• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent (Studi Pada PT. Indako Trading Coy, Medan)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati

kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani

dan rohani demi kelangsungan hidup. Manusia dalam hidupnya memerlukan

banyak kebutuhan, baik kebutuhan primer seperti pangan, sandang dan

papan, ataupun kebutuhan sekunder yang dapat mendukung aktifitas

sehari-hari, seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain1.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam

kebutuhannya tersebut. Di zaman yang modern ini, alat transportasi juga

merupakan salah satu kebutuhan manusia, salah satunya adalah sepeda motor.

Sepeda Motor merupakan salah satu alat transportasi yang sangat vital,

karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung

kebutuhan aktifitas manusia. Selain itu sepeda motor lebih mudah dan praktis

disbanding dengan alat transportasi lainnya untuk mendukung segala aktifitas

manusia. Oleh karena itu kebutuhan akan sepeda motor sebagai alat

transportasi sangatlah tinggi.

Selain praktis, ekonomis dan mudah dalam pengoperasian

berkendaraan, sepeda motor juga tepat untuk segala kondisi jalan menjadikan

sepeda motor sebagai sarana transportasi yang penting bagi konsumennya.

Hal ini memacu para produsen kendaraan untuk menciptakan inovasi baik

1 https:/Winarno999wins.wordpress.com/…/resume

(2)

dari segi mutu, model dan teknologi produknya untuk mendapat simpati dari

konsumen. Sedangkan dari segi pemasaran, produsen berusaha melakukan

kegiatan pemasaran yang efektif antara lain dengan melakukan promosi

untuk menawarkan dan mempromosikan produk baru yang dikeluarkan yaitu

dengan berbagai macam periklanan baik melalui media cetak maupun

elektronik. Dengan harapan volume penjualan dapat meningkat, kepuasaan

konsumen akan terpenuhi, dan laba perusahaan akan meningkat. Upaya untuk

meningkatkan volume penjualan tersebut dilakukan melalui studi atau

penelitian dengan maksud mencari sejumlah informasi tentang faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan meningkatkan

permintaan terhadap sebuah produk.

Sistem jual beli beraneka ragam, hingga jual beli di bidang transportasi

yang semakin pesat, memberikan dampak terhadap perdagangan otomotif,

dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis sepeda motor baru dari berbagai

merek. Model dan tipe sepeda motor baru dengan banyak fasilitas dan

kemudahan, sehingga banyak diminati oleh pembeli, tidak jarang untuk

membeli model dan tipe baru dari suatu merek, pembeli harus memesan lebih

dahulu (indent).

Jual beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata, suatu persetujuan, dimana

pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan sesuatu kebendaan,

dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Perjanjian

jual beli merupakan suatu ikatan bertimbal balik dimana pihak yang satu (si

(3)

pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri

atas jumlah sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.2

Objek perjanjian jual beli cukup barang-barang tertentu, setidaknya

dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak

miliknya kepada si pembeli, sehingga menjadi sah dalam perjanjian jual beli.

Unsur-unsur pokok perjanjian jual beli adalah barang dan harga. Sesuai

dengan asas “konsensualisme” yang menjiwai hukum perjanjian hukum

perdata, perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata

“sepakat” mengenai barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang

sah.3

Hukum perjanjian dari hukum perdata menganut asas konsensualisme.

Artinya, untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja dan bahwa

perjanjian itu (dengan demikian “perikatan” yang ditimbulkan karenanya)

sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana

dimaksudkan di atas. Pada detik tersebut perjanjian sudah jadi dan mengikat,

bukannya pada detik-detik lain yang terkemudian atau sebelumnya.

Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan untuk sahnya suatu perjanjian

diperlukan empat syarat yaitu : (1) Sepakat mereka yang mengikatkan

dirinya, (2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, (3) Suatu hal

tertentu, dan (4) Kausa/sebab yang halal4. Dua syarat yang pertama merupakan syarat yang menyangkut subjeknya (syarat subjektif) sedangkan

2

R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.12.

3

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm.29.

4

(4)

dua syarat terakhir adalah mengenal objeknya (syarat objektif). Suatu

perjanjian yang mengandung cacat pada subjeknya tidak selalu menjadikan

perjanjian tersebut menjadi batal dengan sendirinya, tetapi seringkali hanya

memberikan kemungkinan untuk dibatalkan, sedangkan perjanjian yang cacat

dalam segi objeknya adalah batal demi hukum.

Dalam jual beli ada dua subjek, yaitu penjual dan pembeli, yang

masing-masing mempunyai berbagai kewajiban dan berbagai hak. Maka

masing-masing dalam beberapa hal tersebut merupakan pihak yang

berkewajiban dan dalam hal lain merupakan pihak yang berhak. Ini

berhubungan dengan sifat timbal balik dari perjanjian jual beli.

Subjek yang berupa manusia, harus memenuhi syarat umum untuk

dapat melakukan suatu perbuatan hukum secara sah, yaitu harus sudah

dewasa, sehat pikirannya dan secara hukum tidak dilarang atau diperbatasi

dalam hal melakukan. Perbuatan hukum yang sah. Untuk orang yang belum

dewasa, harus didampingi orangtua atau walinya, untuk orang-orang yang

tidak sehat pikirannya, harus bertindak seorang pengawas atau kuratornya.

Apabila subjek dari jual beli adalah si penjual dan pembeli, yaitu

unsur-unsur yang bertindak, maka objek dari jual beli adalah barang yang

oleh mereka dijual atau dibeli. Untuk menentukan apa yang menjadi objek

jual beli adalah barang atau hak yang dimiliki. Ini berarti, bahwa yang dapat

dijual atau dibeli itu tidak hanya barang yang dimiliki, melainkan suatu hak

atas barang yang bukan hak milik. Syarat dari objek jual beli adalah layak,

(5)

sekali, maka perjanjian batal, sedangkan apabila barangnya hanya sebagian

saja musnah, maka si pembeli dapat memilih anatara pembatalan jual beli

atau penerimaan bagian barang yang masih ada dengan pembayaran sebagian

dari harga yang sudah diperjanjikan.5 Berdasarkan undang-undang Hukum Perdata, ada beberapa macam perjanjian jual beli, diantaranya adalah : (1)

jual beli dengan percobaan, ditentukan bahwa barang yang dibeli harus

dicoba dulu oleh si pembeli, (2) jual beli dengan contoh (koop op monster),

waktu jual beli terjadi, belum lihat barang tertentu yang akan dibeli,

melainkan ditunjukkan saja kepadanya suatu contoh dari yang akan dibeli, (3)

jual beli secara kredit, unsur dari jual beli yang dibuktikan dengan adanya

persetujuan jual beli barang.

Penjualan suatu piutang meliputi segala sesuatu yang melekat pada

piutang tersebut. Pihak yang berhutang telah mengikatkan dirinya untuk

jumlah harga pembelian yang telah diterima untuk piutangnya dan cara

pembayarannya, (4) jual beli dengan memesan lebih dahulu (indent), jual beli

dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, setelah terjadi antara pembeli

dan penjual mencapai sepakat tentang benda tersebut dan harganya,

meskipun benda itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.

Jual beli secara indent, suatu sistem perintah (order) pembelian oleh

seorang penjual kepada seorang pembeli dengan harga yang ditetapkan

sebelumnya untuk spesifikasi yang dimaksud dan biasanya dilaksanakan

5

(6)

dalam jangka waktu tertentu.6 Jual beli dengan cara indent bahwa sistem pembayaran dimuka atau panjer termasuk dalam perjanjian. Sistem

pembayaran ini merupakan pelaksanaan perjanjian dalam arti yang

sebenarnya, yaitu bahwa dengan pembayaran ini tercapailah tujuan perjanjian

kedua belah pihak pada waktu membentuk persetujuan. Sedangkan untuk jual

beli indent dapat dilakukan secara kredit maupun cash (kontan).

Jual beli secara indent biasanya dilakukan untuk mendapatkan sepeda

motor dengan model dan tipe baru yang belum banyak dijual. Dapat

dilakukan dengan memesan terlebih dahulu atau indent. Adapun sistem

perjanjian dan pembayarannya tergantung dari masing-masing toko sepeda

motor dengan pembelinya. Umumnya pembeli memesan model dan tipe atau

merek sepeda motor tertentu dengan membayar uang muka atau panjar,

kemudian disepakati cara pembayarannya dan sanksi-sanksi yang

diberlakukan dalam suatu akta perjanjian jual beli sepeda motor.

Indent-cash adalah jual beli dengan sistem pembayaran muka atau

panjer juga termasuk dalam perjanjian, pembayaran ini merupakan

pelaksanaan perjanjian dalam arti yang sebenarnya, yaitu bahwa dengan

pembayaran ini tercapailah perjanjian kedua belah pihak pada waktu

membentuk persetujuan. Sedangkan untuk indent-kredit adalah jual beli

dengan pembayaran secara angsuran. Pembeli tinggal menandatangani

perjanjian yang disodorkan penjual dan membayar uang muka, angsuran

6

(7)

bulanan dan biaya-biaya lain yang telah disepakati serta sanksi-sanksi yang

diberlakukan terhadap pembeli secara kredit.7

PT. Indako Trading Coy, Medan adalah dealer yang menjalankan

kegiatan usaha jual beli sepeda motor. Dalam menjalankan kegiatan usaha

jual-beli sepeda motor tersebut, PT. Indako Trading Coy, Medan pernah

mengalami kejadian indentor yang mengalami ketidaksesuain pada sepeda

motor yang diterima, dimana ketika sepeda motor yang telah diterima oleh

indentor tersebut mengalami gangguan pada komponen mesin, tepatnya pada

hari ketujuh penggunaan, mesin sepeda motor mengalami gangguan yang

mengakibatkan mengeluarkan suara tak enak didengar.

Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1474 KUH Perdata yang

menyebutkan bahwa penjual memiliki kewajiban utama, yaitu untuk

menyerahkan barangnya dan menanggungnya, berkaitan dengan hal tersebut,

penjual tidak hanya memiliki kewajiban untuk menyerahkan sepeda motor

yang sesuai dengan pesanan indentor, tetapi juga menanggung segala risiko

yang ditimbulkan dari penyerahan sepeda motor tersebut. Jual beli dengan

cara indent tidak berakhir seketika setelah dilakukan penyerahan, tetapi

masih tetap berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

Berkaitan dengan terjadinya ketidaksesuaian pada sepeda motor yang

diterima oleh indentor tersebut, sebagai pihak penjual PT. Indako Trading

Coy, Medan melakukan bentuk-bentuk pertanggungjawaban tersendiri

kepada indentor.

7

(8)

Dengan latar belakang di atas, maka penulis memilih judul skripsi :

“Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor

Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara Indent”.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini,

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli sepeda motor secara indent

pada PT. Indako Trading Coy, Medan?

2. Bagaimanakah upaya indentor agar perusahaan memenuhi hak indentor?

3. Bagaimanakah tanggungjawab PT. Indako Trading Coy dalam hal sepeda

motor yang diterima indentor tidak sesuai yang dipesan dan diterima

melewati waktu yang diperjanjikan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jual beli sepeda motor secara

indent pada PT. Indako Trading Coy, Medan.

2. Untuk mengetahui upaya indentor agar perusahaan memenuhi hak

indentor.

3. Untuk mengetahui tanggungjawab PT. Indako Trading Coy dalam hal

sepeda motor yang diterima indentor tidak sesuai yang dipesan dan

(9)

D. Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini, adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat secara teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

masukan pemikiran di bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya

pengetahuan ilmu hukum perdata di bidang jual beli mobil secara indent di

PT. Indako Trading Coy, Medan. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi

referensi bagi penulisan berikutnya.

2. Manfaat secara Praktis :

Hasil pembahasan dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan

solusi yang tepat terhadap permasalahan yang diteliti. Selain itu, penulisan ini

diharapkan dapat mengungkapkan teori baru serta pengembangan

teori-teori yang sudah ada. Secara praktis juga diharapkan agar penulisan skripsi

ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat dan para pihak yang

berperan serta secara langsung dalam perjanjian jual-beli sepeda motor secara

indent. Dengan kata lain, diharapkan para pihak dapat lebih memperhatikan

kedudukan masing-masing pihak agar seimbang dalam penyusunan dan

pelaksanaan perjanjian jual-beli sepeda motor secara indent tersebut sehingga

(10)

E. Metode Penelitian

Bambang Sunggono menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah karya

ilmiah ada 2 (dua) jenis metode penelitian, yaitu penelitian yuridis normatif,

disebut juga dengan penelitian hukum doktrinal karena penelitian ini

dilakukan atau ditujukan hanya kepada peraturan-peraturan yang tertulis dan

bahan hukum yang lain. Penelitian hukum ini juga disebut sebagai penelitian

kepustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan karena penelitian ini lebih

banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di

perpustakaan. Penelitian kepustakaan demikian dikatakan sebagai lawan dari

penelitian empiris (penelitian lapangan)8.

Penelitian yuridis empiris disebut juga dengan penelitian hukum non

doktrinal karena penelitian ini berupa studi-studi empiris untuk menemukan

teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya

hukum di dalam masyarakat atau yang disebut juga sebagai socio legal

research9.

1. Spesifikasi Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, jenis

penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif yaitu metode atau cara meneliti bahan pustaka

yang ada. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian

yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu

dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua

8

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 81.

9

(11)

penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk

mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban).

Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yakni

suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena-fenomena buatan

manusia. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau

hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang

tengah berlangsung. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian

hukum normatif ini menggunakan metode pendekatan normatif yang

bertujuan untuk mengerti dan memahami gejala sedang diteliti.

2. Data Penelitian

Dalam penelitian hukum normatif, data yang dipergunakan adalah

data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library

research), yang bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori

dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual, baik berupa peraturan

perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya10. Data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari :

a. Data primer yaitu berupa keterangan-keterangan yang berasal dari

pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang

10

(12)

diteliti secara langsung yang dimaksudkan untuk lebih memahami

maksud, tujuan dan arti dari data sekunder yang ada.

b. Data sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan bacaan relevan

seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran

karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari situs atau website yang

berkaitan dengan materi yang diteliti.

3. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan

(library research) dan juga dengan melakukan wawancara langsung dengan

informan (field research). Studi kepustakaan (library research) adalah

serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca, menelaah,

mengklarifikasi, mengindentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap

bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan serta

buku-buku literature yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian.

Wawancara dengan informan (field research) dalam hal ini kepada

pelaku usaha (penjual), yaitu suatu sarana atau alat pengumpulan data di

dalam mengandalkan diri pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

bahan yang dikaji. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat

ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen.

(13)

teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian yang dibahas dalam skripsi ini11.

4. Analisis Data

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif

dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan

kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke

dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dari sistem hukum

tersebut12. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan analisis data kualitatif, yaitu:

a. Mengumpulkan bahan hukum, berupa inventarisasi peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan.

b. Memilah-milah bahan hukum yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya

melakukan sistematisasi bahan hukum sesuai dengan permasalahan.

c. Menganalisis bahan hukum dengan membaca dan menafsirkannya untuk

menemukan kaidah, asas dan konsep yang terkandung di dalam bahan

hukum tersebut.

d. Menemukan hubungan konsep, asas, dan kaidah tersebut dengan

menggunakan teori sebagai pisau analisis.

Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan

dengan menggunakan logika berfikir deduktif. Metode deduktif dilakukan

11

Edy Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara), 2009, hlm. 24.

12

(14)

dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan

konsep, asas dan kaidah yang terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang

sesuai dengan tujuan penulisan yang dirumuskan13.

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku

Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara

“Indent”.

Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan

bahan-bahan yang berkaitan dengan perjanjian jual beli secara indent, baik melalui

literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun

media elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan

dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa

judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Bila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh

orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu

menjadi tanggung jawab saya sendiri.

13

(15)

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat

diuraikan, yaitu :

BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar

Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode

Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika Penulisan.

BAB II : Perjanjian Jual Beli meliputi : Pengertian dan Dasar Hukum

Perjanjian Jual Beli, Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli, Hak dan Kewajiban

Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli, Resiko dalam Perjanjian Jual Beli,

Penyerahan Objek dalam Perjanjian Jual Beli.

BAB III : Tinjauan Tentang Indent meliputi : Pengertian Indent, Objek

Indent, Sistem Indent, Berakhirnya Sistem Indent.

BAB IV : Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap

Indentor Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara Indent meliputi :

Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent Pada PT.

Indako Trading Coy, Medan, Upaya Indentor Agar Perusahaan Memenuhi

Hak Indentor, Tanggung Jawab PT. Indako Trading Coy Dalam Hal Sepeda

Motor Yang Diterima Indentor Tidak Sesuai Yang Dipesan dan Diterima

Melewati Waktu Yang Diperjanjikan.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis perjanjian jual beli dengan jaminan secara kredit merupakan suatu bentuk yang baru dari jenis-jenis perjanjian pada umumnya yang diatur di dalam Kitab Undang-undang

yang terjadi dalam surat perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah tersebut.. Dalam hal jual beli secara angsuran yang terjadi dalam surat

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Implementasi perjanjian garansi dalam jual beli kendaraan bermotor

Perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah ini adalah suatu perjanjian pendahuluan untuk membantu dalam melakukan perjanjian jual beli hak atas tanah tersebut, namun

Suatu perjanjian jual beli tanah yang dibuat oleh para pihak sebelumnya baru merupakan pengikatan untuk kemudian melakukan perjanjian jual beli di hadapan PPAT,

Akibat Hukum Wanprestasi Para Pihak Terhadap Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Dengan Sistem Inden Menurut Ridwan Halim, Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala

Orisinalitas Berkaitan dengan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian yang sama berkaitan tentang penyelesaian sengketa perjanjian jual beli hak milik atas tanah, dan

Simpulan Upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan para pihak dalam pelaksanaan perjanjian jual-beli sepeda motor melalui sistem inden di Honda Ahass KartikaSari Pasar Besar Kota