• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Posisi Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional )"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Deskripsi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

2.1 Gambaran Umum tentang ASEAN

ASEAN merupakan suatu kerjasama regional yang beranggotakan negara

– negara di kawasan Asia Tenggara yang telah berdiri sejak 8 Agustus 1967.

ASEAN dibentuk secara sah setelah ditandanginya Deklarasi Bangkok ( deklarasi

yang diadakan di Bangkok ) oleh 5 negara pendiri, adapun 5 negara beserta

perwakilannya tersebut ialah:15

a. Adam Malik ( Menteri Luar Negeri Indonesia )

b. Tun Abdul Razak ( Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar

Negeri Malaysia )

c. Narsisco Ramos ( Menteri Luar Negeri Fillipina )

d. S. Rajaratnam ( Menteri Luar Negeri Singapura )

e. Thanat Khoman ( Menteri Luar Negeri Thailand )

Setelah 5 negara tersebut mengukuhkan dirinya dalam suatu wadah ASEAN, tak

lama setelahnya negara – negara di Asia Tenggara yang belum menjadi anggota

15

(2)

pun ikut bergabung. Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja

menggenapkan jumlah anggota ASEAN menjadi 10 negara.

ASEAN berdiri dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang sangat

mendasar, yakni Perang Dingin dan adanya konflik internal di kawasan Asia

tenggara.

Pada era perang dingin kawasan Asia Tenggara telah menjadi ajang persaingan ideologi antarkepentingan kekuatan-kekuatan adidaya dunia pada saat itu. Hal itu disebabkan nilai strategis yang dimiliki kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geo-ekonomi. Perang Vietnam antara Vietnam Utara yang didukung kekuatan Blok Komunis pimpinan Uni Soviet dan Vietnam Selatan yang didukung kekuatan Blok Barat pimpinan Amerika Serikat merupakan salah satu bukti persaingan di atas. Persaingan dua blok ideologi tersebut melibatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi basis kekuatan militer Blok Komunis dan Barat. Blok Komunis menempatkan pangkalan militernya di Vietnam, sedangkan Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat menempatkan pangkalan militernya di Filipina. Gejolak yang terjadi di kawasan Asia Tenggara tidak hanya terjadi karena persaingan di bidang ideologi antara kekuatan Barat dan kekuatan Timur. Konflik militer di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan tiga negara (yaitu Laos, Kamboja, dan Vietnam) dan konflik bilateral (seperti konflik antara Indonesia dan Malaysia, Kamboja dan Vietnam) serta konflik internal (seperti di Kamboja, Thailand, dan Indonesia) telah memperkeruh suasana di kawasan ini. Situasi persaingan, pengaruh ideologi dan kekuatan militer yang dapat melibatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam konflik bersenjata yang mengganggu stabilitas kawasan mendorong para pemim pin negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk menciptakan suasana aman dan damai. Dengan kondisi aman dan damai memungkinkan terbentuknya suatu kerja sama yang dapat meredakan sikap saling curiga di antara negara anggota serta mendorong usaha pembangunan bersama di kawasan. Sebelum terbentuknya ASEAN setidaknya ada beberapa organisasi antarnegara di wilayah mi seperti South East Asia Treaty Organization (SEATO, dibentuk tahun 1954), Association of Southeast Asia (ASA dibentuk tahun 1961), dan Malaysia-Philipina-Indonesia (Maphilindo, dibentuk tahun 1963). Organisasi-organisasi tersebut tidak dapat bertahan lama karena berbagai sebab antara lain pertentangan ideologi dan sengketa teritorial antara negara anggotanya sendiri. Dengan kegagalan-kegagalan tersebut di atas para pemimpin di kawasan terdorong untuk membentuk suatu organisasi kerja sama yang lebih baik.16

(3)

ASEAN sebagai wadah kerjasama regional Asia Tenggara memiliki

tujuan dalam berbagai aspek, adapun tujuan tersebut tertuang dalam

Deklarasi Bangkok yang ditandatangani pada tahun 1967. Isi Deklarasi

Bangkok itu adalah sebagai berikut:17

a. mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan

kebudayaan di kawasan Asia Tenggara

b. meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional

c. meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan

bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan

administrasi

d. memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan

internasional yang ada

e. meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan

penelitian di kawasan Asia Tenggara.

2.2 Transformasi ASEAN menuju Masyarakat ASEAN 2015

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967,

negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu

agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi

difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan

17

(4)

(preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling

melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota

maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial P rojects

Pla n (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial

Complementa tion scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme

(1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987).

Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan

dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan

ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk

bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna

menciptakan integrasi ekonomi kawasan.

Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani

Fra mework Agreement on Enha ncing ASEAN Economic Cooperation sekaligus

menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1

Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai

mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk

pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan

perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam

perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan

barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi.18

(5)

ASEAN telah mengalami perkembangan dan masa ke masa sesuai dengan

cita - cita para pendiri ASEAN untuk menjalin persahabatan dan kerja sama dalam

menciptakan wilayah yang aman, damai dan makmur.19 Cita-cita tersebut dipertegas dengan kesepakatan – kesepakatan maupun persetujuan – persetujuan.

2.2.1 Bali Concord I

Ba li Concord I atau Kesepakatan Bali dilakukan pada tahun 1976. Dalam

kesepakatan ini, para Pemimpin ASEAN menyepakati Program Aksi yang

mencakup kerja sama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan penerangan,

keamanan, dan peningkatan mekanisme ASEAN. Kesepakatan tersebut menandai

tahapan penting bagi kerangka kerja sama ASEAN.20

2.2.2 Bali Concord II

Dalam perkembangan selanjutnya ASEAN bersepakat untuk membentuk

suatu kawasan yang terintegrasi dalam satu komunitas negara-negara Asia

Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, dan terikat

bersama dalam kemitraan dinamis di tahun 2020. Harapan tersebut dituangkan

daam Visi ASEAN 2020 yang ditetapkan o!eh para Kepala Negara/ Pemerintahan

ASEAN pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997. Untuk

mewujudkan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord 11 pada KTT

19

Ibid. hal. 5 20

(6)

ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yaitu, menyepakati pembentukan Komunitas

ASEAN (ASEAN Community).

Melalui Bali Concord II, para Pemimpin ASEAN sepakat bahwa ASEAN

harus melangkah maju menuju suatu Komunitas ASEAN. Komunitas ASEAN itu

terdiri atas tiga pilar, yaitu Pilar Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN

Politica l-Security Community/APSC), Pilar Komunitas Ekonomi ASEAN

(ASEAN Economic Community/AEC), dan Pilar Komunitas Sosial Budaya

ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC).

Ketiga pilar Komunitas ASEAN itu terikat secara erat dan saling

memperkuat untuk mewujudkan perdamaian, kestabilan dan kesejahteraan

bersama yang abadi. Dalam kaitan itu, Indonesia menjadi penggagas pembentukan

Komunitas Politik-Keamanan ASEAN serta memainkan peran penting dalam

perumusan dua pilar lainnya.21

2.2.3 Vientianne Action Program

Untuk mempertegas keinginan pembentukan Komunitas ASEAN, dalam

KTT ke-lO ASEAN di Vientiane tanggal 29—30 November 2004, disetujui tiga

Rencana Aksi (Plan of Action! P0A) pada masing-masing pilar yang merupakan

program jangka panjang dalam merealisasikan pembentukan Komunitas ASEAN.

KTT tersebut juga mengintegrasikan ketiga Rencana Aksi Komunitas ASEAN ke

(7)

dalam Vientianne Action Programme (VAP) sebagai landasan program jangka

pendek sampai menengah periode 2004—2010.22

2.2.4 Deklarasi Cebu

Optimisme dan antusiasme negara anggota ASEAN dalam membentuk

Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya Deklarasi Cebu

mengenai Percepatan Pembentukan KomunitasASEAN pada tahun 2015 (Cebu

Decla ra tion on the Accelera tion of the Esta blishment of a n ASEAN Community by

2015) oleh para Pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina,

tanggal 13 Januari 2007. Dengan demikian, pembentukan Komunitas ASEAN

dipercepat dan tahun 2020 menjadi tahun 2015.23

2.2.5 Penyusunan Cetak Biru

Untuk mencapai terbentuknya Komunitas ASEAN 2015, ASEAN

menyusun Cetak Biru (Blue Print) dan ketiga pilar tersebut. Cetak Biru

Komunitas ASEAN itu merupakan pedoman arah pembentukan Komunitas

ASEAN di tiga pilar. Dan ketiga pilar itu, Cetak Biru Komunitas Ekonomi

ASEAN disahkan pada KTT ke-13 ASEAN tahun 2007 di Singapura.

Selanjutnya, Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN dan Cetak Biru

Komunitas Sosial Budaya ASEAN disahkan pada KTT ke-14 ASEAN tahun 2009

di Cha Am Hua Hin, Thailand. Di samping itu, pada KTT tersebut para Kepala

Negara/Pemerintahan ASEAN menandatangani Deklarasi ChaAm Hua Hin

22

Ibid. hal. 6 23

(8)

Mengena i Peta ja la n Pembentuka n Komunitas ASEAN 2009--2011 [Cha Am Hua

Hin Decla ra tion on the Roa dmap for a n ASEAN Community (2009-2011)] .24

2.2.6 Piagam ASEAN

Langkah tegas ASEAN berikutnya dalam memperkokoh kerja sama

ASEAN adalah penyusunan suatu piagam (charter) sebagai dokumen kerangka

hukum dan kelembagaan ASEAN (legal and Institutional framework for ASEAN).

Usulan penyusunan Piagam ASEAN (ASEAN charter) disampaikan pada KU

ASEAN di Kuala Lumpur tahun 2005.

Penyusunan Piagam ASEAN dimulal sejak tahun 2006 melalui

pembentukan Kelompok AhIi (Eminent Persons Group/ EPG) dan dilanjutkan

oleh Gugus Tugas Tingkat Tinggi (High Level Task Force) dalam melakukan

negosiasi terhadap isi draft Piagam ASEAN.

Piagam ASEAN resmi ditandatangani oleh para Kepala Negara/

Pemerintahan ASEAN pada KU ke-13 ASEAN di Singapura pada 20 November

2007. Selanjutnya, setelah instrumen ratifikasi masing-masing negara

disampaikan kepada Sekretaris Jenderal ASEAN, Piagam ASEAN resmi

diberlakukan sejak tanggal 15 Desember 2008.

Dengan piagam ini, ASEAN berubah dan organisasi yang Ionggar (loose

a ssocia tion) menjadi organisasi yang berdasarkan hukum (rules-based

orga niza tion) dan menjadi subjek hukum (legal personality). Peresmian

(9)

pemberlakuan Piagam ASEAN tersebut dilakukan oleh Presiden RI Susilo

Bambang Yudhoyono di Sekretanat ASEAN.

Implementasi Piagam ASEAN ditegaskan pada KU ke-14 ASEAN di Hua

Hin, Thailand, pada tanggal 28 Februari—1 Maret 2009. Bagi Indonesia,

pemberlakuan Piagam ASEAN mi disahkan melalui Undang-Undang RI Nomor

38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia

Tenggara (Charter of The Association of Southeast Asian Nations).25

2.3 Gambaran Umum tentang ASEAN Community

Pada KTT XI ASEAN di Kuala Lumpur tahun 2006 telah disepakati suatu persetujuan bersama, yang dikenal sebagai “One Vision, One Identity, One

Community”, di mana kesepuluh pimpinan ASEAN menyambut baik kemajuan

dari integrasi ASEAN dan upaya pembangunan komunitas yang tengah

berlangsung, serta “pengakuan atas Deklarasi Kuala Lumpur tentang pendirian

ASEAN Cha rter (Piagam ASEAN) sebagai dokumen konstitusi yang mencakup

prinsip fundamental, tujuan, sasaran, dan struktur dari kerjasama ASEAN yang

mampu memenuhi kebutuhan dari Komunitas ASEAN.

Kemudian, pada KTT XII ASEAN di Cebu, Filipina,13 Januari 2007, para

pemimpin ASEAN bersepakat untuk berkomitmen menciptakan One Caring and

Sha ring Community pada 2015, serta melakukan sosialisasi agar rakyat ASEAN

25

(10)

memiliki We Feeling,26 adapun bentuk dari komitmen tersebut yaitu membentuk

ASEAN Community.

Sebagai wadah terciptanya One Caring and Sharing Community di

kawasan Asia Tenggara, maka pembentukan Komunitas ASEAN 2015 tersebut

dilandasi oleh tiga pilar, yaitu Pilar Politik-Keamanan, Pilar Ekonomi dan Pilar

SosialBudaya.

Koordinasi kerja sama ketiga pilar tersebut dilakukan melalui Dewan

Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council/ACC) yang terdiri atas para

Menteri Luar Negeri ASEAN. ACC bertemu sekurang-ktirangnya dua kali

setahun dengan tugas mengoordinasikan tiga Dewan Komunitas ASEAN yang

terdiri dan Dewan Komunitas Politik-Keamanan (ASEAN Political Security

Community Council/APSCC), Dewan Komunitas Ekonomi (ASEAN Economic

Community Council/AECC) dan Dewan Komunitas Sosial Budaya (ASEAN

Socio- Cultura l Community Council/ASCCC). Dewan Koordinasi ASEAN

didukung oleh pejabat-pejabat tinggi yang terkait.27

Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 diharapkan dapat menjadikan

ASEAN sebagai organisasi yang berpusat dan berorientasi kepada masyarakat

26

Dikutip dari

(11)

people (people centered), memelihara stabilitas perdamaian di kawasan ASEAN,

dan meningkatkan kredibilitas ASEAN.28

2.4 ASEAN Economic Community ( Masyarakat Ekonomi ASEAN )

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967,

negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu

agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi

difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan

(preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling

melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota

maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial P rojects

Pla n (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial

Complementa tion scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme

(1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987).

Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan

dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan

ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk

bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna

menciptakan integrasi ekonomi kawasan.

28

(12)

2.4.1 Sejarah Pembentukan ASEAN Economic Community ( Masyarakat Ekonomi ASEAN )

Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani

Fra mework Agreement on Enha ncing ASEAN Economic Cooperation sekaligus

menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1

Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai

mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk

pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan

perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam

perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan

barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi.

KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 menyepakati pembentukan

komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah Komunitas Ekonomi ASEAN

(AEC). AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang

ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan

perpindahan barang modal secara lebih bebas. KTT juga menetapkan

sektor-sektor prioritas yang akan diintegrasikan, yaitu: produk-produk pertanian,

otomotif, elektronik, perikanan, produk-produk turunan dari karet, tekstil dan

pakaian, produk-produk turunan dari kayu, transportasi udara, e-ASEAN (ITC),

kesehatan, dan pariwisata. Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 jasa

(13)

KTT ke-10 ASEAN di Vientiene tahun 2004 antara lain menyepakati

Vientia ne Action Progra m (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung

implementasi pencapaian AEC di tahun 2020.

ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan

Agustus 2006 menyetujui untuk membuat suatu cetak biru (blueprint) untuk

menindaklanjuti pembentukan AEC dengan mengindentifikasi sifat-sifat dan

elemen-elemen AEC pada tahun 2015 yang konsisten dengan Bali Concord II dan

dengan target-target dan timelines yang jelas serta pre-agreed flexibility untuk

mengakomodir kepentingan negara-negara anggota ASEAN.

KTT ke-12 ASEAN di Cebu bulan Januari 2007 telah menyepakati

”Decla ra tion on the Accelera tion of the Esta blishment of a n ASEAN Community

by 2015”. Dalam konteks tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah

menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun ”Cetak Biru ASEAN

Economic Community (AEC)”. Cetak Biru AEC tersebut berisi rencana kerja

strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju

terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN.

Pada KTT ASEAN Ke-13 di Singapura, bulan Nopember 2007, telah

disepakati Blueprint for the ASEAN Economic Community (AEC Blueprint) yang

akan digunakan sebagai peta kebijakan (roadmap) guna mentransformasikan

ASEAN menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi, kawasan yang kompetitif

(14)

ASEAN menjadi kawasan yang berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan

ekonomi yang merata serta kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi yang

makin berkurang.

Sebagai upaya untuk memfasilitasi perdagangan di tingkat nasional dan

ASEAN sebagaimana tertuang dalam AEC Blueprint 2015, Indonesia telah

melakukan peluncuran National Single Window (NSW) dalam kerangka ASEAN

Single Window (ASW) pada tanggal 17 Desember 2007. Menurut rencana ASW

akan diimplementasikan pada tahun 2009.

2.4.2 Penjelasan tentang ASEAN Economic Community ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) Blueprint.

Adapun blueprint ( cetak biru ) dari ASEAN Economic Community

melingkupi :

a. Single ma rket dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor

barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal)

b. Penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi

(regional competition policy, IPRs a ction pla n, infra structure

development, ICT, energy coopera tion, ta xa tion, dan pengembangan

UKM);

c. Pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic

development) melalui pengembangan UKM dan program-program

(15)

d. Integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam

hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global

supply network).

2.4.2.1 Single Market and Production Base (Pasar Tunggal dan Basis Produksi)

Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri lima elemen inti, yaitu

aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran modal yang

lebih bebas dan aliran bebas tenaga kerja terampil. Selain itu, pasar tunggal dan

basis produksi juga mencakup dua komponen penting, yaitu, sektor integrasi

prioritas, yakni pangan, pertanian dan kehutanan.

a. Aliran bebas barang

Aliran bebas barang adalah salah satu sarana utama dimana tujuan pasar

tunggal dan basis produksi dapat dicapai. Sebuah pasar tunggal untuk barang (dan

jasa) juga akan memfasilitasi pengembangan jaringan produksi di wilayah tersebut

dan meningkatkan kapasitas ASEAN untuk melayani sebagai pusat produksi

global atau sebagai bagian dari rantai pasokan global.

b. Aliran bebas Jasa

Aliran bebas perdagangan jasa adalah salah satu elemen penting dalam

mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, di mana tidak akan ada pembatasan

(16)

membangun perusahaan di seluruh perbatasan nasional di kawasan ini, tergantung

pada peraturan domestik.

Liberalisasi jasa telah dilakukan melalui putaran negosiasi terutama di

bawah Komite Koordinasi Jasa. Negosiasi dari beberapa sektor jasa yang seperti

jasa keuangan dan transportasi udara yang dilakukan oleh badan-badan

kementerian masing-masing. Dalam liberalisasi jasa, seharusnya tidak ada

komitmen ulang, dan fleksibilitas yang telah disepakati harus diberikan kepada

semua negara anggota ASEAN.

c. Aliran Bebas Investasi

Sebuah rezim investasi bebas dan terbuka merupakan kunci untuk

meningkatkan daya saing ASEAN dalam menarik investasi langsung asing (FDI)

serta investasi intra-ASEAN. Aliran masuk berkelanjutan investasi baru dan

reinvestasi akan mempromosikan dan memastikan pembangunan yang dinamis

dari ekonomi ASEAN.

d. Aliran bebas modal

Penguatan Pembangunan Pasar Modal ASEAN dan Integrasi.

e. Aliran bebas tenaga kerja terampil

Dalam memungkinkan untuk mengatur mobilitas atau fasilitas pintu

masuk untuk pergerakan alami orang yang terlibat dalam perdagangan barang,

jasa, dan investasi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dari negara penerima

(17)

ASEAN dan tenaga kerja terampil yang terlibat dalam perdagangan lintas batas

dan kegiatan investasi terkait.

f. Sektor Integrasi Prioritas

Merupakan instrumen atau cara dalam mengawali proses pengintegrasian

sektor – sektor ekonomi di seluruh kawasan dengan mngklasifikasikan sektor –

sektor prioritas.

g. Pangan, pertanian dan kehutanan

Meningkatkan perdagangan dan jangka panjang daya saing intra dan

ekstra-ASEAN makanan, pertanian dan kehutanan, produk / komoditas ASEAN.

2.4.2.2 Kawasan Ekonomi Kompetitif

Tujuan utama dari kebijakan persaingan adalah untuk menumbuhkan

budaya persaingan yang sehat. Lembaga - lembaga dan hukum - hukum yang

berkaitan dengan kebijakan persaingan, baru-baru ini didirikan di beberapa (tetapi

tidak semua) Negara-Negara Anggota ASEAN (AMCs). Saat ini tidak ada badan

ASEAN resmi untuk kegiatan kerjasama pada CPL untuk melayani sebagai

jaringan untuk lembaga persaingan atau badan yang relevan untuk saling bertukar

pengalaman kebijakan dan norma-norma kelembagaan di CPL.

a. Perlindungan konsumen

Bangunan dari kawasan ekonomi terpadu dengan pendekatan

orang-terpusat ( people-centred approach ) di kawasan ini telah membuat ASEAN

menyadari bahwa konsumen tidak dapat dihalangi dalam semua tindakan yang

(18)

konsumen sudah dikembangkan seiring dengan langkah-langkah ekonomi yang

diusulkan untuk mengatasi perlindungan konsumen yang sudah muncul.

b. Hak Kekayaan Intelektual

Pada prinsipnya, kebijakan kekayaan intelektual (IP) dapat berfungsi

sebagai stimulus yang kuat untuk budaya, kreativitas intelektual dan artistik dan

komersialisasinya, adopsi dan adaptasi efisien teknologi yang lebih maju dan

proses belajar yang berkelanjutan untuk memenuhi ambang batas yang terus

meningkat dari ekspektasi kinerja.

Kebijakan kekayaan intelektual juga dapat membantu untuk menelurkan

kebudayaan akan hidupnya kreativitas dan penemuan, dan untuk memastikan

akses yang lebih adil dan manfaat kepada semua pemangku kepentingan baik

kekayaan intelektual tradisional maupun yang lebih baru. Selanjutnya, kebijakan

Kekayaan intelektual dapat mempengaruhi baik volume dan kualitas perdagangan

eksternal dan investasi dan transfer berkelanjutan dan teknologi. Kreativitas

kekayaan intelektual merupakan penentu utama dari pemasokan nilai – nilai lokal

dan daya saing eksternal.

Kerjasama regional dalam Hak Kekayaan Intelektual telah dipandu oleh

ASEAN IPR Action Pla n 2004-2010 dan Rencana Kerja Kerjasama ASEAN

tentang Hak Cipta yang bertujuan untuk mengembangkan budaya belajar dan

inovasi yang didukung oleh profil kekayaan intelektual yang ramah untuk bisnis,

(19)

untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat yang lebih baik, koordinasi dan

jaringan, prediktabilitas, peningkatan kapasitas, dan kontribusi industri kekayaan

intelektual untuk daya saing dan pengembangan.

c. Pembangunan Infrastruktur 1. Kerjasama Transportasi

Sebuah jaringan transportasi yang efisien, aman dan terintegrasi di

ASEAN sangat penting untuk menyadari potensi penuh dari ASEAN Free Trade

Area serta dalam meningkatkan daya tarik kawasan sebagai produksi tunggal,

pariwisata dan tujuan investasi dan penyempitan kesenjangan pembangunan.

Transportasi ASEAN juga penting dalam menghubungkan ASEAN dengan negara

– negara di daerah timur laut dan negara-negara Asia Selatan.

Upaya Regional telah dilakukan untuk meningkatkan fasilitas transportasi

dan jasa logistik, mempromosikan hubungan infrastruktur transportasi multimoda

dan konektivitas, memfasilitasi transportasi dan integrasi pariwisata dan lebih

meliberalisasi sektor udara dan transportasi laut. Mewujudkan kerangka kerja

untuk liberalisasi penuh jasa udara di ASEAN harus secepatnya dilaksanakan.

Transportasi multimoda dan fasilitas transportasi.

Rencana Aksi Transportasi ASEAN (ATAP) 2005-2010 mencakup

maritim, darat dan transportasi udara, dan fasilitasi transportasi. Rencana ini

(20)

Transportasi Darat

Prioritas diberikan kepada penyelesaian Singapura-Kunming Rail Link

(SKRL) dan proyek-proyek ASEAN Highway Network (AHN).

Transportasi Laut dan Udara

Mengadopsi prinsip-prinsip umum dan kerangkakerja untuk pengiriman

pasar tunggal ASEAN dan mengembangkan dan mengimplementasikan Aviasi

pasar tunggal ASEAN.

2. Infrastruktur Informasi

Sebuah infrastruktur informasi aman dan terhubung penting untuk

mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan daya saing di kawasan ini. Upaya

telah dilakukan untuk memfasilitasi interkonektivitas dan interoperabilitas teknis

di antara sistem ICT, meningkatkan jaringan nasional yang ada lalu berkembang

ke dalam infrastruktur informasi regional. Penekanan yang sama telah diberikan

untuk meningkatkan kepercayaan dan keyakinan dalam penggunaan internet dan

keamanan transaksi elektronik, pembayaran dan pengaturan.

3. Kerjasama Energi

Pasokan energy yang aman dan dapat diandalkan, termasuk bio-fuel,

sangat penting untuk mendukung dan mempertahankan aktifitas ekonomi dan

industri. Kolaborasi regional dalam proyek Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP)

dan ASEAN Power Grid (APG) memungkinkan optimalisasi daerah sumber

energi untuk keamanan yang lebih besar. Proyek-proyek ini juga memberikan

(21)

pembiayaan, dan transfer teknologi. Jaringan jaringan listrik dan jaringan pipa gas

yang saling berhubungan menawarkan manfaat yang signifikan baik dari segi

keamanan, fleksibilitas dan kualitas pasokan energi.

Sementara ASEAN mengupayakan percepatan pembentukan Komunitas

ASEAN 2015, penting untuk memastikan bahwa pembangunan tersebut

berkelanjutan melalui, antara lain, mitigasi emisi gas rumah kaca melalui

kebijakan dan langkah-langkah efektif, sehingga memberikan kontribusi untuk

pengurangan perubahan iklim global. Mengakui cadangan global terbatas bagi

energi fosil dan harga bahan bakar minyak dunia yang tidak stabil, penting bagi

ASEAN untuk menekankan kebutuhan untuk memperkuat pengembangan energi

terbarukan, seperti bahan bakar-bio, serta untuk mempromosikan perdagangan

terbuka, fasilitas dan kerja sama dalam industri sektor energi terbarukan dan

industri – industri terkait serta investasi pada infrastruktur yang diperlukan untuk

pengembangan energi terbarukan.

4. Kerjasama Pertambangan

Meningkatkan perdagangan dan investasi dan memperkuat kerjasama dan

kapasitas dalam sektor geologi dan mineral untuk pembangunan mineral

berkelanjutan di kawasan ASEAN.

5. Pendanaan Proyek - Proyek Infrastruktur

Pendanaan selalu diakui sebagai kontributor penting untuk pertumbuhan

ekonomi. ASEAN dalam upaya mempercepat integrasi ekonominya, investasi

(22)

daerah.Mengalokasikan dalam skema pendanaan yang inovatif untuk menarik

keterlibatan sektor swasta yang lebih besar sangat demikian penting.

d. Perpajakan

Melengkapi jaringan perjanjian bilateral tentang penghindaran pajak

berganda antar semua negara anggota pada tahun 2010, serendah mungkin.

e. E-Commerce

Meletakkan kebijakan dan infrastruktur hukum terkait perdagangan

elektronik dan mengupayakan perdagangan barang on-line (e-commerce) dalam

ASEAN melalui penerapan Kerangka Perjanjian e-ASEAN dan berdasarkan

kerangka acuan umum.

2.4.2.3 Pembangunan Ekonomi Berkeadilan a. Pembangunan Usaha Kecil-Menengah ( UKM )

Cetak Biru Kebijakan ASEAN untuk Pengembangan UKM (APBSD)

2004-2014 menguraikan kerangka kerja untuk pengembangan UKM di kawasan

ASEAN. Kebijakan Ini terdiri dari program kerja strategis, langkah-langkah

kebijakan dan keluaran yang indikatif. Tujuannya adalah untuk:

 Mempercepat laju pembangunan UKM, mengoptimalkan pada keragaman

(23)

 Meningkatkan daya saing dan dinamisme UKM ASEAN dengan

memfasilitasi akses mereka terhadap informasi, pasar, pengembangan

sumber daya manusia dan kemampuan, keuangan serta teknologi

 Memperkuat ketahanan UKM ASEAN untuk lebih baik dalam

menanggulangi kerugian ekonomi makro dan kesulitan keuangan, serta

tantangan dari situasi perdagangan yang lebih liberal

 Meningkatkan kontribusi UKM terhadap pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan dan pengembangan ASEAN sebagai kawasan.

b. Inisiatif Integrasi ASEAN

Mengingat tingkat perkembangan yang berbeda antara Negara-Negara

Anggota ASEAN, timbullah kebutuhan untuk memastikan pendalaman dan

perluasan integrasi ASEAN disertai dengan teknis dan kerja sama pembangunan

untuk mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi

Negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang sehingga manfaat dari

integrasi ASEAN dapat dibagi dan dinikmati oleh semua negara anggota ASEAN.

Hal ini akan memungkinkan Negara anggota ASEAN untuk bergerak secara

terpadu.

Inisiatif Integrasi ASEAN (IAI), diluncurkan pada bulan November 2000,

memberikan arah dan mempertajam fokus upaya kolektif untuk mempersempit

(24)

bagian lain dunia juga. IAI saat ini mencakup wilayah prioritas berikut, yaitu

infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, Teknologi, informasi dan

komunikasi (ICT), pengembangan kapasitas untuk integrasi ekonomi regional,

energi, iklim investasi, pariwisata, pengurangan kemiskinan dan peningkatan

kualitas hidup.

Menghadapi AEC, CLMV ( Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam ) akan

ditantang untuk mengembangkan kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, memperkuat daya saing ekonomi, meningkatkan investasi langsung

dalam dan luar negeri, memperluas perusahaan swasta sambil memenuhi tujuan

publik negaranya.

2.4.2.4 Integrasi dalam Ekonomi Global

ASEAN beroperasi dalam lingkungan yang semakin global, dengan pasar

yang saling bergantung dan industri - industri global. Untuk memungkinkan bisnis

ASEAN bersaing secara internasional, untuk membuat ASEAN sebagai segmen

rantai pasokan global yang lebih dinamis dan lebih kuat dan untuk memastikan

bahwa pasar internal tetap menarik untuk investasi asing, sangat penting bagi

ASEAN untuk melihat melampaui perbatasan AEC. Aturan dan peraturan

eksternal harus semakin diperhitungkan saat mengembangkan kebijakan yang

(25)

a. Pendekatan koheren terhadap Hubungan Ekonomi Eksternal

ASEAN akan bekerja ke arah mempertahankan "Sentralisasi ASEAN"

dalam hubungan ekonomi eksternalnya, termasuk, namun tidak terbatas pada,

negosiasinya pada perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan kemitraan ekonomi

komprehensif (CEPS).

b. Peningkatan Partisipasi dalam Jaringan Pasokan Global

ASEAN juga akan meningkatkan partisipasi dalam jaringan pasokan

global

2.5 Kerjasama Eksternal ASEAN29

Kerjasama eksternal ASEAN merupakan sebuah kerjasama yang dibangun

oleh ASEAN dengan negara – negara di luar ASEAN maupun organisasi –

organisasi internasional lainnya. Adapun kerjasama ini bertujuan untuk

mempermudah aliran perdagangan dan peningkatan ekonomi bagi kedua belah

pihak.

2.5.1 ASEAN – Jepang

Kerja sama ASEAN-Jepang, yang pada awalnya ditekankan pada

hubungan kerja sama ekonomi, secara formal dimulal dan pembentukan Forum

ASEAN-Jepang pada bulan Maret 1977. Forum mi kemudian diikuti dengan

29

(26)

pendirian Pusat Promosi Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata yang saat mi

Iebih dikenal sebagai ASEAN-Japan Centre/AJC.

Kerja sama ASEAN-Jepang memberikan prioritas pada bidang kontra

terorisme, lingkungan hidup, penanganan bencana alam, kesehatan dan

kesejahteraan, keamanan maritim, termasuk penanganan pembajakan laut, dan

pertukaran pemuda/masyarakat. Jepang juga mendukung implementasi Master

Pla n of ASEAN Connectivity melalui kerja sama pengembangan konektivitas.

Pada KU ke-14 ASEAN-Jepang di Bali tanggal 18 November 2011, para

pemimpin ASEAN dan Jepang membahas berbagal bidang kerja sama seperti

ASEAN-Ja pa n Comprehensive Economic Pa rtnership, disa ster ma na gement,

ASEAN Connectivity, People-to-People Conta ct, Na rrowing Development Ga p,

dan isu politik mengenai Myanmar.

Dalam KTT tersebut juga dikeluarkan dokumen Joint Declaration for

Enha ncing ASEAN-Ja pa n Stra tegic Pa rtnership for Prospering Together (Ba li

Decla ra tion) dan ASEAN-Japan Plan of Action 2011-2015 sebagal pedoman bagi

kerja sama politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, dan

hubungan sosial budaya yang bermuara pada terbentuknya Komunitas ASEAN

2015. Disepakati bahwa implementasi kerja sama dituangkan melalui berbagai

mekanisme seperti ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Plus Three (APT),

Ea st Asia Summit (EAS), dan ASEAN Defense Ministers’ Meeting Plus (ADMM

(27)

Komitmen Jepang terhadap peningkatan hubungan dengan ASEAN serta

dukungan terhadap proses integrasi ASEAN juga tercermin di dalam Chairman’s

Sta tement KTT ke-lO ASEAN-Jepang pada tahun 2007, yaitu adanya inisiatif

Jepang ‘Asia Gateway”.

Inisiatif Jepang tersebut terdiri atas tiga konsep, yaitu:

1. Towa rds a n Open Ja pa n,

2. Working Together Towa rds a n Open Asia , da n

3. Respect for a Diverse Asia .

Kerja sama dalam bidang ekonomi antara ASEAN dengan Jepang pertama

kali diwujudkan melalui penandatanganan Joint Declaration of the Leaders on the

Comprehensive Economic Pa rtnership between ASEAN a nd Japa n, Phnom Penh

— Kamboja, 5 November 2002, dan Framework Agreement on Comprehensive

Economic Coopera tion between ASEAN a nd Ja pa n, Bali — Indonesia, 8 Oktober

2003.

Dalam perkembangannya,ASEAN dan Jepang kemudian menandatangani

kesepakatan Agreement on Comprehensive Economic Partnership among Member

Sta tes of the ASEAN a nd Ja pa n (AJCEP) secara ad-referendum pada April 2008.

AJCEP menyepakati ketentuan perdagangan barang (trade in goods).

Adapun kesepakatan mengenai ketentuan perdagangan di bidang investasi

(28)

Nang tanggal 5 — 8 Maret 2012 menyepakati agar perundingan di bidang jasa dan

investasi untuk sementara dihentikan karena ASEAN dan Jepang tidak dapat

mencapai kesepakatan (deadlock) dalam perundingan jasa dan investasi AJCEP.

Namun, pertemuan mencatat bahwa tidak tertutup kemungkinan bagi perundingan

di bidang Jasa dan Investasi untuk kembali berjalan jika salah satu pihak bersedia

menerima proposal pihak yang lain atau jika telah ditemukan solusi yang saling

menguntungkan bagi masing-masing pihak.

Di bawah program IAI, Jepang memberikan bantuan pembangunan sub

regiona l Grea ter Mekong, yang meningkatkan Official Development Assistance

(ODA) ke wilayah Mekong sampai dengan tahun 2010, dan ke kawasan

pertumbuhan Brunei Da russa la mIndonesiaMa la ysiaPhilippinesEa st

ASEAN Growth Area (BIMP—EAGA).

2.5.2 ASEAN – Republik Rakyat Tiongkok

Hubungan kerja sama ASEAN dengan Republik Rakyat Tiongkok

(RRT)secara informal dimulai pada tahun 1991 dan kemudian RRT dikukuhkan

menjadi mitra wicara ASEAN pada tahun 1996. Kerja sama kemitraan ASEAN

dan RRT memiliki 11 prioritas bidang kerja sama, yaitu pertanian, energi,

informasi dan teknologi komuni kasi, sum berdaya manusia, investasi bersama,

pembangunan wilayah Mekong, transportasi, kebudayaan, pariwisata, kesehatan

(29)

Di bidang ekonomi, perdagangan antara ASEAN dan RRT pada tahun

2010 kembali mengalami peningkatan setelah sempat turun pada tahun 2009

sebagai akibat krisis keuangan global. Ekspor ASEAN ke RRT yang meningkat

sebesar 39,1% dan US$ 81,6 miliar pada 2009 menjadi US$ 113,5 miliar di tahun

2010, membuat RRT menjadi tujuan ekspor kedua terbesar ASEAN. RRT

mempertahankan posisinya sebagai mitra dagang terbesar ASEAN dihitung dan

11,3% total perdagangan ASEAN. Sementara itu, ASEAN merupakan mitra

dagang terbesar ke-4 RRT dihitung dan 98% total perdagangannya.

Kerja sama ASEAN—RRT dalam kerangka area perdagangan bebas dimulai sejak penandatangangan Trade in Goods Agreement dan Dispute

Setlement Mecha nism Agreement oleh Menteri bidang Ekonomi negara anggota

ASEAN dan RRT pada bulan November 2004. Sementara itu, Agreement on

Services da n Second Protocol to Amend the Fra mework Agreement

ditandatangani pada bulan Januari 2007 di Cebu, Filipina.

Implementasi FTA ASEAN-RRT di bidang perdagangan barang telah

dilakukan sejak 1 Januari 2010. Dalam menyikapi hal tersebut, ASEAN dan RRT

telah meluncurkan ASEAN-China FTA Business Portal (BIZ Portal) pada

penyelenggaraan Forum ASEAN-China Free Trade Area di Nanning City,

Guangxi Zhuong tanggal 7 Januari 2010. BIZ Portal tersebut menyediakan

informasi penting kepada para pelaku usaha dalam kerangka FTA ASEAN-RRT.

Selanjutnya BIZ Portal diharapkan dapat berkembang menjadi e-commerce

(30)

Pada akhir rangkaian KTT ke-14 ASEAN-RRT, diresmikan pendirian

ASEAN-China Centre (ACC) yang berfungsi sebagai pusat promosi kerja sama

perdagangan, investasi, pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan antara ASEAN

dan RRT.

2.5.3 ASEAN – Republik Korea

Kemitraan ASEAN dan Republik Korea pertama kali terjalin pada bulan

November 1989 dan sejak tahun 1991 Republik Korea menjadi mitra dialog

penuh ASEAN.

Dalam bidang ekonomi dan perdagangan, ASEANRepublic of Korea

Free Tra de Agreement (AKFTA) secara khusus dimulai dengan penandatanganan

Fra mework Agreement on Comprehensive Economic Coopera tion don Dispute

Settlement Mecha nism under the Fra mework Agreement on Comprehensive

Economic Pa rtnership di pada 13 Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kerangka kerja tersebut bertujuan untuk memperkuat sekaligus meningkatkan

kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi.

Tujuan itu dicapai dengan meliberalisasikan dan meningkatkan

perdagangan barang dan jasa, serta menciptakan rezim investasi yang transparan,

bebas, dan fasilitatif. Perjanjian mi kemudian dilkuti dengan penandatangan

Agreement on Tra de in Goods (2006), ASEAN-Republic of Korea Agreement on

Tra de in Services (2007), dan ASEAN-Republic of Korea Agreement on Trade in

(31)

Guna memaksimalkan kerangka AKFTA khususnya dalam bidang

perdagangan barang, para Menteri Ekonomi ASEAN dan Republik Korea telah

menandatangani Second Protocol to Amend Trade in Goods Under AKFTA di sela

– sela KTT ke-19 ASEAN pada 18 November 2011, Nusa Dua, Bali.

2.5.4 ASEAN-India

India menjadi Mitra Wicara ASEAN pada saat KTT ke-5 ASEAN di

Bangkok tanggal 14-15 Desember 1995 setelah sebelumnya menjadi mitra wicara

sektoral sejak 1992. ASEAN dan India berkomitmen untuk meningkatkan kerja

sama dalam bidang perdagangan dan investasi, pengembangan SDM, ilmu

pengetahuan dan teknologi, teknologi informasi, dan hubungan antar masyarakat.

Komitmen ASEAN dan India tersebut dikukuhkan melalui

penandatanganan

(1) ASEAN-India Partners hip for Peace, Progress and Shared Prosperity dan

(2) Plan of Action to Implement the ASEAN-India Partnership for Peace,

Progress a nd Sha red Prosperity (PoA)

pada KTT ke-3 ASEAN-India di Vientiane, Laos tanggal 30 November 2004.

Kedua dokumen tersebut merupakan dasar pelaksanaan kerja sama kemitraan

ASEAN—India hingga saat ni.

Kerja sama ekonomi ASEAN dan India diatur antara lain dalam

(32)

ASEAN a nd India yang ditandatangani para Kepala Negara / Pemerintahan

ASEAN dan India pada bulan Oktober 2003. Kesepakatan tersebut kemudian

diikuti dengan penandatanganan ASEAN-India Trade in Goods Agreement enam

tahun berselang, atau tepatnya pada 13 Oktober 2009, yang mulai berlaku sejak 1

Januari 2010.

ASEAN-India Tra de in Goods Agreement mencakup liberalisasi sekitar

90% produk yang diperdagangkan di kedua kawasan, termasuk produk yang

dikenal dengan sebutan “Special Product”, seperti minyak sawit, kopi, teh hitam,

dan merica. Sekitar 4.000 tarif akan dihapus pada tahun 2016.

2.5.5 ASEAN-Australia

Kerja sama ASEAN—Australia dimulai pada tahun 1974, diawali dengan

pembentukan ASEAN-Australia Consultative Meeting (AACM) yang kernudian

diikuti dengan berbagai dialog ASEAN—Australia pada berbagai tingkatan al.

ASEAN Regiona l Forum (ARF), ASEAN-Australia Forum dan berbagai kelompok

kerja seperti di bidang perdagangan dan investasi, telekomunikasi, pendidikan dan

pelatihan, industri dan teknologi, lingkungan hidup serta kebudayaan dan

informasi.

Untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan, ASEAN dan

Australia serta SeIàndia Baru telahrnenandatangani persetujuan FTA ASEAN—

(33)

Area /AANZFTA) di sela-sela penyelenggaraan KTT ke-14 ASEAN di Hua Hin,

Thailand pada 27 Februari 2009.

Kesepakatan AANZFTA itu mengamanatkan’pengurangan tarif secara

bertahap dimulai pada 1 Januari 2010. Kesepakatan AANZFTA merupakan FTA

pertama ASEAN dengan mitranya yang mencakup berbagai elemen secara

lengkap yaitu perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, jasa keuangan,

telekomunikasi; electronic commerce, Movement of Natural Person, Hak

Kekayaan Intelektual, persaingan usaha, dan kerjäsama ekonomi.

2.5.6 ASEAN-Amerika Serikat

Kerja sama ASEAN dan Amerika Serikat yang berlangsung sejak tahun

1977 meliputi bidang kerja sama yang luas, antara lain di bidang politik dan

keamanan: nonproliferasi senjata nuklir di kawasan, kejahatan lintas negara,

kontra terorisme, pembangunan kapasitas, penegakan hukum, dan promosi HAM.

Sedangkan di bidang ekonomi meliputi: perdagangan, investasi, dukungan

Amerika Serikat untuk implementasi konektifitas ASEAN, pembangunan tatanan

ekonomi global, dan kerja sama keuangan.. Landasan kerja sama bidang ekonomi

dan perdagangan adalah USASEAN Tra de a nd investment Fra mework

Agreement (TIFA) yang ditandatangani pada tahun 2006 pada Pertemuan ke-38

AEM di Kuala Lumpur, tanggal 25 Agustus 2006 oleh Menteri Ekonomi Negara

Anggota ASEAN dan United States Trade Representative/USTR yang khusus

(34)

Pembangunan ASEAN untuk Memajukan Integrasi Ekonomi (ASEAN

Development Vision to Adva nce Economic integration/ADVANCE).

Pembentukan TIFA secara regional didasari oleh gagasan Enterprise for

ASEAN Intia tive (EAI) yang disepakati pada Pertemuan Informal ASEAN

Economic Ministeria l Meeting-United Sta tes Tra des Representa tives

(AEM-USTR), November 2002, di Manila-Filipina. TIFA merupakan mekanisme untuk

meningkatkan perdagangan dan arus investasi antara ASEAN dengan Amerika

Serikat.

Kerja sama yang dilakukan berupa pembangunan kapasitas dan bantuan

teknis untuk pengembangan dan implementasi

(1) ASEAN Single Window,

(2) Pha rma ceutica l Regula tion, dan

(3) Sa nita ry a nd Phytosa nita ry (SPS) Regula tions.

Selain itu, ASEAN—Amerika Serikat sepakat membentuk Joint Council

on Tra de a nd investment dengan mengadakan pertemuan setidaknya setahun

sekali guna menindaklanjuti implementasi dan kesepakatan tersebut.

Pada the Southeast Roadshow ke Amerika Serikat, tanggal 2—5 Mei 2010, telah

dilakukan dialog informal dengan USTR. Dalam dialog informal

(35)

(1) Kesepakatan fasilitasi perdagangan,

(2) dialog antara pemerintah dan dunia usaha,

(3) dialog dalam bidang perdagangan dan keuangan,

(4) dialog dalam bidang perdagangan dan lingkungan, dan

(5) kerja sama di bidang standar produk.

Kerja sama ASEAN-Amerika Serikat mengalami peningkatan pesat pada

tahun 2011 dan menjadi momentum bersejarah bagi kerja sama kedua pihak, saat

Amerika Serikat untuk pertama kalinya menjadi peserta EAS dengan kehadiran

Presiden Barack Obama di Bali tanggal 17—19 November 2011.

Peningkatan kerja sama ASEAN-Amerika Serikat tercermin dalam Joint

Sta tement of the 3rd ASEAN-US Leaders’ Meeting dan Plan of Action to

Implement the ASEAN-US Enha nced Pa rtnership for Enduring Pea ce a nd

Prosperity (2011-2015). Kedua dokumen itu disepakati pada Pertemuan ke-3

ASEAN-US Lea ders Meeting tanggal 19 November 2011 di Bali. Kerja sama

tersebut meliputi;

(1) peningkatan hubungan dagang dan investasi,

(2) dukungan Amerika Serikat untuk konektivitas ASEAN,

(36)

Mekanisme kerja sama di bidang pembangunan dan ekonomi perdagangan

ASEAN—Amerika Serikat yang telah berlangsung dengan baik antara lain adalah

Rencana Kerja sama ASEAN-Amerika Serikat (ASEAN-US Cooperation

Plan/ACP). Sementara itu, untuk ADVANCE Pemerintah Amerika Serikat

memberikan komitmen untuk memberikan dana mendukung proyek - proyek kerja

sama selama 5 tahun.

Sebagian besar dana implementasi ACP dikoordinasi melalul USAID

sehingga pada dasarnya dana-dana tersebut terikat pada ketentuan Bantuan

Pembangunan Luar Negeri Amerika Serikat (Oversea s Developmen

tAssista nce/ODA).

Sehubungan dengan itu, lima negara ASEAN telah memenuhi syarat

menerima bantuan, yaitu Indonesia, Filipina, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Selain

itu, terdapat juga proyek-proyek khusus untuk ASEAN, terutama untuk penguatan

Sekretariat ASEAN dan mekanisme kerja sama ASEAN-Amerika Serikat.

2.5.7 ASEAN-Kanada

Kerja sama ASEAN dan Kanada pertama kali dimulai pada tahun 1977

saat itu Kanada menyampaikan komitmen bantuan program pembangunan untuk

ASEAN dan berkeinginan menjalin kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan,

investasi, industri, dan kerja sama pembangunan. Dalam perkembangan kemudian

(37)

terorisme internasional, kejahatan lintas negara, keamanan kesehatan, dialog

antarkeyakinan, dan bantuan teknis serta pengembangan kapasitas Sekretariat

ASEAN.

Di bidang kerja sama ekonomi khususnya bantuan teknis dan

pengembangan kapasitas Sekretariat ASEAN, Kanada telah memberikan

persetujuan atas proposal ASEAN-Canada Cooperation on Technical Initiatives

for the VAP (ACTIV) sebagai fasilitas dukungan para ahli dan Kanada melalui

Sekretariat ASEAN. Kemudian, pada KTT ke-14 ASEAN disahkan Decla ration

on the Roa dmap for a n ASEAN Community 2009-2015 yang kemudian ASEAN

meminta Kanada untuk menyetujui merevisi Terms of Reference (ToR) on

ASEAN-Ca na da Technica l Initia tives yang sebelumnya didasarkan atas Vientiane

Action Progra m (yAP).

Pertemuan formal ASEAN dan Kanada pertama kali dilaksanakan melalui

ASEAN Sta nding Committee (ASC), Februari 1977. Pada Pertemuan tersebut,

Menteri Luar Negeri Kanada menyamapaikan komitmen bantuan program

pembangunan untuk ASEAN. Komitmen tersebut diwujudkan melalui

penandatanganan ASEAN-Canada Economic Cooperation Agreement (ACECA)

pada tanggal 25 September 1981 di New York, Amerika Serikat. Persetujuan

tersebut diikuti oleh pembentukan ASEAN-Canada Joint Cooperation Committee

(38)

dan Kanada guna membahas kerja sama di bidang-bidang ekonomi, perdagangan,

investasi, industri, dan kerja sama pembangunan.

Pejabat ekonomi senior negara-negara ASEAN dan Kanada pada ASEAN

Senior Economic Officia ls Meeting (SEOM) 1/38 di Kuala Lumpur, Januari 2007

sepakat bahwa pertemuan konsultasi SEOM ASEAN—Kanada tidak cukup

diadakan hanya setahun sekali. Dalam hal mi ASEAN mengusulkan untuk

mengadakan pertemuan secara back to back dengan konsultasi SEOM ASEAN

dengan negara mitra wicara lainnya, yang telah dimulai sejak pertemuan

SEOM 2/38.

Kedua belah pihak sepakat untuk melihat draf awal TIFA agar dapat

dijadikan sebagai basis bagi kerja sama yang Iebih luas, seperti halnya TIFA

antara ASEAN dengan Amerika Serikat. guna meningkatkan kerja sama

perdagangan, perindustrian dan investasi serta lebih memfasilitasi peran swasta,

khususnya UKM, Menteri bidang Ekonomi ASEAN dan Kanada telah

menandatangani Joint Declaration between ASLAN and Canada on Trade and

Investment di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2011.

Pada tahun 2011 Kanada telah menandatangani 3rdProtocolAmending the

Trea ty of Amity a nd Coopera tion (TAC) setelah sebelumnya mengaksesi TAC

tersebut tahun 2010 di Hanoi, Vietnam. ASEAN dan Kanada juga telah

mempersiapkan berbagai kegiatan dalam kerangka memperingati 35 tahun kerja

(39)

Bali, Indonesia tanggal 22 Juli 2011, telah diadopsi List of Activities to

Commemora te the 35th Anniversa ry of ASEAN-Ca na da Rela tions yang telah

disusun oleh para SOM Leaders pada pertemuan 8th ASEAN-Canda Dialogue di

Vancouver, Kanada tanggal 2-3 Juni 2011.

2.5.8 ASEAN-Rusia

Dialog kerja sama ASEAN-Rusia telah dimulai sejak tahun 1991 dan

Rusia secara resmi menjadi Mitra Wicara ASEAN pada tahun 1996. Pertimbangan

ASEAN untuk menjalin kemitraan adalah status Rusia sebagai anggota tetap

Dewan Keamanan PBB, serta besarnya pasar Rusia dan sumber daya alam yang

dimilikinya. Hal-hal tersebut juga merupakan peluang bagi ASEAN untuk Iebih

meningkatkan hubungan dengan Rusia di bidang-bidang pembangunan, ilmu

pengetahuan dan teknologi, perdagangan, sumber daya manusia, investasi dan

ekonomi, lingkungan hidup, pariwisata, kebudayaan, serta peningkatan

people-to-people conta ct.

Para Pemimpin ASEAN dan Rusia serta Sekjen ASEAN pada KTT ke-2

ASEAN Rusia di Hanoi. 30 Oktober 2010 Pendatanganan Agreement between the

Governments of the Member Countries of the Associa tion of Southea st Asia n

Na tions a nd the Government of the Russia n Federa tion on Economic a nd

Development Coopera tion dilakukan pada tanggal 10 Desember 2005 di Kuala

(40)

Pembahasan hubungan kerja sama perekonomian dilakukan melalui

ASEAN-Russia Senior Officials Economic Consultations, namun perkembangan

konsultasi tersebut belum terlalu signifikan. Berdasarkan data dan Kedubes Rusia

di Jakarta, volume perdagangan ASEAN-Rusia pada tahun 2008 tercatat sebesar

US$10 miliyar, atau meningkat hampir 2 kali lipat dibandingkan tahun

sebelumnya. Pada tahun 2009 volume perdagangan ASEAN-Rusia mencapal US$

6,9 miliyar. Nilai ekspor Rusia ke ASEAN pada pertengahan tahun 2009

mencapai US$2 miliyar dan impor Rusia dan ASEAN pada periode yang sama

senilai US$2.3 miliyar.

Para Menteri Ekonomi ASEAN-Rusia bertemu dalam AEM-Russia

Consulta tion di sela-sela rangkaian Pertemuan AEM ke-43 di Manado, Agustus

2011, membahas perkembangan kerja sama perdagangan kedua belah pihak

setelah mengalami penurunan pada tahun 2009 karena krisis keuangan global.

Para Menteri juga menekankan kembali komitmen mereka yang tertuang dalam

dra f ASEAN-Russia Tra de a nd Investment Roadma p dan meminta para pejabat

senior dan kelompok ahIl untuk dapat menyelesaikan Roadmap tersebut.

Tahun 2011 merupakan momentum bersejarah bagi kerja sama

ASEAN-Rusia, mengingat negara tersebut untuk pertama kalinya menjadi peserta LAS,

saat itu Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Viktorovich Lavrov, hadir mewakili

Presiden Rusia di Bali tanggal 17—19 November 2011. ASEAN-Rusia

(41)

berdasarkan Comprehensive Programme of Action to Promote Cooperation

between the ASEAN a nd the Russia n Federa tion 2005-2015. Adapun untuk

kegiatan-kegiatan yang mendukung people-to-people contact, telah beroperasi

ASEAN Centre di Moscow University (MGIMO), yang menjadi pusat kegiatan -

kegiatan kerjasama ASEAN-Rusia.

2.5.9 ASEAN Uni Eropa

Kemitraan ASEAN-Uni Eropa (European Union/EU) secara informal

dimulai tahun 1972. Adapun secara formal kemitraan dimulai tahun 1977 dengan

pembentukan kerja sama perdagangan, ekonomi dan teknis, serta pembentukan

Joint Coopera tion Committee (JCC). iCC bertugas untuk mengawasi kerja sama

tersebut. Mekanisme kerja sama ASEAN-Uni Eropa dijalankan melalui dua

skema, yaltu, Trans-Regional EU-ASEAN Trade Initiative (TREATI) untuk

bidang perdagangan dan investasi, yang diluncurkan tahun 2003; serta Regional

EU-ASEAN Dia log Instrument (READI) yang disepakati tahun 2005 untuk bidang

nonperdagangan.

Peningkatan kerja sama ekonomi dilakukan dengan perundingan

ASEAN-EU Free Tra de Agreement (ETA) berdasarkan pendekatan region-to-region

a pproa ch, dan memperhatikan tingkat perekonomian masing-masing negara

anggota ASEAN. Perundingan ASEAN-EU FTA diluncurkan pada Pertemuan

(42)

melalui Joint Ministerial Statement on the Launch of the ASEAN — EU FTA

Negotia tions.

Untuk menindaklanjuti pertemuan tersebut, telah dibentuk joint

Committee on ASEANEU Free Tra de Agreement (JCAEFTA) guna melakukan

negosiasi FTA, yang pertama kali dilaksanakan pada tanggal 19—20 Juli 2007.

Pada Pertemuan ke-7 JCAEFTA di Kuala Lumpur tanggal 4—5 Maret 2009,

dibahas beberapa pending matters dalam negosiasi ASEAN-EU FTA, antara lain:

lambatnya proses negosiasi, perbedaan tingkat ambisi antara ASEAN dan Uni

Eropa, dan isu Myanmar.

2.5.10 ASEAN Plus Three ( APT )

Kerja sama ASLAN Plus Three (APT) yang melibatkan tiga negara mitra,

yaitu Jepang, Republik Korea dan RRT terjalin sejak tahun 1997 pada saat

kawasan Asia sedang dilanda krisis ekonomi. Ketiga Negara mitra di kawasan

Asia Timur tersebut telah mengaksesi TAC masing-masing pada tahun 2003

(RRT) dan tahun 2004 (Jepang dan Republik Korea).

Bidang-bidang kerja sama APT, antara lain, mencakup perdagangan,

investasi, keuangan dan perbankan, transfer teknologi, teknologi telematika,

e-commerce, industri, pertanian, usaha kecil dan menengah, pariwisata,

(43)

Di bidang ekonomi dan moneter, kerja sama antara lain mencakup

manajemen risiko makro ekonomi, monitoring regional capital flow, memerkuat

sistem keuangan dan perbankan, serta reformasi arsitektur keuangan internasional.

2.6 Politik Luar Negeri Indonesia

Negara dalam segala aktivitas hubungan luar negeri memiliki

mekanismenya masing - masing berlandaskan konstitusi yang telah ditetapkan

atau berlaku di negara tersebut. Konstitusi atau peraturan tersebut menjadikan

negara memiliki kebijakan, sikap ataupun langkah dalam melakukan hubungan

luar negeri, kebijakan, sikap atau langkah sebuah negara dalam melakukan

hubungan luar negeri disebut juga politik luar negeri.

Politik luar negeri merupakan suatu strategi, pola perilaku dan kebijakan

suatu negara berhubungan dengan negara lain ataupun dunia internasional yang

berpijak pada kepentingan nasional. Adanya politik luar negeri yang dianutnya,

suatu bangsa menentukan sikap bangsa dalam berhubungan dengan negara lain.

Dasar – dasar yang pokok daripada politik luar negeri RI tecantum dalam

Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Alinea pertama menyatakan bahwa

“… kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di

atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan

perikeadilan…”. Selanjutnya Mukadimah UUD 1945 mengatakan dalam ayat ke-4

bahwa “… pemerintah/negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia

(44)

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.30

Dalam pelaksanaannya aspek ideal pada suatu waktu mungkin saja tidak

seluruhnya bisa paralel dengan aspek real. Disinilah diperlukan manuver dan

kelincahan berdiplomasi yang luwes, yang dalam pelaksanaanya tidak dogmatis

dan kaku, tetapi realistis dan pragmatis melalui pelaksanaan politik luar negeri

yang bebas dan aktif. Kiranya perlu diberikan penjelasan mengenai corak bebas

dan aktif dari politik luar negeri kita sebagai berikut:

a. Bebas : dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan

– kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa

sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila.

b. Aktif : berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya,

Indonesia tidak bersikap pasif-reaktif atas kejadian – kejadian

internasionalnya, melainkan bersikap aktif.31

2.6.1 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.32

Dasar pemikiran yang melandasi undang-undang tentang Hubungan Luar

Negeri ini adalah bahwa penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan

politik luar negeri memerlukan ketentuan-ketentuan yang secara jelas mengatur

30

Mochtar Kusumaatmadja. Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini. Bandung : Penerbit Alumni, 1983. Hal. 6

31

(45)

segala aspek yang menyangkut sarana dan mekanisme pelaksanaan kegiatan

tersebut.

Dalam dunia yang makin lama makin maju sebagai akibat pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global, serta meningkatnya

interaksi dan interdependensi antarnegara dan antarbangsa, maka makin

meningkat pula hubungan internasional yang diwarnai dengan kerja sama dalam

berbagai bidang.

Kemajuan dalam pembangunan yang dicapai Indonesia di berbagai bidang

telah menyebabkan makin meningkatnya kegiatan Indonesia di dunia

internasional, baik dari pemerintah maupun swasta/perseorangan, membawa

akibat perlu ditingkatkannya perlindungan terhadap kepentingan negara dan

warga negara.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur penyelenggaraan hubungan luar

negeri dan pelaksanaan politik luar negeri yang ada sebelum dibentuknya

Undang-undang ini baru mengatur beberapa aspek saja dari penyelenggaraan

hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri serta belum secara

menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu produk hukum

yang kuat yang dapat menjamin terciptanya kepastian hukum bagi

(46)

termasuk Koordinasi antarinstansi pemerintah dan antarunit yang ada di

Departemen Luar Negeri.

Dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar

negeri, Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan hukum dan kebiasaan

intemasional, yang merupakan dasar bagi pergaulan dan hubungan antarnegara.

Oleh karena itu Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri ini sangat penting

artinya, mengingat Indonesia telah meratifjkasi Konversi Wina 1961 tentang

Hubungan Diplomatik, Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler, dan

Konvensi tentang Misi Khusus, New York 1969. Undang-undang tentang

Hubungan Luar Negeri merupakan pelaksanaan dari ketentuan dasar yang

tercantum di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945

dan Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berkenaan

dengan hubungan luar negeri.

Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan hubungan luar

negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, termasuk sarana dan mekanisme

pelaksanaannya, perlindungan kepada warga negara Indonesia di luarnegeri dan

aparatur hubungan luar negeri. Pokok-pokok materi yang diatur di dalam

Undang-undang ini adalah :

a. Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri,

(47)

perwakilan, wewenang dan pelimpahan wewenang dalam penyelenggaraan

hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.

b. Ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok mengenai pembuatan dan pengesahan

perjanjian intemasional, yang pengaturannya secara lebih rinci, termasuk kriteria

perjanjian internasional yang pengesahannya memerlukan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat, ditetapkan dengan undang-undang tersendiri.

c. Perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasuk pemberian bantuan dan

penyuluhan hukum, serta pelayanan konsuler.

d. Aparatur hubungan luar negeri.

Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri

melibatkan berbagai lembaga negara dan lembaga pemerintah beserta

perangkatnya. Agar tercapai hasil yang maksimal, diperlukan adanya koordinasi

antara lembaga-lembaga yang bersangkutan dengan Departemen Luar Negeri.

Untuk tujuan tersebut, diperlukan adanya suatu peraturan perundangundangan

yang mengatur secara jelas serta menjamin kepastian hukum penyelenggaraan

hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, yang diatur dalam

Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri.

Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri ini memberikan landasan

hukum yang kuat bagi penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan

(48)

yang ada mengenai beberapa aspek penyelenggaraan hubungan luar negeri dan

pelaksanaan politik luar negeri.

2.7 Peluang dan Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi MEA 201533

2.7.1 Peluang

a. Manfaat Integrasi Ekonomi.

Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 (sembilan) Negara ASEAN

lainnya membentuk ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 tentu

saja didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang secara konseptual akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi

ekonomi dalam mewujudkan AEC 2015 melalui pembukaan dan pembentukan

pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan efisiensi dan daya saing, serta

pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN, akan

meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan.

b. Pasar Potensial Dunia

Pewujudan AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai

kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia yang didukung oleh jumlah penduduk ke-3

terbesar (8% dari total penduduk dunia) di dunia setelah China dan India. Pada

33

(49)

tahun 2008, jumlah penduduk ASEAN sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN

Economic Community Chartbook, 2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk

yang terus meningkat dan usia mayoritas berada pada usia produktif. Pertumbuhan

ekonomi individu Negara ASEAN juga meningkat dengan stabilitas

makroekonomi ASEAN yang cukup terjaga dengan inflasi sektitar 3,5 persen3.

Jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk

ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia menjadi

negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN

di masa depan.

c. Negara Pengekspor

Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara

pengekspor baik produk berbasis sumber daya alam (seperti agrobased products)

maupun berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas

internasional, sebagian besar Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca

transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan

ASEAN menjadi tempat tujuan investasi (penanaman modal).

Sepuluh (10) komoditi ekspor ASEAN ke dunia pada tahun 2008

(berdasarkan HS- 4 digit) yang dilaporkan dalam ASEAN Economic Community

Cha rtbook (2009) adalah (1) electronic integrated circuits & microassemblies

(9%); (2) oil (not crude) from petrol & bituminous minerals etc. (7%); (3)

a utoma tic da ta processing machines, magnetic or optical readers, etc. (5%); (4)

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.2
Grafik II.1
Tabel II.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dimulai dari perangkat mobile dalam aplikasi CCTV yang berperan sebagi client dengan melakukan pemindaian objek gambar melalui media kamera.. Selanjutnya client akan

• Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan.. menggunakan teknik Modulasi dan

dipilih oleh pihak ketiga yang bertikai, tetapi bisa juga mediator menawarkan diri. Mediator harus dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bertikai. Ketiga,

Promosi KADARZI adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar dapat mengenal, mencegah dan mengatasi

bahwa dengan adanya penyesuaian jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Administrasi Negara sebagaimana telah diatur dalam

At right, a 2-way flow of data and information that connects the firm to its environment – The Firm's Control Mechanism: The elements that enable the firm to operate as a

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor 20

[r]