INTERNALISASI
AJEN ATIKAN
MELALUI
KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK BUHUN
UNTUK MEMBINA KESALEHAN BUDAYA
(Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan
Dalam Bidang Pendidikan Umum dan Nilai Konsentrasi Pendidikan Nilai
Promovendus:
Nia Dewi Mayakania 0907725
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM DAN NILAI
SEKOLAH PASCASARJANA
==================================================================
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S3
==================================================================
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun
Untuk Membina Kesalehan Budaya
(Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Oleh
Nia Dewi Mayakania
S.Kar. STSI Surakarta, 1986 M.Hum. UGM Yogyakarta, 1993
Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Prodi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana UPI Bandung
© Nia Dewi Mayakania 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lembar Persetujuan Disertasi
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI
UNTUK DIAJUKAN MENGIKUTI UJIAN TAHAP II
Promotor Merangkap Ketua
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd. NIP. 194902271977031002
Ko-promotor Merangkap Sekretaris
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 196203161988031003
Anggota
Dr. Sukanta, S.Kar., M.Hum. NIP. 196209171989031002
Mengetahui Ketua Program Studi
Pendidikan Umum
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 196203161988031003
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Internalisasi Ajen Atikan dan Kerangka Pendidikan 13
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
3. Jenis-jenis Kawih 33
a. Kawih kepesindenan 33
b. Kakawihan Kaulinan Barudak buhun (KKBb) 37
c. Kawih Wanda Anyar 38
1). Kawih Kaulinan Barudak Wanda Anyar (KKBa) 38
2). Kawih Wanda Anyar Remaja 40
3). Kawih Wanda Anyar Dewasa 41
d. Kawih Degung Tradisi 42
e. Kawih Panambih Tembang Cianjuran 43
C. Studi KKBb dalam Tinjauan Pendidikan Umum 44
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 85
B. Subjek Penelitian 85
C. Pendekatan Penelitian 85
D. Metode Penelitian 86
E. Instrumen Penelitian 88
F. Teknik Pengembangan Instrumen 89
G. Teknik Pengumpulan Data 90
H. Teknik Analisis Data 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 96
1. Profil Komunitas Hong 96
a). Sekilas Riwayat Sang Penggagas 96
b). Sejarah Pendirian dan Perkembangan Komunitas Hong 98
2. Isi dan struktur KKBb 103
a). Isi KKBb dalam konteks sosial budaya dan pendidikan 103
b). Struktur KKBb 121
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2). Rangkuman ajen atikan 150
x
B. Pembahasan 153
1. Proses Internalisasi Ajen Atikan 153
2. Strategi Internalisasi Ajen Atikan 176
3. Faktor Pendorong dan Penghambat 200
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 204
1. Kesimpulan Umum 204
2. Kesimpulan Khusus 209
B. Rekomendasi 209
DAFTAR PUSTAKA 211
LAMPIRAN-LAMPIRAN 219
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Hal
1. 2.1. Perbandingan Sistem Pembelajaran 67
2. 4.1. Analisis unsur Musikal 149
3. 4.2. Analisis unsur Bahasa dan Sastra 151
4. 4.3. Analisis unsur Permainan 152
5. 4.4 7 unsur kebajikan berdasarkan Borba 168
6. 4.5 15 karakter menurut Fakry 170
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Hal
1. 2.1. Tahap pencapaian kesalehan budaya 24
2. 2.2. Alur Pembelajaran 47
3. 2.3. Bagan Strategi Internalisasi 83
4. 2.4. Bagan Kerangka Berpikir 84
5. 3.1. Model Induktif dalam Penelitian Kualitatif 88
6. 3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi wawancara 92
7. 3.3. Alur Penelitian KKBb 95
8. 4.1. Mohamad Zaini Alif 97
9. 4.2. Baligho Komunitas Hong 101
10. 4.3 Beragam Permainan Anak-anak 102
11. 4.4. Sebagian Anak-anak Komunitas Hong 102
12. 4.5. Taksonomi Seni 105
13. 4.6. Anak pria bermainTokecang 112
14. 4.7 Pertunjukan dog-dog dan angklung di CFD 119
15. 4.8. Permainan dog-dog dan angklung di Jln. Naripan 119
16. 4.9. Anak-anak sedang bermain Slepdur 123
17. 4.10. Anak-anak sedang bermain Perepet Jengkol 125
18. 4.11. Anak-anak sedang bermain Ayang-ayang Gung 129
19. 4.12. Anak-anak sedang bermain Tokecang 131
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
21. 4.14. Anak-anak sedang bermain Ambil-ambilan 138
22. 4.15. Anak-anak sedang bermain Ucang Angge 140
23. 4.16. Anak-anak sedang bermain Paciwit-ciwit Lutung 142
24. 4.17. Anak-anak sedang bermain Oray-orayan 145
25. 4.18. Anak-anak sedang bermain Hom Pim Pah 148
xiii
26. 4.19. Anak-anak sedang bermain Suten 148
27. 4.20. Permainan Kerkeran 157
28. 4.21. Permainan Panggal (gaasing) 157
29. 4.22. Permainan Kukuyaan 158
30. 4.23. Sajian makanan tradisional 159
31. 4.24. Upacara Buka Leuit 161
32. 4.25 Bagan Strategi Internalisasi 173
33. 4.26 Perminan Jajankungan (egrang) 179
34. 4.27. Permainan Rorodaan 179
35. 4.28. Permainan Wawayangan 179
36. 4.29. Bagan Internalisasi 182
37. 4.30. Pola Tritangtu 186
38. 4.31. Perkembangan dan organisasi sikap individu 196
39. 4.32. Membersihkan aarena bermain 197
40. 4.33. Menyapu air hujan 198
41. 4.34. Bersosialisasi 198
42. 4.35. Bersiap menyapu 199
43. 4.36. Beramah tamah dengan pengunjung 199
44. 4.37. Kebersamaan 200
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Hal
1. 1. Wawancara 219
2. 2. Foto-foto 243
3. 3. Rumpaka lagu-lagu KKBb 261
4. 4. Plakat dan sertifikat penulis
5. 5. Artikel-artikel Koran
6. 6. Piagam-piagam Komunitas Hong
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nia Dewi Mayakania
Internalisasi Ajen Atikan melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun
untuk Membina Kesalehan Budaya
(Studi pada Komunitas Hong di Dago Pakar-Bandung)
ABSTRAK
Disertasi ini merupakan hasil penelitian tentang internalisasi ajen atikan melalui Kakawihan Kaulinan Barudak buhun (KKBb), yang dilakukan oleh Komunitas Hong di Dago Pakar Bandung. Penelitian ini melibatkan sejumlah anggota Komunitas Hong yang terdiri atas sejumlah anak, pimpinan, pembimbing, orang tua, juga pengunjung. Masalah inti yang diangkat dilatarbelakangi oleh banyaknya indikator yang menunjukkan degradasi nilai moral generasi muda khususnya anak-anak. Fenomena ini diantisipasi oleh Komunitas Hong dengan menanamkan ajen atikan melalui KKBb. Pertanyaan penelitian yang mengemuka adalah (a). bagaimanakah profil Komunitas Hong ? (b). bagaimanakah isi dan struktur KKBb itu ? (c). bagaimana proses internalisasi yang dilakukan ? (d). bagaimana strategi internalisasinya ?, dan (e). apa saja yang menjadi faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam upaya proses internalisasi tersebut ? Beberapa teori yang dirujuk, di antaranya: Teori Pendidikan, Teori Bermain; Teori Membangun Kecerdasan Moral; Teori Fungsi Seni; Teori Estetika & Filosofi Budaya; Teori Karawitan & Sastra. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Adapun pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Proses analisis data dilakukan melalui reduksi data, display data, dan konklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam konteks sosial budaya, KKBb memiliki fungsi yang dominan di dalam membangun kehidupan manusiawi. Secara praktik, proses internalisasi ajen atikan yang berpijak pada konsep Komunitas Hong: mengenal alam, mengenal lingkungan, dan mengenal Tuhan, dilakukan dengan upaya memperkenalkan, memahami, dan mengajarkan KKBb melalui cara pembiasaan dan keteladanan. Sementara strategi internalisasi ajen atikannya dilakukan melalui upaya: mengaktifkan ranah afektif, membina perilaku positif secara berulang-ulang, dan upaya transfer nilai dengan cara yang pasti, kontinyu, pelan-pelan, sedikit demi sedikit, dalam nuansa kebersamaan dan kekeluargaan. Adapun ajen atikan (nilai-moral) yang diinternalisasikan, berkisar pada penanaman ajen atikan yang pada dasarnya berupa nilai-nilai kebaikan seperti : kejujuran, kedisiplinan, kepatuhan, keindahan, kebersamaan, toleransi, tenggang rasa, tanggung jawab, kepemimpinan, kesadaran, kearifan, kekuatan fisik, sportifitas, dan lain sebagainya. Ajen atikan ini pada dasarnya merupakan the hidden curriculum yang terintegrasi secara langsung di dalam seluruh unsur KKBb yang meliputi unsur musikal, unsur bahasa dan sastra, juga unsur permainan. Faktor pendorong dan penghambat di dalam upaya ini, berupa faktor-faktor yang muncul dari dalam (bersifat intern) dan dari luar (bersifat extern). Faktor-faktor ini pada dasarnya menjadi stimulus terhadap keberadaan KKBb itu sendiri sebagai media pendidikan nilai.
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kata kunci: ajen, atikan, kakawihan, kaulinan, barudak, buhun.
Nia Dewi Mayakania
Internalisasi Ajen Atikan melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun untuk Membina Kesalehan Budaya
(Studi pada Komunitas Hong di Dago Pakar-Bandung)
ABSTRACT
This study is the result of research on the internalization of ajen atikan (education values) through KKBb conducted by Komunitas Hong at Dago Pakar Bandung. This research involves a number of members of the Komunitas Hong which consists of a number of children, leaders, coaches, parents, and also visitors.
The core issue raised is motivated by many indicators that show the moral degradation of the younger generation, especially children. This phenomenon was anticipated by Komunitas Hong to instill ajen atikan through KKBb. The research questions which arise are (a). how the profile of Komunitas Hong ? (b). how the contents and structure of KKBb ? (c). how the internalization process ? (d). how the internalization strategy? and (e). what are the factors driving and inhibiting the efforts of the internalization process? Several theories used are: educational theory, the theory of play, theory of building moral intelligence, the theory of the function of art, aesthetic and philosophy of cultural theory, musical and literary theory. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. The data collection is done through library research, documentation studies, and field research. The process of data analysis is done through data reduction, data display, and conclusion.
The results showed that in the socio-cultural context, KKBb has a dominant function in building a human life. Practically , the ajen atikan internalization process is based on the concept of Komunitas Hong; knowing the nature, knowing the culture, knowing the God. The KKBb’s values is thought through habituation and exemplary system. While the ajen atikan internalization strategies made through efforts to activate the affective domain, to foster positive behavior repeatedly, and the transfer of value in a certain way, continuous, slowly, step by step, in shades of togetherness. As for ajen atikan (moral values) that learned revolves around the planting ajen atikan which is essentially virtues such as honesty, discipline, obedience, unity, tolerance, responsibility, dexterity, leadership, awareness, wisdom, physical strength, sportsmanship, and so on. Basically, the values are the hidden curriculum that is integrated directly in the whole element of KKBb such as musical elements, elements of language and literature, as well as elements of the game. The driving and inhibiting factors, in this effort, comes from within (internal ), and from outside ( extern). These factors essentially becomes a stimulus to the existence of the KKBb itself as a medium of values education.
Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keywords: ajen, atikan, kakawihan, kaulinan, barudak, buhun.
1 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masyarakat Sunda adalah sebuah etnis yang berada di belahan bumi Indonesia.
Sebagai salah satu etnis, masyarakat Sunda tentu saja memiliki beragam pranata
kehidupan budaya tradisi yang merupakan simbol dan cerminan bagi kehidupan
masyarakatnya. Ditinjau dari letak geografis, wilayah Sunda merupakan wilayah yang
sangat rentan terkontaminasi oleh budaya asing, karena lokasinya yang berdampingan
dengan wilayah ibukota negara---yakni Jakarta---yang merupakan pintu masuknya
beragam arus budaya asing. Kerentanan ini semakin hari semakin terlihat, terlebih
dewasa ini dunia teknologi informasi sudah sedemikian jauh berkembang, bahkan
hingga ke pelosok-pelosok wilayah yang terpencil sekalipun. Beragam arus teknologi
informasi yang demikian deras perkembangannya, telah membawa dampak yang sangat
signifikan terhadap perubahan perilaku budaya masyarakat.
Pengaruh budaya dan teknologi informasi yang demikian deras tersebut, telah
sedemikian jauh menyusup ke dalam relung-relung kehidupan masyarakat, dan kondisi
ini telah membawa akibat yang sangat kompleks, terutama di dalam menentukan laju
perkembangan arah pendidikan anak bangsa. Homogenitas atau heterogenitas budaya
adalah dampak globalisasi yang kini merambah di seantero bumi Indonesia, terlebih di
wilayah etnis Sunda. Budaya asing telah memberi warna yang dominan di dalam
menentukan arah perkembangan nilai-moral dan etika anak bangsa. Carut-marutnya
nilai-nilai moral dan etika di dalam masyarakat Sunda dewasa ini, telah menjadi suatu
tantangan bagi dunia pendidikan untuk berbuat sesuatu guna mengantisipasi perihal
fenomena globalisasi seperti tertuang di atas. Kondisi seperti tertuang di atas, lebih
diperparah lagi dengan munculnya prediksi tentang carut-marutnya sistem pendidikan
nasional yang menurut beberapa kalangan terlalu mementingkan aspek kognitif.
Pembelajaran cenderung makin keilmuan dan rasional serta value free. Parameter hidup
2 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hukum haram-halal, dosa-pahala, ibadah-amaliah, dan lain-lain. Parameter norma agama
juga budaya tradisional sudah tersapu oleh pikiran ilmiah dan yuridis formal saja. Cita
rasa: sadness, griefness, happiness yang agamis dan kultural, sudah hapus dari relung
suara hati kemanusiaan (kolbu/qolbun), dengan kata lain pembelajaran dewasa ini
cognitive based (Djahiri, t.t. : 55).
Beragam fenomena budaya yang menampakkan carut-marutnya kondisi tersebut,
indikatornya dapat terlihat dari berbagai perilaku kehidupan masyarakat dewasa ini,
salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Sauri (2009: 7) bahwa indikator tersebut
terlihat dari praktik sopan santun para siswa yang kini sudah memudar. Hal ini bisa
terlihat dari cara berbicara sesama mereka, perilakunya terhadap guru dan orang tua,
baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Kata-kata kotor yang tidak
sepantasnya diucapkan oleh anak seusianya seringkali terlontar. Sikap ramah terhadap
guru ketika bertemu dan penuh hormat terhadap orang tua pun tampaknya sudah
menjadi sesuatu yang sulit ditemukan di kalangan anak usia sekolah dewasa ini.
Anak-anak usia sekolah seringkali menggunakan bahasa yang jauh dari tatanan nilai budaya
masyarakat. Bahasa yang kerap digunakannya pun tidak lagi menjadi ciri dari sebuah
bangsa yang menjunjung tinggi etika dan kelemah-lembutan.
Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas, Karyono (2010: 94) menyatakan pula
bahwa:
3 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Beragam fenomena yang mempertunjukkan masalah dekadensi moral, akhlak dan
etika, dewasa ini sering mencuat di mass-media Maraknya pemberitaan yang
berkonotasi negatif dan bertentangan dengan etika, semakin hari semakin bertambah dan
sulit dibendung seperti pemberitaan tentang perkelahian (siswa-siswa, siswa-guru,
anak-orang tua, siswa-kepala sekolah), pergaulan bebas, siswa dan mahasiswa terlibat kasus
narkoba, remaja usia sekolah yang melakukan perbuatan amoral, kebut-kebutan di
jalanan yang dilakukan remaja usia sekolah, siswa bermain di pusat perbelanjaan pada
saat jam pelajaran, hingga siswa SD yang merayakan kelulusan dengan pesta minuman
keras (Sauri, 2009: 2). Beberapa tahun yang lalu diberitakan tentang adanya anak yang
meninggal dunia karena meloncat dari gedung bertingkat (meniru Superman di layar
kaca), juga adanya anak yang mengalami patah tulang karena dibanting oleh temannya
saat bermain (meniru Smack Down di layar kaca). Perihal seperti tertuang di atas
semestinya tidak akan terjadi seandainya orang tua peduli terhadap dunia anak-anak
yang kini tengah gandrung dengan media televisi. Pemberitaan terakhir yang
mencuatkan fenomena seperti tertuang di atas adalah berita tentang seorang anak
selebritis yang mengendarai mobil di jalan tol, menabrak mobil lainnya di jalur yang
berlawanan dan mengakibatkan tewasnya 4 orang di tempat kejadian. Anak tersebut
sesungguhnya masih di bawah umur dan belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)
karena masih di bawah umur. Peristiwa yang mengenaskan tersebut tampaknya tidak
ditanggapi sebagai sesuatu yang “luar biasa” oleh keluarga si anak, bahkan cenderung
sebagai hal tersebut sebagai sesuatu yang dapat dibeli/diganti dengan uang/materi.
Michele Borba seorang pakar di bidang ilmu pendidikan menuliskan kekhawatiran
yang serupa dengan apa yang telah diuraikan di atas. Dalam bukunya Building Moral
Intelligence (2001: 4-5)) ia mengupas tentang beragam fenomena perilaku anak-anak
yang menyimpang akhir-akhir ini.
It’s increasingly apparent that number of kids are in serious trouble because
they’ve never acquired moral intelligence. With only flimsy consciences, poor
impulse control, underdeveloped moral sensitivity, and misguided beliefs, they are greatly handicapped. Although the cause of moral decline are complex, one fact is
4 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
moral intelligence, for mayor reason. First, a number of critical social factors that nurture moral character are slowly disintegrating adult supervision, models of moral behavior, spiritual or religious training, meaningful adult relationships, personalized schools, clear national values, community support, stability, and adequate parenting. Second, our kids are being steadly bombarded with outside message that go against the very values we are trying to instill. Both factors are
contributing greatly to our kids’ moral demise as well as to their loss of
innocence.
Our challenge is even tougher because those incessant toxic messages come from a variety of sources to which our kids have extremely easy access. Television, movies, video games, popular music, and advertising are certainly among the worst moral offenders because they flaunt cynism, disrespect, materialism, causal sex, vulgarity, and the glorification of violence. The amount of bad stuff in cyberspace is staggering pornografphy, stalkers, Satanism, pedophiles, and so
many new hate sites even the best filters can’t screen them all. Of couse the popular media aren’t the only toxic influence; anyone or anything that counters your family’s moral convictions is a potential threat, so add peers, other adults,
and even the evening news to your list.
Uraian di atas telah menuangkan tentang adanya gejala ketimpangan di dalam
pembentukan kepribadian anak pada umumnya, untuk tumbuh menjadi insan yang
memiliki kesalehan budaya. Keluarga yang semestinya merupakan sumber pendidikan
nilai, kini telah mengalami reduksi peran. Sementara itu, beragam institusi lainnya
seperti institusi pendidikan, institusi pekerjaan, juga pengaruh informasi, dan juga
persinggungan dengan budaya luar, memberikan andil yang signifikan dan cukup besar
di dalam menentukan perilaku global. Dalam kondisi seperti ini, pertahanan nilai moral
masyarakat akan semakin goyah bahkan semakin tergerus dan pada akhirnya akan
tergantikan oleh nilai-nilai baru yang lebih berkonotasi sebagai values free. Perihal
demoralisasi tersebut dapat diidentifikasi melalui beberapa hal yakni: (1). Maraknya
budaya global, telah menyeret anak bangsa menjadi insan yang individualistis, kurang
memiliki etika sopan santun, dan kurang memiliki kepedulian terhadap kekayaan
warisan budaya tradisi Sunda; (2).Carut-marutnya kondisi perilaku anak didik menjadi
barometer bahwa dewasa ini dunia pendidikan (formal, informal, dan non-formal)
dalam hal membina sosok anak-anak, tidak sinergi dan nyaris tidak berpijak pada
5 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menggunakan seni tradisi (khususnya musik) sebagai media bagi pembelajaran
bagi pembinaan anak-anak agar mereka dapat memiliki kesalehan budaya.(4).Kondisi
seperti tertuang di atas, lebih diperparah lagi dengan semakin pesatnya perkembangan di
bidang teknologi dan informasi. Hal ini telah menyebabkan anak cenderung bersifat
individualistis. Sebagai contoh, dapat kita lihat pada kehidupan anak sehari-hari. Pada
era globalisasi ini seorang anak akan merasa cukup nyaman, tenang, dan terhibur hanya
dengan mengotak-atik playstation (PS) di dalam kamarnya. Ia tidak perlu bergaul
dengan sesama anak lainnya, karena dengan bermain playstation ia sudah merasa
mendapat permainan yang mengasyikkan. Dan untuk sekedar ingin ngobrol dengan
teman pun, seorang anak akan dengan mudah mengangkat telephone selularnya. Ini
semua ia lakukan dengan cara yang sangat mudah.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bagaimana melemahnya kesalehan
budaya khususnya di Indonesia. Untuk itu kiranya dipandang sangat perlu untuk segera
menggalakkan kembali pendidikan karakter sebagai payung bagi terbentuknya
kesalehan budaya yang nyaris hilang dari kehidupan masyarakat. Tentang pendidikan
karakter ini, semestinya diberikan kepada individu sedini mungkin dengan menerapkan
pendidikan nilai, mulai dari lingkungan keluarga sampai kepada lingkungan yang lebih
luas, semenjak kanak-kanak hingga dewasa. Tentang penerapan pendidikan nilai itu,
semestinya hal itu dilakukan dengan bersandar pada nilai-nilai budaya masyarakat dan
nilai-nilai agama yang diyakini masyarakat. Penanaman nilai-nilai sesungguhnya
merupakan bagian paling esensi dari pendidikan umum, dan dapat dibinakan melalui
berbagai wadah, berbagai sistem, dan berbagai bentuk. Salah satu bentuk pembinaan
tersebut adalah internalisasi nilai.
Internalisasi nilai dapat dilakukan di berbagai institusi, baik institusi formal,
informal, maupun non formal. Perihal ini dipertegas oleh Sumaatmadja (2005: 39)
bahwa pembangunan dan pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh oleh
seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya terarah kepada aspek intelektual, keterampilan,
dan etos kerjanya, melainkan---yang lebih utama---kepada aspek moral dan mentalnya,
6 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
moral-mental dengan aspek kecerdasan-kecendekiaan, keterampilan, dan etos kerjanya.
Oleh karena itu, proses pemanusiaan individu menjadi pribadi (individu yang memiliki
kepribadian), menyangkut bidang pendidikan yang luas dan komprehensif meliputi;
pendidikan akademik, pendidikan keterampilan, dan pendidikan umum. Semua aspek
pendidikan dengan unsur-unsur spiritual, mental, moral, intelektual, dan keterampilan,
tidak hanya diproses dalam wadah formal yang disebut sekolah, melainkan harus
dilakukan oleh semua lembaga yang ada di masyarakat.
Sebagai esensi dari pendidikan umum, internalisasi nilai dapat dilakukan melalui
beragam media, beragam proses dan beragam strategi. Beberapa media yang dapat
melakukan penanaman nilai-nilai karakter tersebut di antaranya dapat melalui
kegiatan-kegiatan positif yang ada di dalam kelompok masyarakat seperti klub-klub olah raga,
dan klub-klub kesenian. Di dalam klub-klub inilah setiap individu akan ditempa untuk
menyerap nilai-nilai sosial dan budaya karena pada dasarnya manusia diciptakan Tuhan
untuk hidup bersama (dengan yang lainnya). Di dalam kehidupan bersama inilah,
anak-anak akan dapat menuangkan sifat-sifat hakiki kemanusiaannya.
Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup berkelompok/bermasyarakat, karena masyarakat terdiri dari pada kumpulan kelompok manusia. Kehidupan manusia perseorangan ditentukan oleh kelompok-kelompok di mana ia menjadi anggota. Ia lahir sebagai seorang makhluk yang tidak berdaya walaupun mempunyai benih-benih sifat sebagai manusia, akan tetapi tanpa pergaulan dan hubungan dengan sesama manusia, sifat-sifat kemanusiaannya tidak akan dapat berkembang.
(Suhamihardja, 1972: 21).
Berpijak pada beberapa poin permasalahan yang teridentifikasi di atas, penulis merasa
bahwa untuk menangani permasalahan tersebut diperlukan langkah-langkah
antisipatif-edukatif melalui internalisasi nilai.
Internalisasi nilai ini dapat dilakukan oleh beragam wadah/institusi (formal,
informal, dan non formal) dan beragam media. Dalam kesempatan ini penulis akan
membatasi penelitian tentang internalisasi ini hanya pada internalisasi nilai yang
7 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi yang secara esensial tertumpu pada (1). Maraknya budaya
global, telah menyeret anak bangsa menjadi insan yang individualistis, kurang memiliki
etika sopan santun, dan kurang memiliki kepedulian terhadap kekayaan warisan budaya
tradisi Sunda; (2).Carut-marutnya kondisi perilaku anak didik menjadi barometer bahwa
dewasa ini dunia pendidikan (formal, informal, dan non-formal) dalam hal membina
sosok anak-anak, tidak sinergi dan nyaris tidak berpijak pada kekayaan budaya tradisi;
(3). Kurangnya kesadaran institusi pendidikan dan masyarakat untuk menggunakan seni
tradisi (khususnya musik) sebagai media pembelajaran bagi pembinaan anak-anak agar
mereka dapat tumbuh sebagai sosok pribadi yang memiliki kesalehan budaya.
(4).Semakin pesatnya perkembangan di bidang teknologi dan informasi, telah
menyebabkan anak cenderung bersifat individualistis. Untuk itu perlu segera dilakukan
penelitian yang berkaitan dengan internalisasi nilai yang dilakukan oleh Komunitas
Hong melalui Kakawihan Kaulinan Barudak buhun (KKBb). Adapun pertanyaan global
yang mengemuka di dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah internalisasi ajen
atikan melalui KKBb untuk membina kesalehan budaya yang dilakukan oleh Komunitas
Hong “. Pertanyaan global tersebut akan dielaborasikan dalam susunan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profil Komunitas Hong ?
2. Bagaimana isi dan struktur KKBb ?
3. Bagaimana strategi internalisasi ajen atikan melalui KKBb, dalam membina kesalehan budaya yang dilakukan oleh Komunitas Hong ?
4. Bagaimana proses internalisasi ajen atikan yang terdapat dalam KKBb, dilakukan
oleh Komunitas Hong ?
5. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat di dalam melakukan proses internalisasi ajen atikan yang terdapat di dalam KKBb ?
B. Tujuan Penelitian
8 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Untuk mengetahui isi dan struktur KKBb
3. Untuk mengetahui bagaimana proses internalisasi ajen atikan yang terdapat
dalam KKBb, dilakukan oleh Komunitas kepada para anggotanya,
khususnya kelompok anak-anak.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi internalisasi ajen atikan yang
dilakukan oleh Komunitas Hong melalui media KKBb, dalam membina
kesalehan budaya khususnya di lingkungan anak-anak.
5. Untuk memperoleh gambaran tentang apa saja yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat di dalam melakukan proses internalisasi ajen
atikan yang terdapat di dalam KKBb ?
D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoretis
a. Dapat memberikan kontribusi dan solusi alternatif bagi pengembangan dunia
pendidikan, khususnya bagi pendidikan anak-anak. Pendidikan yang bertumpu
pada pembinaan karakter dan kepribadian individu, hingga kini belum
dilaksanakan secara lebih serius. Permainan anak-anak---khususnya yang disertai
nyanyian---dapat mendidik individu secara psikis atau kejiwaan. Itu sebabnya
kesenian ini akan dapat dijadikan langkah alternatif kajian, dan solusi bagi
perbaikan akhlak dan mental seseorang. Hal ini merupakan realitas yang harus
ditindak-lanjuti sebab hingga saat ini dunia pendidikan alternatif belum
dikembangkan secara akademik.
b. Dapat dijadikan sebuah pijakan bagi ketiadaan solusi alternatif pendidikan dan
jiwa bangsa Indonesia. Dari kondisi faktual tersebut, diharapkan kelak perihal ini
akan dapat diakomodasikan sebagai bahan perumusan secara praksis bagi
kepentingan pendidikan kepribadian bangsa kita yang sarat dengan nilai kultural.
2. Secara Praktis
a. Membantu menyelesaikan problematika anak Indonesia---khususnya
9 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
permainan-permainan yang bersandar pada teknologi modern, yang diprediksi
berdampak negatif pada perkembangan kejiwaan anak.
b. Memberikan tuntunan alternatif terhadap arah kurikulum pendidikan praksis dan
model pembelajaran bagi anak, terutama yang berkaitan dengan pendidikan nilai.
c. Memberikan dampak secara praksis dan lebih rasional bagi operasionalisasi
pendidikan formal anak, sehingga tidak terjerumus ke dalam fanatisme kultural
yang berlebihan dan tidak berdasar.
d. Membantu membangkitkan kesalehan budaya masyarakat---khususnya bagi
masyarakat Sunda---yang dewasa ini diprediksi semakin mengendur, bahkan
nyaris hilang tergerus budaya asing.
E. Lokasi dan Sumber Penelitian
Lokasi penelitian beralamat di Jalan Bukit Pakar Utara No. 35 Bandung 40198,
Jawa Barat, sedangkan narasumber penelitiannya adalah pimpinan, para pengasuh, para
orang tua, dan anak-anak yang menjadi anggota Komunitas Hong.
Tentang alasan peneliti mengambil lokasi dan responden penelitian di Komunitas
Hong, hal ini dikarenakan bahwa pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, di
dalam Komunitas Hong ini terlihat proses internalisasi ajen atikan---terutama melalui
KKBb---yang pada akhirnya bermuara pada pembinaan sikap kepribadian anak yang
cukup terpuji yakni dapat menjadikan sosok anak untuk dapat memiliki kesalehan
budaya.
Penelitian disertasi tentang internalisasi ajen atikan melalui KKBb ini, juga telah
dilengkapi oleh hasil temuan yang diperoleh melalui 2 kali penyelenggaraan seminar
yang melibatkan para mahasiswa dan dosen. Adapun seminar tersebut adalah:
1. Seminar Internasional yang mengangkat tema “Strengthening Character
Education in Early Childhood and Primary Education”. Seminar ini
diselenggarakan pada tanggal 10 Desember 2011 di UPI Bandung.
Penyelenggaranya adalah Prodi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana UPI
10 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Seminar Kebudayaan yang mengangkat tema “Permainan Tradisional Sebagai Sarana Penguatan Pendidikan Karakter”. Seminar ini diselenggarakan pada tanggal 24 April 2013 di UPI Bandung. Penyelenggaranya adalah BEM
Himpunan Mahasiswa Civics Hukum Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
FPIPS UPI Bandung.
F. Struktur Organisasi Disertasi
Disertasi ini akan ditulis dalam 5 Bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN, akan berisi :
1. Latar Belakang Penelitian,
Latar belakang penelitian akan berisi uraian yang menggambarkan tentang
beragam fenomena yang menjadi landasan utama untuk melaksanakan penelitian.
Fenomena yang tergambar tersebut, terfokus pada masalah kesalehan budaya yang
menurut pengamatan para pakar, dewasa ini tengah mengalami degradasi. Ketimpangan
sosial tersebut terlihat nyata dengan semakin melemahnya kesalehan budaya di berbagai
kalangan masyarakat, salah satunya di kalangan anak-anak.
Anak-anak sebagai generasi penerus dalam hal ini tentu saja harus dibina agar
kelak tidak berperilaku negatif seperti apa yang tertuang di dalam uraian sebelumnya.
Pembinaan anak untuk hal tersebut dapat dilakukan melalui beragam pembinaan, baik
yang bersifat formal, non-formal, maupun infomal. Menurut pengamatan para pakar,
pembinaan yang paling baik adalah pembinaan yang dilandasi oleh latar belakang
budaya tradisi dan agama, juga memiliki kedekatan dengan dunia anak, dan dunia anak
yang paling dekat adalah dunia permainan. Permainan anak yang dilakukan melalui
nyanyian memiliki nilai plus dalam hal membina karakter anak, karena melalui
ritme/irama anak akan digiring untuk memiliki budi pekerti yang halus.
Komunitas Hong merupakan sebuah wadah yang sangat concern di dalam
menggeluti dunia permainan tradisional. Menurut pengamatan, komunitas ini telah
berhasil membina kesalehan budaya bagi kelompoknya. Salah satu media permainan
11 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang tergambar di dalam uraian latar belakang, maka
selanjutnya dituliskan identifikasi permasalahan yang terkandung di dalamnya. Berpijak
pada identifikasi permasalahan tersebut, maka permasalahan itu dirumuskan ke dalam
beberapa butir pertanyaan yang berkisar pada “bagaimana strategi internalisasi ajen
atikan yang dilakukan oleh Komunitas Hong melalui KKBb, bagaimana proses
internalisasi ajen atikan melalui KKBb untuk membina kesalehan budaya yang
dilakukan oleh Komunitas Hong, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat di dalam melakukan proses internalisasi ajen atikan yang terdapat di dalam
KKBb”.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian akan mengacu pada apa yang menjadi fokus pada rumusan
permasalahan yakni untuk mengetahui bagaimana proses internalisasi ajen atikan yang
terdapat dalam KKBb dilakukan oleh Komunitas Hong, bagaimana strategi internalisasi
ajen atikan melalui KKBb, untuk membina kesalehan budaya yang dilakukan oleh
Komunitas Hong, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat di
dalam melakukan proses internalisasi ajen atikan yang terdapat di dalam KKBb ?
4. Manfaat Penelitian
Dalam hal manfaat akan dipilah menjadi manfaat yang bersifat teoretik dan
bersifat praktik. Secara teoretik dapat dimanfaatkan untuk solusi alternatif
pengembangan dunia pendidikan, dan secara praktik di antaranya untuk membina
kesalehan budaya.
5. Lokasi dan Sumber Penelitian
Lokasi dan sumber penelitian adalah uraian yang menyatakan tentang wilayah dan
12 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wilayah Dago pakar Bandung, dan sumber penelitiannya adalah pimpinan, pengelola,
pelatih, dan para anggota Komunitas Hong.
Bab II KERANGKA TEORETIS
Bab ini akan akan berisi :
Dalam bab II ini akan dikupas tentang Internalisasi Ajen Atikan , kesalehan budaya,
KKBb dalam Tinjauan Pendidikan Umum, Penelitian Terdahulu yang relevan, dan
Kerangka Berpikir
Bab III METODE PENELITIAN
Bab ini akan berisi:
Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian; yakni berisi keterangan tentang
wilayah dan subyek penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Dago
Pakar Bandung, dengan fokusnya di Komunitas Hong. Metode Penelitian yang
digunakan adalah metode Kualitatif Praksis, dengan menggunakan pendekatan
fenomenologi, adapun Instrumen Penelitian berupa: peneliti sendiri sebagai instrumen
penelitian yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan, tape recorder, handycam,
handphone, dan buku catatan berikut alat tulis. Proses pengembangan Instrumen,
dilakukan dengan upaya menginterpretasikan situasi, menganalisis beragam peristiwa,
memperluas pengetahuan, dan memproses data secepatnya. Tentang teknik
Pengumpulan Data, hal ini dilakukan melalui studi pustaka, studi dokumentasi, studi
lapangan yang meliputi, observasi langsung, wawancara,dan pengambilan data audio,
data visual, dan data audio-visual. Analisis Data dilakukan peneliti dengan melakukan 3
langkah, yakni: mereduksi data, menyajikan (display) data, serta menarik kesimpulan.
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian akan mengupas tentang : 1. Profil Komunitas Hong, terdiri atas:
Sekilas Riwayat Sang Penggagas, Sejarah Pendirian dan Perkembangannya, juga
13 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam konteks sosial budaya, dan pendidikan. 3. Struktur KKBb terdiri atas
Deskripsi dan analisis tentang 10 buah KKBb, dan Rangkuman ajen atikan KKBb.
B. Pembahasan, akan mengupas tentang : 1. Strategi internalisasi ajen atikan melalui
KKBb. 2. Proses internalisasi ajen atikan melalui KKBb. 3. Faktor pendorong dan
penghambat dalam proses internalisasi ajen atikan yang terkandung dalam KKBb.
Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Tentang Kesimpulan akan dituangkan kesimpulan secara umum dan kesimpulan
secara khusus, sementara untuk rekomendasi dituangkan beberapa usulan yang
diprediksi dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dunia pendidikan
85 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengenai KKBb ini dipusatkan di Pakarangan Ulin Komunitas Hong yang terletak di Jalan Bukit Pakar Utara nomor 35 – Dago Pakar Bandung. Lokasi
ini letaknya berdekatan dengan Taman Hutan Raya Djuanda. Posisi lokasi terletak di
sebelah utara agak miring ke timur laut dari Taman Hutan Raya Djuanda, dengan jarak
tempuh dari Taman Hutan Raya Djuanda kira-kira 10 menit dengan menggunakan
kendaraan roda 4 atau roda 2.
A.Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Komunitas Hong yang dipimpin oleh Mohamad Zaini
Alif. Komunitas Hong hingga dekade terakhir ini memiliki hampir 200 orang anggota
yang terdiri dari kalangan orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Golongan anak-anak di
Komunitas Hong merupakan kelompok yang terbanyak anggotanya. Kelompok
anak-anak ini menjadi subjek yang paling diperhatikan sehubungan dengan objek yang
diteliti---KKBb---berada di wilayah dunia anak-anak. Pengambilan sampel KKBb untuk
objek penelitian dilakukan secara acak, namun berdasarkan rekomendasi dari para
narasumber juga dari hasil penelitian lapangan. Meskipun pada intinya komunitas ini
berkutat di seputar dunia mainan dan permainan anak-anak tradisional dari berbagai
wilayah (di Indonesia bahkan dunia), namun yang menjadi subjek intinya adalah mainan
dan permainan anak tradisional Sunda. Sejauh ini Komunitas Hong sudah berhasil
mengumpulkan sejumlah 250 jenis mainan dan permainan tradisional Sunda. Dari
sejumlah itu yang masih hidup hanya kira-kira 40% saja (Zaini: wawancara 2012).
Sementara itu Atik Soepandi dan Oyon Sofyan Umsari (1985) telah menemukan
sejumlah 114 buah KKBb.
B.Pendekatan penelitian
86 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tentang landasan paradigma penelitian kualitatif dikupas oleh Bogdan (1982: 32) bahwa
hendaknya bersifat ethnography, ethnomethodology, symbolic interaction, dan
phenomenology :
Phenomenologist believe that for human beings multiple ways of interpreting experiences are available to each of us through interacting with others, and that is the meaning of our experiences that constitutes reality. Reality, consequently, is “socially constructed”.
Berpijak pada pendapat di atas, kiranya jelas bahwa pendekatan fenomenologi
adalah sebuah realitas yang konstruksinya dibangun oleh masyarakat sosial. Chava
Frankfort dan David Nachmias (1992: 532) mengatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif ini para peneliti harus dapat memahami fenomena sosial secara empatik
dengan penekanan pada pengenalan tentang dimensi historis perilaku manusia, dan juga
aspek-aspek subjektif tentang pengalaman manusia. Dalam kerja ini peneliti diharuskan
untuk mencoba mengerti sikap dan institusi dengan cara mengetahui (memahami)
orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan juga hal ikhwal yang melingkupinya. Sejalan
dengan pendapat tersebut di atas, Alwasilah (2006: 103) pun menekankan bahwa apa
yang terlihat sebagai sebuah realitas, pada dasarnya adalah merupakan suatu konstruksi
sosial yang sarat dengan sejumlah makna yang terpadu dalam satu kesatuan yang utuh
dan menyeluruh.
Dalam penelitian yang fokusnya berpijak pada internalisasi ajen atikan ini, peneliti
pun melakukan pendekatan fenomenologis karena pada dasarnya perihal yang sangat
mendasar di dalam penelitian ini---degradasi nilai-moral yang berakibat merosotnya
kesalehan budaya---dibentuk oleh keadaan atau kondisi sosial masyarakatnya. Adapun
gambaran mengenai kondisi sosial masyarakat dewasa ini pada umumnya meampakkan
beragam fenomena tentang kemerosotan nilai moral di dalam tatanan kehidupan
masyarakat.
C.Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan langkah
87 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
internalisasi ajen atikan melalui KKBb yang biasa dilakukan di Komunitas Hong. Untuk
itu langkah-langkah internalisasi ajen atikan melalui KKBb tersebut perlu dieksplorasi,
diklarifikasi, diformulasikan, sehingga penelitian ini dapat dijelaskan. Oleh karena itu
penelitian ini juga bersifat eksplanatif. Berdasarkan pengamatan penulis, metode
kualitatif ini sangat relevan dengan karakteristik permasalahan yang ada di dalam objek
penelitian. Di samping itu, penulis beranggapan bahwa pendekatan ini pun, juga
memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan pendekatan lainnya.
Uraian tentang penelitian kualitatif di atas tampaknya sinerji dengan pendapat
Frankfort dan Nachmias (1992: 182 ) yang menyebutkan bahwa penelitian kualitatif
adalah sebuah metode pengumpulan data dan analisis yang berasal dari tradisi
Verstehen. Dalam hal ini para ilmuwan harus mendapat pengertian empatik dari
fenomena sosial , dan mereka harus mengenal dua hal yakni; dimensi historis perilaku
manusia dan juga aspek-aspek subjektif tentang pengalaman manusia. Peneliti kualitatif
harus mencoba mengerti sikap dan institusi dengan cara mengetahui (memahami)
orang-orang yang terlibat di dalamnya, ritual-ritual, simbol, kepercayaan, dan emosi.
Penelitian yang dilakukan penulis ini pada dasarnya tidak membahas mengenai
produknya, melainkan lebih difokuskan untuk mengkaji suatu proses secara menyeluruh
dan satu sama lainnya yang memiliki keterkaitan. Itu sebabnya penelitian ini secara
mendasar akan membahas perilaku anak yang sangat kompleks, seperti kebersamaan,
kedisiplinan, kesadaran diri, dan kesalehan budaya. Di samping itu, sejumlah variabel
lainnya---yang mungkin berpengaruh terhadap kepribadian atau tingkah laku---dicoba
untuk didekati untuk mencapai hasil yang optimal.
Dengan cara seperti ini diharapkan gambaran mengenai fenomena internalisasi
ajen atikan yang terkandung di dalam KKBb kiranya dapat ditelusuri melalui berbagai
sudut pandang. Itu sebabnya penelitian ini dapat dikatakan memiliki karakter eksplanatif
88 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1.
Model induktif dalam penelitian kualitatif (Sumber: Alwasilah: 2000: 119)
D.Instrumen penelitian
Salah satu Instrumen pokok dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yang
berfungsi sebagai instrumen kunci (Lincoln dan Guba, 1984: 39). Perihal ini disebabkan
dalam penelitian ini peneliti akan senantiasa berhubungan dengan subjek dan objek
penelitian, juga dengan data-data dan informasi yang dijaring melalui teknik wawancara,
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala dan proses-proses yang terjadi di lapangan.
Sebagai instrumen kunci, peneliti dalam hal ini melakukan kerja lapangan dengan
menggunakan teknik partisipasi, serta studi dokumentasi media cetak dan media audio
visual, juga melalui dokumentasi hasil-hasil kegiatan keorganisasian. Teknik penelitian
yang digunakan diarahkan pada penjaringan data melalui observasi dan wawancara tidak
terstruktur-mengembang. Itu sebabnya dalam hal ini peneliti harus responsif, dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang mungkin berubah-ubah, selalu menekankan
keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan serta memproses secepatnya.
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti yang berstatus sebagai instrument kunci
senantiasa bertindak aktif untuk mengamati beragam peristiwa dan fenomena, dan
1.peneliti mengumpul kan informasi
2.mengajukan pertanyaan
3.membangun kategori
6.pemahaman, teori atau hipoesis baru
5.mengembangkan pola dengan teori
89 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
semua ini dilakukan dengan cara terjun langsung untuk mendalaminya. Dalam hal ini
perlu kiranya diupayakan semaksimal mungkin agar peneliti dapat mengetahui dan
menguasai semua aspek, tidak terkecuali aspek musikal seperti yang terkandung di
dalam KKBb, juga aspek-aspek lainnya yang sekiranya dianggap urgent di dalam
penelitian yang dilakukan. Aspek penunjang lainnya yang dapat membantu untuk
mendukung kelancaran pengkajian data praksis dalam penelitian, adalah penggunaan
beberapa perangkat audio dan audiovisual, juga peralatan lainnya seperti buku catatan,
alat tulis, handphone, taperecorder, dan lain sebagainya.
E.Teknik Pengembangan Instrumen
Kemantapan informasi atau data yang diperoleh dalam penelitian ini, pada
kenyataannya tidak dapat dijaring sekali saja, namun harus terus menerus mengganti,
memodifikasi, menghaluskan dan memperdalam maknanya yang dilakukan sepanjang
kegiatan penelitian ini berlangsung. Kemantapan suatu data dalam hal ini akan
dusahakan dengan upaya penggalian dari sejumlah sumber sampai mencapai pemaknaan
yang sedalam mungkin.
Peneliti sebagai instrument penelitian juga pengamat, dalam penelitian ini peneliti
tidak hanya sekedar melihat berbagai peristiwa yang ada kaitannya dengan ajen atikan,
melainkan juga mencoba menginterpretasikan situasi yang dihadapi pada saatnya. Pada
beberapa kesempatan pertunjukan Komunitas Hong, peneliti pun turut serta berkiprah di
dalamnya, dengan cara membantu persiapan pertunjukan, memberi saran dan masukkan,
membantu menyambangi tamu pengunjung, dan membantu membereskan alat-alat dan
perlengkapan pentas, pada saat pertunjukan selesai. Di sini peneliti memperhatikan
sikap, perilaku, dan respon antara anak-anak dengan para penonton/pengunjung.
Sebagai peneliti pembaca situasi, peneliti dalam hal ini berupaya untuk
menganalisis beragam peristiwa pada saatnya, di antaranya dengan memperhatikan sikap
perilaku anak-anak Komunitas Hong yang ada kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan
karakter. Dari momentum ini peneliti dapat menyimpulkan perilaku mereka sehingga
90 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebagai instrumen penelitian, pada kesempatan ini peneliti berupaya memperluas
pengetahuan dengan jalan memperluas kesadaran situasi. Hal ini harus dilakukan
peneliti hingga keinginan peneliti terwujud bahkan melebihi pengetahuan peneliti
sebelumnya. Hal ini akan berdampak positif terhadap pengayaan pengetahuan peneliti.
Sebagai instrumen penelitian, peneliti berupaya untuk memproses data secepatnya,
agar segera dapat disusun kembali sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menggiring peneliti
untuk melalkukan pengamatan dan wawancara secara lebih mendalam dan terinci.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian ini pada prinsipnya
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian terhadap sejumlah buku-buku yang pada
dasarnya memberikan kontribusi pemikiran bagi topik penelitian ini yang bertumpu pada
“Internalisasi Ajen Atikan melalui KKBb di Komunitas Hong”. Beberapa buku tersebut yang erat kaitannya dengan objek yang diteliti, juga dijadikan rujukan dalam upaya
mendapatkan jawaban lengkap atas pertanyaan-pertanyaan yang tertuang di dalam
rumusan masalah. Untuk lebih melengkapi data lainnya, peneliti dalam hal ini pun
menelaah pula sejumlah artikel yang dicopy dari media cetak (koran, tabloid, majalah,
jurnal, bulletin), dan sejumlah artikel yang diunduh dari media internet.
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi pada dasarnya terfokus pada studi tentang beberapa hal yakni :
a). Dokumentasi yang berupa Surat, Piala, dan Foto-foto Kegiatan Komunitas Hong
seperti: Surat Penghargaan, Sertifikat, Piagam Penghargaan, Piala-piala Kejuaraan, dan
sejumlah besar foto-foto kegiatan yang menunjukkan kiprah Komunitas Hong di
masyarakat.
b). Dokumentasi tentang beragam bentuk dan jenis alat-alat permainan, baik yang
berasal dari tatar Sunda, maupun yang berasal dari wilayah etnis lain di Indonesia,
91 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c). Dokumentasi tayangan audio visual tentang kiprah Komunitas Hong dan pertunjukan
permainan tradisionalnya di beberapa tempat. Dokumentasi-dokumentasi tersebut
diambil dari beberapa sumber yakni : kekayaan audio visual milik Komunitas Hong,
audio visual yang direproduksi dari media layar kaca, audio visual yang diunduh dari
jejaring dunia maya (internet), dan audio visual yang dibuat peneliti sendiri.
3. Studi Lapangan
Tentang studi lapangan ini, peneliti dalam hal ini terjun langsung ke lapangan
dalam upaya menggali data untuk melengkapi data yang diperoleh dari studi-studi
lainnya.
a). Observasi langsung-partisipatif
Dalam melakukan observasi ini, peneliti langsung terjun pada objek yang
diobservasi, dan ikut di dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diteliti.
Perihal ini benar-benar dilakukan peneliti yang terus secara berkala mengikuti hampir
setiap penyelenggaraan pertunjukan Komunitas Hong seperti pada even-even: Ulang
Tahun Bank Jabar, pertunjukan Komunitas Hong di Car Free Day Dago Bandung,
Pertunjukan Komunitas Hong di Bumi Sangkuriang, Prosesi Pertunjukan Helaran di area
Jalan Naripan Bandung, dan beberapa even pertunjukan di tempat (di lokasi Komunitas
Hong), yang diselenggarakan secara kontinyu bagi para pengunjung yang datang ke area
lokasi Komunitas Hong.
b). Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti terhadap beberapa narasumber primer dan sekunder.
Beberapa narasumber primer di antaranya tercatat: Pimpinan Komunitas Hong, Para
pelatih, dan para anggota. Sedangkan narasumber sekunder meliputi: para pengamat seni
dan budaya, para orang tua anggota, dan para pengunjung / penonton. Wawancara ini
meliputi wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Isi wawancara
umumnya berkisar pada permasalahan yang berorientasi pada objek, kaitannya dengan
92 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Interaksi di dalam wawancara merupakan suatu hal yang paling penting, namun
demikian dalam praktiknya banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap momentum
ini. Perihal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2.
Faktor yang mempengaruhi interaksi dalam wawancara (Sumber: Nazir, 1988: 236)
c). Pengambilan data audio, data visual, dan data audio visual
Momentum ini pada dasarnya merupakan kerja perekaman atau pendokumentasian
mengenai beberapa momentum yang terjadi selama pertunjukan Komunitas Hong,
PEWAWANCARA Karakteristik sosial Keterampilan
melaksanakan wawancara Motivasi
Rasa aman
RESPONDEN Karakteristik sosial Kemampuan menangkap
pertanyaan Kemauan menjawab
pertanyaan
ISI WAWANCARA Peka untuk ditanyakan Sukar untuk ditanyakan Tingkat minat Sumber kekhawatiran SITUASI WAWANCARA
Waktu
Tempat
Kehadiran orang lain
93 Nia Dewi Mayakania, 2014
Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selama wawancara dengan narasumber, dan selama terjadi pengamatan lainnya baik di
lokasi setempat, maupun di lokasi lain di mana pertunjukan/wawancara diselenggarakan.
G.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan di dalam penelitian lapangan, pada dasarnya adalah
sebuah proses yang sedang berjalan. Peneliti memformulasikan hipotesis dan mencatat
tema-tema penting melalui penelitiannya. Sebagai penelitian progress, beberapa
hipotesisnya akan dikesampingkan (dibuang), sementara hipotesis lainnya justru akan
diperbaiki, atau diformulasikan. Langkah final yang penting di dalam analisis data
kualitatif adalah mempertimbangkan semua kasus yang termasuk dalam hipotesis
tentatif. Ketika menganalisis data kualitatif, hal itu akan berguna untuk mencari
kebiasaan atau pola-pola penting pada sejumlah observasi yang dilakukan selama tahap
kerja lapangan.
Dalam studi tentang internalisasi ajen atikan melalui KKBb ini peneliti pun
berhasil menangkap beberapa fenomena yang merujuk pada pola-pola perilaku
anak-anak anggota Komunitas Hong yang terbina melalui proses pembiasaan dan keteladanan.
Untuk mencapai tujuan pokok penelitian, peneliti dalam hal ini mengumpulkan
data, memproses data, membuat analisis, dan menginterpretasikan data. Analisis data
adalah proses sebuah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Sesudah data dianalisis dan diperoleh informasi yang lebih
simpel, semua itu segera diinterpretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih
luas dari hasil penelitian.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan, dalam hal ini
peneliti melakukan analisis data. Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini pada
dasarnya mempergunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma fenomenologis
/setting alamiah. Yang disebut setting alamiah adalah bahwa sumber data diperoleh
secara langsung dan kedudukan peneliti dalam hal ini adalah sebagai key instrument
(Fraenkel and Wallen, 1990: 368); (Bogdan dan Biklen, 1982: 27-30). Tentang hal ini