MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING DISMK
MEMILIH JENIS PEKERJAAN SESUAI DENGAN TIPE DIRI
Materi ini menguraikan tentang berbagai jenis minat dan tipe diri seseorangdihubungkan dengan jenis-jenis
pekerjaan. Materi ini penting dipahami untukmengetahui bagaimana minat dan tipe diri kita apakah sesuai
dengan jenispekerjaan yang kita harapkan atau penting bagi kita untuk menentukan jenis
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan tipe diri kita. Selamat membaca …. !
Dambaan banyak orang mendapatkan pekerjaan ideal yang membuat pelakunyamerasa nyaman dan
bersemangat menjalaninya, tidak sekedar berangkat kerja,menyelesaikan tugas, dan menunggu tanggal gajian
datang. Untuk mendapatkanpekerjaan seperti ini, sebaiknya Anda mempersiapkan diri sejak awal Anda
memilih jurusan ketika kuliah. Namun jika Anda sudah terlanjur memilihsatu jurusan
pendidikan,tetapi susah mendapat kerja yang sesuai dengan pendidikan Anda tersebut, Anda bisamemutar
haluan dengan membidik jenis pekerjaan lain yang disesuaikan dengan minatatau tipe Anda.Pada banyak
kasus, orang yang bekerja di bidang yang sesuai dengan tipe diriumumnya lebih sukses menjalani karirnya
dibandingkan dengan yang tidak. Pasalnya,kesesuaian tersebut akan membuat orang lebih mencintai
pekerjaannya untuk bekerjalebih giat. Untuk itu, mulailah menggali potensi untuk menemukan minat dan tipe
yangada di dalam diri Anda.
1. Memilih Jenis Pekerjaan Sesuai dengan Minat
Sedikitnya ada tiga pilihan dasar minat pada diri manusia sesuai dengan pilihanpekerjaan..
a. Minat pada Ide
Jika Anda termasuk orang yang selalu ingin tahu, kreatif, atau senang mengeksploitasiide-ide baru, bidang
pekerjaan yang bisa membuat Anda yang memiliki minat padabidang ini bisa melamar pekerjaan di bidang
penulisan, sains, pengobatan, atau bidangartistik seperti desain interior.
b. Minat pada OrangJika Anda termasuk orang yang senang bertemu dengan orang baru, mudah bergauldan
beradaptasi, senang bepergian ke tempat baru, serta berjiwa sosial tinggi,dipastikan Anda tidak akan betah
bekerja di dalam kantor serta berkutat dengankomputer dan dokumen-dokumen. Jenis pekerjaan yang bisa
Anda pilih adalahpekerjaan yang mengingkinkan Anda bertemu dengan banyak orang setiap hari,misalnya
marketing atau konsultan.
c. Minat pada Benda
dengan minat ini adalah pekerjaan di belakang meja, seperti administasi, akutansi, ataukeuangan.
Setelah Anda merasa cocok dengan salah satu minat di atas, mulailah membuat daftar jenis pekerjaan
yang sesuai. Perlu diingat, sebaiknya jangan hanya menetapkan satu jenis pekerjaan yang
Anda inginkan, sehingga jika Anda gagal di satu bidang, Andamasih memiliki alternatif bidang
pekerjaan lain. Setelah itu, segeralah mencarilowongan, membuat lamaran kerja, curriculum vitae, resume,
dan segeramengirimkannya ke perpustakaan yang dituju.
2. Memilih Jenis Pekerjaan Sesuai dengan Tipe Diri
John Holland membagi tipe manusia dibedakan menjadi enam kepribadian.
a. Tipe Realistis
Orang yang bertipe realistis cenderung memiliki keahlian bekerja dengan mesin atauperalatan mekanik, serta
umumnya menghindari pekerjaan yang berhubungan aktivitassosial seperti mengajar, penyembuhan, atau
penyuluhan. Biasanya orang dengan tipeini menilai diri sebagai pribadi yang praktis, mekanis, dan realistis.
Jika Anda termasukdalam tipe ini, bekerja sebagai engineer atau pilot bisa menjadi pilihan.
b. Tipe Inverstigatif
Tipe invertigatif merupakan tipe orang yang gema dan pandai dalam memecahkanmasalah, tetapi umumnya
menghindari pekerjaan yang sifatnya memimpin, menjualgagasan, atau mempengaruhi orang. Biasanya,
orang dengan tipe ini menilai dirinyasebagai pribadi yang presisi, scientific, dan intelektual. Jika Anda
termasuk tipe ini,bekerja sebagai ahli kimia, dokter gigi, psikiater atau psikolog dan ahli matematika
bisamenjadi pilihan.
c. Tipe Artistik
Suka melakukan aktivitas seni, drama, keterampilan tangan, menulis sastra, tetapimenghindari aktivitas yang
rutin, berulang, atau pekerjaan yang sifatnya highly orderedmerupakan ciri orang yang bertipe diri artistik.
Biasanya, orang dengan tipe ini menilaidiri sebagai pribadi yang ekspresif, orisinal, dan independen. Jika Anda
termasuk tipeini, bekerja sebagai desainer pakaian, penari, kompuser, editor buku, dan desain grafisbisa
menjadi pilihan.
d. Tipe Sosial
Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe realistik. Orang dengan tipe sosial cenderungsuka menolong sesama,
serta pandai melakukan kegiatan seperti mengajar,menyembuhkan, menyuluh, merawat, atau memberi
infomrasi, tetapi menghindaripekerjaan yang berhubungan dengan mesin dan peralatan mekanik. Biasanya,
orangdengan tipe ini, bekerja sebagai guru, penari, konselor, perawat, atau pekerja sosial.
e. Tipe UsahawanTipe ini berlawanan dengan tipe investigatif, orang dengan tipe enterprising justru
sukamemimpin, mempengaruhi orang lain, dan menjual gagasan, tetapi menghindaripekerjaan yang
menbutuhkan observasi mendalam dan pemikiran analitis. Tipe inimelihat dirinya sebagai pribadi yang
enerjik, ambisius dan bisa bersosialisasi. Biasanyaorang dengan tipe ini menilai dirinya sebagai pribadi yang
enerjik, ambisius, dan bisabersosialisasi dengan berbagai sales, pengacara, atau hakim bisa menjadi pilihan.
f. Tipe Konvensional
Tipe konvensional merupakan tipe yang terdapat di dalam diri orang yang suka bekerjadengan angka,
berkas-berkas, dan segala pekerjaan yang serba teratur, tetapi
menghindari aktivitas yang tidak terstruktur dan ”tidak jelas”. Biasanya, orang dengan
tipe ini menilai dirinya sebagai pribadi yang enerjik, ambisius, dan bisa bersosialisasidengan berbagai
kalangan. Jika Anda termasuk tipe ini, bekerja sebagai sales,pengacara, atau hakim bisa menjadi pilihan.
MERENCANAKAN PEMILIHAN KARIR
Pemilihan karir merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan karir.Pemilihan karir diperlukan
pemahaman yang utuh tentang potensi diri danperlunya dikembangkan secara optimal dalam pengembangan
karir. Materi iniberisi uraian tentang proses pemilihan karir untuk menemukan dan
mengembangkan potensi diri melalui ”Daur Aktualisasi Diri”.
Materi ini penting bagi Anda, terutama sebagai bahan dalam pemilihan karir.
Selamat membaca …. !
Dalam proses pemilihan karir, pengenalan diri merupakan hal yang sangat penting.Pengenalan diri mencakup
pengenalan segala potensi sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimilikidan
belum dimanfaatkan secara optimal.Dalam proses pemilihan karir, potensi diri tidak hanya perlu dikenali, tapi
jugadikembangkan agar dapat teraktualisasi secaraoptimal. Diagram berikut menggambarkan strategi untuk
menemukan danmengembangkan potensi diri dengan
”
Daur Aktualisasi Potensi
”
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUPTEKNIK KONSELING
A. Lingkup Teknik Konseling
Konseling merupakan pekerjaan profesional seperti halnya guru.Sebagai suatu pekerjaan
profesional menuntut dimilikinyasejumlah kompetensi dan keterampilan tertentu. Selain
itu,konseling juga merupakan suatu proses. Dalam setiap tahapanproses konseling
memerlukan penerapan keterampilan-keterampilan tertentu. Agar proses konseling
dapat berjalansecara lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien,konselor harus
mampu mengimplementasikan keterampilan-keterampilan tertentu yang relevan. Konselor
yang terampiladalah yang mengetahui atau memahami sejumlah keterampilantertentu dan
mampu mengimplementasikannya dalam proseskonseling.Bimbingan dan konseling
merupakan suatu proses. Proses bimbingan dan konseling menempuh tahap-tahap
tertentu.Dalam setiap tahapannya akan menggunakan teknik-tekniktertentu pula.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan.Ruang lingkup teknik
konseling meliputi kajian teoretis danpraktis mengenai segala kemampuan dan
kesemaptaan konselorhingga mampu melakukan proses konseling yang berhasil
guna.Lingkup teknik konseling meliputi kajian sejumlah asumsimengenai
implikasi teori konseling pada teknik konseling,keterampilan dasar selama proses
konseling, komunikasi verbal
Teknik Konselingdan nonverbal dalam konseling, dan cara-cara dalam
melakukanterapi penyimpangan tingkah laku (abnormalitas), hingga cara-cara
melakukan konseling melalui media elektronik.
tenang/kalemMerasa terharuMerasa tertarikMerasa tabahMerasa terpukau/terpanaMerasa
terpesonaMerasa tergugah/terlibatMerasa sukaSuasana Batin yang Tergolong "Perasaan Tidak
Senang"Merasa apatisMerasa antipatiMerasa malasMerasa meranaMerasa asingMerasa
benciMerasa bingungMerasa bengongMerasa bosan/jenuh/jemuMerasa berat hatiMerasa
berkabungMerasa berdosa/bersalahMerasa curigaMerasa cemburuMerasa canggungMerasa
diabaikanMerasa dihina/terhinaMerasa dendamMerasa sebatang karaMerasa
kehilanganMerasa kasihan/ibaMerasa dinginMerasa dioyak-oyakMerasa gugup/grogiMerasa
hambar/hampaMerasa hancur/tercacahMerasa iriMerasa jengkel/mangkelMerasa
jera/kapokMerasa khawatir/gelisahMerasa kecewa/ gagalMerasa kikukMerasa kesalMerasa
kesepianMerasa tertipuMerasa takut/gentarMerasa kaget/terhenyakMerasa kecil hati Merasa
muak Merasa ngeri/jijikMerasa pesimis/depresifMerasa tanpa harapanMerasa pasrahMerasa
panikMerasa patah hatiMerasa panas hatiMerasa prihatinMerasa bimbangMerasa risihMerasa
minderMerasa sedih/ murungMerasa sakit hati/pedihMerasa segan/engganMerasa
sebal/sebelMerasa terancamMerasa terpukulMerasa ada kejanggalanMerasa terbebaniMerasa
terpaksaMerasa tersinggungMerasa tergerakMerasa tersiksaMerasa tak betahMerasa
tergangguMerasa tersayat/piluMerasa terpojok/ terdesakMerasa terkekangMerasa tak
sabarMerasa tak berdaya/kalahMerasa tegangMerasa goyahMerasa tersipu-sipu
B. SEJARAH BIMBINGAN KONSELING DI INDONESIA DAN DUNIA SEJARAH
Di Indonesia Dekade 40-an Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai
dengan perjuanganmerealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang
serba daruratmkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar
anataralain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45.
Halini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.
Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan
masalahkebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada
masadekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar
benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.
Dekade 60-an
nasional1968 Lahirnya kurikulum 1968Keadaan dia tas memberikan tantangan bagi keperluan
pelayanan bimbinga dankonseling disekolah.
Dekade 70-an1971 PPSP (proyek Perintis Sekolah Pembangunan), BP/BK mulai
dikembangkan1975 BP/BK lahirnya kurikulum SMA. Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan1978 Program PGSLP dan PGSLADalam dekade ini bimbingan di upayakan
aktualisasi nya melalui penataan legalitassistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan
pendidikan terutama diarahkan kepadapemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
Pemerataan kesempatan belajar, Mutu,Relevansi, danEfisiensi.Pada dekade ini, bimbingan
dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional.Melalui upaya ini semua pihak telah
merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimanabimbingan dan konseling.
Dekade 80-an
1989 :Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989dengan
lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:Penyempurnaan
kurikulumPenyempurnaan seleksi mahasiswa baruProfesionalisasi tenaga pendidikan dalam
berbagai tingkat dan jenisPenataan perguruan tinggiPelaksnaan wajib belajar Pembukaan
universitas terukaAhirnya Undang ± Undang pendidikan nasionalBeberapa kecenderungan
yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akanprofesionalisasi layanan, keterpaduan
pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitasformal, pemantapan organisasi,
pengmbangan konsep ± konsep bimbingan yangberorientasi Indonesia, dsb.
DEKADE 90-an
Sampai 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnyalagi
pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP.Muncul
anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalahHingga lahirnya SK
Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan AngkaKreditnya yang di
dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling disekolah. Ketentuan pokok
dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai
petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru danAngka Kreditnya. Di Dalam SK
Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan
Azmi el-Hasbi, M.PdMATERI AJAR MATA KULIAHPROFESI KEPENDIDIKANdiganti
menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh GuruPembimbing. Di
sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulaijelas.1995 SK
Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan FungsionalGuru dan Angka
Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial, khususnya yangmenyangkut bimbingan dan konseling
adalah :1. Istilah ³bimbingan dan penyuluhan´ secara resmi diganti menjadi ³bimbingandan
konseling.´2. Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah
guru pembimbing,
kelompok.d. Kegiatan pendukung : instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus,
kunjunganrumah dan alih tangan kasus.
Unsur-unsur di atas (nomor 4) membentuk apa yang kemudian disebut ³BK Pola-17´
5. Setiap kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tahap :a. Perencanaan
kegiatanb. Pelaksanaan kegiatanc. Penilaian hasil kegiatand. Analisis hasil penilaiane.6.
Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam dan di luar jam kerjasekolah.
Hal-hal yang substansial di atas diharapkan dapat mengubah kondisi tidak jelasyang sudah lama
berlangsung sebelumnya
SEJARAH BIMBINGAN KONSELING DI DUNIADEKADE 20-an
2011 Perkembangan BK semakin mantapSEJARAH INTERNASIONALGerakan bimbingan
disekolah mulai berkembang sebagai
dampak dari revolusiindustri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolahnegeri
.Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanankonseling
pendidikan dan pekerjaan di SMA.Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang
³memilih suatu karir´ danmembentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di
New York. Kamitetersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan
kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan
kemampuan-kemampuantersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.
Azmi el-Hasbi, M.PdMATERI AJAR MATA KULIAHPROFESI KEPENDIDIKANPada tahun
1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktuyang sama para
ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; EliWeaper, Frank
Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.Frank Parson dikenal sebagai ³Father of The
Guedance Movement in AmericanEducation´. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di
Boston Massachussets, yangbertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang
didasarkan atas proses seleksisecara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan
sebagai koselor.Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga
tahapantentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut: Vocational
exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individualdan pasaran kerja
lingkungan dalamproses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanyaterpusat pada
individu.Di Amerika SerikatBimbingan dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya
suatu vocationalbureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan
nama thefather of guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan
pertolonganagar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan
yangada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengamemilih
pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.Menurut Arthur E. Trax and Robert D North,
dalam bukunya yang berjudul³Techniques of Guidance´, (1986), disebutkan beberapa
kejadian penting yangmewarnai sejarah bimbingan diantaranya :1.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik
beratkan pada kesejahteraanmanusia dan kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational
bureauParsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda yangtidak dapat
bekerja dengan baik.2.
AgamaPada rohaniman berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentanganyang
secara terus menerus antara baik dan buruk.3.
C.. Pengertian Bimbingan dan Konseling (BK)
I. Pengertian secara Umum
BAHAN AJAR BIMBINGAN KONSELING
Bagian
I
Pengertian
Bimbingan
dan
Konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan
merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer
& Stone (1966:3) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to
direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).
A.
Pengertian
Bimbingan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli,
namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian tetang
bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai
oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai
dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang
ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para
ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.
Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat
memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam
jabatan
yang
dipilihnya”
(Frank
Parson
,1951).
Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu
proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri
sendiri,
menghubungkan
pemahaman
tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan di sekitarnya.
I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self
understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk
mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self
realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri
dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No.
29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “;;Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal
lingkungan,
dan
mencanakan
masadepan”;;.
Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan
diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam
jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
“Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya
sendiri”
(Chiskolm,1959).
Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu
memahami dirinya sendiri, pengertian menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi
diri
yang
dimiliki.
“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap
individu”
(Bernard
&
Fullmer
,1969).
Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan
dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan
membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
“Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang
sistematik”
(Mathewson,1969).
menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk
pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku di
lingkungan dimana individu tersebut tinggal.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil
kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah :
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang
dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar
individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara
optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”
B.Pengertian Konseling
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34)
mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam
usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha
membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain,
teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien. PendalamanMateri:
1.Rumuskan menurut pemahaman Saudara tentang Arti Bimbingan dan Konseling, yang
meliputi unsur-unsur di bawah ini:
a.Ada Proses ( Proses apa) Untuk mencapai tujuan
b.Obyek Jelas (kepada Siapa BK)
c.Subyek (Konsolor yang seperti apa)
e. Tehniknya atau cara BK berlangsung.
Fungsi, Prinsip, Asas Bimbingan dan Tujuan
Bimbingan Konseling
A.Fungsi Bimbingan
:
1.Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensiny
a) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 2.Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada
para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out,
dan
pergaulan
bebas
(free
sex).
3.Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif
dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4.Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi
ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan
adalah
konseling,
dan
remedial
teaching.
karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di
dalam
maupun
di
luar
lembaga
pendidikan.
6.Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat
membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7.Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8.Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga
dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki
pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat
mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9.Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri
konseli.
10.Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui
program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli
B.Prinsip
Bimbingan
dan
Koneling
hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan
pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari
pada
perseorangan
(individual).
2.Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda
satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus
sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik
kelompok.
3.Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai
satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
memberikan
dorongan,
dan
peluang
untuk
berkembang.
4.Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai
dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
5.Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling.
Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada
konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan
konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk
memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan
keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan
bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah
mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil
keputusan.
6.Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di
lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan
masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu
meliputi
aspek
pribadi,
sosial,
pendidikan,
dan
pekerjaan.
C.
Asas
Bimbingan
dan
Konseling
diwujudkannya
asas-asas
berikut.
1.Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu
data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal
ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan
itu
sehingga
kerahasiaanya
benar-benar
terjamin.
2.Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang
diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan
kesukarelaan
tersebut.
3.Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
(konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura,
baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal
ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli).
Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat
terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4.Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
(konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu
mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling
yang
diperuntukan
baginya.
5.Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya
kemandirian
konseli.
7.Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja
sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap
pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9.Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh,
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.
D.Tujuan Bimbingan dan Konseling
1.Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan Bimbingan dan Konseling adalah sesuai dengan tujuan
pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) Tahun 1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnyayang cerdas, yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Depdikbud, 1994.5).
2. Tujuan Khusus
Secara khusus layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu siswa agar
dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan
karier.Bimbingan pribadi – sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan pribadi – sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan
bertanggung-jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi
pekerjayang produktif. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi – sosial layanan
Bimbingan dan Konseling membantu siswa agar
:
a)Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan
yang ada pada dirinya.
b)Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka
senangi.
c)Membuat pilihan secara sehat
d)Mampu menghargai orang lain
e)Memiliki rasa tanggung jawab
f)Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi
g)Dapat menyelesaikan konflik
h)Dapat membuat keputusan secara efektif
Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan Bimbingan dan Konseling membantu
siswa agar
:
d)Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian
Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa
agar
:
a)Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan di dalam
lingkungan kerja
b)Mampu merencanakan masa depan
c)Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier
d)Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat
Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3)
menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1)
mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2)
mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan
menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4)
memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk
kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala
potensi
dan
kekuatan
yang
dimilikinya
secara
optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar
(akademik),
dan
karir.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan
teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan
memelihara
hak
dan
kewajibannya
masing-masing.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait
dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan
martabat
atau
harga
dirinya.
Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau
kewajibannya.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam
bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam
diri
sendiri)
maupun
dengan
orang
lain.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai
hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin
dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua
kegiatan
belajar
yang
diprogramkan.
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti
membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam
pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan
wawasan
yang
lebih
luas.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan
kompetensi
karir.
agama.
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan
persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya
masa
depan.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan,
prospek
kerja,
dan
kesejahteraan
kerja.
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan
sosial
ekonomi.
Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada
kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka
setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia
mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
Pendalaman materi
I. Unjuk Kerja:
Lakukan Bimbingan terhadap teman dekatmu, dengan salah satu fungsi Bimbingan
sebagaimana tersebut di atas!
2. Proyek/ Penugasan:
Laporkan dalam bentuk tertulis, Bimbingan yang akan Saudara lakukan dalam satu minggu
ini. Kepada anak, sesama, keluarga , sesuai dengan salah satu tujuan Bimbingan dan
Konseling di atas!
3. Esay/ Uraian:
Bagian III Perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah
A. Tujuan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak,yaitu kemampuan dan kecakapan membaca,menulis dan berhitung,pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif,kreatifitas,dan kepemimpinan,ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak. Bimbingan itu sendiri dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang mempunyai fungsi positif,bukan hanya suatu kekuatan kolektif.proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak,tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan,minat dan
kemampuan yang harus berkembang.
1.tindakan preventif di sekolah dasar
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh
para ahli bimbingan karena:
dan dapat menghadapi suatu masalah dikemudian hari. Bimbingan tidak hanya pada anak yang bermasalah melai8nkan pandangan bimbingan dewasa ini yaitu menyediakan suasana atau situasi perkembangan yang baik,sehingga setiap anak di sekolah dapat terdorong semangat blejarnya dan dapat mengembangkan pribadinya sebik mungkin dan terhindar dari praktik-praktik yang merusak perkembangan anak itu sendiri.
2. Kesiapan disekolah dasar
Konsep psikologi belajar mengenai kesiapan belajar menunjukan bahwa hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat/terlalu lambat,untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus menerus perlu adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan menciptakan situasi balajar dengan baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif pada aktrifitas melalui penyuluhan
kepada orang tua dan murid.
B. Bimbingan Konseling di Sekolah Mengah
Tujuan pendidikan menengah acap kali dibiaskan oleh pandangan umum; demi mutu keberhasilanakademis seperti persentase lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dimungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum/SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan/SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja.
menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. merujuk pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak. Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup. Empat peran di atas dapat efektif, jika BK didukung oleh mekanisme
struktural di suatu sekolah.
Proses cura personalis di sekolah dapat dimulai dengan menegaskan pemilahan
peran yang saling berkomplemen.
Bimbingan konseling dengan para konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa mbolosan, berkelahi, pakaian tidak tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan peran demikian memungkinkan BK optimal dalam banyak hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah terjebak dalam tindakan hukum-menghukum.
Tantangan pertama untuk memulai suatu proses pendampingan pribadi yang ideal justru datang dari faktor-faktor instrinsik sekolah sendiri. Kepala sekolah kurang tahu apa yang harus mereka perbuat dengan konselor atau guru-guru BK. Ada kekhawatiran bahwa konselor akan memakan “gaji buta”. Akibatnya, konselor mesti disampiri tugas-tugas mengajar keterampilan, sejarah, jaga kantin, mengurus perpustakaan, atau jika tidak demikian hitungan honor atau penggajiannya terus dipersoalkan jumlahnya. Sesama staf pengajar pun mengirikannya dengan tugas-tugas konselor yang dianggapnya penganggur terselubung. Padahal, betapa pendampingan pribadi menuntut proses
administratif dalam penanganannya.
BK yang baru dilirik sebelah mata dalam proses pendidikan tampak dari ruangan yang disediakan. Bisa dihitung dengan jari, berapa jumlah sekolah yang mampu (baca: mau!) menyediakan ruang konseling memadai. Tidak jarang dijumpai, ruang BK sekadar bagian dari perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang sempit di pojok dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan peran BK dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan perannya yang hakiki. Menaruh harapan yang lebih besar pada BK dalam pendampingan pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat kurikulum dan segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk memulai mewujudkan semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah menengah dan semua pihak yang terlibat didalam proses kependidikan.
Pendalaman Materi :
Jawablah Pertanyaan di bawah ini, sesuai perintahnya! 1. Sebutkan Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah!
2. Apakah tujuan Bimbingan dan Konseling untuk:
a. Di sekolah Dasar
b. Di sekolah Menengah
3. Menurut pendapat Saudara, sejauh mana keberhasilan Bimbingan dan
Konseling untuk
Sekolah menengah selama ini?
Bagian IV
di Gereja
A. Dasar Pemikiran
Setiap tubuh orang percaya yang ingin mengembangkan suatu pelayanan bimbingan harus melakukannya berdasarkan pedoman-pedoman Kitab Suci dan didalam kerangka gereja yang ada. Artikel berikut ini memberikan saran tentang cara-cara untuk mengembangkan dan melakukan pelayanan bimbingan. Beberapa saran mungkin tidak dapat dipraktekkan dalam setiap gereja, namun kerangkanya dapat memberikan suatu titik tolak. Bimbingan alkitabiah harus berada dibawah wewenang tubuh gereja setempat dan bertanggung jawab kepada pemimpin gereja. Masing-masing pembimbing harus tunduk kepada Tuhan, pimpinan, dan Tubuh Kristus. Para pembimbing harus diangkat dan ditunjuk oleh pemimpin untuk melayani Tuhan dengan melayani orang-orang dalam jemaat yang sedang menderita masalah-masalah kehidupan. Karena kebergantungan yang kuat kepada Roh Kudus dan karena bimbingan merupakan suatu fungsi Tubuh Kristus dan suatu pernyataan kasih Allah, maka tidak ada biaya bimbingan. Idealnya, bimbingan harus merupakan saluran kasih dan pelayanan yang wajar dalam persekutuan orang-orang percaya yang saling mengenal dan saling mengasihi. Bimbingan mungkin muncul dari hubungan kepercayaan yang telah terjalin antara pemimpin dan anggota pelayanan kelompok kecil dalam sebuah gereja. Pelayanan bimbingan alkitabiah di gereja kami tumbuh karena suatu kebutuhan dalam Tubuh Tuhan. Pendeta kami menjadi terlalu dibebani dengan tugas bimbingan, namun merasa bertanggung jawab untuk melayani kawanan domba. Ia mulai memanggil beberapa orang dari kami dalam jemaat untuk ikut memikul masalah-masalah kehidupan. Ketika kami semakin terlibat, kami melihatnya sebagai suatu pelayanan yang diinginkan Allah bagi umat-Nya -- suatu fungsi
Tubuh Kristus.
agar dapat membimbing mereka yang perlu mengetahui cara Allah dalam suatu situasi tertentu dan menemukan cara Allah untuk penyelesaian masalah. Dalam Tubuh Kristus diperlukan jauh lebih banyak pelayanan daripada yang dapat dilakukan oleh satu orang. Kevin Springer dalam "Pastoral Renewal" merasa prihatin bahwa "banyak pemimpin menghabiskan waktu yang lama dan sukar dengan sekelompok kecil dari bangsa mereka, dan mengabaikan anggota-anggota yang lebih bertalenta, anggota-anggota-anggota-anggota orang dewasa yang terabaikan -- justru anggota-anggota yang dapat diperlengkapi untuk melayani orang lain". Seorang pendeta yang bijaksana akan memimpin orang-orang lain ke dalam segi-segi pelayanan yang dipikul bersama sehingga seluruh tubuh boleh berfungsi bersama dan menyatakan keutuhan dan kekudusan yang dimaksudkan
oleh Tuhan bagi gereja.
Sangatlah menolong bila seorang pendeta dapat menyarankan seseorang supaya pergi kepada seorang pembimbing alkitabiah dalam persekutuan setempat sehingga orang yang membutuhkan bimbingan tidak jatuh ke dalam tangan "pembimbing gadungan" atau tidak usah berpaling kepada orang-orang di luar gereja yang mungkin membimbing menurut filsafat dan pengajaran yang tidak sesuai dengan pengajaran dalam persekutuan. Tidak ada bagian dalam Kitab suci yang mengatakan agar menyuruh seorang percaya pergi ke dunia untuk menemukan pertolongan bagi masalah-masalah kehidupan. Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk melayani, dan Ia mengutus Roh Kudus untuk
memenuhi kebutuhan umat.
C. Belas Kasihan dan kebenaran Allah
Unsur-unsur dasar bagi perubahan sudah ada dalam gereja yang mempunyai lingkungan kasih dan pengajaran firman Allah yang kuat. Bimbingan alkitabiah dalam sebuah gereja semata-mata merupakan bentuk pelayanan belas kasihan dan kebenaran Allah yang lebih pribadi dan khusus. Karena itu, bimbingan alkitabiah tidak boleh dirasakan asing. Sekalipun demikian, banyak hamba Tuhan dan orang awam merasa sama sekali tidak diperlengkapi karena mereka mengira bahwa bimbingan alkitabiah bagaimanapun juga harus menyamai bimbingan psikologis.
orang-orang secara perseorangan. Dalam bimbingan alkitabiah perhatian menjadi bersifat pribadi dengan cara menyediakan waktu dan bersedia mendengarkan, dan pengajaran menjadi bersifat pribadi untuk memenuhi kebutuhan khusus seseorang. Maka lingkungan dan arah perubahan dengan cara memberikan kemurahan dan kebenaran lebih disesuaikan dengan seseorang daripada dengan suatu kelompok secara keseluruhan. Pendeta mempunyai lebih banyak untuk diberikan daripada yang mungkin disadarinya. Anggota-anggota jemaat mungkin juga mempunyai lebih banyak untuk diberikan dalam bimbingan daripada yang disadari mereka. Ketika mereka telah berpartisipasi sebagai anggota-anggota suatu lingkungan yang penuh perhatian, dan ketika mereka secara pribadi telah mengikuti kebenaran Kitab Suci dalam kehidupan mereka sendiri, mereka telah mengalami pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang penuh kasih dan pengarahan untuk perubahan. Banyak orang telah menyediakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan pengarahan untuk perubahan melalui interaksi pribadi dengan sesama orang Kristen. Dengan demikian sudah banyak orang yang telah diperlengkapi untuk melayani sebagai
pembimbing alkitabiah.
cara satu- satunya untuk benar-benar belajar adalah dengan mulai menyediakan lingkungan yang penuh kemurahan dengan cara mendengarkan, memperhatikan, dan mendoakan. Kemudian ketika Roh Kudus memberikan hikmat, pengajaran ditambahkan. Kebergantungan kepada Roh Kudus sungguh sangat penting karena lingkungan yang terbaik bagi bimbingan datang dari kehadiran Allah dan arah perubahan datang dari firman- Nya sementara Roh Kudus membuatnya menjadi dapat diterapkan dan hidup. Tampaknya salah satu aspek yang paling merisaukan dalam memulai suatu pelayanan bimbingan ialah program latihan. Banyak pendeta merasa tidak mampu untuk mengajar sebuah kelas dalam bimbingan alkitabiah. Padahal, prinsip-prinsip Alkitab yang merupakan dasar bimbingan alkitabiah telah dikhotbahkan dan diajarkan dari mimbar selama ini. Karena seorang pembimbing alkitabiah melayani dengan belas kasihan dan kebenaran untuk menyediakan lingkungan dan arah bagi perubahan, maka latihan harus berkisar pada kedua
bidang tersebut.
Memberi pengajaran tentang menyediakan lingkungan yang penuh kemurahan tentunya sudah biasa dilakukan oleh seorang pendeta yang telah mendorong jemaatnya untuk menyediakan lingkungan seperti itu. Karena dalam melayani jemaatnya seyogyanya ia telah mengajarkan kasih, kebaikan, kemurahan, kesabaran, pengertian, dan sifat-sifat lain yang harus berkembang sebagai buah Roh, ia memiliki suatu sumber yang kaya akan bahan pelajaran. Di samping itu, ia harus memilih pembimbing-pembimbing awam yang telah memiliki sifat-sifat tadi dan buah Roh. Pengajaran dalam bidang ini kemudian dapat ditambah dengan artikel-artikel dan buku- buku yang menekankan unsur saling memperhatikan dalam Tubuh Kristus.
Seorang pendeta juga tahu bagaimana melatih pembimbing untuk memberikan arah dalam lingkup bimbingan. Ia akan mengajarkan kepada para pembimbing apa yang harus diajarkan, yaitu bagaimana caranya hidup dalam kehidupan Kristen. Ia akan mengajar mereka untuk menerapkan secara pribadi pengajaran firman Allah yang sama yang diajarkannya dari mimbar; bagaimana menjalani kehidupan Kristen dengan menerima kasih Allah, mempercayai-Nya, dan menaati-Nya.
D. Kotbah dan Bimbingan Konseling
pengajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan Kristen dan doktrin-doktrin dasar Kitab suci lainnya, adalah menarik untuk melihat beberapa persamaan dan perbedaan yang ada. Khotbah, pengajaran, dan bimbingan alkitabiah harus: (1) didasarkan pada doktrin-doktrin Kitab Suci; (2) berpusatkan pada Allah dan sifat-Nya, firman dan kehendak-Nya; (3) membimbing orang-orang dalam menjalani kehidupan Kristen; (4) memotivasi orang-orang untuk memilih dan melakukan kehendak Allah; (5) menasihati, menjelaskan, mendorong, dan mengasihi; (6) bergantung kepada Roh Kudus; (7) menyadari kebutuhan orang-orang yang mendengarkan; dan (8) mengusahakan kesembuhan, perubahan, dan pertumbuhan.
Dalam beberapa hal bimbingan berbeda dengan khotbah atau pengajaran kelompok. Bimbingan meliputi tindakan mendengarkan dan berbicara. Baik orang yang dibimbing maupun pembimbing belajar satu tentang yang lain dan juga tentang Tuhan. Apa yang diajarkan didasarkan atas kebutuhan seseorang sebagaimana yang dilihat melalui mendengarkan dan berdoa, sedangkan dalam pengajaran atau khotbah pokok bahasan didasarkan atas kebutuhan kelompok sebagaimana dilihat melalui pengenalan akan kelompok dan doa. Adakalanya bimbingan mungkin berupa hubungan pribadi atas kemurahan sementara yang dibimbing memilih petunjuk Allah. Barangkali perbedaan-perbedannya dapat diringkaskan sebagai berikut: bimbingan lebih bersifat pribadi, terjadi melalui percakapan, menyentuh kebutuhan-kebutuhan tertentu, dan menyampaikan kasih sayang dan kebenaran Allah melalui waktu yang diberikan kepada
seseorang atau suatu pasangan.
alat untuk mengajar orang-orang lain tentang banyak hal yang dibutuhkan
mereka untuk memberi bimbingan.
Pendalaman materi :
Inquiri (Penyelidikan):
1. Baca Kembali Keluaran 18:1-27), Daftarkan terjadinya Proses Bimbingan
Konseling antara
Mertua dan menantu!
2. Menurut Pengamatan Saudara, sejauh mana Gereja telah melakukan
Bimbingan dan
Konseling bagi jemaatnya? Mengapa?
Bagian V
Tugas Konseling Dalam Gereja
A. Arti Konseling
Konseling dapat diartikan sebagai: perundingan, diskusi, nasehat, pendapat, masalah yang tangani untuk dicari penyelesaian yang tepat dan tuntas, tujuan-tujuan dan kebijaksanaan. Tugas konseling di gereja juga sama prinsipnya, yakni sbagai upaya perundingan, pemberian nasehat, pertimbangan dan kebijaksanaan yang membawa pembaharuan hidup — iman, pikiran, sikap dan tingkah laku. Konseling dapat dilakukan untuk membantu mereka yang sedang mengalami permasalahan hidup (kuratif). Ada masalah keluarga, masalah studi, masalah keuangan, pekerjaan dan masalah nilai budaya. Bisa pula konseling diberikan bagi mereka yang belum mendapat masalah berat (preventif). Misalnya, konseling untuk kaum muda sebelum memasuki pernikahan, atau konseling untuk keluarga-keluarga muda sebelum dibebani oleh berbagai
masalah rumah tangga.
B. Kedudukan Gereja Dalam Konseling
Gereja mempunyai kedudukan yang begitu istimewa dan mulia di hadapan Tuhan kita Yesus Kristus. Dia menghendaki gereja hadir dan berkarya di dunia ini, yang harus berdasar pada pengakuan bahwa Yesus Kristus Mesias, Anak Allah (Matius 16:16,18). Kepada gereja yang berdiri sebagai karya Roh Kudus itu, Dia memberi mandat untuk “menjadikan semua bangsa muridNya”. Dalam rangka tugas itu, pemberitaan Injil harus dilaksanakan, peneguhan iman dan pengajaran harus
Gereja adalah umat pilihan Allah oleh iman orang-orang percaya itu sendiri kepada Yesus Kristus. Yesus memanggil dan menjadikan setiap orang percaya sebagai “imam-imam” yang mampu berhubungan langsung dengan Allah dan melayani serta mempermuliakan Dia. Disamping itu, sebagai “imam-imam” Allah, semua orang percaya taerpanggil untuk saling melayani, membantu sesamanya, agar mengalami pembaharuan hidup (1 Petrus 2:9,10; Efesus 3:10). Kita semua harus memberi perhatian dan bantuan terhadap sesama kita, khususnya sebagai umat beriman, agar mampu tampil sebagai pemenang menghadapi setiap tantangan hidup yang semakin berat (Galatia 6:2, 10). Kita semua adalah “pengembara” di dalam dunia. Sebab itu kita harus bertolong-tolongan,saling menopang, saling mengoreksi, saling menghibur dan memberi dorongan untuk maju dan mengakhiri perjalanan hidup ini. Hal ini dapat kita lakukan mengingat Roh Allah hadir di dalam kita (Efesus 1:13, 14; 2:23).
C. Konseling Tugas Gereja
terhadao persoalan hidupnya tidak bisa di dapat hanya dari sudut lahiriaih. Manusia tidak bisa kenyang oleh karena roti dan kesuksesan materialnya; karena keindahan dunia, atau karena kuasa serta kekuatn yang didapat dari dunia ini (Matius 4:1-11). Gereja harus mengajak warganya untuk mencari jawaban-jawaban hidup dari petunjuk illahi, yaitu dari firman, kuasa dan kehadiran
(bimbingan) Allah.
tidak ikut terjerumus. Juga disebut perlunya menguji diri agar tidak ikut terjerumus. Juga disebut perlunya menguji diri apakah kita dalam kondisdi yang benar dan teguh iman. Matius 18:15-20 mendesak jemaat untuk mendapatkan kembali saudara yang telah melakukan pelanggaran. Kasusnya harus diperiksa secara teliti, supaya dapat memberikan nasehat. Perlu ada dua atau tiga orang saksi. Kalau sekiranya yang bersangkutan menolak mengakui kesalahannya serta menolak untuk berubah, barulah jemaat menyatakan disiplin. 1 Tesalonika 4:13-18 menegaskan perlunya kita memberikan konseling peneguhan dan penghiburan bagi mereka yang ditimpa dukacita. Harapan mereka kepada Yesus yang akan datang itu perlu dibangkitkan. 2 Tesalonika 3: 11-15 memberi dorongan bagi kita untuk membina saudara seiman yang tidak tertib hidupnya. Mereka ini sibuk dengan dirinya sendiri, menggosip orang-orang lain dan tidak
bekerja untuk hidup keluarganya.
D. Firman Tuhan sebagai Dasar Konseling Konseling harus kita jalankan dalam gereja perlu sekali berdasarkan firman Allah. Mengapa demikian? Sebab firman Allah itu tajam bagaikan pedang bermata dua,sanggup memberikan pertimbangan, dorongan dan peneguhan (Ibrani 4:12). Firman Allah itu berguna untuk “memberikan pengajaran”, “menyatakan kesalahan”, “memperbaiki kesalahan”, dan “mendidik orang dalam kebenaran”
(2 Timotius 3:16).
Apakah kata firman Tuhan tentang manusia? Manusia itu ciptaan Allah yang begitu berharga, sebagai pembawa gambar dan rupa Allah (imago Dei) (Kejadian 1:26-27). Allah menjadikan manusia dengan dua kodrat — jasmani dan rohani (Kejadian 2:7). Manusia dapat karena “terhembusi oleh nafas Allah .” Manusia mempunyai kebutuhan jasmani seperti: sandang, pangan, udara, kesehatan, atau bebas dari kuman. Akan tetapi, manusia tidak dapat menemukan makna atau arti dari hidup diluar Allah. Pada manusia ada “kekekalan” yang membuatnya harus berjumpa dengan Allah yang kekal (Pengkhotbah 3:11). Pada diri manusia ada unsur jiwa (psikhe), pikiranm perasaan (emosi) dan kehendak serta dimensi roh sebagai pusat hidupnya.
Pendalaman Materi:
1. Jelaskan bahwa Bimbingan dan Konseling Kristen adalah Tuhan Gereja
(Gembala Sidang)?
kembangkan?
4. Jelaskan Mengapa Firman Allah harus menjadi dasar Bimbingan Konseling Kristiani?
Bagian VI
Prosedur Bimbingan dan Konseling Secara Umum
Sebagai sebuah layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan
sebagai, yaitu:
A. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan
bimbingan dan konseling, yakni :
peserta didik.
5.Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
B. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek : (1) substansial – material; (2) struktural – fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek : (1) jasmani dan kesehatan; (2) diri pribadi; (3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6) pendidikan dan pelajaran; (7) agama, nilai dan moral; (8) hubungan muda-mudi; (9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) waktu senggang.
C. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu : (1) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosia