• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Putusan MA Nomor : 46 PK PID 2013)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERTANGGUNGJAWAB PPAT ERHADAP PENITIPAN BPHTB YANG BERITIKAD BAIK

A. Bea Perolehan Hak atas Tanah

Pasal 1 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana yang

dirubah dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Pajak Bea Perolehan

hak atas Tanah dan Bangunan adalah “pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas

tanah dan bangunan.”40

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan oleh seseorang atau badan hukum

dapat terjadi melalui dua cara, yaitu:

1. Origananair

Perolehan Hak atas Tanah ini terjadi untuk pertama kali melalui penetapan pemerintah, atau karena ketentuan undang-undang. Bentuk hak atas tanah ini adalah hak atas tanah lahir dari tanah yang berasal dari tanah Negara melalui permohonan pemberian hak atas tanah Negara

2. Derivatif

Perolehan hak atas tanah ini terjadi dari tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pihak lain melalui peralihan hak atas tanah. Perolehan hak terjadi pemindahan hak melalui ja beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dlam modal perusahaan atau lelang.41

Bentuk/tata cara pengadaan hak atas tanah bagi pelaksanaan kepentingan

pembangunan untuk kepentingan umum ada tiga cara, yaitu pembebasan tanah,

pencabutan hak atas tanah dan peralihan hak.”42

40Pasal 1 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 1997

41Urip Santoso,Perolehan Hak atas Tanah.(Jakarta, Kharisma Putra, 2015),hlm., 28

42Umar said Sugiharto,dkk,Hukum Pengadaan Tanah Pengadaan Hak atas Tanah untuk

(2)

Selain itu perolehan hak atas tanah dapat diperoleh melalui antara lain

penetapan pemerintah, ketentuan undang-undang, peralihan hak, pemberian hak.

Menurut Pasal 6 ayat 1 Undang Nomor 20 Tahun 2000 yang menjadi dasar pengenan

pajak pada BPHTB adalai Nilai Perolehan Objek Pajak

a. Pemindahan Hak karena :

1. Jual beli

2. Tukar Menukar

3. Hibah

4. Hibah Wasiat

5. Warisan

6. Pemasukan dalam Perseroan

7. Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan Hak

8. Penunjukan Pembelian Lelang

9. Pelaksanaan Putusan Hakim yang mempunyai kekuatan Hukum tetap

10. Penggabungan Usaha

11. Peleburan Usaha

12. Pemekaran Usaha

13. Hadiah

Pasal 6 ayat 2 menentukan yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak sebagai

dasar Pengenaan Pajak pada masing jenis perolehan hak :

a. Pada perolehan hak karena jual beli, yang menjdi NPOP adalah harga

(3)

b. Pada perolehan hak karena tukar menukar yang menjadi NPOP adalah nilai

pasar

c. Pada Perolehan hak karena hibah yang menjadi dasar NPOP adalah nilai

pasar

d. Nilai Perolehan hak karena hibah wasiat adalah nilaipasar

e. Pada perolehan hak karena waris, yang menjadi Nilai Perolehan Objek

Pajak adalah nilai pasar

f. Pada perolehan hak karena pemasukan dalam perseroan dan badan hukum

lainnya yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak adalah nilai pasar

g. Pada perolehan hak karena pemisahan hak karena yang mengakibatkan

peralihan sebagai pelasanaan putusan hakim mempunyai kekuatan hukum

tetap yamg menjadi NPOP adalah nilai pasar

h. Pada Perlehan hak hak karena pemberian hak baru atas tanah sebagai

kelanjutan pelepasan hak yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak adalah

Nilai Pasar

i. Pada Perolehan Hak karena penggabungan usaha yang menjadi nilai

perolehan objek pajak adalah nilai pasar

j. Pada Perolehan hak karena peleburan usaha yang menjadi NPOP adalah

nilai pasar

Sesuai dengan Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas tanah

dan Bangunan Nomor 20 tahun 2000 sebagaimana yang telah dirubah dengan undng –

(4)

sebagaimana huruf a sampai dengan j tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai

Perolehan Objek Pajak yang digunakan dalam pengenaan pajak bumi dan Bangunan

adalah Nilai Jual Objek Pajak. Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bamgunan adalah

rata-rata yang diperoleh dari harga transakasi jual beli yang terjadi secara wajar. Nilai

Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan dapat dilihat dari Surat Pemberitahuan Pajak

yang terutang yang dikeluarkan kantor pelayanan Pajak teruang. Untuk memberikan

surat SPPT maka obyek tanah dan bangunan sudah terdaftar di kantor pelayanan PBB

setempat.43

Setiap Undang-Undang yang berlaku mempunyai subjek hukum. Subjek

Hukum yang menjadi wajib pajak adalah memenuhi syarat-syarat ditentukan oleh

Undang-Undang.Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan bagunan menetapkan yang ditetapkan sebagai subjek pajak dalam

undang-undang tersebut. Sedangkan Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan karena

pemberian hak pengelolaan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2000

Adapun mekanisme pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

adalah penjual dan pembeli yang sudah menyepakati harga jual beli rumah

menyepakati harha jual beli rumah, pada umumnya penjual dan pembeli kurang

memahami bagaimana menghitung BPHTB sehingga mereka datang ke PPAT tanpa

membawa SSB

Selain itu Undang-Undang menetapkan ketentuan bagaimana cara pembayaran

pajak atas Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana yang ditetapkan

(5)

dalam Pasal 10 Undang –Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 sebagai berikut:

1. Wajib Pajak yang terutang dengan tidak berdasarkan adanya surat

ketetapan pajak

a. Pajak yang terutang dibayar ke kas Negara melalui Kantor Pos dan

atau Bank Badan Usaha milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah

atau tempat pembayaran lain yang dirunjuk oleh Menteri dengan Surat

Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan“.

Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan

Hak atas tanah dan Bangunan mengatakan

Wajib Pajak wajin membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya surat ketetapan pajak. Menurut Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan:”Pejabat Pembuat Akta tanah seelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.”

Setelah penjual dan pembeli mengisi SSB dan melakukan pembayaran BPHTB

ke Bank, pejabat Bank dan pos menandatanani SSB, mengambil SSB lembar ke 2 dan

lembar ke 4 kemudian meyerahkan kembali ssb lembar 1,3 dan 5 kepada Wajib

Pajak.44Wajib Pajak datang kembali menyerahkan SSB KE-5 setelah itu barulah PPAT menandatanagi akta jual beli karena menurut Pasal 24 ayat 1 Undang –Undang Nomor

20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menentukan

bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya dapat menandatangani pemindahan hak dan

(6)

bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan pembayaran Bea Perolehan Hak atas

tanah dan Bangunan berupa setoran Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan, Wajib

Pajak (pembeli menyerahkan SSB lembar ke 3 ke KKP Pratama secara langsung atau

dikirim melalui pos sedangkan SSB Lembar 1 sebagai arsip untk wajib pajak.

Cara pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dilakukan

melalui Internet adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak membayarkan BPHTB yang terutang tidak didasarkan pada surat

ketetapan pajak atau SKP, melainkan dengan cara mengisi Surat Setoran Bea

Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan. Pajak yang dibayar dapat melalui Bank

Pemerintah, Bank DKI dan juga di Kantor Pos di wilayah Kotamadya Kabupaten/Kota

yang meliputi letak Tanah dan Bangunan. SSB dapat diperoleh melalui kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang ada di wilayah DKI Jakarta, Kantor Pos.

Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dapat dilakukan tanpa

menunggu diterbitkannya Suray Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak adalah

dukumen yang kurang /lebih bayar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal setelah

adanya pemeriksaan SKP. SKP dapat dikeluarkan dalam jangka waktu lima tahun

semenjak saat terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan . SKP dapat

berupa SKBKB untuk yan kurang baya dan SKBN untuk yang nihil dan nol bayar.

B. Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris

Pengertian Notaris menurut Pasal 1 ayar 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

(7)

membuat akta .45Akta yang dibuat oleh PPAT merupakan suatu alat pembuktian yang kuat.

Notaris sebagai pejabat yang mempunyai peranan penting untuk membantu

pemerintah dalam proses pengalihan hak, mempunyai peraturan untuk mengatur tata

tertib Notaris di Indonesia. Berikut ini Pasal yang harus diperhatikan tugas dan

wewenang Notaris:

Pasal 15 ayat 1,2, dan 3 Undang-Undng Nomr 2 Tahun 2014 yaitu perubahan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris . Pasal 15 ayat 1

menyebutkan:

Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua urusan perbuatan pejanjian dan ketetapan yang dihauskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik , menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosee, salinan dan ktipan akta semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditegaskan atau dikecualikan pada pejabat lai atau orang lain yang ditetapkan oleh unang-undang.46

Berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris

disebutkan bahwa Notaris berwenang membuat akta autentik (…)” yang dalam

pengertian teknis “membuat” sejumlah pekerjaan yang diperlukan akta Notaris.

Membuat akta terdiri atas penyusunan, pembacaan, dan penandatanganan akta oleh

para penghadap, saksi, dan notaris.

Adapun menurut Pasal 15 ayat 2 berwenang pula:

45Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014

(8)

a. Mengesahkan tanda tagan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah

tangan dengan mendaftarkan dalam buku khusus;

b. Membubuhkan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c. Membuat kopi dan surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang membuat

uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. Melakukan pengecekan kecocokan fotkopi dengan surat aslinya;

e. Memberikan penyuluhan hukum sehungan dengan pembuatan akta

f. Membuat akta yang berkaitan dengan petanahan;atau

g. Membuat akta risalah lelang

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 Notaris

mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam arti peraturan perundang-undangan yang bersangkutan menyebutkan agar

perbuatan hukum tertentu wajib dibuat dengan akta notaris.Selain itu PPAT dapat

merangkap menjadi PPAT hal ini disebabkan untuk mempermudah kerja PPAT itu

sendiri dalam menjalankan pekerjaannya yang diembankan kepadanya. Oleh karena itu

kewenangan yang dimiliki oleh PPAT sebagai Pejabat umum sebelum diangkat

menjadi PPAT , berwenang membuat akad kredit yang dijaminkan oleh Bank.47 Syarat untuk menjadi Notaris sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 3

Undang-Undang Jabatan Notaris adalah sebagai berikut:

1. Warga Negara Indonesia

(9)

Karena Warga Negara Indonesia adalah pejabat umum yang menjalankan

sebagian dari fungsi publik perdata, kewenangan ini tidak dapat diberikan

kepada Warga Negara Asing karena menyangkut dengan menyimpan rahasia

Negara, PPAT bersumpah setia atas Negara Republik Indonesia, sesuatu yang

tidak bisa dipenuhi seutuhnya oleh Warga Negara Asing.

2. Berumur minimal 27 Tahun

Umur 27 Tahun dianggap siap mental dan emosional

3. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Diharapkan PPAT tidak melakukan tindakan perbuatan asusila, amoral.

4. Pengalaman

Telah mejalani magang dan nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan PPAT

dalam waktu 2 tahun berturut-turut pada kantor PPAT atas prakarsa sendiri atau

rekomendasi organisasi notaris setelah lulus magister kenotariatan, supaya telah

mengetahui praktisi notaris, mengetahui struktur yang dipakai dalam pembuaan

aktanya, baik akta aotentik, dibawah tangan, dan pengetahuan administrasi

notaris

5. Ijazah

6. Non-PNS

Demikian dengan PPAT, PPAT juga memeriksa apakah syarat formal dan

materil sudah terpenuhi arau tidak untuk melakukan pengikatan jual beli

(10)

B.1.1 Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan. Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan adalah Pajak yang dikenakan atas Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan. Subjek pajak yang ditentukan dalam Undang-Undang Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang

Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan hak atas Tanah dan

Bangunan adaah orang pribadi, atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan

Bangunan dengan kata lain yang menerima pengalihan hak tersebut, Oleh karena itu

asas yang digunakan dalam Undang-Undang asas Self Asessment. Self Asessment

adalah Wajib Pajak diberikan kepercayaan oleh pemerintah untuk menghitung,

menyetorkan pajak sendiri.

Sesuai deengan Pasal 24 Undang-Undag Nomor 20 Tahun 2000 Tentang

Perubahan atas Undang undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan menyarkan Pejabat Pembuat akta Tanah PPAT hanya dapat

menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan bangunan pada saat Wajib Pajak

menyerahkan bukti pembayaran berupa Surat Setoran Hak atas Tanah dan Bangunan .

Pasal 26 Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas

(11)

meyatakan Pejabat Pembuat Akta tanah /PPAT dan Pejabat Lelang Negara yang

melanggar ketentuan sebagaiman dimaksud dengan Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2)

dikenakan sanksi administratip dan denda sebesar Rp.7.500.000,00 untuk setiap

pelanggaran

B.1.2 Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Peraturan Daerah

Dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan sebagaiman yang ditulis dalam Pasal 26:

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT dan Kepala Kantor yang membidangi

peayanan lelang Negara melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang

perolehan hak atas tanah dan bangunan kepada Kapala Daerah paling

lambat 10 (sepuluh) bulan berikutnya:

(2) Tata Cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatuu dengan Peraturan Derah

Sebelum adanya penandatanganan akta maka PPAT yang ada di kota Surabaya

berkewajiban meminta kwitansi pembayaran Bea Perolehan Hak atas tanah dan

Bangunan dalam pembuatan akta yang dimaksud. Dengan lahirnya peraturan Daerah

ini maka semakin memudahkan transaksi perikatan perikatan Perjanjian Jual Beli di

Kota Surabaya terkait pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang

belum memiliki sertifikat.

B.1.3 Kewajiban PPAT dalam Peraturan Pemerintah PPAT

Jabatan PPAT bukanlah jabatan yang diemban oleh PPAT untuk seumur hidup,

(12)

dalam bahsa Inggris disebut dengan termination sedangkan dalam Bahasa Belanda

Otlanding adalah berakhirnya atau selesainya jabatan sebagai PPAT. Pemberhentian

jabatan sebagai PPAT diatur dalam pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun

1998 Tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah dan Pasal 28 Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 disebutkan empat alasan

diberhentikan dari jabatan , karena

1. Meninggal dunia

2. Telah mencapai usia 65

3. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai

PPAT dengan tempat kedudukan di Kabupaten/ota yang lain daripada daerah

kerjanya

4. Diberhentikan oleh Badan

Diberhentikan dengan tidak hormat yang dalam bahasa Inggris disrespectfully

merupakan cara berakhirnya atau selesainya PPAT dengan cara tidak sopan atau

dengan penghargaan tidak tinggi terhadap PPAT yang bersangkutan. Ada tiga alasan

PPAT diberhentikan dengan tidak hornat dari jabatannya oleh kepala badan yang

meliputi:

1. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan dan kewajiban sebagai PPAT

2. Dijatuhi hukuman kurungan/penjara karena melakukan kejahatan perbuatan

pidana yang diancam hukuman kurungan atau penjara paling lama 5 tahun

3. Melanggar Kode etik PPAT

(13)

a. Membantu melakukan pemufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa

atau konflik pertanahan

b. Melakukan pembuatan akta sebagai pemufakatan jahat yang

mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan

c. Melakukan pembuatan aka diluar daerah kerjanya

d. Memberikan keterangan yang tidak benar dalam akta mengakibatkan

sengketa

e. Melanggar sumpah jabatan PPAT

B.1.4 Kewajiban PPAT dalam Undang-Undang PPAT

Landasan utama yang mendasari pelaksanaan tugas PPATadalah Peraturan

Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Jabatan Pembuat Akta Tanah.

Kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah yaitu:

1. Mendaftarkan dokumen selambat-lambatnya 7(tujuh) hari kerja sejak

ditandatangani akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta

yang dibuatnya berikut dokumen-dokeumen yang bersangkutan kepada

kepala kantor pertanahan disamping itu PPAT wajib menyampaikan

pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta kepada pihak

yang bersangkutan:

2. Menjunjung tinggi Pancasila, Undang-UndangDasar 1945, dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

(14)

4. Menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada

Kepala Kantor Pertanahan , Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor

Pajak Bumi dan Bangunan setempat paing lambat 10(sepuluh) bulan

berikutnya;

5. Menyerahkan protocol PPAT dalam hal:

a. PPAT yang berhenti menjabat kepadaa PPAT daerah kerjanya atau

Kepala Kantor Pertanahan

b. PPAT sementara yang berhenti sebagai PPAT sementara kepada PPAT

c. PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus kepada PPAT

Khusus yang menggantikannya atau kepada kepala jantor Pertanahan

6. Membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu. Yang dibuktikan

dengan secara sah

7. Membuka kantor setiap hari kerja kecuali sedang melksanakan cuti atau

hari libur resmi dengan jam erja paling kurang sama dengan jam kerja

kantor pertanahan setempat

8. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan,contoh paraf, dan

teraan cap/stempel jabatannya kepada kepala Kantor Wilayah

9. Melasanakan jabatan secara nyata setelah pengambiilan sumpah Jabatan:

10. Memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan

ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan:

(15)

- Para pihak melalui PPAT mengajukan permohonan ke Kantor Pertanahan

untuk memeriksa kesesuaian data dlam sertifikat dengan data dalam buku

tanah

- Sebelum dibuat akta pemindahan hak, khusus atas tanah pertanahan, calon

penerima hak harus membuat pernyataan yang menyatakan bahwa yang

bersangkutan:

a. Tidak menjadi pemegang hak melebihi ketentuan maksimum

b. Tidak menjadi pemegang hak atas tanah absentee

c. Bersedia menanggung semua akibat hukumnya, apabila pernyataan

tidak benar

Pejabat yang berwenang mengangkat PPAT yaitu menteri, PPAT diangkat

suatu daerah kerja tertentu, sementara itu pejabat yang berwenang menganggkat PPAT

Sementara dan PPAT Khusus adalah menteri.Hal ini diatur dalam Pasal 5 ayat (3)

huruf a dan b Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan

Pembuat Akta Tanah. Apabila diperhatikan maka yang dapat diangkat sebagai PPAT

semetara adalah camat dan kepala kantor desa semetara itu PPAT Khusus diangkat

untuk melayanai pembuatan akta PPAT yang diperlukan dalam rangka:

1. Pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh

Pemerintah Indonesia

2. Untuk melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi Negara sahabat

berdasarkn asas resiprositas sesuai pertimbangan dari Departmen Luar

(16)

Sebelum proses penandatangan akta dilakukan maka PPAT memeriksa syarat

formatif dan syarat materil. Adapun syarat material dalam proses jual beli adalah:

a. Pembeli berhak membeli tanah yang bersangkutan

Pembel sebagai penerima hak harus memenuhi syarat untuk memiliki tanah

yang dibelinya. Untuk menentukan berhak atau tidaknya si pembeli

memperoleh hak atas tanah yang dibelinya bergantung hak apa yang ada

pada tanah tersebut

b. Penjual berhak menjual tanah yang bersangkutan

Yang berhak menjual sebidang tanah tentu saja pemegang yang sah dai hak

atas tanah tersebut yang disebut pemilik. Apabila pemilik sebidang ytanah

hanya satu orang maka ia berhak menjual sendiri tanah tersebut. Apabila

yang memiliki tanah tersebut lebih dari seorang maka tanah tersebut dijual

bersama-sama

c. Tanah tersebut tidak dlaam sengketa

Sedangkan syarat formil yang harus dipenuhi dalam proses penjualan tanah

adalah pelaksanaan syarat formil dilakukan PPAT yang diberikan kewenangan

membuat akta-akta yang berkaitan denga tanah sebagaimana yang dimaksud dalam

diatur dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah 1997 .Peraturan Pemerintah Nomor 37

Tahun 1997 juga megatur bahwa setiap perjanjian yang dimaksud memindahkan hak

harus dibuktikan dengan satu akta yang dibuat dan dihadapan PPAT.Disamping itu

dengan dibuatnya akta jual beli tanah oleh PPAT pada saat itu juga hak sudah

(17)

perjanjian dianggap tidak ada.Sehingga akta yang dibuat oleh PPAT tidak mempunyai

kekuatan.

Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan menentukan

beberapa pejabat yang berwenang dalam pemenuhan Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah

2. Pejabat Lelang

3. Pejabat Pertanahan

Para pejabat ini iberikan kewenangan untuk memeriksa apakah BPHTB

berutang sudah dibayarkan atau belum sebelum penjual atau pembeli melakukan

penandatanganan akta perolehan Hak

B.1.5 Kewajiban PPAT dalam Undang-Undang BPHTB

Kewajiban PPAT dalam pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan juga berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Banggunan . Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

yang terdapat dlaam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang

Perubahan atas Undang –Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan dengan kata lain yang menerima pengalihan hak tersebut.

Tugas dari PPAT dan PPAT dalam pengikatan perjanjian antara pemberi dan

penerima hak hampir sama sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000

(18)

pengikatan perjanjian antara kedua belah pihak. Sebelum proses penandatanganan akta

terjadi maka PPAT akan meminta setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan. PPAT yang melanggar ketentuan ini dapat dikenakan sanksi sesuai dengan

Pasal 26 Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

menyatakan Pejabat Pembuat Akta Tanah /PPAT dan Pejabat Lelang Negara yang

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 24 ayat (1) dan ayat(2) dikenakan

sanksi administrasi dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administrasi

sebesar Rp. 7.500.000 untuk setiap pelanggaran. Sebelum proses penandatanganan

berlangsung maka PPAT akan ke kantor BPN untuk membuat nomor pengalihan guna

untuk membuat akta peralihan hak tersebut. Setelah selesai dibuat akta PPAT akan

menandatangani akta. Para Pihak yang berkepentingan (Penerima hak dan pember hak)

akan mendatangi PPAT yang berguna untuk pengikatan perjanjian antara pemberi dan

penerima hak bahwa antara penerima dan pemberi hak sudah ada sepakat antara

mereka. Sebelum proses penandatanganan akta berlangsung dengan seketika PPAT

akan meminta setoran hak atas tanah dan bangunan. PPAT yang membuat akta jual beli

biasanya tanahnya belum memliki serifikat.Tanah yang belum bersertifikat masih

banyak ditemukan di pedesaan.. Dalam proses pembuatan akta maka Pejabat Pembuat

Akta Tanah akan melakukan verifikasi terhadap sertifikat langsung ke kantor Badan

Pertanahan Negara (BPN), tujuan dari verifikasi sertifikat dilakukan untuk

membuktikan bagaimanakah status sertifikat tanah tersebut untuk mengetahui siapa

(19)

sertifikat di verifikasi oleh kantor Badan Pertanahan Negara dan dinyatakan aman

untuk dibuat sertifikat maka Notaris/PPAT melanjutkan pembuatan akta pengalihan

hak tersebut. Dalam pembuatan akta maka dibawakan terlebih dahulu kwitansi Pajak

Bumi Bangunan untuk melihat apakah ada tunggakan setoran Pajak Bumi Bangunan

yang belum dibayar atau tidak. Baru setelah diakukan pengecekan tersebut apabila

tidak ada tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan nilai dihitung NJOP BPHTB/meter

langsung dari notaris/PPAT maka aktanya dapat dibuat oleh PPAT dan diminta untuk

meminta membawa persyaratan diantaranya adalah KTP Penjual , KTP Pembeli , surat

nikah, PBB tahun berjalan.

Setelah akta di buat dan dibacakan oleh para pihak dan saksi maka sebelum

dilakukan penandatanganan PPAT meminta kwitansi pembayaran Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan dari pihak penjual sebagaimana yang diperintahkan oleh

Undang-Undang Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran tanah.

B.1.6 Kewajiban PPAT dalam Peraturan Daerah

Sebagaimana Tugas dan Fungsi PPAT dalam berbagai peratuan khususnya

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 maka esensinya kewajiban PPAT hampir

serupa dengan PPAT. Sesuai dengan Pasal 26 Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010

yang berbunyi:

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT dan Kepala Kantor yang membidangi

(20)

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan kepada Kepala Kepala Daerah

paling lambat 10(sepuluh) bulan berikutnya

(2) Tata Cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan peraturan Kepala Derah

Sebelum adanya penandatanganan akta maka PPAT akan meminta kwitasi

pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tersebut setelah perjanjian

dibuat maka pihak segera ke Badan Pertanahan untuk melakukan pendaftaran peralihan

hak atas nama pihak yang baru.

Pasal 27 dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000 menyatakan sebagai

berikut Pejabat Pembuat Akta Tanah /PPAT dan Kepala Kantor Pertanahan yang

melanggar ketentuan seagaimana dimakasud dalam Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2)

dikenakan sanksi administrative sebesar Rp.7.500.000

Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah, masing masing Daerah

menetapkan Nilai Perolehan Objek ajak Daerah. Untuk Daerah Surabaya Pasal 6 ayat 4

menyatakan besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp

75.000.000,00

C. Fungsi dan Tugas Badan Pertanahan Nasional dalam Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan Daerah Presiden Republik Indonesia Nomor

(21)

adalah Lembaga Pemerintah Non Department yang dibawah dan bertanggungjawab

kepada Presiden.48

Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indoensia Nomor 10 Tahun 2006 Tentang

Badan Pertanahan Nasionl mneyebutkan dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud Pasal 2 Peraturan Pesiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan

Nasional, BPN menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;

b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan

c. Koordinasi kebijakan, perencanan dan program di bidang pertanahan

d. Pembinaan dan pelayananan administrative umum di bidang pertanahan;

e. Penyeenggaraan dan pelaksanaan survey, pengukuran dan pemetaan di bidang

pertanahan;

f. Pelaksanaan pendaftran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum;

g. Pengaturan dan penetapan hak-hay atas tanah

h. Pelaksanaan penatagunan tanah, reformasi agrarian dan penataan

wilayah-wilayah khusus

i. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan /atau milik Negara/daerah

berkerjasama dengan Departmen Keuangan;

j. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah

k. Kerjasama dengan lembaga-lembaga laian;

(22)

l. Penyelenggaran dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di

bidang pertanahan

m. Memberdayakan masyarakat di bidang pertanahan

n. Pengkajian dan penanganan masalah sengketa, perkara, dan knflik dibidang

pertanahan

o. Pengkajian dan penganganan masalah sengketa, perkara, dan konflik di bidang

pertanahan

p. Pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan

q. Pendidikan, latihan, dan pengembangan sumber daya manusia di bidang

pertanahan

r. Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan

s. Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang

pertanahan

t. Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dn/atau badan

hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan pundangan berlaku

u. Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai eraturan perundang-undangan yang

berlaku .49

Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang

Pendaftaran Tanah sebagaimana yang dirubah dengan Peraturan Peerintah Nomor 24

Tahun 1997 Tentang Pendaftran tanah Pendaftaran Tanah diselenggarakan oleh

Jawatan Pendaftaran Tanah menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan

(23)

dimulai pada tanggal yang ditetapkan oleh Menteri Agraria untuk masing-masing

daerah. Sedangkan menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Tentang pendaftaran Tanah adalah

Rangkaian kegiatan yang dilakukan Pemerintah secara terus menerus berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, berkesinambungan pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tandaa bukti hakny bagi bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya

Penyelenggaraan kegiatan pendaftaran tanah adalah Badan Pertanahan

Negara.Badan Pertanahan Negara melalui kewenangannya untuk melakukan

pendaftaran hak atas tanah. Sesuai dengan ketentuan BPHTB dan peralihan hak atas

tanah tersebut sebagaimana yang dikemukakan bahwa peralihan dan pemindahan hak

atas tanah melakui perbuatan hukum dan peristiwa hukum mengakibatkan terjadinya

perolehan hak atas tanah yang menjadi dasar objek BPHTB harus didaftarkan ke

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

Secara Prosedural sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang pendaftaran

tanah bahwa pejabat yang berwenang dalam hal ini Pejabat Pembuat Akta Tanah

sebelum membuat akta tanah peralihan hak dan pemindahan hak, PPAT wajib terlebih

dahulu melakukan pemeriksaan sertifikat hak atas tanah untuk mengajukan

permohonan Surat Keterangan Pendaftran Tanah atas bidang Tanah tersebut.

Rangkaian kegiatan pemeintah dalam pendaftran tanah tersebut meliputi

(24)

pertama kali adalah tanah tang belum terdaftar dalam PP Nomor 20 Tahun 1961.

Kegiatan Pendaftaran Pertama kali meliputi meliputi sporadicdansistematik

Dalam rangkaian kegiatan pertama kali melahirkan beberapa hal:

1. Pemberian status hukum dari tanah dan hak- hak atas Tanah

Dengan dilaksakannya pendaftaran tanah maka sudah barang tentu juga

diberikan status hak pada tanah tersebut sesuai dengan hak yang dimohonkan

2. Perlindungan pengunaan atau pengaturan pemanfaatan

Yang dimaksud dengan pemanfaat adalah kegiatan aktifitas tanah bagi

pemiliknya sering disebut peruntukan tanah dalam kegiatan sehari-hari dari

pemiknya

3. Pendaftaran akta dan haknya

Untuk terjadinya kegiatan ini ada tindakan /perbuatan hukum sebelum

dilakukan. Tindakan ini biasanya dengan pembuatan akta oleh PPAT

Setelah program pendaftaran tanah pertama kali selesai dilakukan maka dengan

berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

maka masih perlu dilakukan proses pemeliharaan data tanah. Pemeliharaan data

merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan dalam peta pendaftaran,

daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan

perubahan yang terjadi kemudian. Kegiatan pendaftaran tanah meliputi pendaftaran

peralihan dan pembebanan hak serta pendaftaran pada data perubahan lainnya.

Dalam proses pendaftaran balik nama yang sebelumnya telah dilakukan

(25)

mendaftarkan balik nama dengan membawa syarat ke Badan Pertanahan Negara antara

lain:

1. Sertifikat atau surat keterangan tentang keadaan hak atas anah tidak sesuai

dengan daftar yang ada di kantor pertanahan.

2. Dokumen yang digunakan untuk proses peralihan tidak lengkap

3. Tidak dilengkapi dengan syarat lain yang sesuai dengan undang-undang

4. Tanah yang bersangkuta tanah sengketa di pengadilan

5. Perbuatan hukum yang dibuat oleh PPAT batal atau dibatalkan oleh putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Meskipun demikian pendaftaran peralihan hak telah dilakukan karena Indonesia

menggunakan sistem pendaftaran negatif positif.Masih memungkinkan seseorang

mempermasalahkan pemilikan tanah tersebut meskipun sudah ada diterbitkannya

sertifikat. Oleh karena itu proses pengalihan hak atas tanah itu sudah terjadi ketika akta

ditandatangani. Oleh karena proses pendaftaran tanah bukan menjamin memberikaan

perlindungan kepada seseorang yang sudah terdaftar di Badan Pertanahan Nasional.

Kantor Pertanahan adalah pengawasan pemenuhan pajak Bea Perolehan hak

atas tanah dan Bangunan.Menurut Sujamto Pengawasan yang dimaksudkan adalah

suatu usaha atau kegitan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya mengenai

pelaksanaan atau kegiatan apakah sesuai dengan semetinya atau tidak. Undang-Undang

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Nomor 20 Tahun 2000 menentukan

beberapa pejabat yang berwenang dalam pemenuhan Bea Perolehan hak atas tanah dan

(26)

Dalam melakukan pengawasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,

peran kantor kabupaten atau kota secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi

a. Pasal 24 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2000, UndangUndang Nomor5

Tahun 1960

b. Fungsi pendaftaran tanah untuk mendapatkan bukti sertifikat yang hanya

dapat dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional dimana lokasi

tanah itu beada, proses pendaftaran tanah merupakan proses diterimanya

pendaftaran hak atas tanah itu semua bergantung pada kelengkapan

administrasi termasuk sudah atau dilunasinya Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Tata cara pengawasan Badan pertanahan Nasional atas pemenuhan BPHTB

dilakukan sesuai dengan ketentuan berlaku melalui pejabat yang berwenang

dengan membawa setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

yang dilengkapi dengan peralihan hak atas tanah dan surat pemberitahuan

pajak bumi dan bangunan atas tanah yang sudah didaftarkan

d. Yang menjadi dasar tolak ukur pemenuhan Bea Perolehan hak atas tanah

dan bangunan adalah nilai tertinggi diantara ‘dua nilai yang menjadi dasar

pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.

C.1.1 Fungsi dan Tugas Badan pertanahan Nasional di Perda

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pajak

Daerah menentukan Bea Perolehan hak atas tanah dan Bangunan kini menjadi pajak

(27)

membawa konsukuensi sebelum adanya pemungutan pajak yang dilakuakan oleh

kabupaten atau kota terlebih dahulu pemerintah Kabupaten/Kota mengeluarkan Perda .

Kota Surabaya yang terkait dengan pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah

Bangunan adalah Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 11Tahun 2000 menginstrusikan

kepada Wajib Pajak yang ingin membayar Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan menurut Pasal 15 ayat 4 pajak yang terutang dibayar ke kas umum daerah

atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk derah

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Daerah Nomor 28 Tahun 2008

Tentang Pajak Daerah mengenai Subjek Pajak Wajib Pajak dan Objek Pajak adanya

kesesuaian dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000 tersebut

Sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 25 ayat 2 Bab X Kepala kantor

pertanahan melakukan pendaftaran hak atas tanah dan bangunan atau pendaftaran

peralihan hak atas tanah setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

Oleh karena itu setelh akta peralihan hak dimungkinkan adanya meminta kwitansi

pembayaran yang dilakukan oleh Badan Pertanahan.Oleh karena itu dalam peraturan

daerah Surabaya Nomor 11 Tahun 2000 tempat umtuk melakukan pengawasan

terhadap Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ada di Kepala Kantor

Pertanahan.

Selain itu untuk melakukan pengawasan pemungutan Bea Perolehan Hak atas

(28)

dalam Peraturan Daerah Nomor 60 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Sesuai dengan Pasal 2 Bab II tentang

pemeriksaan yang berhak memeriksa Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan

adalah Walikota dan Dinas. Yang berhak melakukan pengawasan pemeriksaan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Dispenda Kota Surabaya yang diberi tugas dan kewenangan tanggungjawab untuk

melaksanakan pemeriksaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

D. Balik Nama

Pasal 56 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah, Perubahan nama adalah

Pendaftaran perubahan data pemegang hak yang ganti lama dilakukan dengan mencatatnya dalam buku tanah dan sertifikat hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan berdasarkan bukti mngenai pemegang hak tersebut sesuai dengan ketentuan berlaku.Sedangkan yang dimaksud dengan pemegang hak ganti lama adalah pemegang hak yang sama tetapi namanya berganti.”50

Dalam penjelasannya yang dimaksud dengan pemegang hak yang ganti nama

adalah pemegang hak yang sama tetapi namanya berganti,penggantian nama

pemegang hak dapat terjadi baik mengenai orang perseorangan atau badan hukum

Pemindahan hak karena jual beli merupakan balik nama dari pemegang

serifikat hak selaku penjual kepada pembli dengan menggunakan akta PPAT yang

dimohon oleh pembeli kepada kantor pertanahan setempat melalui proses perolehan

50A.P Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah

(29)

sertifikat hak atas tanah.51 Meskipun demikian akta jual beli yang dibuat oleh PPAT, PPAT sudah beralihnya hak dari penjual ke pembeli bukan berarti otomatis terjadiya

berpindahnya kepemilikan, hal ini yang harus ditindaklanjuti ke Badan Pertanahan

Negara dengan membawa persyaratan berikut:

1. Surat pengantar pendaftaran jual beli dari PPAT

2. Akta jual beli

3. Sertifikat Hak atas Tanah

4. Fotokopi KTP atau identitas diri pnjual dan pembeli

5. Fotokopi KTP Notaris /PPAT

6. Fotokopi (SPPT/PBB tahun berjalan)

7. Bukti pelunasan BPHTB

8. Bukti pelunasan PPH

9. Surat Permohonan balik nama

10. Surat kuasa

11. Surat pernyataan sudah membayar PPH

12. Surat membayar NOP berbeda

Persyaratan permohonan tersebut diatas disampaikan oleh pemohon kepada

Kepala Kantor Pertanahan setempat melalui loket penerimaan dengan ketentuan

sebagai berikut:

51 S.Chandra,), Sertifukat Kepemilikan Hak atas Tanah Persyaratan Permohonan di Kantor

(30)

1. Subyek hak balik nama sebab jual beli yaitu orang atau badan hukum selaku

pembeli yang dapat mempunyai sesuatu hak atas tanah.

2. Obyek hak milik sebab jual beli yaitu semua jenis hak atas tanah yang dalat

dipunyai oleh pembeli.

3. Penjual harus mendapat persetujuan dari orang yang mempunyai wewenang

terhadap harta besama atau harta persekutuan atau harta kekayaan badan

hukum.

4. Apabila penjual atau pembeli berbadan hukum dibuktikan dengan melampirkan

anggaran dasar dan akta pendirian perusahaan yang disahkan menteri.

5. Setiap Fotokopi yang dipersyaratkan sudah dilegalisir oleh pejabat yang

berwenang.

Sertifikat yang diberikan kepada penerima hak digunakan untuk kepentingan

pemegang hak itu sendiri sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar

dalam buku tanah. “Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang

tanah dan satuan rumah susun yang didaftar dan beban lain yang membebaninya.”52 Sedangkan data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas, luas bidang tanah, dan

satuan rumah susun yang didaftar, temasuk keterangan mengenai adanya bangunan

atau bagian bangunan diatasnya.53Sertifikat hanya diberikan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yabg bersangkutan. Dalam hal suatu bidang

tanah sudah diberikan sertifikat secara sah atas nama orang tersebut dengan itikad baik

(31)

menguasainya maka pihak yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat

menuntut hak tersebut dalam waktu 5 tahun sejak diterbitkan sertifikat itu. Hal ini

merupakan bagian dari pemeliharaan data yuridis tanah yang telah terdaftar,

pemindahan hak atas tanah meliputi jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam

perusahaan dan perbuatan hukum lainnya kecuali lelang hanya data didaftarkan jika

dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT

Adapun Cara pencatatan peralihan hak dalam buku tanah, sertifikat dan lainnya

dilakukan sebagai berikut menurut Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997

Tentang Peraturan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah

a. Nama pemegang hak lama di dalam buku tanah dicoret dengan tinta hitam dan

dibubuhi

b. Nama atau nama-nama pemegang hak baru dituliskan pada halaman dan kolom

yang ada dalam buku tanahnya dibubuhi tanggal pencatatan, dan besarnya

bagian setiap pemegang hak dalam hal penerima hak beberapa orang dan

besarnya bagian ditentukan dan kemudian ditandatangani oleh Kepala Kantor

Pertanahan

c. Yang tersebut pada huruf a dan b juga dilakukan pada sertifikat hak yang

bersangkutan dan daftar umum lain yang membuat nama pemegang lama

d. Nomor hadan identitas lain dari tanah yang dialihkan dicoret dari Daftar /Nama

pemegang hak lama dan nomor hak dan identitas tersebut dituliskan pada

(32)

Setelah program pendaftaran pertama kali selesai dilakukan maka dengan

berlakunya Peraturan Menteri Agraria Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah maka masih perlu dilakukan proses Pemeliharaan data tanah ( maintenance).

Pemeliharaan data merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan dalam

peta pendaftaran, daftar tanah, daftarnaa, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan

perubahan perubahan yang terjadi kemudian. Kegiatan pendaftaran tanah meliputi:

pendaftaran peralihan dan pembebanan hak serta pendaftaran pada data perubahan

lainnya.

Sebelum dilakukan pendaftaran maka para pihk menghadap ke PPAT, PPAT

akan membuat akta sebelum membuat akta tersebut PPAT melakukan pemeriksaan

identitas para pihak dengan kartu tanda pengenal.

Adapun sistem pendaftaran tanah yang digunakan adalah sistem pendaftaran

hak (registration of tittle), dalam sistem pendaftaran hak tiap pemberian atau

menciptakan hak baru serta pemindahan dan pembebanannya harus dengan hak yang

dibuktikan dengan sendirinya dimuat data yuridis tanah yang bersangkutan.

Sejarah pendaftaran tanah di Indonesia terdiri dari 2 periode yaitu periode

kacau balau dan periode tolak ukur pemerintah. Pada periode kacau balau tanggal 23

Juli 1680 VOC mengeluarkan plakat yang mengenai susunan dan tugas Dewan

Heemraden

(33)

1. Menyimpan dan memlihara peta-pea tanah yang telah ada atau peta-peta tanah

yang dibuat oleh ahli ukur sebelum berikutnya instruksi tersebut dan membuat

peta-peta dari bidang-bidang tanah yang belum diukur dan dipeta

2. Menyelenggarakan daftar tanah yang diukur

Balik Nama (peralihan hak) pada peraktiknya selalu disetujui oleh Pejabat

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, kacuali hak atas tanahnya sudah dihapus baik

karena dibatalkan tanahnya musnah dicabut untuk kepentingan umum, jangka

waktunya sudah lewat, disita pengadilan, atau sedang dilakukan penyidikan yang

menurut Kantor Pertanahan tidak dimungkinkan peralihan hak.54

Dalam melakukan proses pembayaran dapat dilakukan melalui rekening atau

cara-cara transaksi keuangan lainnya. Jika uang pelunasan belum diterima penjual

maka bukti kepemilikan tanah ditahan atau dititipkan ke kantor pejabat umum yang

bersangkutan sampai ada pelunasan pembayarannya. Untuk tanah yang sudah

bersertifikat kepemilikan baru diakui Negara pada saat selesainya peralihan hak atau

balik nama dikantor pertanahan setempat “Pejabat yang berwenang menerbitkan surat

keputusan pemberian hak atas tanah dan bangunan dimaksud pada saat wajib pajak

menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa setoran pajak.55

Adapun proses balik nama yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional maka

Badan Pertanahan Nasional memberikan bukti penerimaan permohonan balik nama

54 Guna Negara, hukum Administrasi Negara, Jual Beli, dan Pembebasan Tanah Sejarah

Pembentukan Hukum Pengadaan Tanah Indoensia,(Jakarta, Tatanusa, 2016),hlm.,168.

(34)

kepada PPAT selanjutnya PPAT menyerahkannya kepada pembeli, nama pemegang

hak lama di dalam buku tanah dan sertifikat dicoret dengan tinta hitam dan diparaf oleh

BPN.56Setelah proses balik nama selesai dari Badan Pertanahan Negara maka PPAT

akan meminta untuk melakukan pembayaran pajak pph umi dan Bea Perolehan Pajak

Bumi dan Bangunan berserta pajak akta jual beli, sebelum pembayaran pajak kita

melakukan verifikasi Bea Perolehab Hak atas tanahdan bangunan dan kemudian

dilakukan pembayaran langsung ke Bank Sumut.

E. Itikad Baik dari PPAT

Pejabat Pembuat Akta Tanah sesuai dengan adalah pejabat umum yang diberi

kewenangan untuk membuat akta autentik mengenai perbuatan hukum tertentu

mengenai hak atas tanah mengenai hak atas tanah atau hak mulik Atas Satuan rumah

susun

Dalam Pasal 1 ayat 2 Kode etik PPAT Indonesia, Kode etik adalah Seluruh

kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan PPAT Indonesia yang

selanjutnya disebut perkumpulan berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan

dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan

semua anggota Perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai

PPAT, termasuk di dalamnya para pejabat Sementara PPAT, PPAT Pengganti dan

PPAT Pengganti Khusus.

56 Dyara Radithe Oryza Fae, Buku Pintar Mengurus Sertifikat Tanah Rumah Susun dan

(35)

Secara etimologi etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu

tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk. Disini

dimaksudkan adalah adat istiadat atau kebiasaan buruk yang melekat pada kodrat

manusi, seperti berbuat dan berkata jujur, menghormati orangtua, dan menghargai

hidup.57

Menurut Daryl Koehn agar kaum professional mendapatkan etika mereka harus

dapat dipercaya dengan janji dihadapan publik sebagai landasannya untuk itu kita

harus merinci beberapa syarat yang mesti orang professional penuhi:

1. Agar dapat dipercaya, kaum professional harus membuat kepentingan klien

menjadi kepentingan mereka

2. Kesediaan bertindak juga perlu untuk mendapat kepercayaan bukti paling baik

yang professional lakukan demi kebaikan klien adalah tindakan demi kebaikan

klien.

3. Kesediaan itu haruslah terbuka dan kontinu. Kesediaan itu harus dipertahankan

klien berharap kehendak baik professional akan terus berlangsung bukan hanya

dalam jangka waktu yang terbatas, tetapi selama dibutuhkan entah untuk

bantuan yang diberikan atau keputusan yang harus dibuat.

4. Kaum professional harus kompeten

5. Professional harus juga dapat menuntut dari klien tingkat pertanggungjawaban

dan disiplin diri

(36)

6. Professional yang dapat dipercaya harus memiliki kebebasan untuk

memperhatikan kebaikan masingm-masing klien dengan kebijakan, meninjau

kesanggupan, pengaturan waktu serta energi jika upaya itu mengakibatkan

pelayanan yang lebih baik bagi klien secara keseluruhan

7. Professional harus mempunyai rasa tanggungjwab yang penuh kesadaran

meskipun kebanyakan klien dapat bekerja sama dengan professional untuk

menangani kebutuhan mereka. Kita tidak boleh lupa bahwa tidak semua klien

dapat melakukannya. Kaum professional kadang-kadang diminta untuk

bertindak demi kepentingan klien

Dalam Kode Ikatan PPAT Indonesia isinya berupa larangan, kewajiban sanksi,

dan eksekusi. Pengetian Kewajiban PPAT sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1

ayat tentang 9 Perubahan ke II Hasil penyesuaian dengan perubahan Anggaran Dasar

Keputusan Kongres ketentuan IV Surabaya kewajiban adalah sikap perilaku,

perbuatan. Atau tindakan berupa apapun oleh setiap dan semua anggota untuk menjaga

dan memelihara citra serta wibawa notariat dan menjunjung tinggi keluhuran harkat

dan martabat PPAT Adapun Pasal 3 menyebutkan secara limitative Kewajiban PPAT

antara lain:

a. Berkeperibadian baik dan menjunjung tingi martabat dan kehormatan PPAT

b. Senantiasa menjunjung tinggi dasar Negara dan hukum yang berlaku serta

bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan, kode, etik,dan berbahasa

Indonesia secara baik dan benar

(37)

d. Mengutamakan perilaku professional dan ikut berpartisipasi dalam

pembangunan nasional,khusunya di bidang hukum

e. Bekerja dengan penuh tanggungjawab mandiri, jujur dan tidak berpihak

f. Memberikan sebaik-baiknya kepada masyarakat yang memerlukan jasanya

g. Memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat yang memerlukan

jasanya dengan maksud agar masyarakat menyadari dan menghayati hak

dan kewajibannya sebagai warga Negara dan anggota masyarakat

h. Memberikan jasanya kepada anggota masyarakat yang tidak atau kurang

mampu secara cuma-cuma

i. Bersikap saling mengormati , menghargai serta mempercayai dalam

suasana kekeluargaan dengan sesame rekan sejawat

j. Menjaga dan membela kehormatan serta nama baik korps PPAT atas dasar

rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif

k. Bersikap ramah terhadap setiap pejabat dan mereka yang ada hubungannya

dengan pelaksanaan tugas jabatannya

Sama halnya dengan Notaris, PPAT juga memiliki Badan pengawas yang

digunakan untuk menjalankan Kode etik sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 7

Bagian pertama menyatakan Pengawasan atas pelaksanaan Kode etik ini dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Wilaayah IPPAT dan Majeelis Kehormatan

Wilayah bersama dengan pengurus Daerah. B Pada tingkat terakhir oleh Pengurus

(38)

Wewenang merupakan suatu tindakan hukum diatur dan diberikan kepada suatu

jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur

jabatan yang bersangkutan.Dengan demikian ada batasannya sebagaimana yang

tercantum dalam perundang-undangan.

PPAT tidak ada kewajiban untuk membantu kliennya membayar Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan.Dalam peraturan perundang-undangan yang ada terkait

dengan kewenagan PPAT, tidak ada yang menentukan bahwa kewenangan PPAT

membantu kliennya dalam membayar Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan tersebut.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah, Bea Perolehan dipungut oleh Daerah mulai tahun 2011 setelah daerah

menetapkan peraturan daerah menegani Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Dengan tindak lanjutan demikian agar Kepala daerah sesuai dengan Pasal 101 ayat 4

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 kepala daerah masing daerah mengatur tata

cara pembayaran,penyetoran, tempat pembayaran, anggsuran dan dan penundaan

pembayaran pajak. Berdasarkan Pasal 101 ayat 4 Undang –Undang Nomor 28 Tahun

2009 kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk dapat melakukan penelitian.verifikasi

atas pembuktian pembayaran BPHTB dengan tujuan untuk mencocokkan NJOP bumi

per meter persegi yang dicantumkan dalam SSPD BPHTB dengan NJOP bumi per

meter pada basis data, mencocokkan NJOP bangunan per meter per meter persegi pada

basis data pbb, meneliti kebenaran penghitungan BPHTB terutang yang meliputi dasar

(39)

terutang, selain itu meneliti kebenaran penghitunagan BPHTB yang disetor termasuk

besarnya pengurangan yang dihitung sendiri

Sesuai dengan kelanjutan hal tersebut menindaklanjuti surat Edaran Badan

Pertanahan Negara Republik Indonesia Nomor 1837/7.1-100/V/2014 Bersama menteri

keuangan, menteri dalam negeri, dan kepala badan pertanahanan nasional tentang

petunjuk pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Dalam kaitannya

dengan pendaftaran Hak atas Tanah atau pendaftaran peralihan Hak atas Tanah.

menyatakan bukti pembayaran BPHTB wajib dilakukan penelitian atau verifikasi dan

ditandatanagani oleh Kepala Daerah. Sebelumnya dikeluarkan Surat edaran Nomor

1579/7.1-100/IV/2013 dengan terkait dengan Undang-Undang No 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah Agar pelayananan di bidang pertanahan tidak terhambat karena

dipersyaratan terlebih dahulu pengecekan tanda bukti setoran pembayatan BPHTB

pada kegiatan pendaftaran hak atas tanah atau peralihan hak atas tanah. 2.Agar kepala

kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala kantor pertanahan dapat

langsung melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah. Dalam rangka

mengantisipasi pemalsuan bukti surat setoran pembayaran Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan bangunan maka pemohon/PPAT dimintakan untuk menyerahkan bukti

pembayaran pajak bahwa yang bersangkutan telah mrmbayarkan setoran pembayaran

Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan kekantor instansi yang berwenang

kedaerahnya. Dengan demikian surat edaran Badan Pertanahan yang dikeluarkan tahun

Nomor 1837/7.1-100/V/2014 lebih menjamin asas Self Assessment daripada

(40)

dan Bangunan dilakukan verifikasi sebelum dilakukan pendaftaran peralihan hak atas

tanah. Hukum dapat berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat lain halnya

dengan penerapan asas self assessment sama sekali masyarakat tidak pernah ingin

mengetahui bagaimana cara menyetorkan BPHTB .Dengan demikian Pasal 10

Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana yang telah dirubah dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tidak pernah dipatuhi oleh masyarakat sehingga hukum

yang dibuat tidak pernah dipatuhi. Hukum seharusnya dibuat dipatuhi .Alasan yang

membuat PPAT membantu Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak karena Karena klien

belum mengetahui bagaimana menyetorkan, mengitung Bea perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan berdasarkan luas bangunan dan tanah yang dimiliki.Oleh karena itu

Pemerintah melalui PPAT membantu klien dalam membayar pajak Bea Perolehan

Hakatas Tanah dan Bangunan. Cara pengurusan Notaris dalam membantu kliennya

untuk pengurusan balik nama atas jual beli harus dilengkapi berupa surat sertifikat

tanah, KTP Penjual dan pembeli beserta PBB(Pajak Bumi dan Bangunan) tahunan

untuk dapat melakukan verifikasi online langsung melalui Notaris ataupun langsung ke

Dispenda (Dinas Pendapatan Daerah). Setelah selesai di verifikasi maka dicetak Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan maka pihak bagian lapangan Dispenda

meninjau ke lapangan surat tanah tersebut apakah benar sesuai dengan Nilai Pajak

Bumi dan Bangunan. Alasan yang membuat PPAT membantu Wajib Pajak dalam

pembayaran Pajak karena Karena klien belum mengetahui bagaimana menyetorkan,

mengitung Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berdasarkan luas bangunan

(41)

dalam membayar pajak Bea Perolehan Hakatas Tanah dan Bangunan.Meskipun

demikian alasan Notaris.PPAT membantuk kliennya dalam membayar pajak bea

perolehan pajak bumi dan bangunan tidaklah dibenarkan karena undang-undang

Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Pasal 10 Nomor 21

Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tidak dibenarkan

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan yang Maha Esa karena skripsi dengan judul ” Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Asimetri Informasi Terhadap

“ Pengaruh Waktu Fermentasi dan Persentase Starter Pada Nira Aren (Arenga pinnata) Terhadap Bioetanol yang Dihasilkan ”. Salatiga : Universitas

Pengelolaan memori utama sangat penting untuk sistem komputer, penting untuk memproses dan fasilitas masukan/keluaran secara efisien, sehingga memori dapat

Based on the results of data analysis and discussion that has been done, it can be concluded that the financial performance at the Stone City Government from the year 2006-2009

1. Siswa pasif pada proses belajar mengajar. Hasil belajar mata pelajaran MDPL masih dibawah KKM. Pembelajaran tidak menarik. Kegiatan pembelajaranpun berlangsung tidak

Bahwa tidak lama kemudian Saksi melihat beberapa orang yang tidak dikenal masuk ke dalam Pos dan Saksi menduga anggota Yonif 756 / WMS yang berdinas di Pos 756 / WMS

Analisis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan pada satu, atau seluruh tahap dari proses pembuatan kebijakan, tergantung pada tipe

yang ditempatkan diruang tunggu pelayanan Satpas SIM Sat Lantas Polres Lombok Tengah.. ALUR MEKANISME PENGADUAN MASYARAKAT PELAYANAN SATPAS SAT LANTAS