• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh persepsi risiko dan pengan terhadap niat untuk bertransaksi secara secara online dengan persepsi manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi sebagai variabel moderating

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh persepsi risiko dan pengan terhadap niat untuk bertransaksi secara secara online dengan persepsi manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi sebagai variabel moderating"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Niat Bertransaksi Secara Online

Satu hal penting dalam penelitian sistem informasi adalah bagaimana dan

mengapa individu menerima dan mengadopsi teknologi informasi baru. Pada

tingkatan individu, pemakaian informasi teknologi dipelajari dengan meneliti

peran niat sebagai peramal perilaku (Malhotra et al., 2004). Penelitian ini fokus

pada faktor penentu niat seperti sikap, dan pengaruh sosial. Penelitian ini

didasarkan pada model psikologi sosial seperti TRA (Ajzen 1991; Ajzen 2002)

dan faktor kemudahaan penggunaan dan kegunaan langsung TAM (Davis, 1989).

Niat, sebagai faktor penentu perilaku telah ditetapkan di dalam acuan

sistem informasi dan disiplin lain (Ajzen 1991; Taylor dan Todd, 1995). Model

penerimaan teknologi (TAM) sebagai adaptasi TRA menjadi populer di antara

peneliti sistem inormasi untuk menentukan antecedent pemakaian sistem melalui

kepercayaan tentang dua faktor: penggunaan, dan kemudahan suatu sistem

informasi (Davis, 1989). Awal penelitian yang mengadopsi e-commerce secara

luas menggunakan TAM (Gefen et al. 2003 dan Malhotra et al. 2004).

TPB merupakan pengembangan dari TRA. Inti dari TPB dan TRA,

adalah niat individu untuk melakukan perilaku tertentu. Dalam kedua teori

tersebut, sikap terhadap perilaku dan norma subyektif pada perilaku dinyatakan

(2)

dirasakan dalam mempengaruhi perilaku sebagai faktor tambahan yang

mempengaruhi niat konsumen untuk bertransaksi secara online.

Gambar 2.1 Model Theory of Planned Behavior, Azjen 1991

Menurut TRA, tindakan individu pada perilaku tertentu ditentukan oleh

niat individu tersebut untuk melakukan perilaku. Niat itu sendiri dipengaruhi

sikap terhadap perilaku, norma subyektif yang mempengaruhi perilaku, dan

kontrol keperilakuan yang dirasakan. Menurut Azjen (1991), sikap terhadap

perilaku merupakan evaluasi positif atau negatif dalam melakukan perilaku. Sikap

terhadap perilaku menunjukkan tingkatan seseorang mempunyai evaluasi yang

baik atau yang kurang baik tentang perilaku tertentu. Norma subyektif

menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan, sedangkan kontrol keperilakuan yang dirasakan

menun-jukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan dianggap

sebagai cerminan pengalaman masa lalu disamping halangan atau hambatan yang

terantisipasi.TRA juga telah digunakan pada banyak penelitian tentang sistem

informasi, kebanyakan digunakan sebagai dasar dalam penelitian mengenai

(3)

2.1.2 Internet dan E-commerce

Internet adalah suatu jaringan internasional dari berbagai jaringan yang

menghubungkan puluhan juta penduduk pada lebih dari 100 negara sehingga

merupakan lalu-lintas informasi yang luar biasa di bumi. Pada mulanya internet

digunakan secara eksklusif oleh para ilmuwan dan tidak dibuka untuk publik sejak

tahun 1969. Internet mulai terbuka untuk kepentingan di luar ilmuwan semenjak

jaringan Departemen Pertahanan Amerika Serikat menghubungkan diri dengan

para ilmuwan dan profesor di berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia.Internet

tidak dimiliki oleh siapapun, dan secara formal internet tidak memiliki organisasi

dan manajemen, tidak ada sentralisasi dan pengelolaan formal. Hal ini memang

sudah direncanakan oleh Departemen Pertahanan AS agar tidak rentan terhadap

perang atau serangan teroris.

Kemampuan yang menonjol dari internet adalah kemampuannya untuk

menghubungkan berbagai pihak di berbagai lokasi di seluruh dunia. Menurut

Suyanto (2003), berikut adalah fungsi internet dari berbagai aspek:

1. Aspek komunikasi: kemampuan memberikan fasilitas kepada penggunananya

untuk melakukan komunikasi dengan pihak lain di berbagai penjuru dunia.

Contoh melalui fasilitas surat elektronik/electronic mail (e-mail) dan fasilitas

mengobrol (chatting).

2. Aspek penyedia informasi: menghubungkan dengan ratusan katalog

perusahaan, sehingga penggunaannya dapat meneliti ribuan database yang

terbuka untuk umum.

3. Aspek fasilitas promosi: sebagai wahana penawaran dan pemasaran produk.

(4)

Fungsi promosi inilah yang melahirkan e-commerce. Perdagangan

elektronik atau e-dagang (bahasa Inggris: Electronic commerce, juga e-commerce)

adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui

sistem elektronik seperti internet atau televisi, atau jaringan komputer lainnya.

E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik,

sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data

otomatis.Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-dagang ini sebagai

aplikasi dan penerapan dari e-bisnis (e-business) yang berkaitan dengan transaksi

komersial, seperti: transfer dana secara elektronik, SCM (supply chain

management), e-pemasaran (e-marketing), atau pemasaran online (online

marketing), pemrosesan transaksi online (online transaction processing),

pertukaran data elektronik (electronic data interchange /EDI), dan lain-lain.

E-dagang atau e-commerce merupakan bagian dari e-business, di mana

cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup

juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan, dan

lain-lain. Selain teknologi jaringan www, e-dagang juga memerlukan teknologi

basisdata atau pangkalan data (databases), e-surat atau surat elektronik (e-mail),

dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya sistem pengiriman

barang, dan alat pembayaran untuk e-dagang ini.

E-dagang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama

kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu

halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik

menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan

(5)

non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar

US pada tahun 2011 (www.id.wikipedia.org).

Istilah "perdagangan elektronik" telah berubah sejalan dengan waktu.

Awalnya, perdagangan elektronik berarti pemanfaatan transaksi komersial, seperti

penggunaan EDI untuk mengirim dokumen komersial seperti pesanan pembelian

atau invoice secara elektronik.Kemudian dia berkembang menjadi suatu aktivitas

yang mempunya istilah yang lebih tepat "perdagangan web" — pembelian barang

dan jasa melalui World Wide Web melalui server aman (HTTPS), protokol server

khusus yang menggunakan enkripsi untuk merahasiakan data penting pelanggan.

Pada awalnya ketika web mulai terkenal di masyarakat pada 1994, banyak

jurnalis memperkirakan bahwa e-commerceakan menjadi sebuah sektor ekonomi

baru. Namun, baru sekitar empat tahun kemudian protokol aman seperti HTTPS

memasuki tahap matang dan banyak digunakan.Antara 1998 dan 2000 banyak

bisnis di AS dan Eropa mengembangkan situs web perdagangan ini.

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak

hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen

yang handal, pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur

organisasi bisnis yang baik, jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web

yang bagus. Dalam situs Wikipedia juga dijelaskan beberapa manfaaat dan

keuntungan dalam bisnis e-commerce yaitu:

1. Menyediakan harga kompetitif.

2. Menyediakan jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah.

3. Menyediakan informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas.

(6)

5. Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian.

6. Menyediakan rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan, dan

lain-lain.

7. Mempermudah kegiatan perdagangan.

Terlepas dari berbagai keuntungan dan manfaat, terdapat beberapa

masalah e-commerce:

1. Penipuan dengan carapencurian identitas dan membohongi pelanggan.

2. Hukum yang kurang berkembang dalam bidang e-commerce ini.

Beberapa aplikasi umum yang berhubungan dengan e-commerce adalah:

1. E-mail dan Messaging

2. Content Management Systems

3. Dokumen, spreadsheet, database

4. Akuntansi dan sistem keuangan

5. Informasi pengiriman dan pemesanan

6. Pelaporan informasi dari klien dan enterprise

7. Sistem pembayaran domestik dan internasional

8. Newsgroup

9. On-line Shopping

10. Conferencing

11. Online Banking/internet Banking

12. Produk Digital/Non Digital

E-commerce di dalam penelitian ini digambarkan sebagai

hubungan pertukaran secara online antar konsumen dan toko online, atau web

(7)

yaitu membeli barang atau jasa secaraonline, demikian memanfaatkan Business to

Consumer (B2C) model e-commerce.

2.1.3 Persepsi Risiko dan Pengalaman Menggunakan Internet

Persepsi risiko dibentuk oleh privasi, keamanan, dan kepercayaan

(Nugroho, 2009). Persepsi risiko dipandang sebagai ketidakpastian dihubungkan

dengan hasil dari suatu keputusan (Sitkin dan Pablo 1992). Dalam literatur

e-commerce, ada dua kategori risiko yaitu: risiko transaksi dan risiko produk

(Chang et al., 2005). Risiko produk mengacu pada ketidakpastian pembelian akan

memenuhi penerimaan pengukuran dalam hasil atau tujuan pembelian. Risiko

transaksi adalah ketidakpastian sesuatu yang tak terduga dan kurang baik

sepanjang proses transaksi.

Risiko transaksi termasuk pembuktian, privasi, keamanan. Risiko transaksi

mengacu pada ketidak pastian identitas pembuktian penjual tidak diungkapkan.

Risiko privasi mengacu pada kemungkinan pencurian informasi pribadi (Pavlou

2003). Orang dapat dipercaya setia berhubungan dengan keselamatan data yang

dipancarkan internet (Chang Et al. 2005).

Pengembangan hubungan yang tetap pada internet dipengaruhi dari

berbagai sektor. Bagaimanapun pengaruh ini tidak menterjemakan ke dalam

angka penjualan yang lebih tinggi melalui internet. Jelas bahwa dengan transaksi

online konsumen tidak berinteraksi dengan fisik toko online, oleh karena itu

konsumen tidak mampu untuk mengevaluasi secara efektif produk yang

ditawarkan, atau untuk memerikasa identitas penjual. Pembayaran biasanya

(8)

data keuangan dapat digunakan dengan curang atau produk tidak sesuai dengan

yang dipesan. Untuk itu perlu ditambahkan dalam pembuatan keluhan/komplain

perusahaan yang tidak mempunyai fisik toko atau kantor pusat didalam negeri

atau di luar negeri.

Informasi privasi mengacu pada individu, kelompok, atau institusi untuk

menentukan diri mereka sendiri dan bagaimana tentang luasnya informasi tentang

apa yang dikomunikasikan pada orang lain (Malhotra.,et al 2004). Perhatian

informasi privasi mengacu pada suatu pandangan hubungan individu dalam

konteks informasi privasi. Privasi dipengaruhi oleh kondisi ekternal seperti

industri, budaya, dan hukum. Bagaimana pun, suatu persepsi individu kondisi

eksternal juga berbeda menurut karakteristik pribadi dan pengalaman masa lalu.

Oleh karena itu orang sering berbeda pendapat mengenai toko online dan

penggunaan informasi pribadi mereka.

Konsep privasi dengan sendirinya tidak baru, biasanya digambarkan

sebagai suatu kemampuan individu untuk mengendalikan informasi pribadi yang

diperoleh. Terkait dengan privasi mempengaruhi aspek seperti distribusi atau

non-authorizet pengguna informasi pribadi (Wang et al., 1998). Pertumbuhan

teknologi baru untuk mengolah kompleksitas informasi. Sebagai konsekuensi

kecurigaan konsumen terus meningkat mengenai data pribadi mereka. Privasi

secara instrumen bernilai sebab diperlukan pengembangan hubungan kepercayaan

dan kedekatan pada waktu yang sama, (Anil Gurung, 2006). Privasi diuji atas

dasar kebenaran informasi. Privasi telah lama didefinisikan sebagai kebenaran

seseorang untuk menjadi dirinya sendiri untuk mengendalikan aliran dan

(9)

Kejahatan dalam media internet berjumlah sangat besar serta memiliki

bentuk yang beragam karena beberapa alasan. Pertama, identitas individu, atau

organisasi dalam dunia internet mudah untuk dipalsukan, tetapi sulit dibuktikan

secara hukum (Jarvenpaa et al., 1999). Kedua tidak membutuhkan sumber daya

ekonomi yang besar untuk melakukan kejahatan dalam internet. Ketiga internet

menyediakan akses yang luas pada pengguna yang potensial menjadi korban.

Keempat kejahatan dalam internet, identitas pelaku tidak dikenal dan secara

yuridis sulit mengejar pelaku. Rasa aman mungkin menggambarkan subyektif

sebagai kemungkinan konsumen percaya bahwa informasi pribadi mereka (privat

dan moneter) akan tidak dapat dilihat, dan berpindah tanpa persetujuan.

Kegiatan dalam e-commerce disamping memberikan keuntungan dalam

bertransaksi secara online, disisi lain mengandung beberapa risiko diantaranya

adalah, gangguan website yang diakibatkan oleh para hacker. Hacker

memungkinkan untuk masuk, mengacak-acak dan sekaligus menjarah apa yang

dirasakan menguntungan mereka. Aktivitas para hacker ini sebenarnya tidak jauh

berbeda dengan pencuri yang mengacak-acak dan mengambil barang milik kita.

Dalam hal ini sangat penting diperlukan sistem keamanan yang mampu

melindungi website dari gangguan para hacker. Masalah keamanan menjadi

masalah yang cukup menentukan bagi para pengusaha e-commerce. Beberapa hal

yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan sistem keamanan dari gangguan

pelaku kejahatan yang ingin mengacaukan website adalah:

1. Membuat sistem cadangan yang selalu diaktifkan, jika sistem utama

(10)

2. Melakukan backup data pribadi, atau data kartu kredit, karena terkait dengan

kepercayaan pelanggan sebagai basis utama yang mengkonsumsi layanan

elektronik.

Kepercayaan sering diartikan sebagai kesediaan individu untuk

menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan risiko tertentu. Kesediaan ini

muncul karena adanya pemahaman individu tentang pihak lain yang didasarkan

pada masa lalunya, adanya harapan pihak lain akan memberikan sumbangan yang

positif (walaupun ada juga kemungkinan pihak lain memberikan sumbangan yang

negatif). Literatur kepercayaan diidentifikasi dari berbagai dimensi. Dari dimensi

ini rasa kejujuran (kredibilitas) mengindikasikan kepastian konsumen dalam

bisnis, ketulusan, kenyataan, dan janji. Gefen (2003) mendefinisikan kepercayaan

sebagai kesediaan untuk membuat dirinya peka kedalam tindakan yang diambil

oleh pihak yang dipercaya yang didasarkan pada keyakinan. Kepercayaan suatu

multidimensi yang kompleks dan spesifik. Sebagai tambahan manfaat untuk bisnis

secara umum, kepercayaan telah ditunjukan untuk mempunyai arti penting.

Sebagai contoh kepercayaan adalah stau faktor kritis dalam stimulant transaksi

secara online.

Kepercayaan muncul hanya ketika mereka yang terlibat “dipastikan oleh

pihak lainnya, mau dan bisa memberikan kewajibannya". Banyak konsumen tidak

cukup mempercayai situs yang ada, untuk memberikan informasi pribadi mereka,

dalam rangka melakukan transaksi (Hoffman et al., 1999). Kepercayaan telah

digambarkan sebagai suatu tindakan kognitif (misalnya, bentuk pendapat atau

prediksi bahwa sesuatu akan terjadi atau orang akan berperilaku dalam cara

(11)

pilihan atau keinginan). Mereka yang setuju bahwa termasuk kognifit, tidak setuju

jika kepercayaan adalah perhitungan rasional berbasis bukti yang tersedia, atau

praktek/perilaku di luar alasan bersama-sama. Banyak definisi yang ternyata tidak

akurat. Kepercayaan jelas tidak hanya kepercayaan dimana suatu pihak memiliki

keyakinan (walaupun setiap kepercayaan mungkin memiliki elemen kepercayaan

seperti halnya kecenderungan orang untuk menempatkan tingkat keyakinan yang

tinggi pada kepercayaannya).

Peranan pengalaman juga telah diteliti dalam literatur sistem informasi

dalam bidang penerimaan pengguna, the theory reasoned action dan theory of

planned behavior telah diterapkan dalam pengembangan model penerimaan

teknologi (TAM) Davis (1989). Szanja (1996) menyarankan bahwa bidang

penelitian penting di masa datang tentang TAM adalah "menentukan nilai dan

status komponen pengalaman. Venkatesh dan Davis (1996), dalam

pengembangan TAM yang memfokuskan pada variabel awal dari kemudahan

penggunaan, secara teoritis menyatakan bahwa pengalaman langsung dengan

perangkat lunak menjadi perantara dalam hubungan langsung antara tujuan

penggunaan dan kemudahan penggunaan. Tujuan penggunaan dari suatu sistem

adalah ukuran tentang bagaimana mudahnya sistem tersebut digunakan,

diturunkan dengan membandingkan apa yang diperlukan agar seorang ahli

menyelesaikan suatu tugas dengan menggunakan sistem dengan apa yang

diperlukan oleh orang awam untuk menyelesaikan tugas yang sama dengan

menggunakan sistem yang sama. Venkatesh dan Davis (1996) memperkirakan

bahwa tujuan penggunaan akan menjadi peramal dari kemudahan penggunaan,

(12)

perangkat lunak. Mereka menemukan dukungan bagi ramalan mereka.

Pengalaman langsung dioperasionalkan dalam percobaan mereka dalam

pelatihan untuk suatu paket perangkat lunak. Dalam penelitian terbaru,

antecedent dari kemudahan penggunaan dalam TAM. Venkatesh (2000)

menemukan bahwa pengalamantidak memerankan peranan sebanyak

peranannya seperti yang diharapkan dalam menjelaskan varian dalam

kemudahan penggunaan. Kepercayaan pada general system independent tentang

komputer lebih menjadi peramal yang lebih kuat dari kemudahan penggunaan

dari pada pengalaman, selama tiga periode.

Taylor dan Todd (1995) menyelidiki perbedaan antara mahasiswa yang

berpengalaman dan tidak berpengalaman dari sebuah pusat komputer. Mereka

menemukan hubungan yang lebih kuat antara perilaku niat dan perilaku aktual

bagi pemakai yang berpengalaman, dibanding pemakai yang tidak

berpengalaman. Mereka juga menemukan bahwa niat dari pemakai yang tidak

berpengalaman lebih mudah diramalkan oleh variabel awal dari pada kasus

untuk pemakai yang berpengalaman.

Pengguna internet yang berpengalaman, waktu yang mereka habiskan

untuk online lebih banyak karena keahlian yang mereka peroleh melalui

pengalaman, seharusnya yakin bahwa internet lebih bisa dipercaya dari pada

mereka yang kurang berpengalaman. Pengguna berpengalaman seharusnya telah

belajar bagaimana menghindari perilaku yang tidak dapat dipercaya dan

bagaimana menggunakan situs dengan lebih aman, seperti halnya warga kota

(13)

dihindari. Intinya adalah bahwa kepercayaan muncul dengan tingkat pengetahuan

tertentu, dimana pengetahuan diperoleh dari pengalaman.

2.1.4 Persepsi Manfaat (Perceived Usefulness) dan Persepsi Kemudahan Penggunaan Teknologi (Perceived Ease of Use)

Persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan teknologi adalah

dua sisi dari TAM. TAM merupakan adaptasi dari TRA yang secara khusus telah

disesuaikan dengan model penerimaan sistem informasi oleh pengguna/user

(Davis et. al., 1989). TAM dikembangkan oleh Fred Davis dan Richard Bagozzi.

Dengan tujuan untuk memberikan penjelasan faktor yang menentukan penerimaan

komputer secara umum, dan mampu menjelaskan sikap user dalam jangkauan

yang sangat luas mencakup populasi dari end user terhadap teknologi

komputerisasi dan manfaatnya.

Dari banyaknya jumlah studi yang telah dilakukan menggunakan sejumlah

model penelitian, TAM merupakan salah satu model penelitian yang paling

banyak digunakan. Sejumlah studi telah dilaksanakan berdasarkan TAM (Davis,

1989) pada berbagai konteks organisasi yang berbeda. Dengan perkembangan

internet, maka TAM juga telah digunakan untuk studi penggunaan teknologi

internet (Pavlou, 2003), terutama ditujukan pada individu untuk melakukan

pembelian secara online melalui internet. Selain itu, TAM juga merupakan model

penelitian yang paling efektif dan secara luas digunakan. Berikut ini adalah

(14)

Gambar 2.2 Model TAM, Davis et. al. 1989

Untuk lebih jelasnya dalam model TAM, perceived usefulness dan

perceived ease of use mempengaruhi attitudes toward using. Perceived usefulness

dan attitudes toward using mempengaruhi behavioral intention to use. Behavioral

intention to use mempengaruhi actual system use. External variables

mempengaruhi behavioral intention to use melalui perceived usefulness dan

perceived ease of use. Perceived ease of use mempengaruhi perceived usefulness

dan attitudes toward using.

Perceived usefulness didefinisikan oleh Davis et al (1989) sebagai suatu

tingkat dimana seseorang percaya bahwa penggunaan sistem secara khusus akan

meningkatkan kinerjanya. Sedangkan perceived ease of use didefinisikan sebagai

suatu tingkat dimana seseorang percaya bahwa penggunaan sistem secara khusus

akan mengarah pada suatu usaha.

2.2 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian ini.

1. Penelitian Doolin, dkk (2005) berjudul ”Perceived Risk, the Internet Shopping

(15)

Objek penelitian ini diambil dari pengguna internet di New Zealand. Variabel

independen yang digunakan adalah persepsi risiko, persepsi manfaat, kerugian

interaksi sosial, jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, pengalaman

penggunaan internet, dan pengalaman penggunaan jaringan pemasaran.

Variabel dependen yang digunakan adalah perilaku transaksi online. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa umur dan jenis kelamin berkorelasi negatif,

dengan responden pria yang lebih tua dari responden wanita. Usia berkorelasi

negatif dengan pengalaman menggunakan internet dan berkorelasi positif

dengan persepsi risiko, dengan menyatakan bahwa responden yang lebih tua

menggunakan internet untuk waktu yang lebih sedikit dan lebih mungkin

untuk menghindari risiko dalam berbelanja melalui media ini. Korelasi antara

jenis kelamin dan pendapatan, pengalaman internet, dan pengalaman belanja

secara langsung memberi kesan bahwa pengalaman belanja responden pria

cenderung untuk menjadi pengguna internet lagi dan untuk punya lebih

banyak daya beli, sedangkan para responden wanita lebih mungkin untuk

memiliki belanja menggunakan saluran pemasaran langsung lain. Para

responden wanita juga lebih mementingkan persepsi risiko, persepsi manfaat,

dan hilangnya interaksi sosial dalam berbelanja online. Hasilnya juga

menjelaskan bahwa semakin tingginya tingkat pendidikan, pendapatan, dan

pengalaman internet, semakin tinggi juga kepentingan atas persepsi risiko dan

hilangnya interaksi sosial di belanja online. Di New Zealand tampaknya

konsumen yang nilai interaksi sosial-nya tinggi akan lebih sedikit

(16)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nazar dan Syahran (2008) berjudul ” Pengaruh

Privasi, Keamanan, Kepercayaan, dan Pengalaman Terhadap Niat Untuk

Bertransaksi Secara Online”. Objek penelitian ini diambil dari mahasiswa

jurusan sistem informasi pengguna internet di Kota Yogyakarta. Variabel

independen yang digunakan adalah privasi, keamanan, kepercayaan, persepsi

risiko, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, niat, dan pengalaman.

Sedangkan variabel dependennya adalah niat bertransaksi secara online. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara

kepercayaan terhadap sikap dan antara kepercayaan terhadap persepsi risiko;

terdapat pengaruh yang signifikan antara keamanan terhadap persepsi risiko,

antara privasi terhadap persepsi risiko, antara sikap terhadap niat untuk

bertransaksi secara online, antara persepsi risiko terhadap niat untuk

bertransaksi secara online; terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara

persepsi risiko terhadap sikap; terdapat hubungan pengalaman menggunakan

internet terhadap niat untuk bertransaksi secara online; tidak terdapat

hubungan antara norma subjektif terhadap niat untuk bertransaksi secara

online; dan terdapat pengaruh yang positif antara kontrol prilaku terhadap niat

untuk bertransaksi secara online. Sifat dari penelitian Rafki dan Syahran ini

adalah berdasarkan unsur dalam theory planned behavior (TPB) seperti yang

diusulkan oleh Ajzen (1991) dan tidak melibatkan perceived usefulness dan

perceived ease to use sebagai unsur yang dikembangkan dalam technology

acceptance model (TAM), dimana TAM sendiri adalah model yang

(17)

3. Penelitian Nazar (2008) berjudul ”Cognitive VS Personality Terhadap Niat

Penggunaan Teknologi (Internet)”. Objek penelitiannya adalah mahasiswa S-1

dan S-2 Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada menggunakan kuesioner.

Variabel dependennya adalah niat penggunaan teknologi internet. Variabel

independen yang digunakan adalah perceived usefulnees dan perceived ease of

use, kecemasan komputer, perasaan, kepercayaan, dan niat. Hasil penelitian

menunjukkan perceived usefulnees dan perceived ease of use pengaruh positif

signifikan pada niat untuk menggunakan internet, kecemasan komputer

memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada niat untuk menggunakan

internet, perasaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada niat

untuk menggunakan internet, dan kepercayaan memiliki pengaruh yang positif

dan signifikan pada niat untuk menggunakan internet, serta faktor kognitif

memiliki lebih banyak pengaruh terhadap niat untuk menggunakan internet

daripada kepribadian.

4. Penelitian yang dilakukan Gandis Ayuningtiyas dan Lutfi Harris (2012)

berjudul “Structural Assurance, Kepercayaan pada Sistem E-Commerce dan

Niat Bertransaksi Secara Online”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk bertransaksi secara online dengan

menggunakan model The Theory Planned Behavior (TPB). Penelitian ini

dilakukan di Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini memperoleh respon

sebanyak 264 orang mahasiswa Universitas Brawijaya yang belum pernah

melakukan transaksi secara online. Teknik yang dipakai untuk menguji data

penelitian adalah regresi linier berganda. Variabel yang digunakan dalam

(18)

untuk model ini menunjukkan bahwa secara simultan, variabel structural

assurance dan kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap niat untuk

bertransaksi secara online. Demikian juga secara parsial menunjukkan bahwa

variabel structural assurance dan kepercayaan berpengaruh secara signifikan

terhadap niat untuk bertransaksi secara online. Implikasi dari penelitian ini

relevan bagi sektor bisnis online untuk memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi niat untuk bertransaksi secara online.

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1 Doolin, Dillon, Thompson, dan Corner (2005)

Perceived Risk, the Internet Shopping Experience and Online Purchasing Behavior: A New Zealand Perspective Variabel dependen: Niat bertransaksi online Variabel independen: persepsi risiko, persepsi manfaat, kerugian interaksi sosial, jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, pengalaman penggunaan internet, dan pengalaman penggunaan jaringan pemasaran

Semakin tingginya tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengalaman internet, semakin tinggi juga kepentingan atas persepsi risiko dan hilangnya interaksi sosial di belanja

online. 2 Nazar dan Syahran (2008) Pengaruh Privasi, Keamanan, Kepercayaan, dan Pengalaman Terhadap Niat Untuk Bertransaksi Secara Online

Variabel dependen: Niat bertransaksi secara online

Variabel independen: Privasi, keamanan, kepercayaan, persepsi risiko, sikap, norma subjektif, kontrol

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap dan persepsi risiko terhadap niat bertransaksi secara online, dan hubungan positif antara kontrol prilaku terhadap niat bertransaksi secaraonline.

2. Terdapat hubungan antara pengalaman

(19)

perilaku, niat, dan pengalaman

secara online.

3. Tidak terdapat hubungan antara norma subjektif terhadap niat untuk bertransaksi secara

online.

3 Nazar (2008)

Cognitive VS Personality Terhadap Niat Penggunaan Teknologi (Internet) Variabel dependen: Niat penggunaan teknologi internet Variabel independen: Kegunaan persepsian (perceived usefulnees), kemudahan penggunaan persepsian

(perceived ease of

use), kecemasan computer, perasaan, kepercayaan, dan niat.

1. Kegunaan persepsian

(perceived of usefulness

atau PU), kemudahan penggunaan persepsian

(perceived ease of use

atau PE), perasaan (affect

atau AF), dan

Kepercayaan (truts atau TR) berhubungan positif terhadap (intention to use

atau ITU).

2. Kecemasan komputer

(computer anxiety atau

CA) berhubungan negatif terhadap niat atau

intention to use atau ITU.

4 Ayuningtiyas dan Harris (2012) Structural Assurance, Kepercayaan pada Sistem E-Commerce

dan Niat Bertransaksi Secara Online Variabel dependen: Niat bertransaksi secara online

Variabel independen:

Structural

Assurance dan

kepercayaan

Secara parsial dan simultan maka structural

Assurance dan

kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap niat bertransaksi secara

online.

BAB III

(20)

Kerangka konsep untuk menggambarkan pengaruh persepsi risiko dan

pengalaman terhadap niat untuk bertransaksi secara secara online dengan persepsi

manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi sebagai variabel moderating dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen serta variabel moderating. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah niat bertransaksi secara online (Y). Sedangkan variabel

independen terdiri dari persepsi risiko (X1) dan pengalaman (X2). Persepsi

manfaat (X3) dan persepsi kemudahan penggunaan teknologi (X4) sebagai

variabel moderating.

Niat bertransaksi secara online mungkin saja berbeda antar individu. Hal

ini tentu dipengaruhi faktor eksternal dan juga faktor internal. Faktor eksternal

dalam penelitian ini diangkat sebagai variabel bebas yaitu keamanan dan faktor

yang menciptakan persepsi risiko: privasi, keamanan, dan kepercayaan. Semua Privasi

Keamanan

Kepercayaan

Pengalaman Persepsi

Risiko

Niat Bertransaksi secara online Persepsi

Manfaat

(21)

variabel tersebut adalah faktor-faktor yang sudah terbukti memiliki pengaruh

terhadap niat yang menentukan perilaku transaksi. Untuk faktor internal yang

dibahas dalam penelitian yaitu persepsi manfaat dan kemudahan penggunaan

teknologi yang adalah faktor dalam penelitian TAM.

Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dan

variabel moderating dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Hubungan antara persepsi risiko dengan niat bertransaksi secara online

Persepsi risiko didefinisikan sebagai persepsi konsumen atas ketidakpastian dan

konsekuensi yang akan dihadapi setelah melakukan aktifitas tertentu. Bila

diadaptasikan dengan konteks penelitian persepsi risiko adalah persepsi pengguna

internet sebagai individu terhadap ketidakpastian dan konsekuensi yang dihadapi saat

menggunakan transaksi online, karenapenggunaantransaksionlinetidakterlepasdari

risiko. Risiko yang dapat dihadapi oleh pengguna transaksi online adalah risiko

keamanan bertransaksi dan kepastian terhadap barang yang dipesannya. Persepsi

terhadap risiko diprediksikan berpengaruh negatif terhadap niat individu untuk

bertransaksi secara online. Menurut Pavlou (2003), bila persepsi risiko semakin

besar, maka niat untuk bertransaksi online akan berkurang. Persep sirisiko sendiri

dipengaruhi oleh privasi, keamanan, dan kepercayaan. Secara umum privasi

mengacu pada perlindungan informasi pribadi yang merupakan hak individu

untuk menjadikan dirinya sendiri dengan mempertimbangkan beberapa

dimensi privasi seperti, prilaku, komunikasi, dan data pribadi. Dalam internet,

privasi mempengaruhi aspek seperti distribusi, atau penggunaan non-autorised

informasi pribadi (Wang et al., 1998). Kapasitas pertumbuhan teknologi baru

untuk mengolah informasi, plus kompleksitas menjadikan privasi isu penting.

(22)

pribadi dikumpulkan dan diproses dalam transaksi online. Untuk mengurangi

kecurigaan konsumen mengenai penanganan data pribadi, keamanan sistem

sangat penting dalam menjamin kemanan data pribadi. Suatu penelitian oleh

Hoffman et al., (1999) telah menguji hubungan keamanan, persepsi risiko dan

niat bertransaksi secara online. Dalam banyak kasus, keamanan telah

dimasukkan sebagai bagian dari privasi. Dimensi dalam informasi pribadi

adalah kesalahan pengumpulan data, penggunaan tidak sah dan akses yang

tidak pantas. Tiga dimensi yang dikenal sebagai kontrol lingkungan, yang

berhubungan erat pada keamanan. Studi empiris sangat terbatas pada

keamanan. Keamanan sistem dihubungkan dengan tingkat tarif dari produk

online yang dibeli oleh konsumen. Menurut kerangka kerja risiko, konsumen

memutuskan untuk membeli suatu produk di bawah derajat tingkat

ketidakpastian tentang toko online. Untuk mengurangi persepsi risiko

konsumen bertindak untuk mengasumsikan risiko yang dirasa, dengan

mempercayakan atas seseorang atau gagasan dari pihak ketiga. Sebagai

contoh, suatu konsumen mungkin bersandar pada gambaran merek dari suatu

produk atau pada pendapat dari orang yang ahli. Persepsi risiko digunakan

sebagai suatu pengganti risiko karena sukar untuk menangkap risiko sebagai

suatu sasaran yang pasti. Persepsi risiko digambarkan sebagai kemungkinan

hubungan suatu kerugian dalam pengejaran suatu hasil yang diinginkan.

Malhotra et al., (2004), menetapkan literatur risiko kepercayaan menjadi ciri

pribadi mempengaruhi kepercayaan dan persepsi risiko. Jika konsumen terlalu

(23)

suatu online vendor, atau risiko yang dirasa dalam pembelian dari online

vendor.

b. Hubungan antara pengalaman menggunakan internet dengan niat bertransaksi

secara online

Venkatesh dan Davis (1996), dalam pengembangan TAM yang

memfokuskan pada variabel awal dari kemudahan penggunaan, secara

teoritis menyatakan bahwa pengalaman langsung dengan perangkat lunak

menjadi perantara dalam hubungan langsung antara tujuan penggunaan dan

kemudahan penggunaan. Dalam penelitian terbaru, antecedent dari

kemudahan penggunaan dalam TAM, Venkatesh (2000) menemukan bahwa

pengalaman tidak memerankan peranan sebanyak peranannya seperti yang

diharapkan dalam menjelaskan varian dalam kemudahan penggunaan disadari.

Kepercayaan pada general system independent tentang komputer lebih

menjadi peramal yang lebih kuat dari kemudahan penggunaan disadari dari

pada pengalaman, selama tiga periode. Dengan menggunakan the theory

planned behavior, Taylor dan Todd (1995) menyelidiki perbedaan antara

mahasiswa yang berpengalaman dan tidak berpengalaman dari sebuah pusat

studi komputer. Mereka menemukan hubungan yang lebih kuat antara perilaku

niatdan perilaku aktual bagi pemakai yang berpengalaman, dibanding pemakai

yang tidak berpengalaman. Mereka juga menemukan bahwa niat dari pemakai

yang tidak berpengalaman lebih mudah diramalkan oleh variabel awal dari

pada kasus untuk pemakai yang berpengalaman.

(24)

Menurut penelitian Davis, et al (1989) maka perceived usefulness (persepsi

manfaat) dan perceived ease of use (persepsi kemudahan) mempengaruhi niat

menggunakan suatu teknologi. Ini dapat dilihat dari 72 studi hasil

penelitiannya, 71 studi memperoleh hasil bahwa perceived usefulness

mempunyai hubungan yang signifikan dengan niat menggunakan suatu

teknologi. Menurut Davis, et al (1989) seseorang cenderung menggunakan

sebuah sistem apabila mereka percaya bahwa sistem akan membantu dalam

mencapai kinerja yang diinginkan. Meskipun demikian, kepercayaan terhadap

manfaat sistem tidak akan membantu dalam pemanfaatan apabila mereka

meyakinan bahwa sistem sulit digunakan sehingga usaha ekstra yang

dikeluarkan untuk mencapai kinerja tidak sepadan dengan hasil yang dicapai.

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah digambarkan dan dijelaskan

sebelumnya, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Persepsi risiko dan pengalaman seseorang menggunakan internet berpengaruh

secara parsial dan simultan terhadap niat bertransaksi secara online.

2. Persepsi manfaat penggunaan teknologi dapat memperkuat atau memperlemah

hubungan antara persepsi risiko dan pengalaman dengan niat bertransaksi

online.

3. Persepsi kemudahan penggunaan teknologi dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan antara persepsi risiko dan pengalaman dengan niat

Gambar

Gambar 2.1 Model Theory of Planned Behavior,   Azjen 1991
Gambar 2.2 Model TAM, Davis et. al. 1989
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil dari penggunaan uji tersebut didapatkan hasil p = 0,950 ( p > 0,05) pada uji yang dilakukan terhadap S1C dan S2C, dari hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak

Tidak heran, jika harga jual kembali sepeda motor Honda tetap tinggi.dan juga memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang kebutuhan para pemakai sepeda motor di Indonesia,

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan serat dengan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Wanita

Hasil yang didapat dari perhitungan luas zona hambat yang terbentuk dari dekok daun sirih hijau ( Piper betle L.) terhadap bakteri Streptococcus agalactiae

[r]

memiliki konsep emosi “Mewah”, “Modern”, “Futuristik” , dan “Kreatif”. Tetapi untuk mempertajam jumlah emosi maka yang digunakan adalah nilai yang memiliki

misranmisran nurhaidanurhaida mirza anggaramirza anggara mika aridamika arida misda

Uji Daya Tanaman Padi ( Oryza sativa L.) dalam Sistem Legowo dengan Metode SRI (The System if Rice Intensification).. Skripsi Fakultas Pertanian