• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNALISASI

AJEN ATIKAN

MELALUI

KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK BUHUN

UNTUK MEMBINA KESALEHAN BUDAYA

(Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Dalam Bidang Pendidikan Umum dan Nilai Konsentrasi Pendidikan Nilai

Promovendus:

Nia Dewi Mayakania 0907725

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM DAN NILAI

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

==================================================================

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S3

==================================================================

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun

Untuk Membina Kesalehan Budaya

(Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Oleh

Nia Dewi Mayakania

S.Kar. STSI Surakarta, 1986 M.Hum. UGM Yogyakarta, 1993

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Prodi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

© Nia Dewi Mayakania 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Lembar Persetujuan Disertasi

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

UNTUK DIAJUKAN MENGIKUTI UJIAN TAHAP II

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd. NIP. 194902271977031002

Ko-promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 196203161988031003

Anggota

Dr. Sukanta, S.Kar., M.Hum. NIP. 196209171989031002

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Umum

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 196203161988031003

(4)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Internalisasi Ajen Atikan dan Kerangka Pendidikan 13

(5)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

3. Jenis-jenis Kawih 33

a. Kawih kepesindenan 33

b. Kakawihan Kaulinan Barudak buhun (KKBb) 37

c. Kawih Wanda Anyar 38

1). Kawih Kaulinan Barudak Wanda Anyar (KKBa) 38

2). Kawih Wanda Anyar Remaja 40

3). Kawih Wanda Anyar Dewasa 41

d. Kawih Degung Tradisi 42

e. Kawih Panambih Tembang Cianjuran 43

C. Studi KKBb dalam Tinjauan Pendidikan Umum 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 85

B. Subjek Penelitian 85

C. Pendekatan Penelitian 85

D. Metode Penelitian 86

E. Instrumen Penelitian 88

F. Teknik Pengembangan Instrumen 89

G. Teknik Pengumpulan Data 90

H. Teknik Analisis Data 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 96

1. Profil Komunitas Hong 96

a). Sekilas Riwayat Sang Penggagas 96

b). Sejarah Pendirian dan Perkembangan Komunitas Hong 98

2. Isi dan struktur KKBb 103

a). Isi KKBb dalam konteks sosial budaya dan pendidikan 103

b). Struktur KKBb 121

(6)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2). Rangkuman ajen atikan 150

x

B. Pembahasan 153

1. Proses Internalisasi Ajen Atikan 153

2. Strategi Internalisasi Ajen Atikan 176

3. Faktor Pendorong dan Penghambat 200

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 204

1. Kesimpulan Umum 204

2. Kesimpulan Khusus 209

B. Rekomendasi 209

DAFTAR PUSTAKA 211

LAMPIRAN-LAMPIRAN 219

(7)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Hal

1. 2.1. Perbandingan Sistem Pembelajaran 67

2. 4.1. Analisis unsur Musikal 149

3. 4.2. Analisis unsur Bahasa dan Sastra 151

4. 4.3. Analisis unsur Permainan 152

5. 4.4 7 unsur kebajikan berdasarkan Borba 168

6. 4.5 15 karakter menurut Fakry 170

(8)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hal

1. 2.1. Tahap pencapaian kesalehan budaya 24

2. 2.2. Alur Pembelajaran 47

3. 2.3. Bagan Strategi Internalisasi 83

4. 2.4. Bagan Kerangka Berpikir 84

5. 3.1. Model Induktif dalam Penelitian Kualitatif 88

6. 3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi wawancara 92

7. 3.3. Alur Penelitian KKBb 95

8. 4.1. Mohamad Zaini Alif 97

9. 4.2. Baligho Komunitas Hong 101

10. 4.3 Beragam Permainan Anak-anak 102

11. 4.4. Sebagian Anak-anak Komunitas Hong 102

12. 4.5. Taksonomi Seni 105

13. 4.6. Anak pria bermainTokecang 112

14. 4.7 Pertunjukan dog-dog dan angklung di CFD 119

15. 4.8. Permainan dog-dog dan angklung di Jln. Naripan 119

16. 4.9. Anak-anak sedang bermain Slepdur 123

17. 4.10. Anak-anak sedang bermain Perepet Jengkol 125

18. 4.11. Anak-anak sedang bermain Ayang-ayang Gung 129

19. 4.12. Anak-anak sedang bermain Tokecang 131

(9)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21. 4.14. Anak-anak sedang bermain Ambil-ambilan 138

22. 4.15. Anak-anak sedang bermain Ucang Angge 140

23. 4.16. Anak-anak sedang bermain Paciwit-ciwit Lutung 142

24. 4.17. Anak-anak sedang bermain Oray-orayan 145

25. 4.18. Anak-anak sedang bermain Hom Pim Pah 148

xiii

26. 4.19. Anak-anak sedang bermain Suten 148

27. 4.20. Permainan Kerkeran 157

28. 4.21. Permainan Panggal (gaasing) 157

29. 4.22. Permainan Kukuyaan 158

30. 4.23. Sajian makanan tradisional 159

31. 4.24. Upacara Buka Leuit 161

32. 4.25 Bagan Strategi Internalisasi 173

33. 4.26 Perminan Jajankungan (egrang) 179

34. 4.27. Permainan Rorodaan 179

35. 4.28. Permainan Wawayangan 179

36. 4.29. Bagan Internalisasi 182

37. 4.30. Pola Tritangtu 186

38. 4.31. Perkembangan dan organisasi sikap individu 196

39. 4.32. Membersihkan aarena bermain 197

40. 4.33. Menyapu air hujan 198

41. 4.34. Bersosialisasi 198

42. 4.35. Bersiap menyapu 199

43. 4.36. Beramah tamah dengan pengunjung 199

44. 4.37. Kebersamaan 200

(10)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hal

1. 1. Wawancara 219

2. 2. Foto-foto 243

3. 3. Rumpaka lagu-lagu KKBb 261

4. 4. Plakat dan sertifikat penulis

5. 5. Artikel-artikel Koran

6. 6. Piagam-piagam Komunitas Hong

(11)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(12)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nia Dewi Mayakania

Internalisasi Ajen Atikan melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun

untuk Membina Kesalehan Budaya

(Studi pada Komunitas Hong di Dago Pakar-Bandung)

ABSTRAK

Disertasi ini merupakan hasil penelitian tentang internalisasi ajen atikan melalui Kakawihan Kaulinan Barudak buhun (KKBb), yang dilakukan oleh Komunitas Hong di Dago Pakar Bandung. Penelitian ini melibatkan sejumlah anggota Komunitas Hong yang terdiri atas sejumlah anak, pimpinan, pembimbing, orang tua, juga pengunjung. Masalah inti yang diangkat dilatarbelakangi oleh banyaknya indikator yang menunjukkan degradasi nilai moral generasi muda khususnya anak-anak. Fenomena ini diantisipasi oleh Komunitas Hong dengan menanamkan ajen atikan melalui KKBb. Pertanyaan penelitian yang mengemuka adalah (a). bagaimanakah profil Komunitas Hong ? (b). bagaimanakah isi dan struktur KKBb itu ? (c). bagaimana proses internalisasi yang dilakukan ? (d). bagaimana strategi internalisasinya ?, dan (e). apa saja yang menjadi faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam upaya proses internalisasi tersebut ? Beberapa teori yang dirujuk, di antaranya: Teori Pendidikan, Teori Bermain; Teori Membangun Kecerdasan Moral; Teori Fungsi Seni; Teori Estetika & Filosofi Budaya; Teori Karawitan & Sastra. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Adapun pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Proses analisis data dilakukan melalui reduksi data, display data, dan konklusi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam konteks sosial budaya, KKBb memiliki fungsi yang dominan di dalam membangun kehidupan manusiawi. Secara praktik, proses internalisasi ajen atikan yang berpijak pada konsep Komunitas Hong: mengenal alam, mengenal lingkungan, dan mengenal Tuhan, dilakukan dengan upaya memperkenalkan, memahami, dan mengajarkan KKBb melalui cara pembiasaan dan keteladanan. Sementara strategi internalisasi ajen atikannya dilakukan melalui upaya: mengaktifkan ranah afektif, membina perilaku positif secara berulang-ulang, dan upaya transfer nilai dengan cara yang pasti, kontinyu, pelan-pelan, sedikit demi sedikit, dalam nuansa kebersamaan dan kekeluargaan. Adapun ajen atikan (nilai-moral) yang diinternalisasikan, berkisar pada penanaman ajen atikan yang pada dasarnya berupa nilai-nilai kebaikan seperti : kejujuran, kedisiplinan, kepatuhan, keindahan, kebersamaan, toleransi, tenggang rasa, tanggung jawab, kepemimpinan, kesadaran, kearifan, kekuatan fisik, sportifitas, dan lain sebagainya. Ajen atikan ini pada dasarnya merupakan the hidden curriculum yang terintegrasi secara langsung di dalam seluruh unsur KKBb yang meliputi unsur musikal, unsur bahasa dan sastra, juga unsur permainan. Faktor pendorong dan penghambat di dalam upaya ini, berupa faktor-faktor yang muncul dari dalam (bersifat intern) dan dari luar (bersifat extern). Faktor-faktor ini pada dasarnya menjadi stimulus terhadap keberadaan KKBb itu sendiri sebagai media pendidikan nilai.

(13)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata kunci: ajen, atikan, kakawihan, kaulinan, barudak, buhun.

Nia Dewi Mayakania

Internalisasi Ajen Atikan melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun untuk Membina Kesalehan Budaya

(Studi pada Komunitas Hong di Dago Pakar-Bandung)

ABSTRACT

This study is the result of research on the internalization of ajen atikan (education values) through KKBb conducted by Komunitas Hong at Dago Pakar Bandung. This research involves a number of members of the Komunitas Hong which consists of a number of children, leaders, coaches, parents, and also visitors.

The core issue raised is motivated by many indicators that show the moral degradation of the younger generation, especially children. This phenomenon was anticipated by Komunitas Hong to instill ajen atikan through KKBb. The research questions which arise are (a). how the profile of Komunitas Hong ? (b). how the contents and structure of KKBb ? (c). how the internalization process ? (d). how the internalization strategy? and (e). what are the factors driving and inhibiting the efforts of the internalization process? Several theories used are: educational theory, the theory of play, theory of building moral intelligence, the theory of the function of art, aesthetic and philosophy of cultural theory, musical and literary theory. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. The data collection is done through library research, documentation studies, and field research. The process of data analysis is done through data reduction, data display, and conclusion.

The results showed that in the socio-cultural context, KKBb has a dominant function in building a human life. Practically , the ajen atikan internalization process is based on the concept of Komunitas Hong; knowing the nature, knowing the culture, knowing the God. The KKBb’s values is thought through habituation and exemplary system. While the ajen atikan internalization strategies made through efforts to activate the affective domain, to foster positive behavior repeatedly, and the transfer of value in a certain way, continuous, slowly, step by step, in shades of togetherness. As for ajen atikan (moral values) that learned revolves around the planting ajen atikan which is essentially virtues such as honesty, discipline, obedience, unity, tolerance, responsibility, dexterity, leadership, awareness, wisdom, physical strength, sportsmanship, and so on. Basically, the values are the hidden curriculum that is integrated directly in the whole element of KKBb such as musical elements, elements of language and literature, as well as elements of the game. The driving and inhibiting factors, in this effort, comes from within (internal ), and from outside ( extern). These factors essentially becomes a stimulus to the existence of the KKBb itself as a medium of values education.

(14)

Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keywords: ajen, atikan, kakawihan, kaulinan, barudak, buhun.

(15)

1 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masyarakat Sunda adalah sebuah etnis yang berada di belahan bumi Indonesia.

Sebagai salah satu etnis, masyarakat Sunda tentu saja memiliki beragam pranata

kehidupan budaya tradisi yang merupakan simbol dan cerminan bagi kehidupan

masyarakatnya. Ditinjau dari letak geografis, wilayah Sunda merupakan wilayah yang

sangat rentan terkontaminasi oleh budaya asing, karena lokasinya yang berdampingan

dengan wilayah ibukota negara---yakni Jakarta---yang merupakan pintu masuknya

beragam arus budaya asing. Kerentanan ini semakin hari semakin terlihat, terlebih

dewasa ini dunia teknologi informasi sudah sedemikian jauh berkembang, bahkan

hingga ke pelosok-pelosok wilayah yang terpencil sekalipun. Beragam arus teknologi

informasi yang demikian deras perkembangannya, telah membawa dampak yang sangat

signifikan terhadap perubahan perilaku budaya masyarakat.

Pengaruh budaya dan teknologi informasi yang demikian deras tersebut, telah

sedemikian jauh menyusup ke dalam relung-relung kehidupan masyarakat, dan kondisi

ini telah membawa akibat yang sangat kompleks, terutama di dalam menentukan laju

perkembangan arah pendidikan anak bangsa. Homogenitas atau heterogenitas budaya

adalah dampak globalisasi yang kini merambah di seantero bumi Indonesia, terlebih di

wilayah etnis Sunda. Budaya asing telah memberi warna yang dominan di dalam

menentukan arah perkembangan nilai-moral dan etika anak bangsa. Carut-marutnya

nilai-nilai moral dan etika di dalam masyarakat Sunda dewasa ini, telah menjadi suatu

tantangan bagi dunia pendidikan untuk berbuat sesuatu guna mengantisipasi perihal

fenomena globalisasi seperti tertuang di atas. Kondisi seperti tertuang di atas, lebih

diperparah lagi dengan munculnya prediksi tentang carut-marutnya sistem pendidikan

nasional yang menurut beberapa kalangan terlalu mementingkan aspek kognitif.

Pembelajaran cenderung makin keilmuan dan rasional serta value free. Parameter hidup

(16)

2 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hukum haram-halal, dosa-pahala, ibadah-amaliah, dan lain-lain. Parameter norma agama

juga budaya tradisional sudah tersapu oleh pikiran ilmiah dan yuridis formal saja. Cita

rasa: sadness, griefness, happiness yang agamis dan kultural, sudah hapus dari relung

suara hati kemanusiaan (kolbu/qolbun), dengan kata lain pembelajaran dewasa ini

cognitive based (Djahiri, t.t. : 55).

Beragam fenomena budaya yang menampakkan carut-marutnya kondisi tersebut,

indikatornya dapat terlihat dari berbagai perilaku kehidupan masyarakat dewasa ini,

salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Sauri (2009: 7) bahwa indikator tersebut

terlihat dari praktik sopan santun para siswa yang kini sudah memudar. Hal ini bisa

terlihat dari cara berbicara sesama mereka, perilakunya terhadap guru dan orang tua,

baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Kata-kata kotor yang tidak

sepantasnya diucapkan oleh anak seusianya seringkali terlontar. Sikap ramah terhadap

guru ketika bertemu dan penuh hormat terhadap orang tua pun tampaknya sudah

menjadi sesuatu yang sulit ditemukan di kalangan anak usia sekolah dewasa ini.

Anak-anak usia sekolah seringkali menggunakan bahasa yang jauh dari tatanan nilai budaya

masyarakat. Bahasa yang kerap digunakannya pun tidak lagi menjadi ciri dari sebuah

bangsa yang menjunjung tinggi etika dan kelemah-lembutan.

Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas, Karyono (2010: 94) menyatakan pula

bahwa:

(17)

3 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beragam fenomena yang mempertunjukkan masalah dekadensi moral, akhlak dan

etika, dewasa ini sering mencuat di mass-media Maraknya pemberitaan yang

berkonotasi negatif dan bertentangan dengan etika, semakin hari semakin bertambah dan

sulit dibendung seperti pemberitaan tentang perkelahian (siswa-siswa, siswa-guru,

anak-orang tua, siswa-kepala sekolah), pergaulan bebas, siswa dan mahasiswa terlibat kasus

narkoba, remaja usia sekolah yang melakukan perbuatan amoral, kebut-kebutan di

jalanan yang dilakukan remaja usia sekolah, siswa bermain di pusat perbelanjaan pada

saat jam pelajaran, hingga siswa SD yang merayakan kelulusan dengan pesta minuman

keras (Sauri, 2009: 2). Beberapa tahun yang lalu diberitakan tentang adanya anak yang

meninggal dunia karena meloncat dari gedung bertingkat (meniru Superman di layar

kaca), juga adanya anak yang mengalami patah tulang karena dibanting oleh temannya

saat bermain (meniru Smack Down di layar kaca). Perihal seperti tertuang di atas

semestinya tidak akan terjadi seandainya orang tua peduli terhadap dunia anak-anak

yang kini tengah gandrung dengan media televisi. Pemberitaan terakhir yang

mencuatkan fenomena seperti tertuang di atas adalah berita tentang seorang anak

selebritis yang mengendarai mobil di jalan tol, menabrak mobil lainnya di jalur yang

berlawanan dan mengakibatkan tewasnya 4 orang di tempat kejadian. Anak tersebut

sesungguhnya masih di bawah umur dan belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)

karena masih di bawah umur. Peristiwa yang mengenaskan tersebut tampaknya tidak

ditanggapi sebagai sesuatu yang “luar biasa” oleh keluarga si anak, bahkan cenderung

sebagai hal tersebut sebagai sesuatu yang dapat dibeli/diganti dengan uang/materi.

Michele Borba seorang pakar di bidang ilmu pendidikan menuliskan kekhawatiran

yang serupa dengan apa yang telah diuraikan di atas. Dalam bukunya Building Moral

Intelligence (2001: 4-5)) ia mengupas tentang beragam fenomena perilaku anak-anak

yang menyimpang akhir-akhir ini.

It’s increasingly apparent that number of kids are in serious trouble because

they’ve never acquired moral intelligence. With only flimsy consciences, poor

impulse control, underdeveloped moral sensitivity, and misguided beliefs, they are greatly handicapped. Although the cause of moral decline are complex, one fact is

(18)

4 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

moral intelligence, for mayor reason. First, a number of critical social factors that nurture moral character are slowly disintegrating adult supervision, models of moral behavior, spiritual or religious training, meaningful adult relationships, personalized schools, clear national values, community support, stability, and adequate parenting. Second, our kids are being steadly bombarded with outside message that go against the very values we are trying to instill. Both factors are

contributing greatly to our kids’ moral demise as well as to their loss of

innocence.

Our challenge is even tougher because those incessant toxic messages come from a variety of sources to which our kids have extremely easy access. Television, movies, video games, popular music, and advertising are certainly among the worst moral offenders because they flaunt cynism, disrespect, materialism, causal sex, vulgarity, and the glorification of violence. The amount of bad stuff in cyberspace is staggering pornografphy, stalkers, Satanism, pedophiles, and so

many new hate sites even the best filters can’t screen them all. Of couse the popular media aren’t the only toxic influence; anyone or anything that counters your family’s moral convictions is a potential threat, so add peers, other adults,

and even the evening news to your list.

Uraian di atas telah menuangkan tentang adanya gejala ketimpangan di dalam

pembentukan kepribadian anak pada umumnya, untuk tumbuh menjadi insan yang

memiliki kesalehan budaya. Keluarga yang semestinya merupakan sumber pendidikan

nilai, kini telah mengalami reduksi peran. Sementara itu, beragam institusi lainnya

seperti institusi pendidikan, institusi pekerjaan, juga pengaruh informasi, dan juga

persinggungan dengan budaya luar, memberikan andil yang signifikan dan cukup besar

di dalam menentukan perilaku global. Dalam kondisi seperti ini, pertahanan nilai moral

masyarakat akan semakin goyah bahkan semakin tergerus dan pada akhirnya akan

tergantikan oleh nilai-nilai baru yang lebih berkonotasi sebagai values free. Perihal

demoralisasi tersebut dapat diidentifikasi melalui beberapa hal yakni: (1). Maraknya

budaya global, telah menyeret anak bangsa menjadi insan yang individualistis, kurang

memiliki etika sopan santun, dan kurang memiliki kepedulian terhadap kekayaan

warisan budaya tradisi Sunda; (2).Carut-marutnya kondisi perilaku anak didik menjadi

barometer bahwa dewasa ini dunia pendidikan (formal, informal, dan non-formal)

dalam hal membina sosok anak-anak, tidak sinergi dan nyaris tidak berpijak pada

(19)

5 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk menggunakan seni tradisi (khususnya musik) sebagai media bagi pembelajaran

bagi pembinaan anak-anak agar mereka dapat memiliki kesalehan budaya.(4).Kondisi

seperti tertuang di atas, lebih diperparah lagi dengan semakin pesatnya perkembangan di

bidang teknologi dan informasi. Hal ini telah menyebabkan anak cenderung bersifat

individualistis. Sebagai contoh, dapat kita lihat pada kehidupan anak sehari-hari. Pada

era globalisasi ini seorang anak akan merasa cukup nyaman, tenang, dan terhibur hanya

dengan mengotak-atik playstation (PS) di dalam kamarnya. Ia tidak perlu bergaul

dengan sesama anak lainnya, karena dengan bermain playstation ia sudah merasa

mendapat permainan yang mengasyikkan. Dan untuk sekedar ingin ngobrol dengan

teman pun, seorang anak akan dengan mudah mengangkat telephone selularnya. Ini

semua ia lakukan dengan cara yang sangat mudah.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bagaimana melemahnya kesalehan

budaya khususnya di Indonesia. Untuk itu kiranya dipandang sangat perlu untuk segera

menggalakkan kembali pendidikan karakter sebagai payung bagi terbentuknya

kesalehan budaya yang nyaris hilang dari kehidupan masyarakat. Tentang pendidikan

karakter ini, semestinya diberikan kepada individu sedini mungkin dengan menerapkan

pendidikan nilai, mulai dari lingkungan keluarga sampai kepada lingkungan yang lebih

luas, semenjak kanak-kanak hingga dewasa. Tentang penerapan pendidikan nilai itu,

semestinya hal itu dilakukan dengan bersandar pada nilai-nilai budaya masyarakat dan

nilai-nilai agama yang diyakini masyarakat. Penanaman nilai-nilai sesungguhnya

merupakan bagian paling esensi dari pendidikan umum, dan dapat dibinakan melalui

berbagai wadah, berbagai sistem, dan berbagai bentuk. Salah satu bentuk pembinaan

tersebut adalah internalisasi nilai.

Internalisasi nilai dapat dilakukan di berbagai institusi, baik institusi formal,

informal, maupun non formal. Perihal ini dipertegas oleh Sumaatmadja (2005: 39)

bahwa pembangunan dan pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh oleh

seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya terarah kepada aspek intelektual, keterampilan,

dan etos kerjanya, melainkan---yang lebih utama---kepada aspek moral dan mentalnya,

(20)

6 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

moral-mental dengan aspek kecerdasan-kecendekiaan, keterampilan, dan etos kerjanya.

Oleh karena itu, proses pemanusiaan individu menjadi pribadi (individu yang memiliki

kepribadian), menyangkut bidang pendidikan yang luas dan komprehensif meliputi;

pendidikan akademik, pendidikan keterampilan, dan pendidikan umum. Semua aspek

pendidikan dengan unsur-unsur spiritual, mental, moral, intelektual, dan keterampilan,

tidak hanya diproses dalam wadah formal yang disebut sekolah, melainkan harus

dilakukan oleh semua lembaga yang ada di masyarakat.

Sebagai esensi dari pendidikan umum, internalisasi nilai dapat dilakukan melalui

beragam media, beragam proses dan beragam strategi. Beberapa media yang dapat

melakukan penanaman nilai-nilai karakter tersebut di antaranya dapat melalui

kegiatan-kegiatan positif yang ada di dalam kelompok masyarakat seperti klub-klub olah raga,

dan klub-klub kesenian. Di dalam klub-klub inilah setiap individu akan ditempa untuk

menyerap nilai-nilai sosial dan budaya karena pada dasarnya manusia diciptakan Tuhan

untuk hidup bersama (dengan yang lainnya). Di dalam kehidupan bersama inilah,

anak-anak akan dapat menuangkan sifat-sifat hakiki kemanusiaannya.

Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup berkelompok/bermasyarakat, karena masyarakat terdiri dari pada kumpulan kelompok manusia. Kehidupan manusia perseorangan ditentukan oleh kelompok-kelompok di mana ia menjadi anggota. Ia lahir sebagai seorang makhluk yang tidak berdaya walaupun mempunyai benih-benih sifat sebagai manusia, akan tetapi tanpa pergaulan dan hubungan dengan sesama manusia, sifat-sifat kemanusiaannya tidak akan dapat berkembang.

(Suhamihardja, 1972: 21).

Berpijak pada beberapa poin permasalahan yang teridentifikasi di atas, penulis merasa

bahwa untuk menangani permasalahan tersebut diperlukan langkah-langkah

antisipatif-edukatif melalui internalisasi nilai.

Internalisasi nilai ini dapat dilakukan oleh beragam wadah/institusi (formal,

informal, dan non formal) dan beragam media. Dalam kesempatan ini penulis akan

membatasi penelitian tentang internalisasi ini hanya pada internalisasi nilai yang

(21)

7 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang secara esensial tertumpu pada (1). Maraknya budaya

global, telah menyeret anak bangsa menjadi insan yang individualistis, kurang memiliki

etika sopan santun, dan kurang memiliki kepedulian terhadap kekayaan warisan budaya

tradisi Sunda; (2).Carut-marutnya kondisi perilaku anak didik menjadi barometer bahwa

dewasa ini dunia pendidikan (formal, informal, dan non-formal) dalam hal membina

sosok anak-anak, tidak sinergi dan nyaris tidak berpijak pada kekayaan budaya tradisi;

(3). Kurangnya kesadaran institusi pendidikan dan masyarakat untuk menggunakan seni

tradisi (khususnya musik) sebagai media pembelajaran bagi pembinaan anak-anak agar

mereka dapat tumbuh sebagai sosok pribadi yang memiliki kesalehan budaya.

(4).Semakin pesatnya perkembangan di bidang teknologi dan informasi, telah

menyebabkan anak cenderung bersifat individualistis. Untuk itu perlu segera dilakukan

penelitian yang berkaitan dengan internalisasi nilai yang dilakukan oleh Komunitas

Hong melalui Kakawihan Kaulinan Barudak buhun (KKBb). Adapun pertanyaan global

yang mengemuka di dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah internalisasi ajen

atikan melalui KKBb untuk membina kesalehan budaya yang dilakukan oleh Komunitas

Hong “. Pertanyaan global tersebut akan dielaborasikan dalam susunan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil Komunitas Hong ?

2. Bagaimana isi dan struktur KKBb ?

3. Bagaimana strategi internalisasi ajen atikan melalui KKBb, dalam membina kesalehan budaya yang dilakukan oleh Komunitas Hong ?

4. Bagaimana proses internalisasi ajen atikan yang terdapat dalam KKBb, dilakukan

oleh Komunitas Hong ?

5. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat di dalam melakukan proses internalisasi ajen atikan yang terdapat di dalam KKBb ?

B. Tujuan Penelitian

(22)

8 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mengetahui isi dan struktur KKBb

3. Untuk mengetahui bagaimana proses internalisasi ajen atikan yang terdapat

dalam KKBb, dilakukan oleh Komunitas kepada para anggotanya,

khususnya kelompok anak-anak.

4. Untuk mengetahui bagaimana strategi internalisasi ajen atikan yang

dilakukan oleh Komunitas Hong melalui media KKBb, dalam membina

kesalehan budaya khususnya di lingkungan anak-anak.

5. Untuk memperoleh gambaran tentang apa saja yang menjadi faktor

pendukung dan penghambat di dalam melakukan proses internalisasi ajen

atikan yang terdapat di dalam KKBb ?

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoretis

a. Dapat memberikan kontribusi dan solusi alternatif bagi pengembangan dunia

pendidikan, khususnya bagi pendidikan anak-anak. Pendidikan yang bertumpu

pada pembinaan karakter dan kepribadian individu, hingga kini belum

dilaksanakan secara lebih serius. Permainan anak-anak---khususnya yang disertai

nyanyian---dapat mendidik individu secara psikis atau kejiwaan. Itu sebabnya

kesenian ini akan dapat dijadikan langkah alternatif kajian, dan solusi bagi

perbaikan akhlak dan mental seseorang. Hal ini merupakan realitas yang harus

ditindak-lanjuti sebab hingga saat ini dunia pendidikan alternatif belum

dikembangkan secara akademik.

b. Dapat dijadikan sebuah pijakan bagi ketiadaan solusi alternatif pendidikan dan

jiwa bangsa Indonesia. Dari kondisi faktual tersebut, diharapkan kelak perihal ini

akan dapat diakomodasikan sebagai bahan perumusan secara praksis bagi

kepentingan pendidikan kepribadian bangsa kita yang sarat dengan nilai kultural.

2. Secara Praktis

a. Membantu menyelesaikan problematika anak Indonesia---khususnya

(23)

9 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permainan-permainan yang bersandar pada teknologi modern, yang diprediksi

berdampak negatif pada perkembangan kejiwaan anak.

b. Memberikan tuntunan alternatif terhadap arah kurikulum pendidikan praksis dan

model pembelajaran bagi anak, terutama yang berkaitan dengan pendidikan nilai.

c. Memberikan dampak secara praksis dan lebih rasional bagi operasionalisasi

pendidikan formal anak, sehingga tidak terjerumus ke dalam fanatisme kultural

yang berlebihan dan tidak berdasar.

d. Membantu membangkitkan kesalehan budaya masyarakat---khususnya bagi

masyarakat Sunda---yang dewasa ini diprediksi semakin mengendur, bahkan

nyaris hilang tergerus budaya asing.

E. Lokasi dan Sumber Penelitian

Lokasi penelitian beralamat di Jalan Bukit Pakar Utara No. 35 Bandung 40198,

Jawa Barat, sedangkan narasumber penelitiannya adalah pimpinan, para pengasuh, para

orang tua, dan anak-anak yang menjadi anggota Komunitas Hong.

Tentang alasan peneliti mengambil lokasi dan responden penelitian di Komunitas

Hong, hal ini dikarenakan bahwa pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, di

dalam Komunitas Hong ini terlihat proses internalisasi ajen atikan---terutama melalui

KKBb---yang pada akhirnya bermuara pada pembinaan sikap kepribadian anak yang

cukup terpuji yakni dapat menjadikan sosok anak untuk dapat memiliki kesalehan

budaya.

Penelitian disertasi tentang internalisasi ajen atikan melalui KKBb ini, juga telah

dilengkapi oleh hasil temuan yang diperoleh melalui 2 kali penyelenggaraan seminar

yang melibatkan para mahasiswa dan dosen. Adapun seminar tersebut adalah:

1. Seminar Internasional yang mengangkat tema “Strengthening Character

Education in Early Childhood and Primary Education”. Seminar ini

diselenggarakan pada tanggal 10 Desember 2011 di UPI Bandung.

Penyelenggaranya adalah Prodi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana UPI

(24)

10 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Seminar Kebudayaan yang mengangkat tema “Permainan Tradisional Sebagai Sarana Penguatan Pendidikan Karakter”. Seminar ini diselenggarakan pada tanggal 24 April 2013 di UPI Bandung. Penyelenggaranya adalah BEM

Himpunan Mahasiswa Civics Hukum Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

FPIPS UPI Bandung.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini akan ditulis dalam 5 Bab dengan perincian sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN, akan berisi :

1. Latar Belakang Penelitian,

Latar belakang penelitian akan berisi uraian yang menggambarkan tentang

beragam fenomena yang menjadi landasan utama untuk melaksanakan penelitian.

Fenomena yang tergambar tersebut, terfokus pada masalah kesalehan budaya yang

menurut pengamatan para pakar, dewasa ini tengah mengalami degradasi. Ketimpangan

sosial tersebut terlihat nyata dengan semakin melemahnya kesalehan budaya di berbagai

kalangan masyarakat, salah satunya di kalangan anak-anak.

Anak-anak sebagai generasi penerus dalam hal ini tentu saja harus dibina agar

kelak tidak berperilaku negatif seperti apa yang tertuang di dalam uraian sebelumnya.

Pembinaan anak untuk hal tersebut dapat dilakukan melalui beragam pembinaan, baik

yang bersifat formal, non-formal, maupun infomal. Menurut pengamatan para pakar,

pembinaan yang paling baik adalah pembinaan yang dilandasi oleh latar belakang

budaya tradisi dan agama, juga memiliki kedekatan dengan dunia anak, dan dunia anak

yang paling dekat adalah dunia permainan. Permainan anak yang dilakukan melalui

nyanyian memiliki nilai plus dalam hal membina karakter anak, karena melalui

ritme/irama anak akan digiring untuk memiliki budi pekerti yang halus.

Komunitas Hong merupakan sebuah wadah yang sangat concern di dalam

menggeluti dunia permainan tradisional. Menurut pengamatan, komunitas ini telah

berhasil membina kesalehan budaya bagi kelompoknya. Salah satu media permainan

(25)

11 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang tergambar di dalam uraian latar belakang, maka

selanjutnya dituliskan identifikasi permasalahan yang terkandung di dalamnya. Berpijak

pada identifikasi permasalahan tersebut, maka permasalahan itu dirumuskan ke dalam

beberapa butir pertanyaan yang berkisar pada “bagaimana strategi internalisasi ajen

atikan yang dilakukan oleh Komunitas Hong melalui KKBb, bagaimana proses

internalisasi ajen atikan melalui KKBb untuk membina kesalehan budaya yang

dilakukan oleh Komunitas Hong, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan

penghambat di dalam melakukan proses internalisasi ajen atikan yang terdapat di dalam

KKBb”.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian akan mengacu pada apa yang menjadi fokus pada rumusan

permasalahan yakni untuk mengetahui bagaimana proses internalisasi ajen atikan yang

terdapat dalam KKBb dilakukan oleh Komunitas Hong, bagaimana strategi internalisasi

ajen atikan melalui KKBb, untuk membina kesalehan budaya yang dilakukan oleh

Komunitas Hong, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat di

dalam melakukan proses internalisasi ajen atikan yang terdapat di dalam KKBb ?

4. Manfaat Penelitian

Dalam hal manfaat akan dipilah menjadi manfaat yang bersifat teoretik dan

bersifat praktik. Secara teoretik dapat dimanfaatkan untuk solusi alternatif

pengembangan dunia pendidikan, dan secara praktik di antaranya untuk membina

kesalehan budaya.

5. Lokasi dan Sumber Penelitian

Lokasi dan sumber penelitian adalah uraian yang menyatakan tentang wilayah dan

(26)

12 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wilayah Dago pakar Bandung, dan sumber penelitiannya adalah pimpinan, pengelola,

pelatih, dan para anggota Komunitas Hong.

Bab II KERANGKA TEORETIS

Bab ini akan akan berisi :

Dalam bab II ini akan dikupas tentang Internalisasi Ajen Atikan , kesalehan budaya,

KKBb dalam Tinjauan Pendidikan Umum, Penelitian Terdahulu yang relevan, dan

Kerangka Berpikir

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini akan berisi:

Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian; yakni berisi keterangan tentang

wilayah dan subyek penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Dago

Pakar Bandung, dengan fokusnya di Komunitas Hong. Metode Penelitian yang

digunakan adalah metode Kualitatif Praksis, dengan menggunakan pendekatan

fenomenologi, adapun Instrumen Penelitian berupa: peneliti sendiri sebagai instrumen

penelitian yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan, tape recorder, handycam,

handphone, dan buku catatan berikut alat tulis. Proses pengembangan Instrumen,

dilakukan dengan upaya menginterpretasikan situasi, menganalisis beragam peristiwa,

memperluas pengetahuan, dan memproses data secepatnya. Tentang teknik

Pengumpulan Data, hal ini dilakukan melalui studi pustaka, studi dokumentasi, studi

lapangan yang meliputi, observasi langsung, wawancara,dan pengambilan data audio,

data visual, dan data audio-visual. Analisis Data dilakukan peneliti dengan melakukan 3

langkah, yakni: mereduksi data, menyajikan (display) data, serta menarik kesimpulan.

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian akan mengupas tentang : 1. Profil Komunitas Hong, terdiri atas:

Sekilas Riwayat Sang Penggagas, Sejarah Pendirian dan Perkembangannya, juga

(27)

13 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam konteks sosial budaya, dan pendidikan. 3. Struktur KKBb terdiri atas

Deskripsi dan analisis tentang 10 buah KKBb, dan Rangkuman ajen atikan KKBb.

B. Pembahasan, akan mengupas tentang : 1. Strategi internalisasi ajen atikan melalui

KKBb. 2. Proses internalisasi ajen atikan melalui KKBb. 3. Faktor pendorong dan

penghambat dalam proses internalisasi ajen atikan yang terkandung dalam KKBb.

Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tentang Kesimpulan akan dituangkan kesimpulan secara umum dan kesimpulan

secara khusus, sementara untuk rekomendasi dituangkan beberapa usulan yang

diprediksi dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dunia pendidikan

(28)

85 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian mengenai KKBb ini dipusatkan di Pakarangan Ulin Komunitas Hong yang terletak di Jalan Bukit Pakar Utara nomor 35 – Dago Pakar Bandung. Lokasi

ini letaknya berdekatan dengan Taman Hutan Raya Djuanda. Posisi lokasi terletak di

sebelah utara agak miring ke timur laut dari Taman Hutan Raya Djuanda, dengan jarak

tempuh dari Taman Hutan Raya Djuanda kira-kira 10 menit dengan menggunakan

kendaraan roda 4 atau roda 2.

A.Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Komunitas Hong yang dipimpin oleh Mohamad Zaini

Alif. Komunitas Hong hingga dekade terakhir ini memiliki hampir 200 orang anggota

yang terdiri dari kalangan orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Golongan anak-anak di

Komunitas Hong merupakan kelompok yang terbanyak anggotanya. Kelompok

anak-anak ini menjadi subjek yang paling diperhatikan sehubungan dengan objek yang

diteliti---KKBb---berada di wilayah dunia anak-anak. Pengambilan sampel KKBb untuk

objek penelitian dilakukan secara acak, namun berdasarkan rekomendasi dari para

narasumber juga dari hasil penelitian lapangan. Meskipun pada intinya komunitas ini

berkutat di seputar dunia mainan dan permainan anak-anak tradisional dari berbagai

wilayah (di Indonesia bahkan dunia), namun yang menjadi subjek intinya adalah mainan

dan permainan anak tradisional Sunda. Sejauh ini Komunitas Hong sudah berhasil

mengumpulkan sejumlah 250 jenis mainan dan permainan tradisional Sunda. Dari

sejumlah itu yang masih hidup hanya kira-kira 40% saja (Zaini: wawancara 2012).

Sementara itu Atik Soepandi dan Oyon Sofyan Umsari (1985) telah menemukan

sejumlah 114 buah KKBb.

B.Pendekatan penelitian

(29)

86 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tentang landasan paradigma penelitian kualitatif dikupas oleh Bogdan (1982: 32) bahwa

hendaknya bersifat ethnography, ethnomethodology, symbolic interaction, dan

phenomenology :

Phenomenologist believe that for human beings multiple ways of interpreting experiences are available to each of us through interacting with others, and that is the meaning of our experiences that constitutes reality. Reality, consequently, is “socially constructed”.

Berpijak pada pendapat di atas, kiranya jelas bahwa pendekatan fenomenologi

adalah sebuah realitas yang konstruksinya dibangun oleh masyarakat sosial. Chava

Frankfort dan David Nachmias (1992: 532) mengatakan bahwa dalam penelitian

kualitatif ini para peneliti harus dapat memahami fenomena sosial secara empatik

dengan penekanan pada pengenalan tentang dimensi historis perilaku manusia, dan juga

aspek-aspek subjektif tentang pengalaman manusia. Dalam kerja ini peneliti diharuskan

untuk mencoba mengerti sikap dan institusi dengan cara mengetahui (memahami)

orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan juga hal ikhwal yang melingkupinya. Sejalan

dengan pendapat tersebut di atas, Alwasilah (2006: 103) pun menekankan bahwa apa

yang terlihat sebagai sebuah realitas, pada dasarnya adalah merupakan suatu konstruksi

sosial yang sarat dengan sejumlah makna yang terpadu dalam satu kesatuan yang utuh

dan menyeluruh.

Dalam penelitian yang fokusnya berpijak pada internalisasi ajen atikan ini, peneliti

pun melakukan pendekatan fenomenologis karena pada dasarnya perihal yang sangat

mendasar di dalam penelitian ini---degradasi nilai-moral yang berakibat merosotnya

kesalehan budaya---dibentuk oleh keadaan atau kondisi sosial masyarakatnya. Adapun

gambaran mengenai kondisi sosial masyarakat dewasa ini pada umumnya meampakkan

beragam fenomena tentang kemerosotan nilai moral di dalam tatanan kehidupan

masyarakat.

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan langkah

(30)

87 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

internalisasi ajen atikan melalui KKBb yang biasa dilakukan di Komunitas Hong. Untuk

itu langkah-langkah internalisasi ajen atikan melalui KKBb tersebut perlu dieksplorasi,

diklarifikasi, diformulasikan, sehingga penelitian ini dapat dijelaskan. Oleh karena itu

penelitian ini juga bersifat eksplanatif. Berdasarkan pengamatan penulis, metode

kualitatif ini sangat relevan dengan karakteristik permasalahan yang ada di dalam objek

penelitian. Di samping itu, penulis beranggapan bahwa pendekatan ini pun, juga

memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan pendekatan lainnya.

Uraian tentang penelitian kualitatif di atas tampaknya sinerji dengan pendapat

Frankfort dan Nachmias (1992: 182 ) yang menyebutkan bahwa penelitian kualitatif

adalah sebuah metode pengumpulan data dan analisis yang berasal dari tradisi

Verstehen. Dalam hal ini para ilmuwan harus mendapat pengertian empatik dari

fenomena sosial , dan mereka harus mengenal dua hal yakni; dimensi historis perilaku

manusia dan juga aspek-aspek subjektif tentang pengalaman manusia. Peneliti kualitatif

harus mencoba mengerti sikap dan institusi dengan cara mengetahui (memahami)

orang-orang yang terlibat di dalamnya, ritual-ritual, simbol, kepercayaan, dan emosi.

Penelitian yang dilakukan penulis ini pada dasarnya tidak membahas mengenai

produknya, melainkan lebih difokuskan untuk mengkaji suatu proses secara menyeluruh

dan satu sama lainnya yang memiliki keterkaitan. Itu sebabnya penelitian ini secara

mendasar akan membahas perilaku anak yang sangat kompleks, seperti kebersamaan,

kedisiplinan, kesadaran diri, dan kesalehan budaya. Di samping itu, sejumlah variabel

lainnya---yang mungkin berpengaruh terhadap kepribadian atau tingkah laku---dicoba

untuk didekati untuk mencapai hasil yang optimal.

Dengan cara seperti ini diharapkan gambaran mengenai fenomena internalisasi

ajen atikan yang terkandung di dalam KKBb kiranya dapat ditelusuri melalui berbagai

sudut pandang. Itu sebabnya penelitian ini dapat dikatakan memiliki karakter eksplanatif

(31)

88 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1.

Model induktif dalam penelitian kualitatif (Sumber: Alwasilah: 2000: 119)

D.Instrumen penelitian

Salah satu Instrumen pokok dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yang

berfungsi sebagai instrumen kunci (Lincoln dan Guba, 1984: 39). Perihal ini disebabkan

dalam penelitian ini peneliti akan senantiasa berhubungan dengan subjek dan objek

penelitian, juga dengan data-data dan informasi yang dijaring melalui teknik wawancara,

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala dan proses-proses yang terjadi di lapangan.

Sebagai instrumen kunci, peneliti dalam hal ini melakukan kerja lapangan dengan

menggunakan teknik partisipasi, serta studi dokumentasi media cetak dan media audio

visual, juga melalui dokumentasi hasil-hasil kegiatan keorganisasian. Teknik penelitian

yang digunakan diarahkan pada penjaringan data melalui observasi dan wawancara tidak

terstruktur-mengembang. Itu sebabnya dalam hal ini peneliti harus responsif, dapat

menyesuaikan diri dengan keadaan yang mungkin berubah-ubah, selalu menekankan

keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan serta memproses secepatnya.

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti yang berstatus sebagai instrument kunci

senantiasa bertindak aktif untuk mengamati beragam peristiwa dan fenomena, dan

1.peneliti mengumpul kan informasi

2.mengajukan pertanyaan

3.membangun kategori

6.pemahaman, teori atau hipoesis baru

5.mengembangkan pola dengan teori

(32)

89 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semua ini dilakukan dengan cara terjun langsung untuk mendalaminya. Dalam hal ini

perlu kiranya diupayakan semaksimal mungkin agar peneliti dapat mengetahui dan

menguasai semua aspek, tidak terkecuali aspek musikal seperti yang terkandung di

dalam KKBb, juga aspek-aspek lainnya yang sekiranya dianggap urgent di dalam

penelitian yang dilakukan. Aspek penunjang lainnya yang dapat membantu untuk

mendukung kelancaran pengkajian data praksis dalam penelitian, adalah penggunaan

beberapa perangkat audio dan audiovisual, juga peralatan lainnya seperti buku catatan,

alat tulis, handphone, taperecorder, dan lain sebagainya.

E.Teknik Pengembangan Instrumen

Kemantapan informasi atau data yang diperoleh dalam penelitian ini, pada

kenyataannya tidak dapat dijaring sekali saja, namun harus terus menerus mengganti,

memodifikasi, menghaluskan dan memperdalam maknanya yang dilakukan sepanjang

kegiatan penelitian ini berlangsung. Kemantapan suatu data dalam hal ini akan

dusahakan dengan upaya penggalian dari sejumlah sumber sampai mencapai pemaknaan

yang sedalam mungkin.

Peneliti sebagai instrument penelitian juga pengamat, dalam penelitian ini peneliti

tidak hanya sekedar melihat berbagai peristiwa yang ada kaitannya dengan ajen atikan,

melainkan juga mencoba menginterpretasikan situasi yang dihadapi pada saatnya. Pada

beberapa kesempatan pertunjukan Komunitas Hong, peneliti pun turut serta berkiprah di

dalamnya, dengan cara membantu persiapan pertunjukan, memberi saran dan masukkan,

membantu menyambangi tamu pengunjung, dan membantu membereskan alat-alat dan

perlengkapan pentas, pada saat pertunjukan selesai. Di sini peneliti memperhatikan

sikap, perilaku, dan respon antara anak-anak dengan para penonton/pengunjung.

Sebagai peneliti pembaca situasi, peneliti dalam hal ini berupaya untuk

menganalisis beragam peristiwa pada saatnya, di antaranya dengan memperhatikan sikap

perilaku anak-anak Komunitas Hong yang ada kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan

karakter. Dari momentum ini peneliti dapat menyimpulkan perilaku mereka sehingga

(33)

90 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai instrumen penelitian, pada kesempatan ini peneliti berupaya memperluas

pengetahuan dengan jalan memperluas kesadaran situasi. Hal ini harus dilakukan

peneliti hingga keinginan peneliti terwujud bahkan melebihi pengetahuan peneliti

sebelumnya. Hal ini akan berdampak positif terhadap pengayaan pengetahuan peneliti.

Sebagai instrumen penelitian, peneliti berupaya untuk memproses data secepatnya,

agar segera dapat disusun kembali sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menggiring peneliti

untuk melalkukan pengamatan dan wawancara secara lebih mendalam dan terinci.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian ini pada prinsipnya

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah penelitian terhadap sejumlah buku-buku yang pada

dasarnya memberikan kontribusi pemikiran bagi topik penelitian ini yang bertumpu pada

“Internalisasi Ajen Atikan melalui KKBb di Komunitas Hong”. Beberapa buku tersebut yang erat kaitannya dengan objek yang diteliti, juga dijadikan rujukan dalam upaya

mendapatkan jawaban lengkap atas pertanyaan-pertanyaan yang tertuang di dalam

rumusan masalah. Untuk lebih melengkapi data lainnya, peneliti dalam hal ini pun

menelaah pula sejumlah artikel yang dicopy dari media cetak (koran, tabloid, majalah,

jurnal, bulletin), dan sejumlah artikel yang diunduh dari media internet.

2. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi pada dasarnya terfokus pada studi tentang beberapa hal yakni :

a). Dokumentasi yang berupa Surat, Piala, dan Foto-foto Kegiatan Komunitas Hong

seperti: Surat Penghargaan, Sertifikat, Piagam Penghargaan, Piala-piala Kejuaraan, dan

sejumlah besar foto-foto kegiatan yang menunjukkan kiprah Komunitas Hong di

masyarakat.

b). Dokumentasi tentang beragam bentuk dan jenis alat-alat permainan, baik yang

berasal dari tatar Sunda, maupun yang berasal dari wilayah etnis lain di Indonesia,

(34)

91 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c). Dokumentasi tayangan audio visual tentang kiprah Komunitas Hong dan pertunjukan

permainan tradisionalnya di beberapa tempat. Dokumentasi-dokumentasi tersebut

diambil dari beberapa sumber yakni : kekayaan audio visual milik Komunitas Hong,

audio visual yang direproduksi dari media layar kaca, audio visual yang diunduh dari

jejaring dunia maya (internet), dan audio visual yang dibuat peneliti sendiri.

3. Studi Lapangan

Tentang studi lapangan ini, peneliti dalam hal ini terjun langsung ke lapangan

dalam upaya menggali data untuk melengkapi data yang diperoleh dari studi-studi

lainnya.

a). Observasi langsung-partisipatif

Dalam melakukan observasi ini, peneliti langsung terjun pada objek yang

diobservasi, dan ikut di dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diteliti.

Perihal ini benar-benar dilakukan peneliti yang terus secara berkala mengikuti hampir

setiap penyelenggaraan pertunjukan Komunitas Hong seperti pada even-even: Ulang

Tahun Bank Jabar, pertunjukan Komunitas Hong di Car Free Day Dago Bandung,

Pertunjukan Komunitas Hong di Bumi Sangkuriang, Prosesi Pertunjukan Helaran di area

Jalan Naripan Bandung, dan beberapa even pertunjukan di tempat (di lokasi Komunitas

Hong), yang diselenggarakan secara kontinyu bagi para pengunjung yang datang ke area

lokasi Komunitas Hong.

b). Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti terhadap beberapa narasumber primer dan sekunder.

Beberapa narasumber primer di antaranya tercatat: Pimpinan Komunitas Hong, Para

pelatih, dan para anggota. Sedangkan narasumber sekunder meliputi: para pengamat seni

dan budaya, para orang tua anggota, dan para pengunjung / penonton. Wawancara ini

meliputi wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Isi wawancara

umumnya berkisar pada permasalahan yang berorientasi pada objek, kaitannya dengan

(35)

92 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Interaksi di dalam wawancara merupakan suatu hal yang paling penting, namun

demikian dalam praktiknya banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap momentum

ini. Perihal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.2.

Faktor yang mempengaruhi interaksi dalam wawancara (Sumber: Nazir, 1988: 236)

c). Pengambilan data audio, data visual, dan data audio visual

Momentum ini pada dasarnya merupakan kerja perekaman atau pendokumentasian

mengenai beberapa momentum yang terjadi selama pertunjukan Komunitas Hong,

PEWAWANCARA  Karakteristik sosial  Keterampilan

melaksanakan wawancara  Motivasi

 Rasa aman

RESPONDEN  Karakteristik sosial  Kemampuan menangkap

pertanyaan  Kemauan menjawab

pertanyaan

ISI WAWANCARA  Peka untuk ditanyakan  Sukar untuk ditanyakan  Tingkat minat  Sumber kekhawatiran SITUASI WAWANCARA

 Waktu

 Tempat

 Kehadiran orang lain

(36)

93 Nia Dewi Mayakania, 2014

Internalisasi Ajen Atikan Melalui Kakawihan Kaulinan Barudak Buhun Untuk Membina Kesalehan Budaya (Studi Pada Komunitas Hong Di Dago Pakar Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selama wawancara dengan narasumber, dan selama terjadi pengamatan lainnya baik di

lokasi setempat, maupun di lokasi lain di mana pertunjukan/wawancara diselenggarakan.

G.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan di dalam penelitian lapangan, pada dasarnya adalah

sebuah proses yang sedang berjalan. Peneliti memformulasikan hipotesis dan mencatat

tema-tema penting melalui penelitiannya. Sebagai penelitian progress, beberapa

hipotesisnya akan dikesampingkan (dibuang), sementara hipotesis lainnya justru akan

diperbaiki, atau diformulasikan. Langkah final yang penting di dalam analisis data

kualitatif adalah mempertimbangkan semua kasus yang termasuk dalam hipotesis

tentatif. Ketika menganalisis data kualitatif, hal itu akan berguna untuk mencari

kebiasaan atau pola-pola penting pada sejumlah observasi yang dilakukan selama tahap

kerja lapangan.

Dalam studi tentang internalisasi ajen atikan melalui KKBb ini peneliti pun

berhasil menangkap beberapa fenomena yang merujuk pada pola-pola perilaku

anak-anak anggota Komunitas Hong yang terbina melalui proses pembiasaan dan keteladanan.

Untuk mencapai tujuan pokok penelitian, peneliti dalam hal ini mengumpulkan

data, memproses data, membuat analisis, dan menginterpretasikan data. Analisis data

adalah proses sebuah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan. Sesudah data dianalisis dan diperoleh informasi yang lebih

simpel, semua itu segera diinterpretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih

luas dari hasil penelitian.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan, dalam hal ini

peneliti melakukan analisis data. Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini pada

dasarnya mempergunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma fenomenologis

/setting alamiah. Yang disebut setting alamiah adalah bahwa sumber data diperoleh

secara langsung dan kedudukan peneliti dalam hal ini adalah sebagai key instrument

(Fraenkel and Wallen, 1990: 368); (Bogdan dan Biklen, 1982: 27-30). Tentang hal ini

Gambar

Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
gambar di bawah ini :

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat hubungan kecerdasan intelektual dengan koordinasi mata, tangan dan kaki pada cabang olahraga futsal dengan nilai

© www.arithmetic4kids.com Sign up at: www.kizmath.com.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah warga dan keluarga perokok dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Pintu

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah warga dan keluarga perokok dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Pintu

MESKI LEBARAN MASIH SEKITAR TIGA MINGGU LAGI / NAMUN TIKET ARUS BALIK MULAI DISERBU PEMBELI // UNTUK MENGANTISIPASI. PENUMPUKAN PENUMPANG PT KA DAOP VI AKAN MENAMBAH TIGA KERETA

Analisis citra – Satu hal dalam gambaran warna dibuat oleh layar komputer dibuat oleh layar komputer dengan menyiapkan setiap [pixel] (sebuah titik yang. mempunyai alamat dalam

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,kerena terbatasnya

Hulu Selangor Gombak Kuala Selangor Kelang Petaling W.P Jelebu Pekan Kuantan Maran Temerloh Bera Bentong Raub PAHANG SELANGOR Sabak Bernam Hulu L t Kuala Langat Kelang Jelebu