• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank Bumn Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Simangunsong (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh kebijakan Perkreditan terhadap Tingkat Permintaan Kredit pada Bank BUMN di Sumatera Utara (studi kasus PT Bank BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil di Medan”. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari populasi sebanyak 350 debitur. Data sekunder berupa permintaan kredit pada PT Bank BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil di Medan per triwulan selama kurun waktu tahun 2007-2008.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang didukung survei. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yang bersifat deskriptif explanatori. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dari populasi sebanyak 350 orang debitur, diambil sebanyak 187 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Pendekatan penelitian ini adalah survei yang menggunakan sampel, dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian adalah descriptive explanatory reseach. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95%

(α = 0,05). Hasil pengujian dengan uji F menunjukkan variabel kebijakan

(2)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Secara parsial, kebijakan kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat permintaan kredit; sedangkan persepsi terhadap standar operasional prosedur dan pelayanan kredit bank berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Variabel pelayanan kredit bank lebih dominan pengaruhnya terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Hasil dari penelitian ini adalah, kebijakan perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, standar operasional perkreditan, dan pelayanan kredit bank memiliki pengaruh yang highly significant terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.

2.2. Teori Tentang Kredit

Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang. Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan usaha, di mana dalam menjalankan usahanya pihak manajemen berusaha untuk memperoleh tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui kredit (Tohar 2008 : 86).

(3)

Secara sederhana, Kasmir (2002 : 2) mendefinisikan bank sebagai berikut : “Lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta jasa-jasa lainnya”. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup masyarakat banyak. Dengan demikian, peranan kredit dalam operasi bank sangat besar/penting, di samping sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi perkreditan secara efektif dan efisien. Bank adalah business. Business yang berdagang dalam kredit dan uang. Jadi bisnis utama dari suatu bank adalah kepercayaan sehingga dikatakan pula bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan. Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit.

(4)

2.2.1.Fungsi Kredit

Menurut Firdaus ( 2003:13 ) Fungsi pokok kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumen yang semuanya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :

Menurut Sinungan ( 2002:211 ) :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari uang. 2. Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari barang. 3. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 4. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat 2.2.2.Tujuan Kredit

Menurut Suyatno ( 2004:15 ) pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, oleh karena itu Bank memberikan pinjaman kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika merasa yakin nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dalam memberikan kredit yang telah diterimanya. Dalam kaitannya dengan pemberian kredit, kredit memiliki tujuan pokok yang saling berhubungan :

a. Profitabilitas yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang dapat dari bunga pinjaman.

(5)

Menurut Kasmir ( 2001: 96 ) tujuan pemberian kredit adalah 1. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut, hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank sebagai balas jasa dan biaya admistrasi kredit yang diberikan kepada nasabah.

2. Membantu Usaha Nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

3. Membantu Pemerintah

Bagi Pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maka makin baik, berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

2.2.3.Unsur-Unsur Kredit

Menurut Suyatno, dkk (2003 :13), bahwa ada empat unsur-unsur kredit, yaitu unsur kepercayaan, waktu, degree of risk dan prestasi. Unsur kredit yang utama adalah kepercayaan dan waktu. Kepercayaan dalam hal ini adalah bahwa pemberi kredit berkeyakinan bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya kepada debitur akan benar-benar diterimanya kembali di masa yang akan datang. Unsur waktu adalah bahwa antara pemberian kredit dan pengembaliannya dibatasi oleh waktu tertentu.

(6)

syarat-syarat yang disepakati bersama. Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam kredit tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dana dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

2. Dana kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.

3. Dana persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrumen (credit instrument).

4. Dana penyerahan uang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.

5. Dana unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial kredit. Kredit dapat ada karena ada waktu, baik dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit.

(7)

7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan safety discount.

2.2.4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, tetapi penilaian atas kepercayaan tadi harus tetap melalui suatu analisis kredit yakni kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi tepat waktu.

(8)

Dalam buku Manajemen Perkreditan Umum (2004 :83) bahwa di dalam melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, maka penilaian penilaian kredit harus berdasarkan prinsip 7 C. Prinsip perkreditan tersebut adalah :

a. Character

Character merupakan sifat atau watak calon debitur (nasabah) yang dilihat dari latar belakang pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial nasabah. Berdasarkan sifat atau watak tersebut diambil suatu kesimpulan tentang kemampuan nasabah untuk membayar kredit.

b. Capacity

Capacity merupakan analisis mengetahui kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Kemampuan ini dilihat dari kemauan nasabah dalam mengelola bisnis yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengelola usahanya.

c. Capital

Untuk mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah sudah efektif atau tidak. Hal ini dilihat dari laporan keuangan nasabah, serta melihat sumber-sumber modal nasabah berapa persen modal sendiri dan modal pinjaman.

d. Collateral

(9)

e. Condition of economic

Suatu penilaian untuk memprediksi kondisi ekonomi, sosial, politik untuk masa yang akan datang, juga menilai prospek bidang usaha yang akan dibiayai apakah benar-benar baik sehingga kemungkinan kredit untuk macet relatif kecil.

f. Constrain

Merupakan Batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak memungkinkan kredit diberikan.

g. Coverage

Merupakan jaminan kredit yang telah diasuransikan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

2.3. Kebijakan Perkreditan

Secara garis besar, kebijakan umum perkreditan didasarkan atas:

1. Undang-undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan Bank yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehatian-kehatian (prudential banking)

2. Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) adalah kebijakan perkreditan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasannya.

(10)

2.3.1. Faktor Penting dalam Kebijakan Kredit

a. Kredit yang diberikan bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.

b. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan perkreditan yang jelas.

c. Kebijakan perkreditan bank berperan sebagai panduan dalam pelaksanaan semua kegiatan perkreditan.

d. Untuk memastikan bahwa semua bank telah memiliki kebijakan perkreditan yang disusun dan diterapkan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, maka perlu pedoman pada ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

e. Ketentuan kebijakan perkreditan perlu ditetapkan agar setiap bank memiliki dan menerapkan kebijakan kredit yang baik, yang:

1) Mampu mengawasi portofolio kredit secara keseluruhan dan menetapkan standar dalam proses pemberian kredit secara individual. 2) Memiliki standar/ukuran yang mengandung pengawasan intern pada

semua tahapan proses perkreditan.

f. Bagi bank yang belum memiliki kebijakan perkreditan, wajib menyusun dan menerapkan kebijakan kredit yang minimal mengandung semua aspek yang tertuang pada pedoman kebijakan perkreditan.

(11)

tercakup dalam kebijakan perkreditan dan melakukan penyesuaian apabila belum mencakup seluruh aspek yang tertuang dalam pedoman kebijakan perkreditan.

h. Kebijakan perkreditan perbankan dikatakan baik minimal dalam kebijakan tersebut mencakup:

1) Prinsip kehati-hatian perkreditan 2) Organisasi dan manajemen perkreditan 3) Kebijakan persetujuan perkreditan 4) Dokumentasi dan administrasi 5) Pengawasan kredit

6) Penyelesaian kredit bermasalah

i. Kebijakan perkreditan bank yang baik minimal sebagai pedoman dalam penyusunan kebijakan perkreditan. Dalam penyusunan kebijakan perkreditan bank dapat menambah dan memperluas aspek-aspek yang tertuang dalam pedoman kebijakan perkreditan.

j. Kebijakan perkreditan selanjutnya harus menjadi acuan dan harus tercermin dalam pedoman pelaksanaan kredit yang dipergunakan oleh setiap bank.

k. Bank wajib menyampaikan kebijakan kredit dan wajib mendapat persetujuan dewan komisaris.

l. Bank wajib melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten.

(12)

n. Pengertian kredit dalam kebijakan kredit meliputi semua jenis fasilitas keuangan yang disediakan kepada nasabah.

2.3.2. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan

a. Kebijakan pokok perkreditan yang akan diambil bank mencakup: 1) Prosedur perkreditan yang sehat

2) Kredit yang mendapat perhatian khusus 3) Perlakuan kredit yang di-plafondering

4) Prosedur penyelesaian kredit bermasalah, penghapusan, dan pelaporan kredit macet.

5) Tata cara penyelesaian barang jaminan kredit

b. Kebijakan bank dalam pemberian kredit kepada pihak terkait/nasabah besar, yaitu dalam bentuk pernyataan mengenai:

1) Batasan jumlah maksimum kredit yang akan diberikan 2) Tata cara penyediaan kredit

3) Persyaratan Kredit

4) Kebijakan pemenuhan ketentuan perkreditan

c. Pencantuman sektor ekonomi, pasar dan nasabah yang dinilai bank mengandung resiko yang tinggi.

d. Pencantuman kredit yang perlu dihindari bank seperti: 1) Kredit untuk spekulasi

(13)

e. Penjabaran mengenai tata cara penilaian kualitas kredit harus berdasarkan pada tata cara yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penilaian kolektibilitas kredit yang dilakukan bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

f. Pencantuman pernyataan bahwa pejabat kredit harus: 1) Profesional, jujur, objektif, dan cermat

2) Memahami dengan baik makna yang terkandung dalam Undang-undang tentang perbankan.

2.4. Teori Tentang Suku Bunga Kredit Solopos, (Jum’at 27 Juni 2003)

2.4.1. Teori Suku Bunga Kredit Secara Makro

menyatakan bahwa:”secara teori tingkat suku bunga pinjaman merupakan gabungan dari jumlah cost of fund ditambah biaya intermediasi dan biaya resiko macet.

Sunariyah (2003:62) mengemukakan bahwa: “ Tingkat suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumberdaya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur”. Sedangkan Boediono (2001:75) mengemukakan bahwa: “Tingkat bunga adalah sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu”.

(14)

2.4.2. Teori Suku Bunga Kredit Secara Mikro

Dalam industri perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Suku bunga kredit adalah bunga yang dibebankan kepada peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. (Kasmir,2008:136). Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Suku bunga memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

2. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

(15)

2.4.2.1. Cost of Loanable Funds

Cost of Loanable Funds biaya dana yang dioperasionalkan (ditempatkan ) untuk memperoleh pendapatan. Dana operasional adalah total dana yang dihimpun atau diterima dikurangi dengan Unloanable Funds. COLF dalam presentase dapat diformulasikan sebagai berikut :

COLF =

Total Biaya Dana

X 100% Total Dana - Unloanable Funds

(Taswan, 2006 : 46)

Unloanable Funds adalah dana yang tidak ditempatkan pada aktiva produktif dengan tujuan untuk berjaga-jaga atau cadangan. Unloanable Funds ini bisa berupa Legal Reserve Requirement, Working capital Reserve Requirement, Seasional Reserve Requirement, Cyclical Reserve Requirement dan Idle Fund. Besarnya Unloanable Funds ini ditentukan menurut pengalaman bank yang biasanya dicerminkan oleh Cash Ratio. Khusus untuk Legal Reserve Requirement Atau biasa disebut dengan Giro Wajib Minimum yang harus disimpan di Bank Indonesia besarnya telah ditentukan oleh otoritas moneter, yaitu sebesar 5% dari dana pihak ketiga (untuk rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga (untuk valuta asing),

Semakin besar Unloanable Funds akan semakin memperkecil jumlah dana yang ditempatkan untuk memperoleh pendapatan, dengan demikian COLF-nya akan semakin mahal. Sebaliknya bila Unloanable Funds semakin kecil maka COLF-nya akan semakin murah. Sementara itu dana-dana bank yang tidak kena ketentuan Reserve Requirement atau giro wajib minimum adalah :

(16)

b. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang dijual. c. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) d. Modal Sendiri

e. Dana Penyertaan (Konsorsium) f. Dana antar kantor sendiri 2.4.2.2. Overhead Cost

a. Dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya

b. Biaya-biaya yang termasuk dalam overhead cost ditanggung oleh seluruh jumlah aktiva yang menghasilkan pendapatan atau total aktiva produktif (total earning assets).

Dengan demikian perhitungan persentase overhead cost dapat dinyatakan sebagai berikut:

Overhead Cost =

Total Biaya (di luar biaya dana)

x 100% Total Earning Assets

(Taswan, 2006 : 46)

Dihadapkan pada berbagai kondisi persaingan yang ada, dalam praktek perbankan sehari-hari para eksekutif menempatkan kebijakan untuk memasang tarif dalam perhitungan overhead cost antara 2% sampai dengan 4%.

2.4.2.3. Risk Factor

Risk factor adalah komponen dalam menentukan lending rate yang sangat mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah termasuk kredit macet. Risk factor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Risk Factor

=

Biaya Penyisihan Cadangan Penghapusan Kredit

(17)

(Dendawijaya, 2005 : 103)

Dalam praktek perbankan sehari-hari, besarnya risk factor berkisar 1 hingga 2.5%. Dengan mempertimbangkan jenis kredit yang akan diberikan, keyakinan akan terjadinya risiko kredit, volume kredit yang diberikan, serta kondisi persaingan yang ada.

2.4.2.4. Spread

Spread atau biasa disebut dengan net margin adalah pendapatan bank yang utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income) bank. Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung bagaimana pihak bank serta target marketnya. Untuk mengelompokkan jenis industri serta peringkat usaha bank merupakan salah satu pertimbangan untuk menetapkan tinggi rendahnya spread. Dalam praktek perbankan di Indonesia, eksekutif bank menetapkan spread (net margin) sebesar 2% hingga 3% p.a. yang merupakan harga yang layak (cukup) sebagai komponen lending rate. (Dendawijaya, 2005 : 103)

2.4.2.5. Pajak

(18)

2.5. Teori Lembaga Keuangan

2.5.1. Pengertian Lembaga Keuangan

Menurut Kasmir (2002 : 25) yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan adalah: “setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya”. Dalam praktiknya lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan yaitu:

1. Lembaga Keuangan Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyrakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.

2. Lembaga Keuangan Lainnya (pembiayaan) merupakan lembaga keuangan yang fokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau penghimpunan dana. Adapun jenis-jenis lembaga keuangan antara lain: Pasar Modal, Pasar Uang dan Valas, Koperasi Simpan Pinjam, Perum Pegadaian, Perusahaan Sewa Guna Usaha, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Anjak piutang, Modal Ventura, Dana Pensiun, dan Kartu Plastik.

2.5.2. Lembaga Keuangan Bank

(19)

banyak”. Definisi ini menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada masyarakat juga termasuk individu. Menurut Kasmir (2007:4), dalam praktiknya lembaga keuangan bank terdiri dari bank sentral, bank umum, dan bank perkreditan rakyat.

1) Bank Sentral di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia dan memegang fungsi sebagai bank sirkulasi, bank to bank dan lender of the last resort. Biasanya pelayanan yang diberikan oleh Bank Indonesia lebih banyak kepada pihak pemerintah dan dunia perbankan. Dengan kata lain, nasabah Bank Indonesia dalam hal ini lebih banyak kepada lembaga perbankan.

2) Bank Umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersil dan dikelompokkan ke dalam dua jenis bank yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki produk yang lebih luas daripada bank yang berstatus non devisa, antara lain dapat melaksanakan jasa yang berhubungan dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank ke luar negeri.

(20)

bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPR, seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring. 2.5.2.1. Jenis-Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-undang perbankan. Adapun jenis perbankan ini dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:

1. Dilihat dari Segi Fungsinya

Menurut UU Perbankan Nomor 10 tahun 1998 dilihat dari segi fungsinya perbankan terdiri dari:

a. Bank Umum : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikannya bank dapat dibagi sebagai berikut: a. Bank Milik Pemerintah

(21)

3. Dilihat dari Segi Status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam.

a. Bank Devisa b. Bank non devisa

4. Dilihat dari Segi Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual mapun harga beli terbagi dalam dua kelompok:

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah

2.5.2.2. Kegiatan-Kegiatan Lembaga Keuangan Bank

Kegiatan bank menurut Riswandi dalam bukunya”Aspek Hukum Internet Banking”(2005:7) adalah sebagai berikut :

1. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan maupun penyaluran dana.

2. Agent of Development

(22)

3. Agent of Sevice

Bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat, antar lain jasa uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan Giro, tabungan, deposito.

b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk Kredit Modal kerja, Kredit Investas, Kredit Perdagangan.

c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti: Transfer, Inkaso, Kliring, Safe Deposit Box, Bank Card, bank Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Referensi Bank, Letter of Credit (L/C), Cek Wisata, Jual beli surat berharga.

d. Menerima setoran-setoran seperti Pajak, Telepon, Air, Listrik, uang kuliah. e. Melayani pembayaran-pembayaran seperti Gaji, Deviden, Kupon, bonus. f. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi

Penjamin emisi, Penjamin, Wali Amanat, Perantara Perdagangan efek, Pedagang efek, Perusahaan pengelola dana.

2.6. Teori Tentang Permintaan Uang

2.6.1. Pengertian dan Fungsi Permintaan Uang

Teori yang menjelaskan mengenai permintaan uang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teori klasik dan Keynes.

(23)

Teori ini lebih dikenal dengan teori kwantitas uang. Teori kwantitas uang merupakan salah satu teori ekonomi yang sangat tua yang masih dapat bertahan sampai saat ini. Teori ini menyatakan bahwa, perubahan nilai uang atau tingkat harga terutama merupakan akibat dari adanya perubahan jumlah uang beredar. Teori ini beranggapan bahwa harapan akan perubahan harga-harga di masa depan (expectation of price changes) merupakan faktor yang sangat menentukan besarnya permintaan akan uang. Selain itu, mekanisme penyesuaian ,misalnya kelebihan saldo kas yang tidak dikehendaki adalah dengan membelanjakan kelebihan kas tadi untuk membeli barang-barang. Dengan kata lain, kelebihan saldo kas akan menyebabkan kenaikan pengelaran untuk barang-barang. Dengan demikian, ada hubungan langsung antara kelebihan uang tunai yang ada di dalam masyarakat dan kecenderungan harga-harga umum untuk naik (inflasi).

Teori kwantitas uang, mempunyai beberapa versi, antara lain: i. Persamaan Kwantitas Uang Klasik (Classical Quantity Of Money)

Menurut Fisher, permintaan uang akan timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi karena menurut pandangan ekonom klasik, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral, dalam arti uang hanya mempengaruhi tingkat harga dimana bentuk persamaannya:

MV=PT Dimana:

M : jumlah uang beredar dalam perekonomian (money supply) V : kecepatan perputaran uang (velocity circulation of money) P : tingkat harga (price level)

(24)

ii. Persamaan Cambridge

Menurut teori ini, kegunaan dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang adalah karena uang mempunyai sifat likuid sehingga dengan mudah dapat ditukarkan dengan barang lain. Uang dipegang atau diminta oleh seseorang karena sangat mempermudah transaksi atau kegiatan-kegiatan ekonomi lain dari orang tersebut.

Cambrige mengatakan bahwa permintaan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor-faktor kelembagaan, juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan masyarakat dan ramalan masyarakat di masa yang akan dating. Jika tingkat bunga naik, ada kecenderungan masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap.

1. Persamaan Cambridge versi saldo kas M = kPT

2. Persamaan Cambridge versi pendapatan M = kPQ = kY Dimana : Q = output nasional

Y = pendapatan nasional = PQ

k = bagian dari PT (nilai transaksi penjualan pertahun) atau bagian dari PQ ada Y yang ingin dipegang oleh masyarakat atau disimpan dalam bentuk uang.

b. Teori Permintaan Uang Keynesian

(25)

Permintaan uang untuk transaksi sama dengan permintaan uang dalam teori klasik. Masyarakat memegang uang dalam mempermudah transaksi sehari-hari.

Permintaan uang untuk transaksi berhubungan positif dengan tingkat pendapatan dan mungkin pula dipengaruhi oleh tingkat bunga. Bila pendapatan meningkat, maka kebutuhan uang untuk transaksi akan meningkat.

ii. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)

Munculnya motif ini didasarkan pada ketidakpastian yang menyangkut pendapatan dan pengeluaran di masa yang akan datang. Untuk mengantisipasi dan mengatasi berbagai hal dan kemungkinan yang terjadi, masyarakat perlu mencadangkan sebagian pendapatannya untuk berjaga-jaga. Besar kecilnya uang yang dibutuhkan untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan, persis seperti halnya dengan kebutuhan masyarakat akan uang untuk keperluan transaksi.

Menurut keynes, permintaan uang untuk transaksi maupun berjaga-jaga diasumsikan tergantung pada tingkat pendapatan, sehingga dapat ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut:

Mt = f (Y) Mj = f(Y) Dimana:

Mt adalah permintaan untuk transaksi Mj adalah permintaan untuk berjaga-jaga

(26)

Konsekuensi dari fungsinya sebagai penyimpan nilai (store value), uang dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan disebut sebagai motivasi spekulasi (speculation motive). Keynes mengembangkan teori ini, berdasarkan asumsi bahwa uang adalah salah satu dari dua asset financial yang dapat dimiliki masyarakat. Asset lainnya adalah obligasi yaitu obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol bond) dan tidak memiliki resiko gagal tagih (default).

Motif ini berkaitan dengan perkiraan tingkat suku bunga pada masa yang akan datang. Keynes berpendapat bahwa setiap masyarakat akan mempunyai harapan tertentu terhadap perubahan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga naik, masyarakat akan mengurangi jumlah uang yang dipegang sebaliknya bila tingkat suku bunga turun, maka masyarakat akan menaikkan jumlah uang yang dipegang.

2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit

(27)

Pengawasan ini meliputi efektifitas pembayaran angsuran, tertib administrasi, serta rekapitulasi ulang untuk mencegah kesalahan yang dibuat oleh karyawan. Syarat-syarat kredit yang dimaksud, berkaitan dengan apa yang dikenal dengan 7P dan 7C. 7P terdiri dari Personality, Purpose, Prospek, Payment, Party, Profitability, Protection. 7C terdiri dari Character, Capital, Condition of economy, Capacity, Collateral, constrain, dan Coverage (Muljono,2001:11-17). Standar operasional prosedur tersebut harus didukung dengan profesionalisme setiap bagian-bagian yang terlibat didalamnya, prinsip ketelitian dan kehati-hatian setiap bagian dalam menjalankan prosedur pemberian kredit sangat diperlukan untuk mencegah adanya kredit bermasalah diwaktu yang akan datang.

2.7. Kebijakan Pemerintah

(28)

yang tidak simetris (asymmetric information) antara bank dengan debitur seperti itu dapat menyebabkan pasar kredit tidak selalu berada dalam keseimbangan. Berdasarkan pertimbangan di atas, mekanisme transmisi kebijakan pemerintah melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1,M2) oleh perbankan selalu disalurkan sebagai kredit kepada dunia usaha. Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan normal, dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional pada kredit yang disalurkan oleh perbankan. Oleh karena itu, yang lebih berpengaruh terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan dan bukanlah simpanan masyarakat yang tercermin dalam jumlah uang beredar.

Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam tahapan proses perputaran uang dalam ekonomi, mekanisme transmisi moneter melalui saluran kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada tahap pertama, interaksi antara bank sentral dengan perbankan terjadi di pasar rupiah. Interaksi ini terjadi karena di satu sisi bank sentral melakukan operasi moneter untuk pencapaian sasaran operasionalnya, baik berupa uang primer ataupun suku bunga jangka pendek, sementara di sisi lain bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini akan mempengaruhi tidak saja perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang, tetapi juga besarnya dana yang akan dialokasikan bank-bank dalam bentuk instrumen likuiditas maupun penyaluran kreditnya.

(29)

pemerintah dan pergerakan sektor riil yang diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi. walaupun sejak bulan januari 2003 sampai dengan bulan juni 2003, Bank Indonesia secara bertahap telah menurunkan suku bunga SBI hingga sebesar 280 basis poin. Namun demikian, suku bunga kredit dalam periode yang sama hanya turun 64 basis poin. Menurut hadad, dkk (2003 : 10) kondisi ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga SBI dan tingkat suku bunga dana (cost of fund) tidak diikuti dengan suku bunga kredit sehingga proses intermediasi tidak dapat berjalan dengan lancar.

Selain itu survei perkembangan suku bunga (Hadad, dkk, 2003 : 11) menunjukkan bahwa rigiditas dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal bank. Penyebab dari faktor internal bank antara lain adalah struktur aktiva produktif bank sebagian return-nya sangat terpengaruh oleh penurunan suku bunga SBI, sehingga bank perlu menahan penurunan suku bunga kreditnya untuk mempertahankan profit margin-nya, dana bank masih menyimpan dana lama yang cost of fund-nya tinggi. Sementara, bank juga diperkirakan belum sepenuhnya dapat menerapkan risk management yang optimal sehingga bank kurang mampu menetapkan pricing yang akurat untuk masing-masing debiturnya.

Sedangkan faktor yang cukup berpengaruh dari sisi eksternal adalah banyaknya nasabah yang masih menunggu penurunan suku bunga lebih lanjut sebelum memutuskan mengajukan pinjaman kepada bank, dan masih banyaknya proyek debitur/calon debitur yang tidak bankable.

(30)

dalam bentuk kredit. Dengan berasumsi bahwa peningkatan deposito akan digunakan untuk meningkatkan kredit, giro wajib minimum dan aktiva lainnya yang tidak memberikan bunga maka dalam format matematis, tambahan aktiva dapat dinyatakan sebagai berikut (Cole 1991 dan Santoso, 2000 : 9):

To-t1 = d0-d1 = (r0-r1) + (l0-l1) + (po-p1), di mana T = total aktiva; l = kredit

D=deposito/simpanan; p=aktiva yang tidak menghasilkan bunga r=giro wajib minimum

2.8. Kerangka Berpikir

Pada umumnya masyarakat memahami bank hanya sebatas tempat untuk meminjam dan menyimpan uang. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang belum mengetahui seluk beluk bank secara utuh, sehingga pandangan tentang bank sering diartikan secara keliru.

PSAK Nomor 31 Standar Akuntansi Keuangan (2008:1) mengenai Akuntansi Perbankan mendefinisikan sebagai :

(31)

Sedangkan menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 menjelaskan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Permintaan kredit dari sisi debitur (dunia usaha) dipengaruhi oleh adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas usaha, baik dalam bentuk investasi maupun modal kerja. Sedangkan dari sisi perbankan, permintaan kredit dipengaruhi oleh kebijakan kredit yang terdiri dari beberapa faktor seperti tingkat suku bunga kredit, standar operasional perkreditan yang antara lain meliputi: batas maksimum pemberian kredit, persyaratan kredit, pelayanan bank itu sendiri kepada debitur/calon debiturnya dan kebijakan perkreditan bank lainnya, dan selanjutnya kebijakan-kebijakan pemerintah seperti penetapan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

(32)

Pengertian suku bunga sering kali berbeda, menurut Puspopranoto (2004 : 12) dalam bukunya yang berjudul “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan “, mengatakan bahwa : “Suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya”.

Setiap bank pasti mempunyai Standar Operasional Perkreditan sebagai pedoman dalam penyaluran kreditnya, dan Bank sebagai lembaga keuangan yang mendapatkan pengawasan ketat, tentu saja harus mempunyai kebijakan yang terstruktur, dan komprehensif. Aktivitas operasional perbankan yang dilakukan oleh kalangan perbankan pada umumnya adalah people based service. Menurut Kotler ( 2000 : 36 ) kepuasan didefinisikan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja ( hasil ) suatu produk dan harapan-harapannya. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan kualitas diperlukan pemberdayaan karyawan. Kualitas pelayanan dapat diukur berdasarkan persepsi nasabah terhadap dimensi fisik dan non fisik pelayanan.

Arus pengembalian kredit yang melambat mengakibatkan pengembalian kredit menjadi lebih kecil dari estimasi dan juga mengakibatkan melambatnya pemasukan bunga. Situasi ini akan mengakibatkan kredit yang disalurkan oleh bank menjadi semakin kecil. Dengan demikian maka penetapan suku bunga kredit perlu mendapatkan pertimbangan yang matang.

(33)

termasuk waktu pemrosesan kredit dan keramahan pelayanan petugas terhadap debitur selama proses tersebut.

Dari uraian di atas, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka berpikir 2.9. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Kebijakan Perkreditan yang terdiri dari Jumlah Kredit, Persepsi Standar Operasional Perkreditan, dan Pelayanan Kredit Bank berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Lubuk Pakam.

Jumlah Kredit (X1)

Pelayanan Kredit Bank (X3)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Praktikum ini bertujuan (1) Mengidentifikasi data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan rencana pemanenan, (2) Melakukan pengumpulan, pengolahan, dan

Sementara pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl terdapat 15 spesies dengan perbandingan rumput 98,76 % , legume 1,01% , gulma 0,23 % komposisi. botani hijauan tertinggi adalah

[r]

Polowijo Gosari Jakarta adalah salah satu website yang menggunakan script PHP dan disertai pula dengan database Mysql agar apabila ada data-data baru dapat langsung ditambahkan ke

[r]

Pembuatan website Komunitas 3DB03 Angkatan 2003/2006 ini merupakan sebuah aplikasi WWW yang berisi informasi dan Dokumentasi mengenai Mahasiswa 3DB03 angkatan 2003/2006, yang dikemas

[r]

Disinilah diperlukan kecermatan pengolahan data mengenai pembeli, persediaan barang, perhitungan jumlah barang yang terjual dan perhitungan biaya yang dikenakan pada pembeli