• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini memaparkan berkaitan dengan teori-teori diantaranya adalah kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita, perawatan organ genitalia eksterna yang baik dan benar dan keputihan.

2.1 Kebersihan Organ Genitalia Eksterna

Pada bagian ini akan dibahas tentang kebersihan organ genitalia eksterna dengan materi anatomi organ genitalia wanita dan perawatan organ genitalia eksterna yang baik dan benar pada wanita.

2.2.1 Anatomi Genitalia Eksterna pada Wanita

Genitalia berarti alat kandungan. Genitalia eksterna dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat wanita dalam posisi litotomi. Menurut Mochtar (1998) dan Manuaba (2010) ada beberapa bagian genitalia eksterna yaitu:

a. Mons veneris ialah daerah yang menggunung di atas simfisis , yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa.

b. Bibir besar kemaluan (labia mayora) berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.

c. Bibir kecil kemaluan (labia minora) ialah bagian dalam dari bibr besar yang berwarna merah jambu.

(2)

e. Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.

f. Vestibulum terletak di bawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri.

g. Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina.

h. Selaput dara (hymen) merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata atau fimbra.

i. Lubang kemih (orifisium uretra ekterna) adalah tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Di sekitar lubang kemih bagian kiri dari kanan didapati lubang kelenjar skene.

j. Perineum terletak di antara vulva dan anus.

(3)

2.1.2 Perawatan Organ Genitalia Eksterna yang Baik dan Benar

Secara umum, menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, termasuk organ genitalia eksterna. Karena itu kita harus merawatnya, menurut Baradero (2007) dan Livoti (2006) perawatan kebersihan organ genitalia eksterna antara lain dengan cara :

1) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar. 2) Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina)

secara hati-hati, menggunakan air bersih dan sabun yang lembut (mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar dan ketika mandi. Jika alergi dengan sabun yang lembut sekalipun, bisa membasuhnya dengan air hangat. Ini dimaksudkan untuk membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina. 3) membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan

terbalik, karena bakteri yang ada di sekitar anus akan terbawa masuk ke vagina. 4) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.

5) Hindari celana ketat karena dapat menyebabkan permukaan organ reproduksi mudah berkeringat. Hindari menggunakan celana yang ketat pada lipat paha dan paha.

6) Sebaiknya kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun (100%) karena menyerap keringat dengan baik.

7) Menggunakan handuk atau waslap yang kering dan bersih untuk mengeringkan vagina.

(4)

kewanitaan kita harus lebih dijaga karena kuman masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.

9) Mengganti pembalut sesering mungkin. Untuk menjaga kebersihan gantilah pembalut secara teratur 4 sampai 5 kali sehari atau setelah buang air kecil dan mandi untuk menghindari pertumbuhan bakteri. Setiap 4 atau 5 jam sekali pembalut usahakan diganti. Sebaiknya pilih pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan dapat melekat dengan baik pada pakaian dalam

10) Meghindari penggunaan sabun atau cairan pembersih kewanitaan karena dapat mengganggu keseimbangan pH di vagina yang akan mematikan bakteri laktobasillus

(bakteri baik) dan bakteri pathogen (bakteri merugikan) akan tumbuh subur.

11) Tidak memakai sesuatu yang bisa mengiritasi organ genitalia eksterna seperti parfum, sabun berparfum, daodoran dan spray

2.2 Keputihan

2.2.1 Pengertian Keputihan

(5)

2.2.2 Faktor Penyebab Keputihan

Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang normal (fisiologis) dan abnormal (patologis). Beberapa ahli menjelaskan penyebab terjadinya keputihan sebagai berikut, yaitu :

a. Keputihan fisiologis

Menurut Sibagariang (2010) Penyebab keputihan fisiologis adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin, kemudian dijumpai pada waktu

menarche karena pengaruh estrogen.

Sedangkan menurut Manuaba (2009) penyebab lainnya adalah rangsangan birahi saat koitus yang menghasilkan sekret sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vulva. Keputihan normal juga dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 - 16 menstruasi. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan salah satu penyebab keputihan, ciri-cirinya adalah berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakit.

b. Keputihan Patologis

(6)

1) Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu candidiasis, vaginitis, vaginosis bacterialis dan trichomoniasis.

a. Candidiasis vaginalis

Guningham (2010) menyatakan bahwa infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida albicans atau disebut juga Candidosis vulvovaginitis. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Mansjoer (2009) bahwa sekitar 25 %wanita hamil ditemukan bakteri Candida albicans. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih keju seperti kepala susu/krim atau seperti susu yang pecah, tidak berbau atau berbau asam, pada dinding vagina biasanya dijumpai seperti gumpalan keju yang menempel disertai rasa gatal, kemerahan pada vulva

(pruritus vulva), bengkak, iritasi, dan rasa panas saat buang air kecil.

Jamur Candida albican menyerang sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali jika kebersihan organ genitalia tidak di jaga. Selain itu menurut Jones (2009) Candida albicans tumbuh lebih cepat jika lingkungan mengandung glukosa di tambah dengan lingkungan yang hangat dan basah. Pada 5 % wanita mengalami serangan berulang Candida vulvogaginitis.

b. Vaginitis

(7)

karena hubungan seksual. Menurut Mansjoer (2009) penyebab dari vaginitis

adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan seksual dan saat kencing pengeluaran cairan (bernanah), pada permukaan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.

c. Vaginosis Bacterialis

Penyebab ketiga keputihan adalah infeksi Gardnerella vaginalis, mobiluncus dan beberapa bacteroides yang termasuk flora normal dalam vagina yang melekat pada bagian dinding yang berinteraksi dengan bakteri anaerob

(Jones, 2009). Hampir sama dengan yang dikemukakan Guningham (2010)

Vaginosis bacterialis terjadi karena maldistribusi flora normal vagina disebabkan jumlah lactobacillus yang menurun dan spesies jumlah berlebihan bakteri anaerob.

Beberapa gejala yang khas dari Vaginosis bacterialis menurut Mansjoer (2009) seperti keputihan encer, dengan bau amis khas yang tajam terutama waktu berhubungan seksual dan berwarna abu-abu kotor, darah menstruasi berbau abnormal, dapat timbul rasa terbakar akibat iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan dan edema pada vulva dan jarang berbusa. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan vagina menjadi basa.

d. Trichomoniasis

(8)

kehijauan, berbau tidak enak dan berbusa, kecoklatan, biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, dinding vagina kemerahan dan sembab kadang-kadang terbentuk abses kecil, (strawberry appearance), nyeri saat kencing dan terkadang sakit pinggang.

Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Lain halnya menurut Owen (2005) meskipun biasanya juga ditularkan secara tidak langsung melalui handuk yang lembab, beberapa kasus pernah terjadi karena terinfeksi melalui air dari kolam renang. Waktu terjadinya infeksi yang paling umum adalah setelah menstruasi.

2). Adanya benda asing dan penyebab lain

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain) masuk melalui prosedur medis, saperti haid, abortus yang disengaja, pemasangan IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke

serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas (Livoti, 2006). 2.2.3 Dampak Keputihan Terhadap wanita

(9)

vulva terasa seperti terbakar yang menunjukkan gejala dari suatu infeksi organ genitalia seperti vulvitis, vaginitis, servisitis dan penyakit radang panggul (Pelvic Infiammantory Disease) (Manuaba, 1998).

2.2.4 Pencegahan Keputihan

Keputihan yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk menjaga kebersihan organ genitalia eksterna sebaiknya merawat dan menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar. Menurut Kusmiran (2011) dan Sibagariang (2010) Untuk mencegah terjadinya keputihan dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Selalu menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan menjaganya agar tetap bersih dan kering.

2. Mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari

3. Menggunakan air mengalir yang bersih untuk mencuci organ genitalia.

4. Mencukur atau merapikan rambut kemaluan untuk mencegah bakteri berkembang biak.

5. menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat.

6. Menggunakan celana dalam yang berbahan katun untuk menyerap keringat. 7. Hindari penggunaan celana ketat.

(10)

9. Membiasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.

10.Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina.

11.Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

12.Hindari penggunaan barang –barang yang memudahkan penularan bakteri dan jamur seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya kepada orang lain. 13.Membersihkan bak mandi, gayung dan perlengkapan mandi secara teratur untuk

mencegah perkembangbiakan bakteri dan jamur.

14.Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

(11)

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden . Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat di atas (Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2007), tahap pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkat, yaitu :

1. Tahu (Know)

Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (

(12)

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

3. Aplikasi ( Aplication )

Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain.

4. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

(13)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) bahwa pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 % – 100 % b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 % – 75 %

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 55 % (Machfoed, 2010) 2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu : 1. Usia

(14)

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.

3. Media Massa

Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam – macam media massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2005).

4. Sosial Budaya

Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan arah di dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya

5. Pendidikan.

(15)

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

6. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.4 Sikap

2.4.1. Pengertian Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) Sikap adalah suatu tingkatan afeksi yang baik yang bersifat positif maupun dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.

(16)

untuk bertindak , tetapi belum melakukan aktifitas yang disebabkan oleh penghayatan pada suatu objek (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungna untuk bertindak (trend to behave ) artinya sikap adalah merupakan komponen ynag mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

2.4.2 Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo (2012) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut :

1. Menerima(receiving) : Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding) : Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

(17)

menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung Jawab ( responsible) : Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.4.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap pada manusia, antara lain :

1. Pengalaman pribadi.

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan.

(18)

4. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

7. Umur dan Jenis Kelamin

Umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap respon pada suatu objek dan kesiapan dan kesediaan yang merupakan faktorpredisposisi terjadinya tindakan. Karena semakin bertambahnya umur seseorang bisa mengutarakan pendapat dan keyakinannya terhadap suatu objek.

8. Pola Asuh orang tua

(19)

individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih - benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.

2.5 Tindakan (Praktik)

2.5.1 Pengertian Tindakan (Practice)

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan tindakan adalah suatu sikap yang terwujud bila didukung oleh faktor pendukung seperti fasilitas antara lain adanya sarana dan prasarana juga dukungan (support) dari pihak lain.

2.5.2 Tingkatan Tindakan

Tindakan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan , yaitu : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

(20)

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan

Menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010) bahwa perilaku terbentuk dari tiga faktor, yaitu :

a.Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b.Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c.Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilkau masyarakat.

2.6 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, kerangka konsep menerangkan tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (fluor albus).

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Pada Mahasiswi Ekstensi Angkatan 2013

(21)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas dapat diambil hipotesis :

1. Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015.

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan leadership tergantung pada situasi dan lingkungan sekitar, sekaligus skill level, umur, dan maturity dari member grup tersebut.

Misalnya mereka yang berusia antara 13-15 tahun biasanya berada pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ,usia antara 16-18 tahun biasanya berada pada tingkat

Apa dasar kebutuhan dari pelatihan dan pengembangan pada suatu

Dimana kita bisa mendapatkan tempat mengembangkan bakat dan minat kita?, kemana kita harus berkonsultasi untuk keberhasilan perkembangan bakat dan minat kita, Siapa yang bisa

Mahasiswa memahami ruang lingkup, sistem, peran dan fungsi manajemen SDM dalam organisasi serta analisis berbagai kasus yang terjadi Mahasiswa mampu menganalisis

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2).. Kegiatan Pembelajaran

Warga Belajar yang LULUS dari Paket B untuk melanjutkan ke Paket C dengan rata-rata Nilai 7,0 dapat mengikuti KBM 4 semester tetapi masuk pada katagori Usia Dewasa,

Menetapkan objek observasi sesuai alat peraga/media Keterangan/hasil observasi terbuka:.. 3 Merancang