• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DI LINGKUNGAN MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA SUKABUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DI LINGKUNGAN MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA SUKABUMI."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DI LINGKUNGAN

SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Oleh

Tuti Farhan

0705200

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

(3)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di

Lingkungan Sekolah Madrasah Aliyah

Negeri 1 Kota Sukabumi

Oleh Tuti Farhan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan

© Tuti Farhan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

TUTI FARHAN

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DI LINGKUNGAN

SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Juang Sunanto, M.Ed

NIP. 196105151987031002

Pembimbing II

Drs. Zulkifli Sidiq, M.Pd

NIP.196010151987101001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M. Pd

(5)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

(6)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

TUTI FARHAN (2013). Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Lingkungan Madrasah Aliyah Negeri Kota Sukabumi.

Manusia dalam hidup bermasyarakat akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Seperti halnya individu lain, siswa tunanetra memiliki potensi yang sama dalam berbagai aspek kehidupan sebagai bekal yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, siswa tunanetrapun memiliki kecenderungan untuk berkembang dan mencapai kematangan dalam bentuk perilaku sosialnya. Bagi siswa tunanetra yang berada dalam komunitasnya seperti di lingkungan sekolah luar biasa bagian tunanetra, melakukan interaksi sosial bukanlah masalah. Penelitian dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimanakah proses interaksi sosial siswa tunanetra yang terjadi antara siswa awas, guru, kepala sekolah, dan staf sekolah? 2) Bagaimanakah bentuk interaksi sosial siswa tunanetra yang terjadi antara siswa awas, guru, kepala sekolah, dan staf sekolah? 3) Permasalahan-permasalahan apakah yang terjadi ketika siswa tunanetra melakukan interaksi sosial? 4) Bagaimanakah upaya siswa dalam mengatasi permasalahan-permasalahan interaksi sosial?

Penelitian dilakukan terhadap 1 siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi. Pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriftif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi, dan teknik pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu 1) reduksi data, 2) display data, dan 3) penarikan kesimpulan

Hasil penelitian menggambarkan (1) proses interaksi siswa tunanetra dengan siswa awas, guru, kepala sekolah, dan staf sekolah berlangsung baik(2) bentuk interaksi sosial siswa tunanetra dengan siswa awas, guru, kepala sekolah, dan staf sekolah cukup mampu melakukannya dengan baik(3) secara umum permaslahan yang terjadi meliputi proses sosial(4) upaya dalam mengatasi semua permaslahan yang terjadi siswa tunanetra terus berusaha memperbaiki.

Rekomendasi yang diajukan adalah (1) bagi guru, pembelajaran yang lebih kondusif dengan menggunakan media yang maksimal(2) bagi lembaga sekolah lebih dekat dengan siswa tunanetra(3) bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih mendalam tentang interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah umum.

(7)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

(8)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

(9)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Teknik Pengumpulan Data ... 25

D. Pengujian Keabsahan Data ... 28

E. Tahap-tahap penelitian ... 31

F. Analisa Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Rekomendasi ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

(11)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam hidup bermasyarakat akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Dalam menjalani kehidupan, setiap orang memiliki harapan-harapan terhadap orang lain, terutama yang terdekat dengan dirinya, harapan diterima, harapan untuk dibahagiakan, harapan untuk selalu membantu, harapan untuk saling berbagi dan harapan-harapan lainnya. Dengan bersosialisasi maka harapan-harapan itu bisa terwujud karena adanya proses interaksi.

Menurut Boner (Gerungan, 2004:23) adalah “Suatu hubungan antara dua

atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain, atau sebaliknya”. Dengan

demikian, interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antar kelompok dengan kelompok, antara individu dengan kelompok. Berinteraksi dengan lingkungan merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial seperti diungkapkan oleh Plato, bahwa manusia secara potensial (fitrah) dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Untuk mewujudkan potensi tersebut, manusia harus berinteraksi dengan lingkungan manusia-manusia lain. Ungkapan tersebut ditujukan kepada manusia secara keseluruhan tidak dibatasi dengan manusia tertentu.

(12)

2

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebayanya yang awas di sekolah umum. Dalam Tarsidi (2009:29) menunjukkan bahwa anak tunanetra menghadapi banyak tantangan dalam interaksi sosial dengan sebayanya yang awas. Agar efektif dalam berinteraksi sosial, perlu adanya keterampilan-keterampilan tertentu termasuk kemampuan untuk membaca dan menafsirkan sinyal sosial untuk bertindak dengan tepat dalam merespon sinyal tertentu.

Jenis gangguan penglihatan secara garis besar di bagi dua yaitu buta(blind) dan kurang awas (low vision). Bagi seseorang yang buta, dunia ini terasa gelap, sedangkan bagi seseorang yang kurang awas, bagai hidup di dua dunia yaitu antara melihat dan tidak. Bagi keduanya (buta dan kurang awas) kerusakan organ mata dan terganggunya fungsi penglihatan akan memberikan berbagai dampak. Setidaknya ada empat bidang perkembangan yang dipengaruhi sebagai dampak kehilangan penglihatan yaitu: (1) perkembangan sosial dan emosi, (2) perkembangan bahasa, (3) perkembangan kognitif, serta (4) perkembangan orientasi dan mobilitas.

Walaupun kadar dampak pada setiap penyandang tunanetra akan berebeda karena hal-hal tertentu, tetapi hasil penelitian para ahli menyatakan hal serupa. Seperti yang diungkapkan Lowenfield (Kingsley, 1999:7) bahwa ketunanetraan mangakibatkan keterbatasan yang serius dalam: (1) sebaran dan jenis pengalaman anak, (2) kemampuannya untuk bergerak di dalam lingkungannnya, dan (3) interaksi dengan lingkungannya.

Tanpa penglihatan yang jelas, anak mengalami kesulitan dalam menciptakan sebuah peta mental lingkungan. Ketidakpastian tentang lingkungannya dapat mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri dalam mengeksplorasi lingkungan.

(13)

3

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebaya atau orang dewasa lainnya.

Bila anak-anak barenjak lebih besar, mereka memerlukan keterampilan untuk memprakasai dan memelihara hubungan sosial. Jika bahasa tubuh mereka tidak sesuai dengan bahasa tubuh teman-temannya, mereka mungkin akan mengalami kesulitan dalam sosialisasi. Sebagaimana dikemukakan Kingley(1999:31) bahwa:

Nuansa bahasa tubuh yang luwes, yang terintegrasikan ke dalam pola perilaku sebagaimana yang dapat kita amati pada anak awas pada umumnya, sangat kontras dengan bahasa tubuh yang terkadang sangat kaku yang dapat kita amati pada banyak tunanetra.

Bahkan pada remaja tunanetra tertentu sulit menghilangkan perilaku kebiasaan yang tidak pada tempatnya atau blindism yang berkembang pada masa kanak-kanak. Perilaku stereotipik (yang sering disebut mannerism atau blindism), adalah gerakan-gerakan khas yang menjadi kebiasaan yang sering tak disadari, seperti menggoyang-goyangkan tubuh, menekan-nekan bola mata, bertepuk-tepuk, yang di luar konteks.

Siswa yang berinisial AM ini belajar di kelas reguler bersama-sama siswa awas. Sietem tersebut disebut dengan model integrasi memungkinkan berbagai alternatif penempatan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus siswa tunanetra. Selanjutnya, perkembangan terkini dari model pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus termasuk siswa tunanetra adalah pendidikan inklusif yang sering ditegaskan dalam pernyataan Salamanca pada Konferensi dunia tentang pendidikan Berkelainan bulan juni 1994 bahwa prinsip mendasar dari pendidikan inklusif adalah selama memungkinkan semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.

(14)

4

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

belajar terbaik bagi setiap siswa berkebutuhan khusus, tetapi mungkin merupakan lingkungan yang sangat baik bagi semua yang mampu memetik keuntungan darinya. Hal itu memberi kesempatan bagi siswa berkebutuhan khusus untuk berhubungan dengan teman sebayanya dan mempersiapkan semua siswa untuk menghadapi keragaman.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Interaksi

Sosial Siswa Tunanetra di Lingkungan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 kota

Sukabumi?”

a. Bagaimanakah proses interaksi sosial siswa tunanetra yang terjadi dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi?

b. Bagaimanakah bentuk interaksi sosial siswa tunanetra yang terjadi dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi?

c. Permasalahan-permasalahan apakah yang terjadi ketika siswa tunanetra melakukan interaksi sosial dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi?

d. Bagaimanakah upaya siswa dalam mengatasi permasalahan-permasalahan interaksi sosial dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(15)

5

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Lingkungan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi.

2. Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk memperoleh gambaran tentang proses interaksi sosial siswa tunanetra yang terjadi dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi

b. Untuk memperoleh bentuk interaksi sosial siswa tunanetra dengan siswa awas, guru, staf sekolah, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi.

c. Untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika siswa tunanetra melakukan interaksi sosial dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 kota Sukabumi. d. Untuk memperoleh gambaran tentang upaya siswa dalam

mengatasi permasalahan interaksi sosial dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri.

(16)

6

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Lingkungan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi

b. Secara Praktis

1) Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru dalam mengatasi permasalahan-permasalahan mengenai Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Lingkungan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi.

(17)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi yang berlokasi di Jalan Pramuka No 04 Kota Sukabumi. Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi berdiri diawali dengan perjuangan para tokoh Agama Islam yang sangat gigih dan dukungan Pemerintahan daerah, pada tahun 1983 Kota Sukabumi memiliki Lembaga pendidikan Islam tingkat Madrasah Aliyah. Status Madrasah Aliyah Sukabumi masih fillial MAN Pacet Cianjur. Berkat pengabdian para pendidik yang dikepalai Drs. H. Iskandar, Madrasah Aliyah Sukabumi tetap eksis dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana lembaga pendidikan lainnya. Walaupun belum memiliki gedung sendiri dan menempati MI Kodim Lama. Pada tahun 1985 Tempat pembelajaran pindah ke MTs Warudoyong dan pada tahun 1986 berpindah lagi menempati SD Benteng Taman Bahagia. Dengan keuletan dan pengorbanan yang tak ternilai akhirnya pada tahun 1991 memiliki gedung sendiri dana dari Departemen Agama Pusat.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi, memliki tiga jurusan yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Bahasa Arab. Jumlah peserta didiknya 235 siswa, guru 30 orang, staf sekolah 6 orang, dan Kepala Sekolah 1orang.

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2008:4) penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(18)

25

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

masalah yang diteliti merupakan fenomena yang terjadi di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Denzim dan lincoln (Moleong, 2008:5) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Melalui pendekatan kualitatif, peneliti bermaksud mengungkapkan secara deskriftif bangaimanakah siswa tunanetra berinteraksi sosial dengan siswa awas, guru, kepala sekolah, dan staf sekolah dilingkungan sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi.

Disamping itu penelitian ini berupaya untu memaparkan fenomena sosial secara detail dan mendalam, sehingga penelitian ini berorientasi pada proses dari suatu gejala dan bukan pada hasil atau kesimpulan yang pasti.Krik dan Miller (Moleong, 2006:4)

Mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa peneliti sendiri yang menjadi instrumen dalam upaya mengumpulkan informasi sebagai data yang akan diteliti, sedangkan instrumen lainnya hanya sebagai pelengkap.

Mardalis (Enjang, 2004:27) menyatakan bahwa: penelitian deskriftif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Dan penelitian ini tidak menguji hipotesa atau menggunakan hipotesa, melainkan hanya mensdiskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

(19)

26

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan terjadinya komunikasi secara verbal antara pewawancara dan subjek yang diwawancara. Wawancara yang mendalam dengan responden dilakukan dalam bentuk tanya jawab dan diskusi. Dalam wawancara ini peneliti meminta agar informan memberikan informasi sesuai dengan yang dialami, diperbuat dan dirasakan, atau pernah diketahui yang mengarah kepada interaksi sosial siswa tunanetra dengan siswa awas, guru, staf sekolah dan kepala sekolah.

Dalam wawancara ini peneliti bebas mengungkap informasi sesuai dengan tujuannya yaitu menemukan kondisi alamiah serta permasalahan-permasalahannya secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta informasi, pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Wawancara dilakukan dengan face to face atau tatap muka langsung dengan informan. Sehingga terjadi kontak pribadi dan melihat langsung kondisi informan.

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau nara sumber data, peneliti menggunakan alat-alat sebagai berikut :

1. Buku catatan, berfungsi untuk menuliskan semua percakapan dengan sumber data

2. Tape recorder, berfungsi untuk merekam semua percakapan dengan sumber data

3. Camera foto untuk memotret bila peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan atau sumber data.

Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka digunakan pedoman wawancara yang merupakan pokok-pokok pertanyaan yang diangkat dari fokus penelitian. Fokus dari wawancara yang dilakukan mengarah pada :

(20)

27

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Kerjasama 2. Persaingan 3. Pertikaian C. Permasalahan

D. Upaya mengatasi masalah

Format pertanyaan wawancara terdiri dari :

1. Format 1 untuk subjek (siswa tunanetra) (terlampir) 2. Format II untuk siswa awas (terlampir)

3. Format III untuk guru (terlampir)

4. Format IV untuk staf sekolah (terlampir) 5. Format V untuk kepala sekolah (terlampir)

Informan yang akan diwawancara oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar informan

No Informan Jumlah Orang 1 Siswa tunanetra 1 orang

Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam observasi partisipatif (partisivatory

observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,

(21)

28

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan tidak ikut dalam kegiatan.

Menurut Nasution dalam Sugyono (2008:310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Marshall dalam Sugyono (2008:310) menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non-partisipatif untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan interaksi sosial siswa tunanetra dengan siswa awas, guru, staf sekolah dan kepala sekolah. Dalam observasi non-partisipatif ini, peneliti hanya mengamati fenomena-fenomena alamiah yang terjadi selama observasi tanpa ikut terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti hanya melihat tingkah laku yang ditampilkan oleh siswa tunanetra secara alami yang berkaitan dengan interaksi sosial. Jika perlu, pengamatan dilakukan secara diam-diam, agar subjek tidak merasa sedang diamati sama sekali. Hal ini dilakukan agar diperoleh data yang benar-benar alamiah dan apa adanya, tanpa ada intervensi apapun dari peneliti.

Dalam observasi ini peneliti hanya mengamati satu aspek, yaitu perilaku keseharian tunanetra dalam kaitannya dengan interaksi sosial siswa tunanetra dengan siswa awas, guru, staf sekolah dan kepala sekolah.

c) Studi Dokumentasi

(22)

29

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang telah diperoleh sebelumnya. Dokumentasi dilakukan selama proses pengumpulan data dilakukan, baik dengan menggunakan tape recorder, kamera, atau catatan. Dokumentasi ini tentunya didhului dengan meminta persetujuan dari sumber data.

D. Pengujian Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data menggunakan kriteria derajat kepercayaan (credibility). Moleong (2010: 324) menjelaskan bahwa:

Penerapan kriterium derajat kepercayaan(kredibitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi pertama, melaksanakan inkuiri, sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Pencapaian keabsahan data kriteria derajat kepercayaan atau kredibilitas dapat digunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan/ keajegan pengamatan, (3) triangulasi, (4) pengecekan teman sejawat, (5) kecukupan referensi, (6) kajian kasus negatif, dan (7) pengecekan anggota. (Moleong, 2010: 327). Untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan pemeriksaan keabsahan data, maka peneliti hanya menggunakan tiga dari tujuh cara yang ada yaitu: (1) ketekunan pengamatan, (2) triangulasi data, (3) pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi.

1. Ketekunan Pengamatan

(23)

30

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mungkin pada kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya. Berbagai informasi atau data yang ada, baik yang dianggap penting ataupun kurang penting selalu dianalisa secermat mungkin.

2. Triangulasi

Moleong (2010:30) mengatakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu”.

Triangulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. (Patton, 1987 dalam Moleong, 2010:330).

Triangulasi dengan sumber dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan orang disepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Pada penelitian ini triangulasi sumber hanya membandingkan hasil wawancara dengan pengamatan, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

3. Pemeriksaan Teman Sejawat

(24)

31

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang dianggap mampu memberikan masukan terhadap penelitian ini, diantaranya yaitu:

a. Diskusi dengan Guru di MAN 1 Kota Sukabumi

Diskusi dengan dosen atau guru di MAN 1 Kota Sukabumi juga dapat dijadikan salah satu tempat untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh oleh peneliti. Karena dosen PLB dan guru dianggap memiliki kompetensi dan pengetahuan yang lebih dalam mengenai penelitian yang dilakukan

b. Diskusi dengan Rekan Mahasiswa

Diskusi dengan rekan mahasiswa jurusan PLB khususnya spesialisasi tunanetra dapat dilakukan sebagai proses pengujian keabsahan data yang diperoleh oleh peneliti.

E. Tahap-tahap Penelitian

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun Rancangan Penelitian.

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian. Intinya berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan dalam bentuk proposal penelitian yang diajukan ke Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI. Kemudian proposal penelitian tersebut diseminarkan.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Proses pemilihan latar penelitian dalam penelitian ini diawali dengan data yang ditemukan oleh peneliti di MAN 1 Kota Sukabumi.

(25)

32

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengurusan perizinan yang bersifat administratif, dilakukan mulai dari tingkat jurusan, fakultas, universitas, BPPM, sampai Departemen Agama Kota Sukabumi.

d. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas, dan mempermudah kegiatan pengumpulan data di lapangan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan instrument penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman observasi.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian

1) Pembatasan penelitian. Pemahaman latar penelitian menjadi sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan data menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus berada, yaitu hanya di lokasi MAN 1 Kota Sukabumi. 2) Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat

memperhatikan penampilan. Karena lokasi penelitian ini di sekolah, maka peneliti juga berusaha untuk tampil dengan sopan dan formal. 3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat

pengamatan langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh keakraban, tanpa mengubah situasi yang terjadi pada latar penelitian dan perilaku alami yang ada di lokasi penelitian.

4) Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu penelitian di lapangan selama dua minggu, diharapkan dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai data penelitian dapat terkumpul dengan baik.

(26)

33

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lingkungan penelitian selalu berusaha dijaga oleh peneliti. Agar mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang diinginkan.

2) Peranan peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada dilokasi penelitian tidak besar. Karena penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa berperan serta, sehingga peneliti menghindari peran serta langsung karena dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di lokasi penelitian.

c. Berperan serta dan Mengumpulkan Data

1) Pengarahan Batas Studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah pada fokus penelitian yang akan diteliti, yaitu mengenai interaksi sosial siswa tunanetra di lingkungan sekolah Madrasah Aliyah Negeri kota Sukabumi. 2) Mencatat data. Mencatat data yang ada di lokasi penelitian

dilakukan peneliti pada saat dan sesudah berlangsungnya penumpulan data, baik pada saat wawancara maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung.

E. Analisis Data

Bogdan & Biklen, 1982 (dalam Moleong, 2010: 248) menyatakan bahwa: Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya, menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(27)

34

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992, dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:209-210) yang mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan dari awal sampai akhir penelitian.

Pada tahap ini data yang telah dicatat melalui berbagai sumber baik dengan tekhnik wawancara, observasi maupun studi documenter direduksi atau dirangkum dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci kemudian dicari hal yang penting, sehingga ditemukan makna dalam konteks masalahnya. Reduksi data dimulai dengan membuat ringkasan atau rangkuman dari setiap data agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman ini kemudian dikelompokkan atau disusun berdasarkan kategori dari permasalahan yang diteliti. Data yang sudah ditata berdasarkan kategori ini kemudian dipilah-pilah, data yang tidak relevan dengan aspek penelitian dibuang.

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data ini bertujuan agar data terorganisir, tersusun dalam pola yang berhubungan, sehingga akan lebih mudah untuk dipahami Penyajian data dalam penelitian ini dengan teks yang bersifat naratif dan tabel.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

(28)

35

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesimpulan tidak terlepas dari kegiatan verifikasi selama penelitian berlangsung dan dilakukan secara terus menerus.

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap,

(29)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Proses Interaksi Sosial antara AM dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah berlangsung cukup baik, hanya saja dalam kontak sosial dan komunikasi ada sedikit masalah yaitu AM kurang mampu untuk memulai percakapan, mengakhiri percakapan dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dahulu.

2. Bentuk Interaksi Sosial terdiri dari kerjasama, persaingan, dan pertikaian. Dalam bekerjasama dengan siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah AM cukup mampu melakukannya dengan baik walaupun untuk bekerjasama dengan beberapa guru dan kepala sekolah AM belum mampu melakukannya dengan baik. Persaingan dengan siswa awas didalam kelas, ketika KBM berlangsung AM belum cukup mampu melakukan persaingan dikarenakan ketika KBM guru kurang memberikan kesempatan kepada AM dan materi yang disampaikan tidak disertai dengan media yang relevan. Persaingan dengan guru, staf sekolah, dan kepala sekolah tidak pernah terjadi, dikarenakan AM dengan guru, staf sekolah, dan kepala sekolah tidak terlalu dekat.

Pertikaian tidak pernah terjadi pertikaian antara AM dengan siswa awas,

guru, staf sekolah, dan kepala sekolah.

(30)

53

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Upaya siswa dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah adalah terus berusaha untuk mengatasinya dengan cara ikut bergabung dengan siswa awas teman sekelas, guru, kepala sekolah, dan staf supaya mampu berinteraksi dengan semua kalangan yang ada di lingkungan sekolah. Terus belajar mengejar ketinggalan dalam hal proses kegiatan belajarbelajar.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru

Bagi guru, diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif, sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan media pembelajaran secara maksimal tentu dapat memudahkan siswa dalam mendapatkan pemahaman yang menyeluruh

2. Bagi Lembaga (Sekolah)

Dalam menyikapi kondisi siswa yang beragam, pihak Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi harus mengupayakan berbagai hal yang baik dalam mengembangkan interaksi sosial antara siswa awas, guru, staf sekolah, dan kepala sekolah. Hal itu di wujudkan untuk mendekatkan hubungan antara sekolah dengan siswa khususnya siswa yang memeliki hambatan penglihatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(31)

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 54

Daftar Pustaka

Enjang. (2004). Perilaku Sosial Siswa Tunanetra yang Belajar Bersama Siswa

Awas di SLBN A citeureup Cimahi. Skripsi pada PLB UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Gerungan, W. A. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Refika Aditama.

Gumilar, Redy. (2010). Pengajaran Keterampilan Penggunaan Tongkat oleh

Guru Orientasi dan Mobilitas (O&M) pada Siswa Tunanetra di Kelas I SDLBN- A Bandung. Skripsi PLB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Haryanto, D dan Nugrohadi, E. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishing.

Hosni, Irham. (Tanpa tahun). Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hosni, I. (2003). Pembelajaran Adaftif Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Kartini, K. (1995). Patologi Sosial 2. Jakarta: Erlangga.

Kingsley, M. (1999). “The Effects of a Visual Loss”. In Masson, H & McCall,

S. (Eds). (1999). Visual Impairment: Acces to Educations for Children and Young People. London: David Fulton Publishers.

(32)

55

TUTI FARHAN, 2013

INTERAKSI SOSIAL SISWA TUNANETRA DILINGKUNGAN SEKOLAH MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Moleong. Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kuliatatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong. Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kuliatatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhaimin Akhmad. (2010). Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak. Jogjakarta: Kata Hati.

Nawawi, A. dan Djadaja, R. (2008). Materi Orientasi dan mobilitas. Bandung: PLB UPI Bandung.

Nazsir, Nasrullah. (2008). Sosiologi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Santoso, Slamet. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sobariah, O. (2005) Kecenderungan Perilaku Sosial siswa Di Sekolah Di

Telaah dari Pola Asuh Orang Tua. Skipsi PPB UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Soekanto, Soerjono. (1994). Konsep-Konsep Dasar dalam Sosiologi. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunanto, Juang. (2005). Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan

(33)

56

Tarsidi. Didi. (2009). Kompilasi Materi Perkuliahan Pendidikan Tunanetra. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wulansari, Dewi. (2009). Sosiologi Konse[ dan Teori. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, Syamsu. (2004). Pengembangan Diri. Bandung: UPTLBK UPI.

Gambar

gambaran tentang Interaksi Sosial Siswa Tunanetra di Lingkungan
Tabel 3.1 Daftar informan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil telaah dokumen Surat Per- janjian Kontrak Kerja perawat Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabu- paten Hulu Sungai Tengah

Selain itu pemberian bahan makanan yang berupa pellet mengandung nutrisi yang lengkap yang disesuaikan dengan kebutuhan ikan, selain itu jumlah kandungan

Mahasiswa memahami konsep dari grafik komputer dan oleh citra, serta hubungan antara keduanya.. Mahasiswa memahami perkembangan implementasi dri grafik komputer dan

 Dua atau lebih kompresor udara harus dipasang dan memiliki kapasitas total, bersama- sama dengan kompresor topping-up di mana dipasang yang mampu menerima udara dalam waktu 1

Jadwal Penyelenggaraan pemilihan Gubemur dan wak Gubernur, Bupati dan wakil Bupati, dan/atau walikota dan wakil walikota Tahun 2017 menyebutkan bahwa tanggal 22 NIet

Dalam upaya perubahan itulah peran bimbingan konseling tampak, bimbingan sendiri diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu dalam mencapai

Dalam penelitian ini, menggunakan metode AOP dengan kombinasi UV dan H 2 O 2 yang digunakan untuk menurunkan kadar warna Indigo (CI. Vat Blue 1) dalam air limbah industri