• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Ba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Ba"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MATA PELAJARAN IPA

MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN

LINGKUNGANNYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Leni Maulani Syarah 1008336

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

(2)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPA

MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

Leni Maulani Syarah 1008336

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Leni Maulani Syarah2014 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Mata Pelajaran IPA Materi

Penyesuaian makhluk hidup dengan Lingkungannya” (Penelitian Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung

Barat Tahun Pelajaran 2014/2014) ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya

saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan

kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya

saya.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

(4)

LINGKUNGANNYA

LENI MAULANI SYARAH 1008336

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd NIP. 19500908 198101 1 001

Pembimbing II

Drs. Nana Djumhana, M.Pd NIP. 195905081984031002

Diketahui,

(5)

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPA

MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

Leni Maulani Syarah 1008336

Penelitian ini berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Penyesuaian Makhluk hidup dengan Lingkungannya”. Bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Subjek yang dikenai tindakan yaitu siswa kelas V yang berjumlah 36 siswa pada tahun pelajaran 2013/2014 di SDN Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi kemudian dibuat perencanaan perbaikan yang digunakan dalam siklus selanjutnya. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Adapun instrument pengumpulan data berupa tes siklus, lembar observasi dan angket siswa. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran, lembar observasi guru/peneliti serta siswa digunakan untuk mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti/guru serta siswa Hasil penelitian ditemukan bahwa hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran mengalami peningkatan. Data menunjukan bahwa pada tindakan pembelajaran siklus I hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 66 dan pada tindakan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan yang cukup tinggi dengan perolehan nilai rata-rata 78,5. Berdasarkan penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran yang di beri tindakan melalui penerapan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan dan pendekatan kontekstual efektif dapat di gunakan dalam pembelajaran IPA.

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab semua

pihak yang terlibat dalam pendidikan, terutama bagi guru SD yang

merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang

yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas yang dapat bersaing di zaman pesatnya perkembangan

teknologi. Guru yang berperan sebagai agen pembelajaran harus mampu

mengikuti perubahan yang bersifat positif dalam dunia pendidikan.

Filosofi dalam pendidikan ini mengartikan belajar dan

pembelajaran sebagai proses membangun pengetahuan yang bermakna

melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan

pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan

memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana

proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru.

Salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam

pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA)

adalahKontekstual.Pembelajaran Kontekstualmerupakan suatu proses

pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan

mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka

sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari

satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Kontekstual merupakan

suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke

dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

(7)

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami. Pembelajaran Kontekstual membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,

yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),

menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment),

refleksi (reflection).

Filosofi pembelajaran Kontekstualberakar dari paham

progressivisme John Dewey. antara lain:

1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat

mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang

diajarkan oleh guru.

2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar.

3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk

merangsang belajar.

4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.

5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.

6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan

eksperimen.

Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi

pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik

apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan

berkesempatan untuk menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar

(8)

lakukan. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk

membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.

Namun pada kenyataannyapembelajaran IPA di kelas yang penulis teliti

masih berorientasi pada: (1) Pembelajaran yang lebih bersifat

teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa

menghafal informasi faktual; (2) Siswa hanya mempelajari IPA pada

domain kognitif yang terendah, siswa tidak dibiasakan untuk

mengembangkan potensi berpikirnya; (3) Cara berpikir yang

dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif

dan psikomotor; (4) Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada

produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai

proses. Akibatnya pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi tidak

bermakna dan hasilnya tidak memuaskan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan mata pelajaran IPA yang telah

dilakukanoleh peneliti terhadap 36 siswa kelas V SDN Babakan Loa

Kecamatan Padalarang KabupatenBandung Barat, yang mencapai nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (75) dan telah dinyatakan tuntas belajar

hanya 12% sementara 88% mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (75) dan dinyatakan belum tuntas belajar. Hal ini menunjukkan

rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada pembelajaran

IPA di kelas V SDN Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten

Bandung Barat.

Rendahnya penguasaan materi IPA dikarenakan adanya masalah dalam

pembelajaran IPA. Menurut Wartono (dalam Adun Rusyana, 2011),

masalah pembelajaran IPA adalah:

1. Guru kurang berusaha mengajak siswa menemukan konsep/prinsip

yang melibatkan pikiran siswa;

(9)

3. Proses pembelajaran bersifat informatif;

4. Masih lemahnya kemampuan guru dalam mengkomunikasikan

sains.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu upaya

yang harus dilakukan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA. Menurut Irjan (2008) kegiatan pembelajaran IPA di

sekolah haruslah “membelajarkan siswa bagaimana belajar IPA”. Tujuan pokoknya adalah meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Hal ini

berkaitan dengan berbagai temuan penelitian yang menyebutkan bahwa

“fakta-fakta, prinsip, dan konsep IPA seringkali berumur pendek, karena dominasi peran guru sebagai satu-satunya komunikator. Oleh

karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran IPA di

sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu

memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah

bagi dirinya sendiri.

Dengan menerapkan pendekatan Kontekstualdalam pembelajaran IPA

siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, tetapi

siswa diarahkan untuk memiliki keterampilan dan mampu memecahkan

masalah karena pembelajaran dilaksanakan dalam lingkungan yang

alamiah (learning in real life setting).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, akhirnya penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul“Penerapan

Pendekatan Kontekstualuntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran IPA Materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan

Lingkungannya”.

(10)

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,

masalah-masalah penelitian yang akan dipecahkan dalam penelitian ini,

dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA pada materi pokok

penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya di kelas V SDN

Babakan loa dengan menerapkan pendekatan Kontekstualuntuk

meningkatkan hasil belajar siswa?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi pokok

penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya di kelas V SDN

Babakan loa dengan menerapkan pendekatan Kontekstualuntuk

meningkatkan hasil belajar siswa?

c. Apakah hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA pada materi

pokok penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya di kelas V

SDN Babakan loa dengan menerapkan pendekatanKontekstual

untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan

dilakukan ini adalah untuk mendeskripsikan :

a. Perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan

Kontekstualuntuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN

Babakan loa materi pokok penyesuaian makhluk hidup dengan

lingkungannya

b. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan

pendekatanKontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Kelas V SDN Babakan loa materi pokok penyesuaian makhluk hidup

dengan lingkungannya

(11)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan

sekolah sebagai berikut:

a. Siswa

1) Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA tentang pokok

bahasan penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya.

2) Meningkatkan motivasi dan minat tentang konsep-konsep pada

mata pelajaran IPA.

3) Meningkatkan pemahaman tentang konsep IPA yang sedang

dipelajari.

b. Guru

1) Sebagai alternatif bagi pembelajaran IPA khususnya tentang pokok

penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya melalui

penerapan pendekatan Kontekstual.

2) Memberikan pengalaman ilmiah untuk mengembangkan dan

melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan

pendekatanKontekstual .

3) Membantu untuk menyampaikan konsep IPA yang abstrak supaya

lebih konkret dan mudah dipahami siswa.

4) Mengembangkan potensi dalam pembelajaran IPA dengan

menerapkan pendekatan Kontekstual.

c. Sekolah

1) Sebagai contoh dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran

IPA di sekolah.

2) Sumbangan pemikiran dalam mengembangkan dan meningkatkan

pembelajaran IPA khususnya dan mutu serta kualitas pendidikan di

(12)

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahfahaman dalam mendefinisikan variabel,

berikut ini adalah variabel-variabel devinisi operasional dari:

a. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstualyang di maksud penelitian adalah pendekatan

yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar. Pendekatan menekankan pada pemberian

pengalaman langsung yang dekat dengan kehidupan siswa untuk

mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendekatan Kontekstualdalam penelitian ini adalah pendekatan

pembelajaran menurut Muslich (2009) yang melibatkan tujuh

komponen utama, yaitu (1) constructivism (konstruktivisme,

membangun, membentuk); (2) questioning (bertanya); (3) inquiry

(menyelidiki, menemukan); (4) learning community (masyarakat

belajar); (5) modelling (pemodelan); (6) reflection (refleksi atau

umpan balik); dan (7) authentic assessment ( penilaian yang

sebenarnya).

b. Hasil belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya

(Sudjana, 1989). Kemampuan dalam penelitian ini adalah kemampuan

pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh siswa

setelah terjadinya proses pembelajaran.

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah

termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam

(13)

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

2. Pemahaman (comprehension)

3. Penerapan (application)

4. Analisis (analysis)

5. Sintesis (syntesis)

6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu

mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang

menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan

beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari

untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek

kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang

kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan

sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

2) Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,

sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap

seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah

memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasilbelajar

afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah

laku.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)

2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi

aktif”.

3. Valuing (menilai atau menghargai)

(14)

5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi

dengan suatu nilai atau komplek nilai)

3) Psikomotorik

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor

ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif

(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru

tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan

berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan

aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,

memukul, dan sebagainya.

Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1)

pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik

selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah

mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes

kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,

dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan

kelak dalam lingkungan kerjanya.

F. Hipotesis Tindakan

“Jika pendekatan Kontekstual di terapkan dengan baik dalam pembelajaran, maka hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan

yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut (Suhardjono, dalam Arikunto

dkk, 2009: 58) “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan

tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran”.

Kunandar (2010:51) menjelaskan Ada beberapa alasan PTK menjadi salah satu

pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah:

1. Merupakan pendekatan pemecahan masalah

2. Menggarap maalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam pembelajaran;

3. Tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar;

4. Guru sebagai peneliti;

5. Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru;

6. Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan;

7. Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan;

8. Murah biayanya;

9. Disain lentur atau fleksibel;

10. Analisis data seketika dan tidak rumit;

11. Manfaat jelas dan langsung.

Fokus penelitian tindakan kelas pada siswa atau proses pembelajaran di kelas.

Tujuan PTK menurut (Suhardjono, dalam Arikunto dkk, 2009: 61) adalah

“Meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya

(16)

Sedangkan menurut Kunanadar (2010:63) salah satu tujuan dari PTK adalah:

“Untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan

profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para

guru.”

Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa,

baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif),

ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir semester (sumatif)

maupun yang bersifat nonakademis, seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minat,

dan lain sebagainya.

Bentuk penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru SD

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, serta mampu menjalin

kemitraan antara peneliti dengan guru SD dalam memecahkan masalah aktual

pembelajaran IPA di lapangan.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatan hasil belajar

siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Penelitian tindakan kelas ini

merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan yang tepat dan dilaksanakan secara kolaboratif. Tujuan utama

dalam penelitian ini adalah perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses

pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu rangkaian langkah-langkah

(a spiral of steps). Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat

digolongkan menjadi empat tahapan yaitu:

1) Tahap perencanaan, 2) tahap tindakan, 3) tahap observasi, 4) tahap refleksi.

B. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan model penelitian tindakan

(17)

menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) dan tersaji dalam

bagan berikut ini;

Bagan 2.15

Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke

langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai

dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Secara utuh keempat langkah di

atas terurai sebagai berikut (Arikunto, 2009: 17-21);

1. Rancangan Tindakan (Planning)

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

Pengamatan SIKLUS II Refleksi

Perencanaan

(18)

Pada tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh

siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun

rancangan ini ditentukan fokus peristiwa atau masalah yang perlu mendapatkan

perhatian khusus untuk diamati, kemudian dibuat berbagai instrument yang

diperlukan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini mengimplementasikan isi rancangan di dalam kancah, yaitu

mengenakan tindakan kelas dengan menerapkan taat asas pada apa yang sudah

dirumuskan dalam rancangan.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Dalam tahap ini dicatat atau direkam semua hal yang diperlukan dan terjadi

selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil catatan atau rekaman tersebut

dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian

dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi

mencakup analisis, sintesis, dan penilaian hasil pengamatan atas tindakan yang

dilakukan. Jika ditemukan masalah maka dilakukan proses pengkajian ulang

melalui siklus berikutnya hingga permasalahan dapat teratasi.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk

kegiatan yang berbeda yang bersifat spesifik, agar terjadi perbaikan. Pada tahap

tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat atau direkam

untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.

(19)

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN Babakan Loa yang beralamat di

Jl.Babakan Loa, Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V

SDN Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun

akademik 2013/2014 dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari 20

orang perempuan dan 16 orang laki-laki.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2

siklus. Siklus I dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (@3x35

menit). Siklus II dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (@3x35

menit).

Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning),

pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan

menerapkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:

konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan

(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

b. Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan

pendekatan CTL pada mata pelajaran IPA kelas V tentang materi

penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya.

c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk kegiatan unjuk kerja

(20)

dimaksudkan untuk merealisasikan komponen konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan

penilaian sebenarnya (authentic assessment). melalui metode diskusi

kelompok dalam membahas hasil kegiatan.

d. Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes uraian siklus I.

e. Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru

dalam pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan

media yang telah disiapkan

b. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang penyesuaian makhluk

hidup dengan lingkungan dengan menggunakan penerapan pendekata

CTL.

c. Mencatat aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar

observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada

lembar observasi.

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti

menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pengamat

mengamati seluruh kegiatan dan mencatatnya dalam lembar pengamatan yang

telah disiapkan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi diadakan pengakajian terhadap berbagai kejadian

yang terekam selama proses pelaksanaan tindakan. Penelitian

(21)

kegiatan, kekuatan dan kelemahannya sebagai dasar dalam merancang

kegiatan pada siklus II.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Menginventarisir kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan

bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

b. Menetapkan sub materi yang lebih komplek dari materi siklus I.

c. Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada

siklus I.

d. Menyiapkan media dan sumber pembelajaran

e. Merancang kegiatan yang lebih variatif dalam LKS

f. Menyiapkan instrumen tes siklus II.

g. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang

telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaiakan pada

siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks. Diharapkan pada siklus II

ini siswa sudah lebih menguasai materi penyesuaian makhluk hidup

dengan lingkungannya pada mata pelajaran IPA di kelas V melalui

penerapan pendekatan CTL, sehingga mereka dapat dengan mudah

mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui kegiatan yang dirancang oleh

guru.

b. Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data hasil belajar siswa pada

siklus II.

c. Mencatat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai sumber

data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan

(22)

3. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:

a. Mencatat aktivitas belajar siswa oleh pengamat melalui lembar observasi.

b. Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini

sudah sesuai dengan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk

dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan.

Diharapkan setelah akhir siklus II ini, hasil belajar siswa kelas V SDN

Babakan Loa Kec.Padalarang, Kab. Bandung Barat pada mata pelajaran IPA

tentang penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya melalui penerapan

pendekatan CTL ini dapat meningkat.

5. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian

Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan

yang mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

bentuk tes tertulis, RPP, LKS dan lembar observasi.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam penelitian ini akan digunakan dua RPP yang mewakili

masing-masing tiga indikator yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD). Indikator-indikator yang tertera pada setiap RPP

merupakan hasil Analisis Materi Pelajaran (AMP).

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah

dalam pembelajaran sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif anatara

siswa dan guru, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

(23)

pada berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses

berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS dalam penelitian ini

yaitu LKS pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan CTL

tentang penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya terdiri dari dua

paket LKS.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas

belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh pengamat tentang aktivitas

pembelajaran IPA dalam menerapkan pendekatan CTL. Lembar obeservasi

yang digunakan berbentuk lembar observasi terbuka yang harus diisi oleh

pengamat secara naratif pada kolom deskripsi yang sesuai dengan item

pertanyaan/ pernyataan. Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi

langsung, yakni pengamat mengamati dan mencatat objek yang diteliti

(aktivitas guru dan siswa) selama proses pembelajaran.

4. Tes tertulis

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

pada ranah kognitif tentang penyesuaian makhluk hidup dengan

lingkungannya pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan CTL.

Pelaksanaannya yaitu pada setiap awal dan akhir siklus untuk selanjutnya

dibandingkan sehingga diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Adapun

bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk uraian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen-instrumen

penelitian yaitu instrumen lembar observasi dan instrumen tes bentuk uraian.

Observasi dilakukan oleh seorang pengamat melalui lembar observasi untuk

mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran IPA melalui

(24)

dimaksudkan untuk mengurangi bias data penelitian yang dikumpulkan melalui

instrumen lembar observasi. Sedangkan data hasil belajar siswa pada ranah

kognitif dikumpulkan melalui intrumen tes berbentuk uraian yang diberikan pada

setiap siklus.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya

penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapat

dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berasal dari tes siklus untuk hasil belajar IPA siswa.

Setelah data kuantitatif diperoleh, selanjutnya dilakukan langkah-langkah

analisis sebagai berikut;

a. Pengolahan data hasil belajar

Tes tertulis dilakukan setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan pendekatan

CTL. Tes tertulis tiap siklus dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar

siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil belajar

siswa adalah:

̅ ∑

Keterangan : ̅: Nilai rata-rata kelas

∑ : Total nilai yang diperoleh siswa

: Jumlah siswa

(25)

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Prosentase ketuntasan

belajar siswa secara klasikal dapat ditentukan dengan rumus :

Keterangan : ∑ : Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar

dari atau sama dengan 75

n : Banyak siswa

100% : Bilangan tetap

TB : Ketuntasan belajar

Pedoman Kriteria Penguasaan

Persentase Nilai Ketegori

90% - 100% 90 – 100 A (Sangat Baik)

75% - 89% 75 – 89 B (Baik)

55% - 74% 55 – 74 C (Cukup)

40% - 54% 40 – 54 D (Kurang)

0% - 39% 0 – 39 E (Buruk)

c. Pengolahan Data Hasil Belajar

Pengolahan data hasil belajar di dapatkan dari lembar pengamatan

aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas, berupa lembar

pengamatan terbuka. Sehingga pengamat harus mengisi kolom deskripsi

jawaban berbentuk narasi pada kolom yang sesuai dengan item

pertanyaan/ pernyataan pada lembar observasi. Dalam penelitian ini

dilibatkan tiga pengamat, dengan tujuan untuk mengurangi bias data hasil

pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara

(26)

jawaban pengamat yang perlu diklarifikasi dari setiap item pertanyaan.

Kemudian peneliti mengelompokkan jawaban pengamat yang positif dan

negatif dari setiap item pertanyaan/ pernyataan. Jika banyaknya observer

yang menjawab positif lebih banyak dari yang menjawab negatif, maka

aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran sudah sesuai dengan harapan

penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru atau siswa dalam

pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.

Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan

apakah semua prinsip dalam pendekatan CTL telah dilaksanakan dengan baik

dalam pembelajaran IPA tentang penyesuaian makhluk hidup dengan

lingkungannya terhadap siswa Kelas V SDN Babakan Loa Kabupaten Bandung

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai pendekatan CTL untuk

meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN Babakan Loa Kecamatan

Padalarang Kabupaten Bandung Barat dalam pembelajaran IPA Materi Adaptasi

Unggas dengan Lingkungannya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL ini meliputi penyusunan RPP dengan melaksanakan tujuh komponen pendekatan CTL

yang meliputi: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),

menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), refleksi

(reflection)

2. Dalam perencanaan juga disusun Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar

observasi terbuka guru dan siswa, serta angket siswa. Pada siklus I,

perencanaan masih belum sempurna dan belum mampu meningkatkan hasil

belajar siswa. Sedangkan perencanaan tindakan siklus II dapat

mengefektifkan waktu dan dapat memberikan konstribusi dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL mencakup

tujuh komponen yaitu : 1). Konstruktivisme (Constructivism) dengan

melakukan pengamatan terhadap unggas yang ada di lingkungan sekitar

sekolah. 2). Bertanya (questioning) di lakukan dengan cara guru memotivasi

siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum di mengerti. 3).

Menemukan (inquiri) dilakukan dengan cara siswa mencari informasi

sendiri mengenai materi adaptasi unggas dengan lingkungannya melalui

(28)

community) di lakukan dengan cara siswa duduk dan berdiskusi dengan

kelompok. 5). Pemodelan (modeling) dengan cara guru memberi arahan dan

petunjuk sebelum siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekitar

sekolah. 6). Penilaian sebenarnya (authentic assessment), dilakukan

dengan cara guru memberikan post tes di akhir pertemuan. 7). Refleksi

(reflection) di lakukan dengan cara guru meluruskan kesalahan pemahaman

mengenai materi adaptasi unggas dengan lingkungannya.

4. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SDN Babakan Loa

Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat dari siklus I dan siklus II.

Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66.1 dan pada siklus II sebesar 78,5.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Babakan Loa

pada mata pelajaran IPA Materi Adaptasi Unggas dengan Lingkungannya

dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

CTL.

B. Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran yang

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran IPA di SD, khususnya dalam menerapkan dan

mengembangkan pendekatan CTL.

1. Guru-guru SDN Babakan Loa khususnya dan guru-guru sekolah dasar pada

umumnya diharapkan dalam menerapkan pendekatan CTL dapat

melaksanakannya sesuai dengan prinsip-prinsip pada pendekatan CTL yaitu:

konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan

(inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),

dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), refleksi (reflection).

2. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini ternyata hasil belajar siswa

dapat meningkat dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa lebih senang

(29)

menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Iskandar, 1996:29

(dalam Lestiawati 2008) ”Hal ini disebabkan anak-anak yang berada dalam tahap berikir intuitif dan tahap berfikir konkrit harus bekerja dengan

benda-benda konkrit dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal

yang bersifaat abstrak.”. Untuk itu diharapkan kepada guru-guru untuk selalu menggunakan benda konkret atau media yang dekat dengan siswa pada saat

kegiatan pembelajaran supaya membuat siswa semangat dalam belajar.

3. Disarankan kepada peneliti berikutnya agar melanjutkan dan

mengembangkan pendekatan CTL melalui berbagai variasi metode tidak

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh. (1998). Konsep IPA. Tidak di terbitkan

Abruscato. (1996). Mengajar Sains kepada Siswa. Tidak di terbitkan

Arikunto, Suharsimi. (1993). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Berkenalan dengan Pendidikan IPA

di SD. Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Karakteristik authentic assessment. Tidak di terbitkan

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Fitriani, Nelly. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

IPA Melalui Penggunaan Media Lingkungan pada Konsep Struktur Tumbuhan dan Fungsinya. Skripsi pada jurusan PGSD S1 FIP UPI BDG.

Tidak di terbitkan.

Haryanto. (2004). Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.

Irjan. (2008). Membelajarkan siswa belajar IPA. Tidak di terbitkan.

Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Akasara

Sagala, S.(2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Senjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N.(2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

(31)

Suyoso. (1998). Konsep Sains. Tidak di terbitkan.

Sumantri Mulyani, Syaodih Nana. (2007). Perkembangan Peserta didik, Jakarta: Universitas Terbuka

http://simpangmahar.blogspot.com/2010/02/media-pembelajaran.html.

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PERMINTAAN EEWAN QURSAN DAN USAEA PETDPNAKANNYA DT KOTA

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa

Dari hasil analisa yang dulakukan pada proyek perpustakaan kampus H Universitas Gunadarma Kelapa Dua Depok, pada segmen pertama didapatkan factor keamanan sebesar 2.63 lebih besar

Rasional tentang pentingnya pendidikan multikultur, karena strategi pendidikan ini dipandang memiliki keutamaan, keutamaan, terutama dalam (1) memberikan terobosan

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup akibat dari kelainan sistem imun tubuh yang menghancurkan sel penghasil insulin atau juga

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya yang selalu tercurahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Kasus diatass berkaitan dengan ciri dari komunikasi massa, karena komunikator dalam komunikasi melembaga, kasus tersebut lembaganya adalah komunitas ‗Srikandi Merapi‘ ,

Meskipun begitu/ Fatah mengakui/ fatwa yang sebenarnya masih ditujukan untuk kalangan internalnya ini/ akan diberlakukan secara bertahap/ dan tidak harus berhenti