20
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai Februari 2017 di LaboratoriumTeknologi Pangan ProgramStudi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah jamur tiram putih yang diperoleh dari petani jamur di Medan, Sumatera Utara. Gula putih, gula merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas, sereh, kemiri, daun salam, dan garam yang diperoleh dari Pasar Pagi Jamin Ginting Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara. Minyak kelapa, santan, ketumbar, dan lada, yang diperoleh dari Swalayan Jamin Ginting Padang Bulan Medan.
Bahan kimia yang digunakan adalah akuades, H2SO4 pekat, NaOH 40%,
H2SO4 0,02 N, indikator mengsel, NaOH 0,02 N, asam oksalat, heksan, H2SO4
0,225 N, NaOH 0,313 N, K2SO4 10%, dan alkohol 95%.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam pembuatan abon adalah timbangan, pisau
stainless steel, spinner, blender. Sedangkan alat yang digunakan untuk pengujian
gelas ukur, soxhlet, labu lemak, kertas saring, pipet tetes, sarung tangan, dan spatula.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor, yaitu :
Faktor I : Perbandingangula putih : gula merah (G) yang terdiri dari 5 taraf, yaitu :
G1 = 100% : 0%
G2 = 75% : 25%
G3 = 50% : 50%
G4 = 25% : 75%
G5 = 0% : 100%
Faktor II : Penambahan santan (S) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : S1 = 10%
S2 = 20%
S3 = 30%
Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 5 x 3 = 15, maka jumlah ulangan (n) adalah sebagai berikut :
Tc (n –1) ≥ 15 15 (n –1) ≥ 15 15 n - 15 ≥ 15
15 n ≥ 15 + 15
22
Jadi, untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak 2 kali. Dan jumlah sampel yang akan diuji adalah 15 x 2 = 30 sampel.
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan model sebagai berikut (Bangun, 1991) :
ijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij + εijk
ijk : Hasil pengamatan dari faktor G pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j
dengan ulangan ke-k µ : Efek nilai tengah
αi : Efek dari faktor G pada taraf ke-i βj : Efek dari faktor S pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor G pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor G pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji LSR (Least Significant Range).
Pelaksanaan Penelitian
12,5% (25 g), bawang merah 10% (20 g), bawang putih 15% (30 g), garam 2,5% (5 g), dan daun salam (1 lembar). Ditambahkan gula sebanyak 10% (20 g) dari 200 g jamur tiram dengan perbandingan gula putih dengan gula merah 100% : 0%, 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, dan 0% : 100%, serta ditambahkan santan dengan persentase 10%, 20%, dan 30%. Digoreng adonan dengan 250 ml minyak goreng pada api kecil sambil terus diaduk selama 12 menit lalu diangkat dan ditiriskan minyaknya dengan menggunakan mesin spinner
selama 7 menit. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap mutu abon, yakni kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, dan organoleptik warna (nilai skor warna dan nilai hedonik warna), organoleptik aroma (nilai skor aroma dan nilai hedonik aroma), organoleptik rasa (nilai skor rasa dan nilai hedonik rasa), serta organoleptik tekstur (nilai skor tekstur dan nilai hedonik tekstur). Dilakukan ulangan sebanyak 2 kali untuk masing-masing perlakuan.
Parameter Penelitian Kadar air
24
Setelah itu dihitung kadar airnya dengan rumus :
Berat awal sampel (g) – Berat akhir sampel (g)
Kadar air (%) = x 100%
Berat awal sampel (g)
Kadar abu
Kadar abu ditentukan dengan menggunakan metode Standar Nasional Indonesia (1994). Cawan porselen diovenkan kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang berat kosongnya. Ditimbang 5 gram sampel dan dibakar dalam tanur pada suhu 300oC selama 1 jam dan dilanjutkan dengan suhu 500oC selama 2 jam dan suhu 800oC selama 2 jam sampai menjadi abu. Abu yang diperoleh kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu dihitung dengan rumus :
Berat akhir abu (g)
Kadar abu (%) = x 100%
Berat awal sampel (g)
Kadar protein
Kadar protein ditentukan dengan metode kjeldahl, AOAC (1995). Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 30 ml selanjutnya ditambahkan dengan 3 ml H2SO4 pekat dan
2 gram katalis. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam atau sampai cairan berwarna jernih. Labu beserta isinya didinginkan lalu isinya dipindahkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dipasangkan ke alat destilasi. Ditambahkan 15 ml larutan NaOH 40%. Kemudian dibilas dengan air suling. Labu erlenmeyer berisi 25 ml H2SO4 0,02 N diletakkan di bawah kondensor, sebelumnya ditambahkan
metil biru 0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2:1). Ujung tabung kondensor harus terendam dalam labu larutan H2SO4, kemudian dilakukan
destilasi hingga sekitar 125 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor kemudian dibilas dengan sedikit air destilat dan ditampung dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna ungu menjadi hijau. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama dengan menggunakan akuades sebagai sampel. Kadar protein dapat dihitung dengan rumus :
(B-A) x N x 0,014 x FK
Kadar protein (%) = x 100%
Berat bahan (g) Dimana : A = ml NaOH untuk titrasi sampel (ml)
B = ml NaOH untuk titrasi blanko (ml) N = Normalitas NaOH yang digunakan FK = Faktor konversi (6,25)
Kadar lemak
26
Kemudian dihitung kadar lemak sampel dengan rumus :
Bobot akhir labu lemak (g) - Bobot awal labu lemak (g)
Kadar lemak (%) = x100%
Bobot sampel (g)
Kadar serat kasar
Kadar serat kasar ditentukan dengan menggunakan metode AOAC (1995). Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 100 ml H2SO4 0,325N. Dihidrolisis dengan autoclave selama
15 menit. Ditambahkan 50 ml NaOH 1,25 N dan dihidrolisis kembali dengan
autoclave selama 15 menit. Sampel kemudian disaring menggunakan pompa
vakum dan kertas saring Whattman No. 41. Dilakukan pencucian terhadap sampel menggunakan 25 ml akuades mendidih, 25 ml H2SO4 0,325 N, dan 10 ml alkohol
95%. Dikeringkan kertas saring pada suhu 105 oC selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang.
bobot akhir (g) – bobot awal (g)
Kadar serat kasar (%) = x 100%
bobot sampel (g)
Organoleptik skor
Tabel 8. Skala skor warna
Skala skor warna Skala numerik
Sangat cokelat Tabel 9. Skala skor aroma
Skala skor aroma Skala numerik
Aroma karamel dan santan sangat kuat Aroma karamel dan santan kuat Aroma karamel dan santan agak kuat Aroma karamel dan santan tidak kuat Aroma karamel dan santan sangat tidak kuat
5 4 3 2 1 Tabel 10. Skala skor rasa
Skala skor rasa Skala numerik
Rasa manis dan gurih sangat kuat Rasa manis dan gurih kuat
Rasa manis dan gurih agak kuat Rasa manis dan gurih tidak kuat Rasa manis dan gurih sangat tidak kuat
5 4 3 2 1 Tabel 11. Skala skor tekstur
Skala skor tekstur Skala numerik
Serat sangat halus
28
Tabel 12. Skala hedonik warna, aroma, rasa, dan tekstur
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat tidak suka
Gambar 2. Skema pembuatan abon jamur tiram Jamur tiram 200 g
Dicuci dan dibersihkan lalu direndam dalam air mendidih selama 5 menit
Digoreng adonan dengan 250 ml minyak goreng dengan api kecil dan diaduk terus
selama 12 menit kemiri 5% (10 g), ketumbar
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perbandingan Gula Putih dengan Gula Merah terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, secara umum menunjukkan bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat, nilai skor dan hedonik warna, aroma, rasa, dan tekstur seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap mutu
abon jamur tiram
Parameter Perbandingan Gula Putih dengan Gula Merah (G)
Pengaruh Penambahan Santan terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, penambahan santan memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat, nilai skor dan hedonik warna, aroma, rasa, dan tekstur seperti pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengaruh penambahan santan terhadap parameter pengamatan
Parameter Penambahan Santan (S)
S1 S2 S3
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar air abon jamur tiram
32
Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar air abon jamur tiram
Jarak LSR Gula putih : Gula
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Gambar 3. Hubungan perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar air abon jamur tiram
Tabel 15 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka semakin meningkat kadar air abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan G5 (gula putih 0% : gula
Pengaruh penambahan santan terhadap kadar air abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh penambahan santan terhadap kadar air abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 16. Hubungan penambahan santan dengan kadar air abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap kadar air abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S)
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
34
kadar air paling tinggi yaitu 10,0399%. Hal ini karena santan memiliki kandungan air yang tinggi yaitu 54,9% (Srihari, 2010).
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap kadar air abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Abu
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar abu abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar abu abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 17. Hubungan antara perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar abu abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 5.
Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar abu abon jamur tiram
Jarak LSR Gula putih :
Gula merah (G)
Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - G1=100%:0% 5,8375 a A
2 0,4160 0,5752 G2=75%:25% 4,9391 b B
3 0,4362 0,5999 G3=50%:50% 4,6704 b BC
4 0,4486 0,6160 G4=25%:75% 4,1651 c C
5 0,4572 0,6276 G5=0%:100% 3,7017 d C
Gambar 5. Hubungan perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar abu abon jamur tiram
Tabel 17 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin sedikit gula putih dan semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka semakin rendah kadar abu abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan G1
(gula putih 100% : gula merah 0%) memiliki kadar abu paling tinggi yaitu 5,8375%. Total mineral pada bahan akan mempengaruhi kadar abu suatu bahan pangan dan berhubungan dengan kadar air bahan. Semakin rendah kadar air bahan maka mineral yang tertinggal pada bahan akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan Sulthoniyah, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa proses penggorengan abon menyebabkan air pada abon menguap dan semakin berkurang sehingga menyebabkan mineral yang tertinggal pada abon semakin meningkat.
Pengaruh penambahan santan terhadap kadar abu abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
5,8375
36
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap kadar abu abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Protein
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar protein abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh penambahan santan terhadap kadar protein abon jamur tiram Dari hasil sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap kadar protein abon jamur tiram
Kadar Lemak
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar lemak abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar lemak abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar lemak abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 18. Hubungan antara perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar lemak abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 18. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar lemak abon jamur tiram
Jarak LSR Gula putih : Gula merah (G) Rataan (%) Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)
Gambar 6. Hubungan perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar lemak abon jamur tiram
38
Tabel 18 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin sedikit gula putih dan semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka semakin rendah kadar lemak abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan G1 (gula putih 100% : gula merah 0%) memiliki kadar lemak paling tinggi yaitu
24,5130%. Hal ini dikarenakan daya serap minyak gula putih lebih kecil dibanding gula merah. Daya serap minyak dipengaruhi oleh ikatan silang yang terjadi antara asam amino dan gula reduksi. Semakin banyak jumlah asam amino dan gula reduksi pada suatu bahan maka semakin kecil daya serap minyak bahan.
Pengaruh penambahan santan terhadap kadar lemak abon jamur tiram Dari hasil sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh penambahan santan terhadap kadar lemak abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 19. Hubungan penambahan santan dengan kadar air abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 7.
Tabel 19. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap kadar lemak abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S)
Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - S1=10% 21,6825 c C
2 0,9018 1,2468 S2=20% 23,4577 b B
3 0,9455 1,3003 S3=30% 25,4665 a A
Gambar 7. Hubungan penambahan santan dengan kadar lemak abon jamur tiram Tabel 19 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar lemak abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan S3 (penambahan santan 30%) memiliki
kadar lemak paling tinggi yaitu 25,4665%. Semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar lemak abon jamur tiram. Hal ini dikarenakan santan memiliki kandungan lemak yang tinggi yaitu 25% (Srihari, 2010) dan sesuai dengan litaratur Cahyono, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa tingginya kadar lemak yang terkandung dalam bahan baku santan dan proporsi penambahan santan yang semakin tinggi akan menyebabkan kadar lemak produk semakin meningkat.
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap kadar lemak abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar lemak abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
40
Kadar Serat Kasar
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap kadar serat kasar abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat kasar abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh penambahan santan terhadap kadar serat kasar abon jamur tiram Dari hasil sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat kasar abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap kadar serat kasar abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat kasar abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nilai Skor Warna
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor warna abon jamur tiram
warna abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 20. Hubungan antara perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor warna abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 8.
Tabel 20. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor warna abon jamur tiram
Jarak LSR Gula putih :
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Gambar 8. Hubungan perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor warna abon jamur tiram
Tabel 20 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa pembuatan abon jamur tiram perlakuan G4 (gula putih 25% : gula merah 75%) memiliki nilai skor warna paling
tinggi yaitu 4,14 yang artinya produk berwarna sangat cokelat dibanding perlakuan lain. Hal ini dikarenakan gula merah mengandung jumlah asam amino dan gula reduksi yang cenderung lebih besar dibanding gula putih. Asam amino
42
terjadinya reaksi Maillard. Reaksi Maillard akan menyebabkan produk berwarna cokelat dan memiliki aroma yang khas.
Pengaruh penambahan santan terhadap nilai skor warna abon jamur tiram Dari hasil sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai skor warna abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh penambahan
Jarak LSR Penambahan
santan (S) Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 21 dan Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin menurun nilai skor warna abon jamur tiram yang dihasilkan. Perlakuan S3 (penambahan santan 30%) memiliki nilai skor warna
terendah yaitu 3,65 yang artinya produk berwarna kurang cokelat dibanding perlakuan lain. Hal ini dikarenakan santan memiliki kandungan air yang tinggi yaitu 54,9% (Srihari, 2010), sehingga proses penggorengan dengan suhu dan waktu yang sama menyebabkan air yang diuapkan tidak terlalu banyak berkurang dan proses pencokelatan non enzimatis menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan Cahyono dan Yuwono (2015) yang menyatakan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar air produk yang dihasilkan dan menyebabkan pembentukan warna cokelat pada produk menjadi terhambat.
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai skor warna abon jamur tiram
44
Tabel 22. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai skor warna
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)
Tabel 22 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan G4S1 (gula putih
25% : gula merah 75% dan penambahan santan 10%) memiliki nilai skor warna paling tinggi yaitu 4,73 yang artinya abon jamur tiram berwarna sangat cokelat. Hal ini dikarenakan kandungan gula reduksi dan asam amino pada gula merah yang tinggi sehingga memiliki kecenderungan lebih besar untuk membentuk reaksi Maillard, ditambah reaksi Maillard yang terjadi pada gula putih dan kandungan air yang sedikit. Penambahan sedikit santan menyebabkan produk memiliki kadar air rendah sehingga proses penguapan air pada saat penggorengan berlangsung cepat dan menyebabkan produk kering dan berwarna cokelat. Hal ini sesuai dengan Cahyono dan Yuwono (2015) yang menyatakan bahwa semakin sedikit santan yang ditambahkan maka semakin rendah kadar air produk yang dihasilkan dan menyebabkan produk menjadi berwarna sangat cokelat.
Nilai Skor Aroma
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor aroma abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai skor aroma abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
46
Hubungan penambahan santan dengannilai skor aroma abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 11.
Tabel 23. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap nilai skor aroma abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S) Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Gambar 11. Hubungan penambahan santan dengan nilai skor aroma abon jamur tiram
Tabel 23 dan Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai skor aroma abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan S3 (penambahan santan 30%)
dikarenakan santan mengandung senyawa volatil nonylmethylketone yang akan
menimbulkan aroma enak jika dipanaskan dengan suhu tinggi (Cahyono dan Yuwono, 2015).
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai skor aroma abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai skor aroma abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nilai Skor Rasa
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor rasa abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai skor rasa abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
48
Tabel 24. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap nilai skor rasa abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S) Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 24 dan Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai skor rasa abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan S3 (penambahan santan 30%)
memiliki nilai skor rasa tertinggi yaitu 3,77 yang artinya rasa gurih kuat. Semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai skor rasa abon jamur tiram yang dihasilkan. Santan memiliki kandungan lemak yang tinggi yaitu 25% dan protein 4,2% (Srihari, 2010) yang menyebabkan timbulnya rasa lemak dan gurih sehingga dapat digunakan sebagai penambah rasa gurih pada masakan. Semakin banyak santan ditambahkan ke dalam masakan maka rasa lemak dan
gurih santan semakin mendominasi produk. Hal ini sesuai dengan Cahyono dan Yuwono (2015) yang menyatakan bahwa proporsi santan yang
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai skor rasa abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai skor rasa abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nilai Skor Tekstur
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 25. Hubungan antara perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 13.
Tabel 25. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram
Jarak LSR Gula putih :
Gula merah (G) Rataan
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - G1=100%:0% 3,34 a A
2 0,1460 0,2018 G2=75%:25% 3,26 a A
3 0,1530 0,2105 G3=50%:50% 3,20 ab A
4 0,1574 0,2162 G4=25%:75% 3,16 b AB
5 0,1604 0,2202 G5=0%:100% 3,06 b B
50
Gambar 13. Hubungan perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram
Tabel 25 dan Gambar 13 semakin sedikit gula putih dan semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka semakin rendah nilai skor tekstur abon jamur tiram yang dihasilkan. Perlakuan G1 (gula putih 100% : gula merah 0%) memiliki
nilai skor tekstur paling tinggi yaitu 3,34 yang artinya produk memiliki tekstur serat yang halus. Hal ini dikarenakan gula putih memiliki kadar air yang rendah sehingga menyebabkan abon yang dihasilkan kering dan memiliki tekstur serat yang halus. Hal ini sesuai dengan Amaluddin dan Yuwono (2015) yang menyatakan bahwa tekstur bahan pangan sangat ditentukan oleh kadar air, kandungan lemak, serta jenis karbohidrat dan protein penyusunnya.
Pengaruh penambahan santan terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram Dari hasil sidik ragam (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh penambahan
Hubungan penambahan santan terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 14.
Tabel 26. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S) Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Gambar 14. Hubungan penambahan santan dengan nilai skor tekstur abon jamur tiram
Tabel 26 dan Gambar 14 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin rendah nilai skor tekstur abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan S1 (penambahan santan 10%)
memiliki nilai skor tekstur tertinggi yaitu 3,41 yang artinya abon jamur tiram memiliki serat yang agak halus. Hal ini dikarenakan santan memiliki kandungan air yang tinggi yaitu 54,9% (Srihari, 2010), sehingga menyebabkan kadar air produk yang dihasilkan semakin meningkat dan mempengaruhi tekstur yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan Amaluddin dan Yuwono (2015) yang menyatakan bahwa tekstur bahan pangan sangat ditentukan oleh kadar air,
52
kandungan lemak, serta jenis karbohidrat dan protein penyusunnya. Abon yang memiliki kadar air tinggi cenderung menggumpal sehingga tekstur serat yang dihasilkan tidak terlihat jelas.
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai skor tekstur abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nilai Hedonik Warna
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 27. Hubungan antara perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 15.
Tabel 27. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
Jarak LSR Gula putih :
Gambar 15. Hubungan perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
Tabel 27 dan Gambar 15 menunjukkan bahwa semakin sedikit gula putih dan semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai hedonik warna abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan G4 (gula putih 25% : gula merah 75%) dan G5 (gula putih 0% : gula
merah 100%) memiliki nilai hedonik warna paling tinggi yaitu 3,92 yang artinya warna cokelat yang dihasilkan pada produk disukai oleh konsumen. Hal ini dikarenakan gula merah mengandung jumlah asam amino dan gula reduksi yang cenderung lebih besar dibanding gula putih. Asam amino dan gula reduksi pada bahan akan mengalami ikatan silang dan menyebabkan terjadinya reaksi Maillard.
Reaksi Maillard akan menyebabkan produk berwarna cokelat dan memiliki aroma khas yang disukai konsumen.
54
Pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 28. Hubungan penambahan santan dengannilai hedonik warna abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 16.
Tabel 28. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S) Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 28 dan Gambar 16 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka nilai hedonik warna abon jamur tiram yang dihasilkan semakin meningkat. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan S3 (penambahan
santan 30%) memiliki nilai hedonik warna tertinggi yaitu 3,87 yang artinya penambahan santan dalam jumlah banyak pada pembuatan abon jamur tiram akan menghasilkan warna cokelat yang disukai panelis. Hal ini dikarenakan pembentukan warna cokelat pada produk dipengaruhi oleh kadar air bahan. Semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar air produk dan warna cokelat yang terbentuk semakin disukai oleh panelis. Hal ini sesuai dengan Cahyono dan Yuwono (2015) yang menyatakan bahwa proporsi penambahan santan akan mempengaruhi kadar air suatu produk. Kadar air yang tinggi menyebabkan warna cokelat yang lebih disukai dibanding warna cokelat yang terbentuk pada bahan dengan kadar air rendah .
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
56
Tabel 29. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
Jarak LSR Interaksi Rataan Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil)
Tabel 29 dan menunjukkan bahwa perlakuan G4S3 (gula putih 25% : gula
mempengaruhi kadar air suatu produk. Kadar air yang tinggi menyebabkan warna cokelat yang lebih disukai dibanding warna cokelat yang terbentuk pada bahan dengan kadar air rendah .
Gambar 17. Hubungan interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai hedonik warna abon jamur tiram
Nilai Hedonik Aroma
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik aroma abon jamur tiram
58
Pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik aroma abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 11) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap nilai hedonik aroma abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik aroma abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 30. Hubungan penambahan santan dengannilai hedonik aroma abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 18.
Tabel 30 dan Gambar 18 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai hedonik aroma abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan S3 (penambahan santan
30%) memiliki nilai hedonik aroma tertinggi yaitu 3,93 yang artinya abon jamur tiram dengan aroma santan yang semakin kuat lebih disukai oleh panelis. Semakin banyak santan yang ditambahkan maka semakin kuat aroma santan dan semakin tinggi nilai hedonik aroma abon jamur tiram yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan santan mengandung senyawa volatil nonylmethylketone yang akan
menimbulkan aroma enak jika dipanaskan dengan suhu tinggi (Cahyono dan Yuwono, 2015).
Tabel 30. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik aroma abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S) Rataan
Notasi
0,05 0,05
- - S1=10% 3,65 b
2 0,1823 S2=20% 3,81 ab
3 0,1912 S3=30% 3,93 a
Gambar 18. Hubungan penambahan santan dengan nilai hedonik aroma abon jamur tiram
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai hedonik aroma abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 11) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik aroma abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nilai Hedonik Rasa
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 12) dapat dilihat bahwa perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 31. Hubungan antara perbandingan
60
gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 19.
Tabel 31. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram
Jarak LSR Gula putih :
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Gambar 19. Hubungan perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram
Tabel 31 dan Gambar 19 menunjukkan bahwa semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai hedonik rasa abon jamur tiram yang dihasilkan. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan G5 (gula putih 0% : gula
merah 100%) memiliki nilai hedonik rasa tertinggi yaitu 4,07 yang artinya abon jamur tiram dengan rasa manis dan gurih kuat disukai oleh panelis. Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan 76% sukrosa pada gula merah yang dapat menyebabkan timbulnya rasa manis (Depkes RI, 1992). Gula merah juga memiliki
3,64 3,74 3,82 3,96
rasa sedikit masam yang disebabkan oleh kandungan asam-asam organik di dalamnya. Asam-asam organik menyebabkan gula merah memiliki aroma yang khas, sedikit asam dan berbau karamel (Eskin, 1990).
Pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram Dari hasil sidik ragam (Lampiran 12) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 32. Hubungan penambahan santan dengan nilai hedonik rasa abon jamur tiram dapat dilihat pada Gambar 20.
Tabel 32. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram
Jarak LSR Penambahan
santan (S) Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
62
Tabel 32 dan Gambar 20 menunjukkan bahwa semakin banyak santan yang ditambahkan maka nilai hedonik rasa abon jamur tiram yang dihasilkan semakin menurun. Pembuatan abon jamur tiram perlakuan S3 (penambahan santan
30%) memiliki nilai hedonik rasa terendah yaitu 3,45 yang artinya panelis agak menyukai rasa abon jamur tiram. Hal ini dikarenakan santan memiliki rasa lemak dan gurih yang terlalu berlebihan hingga melewati batas penerimaan konsumen. Hal ini sesuai dengan Cahyono dan Yuwono (2015) yang menyatakan bahwa proporsi santan yang terlalu banyak menimbulkan rasa lemak yang sangat kuat dan penurunan penerimaan konsumen.
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 12) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik rasa abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Nilai Hedonik Tekstur
Pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah terhadap nilai hedonik tekstur abon jamur tiram
Pengaruh penambahan santan terhadap nilai hedonik tekstur abon jamur tiram
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 13) dapat dilihat bahwa penambahan santan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik tekstur abon jamur tiram yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi antara perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap nilai hedonik tekstur abon jamur tiram
64
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pengaruh perbandingan gula putih dengan gula merah dan penambahan santan terhadap parameter yang diamati dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbandingan gula putih dengan gula merah memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, kadar abu, nilai skor warna, skor tekstur, hedonik warna, dan hedonik rasa, berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar lemak. Semakin tinggi gula merah yang digunakan maka kadar air, nilai skor warna, nilai hedonik warna, dan nilai hedonik rasa meningkat, sedangkan kadar abu, kadar lemak, dan nilai skor tekstur menurun.
2. Penambahan santan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, kadar lemak, nilai skor warna, nilai skor aroma, nilai skor rasa, nilai hedonik warna, dan nilai hedonik rasa, berbeda nyata (P<0,05) terhadap nilai hedonik aroma. Semakin banyak santan yang ditambahkan maka kadar air, kadar lemak, nilai skor aroma, nilai skor rasa, nilai hedonik warna, dan nilai hedonik aroma semakin meningkat, sedangkan nilai skor warna, nilai skor tekstur, dan nilai hedonik rasa semakin menurun.
4. Hasil penelitian abon jamur tiram dengan mutu terbaik terdapat pada perlakuan G4S1 yaitu menggunakan perbandingan gula putih dengan gula
merah 25% : 75% dan penambahan santan 10%. Pemilihan perlakuan terbaik berdasarkan parameter uji yaitu kadar air, kadar protein, kadar lemak, nilai hedonik warna, aroma, rasa, dan tekstur.
Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai masa simpan abon jamur tiram yang dihasilkan.