• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DENGAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DENGAN K"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN

ANTARA KEBERSIHAN DIRI DENGAN

KEJADIAN KECACINGAN DI SDN 11 LANGKAI TAHUN 2008

LAPORAN

HASIL

KARYA

TULIS

ILMIAH

Diajukansebagaisyaratuntukmengikutiujianhasil

KaryaTulisIlmiahmahasiswaprogramstrata-1kedokteranumum

DEVINA AULIA AZIZA NIM: FAA 113 012 PUSPA NEGARA NIM: FAA 113 013 NURUL HADIYATI MAHARANI NIM: FAA 113 014 DIAN TRIYENI ASI NIM: FAA 113 016 SHEREN VINERA LIN’S NIM: FAA 113 017

FEROMIYA OKSA NIM: FAA 113 018

SOFIA EUGENIA MANGINTE NIM: FAA 113 019 OKTAVIA PUTRI WULANDARI .E. NIM: FAA 113 053

RADIANTI FREDERICA NIM: FAA 113 054

DESTA FRANSISCA NIM: FAA 113 058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

(2)

LEMBARPENGESAHANLAPORANHASILPENELITIAN

HUBUNGAN

ANTARA KEBERSIHAN DIRI DENGAN

KEJADIAN KECACINGAN DI SDn 11 LANGKAI TAHUN 2008

Disusun oleh :

DEVINA AULIA AZIZA NIM: FAA 113 012

PUSPANEGARA NIM: FAA 113 013

NURUL HADIYATI MAHARANI NIM: FAA 113 014

DIAN TRIYENI ASI NIM: FAA 113 016

SHEREN VINERA LIN’S NIM: FAA 113 017

FEROMIYA OKSA NIM: FAA 113 018

SOFIA EUGENIA MANGINTE NIM: FAA 113 019

OKTAVIA PUTRI WULANDARI .E. NIM: FAA 113 053

RADIANTI FREDERICA NIM: FAA 113 054

DESTA FRANSISCA NIM: FAA 113 058

Telahdisetujui:

Palangkaraya, 31 Juli 2012

Pembimbing

Resa Valentri, SKM., MARS

KetuaPenguji

(3)

PERNYATAANKEASLIANPENELITIAN diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas Diponegoro maupun di perguruan tinggi lain.

(b) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan orang lain, kecuali pembimbing dan pihak lain sepengetahuan pembimbing.

DEVINA AULIA AZIZA NIM: FAA 113 012

PUSPANEGARA NIM: FAA 113 013

NURUL HADIYATI MAHARANI NIM: FAA 113 014

DIAN TRIYENI ASI NIM: FAA 113 016

SHEREN VINERA LIN’S NIM: FAA 113 017

FEROMIYA OKSA NIM: FAA 113 018

SOFIA EUGENIA MANGINTE NIM: FAA 113 019

OKTAVIA PUTRI WULANDARI .E. NIM: FAA 113 053

RADIANTI FREDERICA NIM: FAA 113 054

(4)

(c) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan judul buku aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 31 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,

Tim Penyusun

(5)

KATAPENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan ridhoNya kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai dengan terselesaikannya laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, pelayanan kesehatan, serta penelitian berikutnya.

Palangkaraya, 31 Juli 2012

Tim Penyusun

(6)
(7)

2.1.4 Etiologi ...11

2.2.1 Definisi Cuci Tangan ...28

2.3 Kerangka Teori...29

2.6.4 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...31

2.6.5 Estimasi Besar Sampel ...32

2.6.6 Kriteria Pemilihan(Inklusi dan Eksklusi) ...32

2.6.7 Variabel Penelitian ...33

2.6.8 Definisi Operasional ...33

2.6.9 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan data ...33

(8)

2.6.11 Cara Pengolahan data...33

2.6.12 Etik Penelitian ...34

2.6.13 Rincian Anggaran Penelitian ………..35

2.6.14 Jadwal Penelitian ………..35

BAB 4 HASIL ……….

BAB 5 PEMBAHASAN PENELITIAN ……….

(9)
(10)

DAFTAR

TABEL

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kajian Etik ………..

Lampiran 2. Permohonan Ijin Menggunakan Hasil Observasi………..

(12)

HUBUNGAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN TERHADAP

KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR PADA

USIA 6-12 TAHUN

Devina Aulia, Puspa Negara, Nurul Hadiyati, Dian Triyeni, Sheren Vinera, Feromiya Oksa, Sofia Eugenia, Oktavia Putri, Radianti Frederika dan Desta Fransisca.

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Universitas Palangkaraya

Jl. Yos Sudarso, Palangkaraya, Telp (0536) 20445, Fax (0536) 21722 73112 Kal-Teng

Abstract

Worm is an infectious disease prevalence is very high in Indonesia , especially intestinal worms that are transmitted via soil or Soil Transmitted helminths ( STH ) . Prevalence of intestinal worms that occurred in Indonesia, especially for primary school age which is about 41.29 % . Was due to high prevalence of children on age has not been able to maintain personal hygiene , thus causing worm disease spread through hands and fingers dirty nails and long entered worm eggs . The research design used in this study is observational analytic method . Type of study used in this study was a cross sectional study . The samples in this study were children aged 10-11 years at SDN 11 Langkai Palangkaraya . In this study, samples were taken using simple random sampling . The primary data obtained from questionnaires completed by the children at SDN 11 Langkai which became the subject of research . And secondary data obtained from the data of existing students at SDN 11 Langkai Palangkaraya . The data collected will be analyzed using the chi-square test ( x2 ) . Good personal hygiene have positive results worm has 7 children with a percentage ( 35 % ) and negative results worm totaled 13 children with a percentage ( 65 % ) . For hand hygiene worm was showing positive results with percentages totaling 71 children ( 51.4 % ) and negative results amounted to 67 children with worm infestation percentage ( 48.6 % ) . As for hand hygiene less worm shows the number of positive results were 36 children with a percentage ( 81.8 % ) and negative results kecacingannya amounted to 8 children with percentage ( 18.2 % ) . Thus , it can be concluded that the effect of hand hygiene on peularan worm infection .

Abstrak

(13)

penelitian ini adalah study cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 10-11 tahun di SDN 11 Langkai Palangkaraya. Dalam penelitian ini sample diambil dengan menggunakan simple random sampling. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh anak di SDN 11 Langkai yang menjadi subyek penelitian. Dan data sekunder diperoleh dari data siswa yang ada di SDN 11 Langkai Palangkaraya. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan uji chi-square (x2). Kebersihan diri yang baik mempunyai hasil positif kecacingan

berjumlah 7 anak dengan presentase (35%) dan hasil negatif kecacingan berjumlah 13 anak dengan presentase (65%). Untuk kebersihan tangan yang sedang menunjukan hasil positif kecacingan berjumlah 71 anak dengan presentase (51,4%) dan hasil negatif kecacingan berjumlah 67 anak dengan presentase (48,6%). Sedangkan untuk kebersihan diri kurang menunjukan jumlah hasil positif kecacingan sebanyak 36 anak dengan presentase (81,8%) dan untuk hasil negative kecacingannya berjumlah 8 anak dengan presentase (18,2%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebersihan tangan berpengaruh terhadap peularan infeksi kecacingan.

(14)

BAB I

Kecacingan terutama disebabkan oleh STH yang terdiri daricacing gelang (Ascaris lumbricoides), Cacing tambang(Necator americanus),dan Cacing cambuk(Trichuris trichiura).Kecacingan ini terkait dengan kontak individu dengan tanah yang tercemar telur cacing dari berbagai sumber. Secara teoritis kejadian kecacingan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan higiene perorangan yakni: kebiasaan ibu dan anak mencuci tangan sebelum makan dan menyuapi anaknya, frekuensi potong kuku anak, kebiasaan bermain ditanah, kepemilikkan jamban, lantai rumah dan ketersediaan air bersih. Pada infeksi berat, cacing dewasa dapat migrant ke organ dalam yang vital seperti jantung, paru-paru, pankreas, usus buntu, bahkan ke otak, terutama cacing gelang (Ascaris lumbricoides).2

Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi kecacingan di perkotaan sebanyak 14,81% dan dipedesaan 65,4% . Penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 di Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal pada anak SD Jatimulya menunjukan anak yang terinfeksi Cacing gelang 40,3%, Cacing cambuk 47,3 %, Cacing tambang 11, 1%.3

(15)

dirinya. Untuk itu peneliti juga ingin mengetahui apakah dengan kondisi yang tergolong bersih, sarana mencuci tangan yang memadai dan lokasi yang berada di tengah kota menjamin prevalensi kejadian kecacingan akan lebih rendah atau tidak.

Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian, anak-anak yang ada di SDN 11 Langkai Palangkaraya dapat terhindar dari kejadian kecacingan.

1.2 Masalah Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

 Apakah kebersihan diri berhubungan dengan adanya kejadian kecacingan pada anak di SDN 11 Langkai tahun 2008?

 Bagaimana prevalensi kebersihan diri terhadap kejadian kecacingan anak di SDN Langkai tahun 2008?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum:

Untuk mengetahui hubungan antara kebersihan diri dengan kejadiankecacingan di SDN Langkai tahun 2008

1.3.2 Tujuan Khusus:

 Untuk mengetahui hubungan terhadap kebersihan diri kejadian kecacingandi SDN tahun 2008

 Untuk mengetahui prevalensi di SDN 11 Langkai tahun 2008 yang mengalami kejadian kecacingan

1.4.Manfaat Penelitian A. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan informasi lebih kepada masyarakat mengenai kebersihan diri dengan kejadiankecacingan.

(16)

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai edukasi guna meningkatkan mutu kesehatan pada anak sekolah dasar. Sedangkan, bagi Universitas Palangkaraya dapat menjadi bahan untuk menentukan metode pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pencengahan dengan terjadinya penyakit kecacingan dan juga sebagai bahan pustaka atau sumbangan pengetahuan untuk pembaca.

1.5.Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan pemicu 2 terlihat tabel berikut :

Kebersihan Diri

Kecacingan (+) Kecacingan (-) Total

n % N % N %

Baik 7 35 13 65 20 100

Sedang 71 51,4 67 48,6 138 100

Kurang 36 81,8 8 18,2 44 100

Sumber : Tabel Pemicu 2, Buku Panduan Modul Riset semester I tahun 2013

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

2.1.2 Ascaris lumbricoides

Dijumpai diseluruh dunia dan diperkirakan 1,3 milyar orang pernah terinfeksi dengan cacing ini. Tidak jarang dijumpai infeksi campuran dengan cacinglain, terutama Tricuris trichiura. Telur yang infektif ditemukan di tanah, yang dapat bertahan bertahun-tahun. Manusia mendapatinfeksidengancaratertelantelurAscaris lumbricoides

yanginfektif (telur yang mengandung larva). Hal ini terjadi karena termakan makanan atau minuman yangtercemar oleh cacing tadi .4

Di Indonesia prevalensi askariasis (nama penyakit jika terinfeksi cacing

Ascaris lumbricoides) tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 60-90%. Kurangnya pemakaianjamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinjadi sekitar halaman rumah, dibawah pohon, di tempat mencucidan di tempat pembuangan sampah. Di negara-negara tertentuterdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat,kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antaran 25-350 C merupakan hal-hal yang sangat baik untuk berkembangnyatelur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif .

2.1.3 Trichuris trichura

Cacing ini tersebar diseluruh dunia,tetapi lebih banyak terdapat di daerah panas dan lembab dan sering terlihat bersarma-sama dengan infeksi Ascaris trichuriasis

banyak ditemukan di Asia dimana prevalensinyalebih dari 50% didaerah pedesaan. Di Afrika, prevalensinya25% dan di Amerika Latin 12%.4

(18)

Insiden tinggi ditemukan pada penduduk Indonesia,terutama di daerah perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimun untuk Necator americanus 28-320 C, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah (23-250 C).4

2.2 Etiologi

Penyakit kecacingan pada usus manusia sering disebut sebagai cacing usus, sebagian besar penularan cacing usus ini terjadi melalui tanah. Oleh karena itu digolongkan dalam kelompok cacing yang ditularkan melalui tanah atau Soil-transmitted helminths. Yang termasuk dalam kelompok Soil-transmitted helminth adalah Nematoda usus Ascaris lumbricoides, Trichuristrichiura, dan Necatoramericanus.4

2.2.1 Ascaris lumbricoides

Di Indonesia cacing ini dikenal sebagai cacing gelang. Predileksi cacing dewasanya terdapat di dalam lumen usus halus manusia, tetapi kadang-kadang dijumpai mengembara kebagian usus lainnya. Penularan dapat terjadi melalui beberapa cara,yaitu masuknya telur infektif melalui makanan dan minuman yang tercemar dan melalui tangan yang kotoran atau terhirup bersama debu udara yang tercemar telur infektifnya.5

Bila telur infektif yang berukuran 75 x 40-50 mikron tertelan oleh manusia, maka di bagian atas dari usus halus, dinding telur akan pecah dan larva akan keluar dari telur. Kemudian larva akan menembus dinding usus halus, mamasuki vena porta dan bersama aliran darah menuju jantung kanan untuk selanjutnya menuju sirkulasi paru. Di dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian menembus dinding kapiler menuju alveoli dari alveoli larva menuju bronchi, trachea, larynx, pharynx

(19)

2.2.2 Necator americanus

Cacing ini dikenal dengan nama cacing tambang. Predileksi cacing dewasanya di mucosa usus halus, terutama di mucosa duodenum dan jaejenum manusia. Kedua spesies cacing ini melekatkan diri pada membrane mucosa usus halus dengan menggunakan gigi kitin atau gigi pemotong dan menghisap darah dari luka gigitannya.4

Manusia merupakan hospes satu-satunya bagi cacing ini. Necator americanus

berukuran 64 x 36 mikron. Telur ini keluar bersama feses penderita, setelah 1-2 hari akan menetas menjadi larva Rabditiform. Setelah mengalami pergantian kulit 2 kali, larva

Rabditiform berubah menjadi larva Filariform dengan ukuran 500 – 700 mikron, larva filariformini adalah larva infektif untuk manusia. Larva infektif masuk kedalam hospes melalui folikel rambut, pori-pori atau melalui kulit yang utuh. Kemudian larva masuk kedalam saluran limfe atau vena kecil, masuk kealiran darah menuju jantung dan paru, menembus kapiler masuk ke alveoli. Selanjutnya larva mengadakan migrasi ke bronchi, trachea, larynx, pharynx dan akhirnya tertelan masuk Esophagus. Di Esophagus terjadi pergantian kulit yang ketiga kalinya dan mulai terbentuk rongga mulut sementara yang memungkinkan larva ini mengambil makanan. Dari Esophagus larva mencapai usus halus dan berganti kulit untuk yang keempat kalinya, kemudian tumbuh menjadi cacing dewasa yang berukuran panjang 9-13 mm untuk betina dan 5-11 mm untuk jantan dengan bursa copulatrix di ujung posteriornya .5

2.2.3 Trichuris trichiura

Cacing ini disebut juga sebagai cacing cambuk yang mempunyai ciri-ciri berupa, bagian anterior seperti cambuk dan agak meruncing, 3/5 bagian tubuhnya dilalui esophagus yang sempit. Bagian posterior lebih tebal, 2/5 bagian dari tubuhnya berisi usus dan organ reproduksi. Cacing jantan berukuran 30 – 45 mm, sedangkan cacing betina berukuran 35 – 50 mm. Bagian posterior cacing jantan berbentuk melingkar dengan satu spikulum dan sarung yang retraktil, sedangkan bagian posterior cacing betina berbentuk bulat dan tumpul. Predileksi cacing ini pada mucosa cecum manusia.4

(20)

vili-vili usus halus dan menetap selama 3-10 hari. Selanjutnya larva turun kebawah menuju

Cecum dan menjadi dewasa di sana.4

2.3 Patofisiologi

2.3.1 Ascaris lumbricoides

Selain itu gangguan dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan pendarahan pada dinding alveolus yang disebut sindrom looffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti berkurangnya nafsu makan, mual, diare, dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan (malabsorbtion). Keadaan yang serius, bila cacing mengumpal di dalam usus sehingga terjadi penyumbatan padausus.4

2.3.2 Trichuris trichura

Cacing cambuk pada manusia dapat hidup dalam sekum,dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat,terutama pada anak cacing ini menyebar diseluruh kolon dan rektum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengajannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus, sehingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Disamping itu rupanya cacing ini mengisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.4

2.3.3 Necator americanus

Cacing tambang hidup di usus halus manusia melekatkan dengan giginya pada dinding usus dan menghisapnya. Infeksi cacing tambang menyebabkan kerusakan darah secara perlahan-lahan, sehingga penderita mengalami kekurang darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitasnya. Tetapi kekurangan darah (anemia) biasanya tidak dianggap cacingan karena kekurangan darah dapat terjadi oleh banyak sebab anemia.5

(21)

2.4.1 Ascaris lumbricoides

Gejala penyakit cacingan memang tidak jelas dan sering dikacaukan dengan penyakit yang lain. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk dan eosinofilia. Penderita cacingan biasanya lesu, tidak bergairah dan konsentrasi belajar kurang. Pada anak-anak yang menderita Askariasis perutnya tampak buncit (karena jumlah cacing dan kembung perut, biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes), dan seperti batuk pilek. Perut sering sakit, diare, dan nafsu makan berkurang. Penderita masih dapat berjalan dan sekolah atau bekerja, sering kali dianggap tidak sakit, sehingga terjadi salah diagnosis dan pengobatan. Secara ekonomis sudah menunjukkan kerugian yaitu menurunkan prodiktivitas kerja dan mengurangi kemampuan.5

2.4.2 Trichuris trichura

Penderita terutama anak-nak dengan infeksi trichuris yang berat dan menahun menunjukkan gejala-gejala nyata sepertidiare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia,berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rectum.5

2.4.3 Necator Americanus

Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis adalah sebagai berikut : 1. Stadium larva

Bila banyak larva filariform menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut “ground itch”. Perubahan pada paru biasanya ringan.

2. Stadium dewasa

Gejala tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita (fe dan protein). Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan A. doudenale, 0,08-0,34 cc. Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia.

2.5 Diagnosis

2.5.1 Ascaris lumbricoides

(22)

yang keluar melalui mulut / anus .

2.5.2 Trichuris trichura

Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam tinja.

2.5.3 Necator americanus

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan spesies larva N. Americanus dan A. Duodenale dapat dilakukan biakan tinja misalnya dengan cara Harada-Mori.

2.6 Pengobatan

2.6.1 Ascaris lumbricoides

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal pada masyarakat. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya piperasin, pirantel pamoat atau mebendazol. Untuk pengobatan masal perlu beberapa syarat, yaitu :

- obat mudah diterima masyarakat - aturan pemakaian sederhana

- mempunyai efek samping yang minim

- bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing - harganya murah.

2.6.2 Trichuris trichura

A. Perawatan umum

Higiene pasien diperbaiki dan diberikan diet tinggi kalori, sedangkan anemia dapat diatasi dengan pemberian preparat besi.

B. Perawatan spesifik

Bila keadaan ringan dan tak menimbulkan gejala, penyakit ini tidak diobati. Tetapi bila menimbulkan gejala, dapatdiberikan obat-obat :

(23)

lama.Efek samping obat ini adalah rasa mual, nyeri pada perut dan warna tinja menjadi merah.

- Mebendazol diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari, atau dosis tunggal 600 mg.

2.6.3 Necator americanus

A. Perawatan umum

Perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik, suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama anemia .

B. Perawatan khusus

- Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg.

- Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari. - Tetrakloretilen. Merupakan obat pilahan utama (drug of choise) terutama

untuk pasien ansilostomiasis. Dosis diberikan 0,12 ml/kgBB, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan dapat diulang 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan telur tinja tetap positif. Pemberian obat ini sebaiknya dalam keadaan perut kosong disertai pemberian 30 g MgSO4. kontraindikasi pemberian obat ini pada pasien alkoholisme, kelainan pencernaan, konstipasi.

- Befanium hidrosinaftat. Obat pilihan utama untuk ankilostomiasis dan baik untuk pengobatan massal pada anak. Obat ini relatif tidak toksik. Dosis diberikan 5 g 2 kali sehari, dan dapat diulang bila mana diperlukan. Untuk pengobatan Necator americanus, dosis diberikan untuk 3 hari.

- Pirantel pamoat. Obat ini cukup efektif dengan toksisitas yang rendah dan dosi yang diberikan 10 mg/kgBB/hari sebagai dosis tunggal.

- Heksilresinol. Diberikan sebagai obat alternatif yang cukup efektif dan dosis pemberian obat ini sama seperti pada pengobatan askariasis

.

2.7 Pencegahan

2.7.1 Ascaris lumbricodes

(24)

kemudian,saat anak-anak tersebut diperiksa kembali, diperoleh hasil yangsangat mengejutkan, yaitu angka infeksi naik menjadi 100%. Setelah dilakukan penelitian, ternyata cacing yang berhasildikeluarkan dengan pengobatan tadi tersebar di sembarangtempat, berarti terjadi pencemaran tanah disekitar desa dengan telur cacing dan ini merupakan sumber infeksi

2.7.2 Trichuris trichura

Didaerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jambanyang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihanperorangan. Mencuci tangan sebelum makan, mencuci denganbaik sayuran yang dimakan mentah adalah penting untuk mencegah terinfeksi Trichuris trichura. 2.7.3 Necator americanus

- pemberantasan sumber infeksi pada populasi

- perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi / lingkungan

- mencegah terjadinya kontak dengan larva dengan caramemakai sandal atau sepatu.

2.8 Definisi cuci tangan

Cuci Tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan menggunakan sabun dan air. Penggunaan sabun dan air tetap penting pada kedua tangan yang terlihat kotor. Sabun adalah produk-produk pembersih (berbentuk batangan, cair, selebaran, atau bubuk) yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu membuang kotoran, debu, dan mikroorganisme sementara dari kedua belah tangan.4

Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kult dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun anti mikrobial. (panduan pencegahan infeksi untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas.4

(25)
(26)

I2.11 Hipotesis

H0= Tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan terhadap kejadian kecacingan pada anak di SDN 11 Langkai Palangkaraya

H1= Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan terhadap kejadian kecacingan pada anak di SDN 11 Langkai Palangkaraya

BAB III.

Kebiasaan

(27)

Metode Penelitian

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode penelitian

observasional analitik. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, penelitian ini termasuk ke

dalam penelitian cross-sectional. Cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada

satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada

suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.16 3.2. Tempat dan WaktuPenelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 11 Langkai Palangkaraya.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2013.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan.16 Populasi dibagi menjadi dua :

- Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian. Menurut Polit dan hungler, populasi target bersifat

umum dan biasanya pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis

(meliputi jenis kelamin atau usia).16

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di

Palangkaraya.

- Populasi Terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.16

Populasi terjangkau adalah anak yang bersekolah di SDN Langkai 11

Palangkaraya, jalan Mendawai Komplek Sosial Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya pada tahun 2013.

(28)

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling.16Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari

populasi terjangkau yang memenuhi kriteria karakteristik penelitian.

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian.16

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan total sampling yang langkah-langkah cara pengambilan datanya sebagai berikut:

1. Peneliti memberikan surat ijin kepada Kepala Sekolah di SDN 11 Langkai PalangkarayaJalan Diponegoro, Kecamatan Pahandut, Kelurahan Langkai, Kota Palangkaraya untuk dapat memberi ijin kepada peneliti untuk mengambil data di sekolah tersebut.

2. Setelah diperizinkan, peneliti akan mengumpulkan data anak yang berusia 6-12 tahun di SDN 11 Langkai Palangkaraya Jalan Diponegoro, Kecamatan Pahandut, Kelurahan Langkai Kota Palangka Raya.

3. Setelah semua data telah dikumpulkan, peneliti akan membuat tabel nama dan umur.

4. Setelah didapatkan 150 sampel, lalu dilakukan pengumpulan identitas masing-masing anak yang terpilih dengan menggunakan kuesioner.

5. Untuk pengisian kuesioner dilakukan oleh anak, khusus yang berumur 6-12 tahun

3.5. Estimasi Besar Sampel

Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang terpilih untuk diteliti yang berjumlah minimal sesuai perkiraan besar sampel. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :16

(29)

penelitian semuanya.16 Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu seluruh anak umur 6 – 12 tahun yang bersekolah di SDN 11 Langkai

3.6. Kriteria Pemilihan (Inklusi dan Eksklusi)

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.7

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki, anak berusia 6-12 tahun, bersekolah di SDN 11 Langkai Palangkaraya, anak juga bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.7

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak mau bekerja sama dalam penelitian ini, umur lebih dari 12 tahun, umur kurang dari 10 tahun, tidak bersekolah di SDN 11 Langkai Palangkaraya, anak tidak bersedia menjadi responden, data tidak lengkap, subyek tiba-tiba mengalami sakit yang berat sehingga tidak dapat melanjutkan penelitian, memutuskan keluar/berhentiberpartisipasi dalam penilitian, meninggal.

3.7. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep seperti umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit, kepuasan. Konsep apapun asal mempunyai ciri bervariasi disebut variabel. Variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi. Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecacingan pada anak. b. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan mencuci tangan. 3.8. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

(diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang

(30)

Variabel Independen

Variable Dependen

Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

a.Kebiasaan

(31)

b. Hasil dari data siswa yang bersekolah di SDN 11 Langkai Palangkaraya, untuk mengetahui jumlah populasi anak usia 6 – 12 tahun.

c. Pemeriksaan tinja, untuk memperoleh data sekunder mengenai kejadian kecacingan.

3.10. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan data. 3.11. Cara Pengolahan Data dan Analisis Data

a Data primer yang diperoleh dari :

1. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di SDN 11 Langkai Palangkaraya, mengenai sudah pernah atau belum pernah diadakannya praktik cuci tangan di SDN 11 Langkai Palangkaraya.

2. Hasil observasi yang dilakukan di Sekolah SDN 11 Langkai Palangkaraya, mengenai kebiasaan mencuci tangan.

3. Hasil kuesioner yang diisi oleh anak yang berpedoman pada kuesioner meliputi usia, cuci tangan, dan pernah terkena penyakit kecacingan atau tidak.

4. Hasil dari pemeriksaan tinja dengan metode pemeriksaan lugol pada anak SDN 11 Langkai Palangkaraya.

b. Data sekunder yang diperoleh dari :

1. Hasil dari data siswa yang bersekolah di SDN 11 Langkai Palangkaraya

(32)

Memeriksa hasil kuisoner, lab Pengolahan Data

Pembuatan Laporan Penelitian

BAB IV

HASIL

IV.1 Tabel : Distribusi Frekuensi dari Kebersihan Diri Anak SD X

Kebersihan Diri N %

Baik 20 9,90

Sedang 138 68,3

Kurang 44 21,7

Jumlah 202 100

Sumber : Hasil pengolahan data penelitian

Menurut tabel univariat kebersihan diri diatas dapat diketahui bahwa anak dengan kebersihan diri yang baik di SD X ada sebanyak 20 orang dengan jumlah presentase 9,90%, anak yang memiliki kebersihan diri yang sedang ada sebanyak 138 orang anak dengan total presentase 68,3% dan anak dengan kebersihan diri yang kurang ada sebanyak 44 orang dengan total presentase 21,7%. Total seluruh anak dengan kebersihan baik, sedang maupun kurang adalah sebanyak 202 orang anak dengan total presentase 100%.

IV.2 Tabel : Distribusi Frekuensi dari Prevalensi Kecacingan

Kecacingan N %

+ 114 56,4

- 88 43,6

Jumlah 202 100

(33)

Menurut tabel univariat kecacingan diatas jumlah anak yang positif mengalami kecacingan adalah sebanyak 114 orang anak dengan presentase 56,4% dan anak yang negative kecacingan ada sebanyak 88 orang dengan presentase 43,6%. Total keseluruhan sampel adalah 202 orang anak dengan presentase 100%.

IV.3 Tabel : Crosstab (Hubungan Antara Kebersihan Diri dengan Kecacingan Anak SD X

Kebersihan Diri

Kecacingan (+) Kecacingan (-) Total

n % N % N %

Baik 7 35 13 65 20 100

Sedang 71 51,4 67 48,6 138 100

Kurang 36 81,8 8 18,2 44 100

Sumber : Hasil pengolahan data penelitian

(34)

BAB V

HASIL PEMBAHASAN

Dari penelitian diatas maka diketahui anak yang mengalami kecacingan 36 orang(81,8%) dari 44 orang anak yang menyebabkan kecacingan adalah kebersihan diri yang kurang. Sedangkan anak yang kebersihan dirinya sedang ada 71 orang(51,4%) dari 138 yang mengalami kecacingan. Serta, anak dengan kebersihan baik ada 7 orang (35) dari 20 orang yang mengalamin kecacingan.

Simpulan

1. Dari analisi data yang ada di pemicu maka diketahui P=0,001,karana di awal telah ditetapkan untuk sarjana kesehatan nilai ά=0,05. Jadi nilai pada P<α =H0 ditolak. Jadi kesimpulan dari analisis data penelitian ini “Terdapat hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian kecacingan pada SD X tahun 2008

2. Prevalensi di SD X adalah 81,8 (%) terinfeksi dan 44 siswa tidak terinfeksi 3. Anak yang bersekolah di SDN 11 Langkai memiliki kebersihan diri

Saran

(35)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena pertolongan dan penyertaannya kami dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini. Ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Tuhan yang maha Esa yag telah menyertai kegiatan ini, kepada fasilitator kelompok yang mendampingi kami dalam penyusan penulisan dan kebutuhan konsultasi kami, kepada dosen-dosen pengajar yang telah memberikan masukan untuk menjadikan motivasi agar kami dapat meningkatkan proses kerja yang lebih baik. Tak lupa kami juga ucapkan terima kasih kepada rekan sejawat lainnya yang telah memberikan pemikiran dan sumbangsih ide yang cemerlang sebagai bahan untuk koreksi menjadi lebih baik.

Palangkaraya, 17 Desember 2013 Tim Penyusun

(36)

DAFTAR PUSTAKA

1. Zulkoni A. Parasitologi.Jakarta:FKUI;2007

2. Sudoyo AW.IPD.jakarta:FKUI;2006

3. Natanaeldi. 2006. Hidup Sehat Untuk Mencegah Penyakit Kecacingan. [2007 Januari 12];Volume 1(1):3-12 Tersedia pada:

http://id.scribd.com/doc/1301143582/jbptunikompp-gdi-natanaeldi-26435-4-unikom-n-i

4. Susanto I, Ismid I, Sjarifuddin P, Sungkar S. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : FKUI, 2008

5. Neva A,Markell EK, Soedarto et al. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kecacingan. J Econ Entomol. 10(2):52-64.

6. Anonymous. Komite Pencegahan & Pengendalian Infeksi Rumah Sakit. RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA. Cuci Tagan Pakai Sabun dan Air.Palangka Raya: 2011.

(37)

RINCIAN ANGGARAN

No. Waktu Kegiatan Biaya

1.

2.

3.

Januari 2014 (Minggu II & IV)

Februari 2014

Maret 2014

Pengumpulan Data

Wawancara dan penelitian sampel

Memeriksa hasil kuisoner, lab dan

Fotocopy Rp 50.000,-Kertas Rp 100.000,-Tinta Rp 60.000,-Penjilidan Rp 10.000,-Pencarian pustaka Rp

90.000,-Total Rp

310.000,-Transport Rp 440.000,-Fotocopy Rp 200.000,-Honorarium Rp 2.000.000,-ATK Rp

200.000,-Total Rp

(38)

50.000,-4.

.

April 2014

Pengolahan Data

Pembuatan Laporan Penelitian

Konsumsi Rp

200.000,-Total Rp

250.000,-ATK Rp Total Rp

100.000,-5. Dana Tak Terduga Rp

(39)

4.000.000,-PROPOSAL PENELITIAN MODUL RISET

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Kampus UNPAR Tunjung Nyaho Jalan YosSudarso

Kotak Pos 2/PLKUP Palangkaraya 73111A

KAJIAN ETIK

USULAN RISET MAHASISWA MODUL RISET

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS PALANGKARAYA Nama Pengkaji :

Judul Usulan Riset :

Nama peneliti :

(40)

Ya / Tidak

2. Apakah tujuan untuk melakukan penelitian ditulis dengan jelas?

Ya / Tidak

3. Apakah manfaat dari hasil penelitian ditulis dengan jelas?

Ya / Tidak

4. Adakah masalah etik yang mungkin akan dihadapi?

Ada / Tidak

5. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah penelitian di laboratorium dan/atau percobaan pada hewan harus dilakukan terlebih dahulu?

Ya / Tidak

6. Bila penelitian iini menggunakan subyek manusia, adakah bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara-cara untuk mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan lain)?

Ada / Tidak ada

7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, adakah dilampirkan contoh surat persetujuan penderita dan rincian informasi yang kan diberikan kepada subyek penelitian?

Ada / Tidak

8. Apakah tim peneliti sudah menjelaskan mengenai penjagaan kerahasiaan data subyek dalam informasi yang diberikan untuk calon subyek penelitiannya?

Sudah / Belum.

Penelitian ini disetujui / tidak disetujui untuk dilaksanakan, dengan / tanpa perbaikan.

(41)

Tanda Tangan Pengkaji Etik:

Surat Permohonan Izin Menggunakan Data Hasil Observasi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS PALANGKARAYA Jalan Hendrik Timang Komplek UNPAR

Palangkaraya, 1 Desember 2013

Nomor :

(42)

Sehubungan dengan dilaksanakannya Riset Observasi tentangkebiasaan mencuci tangan terhadap penyakit kecacinganpada anak usia 6-12 tahun di SDN 11 Langkai Palangkaraya, maka kami mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangkaraya memohon persetujuan untuk menggunakan data hasil pendataanpeserta didik di SDN 11 Langkai Palangkaraya

Yang bertanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA :

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis kelamin :

Dengan ini mengijinkan PIHAK KEDUA yaitu tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Palangkaraya untuk menggunakan data hasil pendataan dari PIHAK PERTAMA sebagai bahan data penelitian.

Atas kerjasama dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Palangkaraya, Desember 2012

KUESIONER

HUBUNGAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

usia 6-12 tahun di SDN 11 Langkai Palangkaraya pada tahun 2013

Nomor koresponden : Usia Koresponden :

Pekerjaan :

1. Apakah anda menderita kecacingan?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah air di lingkungan anda bersih?

(43)

3. Apakah anda sering mencuci tangan sebelum makan?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun ?

a. Ya b. Tidak

5. Berapa kali anda mencuci tangan dalam sehari ?

a. 1-2 kali c. >5 kali

b. 3-5 kali

6. Berapa lama anda mencuci tangan ?

a. < 30 menit b. > 30 menit 7. Apakah anda mencuci tangan setelah pergi bermain ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah anda pernah mengonsumsi obat cacing ?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah nafsu makan anda berkurang ?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah anda sering sakit perut ?

a. Ya b. Tidak

11. Apakah anda sering lesu ?

a. Ya b. Tidak

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Teori (modifikasi)
Tabel 3.12. Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi yang ada penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pendapatan asli daerah (PAD) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan alokasi anggaran belanja

Namun dalam pembahasannya, pada dasarnya semua buku menjelaskan hanya sebatas gambaran umum saja tentang pengkodifikasian hadis, belum ada buku yang secara khusus

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe script dengan metode praktikum berpengaruh terhadap kemampuan representasi

Penjualan produk jasa konsultan pajak Indoran,, selain dipasarkan melalui personal selling, promosi yang dilakukan yaitu dengan

Penelitian persentase ikat silang dan morfologi termoplastik elastomer dari polipropilena bekas dan karet SIR 10 telah dilakukan dengan penambahan DKP (dikumil peroksida) dan

Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran (hukum) atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan

Potensi perikanan di Kabupaten Kebumen cukup besar. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan terhadap potensi tersebut sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk