PADA MATA PELAJARAN IPA
MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGANNYA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Leni Maulani Syarah 1008336
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPA
MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
Leni Maulani Syarah 1008336
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Leni Maulani Syarah2014 Universitas Pendidikan Indonesia
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Mata Pelajaran IPA Materi
Penyesuaian makhluk hidup dengan Lingkungannya” (Penelitian Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung
Barat Tahun Pelajaran 2014/2014) ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya
saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya
saya.
Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,
LINGKUNGANNYA
LENI MAULANI SYARAH 1008336
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2014/2015)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd NIP. 19500908 198101 1 001
Pembimbing II
Drs. Nana Djumhana, M.Pd NIP. 195905081984031002
Diketahui,
ABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPA
MATERI PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
Leni Maulani Syarah 1008336
Penelitian ini berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Penyesuaian Makhluk hidup dengan Lingkungannya”. Bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Subjek yang dikenai tindakan yaitu siswa kelas V yang berjumlah 36 siswa pada tahun pelajaran 2013/2014 di SDN Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi kemudian dibuat perencanaan perbaikan yang digunakan dalam siklus selanjutnya. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Adapun instrument pengumpulan data berupa tes siklus, lembar observasi dan angket siswa. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran, lembar observasi guru/peneliti serta siswa digunakan untuk mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti/guru serta siswa Hasil penelitian ditemukan bahwa hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran mengalami peningkatan. Data menunjukan bahwa pada tindakan pembelajaran siklus I hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 66 dan pada tindakan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan yang cukup tinggi dengan perolehan nilai rata-rata 78,5. Berdasarkan penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran yang di beri tindakan melalui penerapan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan dan pendekatan kontekstual efektif dapat di gunakan dalam pembelajaran IPA.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab semua
pihak yang terlibat dalam pendidikan, terutama bagi guru SD yang
merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang
yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat bersaing di zaman pesatnya perkembangan
teknologi. Guru yang berperan sebagai agen pembelajaran harus mampu
mengikuti perubahan yang bersifat positif dalam dunia pendidikan.
Filosofi dalam pendidikan ini mengartikan belajar dan
pembelajaran sebagai proses membangun pengetahuan yang bermakna
melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan
pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan
memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana
proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru.
Salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA)
adalahKontekstual.Pembelajaran Kontekstualmerupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari
satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Kontekstual merupakan
suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami. Pembelajaran Kontekstual membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment),
refleksi (reflection).
Filosofi pembelajaran Kontekstualberakar dari paham
progressivisme John Dewey. antara lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang
diajarkan oleh guru.
2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk
merangsang belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan
eksperimen.
Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi
pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik
apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan
berkesempatan untuk menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar
lakukan. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk
membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Namun pada kenyataannyapembelajaran IPA di kelas yang penulis teliti
masih berorientasi pada: (1) Pembelajaran yang lebih bersifat
teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa
menghafal informasi faktual; (2) Siswa hanya mempelajari IPA pada
domain kognitif yang terendah, siswa tidak dibiasakan untuk
mengembangkan potensi berpikirnya; (3) Cara berpikir yang
dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif
dan psikomotor; (4) Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada
produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai
proses. Akibatnya pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi tidak
bermakna dan hasilnya tidak memuaskan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan mata pelajaran IPA yang telah
dilakukanoleh peneliti terhadap 36 siswa kelas V SDN Babakan Loa
Kecamatan Padalarang KabupatenBandung Barat, yang mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (75) dan telah dinyatakan tuntas belajar
hanya 12% sementara 88% mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (75) dan dinyatakan belum tuntas belajar. Hal ini menunjukkan
rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada pembelajaran
IPA di kelas V SDN Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten
Bandung Barat.
Rendahnya penguasaan materi IPA dikarenakan adanya masalah dalam
pembelajaran IPA. Menurut Wartono (dalam Adun Rusyana, 2011),
masalah pembelajaran IPA adalah:
1. Guru kurang berusaha mengajak siswa menemukan konsep/prinsip
yang melibatkan pikiran siswa;
3. Proses pembelajaran bersifat informatif;
4. Masih lemahnya kemampuan guru dalam mengkomunikasikan
sains.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu upaya
yang harus dilakukan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA. Menurut Irjan (2008) kegiatan pembelajaran IPA di
sekolah haruslah “membelajarkan siswa bagaimana belajar IPA”. Tujuan pokoknya adalah meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Hal ini
berkaitan dengan berbagai temuan penelitian yang menyebutkan bahwa
“fakta-fakta, prinsip, dan konsep IPA” seringkali berumur pendek, karena dominasi peran guru sebagai satu-satunya komunikator. Oleh
karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran IPA di
sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu
memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah
bagi dirinya sendiri.
Dengan menerapkan pendekatan Kontekstualdalam pembelajaran IPA
siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, tetapi
siswa diarahkan untuk memiliki keterampilan dan mampu memecahkan
masalah karena pembelajaran dilaksanakan dalam lingkungan yang
alamiah (learning in real life setting).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, akhirnya penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul“Penerapan
Pendekatan Kontekstualuntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran IPA Materi Penyesuaian Makhluk Hidup dengan
Lingkungannya”.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
masalah-masalah penelitian yang akan dipecahkan dalam penelitian ini,
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA pada materi pokok
penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya di kelas V SDN
Babakan loa dengan menerapkan pendekatan Kontekstualuntuk
meningkatkan hasil belajar siswa?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi pokok
penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya di kelas V SDN
Babakan loa dengan menerapkan pendekatan Kontekstualuntuk
meningkatkan hasil belajar siswa?
c. Apakah hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA pada materi
pokok penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya di kelas V
SDN Babakan loa dengan menerapkan pendekatanKontekstual
untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan
dilakukan ini adalah untuk mendeskripsikan :
a. Perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan
Kontekstualuntuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN
Babakan loa materi pokok penyesuaian makhluk hidup dengan
lingkungannya
b. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan
pendekatanKontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa
Kelas V SDN Babakan loa materi pokok penyesuaian makhluk hidup
dengan lingkungannya
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan
sekolah sebagai berikut:
a. Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA tentang pokok
bahasan penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya.
2) Meningkatkan motivasi dan minat tentang konsep-konsep pada
mata pelajaran IPA.
3) Meningkatkan pemahaman tentang konsep IPA yang sedang
dipelajari.
b. Guru
1) Sebagai alternatif bagi pembelajaran IPA khususnya tentang pokok
penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya melalui
penerapan pendekatan Kontekstual.
2) Memberikan pengalaman ilmiah untuk mengembangkan dan
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan
pendekatanKontekstual .
3) Membantu untuk menyampaikan konsep IPA yang abstrak supaya
lebih konkret dan mudah dipahami siswa.
4) Mengembangkan potensi dalam pembelajaran IPA dengan
menerapkan pendekatan Kontekstual.
c. Sekolah
1) Sebagai contoh dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA di sekolah.
2) Sumbangan pemikiran dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembelajaran IPA khususnya dan mutu serta kualitas pendidikan di
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahfahaman dalam mendefinisikan variabel,
berikut ini adalah variabel-variabel devinisi operasional dari:
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstualyang di maksud penelitian adalah pendekatan
yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar. Pendekatan menekankan pada pemberian
pengalaman langsung yang dekat dengan kehidupan siswa untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendekatan Kontekstualdalam penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran menurut Muslich (2009) yang melibatkan tujuh
komponen utama, yaitu (1) constructivism (konstruktivisme,
membangun, membentuk); (2) questioning (bertanya); (3) inquiry
(menyelidiki, menemukan); (4) learning community (masyarakat
belajar); (5) modelling (pemodelan); (6) reflection (refleksi atau
umpan balik); dan (7) authentic assessment ( penilaian yang
sebenarnya).
b. Hasil belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya
(Sudjana, 1989). Kemampuan dalam penelitian ini adalah kemampuan
pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh siswa
setelah terjadinya proses pembelajaran.
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari
untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek
kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2) Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasilbelajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”.
3. Valuing (menilai atau menghargai)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai)
3) Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik
selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan
kelak dalam lingkungan kerjanya.
F. Hipotesis Tindakan
“Jika pendekatan Kontekstual di terapkan dengan baik dalam pembelajaran, maka hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan
yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut (Suhardjono, dalam Arikunto
dkk, 2009: 58) “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan
tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran”.
Kunandar (2010:51) menjelaskan Ada beberapa alasan PTK menjadi salah satu
pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah:
1. Merupakan pendekatan pemecahan masalah
2. Menggarap maalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam pembelajaran;
3. Tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar;
4. Guru sebagai peneliti;
5. Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru;
6. Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan;
7. Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan;
8. Murah biayanya;
9. Disain lentur atau fleksibel;
10. Analisis data seketika dan tidak rumit;
11. Manfaat jelas dan langsung.
Fokus penelitian tindakan kelas pada siswa atau proses pembelajaran di kelas.
Tujuan PTK menurut (Suhardjono, dalam Arikunto dkk, 2009: 61) adalah
“Meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya
Sedangkan menurut Kunanadar (2010:63) salah satu tujuan dari PTK adalah:
“Untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan
profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para
guru.”
Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa,
baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif),
ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir semester (sumatif)
maupun yang bersifat nonakademis, seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minat,
dan lain sebagainya.
Bentuk penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru SD
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, serta mampu menjalin
kemitraan antara peneliti dengan guru SD dalam memecahkan masalah aktual
pembelajaran IPA di lapangan.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatan hasil belajar
siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Penelitian tindakan kelas ini
merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan yang tepat dan dilaksanakan secara kolaboratif. Tujuan utama
dalam penelitian ini adalah perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses
pembelajaran di kelas.
Penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu rangkaian langkah-langkah
(a spiral of steps). Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat
digolongkan menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap perencanaan, 2) tahap tindakan, 3) tahap observasi, 4) tahap refleksi.
B. Model Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan model penelitian tindakan
menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) dan tersaji dalam
bagan berikut ini;
Bagan 2.15
Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke
langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai
dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Secara utuh keempat langkah di
atas terurai sebagai berikut (Arikunto, 2009: 17-21);
1. Rancangan Tindakan (Planning)
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
Pengamatan SIKLUS II Refleksi
Perencanaan
Pada tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun
rancangan ini ditentukan fokus peristiwa atau masalah yang perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk diamati, kemudian dibuat berbagai instrument yang
diperlukan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ini mengimplementasikan isi rancangan di dalam kancah, yaitu
mengenakan tindakan kelas dengan menerapkan taat asas pada apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Dalam tahap ini dicatat atau direkam semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil catatan atau rekaman tersebut
dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
4. Refleksi (Reflecting)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika ditemukan masalah maka dilakukan proses pengkajian ulang
melalui siklus berikutnya hingga permasalahan dapat teratasi.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk
kegiatan yang berbeda yang bersifat spesifik, agar terjadi perbaikan. Pada tahap
tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat atau direkam
untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN Babakan Loa yang beralamat di
Jl.Babakan Loa, Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V
SDN Babakan Loa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun
akademik 2013/2014 dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari 20
orang perempuan dan 16 orang laki-laki.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2
siklus. Siklus I dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (@3x35
menit). Siklus II dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (@3x35
menit).
Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning),
pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan
menerapkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
b. Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan
pendekatan CTL pada mata pelajaran IPA kelas V tentang materi
penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya.
c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk kegiatan unjuk kerja
dimaksudkan untuk merealisasikan komponen konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment). melalui metode diskusi
kelompok dalam membahas hasil kegiatan.
d. Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes uraian siklus I.
e. Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru
dalam pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan
media yang telah disiapkan
b. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang penyesuaian makhluk
hidup dengan lingkungan dengan menggunakan penerapan pendekata
CTL.
c. Mencatat aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar
observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada
lembar observasi.
3. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti
menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pengamat
mengamati seluruh kegiatan dan mencatatnya dalam lembar pengamatan yang
telah disiapkan.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi diadakan pengakajian terhadap berbagai kejadian
yang terekam selama proses pelaksanaan tindakan. Penelitian
kegiatan, kekuatan dan kelemahannya sebagai dasar dalam merancang
kegiatan pada siklus II.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
a. Menginventarisir kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan
bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
b. Menetapkan sub materi yang lebih komplek dari materi siklus I.
c. Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada
siklus I.
d. Menyiapkan media dan sumber pembelajaran
e. Merancang kegiatan yang lebih variatif dalam LKS
f. Menyiapkan instrumen tes siklus II.
g. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang
telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaiakan pada
siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks. Diharapkan pada siklus II
ini siswa sudah lebih menguasai materi penyesuaian makhluk hidup
dengan lingkungannya pada mata pelajaran IPA di kelas V melalui
penerapan pendekatan CTL, sehingga mereka dapat dengan mudah
mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui kegiatan yang dirancang oleh
guru.
b. Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data hasil belajar siswa pada
siklus II.
c. Mencatat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai sumber
data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan
3. Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:
a. Mencatat aktivitas belajar siswa oleh pengamat melalui lembar observasi.
b. Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini
sudah sesuai dengan yang diharapkan.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk
dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan.
Diharapkan setelah akhir siklus II ini, hasil belajar siswa kelas V SDN
Babakan Loa Kec.Padalarang, Kab. Bandung Barat pada mata pelajaran IPA
tentang penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya melalui penerapan
pendekatan CTL ini dapat meningkat.
5. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian
Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
yang mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
bentuk tes tertulis, RPP, LKS dan lembar observasi.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam penelitian ini akan digunakan dua RPP yang mewakili
masing-masing tiga indikator yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD). Indikator-indikator yang tertera pada setiap RPP
merupakan hasil Analisis Materi Pelajaran (AMP).
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah
dalam pembelajaran sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif anatara
siswa dan guru, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pada berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses
berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS dalam penelitian ini
yaitu LKS pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan CTL
tentang penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya terdiri dari dua
paket LKS.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas
belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh pengamat tentang aktivitas
pembelajaran IPA dalam menerapkan pendekatan CTL. Lembar obeservasi
yang digunakan berbentuk lembar observasi terbuka yang harus diisi oleh
pengamat secara naratif pada kolom deskripsi yang sesuai dengan item
pertanyaan/ pernyataan. Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi
langsung, yakni pengamat mengamati dan mencatat objek yang diteliti
(aktivitas guru dan siswa) selama proses pembelajaran.
4. Tes tertulis
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
pada ranah kognitif tentang penyesuaian makhluk hidup dengan
lingkungannya pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan CTL.
Pelaksanaannya yaitu pada setiap awal dan akhir siklus untuk selanjutnya
dibandingkan sehingga diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Adapun
bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk uraian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen-instrumen
penelitian yaitu instrumen lembar observasi dan instrumen tes bentuk uraian.
Observasi dilakukan oleh seorang pengamat melalui lembar observasi untuk
mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran IPA melalui
dimaksudkan untuk mengurangi bias data penelitian yang dikumpulkan melalui
instrumen lembar observasi. Sedangkan data hasil belajar siswa pada ranah
kognitif dikumpulkan melalui intrumen tes berbentuk uraian yang diberikan pada
setiap siklus.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan
dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya
penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapat
dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berasal dari tes siklus untuk hasil belajar IPA siswa.
Setelah data kuantitatif diperoleh, selanjutnya dilakukan langkah-langkah
analisis sebagai berikut;
a. Pengolahan data hasil belajar
Tes tertulis dilakukan setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan pendekatan
CTL. Tes tertulis tiap siklus dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil belajar
siswa adalah:
̅ ∑
Keterangan : ̅: Nilai rata-rata kelas
∑ : Total nilai yang diperoleh siswa
: Jumlah siswa
Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Prosentase ketuntasan
belajar siswa secara klasikal dapat ditentukan dengan rumus :
∑
Keterangan : ∑ : Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar
dari atau sama dengan 75
n : Banyak siswa
100% : Bilangan tetap
TB : Ketuntasan belajar
Pedoman Kriteria Penguasaan
Persentase Nilai Ketegori
90% - 100% 90 – 100 A (Sangat Baik)
75% - 89% 75 – 89 B (Baik)
55% - 74% 55 – 74 C (Cukup)
40% - 54% 40 – 54 D (Kurang)
0% - 39% 0 – 39 E (Buruk)
c. Pengolahan Data Hasil Belajar
Pengolahan data hasil belajar di dapatkan dari lembar pengamatan
aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas, berupa lembar
pengamatan terbuka. Sehingga pengamat harus mengisi kolom deskripsi
jawaban berbentuk narasi pada kolom yang sesuai dengan item
pertanyaan/ pernyataan pada lembar observasi. Dalam penelitian ini
dilibatkan tiga pengamat, dengan tujuan untuk mengurangi bias data hasil
pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara
jawaban pengamat yang perlu diklarifikasi dari setiap item pertanyaan.
Kemudian peneliti mengelompokkan jawaban pengamat yang positif dan
negatif dari setiap item pertanyaan/ pernyataan. Jika banyaknya observer
yang menjawab positif lebih banyak dari yang menjawab negatif, maka
aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran sudah sesuai dengan harapan
penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru atau siswa dalam
pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.
Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan
apakah semua prinsip dalam pendekatan CTL telah dilaksanakan dengan baik
dalam pembelajaran IPA tentang penyesuaian makhluk hidup dengan
lingkungannya terhadap siswa Kelas V SDN Babakan Loa Kabupaten Bandung
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai pendekatan CTL untuk
meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN Babakan Loa Kecamatan
Padalarang Kabupaten Bandung Barat dalam pembelajaran IPA Materi Adaptasi
Unggas dengan Lingkungannya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL ini meliputi penyusunan RPP dengan melaksanakan tujuh komponen pendekatan CTL
yang meliputi: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), refleksi
(reflection)
2. Dalam perencanaan juga disusun Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar
observasi terbuka guru dan siswa, serta angket siswa. Pada siklus I,
perencanaan masih belum sempurna dan belum mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Sedangkan perencanaan tindakan siklus II dapat
mengefektifkan waktu dan dapat memberikan konstribusi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL mencakup
tujuh komponen yaitu : 1). Konstruktivisme (Constructivism) dengan
melakukan pengamatan terhadap unggas yang ada di lingkungan sekitar
sekolah. 2). Bertanya (questioning) di lakukan dengan cara guru memotivasi
siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum di mengerti. 3).
Menemukan (inquiri) dilakukan dengan cara siswa mencari informasi
sendiri mengenai materi adaptasi unggas dengan lingkungannya melalui
community) di lakukan dengan cara siswa duduk dan berdiskusi dengan
kelompok. 5). Pemodelan (modeling) dengan cara guru memberi arahan dan
petunjuk sebelum siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekitar
sekolah. 6). Penilaian sebenarnya (authentic assessment), dilakukan
dengan cara guru memberikan post tes di akhir pertemuan. 7). Refleksi
(reflection) di lakukan dengan cara guru meluruskan kesalahan pemahaman
mengenai materi adaptasi unggas dengan lingkungannya.
4. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SDN Babakan Loa
Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat dari siklus I dan siklus II.
Hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66.1 dan pada siklus II sebesar 78,5.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Babakan Loa
pada mata pelajaran IPA Materi Adaptasi Unggas dengan Lingkungannya
dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
CTL.
B. Saran
Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran yang
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA di SD, khususnya dalam menerapkan dan
mengembangkan pendekatan CTL.
1. Guru-guru SDN Babakan Loa khususnya dan guru-guru sekolah dasar pada
umumnya diharapkan dalam menerapkan pendekatan CTL dapat
melaksanakannya sesuai dengan prinsip-prinsip pada pendekatan CTL yaitu:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), refleksi (reflection).
2. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini ternyata hasil belajar siswa
dapat meningkat dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa lebih senang
menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Iskandar, 1996:29
(dalam Lestiawati 2008) ”Hal ini disebabkan anak-anak yang berada dalam tahap berikir intuitif dan tahap berfikir konkrit harus bekerja dengan
benda-benda konkrit dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal
yang bersifaat abstrak.”. Untuk itu diharapkan kepada guru-guru untuk selalu menggunakan benda konkret atau media yang dekat dengan siswa pada saat
kegiatan pembelajaran supaya membuat siswa semangat dalam belajar.
3. Disarankan kepada peneliti berikutnya agar melanjutkan dan
mengembangkan pendekatan CTL melalui berbagai variasi metode tidak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh. (1998). Konsep IPA. Tidak di terbitkan
Abruscato. (1996). Mengajar Sains kepada Siswa. Tidak di terbitkan
Arikunto, Suharsimi. (1993). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Berkenalan dengan Pendidikan IPA
di SD. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Karakteristik authentic assessment. Tidak di terbitkan
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Fitriani, Nelly. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
IPA Melalui Penggunaan Media Lingkungan pada Konsep Struktur Tumbuhan dan Fungsinya. Skripsi pada jurusan PGSD S1 FIP UPI BDG.
Tidak di terbitkan.
Haryanto. (2004). Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.
Irjan. (2008). Membelajarkan siswa belajar IPA. Tidak di terbitkan.
Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Akasara
Sagala, S.(2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.
Senjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N.(2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suyoso. (1998). Konsep Sains. Tidak di terbitkan.
Sumantri Mulyani, Syaodih Nana. (2007). Perkembangan Peserta didik, Jakarta: Universitas Terbuka
http://simpangmahar.blogspot.com/2010/02/media-pembelajaran.html.