• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR`ĀN SISWA KELAS XI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR`ĀN SISWA KELAS XI."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR`ĀN SISWA

KELAS XI

(Studi Kuasi Eksperimen di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Eneng Fauziah

0901022

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

2013

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR`ĀN SISWA

KELAS XI

(Studi Kuasi Eksperimen di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung)

Oleh Eneng Fauziah

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

© Eneng Fauziah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Eneng Fauziah, 2013

ABSTRAK

EFEKTIVITAS TUTOR SEBAYA DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA ALQURAN SISWA KELAS XI

Penelitian ini dilatarbelakangi masih banyaknya umat Islam yang belum bisa membaca Al-Qur`ān dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh UKM BAQI UPI pada semester ganjil tahun 2012 yaitu sebanyak 40,1% mahasiswa belum lulus tes. Hal ini disebabkan karena minimnya pendidikan Islam terutama pembelajaran membaca Al-Qur`ān khususnya pada tingkat SMA. Dalam kondisi tertentu, siswa lebih mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh teman sebayanya. Salah satu pembelajarannya yaitu dengan menggunakan tutor sebaya. Tutor sebaya bisa menjadi solusi untuk siswa yang sungkan atau takut untuk bertanya langsung kepada guru mata pelajaran, dan merasa bahwa penjelasan temannya lebih dimengerti daripada penjelasan guru mata pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tutor sebaya dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran siswa kelas XI. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah studi kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Adapun desain penelitiannya yaitu nonequivalent control group design. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes yang telah dikembangkan melalui pengembangan instrumen tes. Tes dilakukan pada awal pertemuan (Pretest) dan (posttest) dilakukan seteleh kedua kelompok mengikuti pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai Pretest kelas eksperimen sedikit lebih tinggi di bandingkan siswa kelas kontrol, namun pada peningkatan dari hasil Pretest terhadap hasil posttest kelas kontrol sedikit lebih tinggi dibandingkan siswa kelas eksperimen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis yaitu dalam penelitian ini menggunakan hipotesis nol (H0), berdasarkan hasil

penelitian karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji Mann Whitney U-Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa diperoleh nilai sig. adalah 0,000 (lebih kecil dari alpha=0,05) dengan kata lain Ha diterima artinya ada perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran dengan tutor sebaya dan siswa yang tidak menggunakan pembelajaran dengan tutor sebaya. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka tutor sebaya dapat diterapkan apabila memperhatikan kondisi kelas dan kondisi siswa.

(5)

DAFTAR ISI E. Manfaat/Signifikasi... F. Struktur Organisasi...

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

A. Tutor Sebaya... 1. Pengertian Tutor Sebaya... 2. Tahapan Dasar Tutor Sebaya... 3. Kriteria Pemilihan Tutor... 4. Pelaksanaan Tutor Sebaya... 5. Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya... 6. Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya... B. Membaca Al-Quran... 1. Pengertian Membaca dan Tujuan Membaca...

(6)

Eneng Fauziah, 2013

2. Pengertian Al-Quran... 3. Nama dan Sifat Al-Quran... 4. Hukum Membaca dan Mempelajarai Al-Quran... 5. Tingkatan Membaca Al-Quran... 6. Adab Membaca Al-Quran... 7. Keutamaan Belajar dan Mengajar Al-Quran... C. Efektivitas... D. Kriteria Kemampuan Membaca Al-Quran... E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... F. Kerangka Pemikiran... G. Hipotesis...

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Lokasi Penelitian, Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Lokasi dan Subjek Penelitian... 2. Populasi Penelitian... 3. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... B. Desain Penelitian... C. Metode Penelitian... D. Definisi Operasional... E. Instrumen Penelitian... F. Proses Pengembangan Instrumen... G. Teknik Pengumpulan Data... H. Teknik Analisis Data... I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. HASIL PENELITIAN... 1. Kondisi Awal Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa Kelas

(7)

2. Gambaran Proses Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Tutor Sebaya... 3. Kemampuan Akhir Membaca Al-Quran Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol... 4. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest Kemampuan

Membaca Al-Quran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 5. Pengujian Hipotesis...

B. PEMBAHASAN...

1. Analisis Hasil Penelitian Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran... 2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran dengan Tutor Sebaya... 3. Hasil Pengujian Hipotesis...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 101

KESIMPULAN... 101

SARAN... 102

DAFTAR PUSTAKA... 103

LAMPIRAN

81

90 93

96

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Pendidikan merupakan sarana yang paling penting untuk seorang anak merubah dan mengembangkan kemampuannya. Salah satu lembaga pendidikan yang efektif untuk seorang anak adalah sekolah. Karena sekolah merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. Oleh karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap.

Perubahan tingkah laku dan sikap yang dimaksud di atas seperti yang telah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) yaitu Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (Sistem Pendidikan Nasional, 2012).

(9)
(10)

kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama (Sistem Pendidikan Nasional, 2012).

Untuk mengaplikasikan tujuan Pendidikan Nasional di atas, yaitu dengan mengoptimalisasikan pendidikan agama Islam di sekolah. Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis (Daradjat, 2006: 28).

Menurut pengertian pendidikan Islam yang disebutkan oleh Daradjat di atas, terdapat tujuan yang diinginkan oleh pendidikan Islam yaitu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja tetapi juga praktis. Salah satunya yaitu pembelajaran PAI dalam aspek Al-Qur`ān. Siswa tidak hanya diharapkan mahir secara teoritis, tetapi juga secara praktis. Dalam pembelajaran Al-Qur`ān terdapat beberapa aspek yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu membaca, memahami, dan mengaplikasikan.

Hal terpenting dan paling utama yang harus dipelajari oleh peserta didik, yaitu memahami kandungan Al-Qur`ān. Sebelum peserta didik dapat memahami kandungan Al-Qur`ān,diharapkan mereka dapat membaca Al -Qur`ān dengan baik dan benar. Sebagaimana firman Allāh SWT dalam Q.S. Al-Muzzammil (73) ayat ke-4 :

 dengan perlahan-lahan (Q.S. Al-Muzzammil (73): 4).1

1

(11)

Dari potongan ayat diatas, terlihat jelas bahwa kita sebagai umat muslim telah diperintahkan untuk membaca Al-Qur`ān dengan tartīl atau perlahan-lahan. Tidak tergesa-gesa, membaca sembarangan, maupun dipaksakan. Karena hal itu merupakan salah satu penghormatan kita sebagai umat muslim terhadap wahyu Allah.

Al-Qur`ān merupakan karunia yang amat besar bagi umat Islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Hamidjaja dan Rukmana (2001: 114) bahwa secara harfiah Al-Qur`ān berarti bacaan, atau sesuatu yang harus dibaca. Al -Qur`ān adalah firman Allāh yang di sampaikan dalam bahasa Arab yang fasih kepada Muḥammad melalui malaikat Jibril. Bahasa Al-Qur`ān amat berbeda dengan bahasa sehari-hari Muhammad. Inti Islam adalah Al-Qur`ān. Sejalan dengan penjelasan tersebut, menurut Amrullah (2008: 1) bahwa bagi umat muslim yang membaca Al-Qur`ān merupakan suatu ibadah.

Berdasarkan pengertian Al-Qur`ān yang telah dikemukakan di atas, maka membaca Al-Qur`ān merupakan suatu hal yang penting bagi umat muslim. Bahwa membaca Al-Qur`ān merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam. Karena, Al-Qur`ān merupakan pedoman dan tuntunan hidup umat manusia. Sebagaimana perintah yang pertama kali Allāh wahyukan kepada nabi Muḥammad SAW adalah surat Al-‘Alaq (96) ayat 1-5 yang berbunyi:

(12)

perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. Al-‘Alaq (96): 1-5).

Dalam agama Islam, seseorang yang sudah memiliki kewajiban dalam melaksanakan ibadah, dalam hal ini membaca Al-Qur`ān yaitu orang yang berakal dan sudah balīg. Kriteria balīg menurut al-Farran (2007: 21) yaitu laki-laki ditandai dengan mimpi basah, sementara perempuan ditandai dengan haid. Jika kedua hali itu mereka alami sebelum menginjak usia lima belas tahun, maka saat itu mereka sudah dianggap baligh. Pengidentifikasian kriteria baligh tersebut bagi siswa yang sudah duduk di bangku SMA, dapat dipastikan mereka sudah terkena kewajiban membaca Al-Qur`ān dengan baik dan benar.

Sementara itu, kenyataan yang terjadi di lapangan sekarang ini adalah masih banyaknya siswa yang belum mahir dalam membaca Al-Qur`ān dengan baik dan benar. Hal tersebut terjadi karena kurang efektifnya pembelajaran PAI dalam hal membaca Al-Qurān.

Dari hasil tes baca Al-Qur`ān yang dilakukan oleh UKM BAQI UPI pada semester ganjil tahun 2012, diperoleh persentase keseluruhan sebagai berikut: hasil pre test dari empat fakultas yaitu FIP, FPIPS, FPBS, dan D3 Keperawatan yaitu 72,9% belum lulus tes BAQI dan 27,1% lulus tes BAQI. Kemudian diadakan mid test pada empat fakultas tersebut, terdapat hasil 51,6% belum lulus tes BAQI dan 48,4% lulus tes BAQI. Selanjutnya diadakan post test, terdapat hasil 40,1% belum lulus tes BAQI dan 58,5% lulus tes BAQI (sumber: Unit Kegiatan Mahasiswa Belajar Al-Qur`ān Intensif) Data hasil persentase tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Hasil persentase tes baca Al-Qur`ān pada UKM BAQI UPI semester ganjil tahun 2012

FAKULTAS

NILAI TES BACA AL QURAN

(13)

FPBS 12 84 239 403 57 13 808

Sumber: Data Kemampuan Baca Al-Qur`ān Peserta Tes Baqi UPI semester ganjil tahun 2012

Dari hasil persentase di atas, dapat dilihat bahwa setingkat mahasiswa pun masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur`ān dengan baik dan benar. Hal ini bisa terjadi, karena ketika mereka masih duduk di bangku sekolah, kemampuan membaca Al-Qur`ān mereka masih kurang.

Menurut hasil studi pendahuluan yang sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti, peneliti menemukan masalah pada siswa siswi di kelas XI yakni, mereka mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur`ān. Kondisi tersebut dapat dilihat pada saat anak diberi intruksi untuk membaca Al-Qur`ān oleh peneliti. Hasil menunjukkan bahwa 56% siswa kelas XI belum bisa membaca Al-Qur`ān dengan baik dan benar sesuai dengan hukum tajwid, sedangkan 43% siswa kelas XI sudah bisa membaca Al-Qur`ān sesuai dengan kaidah tajwid.

(14)

Tutor sebaya adalah pembelajaran yang diberikan dengan cara seorang guru menunjuk beberapa siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam membaca Al-Qur`ān untuk menjadi tutor bagi temannya yang belum mampu dalam membaca Al-Qur`ān. Selain seorang siswa yang ditunjuk untuk menjadi tutor adalah yang memiliki kemampuan lebih, siswa tersebut juga harus memiliki hubungan yang baik dengan teman yang akan diajarkan olehnya nanti. Siswa yang ditunjuk oleh guru untuk menjadi tutor salah satu diantara kriterianya adalah memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat, dan menunjang situasi tutoring (Mukhtar dan Rusmini, 2001: 15).

Atas dasar inilah, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang bermaksud untuk membuktikan bahwa melalui tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur`ān pada siswa kelas XI.

B. Identifikasi Masalah

(15)

1. Masih banyak siswa yang belum bisa membaca Al-Qur`ān dengan baik dan benar.

2. Belum diterapkannya metode yang efektif dalam pembelajaran membaca Al-Qur`ān bagi siswa SMA kelas XI.

3. Kurang besarnya minat siswa dalam pembelajaran membaca Al-Qurān. C. Perumusan Masalah

Masalah utama penelitian ini adalah, sejauh mana efektivitas metode tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI terhadap bacaan Al-Quran?

Adapun secara khusus dan operasional, masalah-masalah fokus penelitian ini dapat diuraikan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimanakah kondisi awal kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa kelas XI yang akan mendapatkan pembelajaran dengan tutor sebaya dan yang tanpa menggunakan tutor sebaya?

2. Bagaimanakah kondisi akhir kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa kelas XI yang telah mendapatkan pembelajaran tutor sebaya dan yang tanpa menggunakan tutor sebaya?

3. Bagaimanakah perencanaan dan pelaksanaan mengajarkan membaca Al-Qur`ān melalui tutor sebaya?

4. Bagaimanakah tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur`ān melalui tutor sebaya?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui efektivitas tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap bacaan Al-Qurān.

(16)

1. Mengetahui kondisi awal kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa kelas XI yang akan mendapatkan pembelajaran dengan tutor sebaya dan yang tanpa menggunakan tutor sebaya.

2. Mengetahui kondisi akhir kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa kelas XI yang telah mendapatkan pembelajaran tutor sebaya dan yang tanpa menggunakan tutor sebaya.

3. Mengetahui perencanaan dan pelaksanaan mengajarkan membaca Al- Qurān melalui tutor sebaya.

4. Mengukur tingkat kemampuan siswa terhadap bacaan Al-Qur`ān melalui tutor sebaya.

E. Manfaat/Signifikasi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi siswa, diantaranya:

a. Mengembangkan kemampuan proses belajar siswa dalam pembelajaran membaca Al-Qurān.

b. Memberikan pengalaman belajar dengan penerapan tutor sebaya. c. Memberikan motivasi dan suasana baru pada siswa dalam belajar

dengan penerapan tutor sebaya.

d. Meningkatkan interaksi sosial siswa dengan penerapan tutor sebaya. 2. Bagi guru PAI, diantaranya:

a. Membantu guru untuk memperoleh gambaran dan informasi mengenai kemampuan membaca Al-Qur`ān yang dimiliki siswa. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan model pengajaran membaca

Al-Qur`ān di SMA kelas XI. 3. Bagi peneliti:

Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas tentang metode pembelajaran yang efektif bagi siswa dalam hal kemampuan membaca Al-Qur`ān.

(17)

Studi ini dapat menjadi solusi dalam pembelajaran membaca Al-Qur`ān.

F. Struktur Organisasi

Dalam penelitiani ini, terdiri dari lima bab dan pada tiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penyusunannya adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikasi penelitian dan struktur organisasi.

BAB II : Kajian Pustaka. Bab ini berisi pembahasan landasan teori, deskripsi kriteria kemampuan membaca Al-Qur`ān,penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian. Bab ini terdiri dari populasi dan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini terdiri dari pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan.

(18)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih oleh penulis adalah SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara jalan Lettu Subagio no. 22. Bandung 40174. Sekolah ini dipilih karena menurut studi penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh penulis, bahwa 56% siswa kelas XI belum bisa membaca Al-Qur` n dengan baik dan benar serta 43% siswa kelas XI sudah bisa membaca Al-Qur` n dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid.

Selain mereka belum bisa membaca Al-Qur` n dengan baik dan benar, yang dapat dilihat oleh penulis juga bahwa di SMA Angkasa tersebut belum diterapkannya model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga dengan diterapkannya model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, siswa pun akan lebih mudah untuk menyerap materi pembelajaran dan tidak sulit untuk menerapkannya khususnya dalam materi pembelajaran membaca Al-Qur n.

Oleh karena itu, penulis akan menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai bagi siswa kelas XI. Model pembelajaran yang diterapkan yaitu tutor sebaya, dimana beberapa orang siswa yang dianggap memiliki penguasaan materi pembelajaran lebih akan mengajari beberapa orang teman yang belum menguasai materi pembelajaran. Dalam hal ini, tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI dalam membaca Al-Qur` n. Karena selain siswa belajar dan kemudian ada materi yang belum dimengerti, mereka tidak sungkan untuk bertanya karena mereka sudah memiliki tutor yang ditunjuk oleh guru untuk menerangkan

(19)

2. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Babbie (dalam Sukardi, 2011: 53) menyatakan bahwa Populasi tidak lain adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara.

3. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2012: 118) adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Kemudian menurut Sukardi (2011: 54) sampel yaitu sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara yang belum bisa membaca Al-Qur` n dengan baik dan benar.

Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yag representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi (Narbuko dan Achmadi, 2004: 106).

(20)

Teknik sampel nonprobabilitas dalam penelitian ini termasuk kepada teknik sampling purposive. Sugiyono (2012: 124) mengemukakan bahwa “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Sejalan dengan pendapat tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Narbuko dan Achmadi (2004: 116) bahwa teknik sampling purposive ditentukan berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini sebagian siswa kelas XI dipilih untuk menjadi sampel dalam penelitian tentang kemampuan membaca Al-Qur` n,karena sebagian besar siswa kelas XI belum bisa membaca Al-Qur` n dengan baik dan benar. Adapun anggota sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Berdasarkan data di atas, secara keseluruhan jumlah siswa pada kelompok eksperimen adalah 43 orang, Pada kelompok kontrol, keseluruhan jumlah siswa adalah 36 orang. Namun, pada saat melakukan pretest kelas eksperimen terdapat satu siswa yang tidak masuk. Maka jumlah sampel pada kelas eksperimen menjadi 42 siswa.

B. Desain Penelitian

Penentuan desain penelitian tergantung kepada tujuan suatu penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sukmadinata (2012: 287) bahwa desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan.

Kelompok Jumlah

Eksperimen 43 siswa

Kontrol 36 siswa

(21)

Selanjutnya menurut Sukardi (2011: 183) “secara definisi, desain penelitian mempunyai dua macam pengertian, yaitu secara luas dan sempit”. Secara luas, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Sedangkan desain penelitian secara sempit, dapat diartikan sebagai penggambaran secara jelas tentang hubungan antarvariabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan adanya desain yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antara variabel yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian. Desain penelitian yang dibuat secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian selanjutnya (Sukardi, 2011: 184).

Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Sebagaimana dikemukakan oleh

Sugiyono (2012: 116) bahwa desain penelitian ini hampir sama dengan pretest-posttest control group desain, hanya pada desain ini kelompok

eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Menurut Sugiyono (2012: 116), desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 desain penelitian kuasi eksperimen nonequivalent Keterangan:

O1 dan O3 = pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa

O2 = post test kelompok yang sudah diberi perlakuan

menggunakan tutor sebaya (kelompok eksperimen)

O

1 X

O

2

(22)

O4 = post test kelompok yang tidak diberi perlakuan

menggunakan tutor sebaya (kelompok kontrol) X = perlakuan (treatment) menggunakan tutor sebaya

Desain penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa. Peneliti mengambil satu kelas/kelompok eksperimen dan satu kelas/kelompok kontrol. O1 dan O3 merupakan hasil

belajar siswa sebelum ada perlakuan yang diukur dengan pre test, kemudian pada O1 dikenakan treatment (X) berupa metode pembelajaran tutor sebaya

sesuai dengan rancangan yang telah dibuat oleh peneliti, sedangkan pada O3

tidak diberi perlakuan tutor sebaya. O2 merupakan hasil belajar siswa

menggunakan tutor sebaya, yang diukur dengan post test, sedangkan O4

merupakan hasil belajar siswa tanpa menggunakan tutor sebaya.

C. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol (Sukmadinata, 2012: 53). Sejalan dengan hal tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 14) bahwa:

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

(23)

pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai tradisi penelitian (research traditions).

Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 3) diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan rumusan dan tujuan masalah yang ingin dicapai, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (eksperimental semu). Menurut Sukmadinata (2012: 207) “Eksperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni, seolah-olah murni”. Sejalan dengan hal tersebut, Sugiyono (2012: 114) mengemukakan bahwa desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Tujuan penelitian eksperimental semu bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan (Narbuko dan Achmadi, 2004: 54).

(24)

Gambar 3.2 tahapan dalam penelitian eksperimen

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah yang dirumuskan untuk setiap variabel harus melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian (Universitas Pendidikan Indonesia: 2012). Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman, maka perlu penjelasan yang lebih operasional, yakni:

1. Efektivitas mengandung arti adanya dampak atau pengaruh. Secara umum efektivitas biasa diartikan dengan mengacu pada suatu kinerja yang dapat diperhatikan melalui hasil kerja tersebut (Moechamad, 2012: 61) adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya metode tutor sebaya di kelas XI SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung,

Menentukan Hipotesis Kausal

Lakukan Pengukuran Variabel Dependen (pre-test)

Berikan variabel Indepen/Stimulus

(25)

yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur` n setelah diadakannya metode tutor sebaya.

2. Tutor Sebaya

Menurut Sulastomo (2010: 58) tutor sebaya adalah “sistem belajar kelompok, setiap kelompok dipimpin oleh ketua kelompok, ketua kelompok bertanggung jawab terhadap kelompoknya”. Sedangkan menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 184) bahwa metode tutor sebaya adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru siswa.

Tutor sebaya yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah, metode pembelajaran yang berfungsi untuk membantu kemampuan siswa dalam hal kemampuan membaca Al-Qur` n dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid.

3. Kemampuan membaca Al-Qur n.

Kemampuan membaca Al-Qur` n yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, siswa dapat membaca Al-Qur` n dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Madd Aṣli

Menurut Abdurohim (2007:136) Madd aṣli adalah hukum madd yang dasar atau pokok. Mad aṣli dikenal pula dengan mad thabi`i. Madd aṣli harus dibaca panjang dua harakat tidak mungkin ditambah atau dikurangi. Huruf madd aṣli ada tiga yaitu huruf alif (ا) yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah, huruf wau (و) yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat dlammah, dan huruf ya` (ي) yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah.

b. Madd Līn

(26)

Līn dan Madd Līn. Dua hal ini harus dibedakan karena mempunyai kedudukan masing-masing.

Madd lin terjadi apabila huruf wau (و) dan yā` (ي) dalam keadaan bersukun dengan huruf sebelumnya berharakat fatḥaħ dan setelahnya ada huruf hidup. Kemudian bacaan di-waqaf-kan atau tidak dibaca waṣal. Cara membacanya dipanjangkan, seperti dalam Madd „ riḍ lis Sukūn, yaitu: dua, empat, atau enam harakat.

c. Madd „ riḍ lis Sukūn

Secara bahasa, madd artinya panjang; „ riḍ artinya baru/tiba-tiba ada, dan sukūn artinya bersukun/mati. Sedangkan menurut istilah, adalah: Pemberhentian (waqaf) bacaan pada akhir kalimat, sedangkan huruf sebelum huruf yang di-waqaf-kan itu merupakan salah satu dari huruf-huruf madd abi‟i yaitu huruf alif (ا), wau (و), dan y ` (ي). (Abdurohim, 2007: 158)

Cara membaca madd „ riḍ lis sukūn ada tiga cara, yaitu: al-ūl (لوطلا), yaitu dipanjangkan enam harakat atau tiga alif. Ini merupakan bacaan panjang serta cara paling utama dan dianjurkan, al-tawassu (طّسوّتلا), yaitu dipanjangkan empat harakat atau dua alif. Ini merupakan bacaan sedang, serta al-qaṣr (رصقلا), yaitu dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Ini merupakan bacaan pendek.

d. Qalqalaħ

Qalqalaħ menurut bahasa artinya bergerak dan gemetar. Sedangkan secara istilah, qalqalaħ ialah suara tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada makhraj huruf tersebut.

(27)

apabila huruf qalqalaħ bersukun apabila di-waqaf-kan dan bersukun di akhir kalimat.

e. Gunnaħ

Menurut Abdurohim (2007: 107) gunnaħ menurut bahasa artinya sengau atau dengung. Sedangkan gunnaħ menurut pengertian istilah, ialah suara yang jelas (dan nyaring) yang keluar dari pangkal hidung dengan tidak menggunakan lidah pada waktu mengucapkannya. Suatu bacaan dalam Al-Qur` n dikatakan gunnaħ apabila terdapat huruf mim atau nun yang bertasydid ( ّن / ّم).

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012: 148). Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan (Sukardi, 2011: 75). Adapun dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tes

(28)

dalam tiga kategori, yaitu: 1) tidak bisa membaca dan tidak tahu hukum, 2) bisa membaca dan tidak tahu hukum, dan 3) bisa membaca dan tahu hukum.

Tes lisan ini dilakukan dua kali, yaitu tes awal dan tes akhir. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Pre test, adalah tes awal yang dilakukan sebelum proses kegiatan tutor sebaya berlangsung. Hasil pre test ini akan digunakan sebagai patokan untuk mengetahui dan menentukan seberapa besar kemampuan siswa dalam hal membaca Al-Qur n.

b. Post test, adalah tes akhir yang dilakukan setelah proses kegiatan tutor sebaya berlangsung. Post test ini digunakan untuk mengukur peningkatan rata-rata hasil belajar siswa.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2012: 203).

Sukardi (2011: 78) mengemukakan bahwa instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Senada dengan hal tersebut, menurut Fathoni (2006: 104) bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.

(29)

langsung. Check list yaitu suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki, yang bermaksud mensistematiskan catatan observasi, alat ini lebih memungkinkan peneliti mmeperoleh data yang meyakinkan (Narbuko dan Achmadi, 2004: 74). Lembar observasi tutor ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas metode tutor sebaya dalam hal pembelajaran membaca Al-Qur n.

Berdasarkan jenis tes yang telah disebutkan, tes yang digunakan adalah tes lisan untuk mengetahui tingkat kemampuan bacaan Al-Qur` n siswa sesuai dengan hukum tajwidnya. Untuk mengetahui kemampuan bacaan Al-Qur` n siswa, peneliti mengetes kembali bacaan Al-Qur` n sesuai dengan hukum tajwidnya lebih khusus hukum bacaan madd, Qalqalaħ, dan Gunnaħ peneliti mengukur kemampuan membaca Al-Qur` n sesuai dengan hukum tajwidnya dengan cara memberikan nilai 1 untuk yang tidak lancar membaca Al-Qur` n,nilai 2 untuk yang bisa membaca Al-Qur` n tetapi tidak tahu hukum tajwid dan nilai 3 untuk yang bisa membaca Al-Qur` n dan tahu hukum tajwid. Tes yang dibuat adalah 6 soal yaitu penggalan ayat Al-Qur` n yang mengandung hukum bacaan madd, Qalqalaħ, dan Gunnaħ.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam hal menyusun tes untuk penelitian, peneliti melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing. Karena studi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan membaca Al-Qur` n siswa kelas XI. Oleh karena itu peneliti melakukan pengembangan instrumen supaya tujuan dari penelitia ini dapat tercapai. Proses bimbingan yang ditempuh yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan lingkup bahan yang berisi pokok-pokok bahan pelajaran yang akan dinilai.

(30)

3. Membuat kisi-kisi lembar observasi tutor. Karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya, maka selain membuat instrumen tes kemampuan membaca Al-Qur` n peneliti juga membuat lembar observasi tutor untuk mengetahui apakah siswa yang dipilih sebagai tutor telah memenuhi syarat-syarat kriteria sebagai tutor atau belum.

4. Membuat instrumen tes.

Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah tes lisan kemampuan membaca Al-Qur` n sesuai dengan hukum tajwid.

5. Menentukan kriteria penilaian kemampuan membaca Al-Qur` n.

Setelah mengkaji materi dan membuat instrumen tes, selanjutnya memberi kriteria pada penilaian kemmapuan membaca Al-Qur` n. Kriteria pertama siswa tidak bisa membaca dan tidak tahu hukum diberi nilai 1. Kriteria kedua siswa bisa membaca dan tidak tahu hukum diberi nilai 2. Serta kriteria ketiga siswa bisa membaca dan tahu hukum diberi nilai 3.

Berdasarkan hasil konsultasi, beberapa ayat Al-Qur` n ada yang harus diperbaiki dan diganti karena tidak sesuai, serta memperbaiki kata-kata dan menambahkan kriteria yang harus ada dalam lembar observasi tutor. Setelah direvisi dan disetujui oleh pembimbing, instrumen tersebut dijudgment kepada dosen ahli.

Menetapkan instrumen penelitian dan menggunakan instrumen tersebut pada pre test dan post test, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

6. Memberikan Penilaian.

(31)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik untuk mengetahui data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Dalam sebuah penelitian, proses pengumpulan data merupakan hal yang penting karena data yang telah diperoleh melalui instrumen, selanjutnya akan dianalisa yang hasilnya digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yakni sebagai berikut:

a. Tes, yaitu teknik yang digunakan untuk mengukur dan memperoleh data mengenai kemampuan membaca Al-Qur` n siswa, yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan perlakuan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes lisan mengenai kemampuan membaca Al-Qur` n siswa kelas XI.

b. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana efektivitas metode tutor sebaya dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur` n siswa. Karena peneliti sendiri yang menjadi guru dalam memberikan treatment, maka dalam penelitian ini menggunakan lembar obsevasi tutor yang diamati secara langsung oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data pendukung yang digunakan adalah studi dari berbagai referensi dan data hasil studi di lapangan berupa gambar-gambar atau foto-foto ketika penelitian berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

(32)

menggunakan statistik. Kemudian menurut Fathoni (2006: 48) Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian korelasional, komparatif, atau eksperimen diolah dengan menggunakan jasa komputer (Arikunto, 2006: 239). Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang

digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2012: 209).

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, data dikatakan normal apabila nilai yang didapatkan dari Kolmogorov-Smirnov Z lebih besar daripada nilai @ (0,05), atau dengan melihat langsung keterangan dibawah tabel dengan kalimat “test distribution is normal” atau sebaliknya. Apabila data berdistribusi normal maka pengolahan data dilakukan dengan statistik parametrik sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka data dianalisis dengan menggunakan statistika non parametrik. Dalam penelitian ini, menguji normalitas dari distribusi masing-masing kelas. Pada perhitungannya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan program IBM SPSS statistics 20.

b. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas dan data menunjukan distribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan pada uji homogenitas. Tingkat homogenitas dapat ditentukan menggunakan distribusi F. Nilai F hitung ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F =

(33)

dari pada Ftabel (Fhitung < Ftabel) dengan dk pembilang = n-1 dan dk penyebut

= n-1, maka dapat dinyatakan bahwa varian kedua kelompok data tersebut adalah homogen. Jika sebaliknya Fhitung lebih besar dari pada Ftabel (Fhitung >

Ftabel) dengan dk pembilang = n-1 dan dk penyebut = n-1, maka dapat

dinyatakan bahwa varian kedua kelompok data tersebut adalah tidak homogen (Sugiyono, 2012: 199).

c. Uji Hipotesis 1) Uji T

jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dengan rumus:

t =

Keterangan:

= nilai rerata kelas eksperimen = nilai rerata kelas kontrol = varians kelompok eksperimen = varians kelas kontrol

= jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Hasil perolehan thitung dikonsultasikan pada tabel distribusi t

(ttabel). Taraf signifikasi yang dipakai adalah 0,05. Ketentuan pengujian

hipotesis yaitu Ho diterima jika thitung < ttabel yang berarti kemampuan

kedua kelas sama atau tidak terdapat perbedaan. Namun jika thitung >

ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya hasil kemampuan

kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. 2) Uji Mann Whitney

(34)

sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka data dianalisis dengan menggunakan statistik non parametrik.

Uji Mann Whitney merupakan bagian dari statistik non parametrik yang bertujuan untuk membantu peneliti di dalam membedakan hasil kinerja kelompok yang terdapat dalam sampel ke dalam dua kelompok dengan dua kriteria yang berbeda (Sujarweni, 2007:40).

Susetyo (2010: 236) mengemukakan langkah-langkah dalam pengujian uji Mann Whitney U-Test adalah sebagai berikut:

1) Menggabungkan data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian memberi ranking pada data terkecil hingga data terbesar atau sebaliknya.

2) Hitunglah jumlah ranking pada masing-masing kelompok data 3) Jumlah ranking yang terkecil di ambil atau U dijadikan dasar untuk

pengujian hipotesis dengan melakukan perbandingan dengan tabel yang dibuat khusus untuk uji Mann-Whitney. Apabila sampel besar (lebih dari 20), maka menggunakan rumus z, yaitu:

Rata-rata = Sehingga variabel normal standarnya dirumuskan

12

Pengambilan keputusan dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) dengan kriteria Ho diterima apabila Zhitung < Ztabel. Untuk proses perhitungan

uji Mann Whitney, peneliti menggunakan bantuan software IBM SPSS statistics 20..

(35)

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam prosedur pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap awal penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap awal penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan proposal. b. Seminar proposal.

c. Merevisi proposal berdasarkan masukan-masukan dari dosen.

d. Melakukan studi literatur untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang dikaji.

e. Menentukan Sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian.

f. Membuat surat izin penelitian.

g. Melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian untuk mengetahui tujuan, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai.

h. Menyusun BAB I, BAB II dan BAB III.

i. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan.

j. Mengajukan surat izin penelitian kepada Universitas Pendidikan Indonesia. Menyampaikan surat izin kepada kepala SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung, sekaligus meminta izin untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

(36)

l. Menyusun instrumen penelitian, berupa tes membaca Al-Qur` n dan lembar observasi tutor.

m.Merevisi instrumen penelitian pada item-item yang harus diperbaiki.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di luar jam pelajaran, adapun pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Pemberian tes awal (prates) terhadap kelas eksperiman dan kelas kontrol.

b. Mengimplementasikan pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya yang telah disusun pada kelas eksperimen.

c. Implementasi metode penelitian dilakukan dalam 6 pertemuan (pretest, treatment 4 kali pertemuan, dan posttest).

d. Memberikan tes akhir (post test) 3. Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari hasil pretes dan post test, kemudian dilakukan pengolahan data dengan rincian sebagai berikut:

a. Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh.

b. Mengolah dan menganalisis data hasil prates dan pascates yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaan.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

a. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.

b. Menyusun laporan penelitian.

(37)

Eneng Fauziah, 2013

Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa Kelas XI

Studi Kepustakaan Menyusun Proposal

Seminar Proposal dan Revisi

Penyusunan BAB 1

Penyusunan BAB II

Penyusunan BAB III

Penyusunan Instrumen dan Bahan Ajar

Revisi Instrumen

Pre test

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Menggunakan tutor sebaya

Tidak menggunakan tutor

sebaya

Post test

(38)
(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan pada bab IV, maka hasil penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran tutor sebaya dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa kelas XI dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kondisi awal kemampuan membaca Al-Qur`ān kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil persentase pretest yang diperoleh rata-rata nilai siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.

Kondisi akhir kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran. Berdasarkan hasil posttest kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen sedikit lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol. Sedangkan peningkatan dari hasil pretest dengan posttest kelas eksperimen dan kontrol, setelah melakukan pembelajaran peningkatan kelas kontrol sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan siswa kelas eksperimen.

Tutor sebaya dapat diterapkan dengan memperhatikan kondisi sekolah, kondisi kelas, dan kondisi siswa. Model pembelajar selain tutor sebaya akan lebih efektif apabila memperhatikan pula kondisi tersebut. Selain itu, tutor sebaya pun dapat dilakukan apabila seorang guru telah mempersiapkan bahan ajar yang akan dipelajari dan mengetahui cara melatih siswa yang ditunjuk menjadi tutor untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sesuai dengan tujuan dari pembelajaran.

(40)

dapatkan hasil bahwa H0 ditolak dengan kata lain Ha diterima

artinya terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran dengan tutor sebaya dan siswa yang tidak menggunakan pembelajaran dengan tutor sebaya.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penlitian di atas bahwa tutor sebaya akan berjalan dengan efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur`ān siswa kelas XI di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara dengan memperhatikan beberapa kondisi. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru yang akan mengajarkan membaca Al-Qur`ān pada siswa kelas XI, alangkah baiknya untuk memperhatikan terlebih dahulu kondisi sekolah, kondisi kelas, dan kondisi siswa. kondisi kelas.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

___________ . (2010). Al-Qur`an dan Terjemahnya. Penerj: Tim Penerjemah Depag RI. Bandung: Sygma Publishing.

___________ . (2012). Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Bandung: Nuansa Aulia.

Abdurohim, A I. (2007). Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: Diponegoro.

Adhim, S A. (2012). Nikmatnya Membaca al Quran: Manfaat dan Cara Menghayati Bacaan al Quran Sepenuh Hati. Solo: PT Aqwam Media Profetika.

Ahmadi, A dan Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Al-Farran, A M. (2008). Terjemah Tafsir Imam Syafi’i: Menyelami Kedalaman Kandungan Al-Qurān. Jakarta: Almahira.

Amiruddin, A. (2007). Tafsir Al-Quran Kontemporer. Bandung: Khazanah Intelektual.

Amrullah, F. (2008). Ilmu Al-Quran untuk Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daradjat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Djamarah, S. B. dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Djiwatampu, M. (2008). Membaca untuk Belajar. Jakarta: Balai Pustaka. Fadzil, A. (2007). Anatomi Al-Quran: mengenal ilmu, sejarah dan

kandungan Al-Quran. Malaysia: PTS Islamika.

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.

(42)

Fuadah, N K. (2012). Efektivitas Media Flip Chart pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gordon, E. (2005). Peer Tutoring: a Teacher’s Resource Guide. United States of America: Littlefield Publishing Group, Inc.

Hamidjaja, N. A. dan Rukmana, N. K. (2001). 70 Cara Mudah Bergembira Bersama Al Quran (Panduan Bagi Orang Tua dan Guru Muslim). Bandung: Maqdis Pustaka.

Lesmana, D. (2011). Efektivitas Pembelajaran Membaca Al-Quran pada UKM BAQI UPI. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Marzuki, K. (1994). ‘Ulum Al-Quran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moechamad, K. (2012). Efektivitas Metode Asyarah dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Quran Anak Usia Dini. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mukhtar dan Rusmini. (2001). Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Fifa Mulia Sejahtera.

Narbuko, C. dan Achmadi, A. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Natawidjaja, R. (1980). Pengajaran Remedial. Jakarta: PD. Andreola. Nurzaman, I. (2011). Efektivitas Metode Bil Hikmah dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Quran Anak Usia Dini. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Othman, Y. (2005). Trend dalam Pengajaran Bahasa Melayu. Malaysia: PTS Professional Publishing.

Prasetyo, B. dan Jannah, L M. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Saleh, F A. (2006). Sejukkan Hatimu dengan al Quran. Bandung: Awqat Publishing.

Sistem Pendidikan Nasional. (2012). Bandung: Nuansa Aulia.

(43)

Sujarweni, W. (2007). Panduan Mudah Menggunakan SPSS dan Contoh Penelitian Bidang Ekonomi. Yogyakarta: Ardana Media.

Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, N S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sulaiman, W. (2005). Statistik Non-Parametrik: Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Sulastomo, N M. (2010). Scrambled Egg is Delicious, Perjalanan Pecinta Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisa Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Syafe’i, R. (2010). Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syahputra, Y. (2011). Penerapan Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Sarijadi Bandung. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tifa, A R. (2012). Pengaruh Metode Pembelajaran Tutor Sebaya (Peer Tutoring) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa: Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi di Kelas X SMAN 3 Sumedang. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Unit Kegiatan Mahasiswa Baca Al-Qur`ān Intensif. (2012). Data Kemampuan Baca Al-Qur`ān Peserta Tes Baqi UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: DEPDIKNAS.

Wati, I. (2012). Efektivitas Penerapan Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMAN8 Bandung pada Subkonsep Urinaria. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 1.1 Hasil persentase tes baca Al-Qur`ān pada UKM BAQI UPI
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Gambar 3.1 desain penelitian kuasi eksperimen nonequivalent
Gambar 3.2 tahapan dalam penelitian eksperimen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian mengenai kelebihan dan keuntungan tutor teman sebaya dapat disimpulkan bahwa salah satu kelebihan dari tutor teman sebaya adalah tutor teman akan lebih

Dalam model tutor sebaya yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sambi siswa kelas VII dan VIII yang memiliki kemampuan lebih dalam membaca Al- Qur’an dapat menjadi tutor

Kemampuan membaca Al- Qur‟an merupakan keterampilan yang wajib dikuasai siswa sebagai harapan untuk menjadi anak soleh. Agar siswa memiliki kemampuan yang baik dan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata kemampuan number sense siswa kelas VII-A sebelum dan sesudah diterapkannya metode tutor sebaya,

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui (1) langkah-langkah penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya untuk meningkatkan kemampuan mendongeng siswa kelas

Hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 25 Lubuklinggau dalam membuat kalimat tanya setelah dilakukan penerapan metode tutor sebaya peneliti paparkan bahwa hasil

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) adapun formulasi strategi yang dibuat guru Al-Qur‟an Hadist dalam meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur‟an siswa MI

Berdasarkan Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri di Kota Mataram menunjukkan bahwa peneliti melihat proses pembelajaran Al-qur‟an Hadis yang dilakukan oleh guru