• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDE (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT

DIVISION

(STAD) DENGAN BANTUAN MATEMATIKA GASING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP

Elpius Wetapo 1), Nerru Pranuta M 2), dan Johannes H Siregar 3)

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan bantuan dengan Matematika GASING dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang tahun pelajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 39 orang dan kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 38 orang. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen (Non Equivalent Control Group Design). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif STAD dengan bantuan Matematika GASING, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif STAD dengan bantuan Matematika GASING mendapatkan hasil belajar kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, dan sikap siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran yang dilakukan dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan Matematika GASING.

Kata Kunci. STAD, Matematika GASING, kuasi eksperimen

PENDAHULUAN

Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan setiap negara untuk dapat mengoptimalkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat menghadapi dan memenuhi tuntutan global. Pendidikan merupakan dimensi utama untuk dapat menciptakan manusia berilmu, berpengetahuan dan berbudaya. Melalui sebuah sistem pendidikan yang baik suatu bangsa atau negara akan memiliki SDM yang kuat dan berkualitas pada bidang-bidang yang diinginkan. Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Akibatnya pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan, sehingga mendorong berbagai usaha pembaharuan.

Hal ini membuat dunia pendidikan semakin menyadari bahwa begitu pentingnya pendidikan dalam menentukan kualitas SDM yang mampu bersaing dengan SDM dari negara lain, lembaga pendidikan di negara kita Indonesia sangat minim dan terbatas, namun terus berupaya mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pengajaran yang efesien dan efektif melalui beberapa cara seperti pembaharuan dan eksperimen.

Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan tidak terlepas dari peran guru. Guru memiliki peran yang sangat penting akan keberhasilan siswa di dalam pencapaian pembelajaran matematika di sekolah. Guru juga harus dapat memberikan pembelajaran yang mudah, dan menyenangkan sehingga siswa dapat dengan mudah memahami matematika. Permasalahan yang sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah siswa kurang memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru, salah satunya disebabkan oleh cara guru mengajar yang membosankan sehingga siswa menjadi malas untuk belajar, hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa. Rendahnya prestasi siswa dalam mengerjakan soal matematika disebabkan karena siswa kurang memahami konsep matematika dengan benar dan kurang memiliki kemampuan dasar matematika.

(2)

Banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli untuk dapat menciptakan bagaimana cara pembelajaran yang menyenangkan. Salah satunya seperti penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Menyadari bahwa salah satu kegagalan siswa dalam belajar matematika adalah siswa tidak dapat menangkap konsep dengan benar, karena pada umumnya mereka belum sampai ke proses abstraksi, masih dalam dunia konkrit dan baru sampai pada pemahaman instrumen, yang hanya tahu contoh-contoh, tidak dapat mendeskripsikannya.

Prof. Yohanes Surya, Ph.D berusaha memecahkan masalah yang terjadi di dalam pembelajaran matematika tersebut. Salah satu cara baru yang diperkenalkan adalah pembelajaran matematika GASING (Gampang, Asik dan Menyenangkan).

Didalam suatu kegiatan pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut perkembangan kemampuan individual saja, tetapi juga kemampuan berinteraksi.. Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran secara kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya dituntut secara individual untuk dapat mencapai sukses atau berusaha mengalahkan siswa yang lain, melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama. Aspek sosial yang menonjol, yaitu siswa dituntut bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling ketergantungan satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain (Ibrahim, 2000).

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, peneliti akan melihat apakah model pembelajaran kooperatif STAD dengan bantuan Matematika GASING mampu secara efektif meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah quasi Eksperimental. Dengan model kelompok kontrol tidak ekuivalen (Non Equivalent Control Group Design). Menurut Sugiyono (2013) mengatakan bahwa Non equivalent ControlGroup Design mempunyai desain rancangan sebagai berikut:

O1 X O2

O3 O4

Keterangan :

O1 = pretest kelas eksperimen

O2 = posttest kelas eksperimen

O3 = pretest kelas kontrol

O4 = posttest kelas kontrol

X = Pemberian perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif STAD Matematika GASING

Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang, sedangkan sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 dan siswa kelas VII-2. Pemilihan sampel didalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Dimana kelas VIII-1 dijadikan sebagai kelompok kontrol, dan kelas VIII-2 dijadikan sebagai kelompok eksperimen.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif STAD. dengan bantuan pembelajaran matematika GASING, sedangkan variabel terikatnya hasil belajar kognitif siswa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan bantuan dengan Matematika GASING dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

Hasil dan Pembahasan

Berikut adalah paparan pelaksanaan penelitian, analisis data dan pembahasan hasil temuan dalam penelitian ini : a. Pembelajaran pada kelas eksperimen mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) bantuan matematika GASING. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dijelaskan sebagai berikut:

(3)

Gambar 1. Pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperiment

Setelah siswa duduk bersama-sama kelompoknya dan setelah menerima LKS. Siswa mempelajari materi bangun ruang secara konkrit dengan alat peraga GASING yang berupa kubus dan balok tiga dimensi, siswa mengarahkan untuk menemukan hasil dari siswa sendiri. Untuk itu peneliti ingin menggali pengetahuan siswa dengan memberi pertanyaan kepada siswa, Setelah siswa menjawab, peneliti memberi konfirmasi atas jawaban yang diberikan oleh siswa.

Gambar 2. Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dengan berbantuan matematika GASING

b. Pembelajaran pada kelas kelas kontrol mengunakan metode pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran pada kelas kontrol adalah:

Pada kelas kontrol peneliti menjelaskan tentang materi yang akan dibahas yaitu tentang bangun ruang kubus dan balok. Siswa mempelajari materi bangun ruang kubus dan balok tiga dimensi, siswa mengarahkan untuk menemukan hasil dari siswa sendiri.

Pembelajaran pada kelas kontrol tidak dibentuk berkelompok dan pembelajaran yang terapkan pada kelas tersebut dilakukan secara biasa disesuaikan dengan pengajaran guru matematika yang setempat. Peneliti menjelaskan tentang bangun ruang kubus, balok dan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu. Setelah menyelesaikan LKS peneliti bersama siswa membahas soal LKS tersebut.

(4)

Gambar 3. Pada saat pertemuan pertama kelas kontrol

a. Analisis Data Tahap Awal

Analisis data tahap awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol berangkat dari kondisi awal yang sama atau tidak untuk itu akan diuji normalitasnya. Untuk mengetahui kondisi awal tersebut nilai yang dijadikan acuan adalah nilai awal siswa. Nilai awal yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah data hasil pretest namun diambilkan dari data nilai murni tengah semester. Analisis data tahap awal meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata.

 Uji Normalitas Data Awal

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai tengah semester pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, berdistribusi normal atau tidak. Adapun hipotesis pengujian normalitas data awal adalah :

H0 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang berdistribusi

normal

Ha : Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang tidak berdistribusi

normal.

Kriteria pengujian normalitas data awal adalah H0 ditolak jika nilai Asymp Sig (2-tailed) < 0,05, dan

sebaliknya H0 diterima jika nilai Asymp Sig (2-tailed) > 0,05.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software Perpect Statistics Proffesonally Provanted (PSPP) pada kelas eksperimen diperoleh nilai Asymp Sig (2-tailed) adalah 0,422 > 0,05 sehingga H0 diterima. Artinya berasal dari sampel data yang berdistribusi normal. Sedangkan

diperoleh nilai Asymp Sig (2-tailed) adalah 0,041 < 0,05 sehingga Ha ditolak. Artinya bahwa data berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal.

Oleh karena ada salah satu kelas ada yang tidak berdistribusi normal, maka untuk uji homogenitas tidak dilanjutkan. Maka akan dilakukan uji non parametric yaitu Uji Mann Whitney.

 Uji Mann Whitney

Dengan prosedur uji tanda dan prosedur uji peringkat bertanda pasangan data yang diambil dari satu sampel atau dua sampel yang saling terkait dapat dianalisis guna melihat berbedaan yang signifikan. Uji ini dilakukan karena hasil analisis data awal diperoleh bahwa salah satu kelompok kelas tidak berdistribusi normal.

Adapun hipotesis pengujian Mann Whitney data awal adalah : H0 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai rata-rata sama

Ha : Kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai nilai rata-rata yang sama.

Kriteria pengujian Mann Whitney data awal adalah H0 di tolak jika nilai Sig. < 0,05, dan sebaliknya

(5)

Tabel 1. Uji Mann Whitney Data Awal (kelas eksterimen dan kelas kontrol)

Hasil pengujian Mann Whitney untuk data awal adalah berdasarkan tabel Mann Whitney dapat dilihat nilai Sig. = 0,831 > 0,05 sehingga H0 di terima. Artinya kedua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol)

adalah mempunyai nilai rata-rata yang sama, hal ini berarti bahwa kedua sampel berangkat dari kondisi awal yang sama.

b. Analisis Data Tahap Akhir

Analisis data tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukakan. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir yaitu data nilai postest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Analisis nilai postest dilakukan dengan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji kesamaan dua rata-rata, Hipotesis pengujian normalitas data posttest adalah:

Ho : Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang berdistribusi normal.

Ha : Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian normalitas data posttest adalah H0 di tolak jika nilai Asymp Sig. (2-tailed) < 0,05, dan

sebaliknya H0 diterima jika nilai Asymp Sig. (2-tailed) > 0,05.

Hasil pengujian normalitas data postest adalah

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software PSPP pada kelas VIII-2 sebagai kelas eksperimen diperboleh nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,646 > 0,05 sehingga H0 di terima. Sedangkan

pada kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,584 > 0,05 sehingga H0 di terima. Artinya bahwa terbukti data berdistribusi normal tingkat kepercayaan 95%.

Dari hasil diatas jelas bahwa kedua kelompok kelas saling berdistribusi normal.

Uji ini untuk mengetahui apakah kelompok dalam sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau kelompok tersebut dikatakan homogen. Dalam penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji F. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

Ho : Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok kelas tersebut homogenitas.

Ha : Kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok kelas tersebut tidak homogenitas.

Kriteria pengujian homogenitas data postest adalah H0 di tolak jika nilai Sig. < 0,05, dan sebaliknya H0

diterima jika nilai Sig. > 0,05.

Hasil pengujian homogenitas data postest adalah sebagai beriku

Berdasarkan output di atas dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% tampak bahwa nilai Sig. = 0,611 > 0,05, jadi H0 diterima. Artinya variansi kedua kelompok adalah homogen.

Uji - t untuk dua kelompok sampel (tidak berpasangan).

Jika analisis data dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan data dua kelompok sampel, atau membandingkan data antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, atau membandingkan peningkatan data kelompok eksperimen dengan peningkatan data kelompok kontrol, maka dilakukan pengujian hipotesis komparasi dengan uji – t sebagai berikut:

Hipotesis yang digunakan dalam uji-t ini adalah

H0 : Rata-rata prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol sama. Ha : Rata-rata prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol tidak sama. Keriteria pengujian digunakan dalam uji - t ini adalah :

Tolak H0 jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,05 dengan taraf kesalahan 5%.

Hasil pengujian kesamaan dua rata-rata data postest adalah :

Berdasarkan hasil tabel di atas nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0,017 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya bahwa

rata-rata posttest kedua sampel adalah berbeda.

Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian yang dibuktikan melalui analisis stastistik yang dilakukan dengan bantuan perhitungan dengan mengunakan bantuan software PSPP menunjukan bahwa:

(6)

Postest dilakukan pada akhir pembelajaran pada kedua kelas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil posttest diperoleh bahwa dari 39 siswa pada kelas eksperimen yang telah mencapai ketuntasan belajar atau lebih dari KKM (dengan standar KKM = 71) ada 26 orang siswa, dan untuk kelas kontrol dari 38 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar atau lebih dari KKM (memperoleh nilai lebih dari 71) ada 21 orang siswa. Prosentase siswa pada kelas eksperimen, telah mencapai kriteria ketuntasan menimal (KKM) yaitu 66,66 %, sedangkan kelas kontrol presentase siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 55,26%.

Gambar 4. Gafik ketuntasan siswa

Untuk mengetahui besarnnya peningkatan kemampuan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran yang dihitung dengan rumus N-Gain, yakni:

Skor Posttest - Skor Prestest

N - Gain =

100 - Skor Prestest

(Meltzer, 2002)

Tabel berikut ini adalah hasil uji Normalitas untuk N-Gain

Hasil rata-rata nilai N-Gain untuk kelas VII-2 (Kelas Eksperimen) adalah 0,574, sedangkan hasil rata-rata nilai N-Gain untuk kelas VII-1 (Kelas Kontrol) adalah 0,549.

Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa besarnya peningkatan untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari pada besarnya peningkatan pada kelas kontrol.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan matematika GASING terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VIII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang tahun pelajaran 2014/2015 sebagai berikut:

1. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) dengan bantuan matematika GASING, yang telah mencapai ketuntasan ada 26 orang dari 39 siswa di kelas eksperimen, artinya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 71 ada 66,66%, sedangkan siswa kelas kontrol yang telah mencapai ketuntasan ada 21 orang dari 38 siswa di kelas kontrol, artinya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 71 ada 55,26%.

2. Besarnya peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang memperoleh pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif STAD dengan berbantuan matematika Gasing selaku kelas eksperimen secara signifikan lebih tinggi dari hasil belajar siswa kelas yang dikelas control.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru matematika kelas VIII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang, dalam menyampaikan materi terkait bangun ruang kubus dan balok dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan matematika GASING sebagai salah satu alternatif didalam proses pembelajaran.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Annastsi, A., Urbina, S. 2007. Tes Psikologi. Jakarta: PT.Indeks.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hake,R,R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.

Meltzer, D.E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores. Dalam American Journal Physics,Vol 70 (12), 27 halaman

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 1. Pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperiment
Gambar 3. Pada saat pertemuan pertama kelas kontrol
Grafik Ketuntasan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

Tingkat kesamaan komposisi serangga kanopi pohon apel di Poncokusumo dan Bumiaji yang dikoleksi dengan perangkap bejana warna kuning dan biru pada musim berbunga dan

Setelah IPR diperoleh, untuk pemanfaatan ruang yang peruntukannya hunian perumahan lebih dari 3 (tiga) bangunan, komersial, jasa, perkantoran, pendidikan, industri,

Pendapat tersebut dapat dilihat melalui penelitian ini dimana terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang menguras, mengubur, dan menutup (3M)

Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada kontribusi fungsi sosial keluarga terhadap perilaku remaja merokok p=0,000, dengan nilai OR=3,7 , artinya keluarga

Oleh karena itu, Islam mewajibkan umatnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja keras untuk mencapai kesejahteraan ekonomi, mereka juga diperintahkan untuk memilih

Pengelolaan database sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf f

1) Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga. 2) Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat. 5) Penghematan sumber-sumber yang tersedia. Dengan pengertian dan