Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN I Cibogo
Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
program studi pendidikan guru sekolah dasar
oleh
Ai Susi Kurniawati
NIM 1003322
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING,
APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI
SEKOLAH DASAR
oleh
Ai Susi Kurniawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
© Ai Susi Kurniawati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING,
APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN I Cibogo Kabupaten Bandung Barat)
oleh
Ai Susi Kurniawati 1003322
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya pemahaman konsep siswa. Hal ini didasarkan observasi awal, jika siswa diberi pertanyaan berhubungan dengan hafalan siswa bisa menjawab, akan tetapi jika diberi pertanyaan tentang pemahaman siswa kurang mampu menjawab dengan tepat. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan dengan menerapkan strategi REACT. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep. Subjek yang dikenai tindakan yaitu siswa kelas V SDN I Cibogo kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian ditemukan bahwa pemahaman konsep siswa setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan strategi REACT mengalami peningkatan. Pada siklus I sebagian besar siswa hanya menguasai satu indikator, hal ini menyebabkan sebagian kecil siswa paham dengan persentase 35,7 %, dengan ketuntasan 35,71%, sedangkan di siklus II sebagian besar siswa menguasai dua indikator, hal ini menyebabkan pemahamn konsep siswa meningkat, sebagian besar siswa paham dengan persentase 57,1 %, dengan ketuntasan 57,14%, dan pada siklus III sebagian siswa menguasai empat indikator, hal ini menyebabkan pemahaman konsep siswa meningkat. Pada umumnya siswa sudah memahami konsep secara keseluruhan dengan persentase 92,9 %, dengan ketuntasan 78,57%. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa strategi REACT mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Disarankan bagi guru dan peneliti selanjutnya, dalam tahap cooperating siswa sebaiknya diberi waktu yang cukup lama agar proses diskusi lebih maksimal.
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Hipotesis ... 6
F. Definisi Operasional... 6
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A.Strategi REACT ... 8
B.Pembelajaran IPA di SD ... 12
C.Sifat-sifat cahaya ... 14
D.Pemahaman Konsep ... 18
E. Penelitian yang relevan ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A. Metode Penelitian ... 23
B. Model Penelitian ... 24
C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 25
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
B. Rekapitulasi Data ... 61
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69
A. Simpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 75
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal
ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan
gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan
penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. De
Vito, et al. (Samatowa, 2006: 146) menyatakan bahwa ‘pembelajaran IPA yang
baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa’. Siswa diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa,
membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya,
membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran
siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Selain itu
ilmu pengetahuan alam juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan
membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut
menjadikan pembelajaran ilmu pengetahuan alam tidak hanya verbal tetapi juga
faktual. Hal ini menunjukan bahwa, hakikat ilmu pengetahuan alam sebagai
proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran ilmu pengetahuan yang
empirik dan faktual. Hakikat pengetahuan alam sebagai proses diwujudkan
dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana
cara produk sains ditemukan.
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Menurut Cain & Evans (Padmono, 2010), menyatakan bahwa
IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap,
dan teknologi. IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam
sudah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA
merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA
sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun,
teliti, terbuka dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung arti bahwa IPA
terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA mengandung keempat
hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah seyogyanya siswa dapat
mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman konsep siswa terhadap
IPA menajadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya.
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompe-tensi agar
siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pendidikan IPA adalah
memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta
teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap
siswa yang mempelajari IPA. (Depdiknas, 2006)
Pada dasarnya setiap anak tidak sama cara belajarnya, demikian pula
dalam memahami konsep-konsep abstrak. Salah satu strategi dalam proses
pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan bantuan pemecahan masalah
dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah dengan menerapkan
sistem pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk belajar secara efektif
khususnya pada mata pelajaran IPA. Belajar yang efektif harus mulai dengan
pengalaman langsung atau pengalaman yang konkret dan menuju pengalaman
yang lebih abstrak. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa diberi
kesempatan untuk mengalami/melakukan, mengikuti suatu proses, serta
mengamati suatu objek, keadaan, atau proses sendiri. Dengan demikian siswa
dituntut untuk mengalami, mencari kebenaran, dan mencari kesimpulan sendiri
dari proses yang dialami. Agar siswa dapat lebih mudah memahami materi
harus dapat menarik perhatian siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam
mengikuti pelajaran, dengan cara melakukan sebuah percobaan.
Berdasarkan hasil observasi peniliti terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran IPA siswa SDN I Cibogo diperoleh temuan bahwa jika diberi
pertanyaan yang berhubungan dengan hafalan siswa bisa menjawab, akan tetapi
jika diberi pertanyaan tentang pemahaman, siswa kurang mampu menjawab
dengan cepat dan tepat. Rendahnya pemahaman konsep IPA di Sekolah Dasar
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kurang aktifnya siswa mengikuti
pelajaran, karena siswa kurang tertarik pada cara penyajian materi yang banyak
berpusat pada guru yang menggunakan metode yang konvensional, kurangnya
kesempatan berinteraksi antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa, siswa
jarang diberikan kesempatan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang ada
pada pikirannya, dan guru kurang memberikan kesempatan berinteraksi dengan
media atau sumber belajar. Jika siswa telah dilatih sejak dini untuk selalu mencari
hal-hal yang baru maka di masa yang akan datang mereka akan terbiasa untuk
menemukan suatu hal yang menarik dan dapat menggunakannya untuk
kehidupannya.
Pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah
dengan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa. Dengan kegiatan
ini diharapkan lebih memperjelas materi yang abstrak bagi siswa sehingga
pemahaman konsep siswa lebih baik, karena siswa dapat membuktikan tentang
materi yang sedang dipelajari melalui percobaan. Akan tetapi di SDN I Cibogo
pada proses pembelajaran IPA tidak melakukan sebuah percobaan, akan tetapi
guru hanya ceramah, sehingga siswa cepat merasa bosan, kurang berkonsentrasi
bahkan ada siswa yang melamun dan mengantuk karena siswa tidak dilibatkan
dalam proses belajar dan hanya menyimak penjelasan dari guru, sehingga ketika
diadakan evaluasi siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Siswa
tidak bisa membedakan antara pengertian dan contoh-contoh, maka tak jarang
ketika melakukan tanya jawab tentang pengertian dan contoh siswa masih keliru
Beberapa kendala tersebut menyebabkan sebagian besar siswa
memperoleh nilai di bawah KKM pada mata pelajaran IPA. Salah satu faktor
penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah kurang memahami konsep
khususnya dalam pembelajaran IPA, siswa masih kesulitan dalam membedakan
pengertian dan contoh. Hal ini terlihat ketika guru bertanya tentang pengertian
suatu konsep siswa malah menyebutkan contoh-contoh dari konsep tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti memilih strategi REACT. Srategi
REACT merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang terdiri dari lima
unsur, yaitu relating (menghubungkan), experiencing (mengalami), applying
(menerapkan), cooperating (bekerjasama), dan transferring (mentransfer).
Menurut Rahayu (Yuliati, 2008), menyatkan bahwa strategi ini mengajak siswa
menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep
tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru.
Diharapkan dengan menggunakan strategi REACT pada pembelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan masalah
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian
yang berjudul ”Penerapan Strategi React (Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, Transfering) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya Di Sekolah Dasar ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana menerapkan strategi REACT
untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya kelas V SDN I
Cibogo?“.
Masalah di atas dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus
yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan strategi REACT untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa
2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V SDN I Cibogo
pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan
strategi REACT ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini secara umum
bertujuan mendapatkan deskripsi tentang penerapan strategi REACT untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya kelas V SDN I Cibogo. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan
memperoleh deskripsi sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya dengan menggunakan strategi REACT untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa kelas V SDN I Cibogo.
b. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V SDN I Cibogo
pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan
strategi REACT .
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat bagi
peningkatan pembelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya dan khususnya dalam
mata pelajaran IPA kelas V SDN I Cibogo. Adapun manfaat penelitian ini antara
lain :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan sebuah teori yang baru
mengenai strategi REACT yang dapat meningkatkan pemahaman konsep pada
pembelajaran kelas V, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama
antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk memperbaiki proses
pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran sifat-sifat cahaya.
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran materi
sifat-sifat cahaya.
2) Meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya.
3) Memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan pada
mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
b. Bagi guru
1) Memperoleh pengalaman langsung mengenai penerapan strategi REACT .
2) Meningkatkan kompetensi guru dalam merancang dan menyusun
langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT .
3) Meningkatkan kualitas profesionalisme guru dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran di sekolah.
c. Bagi sekolah
1) Memberi kontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SDN I
Cibogo.
2) Memberikan masukan kepada sekolah untuk selalu mendukung guru
dalam rangka meningkatkan kualitas mengajarnya.
E. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka hipotesis
tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penerapan strategi REACT
dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri I
Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
F. Definisi Operasional
1. Srategi REACT yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi
pembelajaran kontekstual yang terdiri dari lima unsur, yaitu relating
(menghubungkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),
cooperating (bekerjasama), dan transferring (mentransfer). Strategi ini
menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer
dalam kondisi baru. Keterlaksanaan tahapan pada strategi REACT diukur
dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer pada
saat pembelajaran berlangsung pada materi sifat-sifat cahaya.
2. Pemahaman konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep
berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal.
Pemahaman konsep siswa dibagi menjadi tiga kategori yaitu; tidak paham,
miskonsepsi dan paham. Indikator pemahaman konsep yang di digunakan
dalam penelitian ini meliputi empat aspek yaitu; 1) Memberikan contoh
(exemplifying), 2) Menarik inferensi (inferring), 3) Membandingkan
(comparing), 4) Menjelaskan (explaining). Pemahaman konsep ini diukur
dengan menggunakan test tulis pemahaman konsep dalam bentuk uraian, tes
ini diberikan pada saat sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test)
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya
sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini dimaksudkan
sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SD I Cibogo.
Fokus penelitian tindakan kelas pada siswa atau proses pembelajaran di
kelas. Tujuan PTK menurut (Suhardjono, dalam Arikunto dkk, 2009: 61) adalah
“meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya
akademik”. Sedangkan menurut Kunandar (2010:63) salah satu tujuan dari PTK
adalah:
Untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru SD
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, serta mampu menjalin
kemitraan antara peneliti dengan guru SD dalam memecahkan masalah aktual
pembelajaran IPA di lapangan. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah
perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses pembelajaran di kelas.
B. Model Penelitian
Model penelitian yang dilakukan, peneliti menerapkan desain model PTK
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang terdiri dari tiga siklus.
Berikut adalah desain PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart:
Gambar 3. 1
Model/desain penelitian tindakan kelas diadaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart Sumber: Hopkins 2011
Tahapan-tahapan yang tedapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggart,
diantaranya:
1. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada
tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan beberapa
hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian,
media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain yang sekiranya diperlukan.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau
menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang telah
dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diharapkan.
3. Observasi
Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini
berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah
mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui dampak
4. Refleksi
Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa
saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada
siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini bisa
dijadikan tahapan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan kegiatan.
C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN I Cibogo yang beralamat di
Jalan Tangkubanparahu No. 87 Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat, semester II tahun pelajaran 2013/2014. Proses penelitian yang
akan dilaksanakan diharapkan dapat selesai dalam tiga bulan, mulai dari
menyusun usulan penelitian sampai menyelesaikan laporan. Jadwal penelitian
dilakukan bulan Maret sampai bulan Juni. Subyek yang akan diteliti adalah siswa
kelas V SDN I Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang
berjumlah 16 orang siswa, siswa laki-laki berjumlah 10 0rang siswa dan siswa
perempuan berjumlah 6 orang siswa.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
(classromm-based action research) dengan peningkatan pada unsur desain untuk
memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus tediri dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Penjabaran setiap siklus dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri I Cibogo.
b. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi
dan situasi proses pembelajaran Sekolah Dasar Negeri I Cibogo khususnya
c. Identifikasi permasalahan mencakup kajian terhadap Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, menentukan metode pembelajaran
yang relevan, menentukan RPP dan menyusun tahap penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari
tiga siklus. Pada setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi, adapun pemaparan tahap tindakan adalah sebagai berikut:
Siklus 1
a. Perencanaan (Planning)
1) Menyusun RPP pokok bahasan sifat-sifat cahaya merambat lurus dan
menembus benda bening dengan menggunakan strategi REACT .
2) Menyusun kelompok untuk pembelajaran dengan melihat prestasi dalam
buku nilai siswa dan jenis kelamin.
3) Membuat soal pre-test dan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep
siswa.
4) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi dan tes
evaluasi hasil belajar siswa.
5) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang.
b. Pelaksanaan
1) Melakukan apersepsi terlebih dahulu di awal pembelajaran, pemberian
pre-test dan pembagian kelompok menjadi empat kelompok.
2) Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Relating,
Guru menggali pengetahuan siswa dengan mengajukan beberapa
pertanyaan tentang peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan sifat cahaya yang dapat merambat
b) Cooperating
Guru meminta siswa berdiskusi bersama kelompokknya untuk
menjawab pertanyaan. Setiap kelompok di beri kesempatan untuk
menjawab dan guru tidak membenarkan atau menyalahkan.
c) Experiencing
Guru meminta setiap kelompok melakukan kegiatan mengamati untuk
menyelidiki sifat-sifat cahaya khususnya cahaya merambat lurus dan
menembus benda bening, sesuai petunjuk yang ada di dalam LKK
kegiatan 1 dan 2 dengan bimbingan dari guru.
d) Applying dan Cooperating
Setelah selesai melakukan kegiatan mengamati cahaya merambat lurus
dan menembus benda bening, setiap kelompok melakukan diskusi
untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKK kegiatan 1 dan 2
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
e) Transfering
Guru meminta setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk
melaporkan hasil pengamatan yang dilakukan dan kelompok yang
lainnya menanggapinya.
3) Sebagai penutup diberikan post-test dan pemberian reward.
c. Observasi/Pengamatan
Tahap observasi dilakukan oleh guru kelas dan 2 teman sejawat sebagai
observer/pengamat. Semua temuan pada proses pembelajaran dicatat oleh
observer yang tertuang dalam lembar observasi.
d. Refleksi
Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran dengan diamati oleh observer,
maka peneliti melakukan refleksi. Data diperoleh dari lembar observasi, hasil
belajar siswa dan dokumentasi. Peneliti dan observer melakukan tanya jawab
guna menemukan masalah yang timbul dalam pembelajaran dengan menggunakan
strategi REACT, hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan siklus II,
Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II dilaksanakan setelah melakukan refleksi dari
hasil lembar observasi dan pengolahan data pada siklus I. Rencana tindakan pada
siklus II sama dengan siklus I yaitu:
1) Membuat RPP pokok bahasan sifat cahaya dapat dibiaskan dan diuraikan
dengan menggunakan langkah-langkah strategi REACT .
2) Membuat soal pree-test dan post-test untuk mengetahui pemahaman
konsep siswa.
3) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi dan tes
evaluasi hasil belajar siswa.
4) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang.
b. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan pembelajaran pada siklus II masih sama dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, namun pada siklus II materi yang
disampaikan berbeda dengan siklus sebelumnya materi yang diambil “sifat cahaya dapat dibiaskan dan diuraikan”. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan persiapan yang baru, persiapan yang disesusaikan dengan hasil refleksi.
c. Observasi/Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengamati sejauh mana perbaikan-perbaikan
yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
d. Refleksi
Setelah peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan diamati oleh
observer, peneliti mengadakan refleksi dari hasil tindakan pada siklus I.
Siklus III
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus III dilaksanakan setelah melakukan refleksi dari
hasil lembar observasi dan pengolahan data pada siklus II. Rencana tindakan pada
siklus III sama dengan siklus I yaitu:
1) Membuat RPP pokok bahasan sifat cahaya dapat dipantulkan dengan
2) Membuat soal pree-test dan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep
siswa.
3) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi dan tes evaluasi
hasil belajar siswa.
4) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang.
b. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan pembelajaran pada siklus III masih sama dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, namun pada siklus III materi yang
disampaikan berbeda dengan siklus sebelumnya materi yang diambil “sifat cahaya
dapat dipantulkan”. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan persiapan
yang baru, persiapan yang disesusaikan dengan hasil refleksi.
c. Observasi/pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengamati sejauh mana perbaikan-perbaikan
yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
d. Refleksi
Setelah peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang diamati,
kemudian peneliti mengadakan refleksi dari hasil tindakan pada siklus III.
E. Instrumen Penelitian
Riduwan (2012: 78) menyatakan bahwa instrumen penelitian digunakan
untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Untuk mendapat data yang
akurat diperlukan instrumen yang baik, instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Riduwan (2012: 76) menyatakan bahwa observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan. Mengacu dari pengertian di atas, maka observasi digunakan
untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran.
Lembar observasi digunakan untuk melihat keterlaksanaan tahap-tahap
kolom “Ya” dan “Tidak” yang dapat diisi dengan tanda cheklist (√). Selain itu observer juga mengisi kolom deskripsi untuk menuliskan kekurang-kekurangan
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Masukan dari
observer bisa dijadikan bahan sebagai refleksi/perbaikan.
2. Lembar Tes
Riduwan (2012: 76) menyatakan bahwa tes sebagai instrumen pengumpul
data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individdu atau kelompok.
Tes dalam penelitian ini menggunakan tes pemahaman konsep yang
dikembangkan berdasarkan pada pemahaman ciri-ciri pemahaman konsep yang
berhubungan dengan kognitif. Tes yang digunaka adalah tes tertulis berbentuk
uraian karena dengan tes ini akan memunculkan pemahaman siswa dan hanya
siswa yang telah menguasaia atau memahami materi dengan dan benarlah yang
bisa memberikan jawaban yang baik dan benar. Tes ini diberikan pada setiap awal
(Pre-test) dan akhir (Post-test) siklus. Peneliti menggunakan pre-test dan post-test
ini bertujuan untuk melihat selisih antara skor pre-test dan post-test yang disebut
dengan gain, kemudian gain tersebut dinornamalisasi untuk melihat kenaikan
tersebut dikategorikan rendah, sedang atau tinggi.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Wardhani dkk (2007: 5.4) menyatakan bahwa analisis data adalah upaya
yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneiliti untuk merangkum
secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya
dan benar. Mengacu pada pengertian diatas, analisis data adalah upaya yang
dilakukan guru yang berperan sebagai peneliti untuk mengolah serta merangkum
data secara akurat.
Analisis data dilakukan melalui teknik pengolahan data berdasarkan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif,
diantaranya sebagai berikut:
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan pemahaman konsep siswa. Jenis tes yang dipergunakan dalam
penelitian kali ini adalah pre-test dan post-test yang berfungsi untuk mengetahui
pencapaian kemampuan pemahaman konsep siswa pada awal dan akhir
pembelajaran. Adapun pengolahan data tes tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pensekoran
Hasil tes siswa setiap siklus dianalisis dengan berpedoman pada sistem Holistic
Scoring Rubrics yaitu suatu prosedur yang digunakan untuk menskor jawaban
siswa. Setiap skor yang diraih siswa mencerminkan kemampuan pemahaman
konsep siswa. Kriteria pemberian skor menurut Renner dan Brumby dalam
Abraham et. al (Purtadi dkk 2010) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Tingkat
Pemahaman Ciri Jawaban Siswa Nilai
Paham (P)
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah 4
Jawaban benar mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep
3
Miskonsepsi (M)
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskan
2
Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari 1
Tidak Paham (TP)
Jawaban salah, tidak relevan/jawaban hanya
mengulang pertanyaan dan jawaban kosong 0
Setelah jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan kriteria yang telah
dibuat maka dapat dihitung persentase tingkat pemahaman siswa dengan
Keterangan: N = Jumlah siswa keseluruhan
∑P = Jumlah siswa yang memahami konsep
∑M = Jumlah siswa yang miskonsepsi
∑TP = Jumlah siswa yang tidak paham
Untuk mempermudah analisis data persentase hasil tes digunakan kriteria
menurut pendapat Farida (Dhiasari: 2006) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Tafsiran Persentase Hasil Tes
Besar Persentase Interpretasi
0 % Tidak ada
0 % < P ≤ 25 % Sebagian kecil
26 % < P < 49 % Hampir setengahnya
50 % Setengahnya
51 % < P ≤ 75 % Sebagian besar
76 % < P < 100 % Pada umumnya
100 % Seluruhnya
b. Menghitung rata-rata
Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang
diadaptasi dari Nana Sudjana (2012: 109) sebagai berikut:
Keterangan :
R = Nilai rata-rata siswa
∑ x = Jumlah seluruh nilai siswa N = Jumlah siswa
c. Menghitung Gain
Gain adalah selisih anatara skor Pre-test dan Post-test. Nilai gain dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
R =∑��
(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2012)
Keterangan :
G = gain
Sf = Skor post-test
Si = Skor pre-test
d. Menghitung gain ternomalisasi
Gain ternomalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu
skor gain yang diperoleh siswa dengan gain maksimum yaitu skor gain tertinggi
yang mungkin di peroleh siswa.
(Hake, 1997 dalam Sanusi 2012)
Keterangan :
g = gain ternormalisasi
Sf = Skor post-test
Si = Skor pre-test
Nilai ( g ) yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel dibawah,
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Interpretasi Nilai pemahaman konsep
Nilai < g > Interpretasi Efektivitas
0,7 < ( g ) ≤ 1,00 Tinggi
0,3 < ( g ) ≤ 0,7 Sedang
0,00 < ( g ) ≤ 0,3 Rendah
(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2012)
e. Menghitung presentase jumlah ketuntasan siswa
Untuk menghitung presentase jumlah siswa yang tuntas dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(Prihardina, 2012)
Gain (G)= Sf– Si
% Jumlah siswa tuntas = ∑ a a M
a a � %
< � >=�� ��� =
2. Data Kualitatif
Dalam pengolahan data kualitatif, digunakan analisis data deskriptif
berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi tentang aktivitas guru
dan aktivitas siswa oleh observer dalam pembelajaran dengan menerapkan strategi
REACT. Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasi, pengolahan lembar
observasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menghitung keterlaksaan pembelajaran
(Prihardina, 2012)
Kemudian untuk menginterpretasikan keterlaksaaan pembelajaran yang
telah dilakukan, dapat ditentukan berdasarkan kategori sebagai berikut:
Tabel 3.4
Interpretasi keterlaksanaan strategi REACT
Persentase (%) Interpretasi
80 – 100 Sangat baik
60 – 79 Baik
40 – 59 Cukup
21 – 39 Kurang
0 – 20 Sangat kurang
(Syah dalam Prihardina, 2012)
% Keterlaksanaan pembelajaran = ∑ A a ya a a a
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V
SD I Cibogo mengenai “Penerapan strategi REACT (relating, experiencing,
applying, cooperating, transfering) untuk meningkatkan pemahaman konsep
sifat-sifat cahaya sekolah dasar” maka dapat dikemukakan simpulan dan saran yang
terkait dengan penelitian ini.
A. Simpulan
Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa
kelas V SDN I Cibogo dapat meningkat dengan menerapkan strategi REACT
(relating, experiencing, applying, cooperating, transfering). Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT berjalan
dengan baik, meskipun menemui beberapa kendala. Pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan strategi REACT dapat melibatkan siswa secara langsung
dalam menemukan konsep baru kemudian menerapkan konsep dengan situasi
baru. Pelaksanaan pembelajaran IPA dikembangkan dengan mengacu pada
tahap-tahap pembelajaran yang menerapkan strategi REACT tahap relating
yang mencakup penggalian informasi awal siswa tentang materi sifat cahaya
dengan dikaitkan dengan peristiwa yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Lalu tahap exsperiencing, siswa melakukan pengamatan dan diskusi kelompok
untuk menemukan konsep baru dengan bimbingan guru. Pada tahap applying,
siswa menerapkan konsep yang baru dengan pertanyaan. Sedangkan tahap
cooperating, siswa ditekankan untuk diskusi dan kerjasama dengan kelompok.
diskusi dengan kelompok. Pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan
pembelajaran dan mengerjakan post-test.
2. Pemahaman konsep siswa disetiap siklusnya mengalami peningkatan setelah
mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT. Hal ini dapat
terlihat dari peningkatan pemahaman konsep dan nilai rata-rata post-test
mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I sebagian besar siswa
hanya menguasai satu indikator, hal ini menyebabkan sebagian kecil siswa
paham dengan persentase 35,7 %, dengan ketuntasan 35,71%, sedangkan di
siklus II sebagian besar siswa menguasai dua indikator, hal ini menyebabkan
pemahamn konsep siswa meningkat, sebagian besar siswa paham dengan
persentase 57,1 %, dengan ketuntasan 57,14%, dan pada siklus III sebagian
siswa menguasai empat indikator, hal ini menyebabkan pemahaman konsep
siswa meningkat. Pada umumnya siswa sudah memahami konsep secara
keseluruhan dengan persentase 92,9 %, dengan ketuntasan 78,57%.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, perlu dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi guru, penerapan strategi REACT dapat dijadikan sebuah alternatif strategi
yang digunakan dalam pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Dengan menggunakan strategi REACT, guru dapat
mengajak siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerja sama,
menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer
dalam kondisi baru. Namun diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam
mengembangkan langkah-langkah pembelajaran. Pada proses pembelajaran,
sebaiknya kegiatan tidak hanya terbatas pada percobaan saja, tapi jika
memungkinkan siswa langsung mengamati peristiwa yang akrab dengan
kehidupan sehari-hari siswa serta menerapkan konsep pembelajaran. Pada
tahap cooperating sebaiknya guru memberikan waktu yang lebih banyak
2. Bagi sekolah, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran sehingga strategi ini dapat digunakan dalam pembelajaran, baik
itu pembelajaran IPA maupun pembelajaran lainnya. Bagi kepala sekolah,
diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi guru untuk menggunakan
strategi REACT yang inovatif, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pemahaman konsep agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti
pun dapat menggunakan gambaran strategi REACT, pemahaman konsep serta
hasil penelitian untuk dijadikan referensi dalam penelitian lainnya yang
berbeda untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas pembelajaran siswa.
RPP yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kekurangan yakni
tahapan dalam RPP tidak sesuai dengan teori REACT Menurut Sounders,
maka dari itu bagi peneliti terlebih dulu menyesuaikan tahap-tahap strategi
Kurniawati, Ai Susi. 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Crawford, M. (2001). Teaching Contextual: Research, Rational and Techniques
for Improving Student Motivation and Achievement Science. [online].
Tersedia: http://www.cord.org/contextual-teaching-and-learning/. 22 Maret 2014
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Darmojo dan R. E Kaligis. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun
2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Mendiknas.
Dhiasari, D A. (2006). Penggunaan Peta Pikiran (Mind Map) Dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Skripsi
FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Bahri, S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fauziah, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa SMP melalui Strategi REACT . [online].
Tersedia: http://www. Forum kependidikan.Unsripdf. 16 Maret 2014
Haryanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta
Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke-1. Terjemahan Achmad Fawarid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kesuma, D. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah
Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung: tidak diterbitkan
Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.
Kunandar. (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Maulana, H. (2013). IPA Sifat-sifat Cahaya. [online]. Tersedia: http://serietno. blogspot.com/2013/03/ipa-sifat-sifat-cahaya.html. 15 Maret 2014
Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurdin, S. (2002). Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Pagerwangi 3 Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Padmono. (2010). Pembelajaran Terpadu IPA Kelas III SD. [online]. Tersedia:
http://ypadmonofkipuns-pdm.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-terpadu-ipa-kelas-iii-sd.html. 14 Mei 2014
Purtadi dan Sari. ( ). Analisis Miskonsepsi Konsep Laju Dan Kesetimbangan
Kimia Pada Siswa Sma. [online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/files/Makalah-Semnas-MIPA-Analisis-Miskonsepsi-Konsep-laju-dan-Kesetimbangan-Kimia-pdf. 09 juni 2014
Riduwan, M.B.A. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan
Rizkiana, H. (2012). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Cahaya: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cisalasih Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Rohati. (2011). ”Pengembangan Bahan AjarMateri Bangun Ruang dengan menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying,Cooperating, Transferring (REACT) di Sekolah MenengahPertama”. Universitas
Jambi,Volume 1, No 2 (hlm 61-73).
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta
Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media group.
Sanusi, I. (2012). Penggunaan Petangkat Lunak CX-Programmer Untuk
Meningkatkan Kemamapuan Siswa Dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor Listrik Tiga Fasa: Tidak diterbitkan
Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Masa
Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.
Suhardjono. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogakarta: UNY Pers.
Sulistyanto, H dan Wiyono, E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI
Kelas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wardhanni, I dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin
Puspendik.
Wulandari, D, R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi
REACT terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: https://www. repository.uinjkt.ac.idFITK. 17 Mei
2014.
Yuliati, L.(2008). Model-model Pembelajaran Fisika. Universitas Negeri Malang: Lembaga Pengembangan Pembelajaran.
Yuniawatika. (2011). “Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Dasar”.Universitas Pendidikan Indonesia.