• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar AsamLemakBebasPada Storage Tank Dan Kadar Air PadaVct,OilTank,Fatfit Tank Di PTPN III SeiSilau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar AsamLemakBebasPada Storage Tank Dan Kadar Air PadaVct,OilTank,Fatfit Tank Di PTPN III SeiSilau"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan

yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil

dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar

daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa

sawit ini dimasukkan pertama kali dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848.

Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan Amsterdam

dan ditanam di Kebun Raya Bogor.Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan

dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.

Bagi indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan

perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada

kesejahteraan masyarakat, juga sebagi sumber perolehan devisa negara. Karena Indonesia

merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. (Yan Fauzi,2004)

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensi Jack) merupakan tumbuhan tropis golongan

plasma yang termasuk tanaman tahunan. Adapun beberapa varietas tanamn kelapa sawit yang

dikenal ialah jenis Dura, Pisifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan

(2)

1. Dura

Pada varietas Dura, memiliki tempurung yang cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat

lingkaran serabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50%

terhadap buah. Daging biji (kernel) besar dan memiliki kandungan minyak yang rendah.

Sedangkan dalam persilangan, dapat dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Pada varietas ini, ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Jenis Pisifera

ini memiliki daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Jenis Dura, tetapi daging bijinya

sangat tipis. Oleh sebab itu tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain

dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dan dura akan

menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas tenera mempunyai sifat-sifat yang sama dari kedua induknya, yaitu dura dan

pisifera. Pada varietas tenera memiliki tempurung yang tipis yaitu 0,5 – 4 mm,dan terdapat

lingkaran serabut disekeliling tempurungnya. Persentase daging buah pada tenera sangat tebal

yaitu (60-96% dari buah) serta tandan buah lebih banyak, tetapiukurannya relatif lebih kecil.

Sehingga rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas tenera yaitu mencapai

22-24%. (Yan Fauzi,2004) Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur

sekitar 24-30 bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut Tandan Buah

Segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat

mulai umur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon

(3)

dari umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000-3.000 brondolan dengan berat

brondolan sekitar 10-20gram (Pahan,2006).

Cara panen buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan.

Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling

maksimal. Panen kelapa sawit didasarkan pada saat kadar minyak mencapai maksimum dan

kandungan asam lemak bebas minimum yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan

tertentu. Kriteria kematangan yang tepat ini dapat dilihat dari karena kulit buah dan jumlah

buah yang rontok pada setiap tandan (Ketaren.S, 1986 ).

2.2. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Proses pengolahan TBS menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana

dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan oleh

perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil)

dengan kualitas eksport. Adapun tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah

sebagai berikut :

2.2.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception)

Tandan Buah Segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah

lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungannya ALB-nya semakin

meningkat. Untuk menghindari hal tersebut maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera

diolah. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat dapat membantu mengatasi kerusakan buah

(4)

segera dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk mendapatkan angka-angka yang

berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan penghitungan rendemen minyak

sawit.

Setelah penimbangan maka selanjutnya TBS disortasi terlebih dahulu, lalu kemudian

dibongkar di Loading Ramp dengan cara menuangkan langsung dari truk. Loading Ramp

berfungsi untuk menampung TBS dari kebun, memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil dan

sampah yang terikut dalam TBS. Loading Ramp dibuat miring untuk memudahkan pengisian

TBS ke pegisian lori perebusan.

2.2.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Buah beserta lori kemudian dimasukkan atau direbus dalam suatu tempat perebusan

(sterilizer atau ketel rebus). Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan

horizontal yang biasa menampung 10 lori perunit (25-27 ton TBS). Dalam proses perebusan,

TBS dipanaskan dengan uap pada temperature 135 ºC dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm² selama

80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam system tiga puncak (triple peak)

tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses perebusan tandan buah segar menentukan

kualitas pengolahan pabrik kelapa sawit. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan

kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek

menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Tujuan perebusan

adalah :

a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB

b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang

c. Memperlunak daging buah sehungga memudahkan pada saat proses penebahan

d.Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkanpemisahan

(5)

2.2.3. Stasiun Penebahan ( Threshing Station)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan kealat

pemipil (thresher) dengan bantuan Hoisting Crane atau Transfer Carriage.Proses pemipilan

terjadi akibat adanya tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS tersebut dan

menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam pemipil, dipasang

batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar

dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah

conveyor lalu diangkat dengan fruit elevator untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Pada proses penebahan hal ini terjadi akibat buah yang masuk ke dalam rotary drum terlalu

banyak, sehingga bantingan kurang dari 6 kali janjangan sudah keluar ke empty bunch

conveyor.

2.2.4. Stasiun Kempa (Pressing Station)

Berfungsi untuk memeras minyak dari daging buah dari biji dan pada waktu yang

bersamaan memecahkan sebanyak mungkin sel-sel minyak. Pemecahan sel-sel minyak ini

dapat disempurnakan atau dipercepat dengan memberikan panas selama proses pada

temperatur 90oC – 95oC.

a. Digester

Digester adalah untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji serta memudahkan pengeluaran minyak pada tahap pengepressan. Digester merupakan alat

berbentuk silinder vertikal dengan diameter 1.200 mm dan tinggi 2.800 – 3.000 mm dengan

volume 3.200 L. Alat digester ini dilengkapi dengan 4 pisau pengaduk dan 1 set pisau

(6)

Untukmemudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 ºC dengan tekanan pada

digester 20 barr.

b. Screw Press

Berfungsi untuk mengepres buah yang sudah diaduk dari digester dengan tekanan

hydrolik 45 – 50 kg/cm2, sehingga minyak kasar keluar dari daging buah. Oleh tekanan 2

buah screw press yang berputar berlawanan arah di dalam sebuah silinder. Minyak keluar

melalui saringan dan ditampung di Bak Row Oil. Sedangkan serabut dan biji diangkat oleh

Cake BreakerConveyer (CBC) menuju ke pemisah biji dan serabut (depricarper). Selama proses pengempaan berlangsung ditambahkan air panas kedalam screw press. Hal ini

bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat.

Jumlah penambahan air berkisar 10-15 % dari berat TBS yang diolah dengan temperature air

sekitar 90-95 ºC.

2.2.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Proses ini bertujuan untuk memperoleh minyak sebanyak-banyaknya dan

menghasilkan CPO dengan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran yang sesuai

standard. Dalam proses pemurnian minyak ini digunakan mesin-mesin sebagai berikut :

1. Sand Trap Tank

Sand Trap Tank berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keayakan, dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang

dapat menyebabkan keausan ayakan. Alat ini bekerja berdasarkan grafitasi yaitu

mengendapkan padatan. Sand trap tank berbentuk silinder yang dapat bekerja berdasarkan

(7)

sehingga dengan mudah minyak yang berada diatas air mengalir masuk kesaringan bergetar.

Pada sand trap tank suhu minyak kasar berkisar 90-95 ºC.

2. Saringan Bergetar (Vibrating Screen)

Berfungsi untuk memisahkan benda – benda padat yang terikut dalam minyak kasar.

Saringan terdiri dari 2 tingkat dengan luas permukaan masing-masing 2 m2 . Tingkat atas

memakai kawat saringan 30 mesh dan bagian bawah 40 mesh. Untuk mempermudah proses

pemisahan minyak pada saringan getar, maka pada waktu paenyaringan massa minyak

diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 90oC

3. Crude Oil Tank (COT)

Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar untuk selanjutnya dikirim ke Continious Setling Tank (CST) untuk proses pemurnian di stasiun minyakan.

Crude Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Minyak bersih berada pada lapisan atas dipompakan menuju CST

sedangkan kotoran minyak dialirkan ke parit untuk dikutip di fat fit. Untuk menjaga agar

suhu cairan tetap diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap.

4. Continius Settling Tank (CST)

Berfungsi untuk memisahkan minyak mentah dari sludge (air dan lumpur) dengan

cara pengendapan. Pemisahan sludge terjadiantara dua fase yaitu fase ringan dan fase berat.

Dimana, fase berat akan bergerak ke bawah tank sedangkan fase ringan akan bergerak

menuju ke atas. Dalam pemisahan ini kekentalan cairan dan suhu sangat mempengaruhi

(8)

pemisahan dan pemurnian minyak di klarifikasi. Suhu cairan dalam tanki harus dipertahankan

antara 90-95 ºC sehingga viskositas minyak dapat terjaga.

5. Oil Tank

Minyak yang berada dilapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil tank untuk

diendapkan. Proses pengedapan ini dapat berlangsung sempurna apabila suhu minyak dapat

dipertahankan pada suhu 90 ºC. Pada suhu ini kekentalan minyak lebih rendah sehingga

fraksi-fraksi yang berat jenisnya lebih berat akan mengendap di bagian bawah tanki.

Campuran minyak yang terdapat dalam oil tank terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan minyak,

lapisan sludge dan lapisan lumpur.

6. Sludge Separator

Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan

kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenisnya 1. Fraksi ringan dikembalikan

ke oil settling tank. Temperatur minyak dalam sludgeseparator dipertahankan pada suhu

diatas 90oC , yang dapat dibantu dengan pemberian uap panas. Cairan yang telah dibebaskan

dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil settling tank. Keberhasilan pemakaian sludge

separator sangat menetukan terhadap persentase kehilangan minyak.

7. Oil Purifier

Alat ini sering disebut sebagai oil centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari

kotoran-kotoran. Di dalam oil purifier minyak dipisahkan dengan gaya sentrifugal dan prinsip

perbedaan berat jenis. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi maka minyak yang mempunyai

(9)

lebih besar terdorong ke arah dinding. Minyak hasil proses sentrifusi yang baik, kadar air

berkisar antara 0,30% - 0,40% dan kadar kotoran 0,01% - 0,13%. Minyak murni dari oil

purifier dialirkan ke vacuum dryer untuk dimurnikan kembali sebelum dimasukkan ke tanki penimbunan. Suhu minyak di oil purifier harus dipertahankan pada suhu 90-95 °C.

8. Pengering Minyak (Vacuum Dryer)

Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka perlu dikurangi

hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri dari tabung yang

berdiri tegak yang dihubungkan dengan Steam Injector atau Vacuum Pump untuk

menurunkan tekanan dalam minyak hingga 50 torr. Pengeringan minyak dengan alat ini

dilakukan dengan cara kehampaan udara yang bergantung dari kemampuan Steam Injector

atau Pompa Vacuum, juga dipengaruhi fluktuasi debit minyak masuk. Vacuum Dryer

dikatakan baik bila suhu diatas 90 °C. Setelah dilakukan pemurnian dan pengeringan minyak,

selanjutnya minyak dipompakan ke dalam tanki timbun (Storage Tank).

2.2.6. Stasiun Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik

dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga

akan menurunkan kualitas minyak sawit.

Pengawasan mutu minyak selama penyimpanan, transpotasi, dan penimbunan perlu

dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standarisasi prosedur

penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak sawit. Standarisasi ini bertujuan

untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas minyak sawit. Minyak produksi

(10)

mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit serta untuk menyeragamkan minyak pada

waktu pengiriman, tangki penyimpanan perlu dilengkapi dengan pemanas. Pemanasan dapat

dilakukan dengan uap tekan 1,5-3 kg/cm² yang dialirkan kedalam pipa pemanas yang terbuat

dari baja lunak berdiameter 2˝ dengan ketinggian ½ feet dari dasar tangki. Suhu minyak pada

waktu pemuatan ke dalam tangki angkut adalah 50-55 °C. Tangki penimbunan minyak sawit

memiliki kapasitas antara 500-3000 ton. Selama penyimpanan atau penimbunan minyak

sawit dapat terjadi kerusakan mutu minyak, baik peningkatan ALB, kadar air, ataupun kadar

kotoran. Adapun persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki harus dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air.

2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor dengan minyak

berkadar ALB rendah atau bersih.

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki, dan alat-alat

pengukur.

4. Memelihara suhu sekitar 50 °C

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya di bawah permukaan minyak.

6. Melapisi dinding tangki dengan damar epoksi (hanya untuk minyak sawit bermutu tinggi

(Mangoensoekarjo,2003).

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor

tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan

selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang

secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus

(11)

2.3.1. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat

merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk

itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak

sawit.

Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan

diolah di pabrik. Kenaikan kadar ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.

Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan

dipercepat dengan adannya faktor-faktor yaitu panas, air,keasaman, dam katalis (enzim).

Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar Asam Lemak Bebas

(ALB) yang relative tinggi dalam minyak sawit antara lain :

- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

- Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu), yang dapat hidup pada suhu dibawah

50 °C

- Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak dan udara

- Pemupukan buah yang terlalu lama, serta proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

(Tim Penulis PS,1997).

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya diatas, maka tindakan pencegahan dan

pemucatannya dapat lebih mudah dilakukan. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan

(12)

perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang harus dipanen. Kandungan ALB

buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3 %. Peningkatan ALB terjadi karena

kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan. Pemetikan buah sawit

disaat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan

gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit.

Sedangkan, pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang

berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian

enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit

yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan TBS harus

dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas

tinggi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah

dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap

cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang buah.

Dengan cara tersebut akan lebih mengefisiensikan waktu yang digunakan untuk

pembongkaran, pemuatan, penumpukan buah sawit yang terlalu lama.

Dengan demikian, pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan,

dan pengangkutan buah dapat dikurangi. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada

proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh

air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air suhu tertentu

merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang

kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun

(13)

menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit

dilakukan pengeringan dengan suhu 90 °C. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan

untuk ALB ditetapkan sebesar 5%(Yan Fauzi,2004).

2.3.2. Kadar Air

Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat

pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektivitas

pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah

yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan

panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna

Air dalam minyak kelapa sawit hanya dalam sejumlah kecil, hal ini terjadi karena

proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta pengaruh penimbunan.

Pada proses hidrolisa minyak dipabrik digunakan adanya air, jika air yang terbentuk pada

proses ini besar maka akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit.

Kadar asam lemak bebas dan air yang tinggi akan menyebabkankerusakan minyak yang

berupa bau tengik pada minyak tersebut. Agar minyak yang dihasilkan memiliki mutu yang

baik maka kadar air dan asam lemak bebas pada minyak harus seminimal mungkin. Minyak

kelapa sawit yang yang mempunyai kadar air yang sangat besar (0,15%) akan memberikan

kerugian mutu minyak, dimana ada tingkat kadar air yang dominan kecil akan memudahkan

terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri.

Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen diudara baik pada suhu kamar

dan selama proses pengolahan rasa bau yang tidak enak (ketengikan). Akibatnya mutu

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan menggunakan TI dapat maksimal dalam memberikan layanan kepada pelanggan dan mendukung proses bisnis yang dijalankan

Agar penanam modal asing mau menanamkan modalnya di sektor pariwisata maka Negara harus mengupayakan cara agar para penanam modal asing tersebut tertarik untuk menanamkan

Salah satu kebijakan yang harus sinergi tersebut adalah kebijakan dalam menciptakan iklim investasi yang kompetitif dan kondusif serta kreatif, sehingga

Komputer sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan sebagai salah satu media yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan yang salah satunya adalah komputerisasi sebuah

Perbincangan cara hidup lama orang Sunda dengan cara baru (cara Belanda) juga didasarkan atas wacana kemajuan. Wacana kemajuan dalam proses ini menjadi legitimasi

Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, International Catholic Migration Commission (ICMC) dan American Center for International Labor Solidarity (ACILS)..

Data Kualitatif Uji Debu Erupsi Gunung Sinabung Dengan Alat XRD.. Kode Rumus Kimia

Pada masa - masa tersebut manusia mulai menyesuiakan diri dengan tugas perkembangannya yang baru, padahal tugas perkembangan sebelumnya belum terselesaikan dengan baik dan