap anak muslim.

Agar para sahabat dan umatnya memiliki akhlak yang mulia, beliau memberikan motivasi yang sangat menarik. Di antaranya seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:

Artinya :

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.ditanya tentang faktor yang paling banyak memasukkan (orang) ke dalam sorga.

Beliau menjawab: bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Beliau ditanya pula tentang faktor yang paling banyak membawa orang ke neraka. Beliau menjawab: Mulut dan kemaluan. (H.R Tirmidzi).

(25)

Adapun bentuk-bentuk akhlak antara lain : a. Akhlak terhadap Allah SWT

Akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.Dia memiliki sifat – sifat terpuji. Demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat_Nya.

b. Akhlak terhadap manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia.Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam larangan melakukan hal negatif seperti membunuh, menyakiti atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakngnya, tidak peduli aib itu benar atau salah.Al- Qur‟an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar.

c. Akhlak terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh- tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.Pada dasarnya akhlak

(26)

yang diajarkan oleh Al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan manusia dengan mahkluk lainnya, sebab sendainnya manusia tanpa akhlak, akan hilanglah derajat kemanusiaannya sebagai mahluk Allah Swt, yang paling mulia dan turunlah kederajat binatang. Bahkan jika sekiranya tanpa akhlak, manusia akan lebih hina, lebih jahat dan lebih buas dan lebih rendah dari pada binatang.

Kedatangan Islam dengan ajaran-ajarannya yang dibawanya (Rasulullah Saw)senantiasa berusaha memisahkan kedalam kehidupan yang mulia yang penuh dengan keutamaan melalui keindahan akhlak.Jalan menuju kepada tujuan yang tinggi itu dipandang sebagai puncak risalahnya.Sesuai dengan pola hidup yang diajarkan Islam, bahwa seluruh kegiatan kehidupan hingga kepada kematian sekalipun, semata-mata dipersembahkan hanya kepada Allah Swt. Ucapan yang selalu dinyatakan dalam do‟a iftitah shalat, merupakan bukti yang kongkrit bahwa tujunan yang tertinggi dari segala tingkah laku adalah mardatillah (mendapat rihdo Allah Swt).

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk

(27)

satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dari kelakuan inilah yang kemudian melahirkan perasaan moral yang terdapat didalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga dia dapat membedakan mana yang jahat dan mana baik, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

Dari sanalah timbul bakat ahklak yang merupakan kekuatan jiwa (mental ) dari dalam, yang senantiasa mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang tercelah/buruk.Allah Swt memberikan penjelasan yang sifatnya mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya, memang bila menelusuri watak manusia adalah hamba yang lemah yang senantiasa berbuat kesalahan. Bukankah kita memahami bahwa sebesar apapun jika dia mau bertaubat pasti akan diampuni oleh Allah Swt, walaupun dia terlanjur berbuat salah. Allah Swt berfirman dalam QS.al-An‟am (6) : 54 yang berbunyi sebagai berikut :













Terjemahannya :

Barang siapa yang berbuat kesalahan diantara kamu lantaran kejahilan, Kemudian ia bertaubat setelah dia mengerjakannya dan mengadakan Perbaikan, maka sesungguhnya Allah Swt,maha Pengampun Lagi Maha Penyanyang. (Departemen Agama RI Al- Qur‟an dan terjemahan hal. 134 : 2010)

(28)

Ayat diatas menggambarkan bahwa akhlak memerlukan pembinaan karena bertujuan langsung sebagai harga diri dan bertujuan pula untuk mendekatkan diri manusia sebagai hamba kepada Allah Swt sebagai pencipta. Walau harus melalui amal saleh dan jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka yang memiliki akhlak mulia atau budi pekerti yang mulia.Dengan demikianpendidikan akhlak bertujuan untuk :

1. Menumbuh kembangkan dorongan nurani seseorang dari dalam, yang bersumber pada iman dan taqwa. Untuk itu perlu diadakan pendidikan akhlak.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-qur‟an lewat ilmu pengetahuaan, pengalaman dan latihan, agar dapat membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang jahat.

3. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan manusia pada kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya selanjutnya kemauan yang akan mempengaruhi fikiran dan perasaan.

4. Pendidikan dan melatih untuk melakukan yang terbaik serta mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa ada paksaan dari siapapun.

5. Pendidikan dan pengulangan melaksanakan yang terbaik, sehingga perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak

(29)

yang terpuji, kebiasaan yang mendalam, tumbuh dan berkembang sejara wajar dalam diri setiap manusia,

Bertolak dari pespektif diatas maka tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan manusia menjadi makhluk yang mendapatkan derajat yang tinggi dan sempurna, yang dapat membedakannya dari makhluk lain. Allah Swt,memerintahkan / mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya, dan bertujuan untuk melahirkan perasaan moral yang terdapat didalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga dia dapat memilah dan memilih yang mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat, yang mana membawa manfaat dan yang mana menimbulkan mudharat.

B. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat dan merupakan suatu lembaga yang sangat penting dalam pembangunan dan perkembangan suatu Negara.Keluarga merupakan lembaga yang paling kuat yang dimiliki oleh manusia dan satu-satunya lembaga tertua di dunia.

Keluarga adalah harta yang paling berharga, istana yang paling indah, serta keluarga merupakan tempat menaruh harapan, kecemasan dan kesenangan diantara para anggotanya satu dengan yang lain.

Menurut Ramayulis ( 2001 : 104 )

(30)

Keluarga merupakan satuan social terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena merupakan unit pertama dalam masyarakat terhadap terbentuknya proses sosialisasi dan perkembangan individu.

Menurut Dovall dan Logan yang dikutip dalam Ramdani Wahyu ( 2001 : 209 ) mengatakan bahwa : Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

Keluarga mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter dan kepribadiaan anak, karena keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Perilaku anak di luar lingkungan akan mencerminkan bagaimana kehidupan dalam keluarganya, oleh karena itu baik buruknya moral suatu bangsa akan sangat bergantung pada bagaimana pendidikan yang diterapkan di keluarga. Jika individu dalam keluarga tumbuh dan berkembang dalam suasana yang harmonis dan saling menghargai, maka akan melahirkan generasi yang baik, sebaliknya jika dalam keluarga sering terjadi pertengkaran, maka akan tumbuh generasi yang rapuh.

Dalam Buku Pedoman HIdup Islami (PHI) warga Muhammadiyah Keluarga muslim adalah lembaga untuk kaderisasi dan nilai ajaran Islam. Lingkungan keluarga yang merupakan media pertama dan utama, secara langsung membentuk perilaku dan perkembangan anak harus dibina dengan konsep dan aplikasi Islami, yakni keluarga Sakinah mawaddah wa rahmah, kelurga yang dihiasi dengan iman dan penuh rasa kasih sayang diantara anggota keluarga.

(31)

Keluarga memiliki tugas utama untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan social semua anggotanya, mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan pribadi, serta mendidik agar mereka hidup bahagia.Dua komponen yang pertama yakni ayah dan ibu dapat dikatakan sebagai komponen yang sangat menentukan kehidupan anak, karena mereka merupakan pengasuh dan pendidik yang pertama dan utama bagi anak dalam lingkungan keluarga baik karena alasan biologis maupun psikologisnya.Bagi keluarga, anak merupakan anugrah dari Allah SWT yang mempunyai potensi yaitu bias menjadi baik dan bias menjadi buruk.Baik buruknya anak sangat erat katannya dengan pendidikan yang diberikan oleh kedua orangtuanya.

Pendidikan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga bertujuan agar seluruh keluarga mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.Untuk dapat mencapai tujuan ini.Tergantung kepada program pendidikan yang diajarkan oleh orang tua yang dimulai dari masa kanak- kanak.Semua materi yang diajarkan kepada anggota keluarga harus bersumber pada dalil – dalil dari Al- qur‟an dan hadist. Hal tersebut sejalan dengan aktivitas Luqmanul Al- Hakim dalam mendidik anaknya sebagaimana firman Allah SWT :

Q.S Luqman (31) :13

(32)







`Terjemahnya :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Departemen Agama Al- Qur‟an dan terjemahanRI hal. 412 : 2010)

Q.S Luqman (31):16









Terjemahnya (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu "perbuatan) seberat biji SAWi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui”.(Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan terjemahan hal. 412 : 2010)

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama memberikan pengaruh terhadap anak, termasuk dalam hal keyakinan.Karena itu orang tua harus memiliki aqidah yang mantap sebelum mengajarkannya kepada anak. Dalam mengajarkan masalah aqidah kepada anak, dapat dengan cara memberikan pengenalan kepada anak mengenai masalah aqidah secara dini sehingga anak termotivasi untuk mengetahui lebih jauh lagi, lalu secara bertahap orang tua menanamkan keyakinan pada anak bahwa dirinya sebagai hamba Allah

(33)

SWT. Diberi kelebihan dari makhluk yang lain berupa akal agar dapat mengetahui bahwa Allah yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya.

Dengan demikian anak akan menyadari bahwa Allah SWT. Itu ada dan manusia wajib beriman kepada-Nya. Orang tua yang memiliki aqidah secara benar akan menjadi taladan bagi anaknya. Jadi aqidah islamiyah hendaklah ditanamkan sejak dini dalah hati agar dapat selamat di dunia dan akhirat.Selain mengajarkan maslah aqidah/ ketauhidan, orang tua dituntut untuk menjelaskan kepada anak tentang syari‟ah islam. Hal ini penting agar anak tahu bahwa Allah SWT menetapkan hukum-hukum yang harus dipatuhi.Hal ini tidak dimaksudkan untuk membatasi gerak manusia, namun sebagai pelajaran agar dapat dipahami dan mengerti bahwa segala sesuatu mempunyai aturan.

Sebagai contoh orang tua dapat menjelasakan kepada anak bahwa salah satu bukti keimanan kita kepada Allah SWT adalah denganmelaksanakan shalat lima waktu yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Agar syariat islam benar–benar dilaksanakn oleh anak, maka perlu ada pengawasan dan bimbingan dari orang tua.

Keluarga (orang tua) sebagai lingkungan pendidikan pertama, diharapkan dapat mengajar dan mendidik anggota keluarganya tentang cara beribadah kepada Allah SWT. Untuk dapat mengerjakan shalat yang merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT. Anak memerlukan

(34)

bimbingan dari orang tua tentang bagaimana cara melaksanakannya, karena itu orang tua diharapkan telah bisa melaksanakan shalat sehingga menjadi teladan bagi anak–anaknya.

Adapun metode mendidik anak seperti rasul yaitu : a. Pendidikan dengan Metode Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak.Orang tua harus menyadari pendidik yang paling utama adalah dirinya sendiri.

b. Pendidikan dengan Metode Adat Kebiasaan

Salah satu wasiat Ibnu Sina dalam pendidikan anak-anak adalah : Hendaknya ada bersama seorang anak kecil dalam pergaulan sehari- hari, anak-anak kecil lain yang berbudi pekerti baik, beradat kebiasaan terpuji karena anak kecil lebih membekas pengaruhnya, satu sama lain akan saling meniru terhadap apa yang mereka lihat dan perhatikan.

c. Pendidikan dengan Metode Nasihat

Metode pendidikan yang baik untuk mempersiapkan anak secara moral, emosional, dan sosial adalah pendidikan akhlak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat.Tidak ada seprang pun yang menyangkal bahwa petuah yang tulus dan nasehat yang berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati yang terbuka, akal yang jernih dan berfikir, maka dengan cepat mendapat respon yang baik dan meninggalkan bekas yang sangat dalam.

(35)

d. Pendidikan dengan Metode Perhatian/Pengawasan

Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian/pengawasan adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek aqidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial.

e. Pendidikan dengan Hukuman

Sesungguhnya semua yang disampaikan dalam undang-undang Islam, berupa hokum, prinsip-prinsip dan syariat, semuanya bertujuan untuk menjaga dan memelihara kehormatan, menjaga akal, menjaga agama, menjaga jiwa, dan menjaga harta benda.

2. Fungsi Keluarga

Sebuah pranata keluarga memiliki sejumlah fungsi yang sesuai dengan harapan-harapan masyarakat. Setelah keluarga terbentuk , anggota.

keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masingSuatu pkerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.

Fungsi keluarga mengacu pada peran individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban.Mengetahi fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis.Munculnya krisis dalam rumah tangga

(36)

dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga.

Adapun fungsi keluarga yaitu : a. Fungsi Biologis

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orangtua ialah melahirkan anak.Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.Kelangsungan sebuah keluarga, banyak ditentukan olek keberhasilan dalam menjalani fungsi biologisnya.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadiaan anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal kepada anak dengan memperkenlkan pola perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka. Baik atau buruknya sosialisasi dalam keluarga akan berpengaruh tehadap anggotanya.

Abdullah Nasikh Ulwan (1981 : 12)

Anak adalah amanat yang berada di pundak orang tuanya.Kalbunya yang murni bersih, seperti mutiara yang tak ternilai. Bila dibiasakan dan dididik kebaikan, dia akan tumbuh menjadi orang baik dan berbahagia di dunia dan akhirat. Apabila dibiarkan pada kejelekan seperti layaknya hewan, niscaya dia akan rusak dan menderita. Kalau sudah begitu keadaannya sukar untuk dididik dan mengarahkan.

(37)

Peran orang tua sangat besar dalam proses sosialisasi ini sebab anak akan meniru segala yang dilihat dan dipelajari dari orang tuanya.

Apabila orang tua tidak menjalankan fungsi sosialisasi dengan baik problem yang muncul adalah anak kehilangan perhatian.

c. Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan kasih sayang atau rasa cinta.Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, persamaan pandangan mengenai niali-nilai.Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak.

Perkembangan pribadi anak sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi ini tidak terdapat dalam institusi social yang lain.

d. Fungsi Edukatif (pendidikan)

Fungsi edukatif atau pendidikan merupakan salah satu tanggung jawab yang paling penting yang dipikul oleh orang tua.Keluarga merupakan lingkungan pertama oleh anak.Dalam lingkungan keluarga anak dididik dari mulai belajar berjalan, sikapnya, perilaku keagamaannya dan pengetahua serta kemampuan lainnya.Pendidikan di keluarga tetap merupakan dasar atau landasan utama bagi anak khususnya dalam pembinaan dan pembiasaan kepribadiaan.Orang tua

(38)

pasti menginginkan anak sholeh dan sholehah sesuai dengan firman Allah SWT

Q.S Al Furqaan (25) : 74







Terjemahnya :

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan terjemahan hal. 366 : 2010)

e. Fungsi Religius/Agama

Keluarga mempunyai fungsi religious artinya, keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga kepada kehidupan beragama. Fungsi religious dalam kelurga merupaka salah satu indikator keluarga sejahtera.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mnciptakan suasana religious antara lain :

Aspek fisik, yang berupa penyediaan lingkungan fisik yang mengandung nilai dan cirri-ciri keagamaan seperti fasilitas untuk pelaksanaan ibadah, dekorasi dan hiasan yang berbafas keagamaan.

(39)

Aspek emosional (perasaan ), yang dapat menggugah rasa keagamaan.

Aspek sosial berupa hubungan sosial antar anggota keluarga sendiri, dan antara kelurga dengan pihak luar keluarga dengan pihak luar keluarga (misalnya dengan mesjid) yang dilandasi kehidupan beragama. .

f. Fungsi Protektif atau Perlindungan

Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya.Fungsi ini bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negative yang dapat memberikan perlindungan fisik (jasmani) dan psikologis (Rohani). Firman Allah SWT Q.S At Tahrim (66:6)













Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Departemen Agama RI Al- Qur‟an dan terjemahan hal. 560 : 2010)

(40)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang tua hendaknya menjaga dan melindungi anaknya sejak kecil agar selamat dunia dan akhirat.Orang tua memiliki peranan penting dalam rangka pendidikan islam dan akhlak terhadap anak-anaknya. Jika ditinjau dari segi pendidikan, berarti kita diperintahkan mendidik diri dan keluarga supaya memiliki jiwayang mampu menahan perbuatan yang akan menjerumuskan kedalam jalan kesesatan, perbuatan yang menarik pada sikap durhaka kepada Allah SWT. yang akhurnya bisa mengakibatkan siksa di neraka.

g. Fungsi Rekreatif

Fungsi rekreatif ini tidak berarti keluarga seolah-olah harus berekreasi di luar rumah. Rekreasi itu dirasakan orang apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar, dan santai serta memberikan perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-hari. Keluarga dapat menjalankan fungsi rekreatif dengan menciptakan suasana keluarga yang akrab, ramah, dan hangat di antara anggotanya.

h. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga sangat penting bagi kehidupan keluarga, karena merupakan pendukung utama bagi kebutuhan dan kelangsungan keluarga.Fungsi ekonomi keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan dan penggunaannya.Pemenuhan fungsi

(41)

ekonomi keluarga meski dilakukan secara wajar, artinya tidak kekurangan dan kelebihan, karena jika kekurangan atau berlebihan dapat membawa pengaruh negative bagi anggota keluarganya sendiri.

C. Kepribadiaan Anak

1. Pengertian Kepribadiaan Anak

kepribadian (personality) berasal dari bahasa latin berarti topeng, dipakai oleh aktor Romawi dalam pertunjukan drama yunani. Para aktor Romawi Kuno memakai topeng untuk memainkan peran atau penampilan palsu.

Menurut Ahmad Fauzi (1997:121)

Kepribadian adalah keseluruhan pola (bentuk) tingkah lajku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan, bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang.Hal ini, dilakukan karena terdapat ciri-ciri yanh khas hanya dimiliki oleh seseorang tersebut, baik dalam arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik.

Dalam kehidupan manusia, tingkah laku atau kepribadian merupakan hal yang sangat penting sekali, sebab aspek ini akan menentukan sikap identitas diri seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Oleh karena itu, perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian ini sangat tergantung kepada baik atau tidaknya proses pendidikan yang di tempuh.

(42)

Dari definisi di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa kepribadian anak merupakan sebagai kesan menyeluruh tentang dirinya yang terlihat dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.Kesan menyeluruh disini adalah sebagai keseluruhan sikap mental dan moral seorang anak yang terakumulasi di dalam hasil interaksinya dengan sesama dan merupakan hasil interaksinya dengan sesame dan merupakan hasil reaksi terhadap pengalaman di lingkungan masing-masing.

Proses pembentukan tingkah laku atau kepribadian ini hendaklah dimulai dari masa kanak-kanak, yang dimulai dari selesainya masa menyusui hingga anak berumur enam atau tujuh tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak. Di dalamnya terjadilah proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan moralnya. Pada saat ini, orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap masalah pendidikan anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal dan aktif di masyarakatnya kelak.

Di dalam lingkungan keluarga, orang tua berkewajiban untuk menjaga, mendidik, memelihara, serta membimbing dan mengarahkan dengan sungguh-sungguh dari tingkah laku atau kepribadian anak sesuai dengan syari‟at Islam yang berdasarkan atas tuntunan atau aturan yang telah ditentukan di dalam Al-Qur‟an dan hadits. Tugas ini merupakan tanggung

(43)

jawab masing-masing orang tua yang harus di laksanakan karena anak merupakan perhiasan dunia. Firman Allah SWT Q.S Al-kahfi 18 : 46









Terjemahnya :

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya du sisi Tuhanmu sertalebih baik untuk menjadi harapan.

Zakiah Drajat ( 1995 : 67 ) mengatakan :

bahwa perkembangan sikap pada anak, terbentuk mulai dalam keluarga, orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil , dan bijaksana. Akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak.Ia akan terlihat ramah, gembira dan merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, dan akan tumbuh pada dirinya rasa percaya diri dan percaya pada lingkungannya. Begitupula sebaliknya orang tua yang keras, kurang perhatian dan kurang akrab dengan anaknya sering bertengkar satu sama lain maka si anak akan berkembang menjadi anak yang nakal dan mempunyai budi pekerti yang tidak baik.

Dalam hal ini, pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek penting, karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian atau jiwa seorang anak adalah di melalui proses pendidikan di lingkungan keluarga. Di lingkungan inilah pertama kalinya terbentuknya pola dari tingkah laku atau kepribadian seorang anak tersebut. Pentingnya peran keluarga dalam proses pendidikan anak dicantumkan di dalam Al-Qur‟an, yang mana Allah SWT berfirman dalam Q.S Furqan (25) : 74

(44)





T

Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan terjemahan hal. 366 : 2010)

Lingkungan keluarga besar pengaruhnya dalam proses pembentukan kepribadian anak. maka ada beberapa fungsi keluarga dalam mendidik dan membentuk kepribadian anaknya. Yaitu,

a. Keluarga merupakan lingkungan sebagai pengalaman pertama yang di alami pada masa kanak-kanak. Sebagai pengalaman pertama anak, orang tua harus mengetahui bagaimana cara orang tua mendidik dan bersikap kepada anak. sejak kecil orang tua harus membiasakan baik dalam menghadapi segala tingkah laku anak.

b. Anggota keluarga, termasuk kedua orang tua dapat menjamin kehidupan emosional anak. keluarga harus selalu menjaga emosi si anak, karena emosi mempunyai pengaruh besar pada kepribadian anak. emosi juga merupakan dapat mempengaruhi penilaian orang lain terhadap anak. jika emosi anak tidak dapat dikendalikan maka semua orang dapat menyimpulkan kalau itu anak yang nakal dan itu dapat mempengaruhi pola penyesuaian anak. Anak yang emosinya

(45)

meningkat sering kali menjadikan anak bersikap kasar, sering murung, dan juga dapat membuat orang menjadi gelisah dan resah. Oleh karena itu orang tua harus menjaga emosional anak, supaya anak tidak dinilai orang mempunyai kepribadian yang jelek.

c. Keluarga dapat bertanggung jawab dan saling memberi motivasi dan memberi dorongan supaya anak dapat mencapai keberhasilannya.

Dorongan dan motivasi dari orang tua dapat membuat anak tidak mudah putus asa dan si anak akan selalu semangat. Si anak tidak akan takut melakukan tindakan apapun jika itu semua sudah didukung oleh orang tuanya.

d. Keluarga dapat meletakkan dasar-dasar pendidikan agama kepada anaknya sejak kecil. Dengan memberikan dasar agama sejak kecil itu sangat baik, karena itu akan memberi bekal kepada si anak di dunia dan di akhirat nanti. Jika agama anak kuat, orang tua pasti akan bangga karena memiliki anak yang mempunyai iman kuat dan agar tidak mudah menjerumuskan anak kepada hal yang tidak baik seprti kemaksiatan dan sebagainya.

e. Sebagai dasar untuk menanamkan pendidikan moral pada anaknya.

Moral disini berkaitan dengan tingkah laku, kebiasaan manusia. Jika si anak sudah dilatih kebiasaan atau tingkah laku yang baik sejak kecil, maka si anak juga akan terbiasa dengan itu semua. Dan menjadi

(46)

suatu bekal dikelak dewasa si anak akan bisa membedakan baik buruknya tindakan mereka.

f. Sebagai dasar dalam memberikan pendidikan sosial kepada anaknya.

Jika si anak sudah memasuki lingkungan sosial, maka si anak akan mempunyai teman baru, yaitu teman sebayanya. Di sini jika orang tua sudah mendukung si anak untuk memasuki lingkup sosial termasuk sekolah, maka si anak akan berusaha agar dapat menyenangkan orang tuanya dan si anka juga mulai dapat berfikir supaya dapat diterima oleh temannya. Karena penerimaan dan penolakan dari teman sebayanya itu dapat mempengaruhi keinginan anak, dan mulailah si anak untuk mengembangkan sifat-sifat yang dapat disetujui oleh temannya. Jika si anak dapat diterima oleh temannya maka si anak akan merasa percaya diri dan dapat mendapatkan teman yang lebih banyak. Tetapi berbeda pula dengan anak yang tidak diterima oleh temannya, maka si anak akan merasa iri, benci karena tidak diajak bermain, mudah tersinggung dan hal sepele apapun dapat meningkatkan amarah mereka. Jika itu terjadi maka itu tentu saja tidak dapat membantu mereka untuk mengembangkan kepribadian sosial mereka. Dan mungkin saja kepribadian mereka akan tumbuh menjadi kepribadian yang buruk. Jadi factor penerimaan sosial sangat penting pengaruhnya pada pribadi dan sosial anak.

(47)

g. Menjaga kesehatan si anak supaya si anak dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh. Kesehatan juga berpengaruh, karena jika keadaan anak sedang sakit maka kalau belajar pasti merasa tidak nyaman dan malas.

h. Memberikan si anak kesempatan dalam belajar dengan cara mengenalkan ilmu pengetahuan serta ketrampilan, sehingga itu dapat berguna bagi kehidupan si anak kelak di masa dewasa dan dapat menjadikan si anak bisa hidup mandiri. Dengan memberi ketrampilan, maka jika suatu saat anak sudah dewasa dan jika ingin bekerja si anak bisa memanfaatkan ketrampilan yang sudah diajarkan oleh orang tuanya.

i. Orang tua hendaknya memberikan pendidikan agama kepada si anak agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir manusia.

Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat mengembangkan masalah- masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian anak

(48)

Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, tetapi di dalam perkembangan makin terbentuklah pola-pola yang tetap, sehingga merupakan ciri-ciri yang khas dan unik bagi setiap individu. Menurut D. Gunarsa, (2000:108) faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang adalah :

a. Faktor biologis, yaitu berhubungan dengan keadaan jasmani yang meliputi keadaan pencernaan, pernapasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar urat syaraf, dan lan-lain.

b. Faktor sosial, masyrakat yakni manusia-manusia lain di sekitar individu, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.

c. Faktor kebudayaan, yaitu kebudayaan itu dan berkembang di dalam masyarakat dan tentunya kebudayaan dari tiap-tiap tempat yang berbeda akan berbeda pula kebudayaannya. Perkembnagan dan pembentukan kepribadian dari masing masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan.

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling peka bagi proses pembentukan kepribadian seseorang yang akan mewarnai sikap, perilaku, dan pandangan hidupnya kelak di kemudian hari. Sedangkan perkembangan kepribadian anak itu sendiri, dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak itu hidup dan berkembang. Dalam konteks lingkungan keluarga berpengaruh dan mewarnai proses pembentukan kepribadian anak.

Menurut Ngalim Purwano (1990:162) alasan pentingnya orang tua, terutama ibu dan ayah bagi pembentukan kepribadian anak, yakni :

a. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama

(49)

b. Intensitas pengaruh yang diterima anak itu tinggi karena berlangsung terus menerus siang dan malam.

c. Pengaruh yang diterima anak itu batas dan jumlahnya

d. Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan bernada emosional.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepribadian anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah orang tua dalam rangka membimbing, mengarahkan, dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak, karena orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak-anak sehingga akan mudah untuk memahami kepribadiannya.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan penelitian kualitatif yang memberikan gambaran tentang pengaruh pendidikan akhlak di Lingkungan Soreang Kec.Tanete Rilau Kab.Barru.

Margono (1997: 33) mendefinisikan bahwa :

“Metode kualitatif sebagai prosedur peneliti yang menghasilkan data kualitatif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang teropsesi dan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya”

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Soreang Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.Sebagai obyek penelitian adalah tokoh masyarakat, orang tua, dan anak di Lingkungan Soreang Kec.Tanete Rialau Kab.Barru.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, dengan rincian sebagai berikut:

(51)

1. Variabel bebas (Independent variabel) adalah Pendidikan akhlak dalam keluarga.

2. Variabel terikat (Dependent variable) adalah Pembentukan Kepribadian Anak.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalah tafsiran terhadap kata–kata yang dipergunakan dalam judul proposal ini, penulis mengemukakan beberapa kata–kata penting, antara lain sebagai berikut

Untuk menghindari kesalah tafsiran terhadap kata–kata yang dipergunakan dalam judul proposal ini, penulis mengemukakan beberapa kata–kata penting, antara lain sebagai berikut :

1. Pendidikan akhlak oleh para ahli sering diartikan sebagai proses pemeliharaan. Pengembangan dan pembinaan. Dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah perkembangan potensi manusia agar kehadirannya di dunia adalah sebagai hamba Allah SWT dan Khalifah Allah SWT tercapai sebaik mungkin.

2. Kepribadian Anak sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri anak, atau gambaran bagaimana seseorang tampil dan menimbulkan kesan bagi orang lain

Dari pengertian di atas, maka defenisi operasional dari judul proposal ini adalah pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga dan pengaruhnya

34

(52)

terhadap pembentukan kepribadiananak di Lingkungan Soreang Kec.Tanete Rilau Kab.Barru.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, selain diperhadapkan dengan obyek yang diteliti juga sebagai sumber data berupa manusia maupun peristiwa yang terjadi.Karena hal itu merupakan variabel yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah melalui penelitian selanjutnya, hal itu diolah untuk menunjang keberhasilan dalam penelitian.

Menurut Kamaruddin (2004: 53) mengemukakan bahwa:

yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel dan pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian, contoh kasus dapat berupa manusia.

.

Pendapat ahli berikutnya mengatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian Arikunto, (2004: 130), dalam pengertian bahwa semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel.

Dari definisi tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian populasi adalah keseluruhan dari sumber data yang menjadi obyek dari penelitian.

(53)

Karena itu, dalam penelitian ini yang dijadikan populasi penelitian adalah tokoh masyarakat, kepala keluarga, dan Ibu rumah tangga di desa Soreang Kec.Tanete Rilau Kab.Barru.

Tabel I keadaanPopulasi No. Populasi

Jumlah Populasi

1 Tokoh Masyarakat 2

2 Orang tua 87

3 Anak 68

Jumlah 157

Sumber Data : Kepala Desa Soreang 2014 2. Sampel

Menurut Sugiyono (2007 : 41), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karektiristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang di pelajari dari sampel, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Penelitian ini merupakan penelitian sampel karena meneliti sebagian dari populasi.

Banyaknya jumlah populasi menyebabkan penulis tidak mampu meneliti populasi secara keseluruhan karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.Mengingat jumlah populasi pada penelitian ini yang cukup besar, untuk memudahkan penelitian, maka peneliti menarik sampel 15 persen dari jumlah populasi. hal ini sesuai dengan teori

Suharsimi Arikunto, (2006:134) Mengatakan bahwa:

apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil secara keseluruhan sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

(54)

Tetapi, jika jumlah subjeknya besar diambil antara 10-15% atau 20- 25% atau lebih.

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 157 x 15%=24 orang. Oleh karena jumlah populasi terlalu banyak, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 24 orang, Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan carasampling purposive atau sampel pertimbangan.

Tabel II Keadaan Sampel

No. Populasi Jumlah Populasi Jumlah Sample

1 Tokoh Masyarakat 2 1

2 Orang tua 87 13

3 Anak 68 10

Jumlah 157 24

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelolah, dan menginteprasikan informasi dari para responden yang di lakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrument penelitian dirancang untuk satu tujuan dan tidak biasa digunakan pada penelitian yang lain.

Instrumen penelitian dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada peneliti dalam menjawab pertanyaan peneliti sehingga mendapatkan data sebagaimana adanya.

(55)

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data di lapangan mengenai Pengaruh Pendidikan Akhlaq dalam Keluarga terhadap Pembentukan Kepribadian Anak diLingkungan Soreang Kec.

Tanete Rilau Kab. Barru adalah sebagai berikut:

1. Catatan Observasi yaitu pengumpulan data dengan memperhatikan sesuatu atau hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat indera. Observasi bisa dilakukan dengan pedoman sebagai instrumen pengamatan atau tanpa instrumen pengamatan.

2. Pedoman Interviu (interview) yang sering juga disebut wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi dari wawancara..

3. Angket atau kuisioner (quistionnaire) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

4. Catatan Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya barang- barang tertulis. Dalam melaksanakan penelitian dengan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti foto- foto, data-data, DLL.

G. Teknik Pengumpulan Data

(56)

Sehubungan dengan prosedur pengumpulan data ini maka penulis akan melakukan beberapa hal yang dianggap baik dalam mengelola data yang terdapat di lokasi atau lapangan penelitian. Adapun teknik yang dimaksud:

1. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara sengaja dan langsung ke obyek yang diteliti guna memperoleh gambaran yang sebenarnya terhadap permasalahan yang diteliti.

2. Wawancara (interview), metode ini digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan. Dalam hal ini peneliti memberikan pertanyaan secara struktur dan tidak terstruktur.

3. Angket atau kuisioner (quistionnaire) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

4. Dokumentasi yaitu mencari data yang berkenaan dengan catatan atau arsip-arsip sebagai sumber data yang berhubungan dengan obyek penelitian.

H. Teknik analisis data

Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis, mempelajari serta mengolah data tertentu. Sehingga dapat

(57)

diambil kesimpulan yang konkret tentang persoalan yang diteliti.Penelitian yang akan dilakukan adalah tergolong tipe penelitian deskriptif kuantitatif analisis.Dalam penelitian ini, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh dari responden atau sumber data yang lain terkumpul.

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variable dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.Dalam penelitian ini setelah memperoleh data dari observasi, wawancara, angket dan dokumentasi, maka peneliti memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelolah. Kemudian peneliti mengelompokkannya sesuai dengan masalah yang diteliti dan menyajikannya dengan kata-kata yang dapat diceritakan kepada orang lain sebagai hasil penelitian.

Keterangan:

P : Presentase F : Jumlah Frekuensi N : Jumlah Presentase

Gambar

Tabel I   keadaanPopulasi  No.  Populasi  Jumlah Populasi   1  Tokoh Masyarakat  2  2  Orang tua  87  3  Anak  68  Jumlah   157
Tabel II  Keadaan Sampel
Tabel III
Tabel VI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Vicky Febrian, D1213074, KOMUNIKASI PEMASARAN JASA TRANPORTASI PARIWISATA(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Pemasaran PO Gunung Sari), Skripsi, Program Studi

minimal dengan bahasa Inggris dan Arab serta kemampuan untuk menguasai materi yang disampaikan oleh dosen pengampu masing- masing Program Studi, seperti mata

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk menentukan besarnya daya hambat perasan buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L) terhadap

Jadi praktik cakepan di Desa Banymudal termasuk dalam transaksi multi akad, kerena di dalam praktik tersebut terdapat dua akad yaitu qardh dan jual beli, kedua akad

6 masalah dengan komuniti yang lain khususnya penduduk yang tinggal di sekitarnya seolah-olah tidak mempedulikan atau mengambil tahu.. tentang aktiviti PDK yang dijalankan di

b) kebanyakan remaja mengalami masa masa dimana mereka mencari jati diri dari mereka yang berubah panampilan, gaya hidup, dan pola fikir, disinilah remaja mulai

Upaya pemberantasan penyakit tuberkulosis merupakan suatu usaha cukup berat, karena menyangkut permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang akhir-akhir ini mengalami

Kesimpulan : Latihan Range Of Motion yang telah dilakukan pada pasien stroke yang mengalami kelemahan anggota gerak ekstremitas atas dan ekstremitas bawah terbukti