• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA : Studi Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas X di SMA Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA : Studi Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas X di SMA Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Program Bimbingan Akademik Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas X di SMA Negeri 5

Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Rezkini Duntikasari

1007010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Suherman,M.Pd NIP. 195903311986031002

Pembimbing II,

Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M. Pd. NIP 195708301981012001

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Suherman,M.Pd NIP. 195903311986031002

Pembimbing II,

(4)

ABSTRAK

Rezkini Duntikasari. (2012). Program Bimbingan Akademik Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Quasi Eksperimen terhadap siswa kelas X di SMA Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Penelitian ini dilatar belakangi adanya gejala-gejala seperti siswa tidak semangat belajar dikelas, tidak memiliki jadwal belajar yang teratur, sulit berkonsentrasi, sering tidak mengerjakan PR, tidak berani bertanya atau menjawab dalam proses belajar. Fenomena ini diduga akibat rendahnya motivasi belajar siswa.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa; 2) merumuskan program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa; 3) memperoleh keefektifan program bimbingan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

Quasi-Experiment dengan desain Non-equivalent (Pretest dan Posttest). Program dan

Penyusunan instrumen motivasi belajar telah melalui penimbangan pakar.

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandung pada umumnya berada pada kategori sedang. Hasil ini bisa dilihat sekitar 59% berada pada kategori sedang, 31% berada pada kategori tinggi dan 10% pada kategori rendah. Bagi siswa yang memiliki motivasi rendah merupakan masalah yang perlu mendapat bimbingan. Indikator yang masih kurang adalah durasi dan devosi kegiatan belajar. Hal ini menunjukan masih kurang maksimal upaya, sikap serta usaha siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan secara optimal siswa perlu bimbingan. Program bimbingan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di SMA Negeri 5 Bandung. Setelah dianalisa dengan SPSS 16.00, menunjukan thitung 2.277 > ttabel 2.14 dengan signifikansi 0.05, yang berarti program ini efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

(5)

DAFTAR ISI

II. KONSEP BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

7. Posisi Bimbingan Belajar dalam Keseluruhan Layanan Bimbingan dan Konseling………. 28

B. Konsep Dasar Motivasi Belajar………... 32

(6)

3. Pengertian Belajar………. 43

4. Motivasi Belajar……… 46

5. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar……….. 52

6. Fungsi Motivasi Belajar……….... 54

7. Bentuk-bentuk Motivasi Untuk Meningkatkan Belajar……… 56

8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar………. 60

9. Pentingnya Motivasi Belajar………. 63

10.Pengembangan Motivasi Belajar………... 64

III.METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian………. 68

B. Desain Penelitian………. 69

C. Langkah-langkah Penelitian………. 70

D. Populasi dan Sampel Penelitian………... 71

E. Definisi Operasional………. 72

F. Pengembangan Instrumen Penelitian………... 74

G. Prosedur Pengolahan Data……….. 79

H. Pengembangan Program Bimbingan Belajar………... 81

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian……… 84

B. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 126

C. Keterbatasan Penelitian……….. 134

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………. 136

B. Rekomendasi……….. 137

DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan paling pokok, yang berarti bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar

yang dialami oleh siswa. Hal ini disebabkan karena kegiatan belajar yang

berlangsung di sekolah lebih bersifat formal, dan direncanakan dengan kegiatan

guru dan pendidik lainnya. Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa

(tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari (bahan ajar), bagaimana cara

siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui

kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam

kurikulum sekolah (Nana Syaodih, 2004).

Motivasi merupakan tenaga penggerak dari dalam diri seseorang untuk

melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai

rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan

hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu

tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan

untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, yang peneliti lakukan melalui

observasi di SMAN 5 Bandung, bimbingan belajar telah ada dalam program

Bimbingan dan Konseling, namun pelaksanaannya di sekolah belum sesuai

(8)

mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Beberapa diantaranya adalah

berkenaan dengan motivasi belajar siswa yang rendah, padahal motivasi

merupakan jantungnya proses belajar yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

prestasi belajar siswa. Motivasi bukan hanya menggerakkan perilaku, tetapi juga

mengarahkan dan memperkuat prilaku. Siswa yang termotivasi dalam belajar akan

menunjukkan minat, kegairahan dan ketekunan yang tinggi dalam belajar.

Kondisi dan situasi yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa

menjadi hal yang terabaikan oleh guru, maupun orang tua, yang membuat prestasi

belajar siswa tidak optimal. Jika hal ini tetap dibiarkan, maka akan terjadi sebuah

stagnasi belajar yang berujung pada kejenuhan, tidak kreatif dan bahkan berujung

pada penurunan hasil belajar.

Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab individu yang

tidak mempunyai motivasi belajar yang cukup, tidak akan melakukan aktivitas

belajar yang baik. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang dikerjakan

tersebut tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat

orang lain belum tentu menarik orang tertentu karena tidak menyentuh kebutuhan

individu orang tersebut. Oleh karena itu, apa yang siswa lihat, sudah tentu

membangkitkan minatnya jika yang dilihatnya tersebut berhubungan dengan

kepentingan pemenuhan kebutuhannya sendiri.

Meskipun prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi

motivasi belajar merupakan faktor yang sangat penting. Dalam pendidikan,

motivasi belajar siswa merupakan hal yang sering kali dibahas. Setiap siswa

(9)

memberikan tugas agar siswanya melakukan percobaan, setelah guru selesai

memberi instruksi proses pelaksanaannya. Beberapa siswa aktif bertanya,

sedangkan yang lain pasif menunggu, dan ada juga yang ternyata siswa yang

malah acuh tak acuh terhadap penjelasan guru. Situasi tersebut menggambarkan

tidak semua individu mempunyai motivasi yang sama dalam belajar.

Motivasi belajar merupakan hal yang begitu penting dalam menumbuhkan

gairah belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memiliki

gairah belajar yang tinggi. Seorang siswa yang memiliki intelegensi tinggi sekali

pun bisa gagal dalam belajar karena kurangnya motivasi belajar. Hasil belajar

akan maksimal jika ada motivasi dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi

yang rendah jika tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan sebuah stagnasi

belajar yang berujung pada kejenuhan, tidak kreatif, dan kualitas hasil belajar

yang menurun.

Faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar dapat

berasal dari luar, seperti guru yang kurang baik dalam menjelaskan materi, atau

pemberian tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa, atau

bahkan karena guru yang malas masuk kelas.

Rendahnya motivasi belajar merupakan masalah yang dianggap klasik

sebagai masalah belajar, namun merupakan sebuah permasalahan yang harus

ditangani dengan benar. Bimbingan dan konseling memiliki peranan penting

dalam hal tersebut. Salah satu tugas konselor di sekolah adalah memajukan,

merangsang dan membimbing proses belajar siswa. Segala rencana yang menuju

(10)

demikian tugas awal yang harus dilakukan oleh konselor adalah memotivasi siswa

dalam hal belajar. Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari

pendidikan yang berfungsi untuk membantu siswa mengembangkan potensi

dirinya secara optimal.

Namun tidak mudah untuk meningkatkan motivasi siswa. Diperlukan

strategi dan perencanaan yang matang, karena untuk menggerakkan siswa agar

aktif dalam belajar dan terus mendorong untuk mempertahankan semangat belajar

merupakan hal yang sulit.

Bimbingan belajar merupakan proses bantuan terhadap individu untuk

mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan

penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga dan masyarakat

(Miller, 1961).

Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar

yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi

kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntunan-tuntunan belajar di suatu

institusi pendidikan (Winkel, 2004). Bimbingan belajar merupakan bantuan yang

diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan

keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah-masalah belajar atau

akademik (Syamsu Yusuf. LN, 2008).

Bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan

(11)

sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi dan kesenian (Dewa Ketut Sukardi,

2002: 46).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah

bantuan yang diberikan oleh orang yang memiliki pribadi baik dan pendidikan

yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya

mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah

pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.

Winkel (2004) mengemukakan bahwa program bimbingan yaitu suatu

rangkaian kegiatan yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi selama periode

waktu tertentu, misalnya satu ajaran. Program bimbingan konseling merupakan

bagian dari misi sekolah. Bimbingan yang digunakan lebih bersifat

pengembangan yaitu untuk membantu siswa meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap belajar yang sangat berguna untuk kesuksesan akademik.

Program bimbingan belajar yang disusun secara baik dan matang akan

memberikan banyak keuntungan, baik bagi siswa yang mendapat layanan maupun

bagi guru pembimbing yang melaksanakannya. Keuntungan bagi siswa

diantaranya adalah antara siswa yang satu dengan yang lainnya mendapatkan

bimbingan secara seimbang, baik dalam kesempatan maupun dalam jenis layanan.

Dan secara keseluruhan siswa memperoleh layanan bimbingan. Sedangkan

keuntungan bagi guru pembimbing adalah dapat menyusun program kerja yang

jelas, terencana dan operasional. Dapat menghemat waktu, usaha dan biaya

(12)

akan mengetahui tugas dan peranan masing-masing. Dan juga mudah untuk

melakukan evaluasi program bimbingan.

Bimbingan akademik merupakan salah satu layanan bimbingan dan

konseling. Bimbingan akademik merupakan salah satu pelayanan dasar dari

program bimbingan dan konseling. Bimbingan belajar ditujukan untuk merespon

kebutuhan dan minat para siswa.

Topik yang didiskusikan dalam bimbingan akademik, adalah masalah

yang bersifat umum, salah satu tujuannya adalah mengembangkan program

bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Melalui bimbingan

akademik para siswa akan saling memeperhatikan kepentingan dan menghargai

orang lain serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

prestasi akademik.

Bimbingan akademik bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan

nilai-nilai prestasi secara akademik, minimal sesuai dengan nilai-nilai ketuntasan yang ada di

sekolah. Dengan acuan diatas maka siswa dapat meningkatkan motivasi dalam

belajar.

Tujuan bimbingan belajar terkait dengan aspek akademik menurut Syamsu

Yusuf. LN dan Juntika Nurihsan (2008) adalah sebagai berikut: (1) memiliki sikap

dan kebiasaan belajar yang positif seperti kebiasaan membaca buku, disiplin

dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif

mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan; (2) memiliki motif yang

tinggi untuk belajar sepanjang hayat; (3) memiliki keterampilan atau teknik

(13)

mencatat pelajaran, dan mempersiapkan ujian; (4) meniliki keterampilan untuk

menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar,

mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran

tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka

mengembangkan wawasan yang lebih luas; (5) memiliki kesiapan mental dan

kemampuan menghadapi ujian.

Bimbingan akademik merupakan sebuah strategi yang dapat membantu

konselor untuk memotivasi siwa dalam belajar. Konselor sekolah melalui

bimbingan akademik dengan strategi dan perencanaan yang matang dan tepat

akan mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar

masing-masing siswa dapat optimal. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif

dan efisien serta produktif, baik dalam mencari imformasi dari berbagai sumber

belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengembangkan

keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program

penilaian hasil belajar.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan sebuah bimbingan belajar

sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa supaya

mendapatkan hasil yang optimal.

B. Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah

(14)

meningkatkan motivasi belajar siswa. Secara khusus permasalahan yang dikaji

dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Bagaimana gambaran umum motivasi belajar siswa SMAN 5 Bandung?

2. Bagaimana program bimbingan belajar untuk peningkatan motivasi yang telah

dilaksanakan guru pembimbing di SMAN 5 Bandung?

3. Bagaimana rumusan program bimbingan akademik untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa SMAN 5 Bandung?

4. Apakah program bimbingan tesebut efektif meningkatkan motivasi belajar

siswa SMAN 5 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama penelitian ini

adalah mengembangkan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi

belajar agar dapat mencapai prestasi yang baik sesuai dengan potensi siswa.

Sedangkan secara khusus tujuannya untuk:

1. Memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa SMAN 5 Bandung.

2. Merumuskan program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

SMAN 5 Bandung.

3. Memperoleh gambaran keefektifan program bimbingan dalam meningkatkan

(15)

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran salah satu informasi dan bahan kajian untuk kemajuan

dunia pendidikan, khususnya bidang keilmuan bimbingan dan konseling.

Diharapkan pula dapat bermanfaat dalam rangka pengembangan program

bimbingan belajar yang dapat digunakan di SMA Negeri 5 Bandung.

Manfaat praktis yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah Pasca Sarajana Program Pendidikan Bimbingan dan

Konseling, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah keilmuan bimbingan dan konseling. Selain itu, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan

dan peningkatan motivasi siswa dalam belajar.

2. Bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk berbagai implikasi

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan

yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment

atau eksperimen semu. Penelitian quasi eksperimen merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang

dikenakan pada subjek selidiki. Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (:271)

dan John W. Creswell (2008:313) “Quasi-experimental designs do not include

the use of random assignment. Reseachers who employ these design rely instead

on other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. We

shall describe some of these techniques as we discuss several quasi-experimental

design.

Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variable yang

mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol

dengan ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen

di laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi

dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua

variable bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah

(17)

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimen. Adapun jenis desain

dalam penelitian ini berbentuk desain Non-equivalent (Pretest dan Posttest).

Desain quasi eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

X = Perlakuan model pembelajaran dengan multimedia interaktif

Desain penelitian dengan desain pretest + Treatment + Posttest. Thomas Murray

menjelaskan mengenai desain ini sebagi berikut:

(18)

Untuk memperoleh dasar yang lebih menyakinkan dalam memperkirakan

pengaruh dan suatu materi guru dapat mengganti desain pembelajaran, yang

semula menggunakan treatment + evaluation menjadi menggunakan desain

pretest + treatment + posttest. Dalam hal ini, sebelum menyuruh siswa

membaca materi yang akan dipelajari, guru harus memberikan pretes lalu

setelah mereka selesai mempelajari dengan perlakuan tertentu guru

memberikan postes untuk mengetahui prestasi belajar setelah diberi

perlakuan. Dan untuk mengetahui sejauh mana perolehan prestasi belajar

guru harus mengurangkan nilai postes dengan nilai pretes dan nilai akhir

yang diperoleh merupakan tanda keberhasilan atau ketidakberhasilan

perlakuan yang telah dilakukan.

C. Langkah-langlah Penelitian

Paparan dan rincian langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan, kegiatan yang dilakukan yaitu studi literatur berdasarkan

teori-teori yang berkaitan dengan motivasi belajar, dan studi empiris

berdasarkan fakta lapangan temtang gambaran motivasi belajar siswa serta

deskripsi mengenai pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA

Negeri 5 Bandung.

2. Penyusunan program hipotetik berdasarkan gambaran yang diperoleh dari

lapangan.

3. Judgment (penimbangan penilaian) program untuk mengetahui kelayakan

(19)

4. Revisi program, yang dilakukan atas dasar judgment oleh pakar dan praktisi

BK sehingga diperoleh hasil program akhir.

5. Melaksanakan eksperimen. pelaksanaan eksperimen meliputi tahapan

prosedur yang tepat, yang terdiri dari:

a) Mengadministrasikan Pre Test.

b) Memberikan Treatment (Perlakuan) untuk kelompok eksperimen.

c) Mengadministrasikan Post Test.

6. Mengorganisasi dan menganalisis data. tiga aktivitas utama yang diperlukan

dalam penyimpulan eksperimen yaitu pengkodean data, analisis data, dan

penulisan hasil eksperimen.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMAN 5 Bandung di

Jalan Belitung No. 8 Bandung.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 5

Bandung Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 316 orang siswa, dan jumlah

sampel berjumlah 30 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling

purvosive. Teknik sampling purposive adalah cara mengambil sampel dari

anggota populasi secara penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2010:85). Dalam penelitian ini sampel diambil berdasarkan hasil

(20)

E. Definisi Operasional

1. Program Bimbingan Belajar

Program bimbingan akademik adalah serangkaian rencana kegiatan yang

dilakukan peneliti sebagai konselor kepada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013 untuk meningkatkan motivasi belajar, yang terdiri dari :

a. Rasional.

b. Tujuan.

c. Langkah-langkah implementasi intervensi layanan bimbingan.

d. Proses intervensi layanan bimbingan.

e. Rencana kegiatan intervensi layanan bimbingan.

i. Evaluasi.

Suatu program bimbingan dapat disusun berdasarkan pada kerangka

berfikir yang dapat mempengaruhi pola dasar yang dipegang dalam mengatur

seluruh kegiatan yang diadakan oleh berbagai pihak. Dalam program bimbingan

terdapat beberapa komponen yang meliputi susunan formal untuk melayani para

siswa. Agar program bimbingan yang dikembangkan dapat berjalan dengan

lancar, efektif dan efesien serta dapat dilakukan evaluasi baik terhadap program,

proses maupun hasil. Maka program bimbingan yang akan disusun harus

dilakukan dengan perencanaan secara matang. Termasuk program bimbingan

yang dimaksud dalam penelitian ini.

2. Motivasi Belajar

(21)

kegiatan belajar, baik yang berasal dari dalam dirinya (internal) maupun yang

berasal dari luar diri (eksternal).

Yang termasuk ke dalam motivasi internal yaitu :

a. Frekuensi kegiatan belajar.

b. Durasi kegiatan belajar.

c. Persistensi kegiatan belajar.

d. Devosi kegiatan belajar.

e. Kemampuan menghadapi rintangan dan kesulitan dalam kegiatan belajar.

f. Tingkat aspirasi dalam kegiatan belajar.

Sedangkan yang termasuk ke dalam motivasi eksternal yaitu :

a. Dorongan orang tua.

b. Dorongan teman.

c. Dorongan lingkungan sekitar.

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen yang dirancang untuk penguimpulan data dalam penelitian ini

berbentuk instrument (angket), untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Bentuk

skala penilaian yang digunakan adalah “Ya” atau “Tidak”. Adapun kisi-kisi

(22)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar (Sebelum Ujicoba)

Tujuan Aspek Indikator Nomor

Penimbangan terhadap konstruk, materi/isi, dan redaksional dilakukan

agar diperoleh instrumen yang layak dipakai. Dari dua aspek motivasi belajar

yang meliputi 9 indikator, dikembangkan sebanyak 55 pernyataan. Instrumen

(23)

dari segi konstruk, isi, dan redaksi pernyataan, serta ditelaah kesesuaian setiap

butir pernyataan dengan dimensi-dimensi dan indikator yang akan diungkap.

Penimbang instrumen terdiri dari Dr. Ipah Sarifah, M.Pd dan Dr. Mubiar

Agustin, M.Pd. Keduanya merupakan pakar/dosen yang ahli dalam bidang

instrumen penelitian dan bimbingan konseling. Setelah setiap penimbang

memberikan pertimbangan, diperoleh 45 yang layak dari 55 butir pernyataan yang

disusun.

Terhadap pernyataan yang menurut penimbang perlu perbaikan secara

konstruk dan kebahasaan, dilakukan revisi seperlunya. Langkah berikutnya

sebelum dilakukan uji coba instrumen, dihadirkan peserta didik SMA kelas X

yang tidak menjadi sampel penelitian, sebanyak 70 orang untuk melakukan uji

keterbacaan terhadap setiap butir pernyataan dalam instrumen. Uji keterbacaan

dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan.

Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami

kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh

peserta didik SMA kelas X sehingga instrumen layak untuk diuji-cobakan.

3. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas instrumen dilakukan melalui dua tahap yaitu pengujian

validitas konstruksi yang dilakukan oleh dua pakar yaitu Dr. Ipah Saripah, M.Pd

dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. Validitas ini berguna untuk mendapatkan

(24)

ujicobakan kepada 70 orang siswa SMA Negeri 5 Bandung (tidak ada ketetapan

tentang jumlah sampel ujicoba). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan

program komputer SPSS for Windows versi 16.

Dari 55 item pernyataan, diperoleh 10 item yang tidak valid, sehingga total

pernyataan berjumlah 45 item. Berikut ini merupakan hasil uji validitas instrumen

tentang motivasi belajar siswa.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Keterangan Item ∑

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17,18,19,

20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 47, 48, 50, 51, 52, 54, 55

45

Tidak Valid 10, 15, 23, 29, 35, 36, 44, 46, 49, 53 10

Uji instrumen bertujuan untuk mengetahui ketepatan (validity) instrumen

(25)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar (Sesudah Ujicoba)

Tujuan Aspek Indikator Nomor

Pengujian realibilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan

instrumen sebagai alat pengumpul data. Reabilitas berkenaan dengan ketepatan

(26)

instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali

hasilnya sama atau relatif sama. Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan

program komputer SPSS for Windows versi 16. Kriteria untuk mengetahui

realibilitas, menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Sugiyono

(1999:149) yang tercantum pada table berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Reabilitas Instrumen

0.80 – 1.000 Derajat reabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reabilitas tinggi

0.40 – 0.599 Derajat reabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reabilitas rendah

0.00 – 0.199 Derajat reabilitas sangat rendah (Sugiono, 1999:149)

Dari hasil uji rteabilitas pada butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji Reabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.870 45

Berdasarkan table diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai reabilitas

motivasi belajar sebesar 0,870 berada pada kategori sangat tinggi, artinya

(27)

G. Prosedur Pengolahan Data

1. Penyeleksian Data

Penyeleksian data bertujuan untuk memilih daya yang memadai untuk

diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jaawaban.

Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang

disebar.

2. Penyekoran

Penyekoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala

ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan perbedaan tingkat subjek

secara kuantitatif (Furqon, 1997:7). Skala ordinal didasarkan pada peringkat yang

diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.

Tabel 3.7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Jawaban Alternatif Pemberian Skor

Ya 1

Tidak 0

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

statistik non parametrik, dengan menggunakan uji-t. Uji-t mensyaratkan bahwa

data yang akan dianalisis harus didtribusi normal (Sugiyono, 2010).

Perlakuan dalam penelitian ini diberikan kepada siswa yang memiliki

motivasi belajar yang rendah. Siswa dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok

(28)

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan

data dengan menggunakan metode-metode tertentu. Metode yang akan digunakan

dalam penelitian ini, adalah metode instrumen motivasi belajar adalah suatu

teknik atau alat pengumpul data yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis

yang harus dijawab secara tertulis pula. Metode ini digunakan untuk mencari dan

menyaring data yang bersumber dari responden.

Teknik analisis data merupakan pengelolaan data dari data-data yang

sudah terkumpul. Diharapkan dari pengelolaan data tersebut dapat diperoleh

gambaran yang akurat dan konkrit dari subjek penelitian. Penulis juga

menggunakan statistik guna membantu analisa data sebagai hasil dari penelitian

ini.Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel X adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan, sedangkan Variabel Y adalah Prestasi Belajar Siswa Kelas X

SMAN 5 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian ini pada dasarnya adalah untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa dengan adanya pemberian perlakuan yaitu bimbingan belajar. oleh karena

itu, analisis data dengan statistika non parametrik dengan menggunakan uji-t

dianggap sesuai dalam penelitian ini. Selanjutnya, untuk memudahkan peneliti

dalam menganalisis data, maka peneliti menggunakan bantuan komputer dengan

(29)

H. Pengembangan Program Bimbingan Belajar

1. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan wawancara kepada

guru BK, Kepala sekolah, peserta didik di SMA Negeri 5 Bandung untuk

mengetahui motivasi belajar siswa, selain wawancara pada guru BK tentang

motivasi belajar, peneliti juga melalukan pendataan pada siswa kelas X.

Kemudian instrumen pengungkapan motivasi belajar yang telah di validasi

dilakukan uji empirik untuk melihat profil dan perencanaan desain program

bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar.

2. Perencanaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah: a)

identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, guru); b) isi pokok program

(tujuan dan ruang lingkup program); c) organisasi program layanan

(pengorganisasian layanan bimbingan).

Perumusan perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada dalam hasil

proses identifikasi tentang kebutuhan siswa. Hal penting lainnya perencanaan ini

adalah menyangkut: (a) penempatan dan pengembangan staf; serta (b) penyediaan

dan fasilitas.

Setelah masalah motivasi belajar dapat ditunjukkan secara faktual dan

update, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat

(30)

3. Desain Program

Desain program bimbingan melalui teknik layanan bimbingan responsive

untuk meningkatkan motivasi belajar. Pedoman Teoritik program bimbingan

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X disusun secara sistematis

sebagai berikut: (a) rasional; (b) asumsi; (c) tujuan program; (d) sasaran

program;(e) kompetensi konselor; (f) struktur dan tahapan pelaksanaan program;

(g) evaluasi dan indikator keberhasilan. Pedoman pelaksanaan program bimbingan

belajar untuk meningkatkan meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X dibuat

dalam bentuk Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK).

Pedoman pelaksanaan merupakan panduan teknis bagi konselor dalam

melaksanakan intervensi.

4. Penimbang (Judgment) Validasi Program Hipotetik

Validasi program dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa

pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang

dirancang. Penimbang (judgment) validitas program dilakukan oleh pakar atau

ahli antara lain: Dr.Ipah Saripah, M.Pd dan Dr Mubiar Agustin, M.Pd. Keduanya

merupakan pakar/dosen yang ahli dalam bidang bimbingan konseling. Kemudian

penimbang praktisi dilakukan oleh (a) Dra. Alfinur dan (b) Dra. Hj. Heni

Warnika, M.Pd. Keduanya merupakan praktisi dilapangan atau guru Bimbingan

dan Konseling di SMA Negeri 5 Bandung yang telah bertugas lebih dari 10 tahun.

Setelah desain program, divalidasi melalui diskusi dengan pakar atau para ahli dan

praktisi, maka akan dapat diketahui kekurangannya. Kekurangan program tersebut

(31)

5. Revisi Program

Setelah desain program, divalidasi melalui diskusi dengan pakar atau para

ahli dan praktisi, maka akan dapat diketahui kekurangannya. Kekurangan program

tersebut peneliti selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki

program.

6. Pengujian Empiris Program

Pengujian empiris program dilakukan dengan metode Quasi

Eksperimental Nonequivalent Control Group Designs. Desain hampir sama

dengan pretest-posttest control group design, hanya desain ini kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (random).

7. Revisi

Revisi program ini dilakukan, apabila dalam pemakaian kondisi nyata

terdapat kekurangan dan kelemahan.

8. Finalisasi

Program hipotetik bimbingan melalui teknik layanan bimbingan belajar

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang telah dilakukan uji coba

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran

2012/2013 secara umum masih berada pada kategori sedang, artinya perilaku

siswa hanya sebatas cukup pada dorongan atau motivasi untuk melakukan

kegiatan belajar, dan belum menggambarkan karakteristik siswa yang selayaknya

harus mempunyai motivasi belajar tinggi untuk meraih keseimbangan sukses

akademik, karir dan persiapan masa depan.

Sudah ada program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan

motivasi belajar, tetapi belum secara khusus untuk mengembangkan motivasi

belajar siswa.

Rumusan program bimbingan belajar dinilai layak sebagai suatu kerangka

kerja layanan bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X

dengan merumuskan program terdiri dari dua bagian, yaitu: pedoman teoretik dan

pedoman pelaksanaan. Pedoman teoretik terdiri atas : (a) rasional; (b) asumsi; (c)

tujuan program; (d) sasaran program; (e) peran dan tugas konselor; (f) struktur

dan tahapan pelaksanaan program; (g) evaluasi dan indikator keberhasilan.

Pedoman pelaksanaan disusun berdasarkan: a) deskripsi; b) tujuan; f) SKLB.

Pedoman pelaksanaan merupakan panduan teknis bagi konselor dalam

(33)

Program ini efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dapat

dilihat dari peningkatan hasil skor yang diperoleh siswa.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian

ditujukan kepada pihak-pihak terkait, yaitu (1) pihak kepala sekolah, (2) guru

pembimbing, dan (3) penelitian selanjutnya.

1. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai penangung jawab kegiatan pendidikan di sekolah

secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas kepala

sekolah adalah mengkoordinasikan segenap kegiatan yang direncanakan,

diprogramkan dan yang berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran,

latihan, bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu,

harmonis dan dinamis. Program bimbingan dan konseling sekolah termasuk juga

dalam penelitian ini yaitu program bimbingan belajar untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Dengan profil motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandung

yang telah dijelaskan pada pembahasan program bimbingan belajar, ternyata

sangat penting bagi guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan layanan

bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu

(34)

dalam motivasi belajar dengan tujuan dapat menciptakan bimbingan yang

menyenangkan

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari

keterbatasan peneliti dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu,kepada

peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meningkatkan dan mengembangkan

motivasi yang sudah ada, dan perlu memberikan informasi-informasi baru yang

(35)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di

Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Publikasi Jurusan PPB – FIP – UPI

Alwisol. (2010). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

B. Uno, Hamzah (2007). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional : Penataan Pendidikan Profesional Konselor

dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal.

2008

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ediasri Toto Atmodiwirjo.(2008). Optimalisasi Perkembangan Anak. Depok.

Eitington, J. E. (1996). The Winning Trainer (Winning Ways to Involve People in

Learning. Third Edition. Texas: Gulf Publishing Company.

Furqon. (1997). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Hakim. T. (2000). Mengatasi Rasa Tidak Pecaya diri. Jakarta: Puspa Swara.

Gagne, R.M. (2004). The Codition of Learning. Thierd Edition. New York: Holt, Rinchart and Winstin Inc.

Gazda, G. M. (1997). Group Counseling A Developmental Approach. Boston: Allyn and Baron.

Goble, F. (1987). Mahzab Kaetiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius

Goleman, D. (1996). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Hall, C.S., Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 2; teori-teori holistik

(organismik-fenomenologis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hernowo. (2003). Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk

Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: MLC.

(36)

Hurlock, E.B. (1999). Develovmental Psycology A Life Span Approach. Fifth edition

Hurlock, E.B. (2003). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

J. J. Hasibuan dan Moedjiono. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Jhon W. Santrock, Perkembangan Anak, terjemahan Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti, ( Jakarta : Erlangga, 2007 )

—————(2011) Belajar Psikologi. [Online]. Tersedia: www.

belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar [7 November 2010]

Kartini Kartono. (2005). Patologi Sosial 2; Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

M Baitul Alim. 2009. (Online)

(http://www.psikologizone.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-anak/06511161, diakses 1 Juli 2011)

—————(2001). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta :

Erlangga.

M. Asrori. (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Ngalim Purwanto. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Nurihsan. J & Yusuf, S. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya

Prayitno, (1994). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.

Prayitno dan Erman Anti, (2004), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: P2LPTK Depdikbud

Prayitno. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Saifuddin Azwar. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa

(37)

Santrock. J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam) Jakarta: Erlangga

Sarlito Wirawan Sarwono, (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Schmidt. J. J. (1999). Counseling in School Essential Services and Comprehensive

Program. USA. Ally and Bacon

Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta

Sobur, Alex (2010). Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia

Sri Rumini & Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suhirman. Ilmu Jiwa Belajar. (Online)

(http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli, diakses 1 Juli 2011)

Sukardi, Dewa Ketut. (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

—————(2011) Bimbingan Belajar Peserta Didik. [Online]. Tersedia:

http://zaelaniqodir.blogspot.com [24 September 2012]

—————(2011) Definisi Lembaga Bimbingan Belajar. [Online]. Tersedia:

www. privatsurabaya.wordpress.com [24 September 2012]

—————(2011) Pengertian Belajar. [Online]. www.

ekozuardeyi.wordpress.com [24 September 2012]

—————(2011). Pengertian Definisi Bimbingan. [Online]. Tersedia: www.

carapedia.com [24 September 2012]

—————(2010) Makalah Motivasi Belajar. [Online]. Tersedia: www.

jawaposting.blogspot.com [27 Oktober 2011]

(38)

—————(2011).[Online]. Teori Motivasi Mcclelland. Tersedia: http://henny2011.wordpress.com [5 April 2011]

—————[Online]. Tersedia:

http://fred1607.wordpress.com/2009/12/15/teori-motivasi-mcclelland-teori-dua-faktor-hezberg/ [24 September 2012]

—————(2012). Motivasi Belajar. [Online]. Tersedia: www.

tkampus.blogspot.com [24 September 2012]

Sunarto & Agung Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta

Susan Bentham. Psychology and Education. London and New York.

Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Reaserch.Yogyakarta : Andi.

Syamsuddin, Abin. (2002). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Syamsuddin, Abin. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Syamsuddin, Abin. (2004). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Syaodih, Nana. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda

Walgito, Bimo. (2004). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset

Winkel, WS. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Winkel & Sri Hastuti (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Winkel & Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan Konseling Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : Gramedia

—————(2011). Pengertian Posisi dan Tujuan Bimbingan Konseling.

[Online]. Tersedia: www. hafismuaddab.wordpress.com [6 Desember 2012]

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
gambaran tentang motivasi
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
gambaran tentang motivasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengtan memberi kesempatan kepada siswa

“Pengembangan Konten E-learning Berbasis Edmodo Pada Materi Gerak Lurus Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa di SMA Muhammadiyah 2

TC dimulai dari grafik FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Ketika itu perusahaan belum berproduksi maka biaya total

Penegakan hukum HKI di Indonesia terbukti belum efektif yang terlihat dengan beberapa indikator yaitu: (1) masih maraknya peredaran produk bajakan di sekitar kita;

Tabel 4.15 Perilaku Menyontek Saat Menyelesaikan Tugas di Luar Kelas 75 Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Setiap Item Pernyataan Perilaku Menyontek Saat Menyelesaikan

Jika Saudara bersedia menjadi responden dan dilakukan pengukuran kualitas tidur, maka saya mohon untuk menandatangani persetujuan dan mengisi kuesioner yang

proses pembelajaran. Analisis dari hasil belajar peserta didik bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang

Judul Tesis : Pengembangan Pengelolaan Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Situs Pada Anak Tuna Grahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Sukoharjo Klaseman Gatak