• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PELATIHAN PENANGANAN MASALAH BELAJAR ANAK UNTUK ORANG TUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDN DEPOK BARU 8 KOTA DEPOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM PELATIHAN PENANGANAN MASALAH BELAJAR ANAK UNTUK ORANG TUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDN DEPOK BARU 8 KOTA DEPOK."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Penirumidah, 2014

Program Pelatihan Penanganan Masalah Belajar Anak Untuk Orang Tua Anak Berkebutuhan

PROGRAM PELATIHAN PENANGANAN MASALAH BELAJAR ANAK

UNTUK ORANG TUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SDN DEPOK BARU 8 KOTA DEPOK

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Penirumidah, S.Pd

( 1104505)

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

“ Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Program Pelatihan Penanganan Masalah Belajar Anak Untuk Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus

Di SDN Depok Baru 8 Kota Depok” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini “.

Bandung, Januari 2014

Yang membuat pernyataan,

Penirumidah, S. Pd

(3)

Penirumidah, 2014

Program Pelatihan Penanganan Masalah Belajar Anak Untuk Orang Tua Anak Berkebutuhan DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

(4)

PROGRAM PELATIHAN PENANGANAN MASALAH BELAJAR ANAK UNTUK ORANG TUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SDN DEPOK BARU 8 KOTA DEPOK

Penirumidah, S. Pd/ 1104505/ program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus/ Sekolah Pasca Sarjana UPI

(5)

v

ABSTRACT

THE TRAINING PROGRAM TO MANAGE LEARNING PROBLEMS IN CHILDREN FOR PARENTS WITH CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS

AT STATE PRIMARY SCHOOL (SDN) DEPOK BARU 8, DEPOK MUNICIPALITY

Penirumidah, S.Pd./1104505/Special Needs Education Program/School of Postgraduate Studies of Indonesia University of Education

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR GRAFIK ……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Program Pelatihan ... 7

B. Penanganan Masalah Belajar Anak ... 12

C. Anak Dengan Problema Belajar ... 18

D. Orang tua Anak Berkebutuhan Khusus ... 19

E. Pendidikan Inklusif dan Sekolah Inklusif ... 21

F. Penelitian yang Relevan ………... 24

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Pendekatan Penelitian ... 25

(7)

C. Defini Konsep ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.... 28

E. Teknik Analisis Data dan Keabsahan Data... 37

F. Prosedur Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1.Pelatihan penanganan masalah belajar anak yang dibutuhkan orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok ……... 44

2.Program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok ... 63

3.Hasil validasi program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok …... 67

4.Hasil uji coba terbatas program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok ... 86

B. Pembahasan... 95

1.Pelatihan penanganan masalah belajar anak yang dibutuhkan orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok ……... 95

2.Program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok ... 96

3.Hasil validasi program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok …... 97

4.Hasil uji coba terbatas program pelatihan

(8)

SDN Depok Baru 8 Kota Depok ... 100

BAB V KESIMPULAN dan REKOMENDASI ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Rekomendasi ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan

kesempatan pada anak untuk belajar dan mengembangkan potensinya

seoptimal mungkin. Belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku,

dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, kebiasaan, sikap, pemahaman,

keterampilan, dan daya pikir. Keberhasilan seseorang dalam belajar

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang berada dalam diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu. Karena

kedua faktor mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, maka

faktor-faktor yang menghambat dalam belajar harus dihilangkan atau diminimalkan,

agar tidak menimbulkan masalah yang dapat mengganggu proses belajar

individu dalam memperoleh perubahan tingkah laku.

Setiap anak memiliki hak yang sama untuk belajar, termasuk anak

berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) menurut

Mangunsong (2009), adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan

khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat

adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Apabila kondisi

tersebut mengakibatkan gangguan dalam fungsi sehari-hari terutama belajar,

dan anak memerlukan layanan khusus, maka anak ini disebut anak dengan

problema belajar atau anak berkebutuhan khusus.

Sekolah umum penyelenggara pendidikan inklusif yang ada saat ini,

ada beberapa yang menerima ABK, dengan jenis dan tingkatan yang

bervariasi, seperti di SDN Depok baru 8 Kota Depok, yang berupaya melayani

(10)

ABK yang ada di SDN Depok baru 8 berjumlah 22 orang, sebagian

terdeteksi ABK berdasarkan hasil belajarnya dan sebagian berdasarkan tes IQ

yang sudah dilakukan. ABK yang bersekolah di SDN Depok Baru 8 Kota

Depok memiliki jenis dan tingkatan yang bervariasi, seperti ada anak

tunagrahita yang dapat membaca tetapi sering mengganggu teman, ada anak

tunagrahita yang belum bisa membaca dan menulis, ada anak autis, ada anak

yang semangat di jam pelajaran pertama tetapi setelah istirahat tidak mau

mengikuti pelajaran, ada anak yang menulis dengan tulisan yang besar-besar

sehingga kurang jelas jika dibaca oleh orang lain karena anak baru saja

menjalani operasi tumor otak, ada anak yang sulit berkonsentrasi, ada anak

yang dapat membaca tetapi tidak memahaminya, ada anak dengan gangguan

pendengaran dengan katogori ringan serta ada anak tunadaksa. Karena ABK

yang ada di SDN Depok baru 8 Kota Depok bervariasi jenis dan tingkatannya,

akibatnya guru mengalami kesulitan untuk melayaninya. Oleh karena itu

sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan sekolah, maka kepala sekolah

dan guru-guru sepakat membuat kebijakan meminta kepada orang tua untuk

menyediakan pendamping khusus bagi ABK.

Akhirnya 10 orang pendamping khusus bersedia mendampingi ABK,

yaitu tiga orang di kelas 4, dua orang di kelas 3, tiga orang di kelas 2 dan dua

orang di kelas 1. Sembilan orang dari 10 pendamping khusus untuk ABK

merupakan orang tua siswa dan satu orang merupakan tenaga pendamping

khusus yang dikirim orang tua untuk mendampingi anaknya. Orang tua

memutuskan diri untuk mendampingi ABK di kelas karena biaya untuk

menyediakan pendamping khusus yang memiliki pemahaman tentang ABK

terlalu mahal, sedangkan sebagian ABK ada yang tidak didampingi oleh

pendamping khusus karena ABK tidak punya orang tua, ABK sudah duduk di

kelas besar dan ada juga yang karena orang tua sibuk bekerja, merasa anak

sudah dapat mandiri sehingga tidak perlu menyediakan pendamping khusus.

Dari kesepuluh pendamping khusus, hanya satu pendamping yang memahami

(11)

orang tua ABK. Pendamping ini selalu menjelaskan kembali dengan bahasa

yang sederhana kepada anak, mengingatkan anak untuk berkonsentrasi saat

belajar, tidak berjalan-jalan ketika belajar, menulis dengan rapi, serta

mencatat pelajaran yang diberikan guru kepada anak untuk diulang kembali

ketika anak belajar di rumah. Melihat latar belakang pendidikan, pendamping

ini bukan orang yang memiliki latar belakang PLB, melainkan berlatar

belakang ekonomi tetapi pendamping ini pernah mengikuti pelatihan terapi.

Sementara itu, sembilan orang pendamping yang merupakan orang tua siswa,

terlihat ada satu orang tua hanya menunggu di luar kelas dan tidak membantu

guru menangani anaknya yang autis, sedangkan delapan orang tua

mendampingi anak di kelasnya masing-masing.

Ada beberapa peristiwa yang memperlihatkan perilaku atau perbuatan

orang tua sebagai pendamping khusus ABK di kelas, seperti ketika seorang

ABK tidak bersemangat mengikuti pembelajaran, orang tua yang

mendampingi ABK di kelas, tidak memberi motivasi, membujuk dan

mengarahkan anak, yang akhirnya tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan

oleh anak diselesaikan oleh orang tua. Di kelas 2, ditemui adanya orang tua

yang memaksa ABK untuk menyelesaikan tugas berhitung, tanpa menjelaskan

cara sederhana menyelesaikan soal tersebut. Anak dipaksa menyelesaikan

sepuluh soal penjumlahan, sedangkan anak hanya sanggup menyelesaikan

lima soal. Anak sudah tidak mau, tetapi orang tua tetap memaksa karena anak

lain mampu menyelesaikan sepuluh soal, akibatnya anak menangis bahkan

mogok tidak mau belajar.

Perlakuan orang tua yang selalu menyelesaikan tugas anak di kelas

serta memaksa anak untuk menyelesaikan tugas di luar batas kemampuan anak

sebenarnya bukan merupakan penanganan yang tepat, karena dapat

menyebabkan anak tidak mau belajar, akibatnya lama kelamaan dapat

menghambat anak dalam proses memperoleh perubahan tingkah laku baru

baik kecakapan, pengetahuan, kebiasaan, sikap, pemahaman, maupun

keterampilan. Padahal di sekolah inklusif, orang tua memiliki kesempatan

(12)

seperti yang diungkapkan oleh Lismaya (2008) bahwa keberadaan sekolah

inklusif yang menerima ABK sebenarnya memberikan banyak manfaat kepada

orang tua, antara lain:

1. Orang tua dapat belajar tentang bagaimana anaknya dididik

2. Orang tua dapat belajar bagaimana membimbing anak di rumah dengan teknik yang digunakan guru di sekolah

3. Orang tua dapat belajar berinteraksi dengan orang lain serta memahmi dan membantu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat

4. Orang tua juga dapat terlibat untuk membantu anak

5. Orang tua merasa dihargai dan menganggap diri sebagai mitra 6. Orang tua dapat ikut serta memberikan kesempatan belajar yang

berkualitas kepada semua anak

Oleh karena itu Dafrizal (2010) menyebutkan beberapa tindakan yang

diperlukan dari orang tua ABK, antara lain:

(1) menerima adanya perbedaan pada diri anak; (2) memberikan perhatian yang proporsional dan tidak membeda-bedakan dalam memberikan perlakuan kepada anak sesuai dengan karakteritik khususnya; (3) menyampaikan data dan informasi tentang perkembangan anak secara terbuka kepada sekolah dan guru; (4) menjalin kerjasama secara ikhlas dan jujur dengan guru untuk membantu anaknya yang mengalami problema belajar; (5) tidak memaksakan kehendak kepada anak untuk pencapaian suatu keinginan dan harapan dari orang tua.

Pendidikan di sekolah memerlukan kerjasama yang baik antara guru

dan orang tua, karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama.

Kesadaran untuk bekerjasama sebenarnya sudah ada, namun belum ditemukan

suatu pola pemberdayaan kedua belah pihak secara optimal, terutama

pemberdayaan orang tua. Padahal menurut Rohmah (2012) akan lebih baik

lagi jika peran serta orang tua ABK benar-benar diberdayakan, sehingga dapat

membantu dalam proses perlakuan yang tepat bagi anak-anak istimewa

tersebut. Untuk memberdayakan kedua belah pihak secara optimal terutama

orang tua, menurut Yusuf dkk (2006) perlu diciptakan suatu sistem

mekanisme pendidikan bersama antara guru dan orang tua, dimana guru

(13)

Mercer dalam Abdurrahman (2003) berpendapat bahwa untuk

memberikan keterampilan kepada orang tua untuk mengajar, berinteraksi dan

mengelola perilaku anak secara efektif, diperlukan sebuah program latihan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka peneliti berkeinginan

untuk melakukan penelitian yang berjudul Program Pelatihan Penanganan

Masalah Belajar Anak Untuk Orang Tua Di SDN Depok Baru 8 Kota Depok.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan masalah penelitian pada

bagaimanakah program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk

orang tua di SDN Depok Baru 8 Kota Depok?

Dari fokus penelitian, peneliti menjabarkannya menjadi beberapa

pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Pelatihan penanganan masalah belajar anak seperti apakah yang

dibutuhkan orang tua ABK di SDN Depok Baru 8 Kota Depok?

2. Bagaimanakah program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk

orang tua ABK di SDN Depok Baru 8 Kota Depok?

3. Bagaimanakah hasil validasi program pelatihan penanganan masalah

belajar anak untuk orang tua ABK di SDN Depok Baru 8 Kota Depok?

4. Bagaimanakah hasil ujicoba terbatas program pelatihan penanganan

masalah belajar anak untuk orang tua ABK di SDN Depok Baru 8 Kota

Depok?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Pelatihan penanganan masalah belajar anak yang dibutuhkan orang tua

ABK di SDN Depok Baru 8 Kota Depok.

2. Program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua ABK

di SDN Depok Baru 8 Kota Depok.

3. Hasil validasi program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk

(14)

4. Hasil ujicoba terbatas program pelatihan penanganan masalah belajar anak

untuk orang tua ABK di SDN Depok Baru 8 Kota Depok.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi:

1. Orang tua ABK agar lebih memahami dan terampil dalam menangani

masalah belajar anak baik di sekolah maupun di rumah.

2. Guru agar terus berupaya menjalin dan meningkatkan kerjasama dengan

orang tua.

3. Sekolah agar dapat menerapkan program pelatihan yang sudah dibuat dan

merancang program-program pelatihan lainnya sesuai dengan kebutuhan,

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan dari

pendekatan kualitatif dan kuantitatif, atau disebut metode penelitian

kombinasi. Menurut Sugiyono (2012) penelitian kombinasi digunakan untuk

memperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan obyektif.

Penggunaan metode penelitian kombinasi ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran efektivitas produk yaitu program pelatihan penanganan masalah

belajar anak untuk orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK), yang sudah

peneliti susun.

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama dengan

penelitian kualitatif sehingga diperoleh rancangan produk . Pada tahap

pertama ini peneliti mengkaji teori-teori tentang program pelatihan

penanganan masalah belajar anak serta mengidentifikasi kebutuhan pelatihan

pada orang tua ABK, sehingga diperoleh draf program pelatihan penanganan

masalah belajar anak yang sesuai dengan kebutuhan orang tua. Untuk

mengetahui kesahihan dari draf program pelatihan yang sudah peneliti susun,

dilakukan validasi terlebih dahulu sehingga diperoleh draf program pelatihan

yang benar-benar sah dan dapat digunakan.

Pada tahap kedua, dengan penelitian kuantitatif (eksperimen).

Penelitian kuantitatif digunakan untuk menguji efektivitas produk. Pada tahap

ini peneliti melakukan uji coba secara terbatas terhadap program yang telah

disusun sehingga melalui uji coba terbatas peneliti dapat memperoleh

gambaran tentang efektifitas program pelatihan.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Depok Baru 8 Kota Depok. Subyek

penelitian ini adalah orang tua ABK baik yang selalu mendampingi maupun

(16)

inilah yang dijadikan sebagai peserta pelatihan. Selain itu, peneliti juga

menjadikan guru dan kepala sekolah sebagai subyek pendukung penelitian

untuk memperoleh data lainnya.

Adapun alasan memilih SDN Depok baru 8 sebagai lokasi penelitian,

antara lain:

1. SDN Depok Baru 8 merupakan sekolah umum yang menyelenggarakan

pendidikan inklusif.

2. Anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SDN Depok Baru 8

memiliki jenis dan tingkatan yang bervariasi serta masalah belajar yang

dihadapi ABK juga bervariasi, sehingga memerlukan penanganan yang

berbeda-beda pula.

3. Adanya orang tua ABK yang menjadi pendamping khusus ABK ketika

belajar di kelas.

4. Orang tua ABK yang menjadi pendamping khusus anak belum melakukan

penanganan masalah belajar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

ABK.

C. Definisi Konsep

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman, maka istilah

yang digunakan sebagai berikut :

1. Program pelatihan

Program menurut Kamus Bahasa Indonesia online, merupakan suatu

rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan, sedangkan

Charles O. Jones dalam Sasminedi (2012) menyebutkan bahwa program

adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Mengenai pelatihan,

Notoatmodjo (2009) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan bagian dari

suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan

atau keterampilan seseorang atau sekelompok orang. Anwar Prabu dalam

Jeb (2013) menyebutkan bahwa pelatihan adalah proses pendidikan jangka

(17)

pendidikan yang dirancang atau direncanakan secara baik dan teratur

untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga dapat diaplikasikan segera

dalam waktu yang relatif singkat.

2. Penanganan masalah belajar anak

Menurut Hakim (2002) belajar adalah perubahan dalam kepribadian

manusia, dengan menampakkannya dalam bentuk peningkatan kualitas

dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,

kebiasaan, sikap, pemahaman, keterampilan, dan daya pikir. Sedangkan

masalah belajar menurut Fitriyah (2010) merupakan suatu kondisi tertentu

yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang

dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini, kondisi yang dimaksud dapat menghambat

proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru bukan hanya fisik

tetapi juga kesehatan, kemampuan intelektual, emosional, sosial, persepsi,

motorik, dan atau neurologis dan lain-lain

Untuk menyelidiki adanya masalah belajar pada anak menurut

Asrori (2007) dapat dilihat dari: (1) aspek penguasaan pelajaran dan (2)

aspek pertumbuhan fisik. Aspek penguasaan pelajaran dapat dilihat dari

kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Sedangkan dari aspek

pertumbuhan fisik dapat dilihat dari hambatan bicara, berpikir, mengingat,

dan hambatan fungsi indera.

Beberapa penanganan masalah belajar biasa dilakukan oleh guru,

tetapi ada pula yang dapat dilakukan oleh orang tua. Adapun beberapa cara

penanganan masalah belajar menurut Wahyudiyanto (2012) adalah (1)

pengajaran perbaikan, (2) kegiatan pengayaan, (3) peningkatan motivasi

belajar, dan (4) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

DePorter dan Hernacki dalam Asrori (2002) menambahkan dengan

adanya penerapan pembelajaran yang sesuai dengan gaya atau cara belajar

(18)

Jadi penanganan masalah belajar anak yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah perbuatan untuk menangani keadaan atau kondisi yang

menghambat seorang ABK dalam memperoleh perubahan tingkah laku

baru.

3. Orang tua ABK

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) orang tua diartikan sebagai

orang yang sudah tua, ayah ibu, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai,

ahli), orang-orang yang dihormati di kampung. Orang tua ABK yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang ada di sekitar

ABK baik yang memiliki kekerabatan maupun tidak seperti ayah, ibu,

kakek, nenek, paman, bibi, dan pengasuh.

4. Pendidikan inklusif dan sekolah inklusif

Pendidikan inklusif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah system

layanan pendidikan yang memberikan pelayanan kepada semua anak

berkebutuhan khusus dari berbagai jenis hambatan dan tingkatan untuk

belajar. Sedangkah sekolah inklusif adalah sekolah yang menerima ABK

untuk diberikan pelayanan sesuai kemampuan dan kebutuhan anak.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan antara lain:

a. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah untuk memperoleh data dan keterangan seputar informasi

(19)

belajar yang dihadapi anak dan penanganan masalah belajar anak.

Selain itu melalui wawancara, peneliti juga ingin mengetahui

karakteristik, tipe dan gaya belajar orang dewasa, jenis dan metode

pelatihan serta materi pelatihan yang dibutuhkan. Wawancara

dilakukan kepada orang tua ABK yang menjadi pendamping khusus,

guru dan kepala sekolah dengan menggunakan handphone sebagai alat

untuk merekam pembicaraan saat wawancara dilakukan.

Pelaksanaan wawancara dilakukan secara informal dan sederhana

dalam situasi yang alamiah dengan harapan informan bebas

mengemukakan pendapat sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan

sehingga tidak merasa diwawancarai. Wawancara dilakukan di SDN

Depok Baru 8 Kota Depok, penentuan dan pelaksanaan wawancara

didiskusikan dahulu dengan informan sebelum waktu yang ditentukan.

b. Observasi

Menurut Marshall dalam Sugiyono (2012) melalui observasi,

peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Jadi

observasi dilakukan dengan mengamati setiap perilaku sehingga

ditemukan makna dari perilaku tersebut secara komprehensif. Peneliti

akan melakukan observasi tentang apa yang dilakukan oleh guru,

kepala sekolah dan orang tua, mendengarkan apa yang diucapkan dan

berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

c. Dokumentasi

Menurut Basrowi (2008), dokumentasi merupakan cara

pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh

data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Studi

dokumentasi dilakukan dengan menelaah dan mengkaji berbagai

dokumen dan data tertulis lainnya yang relevan dengan persoalan yang

(20)

d. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2012) kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner digunakan karena jumlah responden cukup besar, dan

lingkupnya tidak terlalu luas sehingga kuesioner dapat dilakukan

dengan segera. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan

responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga

responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dengan

cepat. Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai efektifitas proses dengan memberikan pertanyaan

kepada responden mengenai pendapatnya terhadap organisasi

penyelenggaraan pelatihan dan penyampaian materi pelatihan yang

telah dilaksanakan.

e. Test

Test diberikan kepada peserta pelatihan yaitu pada saat sebelum

dilaksanakannya pelatihan dan pada saat setelah dilaksanakanya

pelatihan. Pemberian pre test dan post test merupakan cara untuk

mengetahui efektifitas hasil pelatihan yang telah dilakukan, sehingga

diketahui adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan

dari para peserta pelatihan. Adapun pre test dan post test yang

diberikan berisi materi pelatihan mengenai pengetahuan dan

keterampilan tentang konsep pendidikan inklusif dan sekolah inklusif,

cara mengidentifikasi masalah belajar anak, masalah-masalah belajar

yang dihadapi anak dan penanganan masalah belajar anak.

2. Instrumen Penelitian

(21)

wawancara, dan observasi, selanjutnya melakukan analisis, memberi arti

dan makna terhadap data yang ditemukan dan selanjutnya membuat

kesimpulan. Sedangkan untuk data-data yang memiliki nilai kuantitatif,

peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa program pelatihan

penanganan masalah belajar anak yang di dalamnya terdapat test baik pre

test maupun post test. Validitas yang digunakan adalah validitas isi, yaitu

berupa kisi-kisi berdasarkan materi pelatihan yang ada pada program

pelatihan.

Karena instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah

peneliti itu sendiri, maka peneliti harus memiliki kesiapan ketika

melakukan penelitian, mulai dari tahap persiapan sebelum ke lokasi

penelitian dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan ketika

kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu maka peneliti membuat

kisi-kisi instrument penelitian terlebih dahulu sebelum membuat pedoman

untuk wawancara, observasi, kuesioner dan test baik pre test maupun post

(22)

Tabel. 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

PROGRAM PELATIHAN PENANGANAN MASALAH BELAJAR ANAK UNTUK ORANG TUA ABK

Fokus Penelitian : Bagaimanakah penyusunan program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua ABK

di SDN Depok Baru 8 Kota Depok?

Pertanyaan Penelitian Aspek yang ingin diungkap Indikator Bentuk Data Subyek/

(23)

kebiasaan belajar yang baik

5)penyesuaian pembelajaran dengan

gaya belajar anak

d. Karakteristik peserta pelatihan 1)Tipe belajar orang dewasa

2)Gaya belajar orang dewasa

Wawancara Orang tua

ABK

e. Jenis dan metode pelatihan 1)Pendampingan/tutorial

2)Simulasi

3)Ceramah

Wawancara Orang tua

ABK

f. Materi pelatihan 1)Materi penanganan masalah

belajar anak

Wawancara Orang tua

(24)

2. Bagaimanakah

2)Jenis dan metode pelatihan

3)Materi pelatihan

4)Narasumber/fasilitator

5) Alokasi waktu pelatihan

6)Sarana prasarana pelatihan

7) Penilaian

studi dokumen Peneliti

dan

narasumber

b. Penyusunan program pelatihan 1)Analisis konsep

2)Penyusunan program pelatihan

a.Tujuan pelatihan 1)Ketepatan merumuskan tujuan

2)Kesesuaian tujuan dengan

kebutuhan

Dilakukan diskusi dan studi

dokumentasi mengenai program

pelatihan penanganan masalah

belajar anak untuk orang tua ABK

dengan tim FGD yang terdiri dari

teman sejawat, orang tua ABK, guru

(25)

b. jenis dan metode pelatihan 1) Ketepatan memilih jenis pelatihan

2) ketepatan memilih metode

pelatihan

3) kesesuaian jenis dan metode

pelatihan dengan karakteristik

peserta pelatihan

4) Kesesuaian jenis dan metode

pelatihan dengan kebutuhan

Dilakukan diskusi dan studi

dokumentasi mengenai program

pelatihan penanganan masalah

belajar anak untuk orang tua ABK

dengan tim FGD yang terdiri dari

teman sejawat, orang tua ABK, guru

sekolah inklusif dan kepala sekolah

c. Materi pelatihan 1) kejelasan materi

2) kedalaman materi

3) sistematika penyampaian materi

4) penggunaan kalimat dan kata yang

komunikatif

5) keterbacaan bentuk dan ukuran

huruf penulisan

d. Narasumber/fasilitator 1) kompetensi narasumber/fasilitator

(26)

f. Sarana prasarana (alat dan media) 1) Ketersediaan sarana prasarana

2) Kelengkapan sarana prasarana

Dilakukan diskusi dan studi

dokumentasi mengenai program

pelatihan penanganan masalah

belajar anak untuk orang tua ABK

dengan tim FGD yang terdiri dari

teman sejawat, orang tua ABK, guru

sekolah inklusif dan kepala sekolah

g. Penilaian 1) kesesuaian alat penilaian dengan

materi pelatihan rekomendasi yang telah di dapat dari FGD

Efektifitas proses pelatihan 1)Organisasi penyelenggaraan pelatihan

2)Penyampaian materi pelatihan

kuesioner orang tua

ABK

Efektifitas hasil pelatihan 1)Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan penanganan masalah belajar anak

test orang tua

(27)

E. Teknik Analisis Data dan Keabsahan Data

1. Teknik Analisis Data

Untuk penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teknik analisis

data kualitatif yang dikemukakan oleh Miles and Huberman dalam

Sugiyono (2012) yaitu reduksi data, data display dan

conclusion/verification. Jika digambarkan maka tergambar seperti berikut :

Catatan lapangan

Bagan 3.1 Ilustrasi: Reduksi data, display data, dan conclusion/

verifikasi. Sugiyono (2012)

Sebelum melakukan reduksi data, peneliti melakukan antisipatory.

Berikut adalah keterangan mengenai aktifitas analisis data:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang

tinggi. Untuk dapat melakukan reduksi data, peneliti melakukannya

dengan cara mendiskusikan pada teman atau orang lain yang

dipandang ahli, sehingga nantinya dapat mereduksi data-data yang

memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Reduksi data

Data Display

(28)

b. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat berupa tabel,

grafik, pkie chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data

tersebut, maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga memudahkan untuk difahami. Pembahasan hasil

display data dilakukan dengan bertitik tolak pada hasil observasi dan

wawancara serta studi dokumen secara objektif dengan ditunjang oleh

landasan teori yang ada.

c. Conclusion Drawing/ Verification (Kesimpulan atau Verifikasi)

Setelah data disajikan, peneliti membuat rumusan proposisi

yang terkait dengan prinsip logika, kemudian mengangkatnya sebagai

temuan penelitian, yang selanjutnya dilakukan pengkajian secara

berulang-ulang terhadap data yang ada dengan mengelompokkan data

yang telah terbentuk dan merumuskan proposisi. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan ‘temuan baru’ yang berbeda dengan temuan yang sudah ada.

Di tahap ini pula peneliti menggunakan FGD untuk

menganalisis kesesuaian isi program pelatihan dengan kebutuhan

pelatihan, sehingga diperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh

tentang program pelatihan yang sahih atau kuat, sesuai dengan

kebutuhan dan situasi sosial obyek penelitian.

Penelitian ini juga dilakukan untuk menguji coba secara

terbatas keefektifan program pelatihan yang telah dirumuskan dan

divalidasi, baik terhadap proses pelaksanaan program pelatihan

maupun hasil pelatihan. Melalui uji coba terbatas, peneliti dapat

memperoleh gambaran adanya peningkatan pengetahuan dan

keterampilan orang tua dalam menangani masalah belajar anak.

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif,

(29)

kuantitatif dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu uji

Wilcoxon. Adapun penjelasan mengenai uji coba program pelatihan,

sebagai berikut:

1) Metode dan desain uji coba

Program pelatihan diuji coba dengan menggunakan metode

eksperimen. Desain yang dipakai dalam uji coba adalah desain

eksperimen pre test dan post test pada kelompok tunggal

(One-Group Pretest-Posttest Design). Sugiyono (2012) menjelaskan

bahwa One-Group Pretest-Posttest Design yaitu membandingkan

keadaan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang

sama. Gambar disain eksperimen tersebut adalah:

O

1

X O

2

O1 = nilai sebelum pelatihan

O2 = nilai setelah pelatihan

Eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil O1 dan

O2, program pelatihan baru akan efektif bila nilai O2 lebih besar

dari O1 dan jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil pre

test dan post test, maka perbedaan yang terjadi merupakan dampak

atau pengaruh dari pelaksanaan program pelatihan yang

diujicobakan. Signifikansi ditentukan dari analisis data instrument

yang dilakukan dengan menggunakan analisis perbedaan terhadap

data yang diolah dengan menggunakan teknik analisis statistik non

parametrik melalui uji Wilcoxon (Wilcoxon test).

Alasan menggunakan teknik analisis ini karena merupakan

metode statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan dua

buah data yang berpasangan, baik dengan satu sampel atau dua

sampel, dan jumlah sampelnya selalu sama. Selain itu pada uji

(30)

melainkan menggunakan selisih kedua skor kemudian dilakukan

peringkat.

Sebelum diolah menggunakan analisis statistik non parametrik

melalui uji Wilcoxon, hasil pre test dan post test diolah dengan

ketentuan skor atau nilai 1 jika peserta pelatihan menjawab benar

dan skor atau nilai 0 jika peserta pelatihan menjawab salah. Semua

skor atau nilai dijumlahkan dan dibuat rata-ratanya, kemudian

dianalisis dengan uji Wilxocon. Hasil uji wilxocon sebelum dan

sesudah ujicoba program dideskripsikan melalui analisis kualitatif.

2) Subyek

Subyek adalah peserta pelatihan yaitu orang tua ABK yang

diundang untuk mengikuti pelatihan sebanyak 20 orang.

3) Variabel uji coba

Variabel terikat dari penelitian ini adalah penanganan masalah

belajar anak untuk orang tua ABK, sedangkan variabel bebasnya

adalah program pelatihan.

Selain mengujicoba program pelatihan dengan melakukan pre

test dan post test untuk mendapatkan data keefektifan hasil

pelatihan, peneliti juga memberikan kuesioner kepada peserta

pelatihan untuk mendapatkan data keefektifan proses pelatihan

yang telah diikuti. Data kuesioner yang diperoleh akan dihitung

dengan statistik deskriptif atau prosentase, yaitu menghitung

jumlah skor perolehan pada setiap pilihan kemudian dibagi seluruh

skor maksimal dikali seratus persen.

2. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data kualitatif yang berhubungan dengan

masalah seberapa jauh kebenaran dan kenetralan hasil penelitian ini,

peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Sugiyono

(31)

a. Triangulasi sumber untuk menguji data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, setelah itu data dianalisis oleh peneliti hingga dihasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya peneliti akan meminta kesepakatan (member check) dari beberapa sumber tersebut.

b. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, prosedur yang ditempuh adalah 1)

Mengumpulkan beberapa informasi kebutuhan pelatihan baik melalui literatur

maupun bertanya langsung pada sumber (orang tua ABK, guru, dan kepala

sekolah) serta melakukan observasi untuk keperluan penyusunan program

pelatihan. 2) Mendesain program pelatihan dengan cara merencanakan dan

menentukan komponen yang akan diorganisasikan termasuk merumuskan

tujuan, menentukan urutan kegiatan dan penyusunan silabus pelatihan. 3)

Melakukan validasi desain, dengan berdiskusi bersama guru, kepala sekolah

dan orang tua ABK serta teman sejawat melalui Focus Group Discussion

(FGD). 4) Memperbaiki desain, setelah dilakukan validasi kemudian peneliti

melakukan perbaikan program pelatihan sesuai dengan saran dari anggota

FGD hingga diperoleh rekomendasi FGD bahwa program pelatihan yang

disusun layak diuji coba. 5) Uji coba program pelatihan, dilakukan oleh

fasilitator/narasumber pelatihan, sehingga diperoleh informasi mengenai

proses pelatihan dan hasil pelatihan berupa peningkatan pengetahuan dan

keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan. Secara rinci prosedur dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Kegiatan studi pendahuluan merupakan bagian dari penelitian.

Dalam kegiatan ini dilakukan pengkajian terhadap literatur dan survey

(32)

2. penyusunan program pelatihan

Pada tahap penyusunan program pelatihan, peneliti bekerjasama

dengan orang tua ABK, guru dan kepala sekolah serta narasumber

menyusun sebuah program pelatihan penanganan masalah belajar anak

yang disesuaikan dengan kebutuhan orang tua ABK, kemudian dilanjutkan

dengan validasi

3. Validasi program pelatihan

Proses validasi dalam penelitian ini menggunakan FGD. Pada

langkah diskusi kelompok inilah dilakukan kegiatan menganalisis program

pelatihan yang meliputi tujuan, jenis dan metode, materi pelatihan,

narasumber/pelatih, alokasi waktu, sarana prasarana dan penilaian.

Program pelatihan yang telah divalidasi tidak langsung diuji coba akan

tetapi dilakukan perbaikan hingga diperoleh rekomendasi bahwa program

pelatihan layak untuk diuji coba.

4. Uji coba terbatas

Uji coba program pelatihan yang telah disusun dilaksanakan oleh

seorang fasilitator yang telah diundang peneliti. Fasilitator yang diminta

untuk menjadi narasumber adalah seorang dosen dari fakultas psikologi

UNJ dan praktisi PLB. Penunjukkan narasumber dari fakultas psikologi

UNJ dan praktisi PLB adalah karena peneliti memandang bahwa

narasumber memiliki kompetensi dan pengalaman sebagai narasumber

dalam kegiatan-kegiatan belajar orang dewasa. Jika dosen psikologi UNJ

dan praktisi PLB sebagai narasumber maka dalam uji coba program

pelatihan, peneliti bertindak sebagai observer, baik non participant

maupun participant. Sebelum pelatihan dimulai, peserta pelatihan yang

merupakan orang tua ABK diberi test untuk mengetahui tingkat

pengetahuan peserta mengenai penanganan masalah belajar anak di

(33)

simulasi, diskusi dan tanya jawab. Setelah fasilitator memberikan materi

pelatihan, peserta pelatihan diberi test kembali. Test yang diberikan adalah

test yang sama seperti test sebelum pelatihan dimulai, yang tujuannya

untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan dan keterampilan

peserta tentang penanganan masalah belajar anak. Selain memberikan test,

peneliti juga memberikan kuesioner yang harus dijawab oleh peserta

pelatihan mengenai tanggapan atau pendapatnya terhadap organisasi

penyelenggaraan pelatihan dan penyampaian materi pelatihan yang baru

saja diikuti.

Prosedur pelaksanaan penelitian di atas secara sistematik

digambarkan sebagai berikut :

Penyusunan Program pelatihan

1. Tujuan pelatihan

2. Jenis dan metode pelatihan 3. Materi pelatihan

REVISI UJI COBA TERBATAS

PROGRAM PELATIHAN HASIL UJICOBA TERBATAS

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian tentang

program pelatihan penanganan masalah belajar anak untuk orang tua dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelatihan penanganan masalah belajar anak yang dibutuhkan oleh orang

tua, diketahui berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang menunjukkan

adanya perbedaan antara pengetahuan dan keterampilan penanganan

masalah belajar anak yang dikuasai orang tua saat ini dengan yang

diharapkan. Oleh karena itu agar pengetahuan dan keterampilan orang tua

dalam menangani masalah belajar anak semakin meningkat dan mendekati

harapan, maka orang tua perlu diberi pelatihan penanganan masalah

belajar anak dengan metode yang bervariasi. Hal ini juga diperkuat dari

data yang diperoleh mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam

mengidentifikasi masalah belajar anak, masalah-masalah belajar yang

dihadapi anak dan penanganannya. Selain itu juga data tentang

karakteristik, tipe dan gaya belajar orang dewasa, jenis dan metode

pelatihan serta materi pelatihan yang dibutuhkan orang tua.

2. Program pelatihan penanganan masalah belajar untuk orang tua yang

dihasilkan oleh peneliti adalah program pelatihan penanganan masalah

belajar anak yang di dalamnya berisi tentang tujuan pelatihan, program

pelatihan, ruang lingkup program pelatihan, metode, struktur program,

narasumber atau fasilitator, serta media atau alat atau bahan yang

diperlukan dalam pelatihan.

3. Validasi dengan Focus Group Discussion (FGD) terhadap program

(35)

bahwa: a) metode yang lebih variatif akan memudahkan peserta

memahami materi, b) alokasi waktu yang tidak terlalu lama, c) materi

pelatihan yang sudah terinci dengan penulisan yang sudah diberi cetak

tebal atau garis bawah pada kata atau kalimat penting semakin

memperjelas materi pelatihan, d) ketersediaan dan kelengkapan sarana

prasarana sudah baik sekali setelah diperbaiki berdasarkan rekomendasi.

4. Hasil uji coba terbatas program pelatihan penanganan masalah belajar

anak untuk orang tua, diperoleh gambaran bahwa proses pelaksanaan

program pelatihan berhasil dengan baik. Selain itu, dari hasil pelaksanaan

program pelatihan juga diperoleh gambaran bahwa orang tua mengalami

peningkatan pada pengetahuan dan keterampilannya dalam menangani

masalah belajar anak.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, ada beberapa

rekomendasi yang dapat peneliti usulkan yaitu:

1. Bagi orang tua

Peran aktif orang tua sangat diperlukan oleh sekolah sehingga orang

tua diharapkan dapat lebih mendukung program dan kegiatan sekolah

dengan menyediakan kebutuhan belajar dan menciptakan lingkungan

belajar yang kondusif, ramah dan menyenangkan baik di sekolah maupun

di rumah, sehingga potensi ABK dapat berkembang seoptimal mungkin.

2. Bagi guru

Buku komunikasi sangat penting sehingga guru perlu menyediakan

buku tersebut dan meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada

orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) melalui buku komunikasi,

baik tentang berbagai program dan kegiatan sekolah, masalah ABK,

(36)

3. Bagi Sekolah

Program pelatihan yang sudah dibuat, divalidasi dan diujicoba

merupakan program pelatihan yang dibuat berdasarkan kebutuhan,

harapan dan tuntutan orang tua. Oleh karena itu sekolah dapat

menggunakannya secara lebih luas, tidak saja berkaitan dengan materi dan

orang tua ABK tetapi juga waktu dan tempat yang berbeda, sehingga

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Hakikat Anak Dengan Problema Belajar. Tersedia [online]. http://soulmintfaith.blogspot.com/HakikatAnakDenganProblema

Belajar/26 Pebruari 2013.

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Bandung: Rineka Cipta.

Abimanyu, A. (2012). Apa itu :Lokakarya, Seminar, Training, Simposium,

Diskusi Panel, Rapat dan Kongres??. Tersedia [online]. http://julianatamanbali.blogspot.com/apaitu: lokakarya.../ 19 Pebruari 2013.

Achmat, Z. (2010). Merancang Pelatihan Yang Efektif. Tersedia [online]. http://zakarija.staff.umm.co.id...Merancang-Pelat.pdf. 14 april 2013.

Arif, Z. (2012). Andragogi. Bandung: Angkasa.

Asrori, M. (2007).Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Astri, W.W. (2010). Metode Pelatihandan Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Tersedia [online]. http://gitacintanyawilis.blogspot.com/ .../

metode-pelatihan…/9 April 2013.

Astuti, S.I.dan Prihastuti. (2009). Model Partisipasi Orang Tua Dalam Mengatasi

Problema Belajar Anak Di Rumah Melalui Gerakan Brain Gym. Tersedia

[online].http://staff.uny.ac.id/laporan hibah/26 Pebruari 2013.

Basleman, A. (2011). Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Biantara, D. F. (2013). Evaluasi Pendidikan. Tersedia [online]. http;// derafitria.wordpress.com/ 4 Pebruari 2014.

Dafrizal, J. (2010). Hakikat Anak Dengan Problema Belajar. Tersedia [online]. http:// soulmintfaith.blogspot.com/HakikatAnakDenganProblemaBelajar/

26 Pebruari 2013.

(38)

Fadillah, A. (2013). Pengertian Belajar. Tersedia [online]. http:// aminfadillah.blogspot.com/2013/03.p...3 September 2013.

Fitriyah, Y. (2010). Masalah-Masalah Belajar. Tersedia [online]. http:// blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/belajar...pembelajaran/ 19 Pebruari 2013.

Hakim, T. (2002). Definisi Belajar. Tersedia [online]. http:// oborpendidikan.blogspot.com/ DefinisiBelajar/ 25 Pebruari 2013.

Jeb, R. (2013). Pengertian dan Tujuan Pelatihan Training. Tersedia [online]. http;//resthoe.blogspot.com/ PengertiandanTujuanPelatihan Training/ 17 April 2013.

Jhonsen, Berit H. danSkjørten, Miriam D. (2003). Alih bahasa Susi Septaviana. Menuju Inklusi (PendidikanKebutuhanKhususSebuahpengantar). Program

PascaSarjana UPI.

Kamus Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.

Kamus Bahasa Indonesia. Tersedia [online]. http:// kamusbahasaindonesia.org/ Pengembangan/28Januari 2013.

Lismaya, L. (2008). Pendidikan Inklusif. Tersedia [online]. http://

www.melaticeria.or.id/ PendidikanInklusif/27 Januari 2013.

Mangunsong. (2009). Anak Berkebutuhan Khusus. Tersedia [online]. http:// happywithtepe.blogspot.com/…/AnakBerkebutuhanKhusus/ 13 Januari 2013.

Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: RinekaCipta.

Papu, J. (2012). Analisis Kebutuhan Pelatihan Membangun. Tersedia [online].

http:// sdm.blogspot.com/AnalisisKebutuhanPelatihanMembangun/17

April 2013.

Pujaningsih. (2006). Penanganan Anak Berkesulitan Belajar : Sebuah

Pendekatan Kolaborasi Dengan Orang Tua. Tersedia [online].

http://staff.uny.ac.id/dosen/pujaningsih/26 Pebruari 2013.

Ranietak. (2010). Pengertian Inklusi. Tersedia [online].

http://pengertianinklusiRanietak5110050.blogspot.com…pengertiansekola

hinklusif…22 Januari 2013.

(39)

Saomah, A. (2004). Permasalahan Anak dan Upaya Penanganannya. Makalah Diklat Tentang Strategi Peningkatan Penanganan Kesulitan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak Bagi Guru TK di Kelurahan Melong Cimahi. Tersedia [online]. http:// file.upi.edu...Permasalahan Anak dan Upaya Penanganannya/ 21 Agustus 2013.

Sasminedi. (2012). Implementasi Kesehatan yang Ideal. Tersedia [online].

http://sasminedi-kapus.blogspot.com/program-adalah html/4 Pebruari

2014

Siswoyo, D. (2013). Cara Mengidentifikasi Siswa Yang Mengalami Masalah

Belajar. Tersedia [online]. http://dedi26.blogspot.com › Belajar › Peserta 21 Agustus 2013.

Slameto. (2003). Pengertian Pembelajaran Menurut Ahli. Tersedia [online]. http://www. Sarjanaku.com/PengertianPembelajaranMenurutAhli/ 25 Pebruari 2013.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sulastri. (2012). On The Job & Off The Job Training. Tersedia [online]. http:// allamandakathriya.blogspot.com/.../on-job-off-job…/ 9 April 2013.

Wahyudiyanto, N. (2012). Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa. Tersedia [online]. http://noor-wahyudiyanto.blogspot.com/pendidikan.../19 Pebruari

2013.

Yusuf, I. A. (2011). Memahami Focus Group Discussion (FGD. Tersedia [online]. http://bincangmedia.wordpres.com/memahamifocus group.../ 22 Pebruari 2013.

Yusuf, M.dkk. (2006). Pengembangan Model Modifikasi Perilaku Melalui

“Continous Reinforcement’ dan ‘Partial Reinforcement’ Untuk Mengatasi

Kebiasaan ‘Buruk’ Anak Dalam Belajar. Tersedia [online].

Gambar

Tabel. 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Alih-alih program-program semacam ini selain tidak efektif menurunkan jumlah orang miskin, justru memunculkan kemiskinan baru dengan adanya fenomena rumahtangga yang

Specifically, we examine whether production line labor productivity and conformance quality decline as the range of models produced and the heterogeneity of production volume

Menurut pendapat ibu apakah pemeriksaan Pap’smear merupakan metode yang tepat untuk deteksi dini kanker serviks?. Evaluated ( Clinical

The research is focused on the development a tool for converting IOTNE into IOTED and apply the tool to obtain EDM in the Indonesian industrial sector based on the 2008

• Franchisor, yaitu pihak yang menjual atau meminjamkan hak dagangnya, atau merk dagangnya serta sebuah sistem bisnis untuk menjalankan..

Peta atau map adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu.. Buku

Persilangan pola hereditas kriptomeri, misalnya warna bunga Antosianin A: ada pigmen antosianin (jija Basa warna ungu, jika asam warna merah) A: tidak ada pigmen (basa atau asam

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X IIS 1 SMAN 17. BANDUNG TAHUN