• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Berbasis Lateks Pekat-Silika Ampas Tebu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Berbasis Lateks Pekat-Silika Ampas Tebu"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang penting karena memegang peranan penting dalam meningkatkan taraf hidup manusia, serta menghasilkan devisa negara. Di dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ditetapkan karet merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dikembangkan di koridor ekonomi Sumatera. Koridor ekonomi Sumatera menghasilkan sekitar 65% dari produksi karet nasional, di mana Sumut memberikan kontribusi sebesar 16% dari produksi karet nasional. Sejak tahun 2007 kajian peluang investasi pengembangan industri karet dan turunannya menunjukkan terdapat 5 (lima) jenis industri yang memiliki peluang investasi dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang. Kelima jenis industri tersebut adalah crum rubber, lateks pekat, sarung tangan karet, conveyor belt dan ban vulkanisir. Tetapi dari kelima jenis industri maka sarung tangan lateks adalah salah satu produk yang memiliki potensi pasar yang luas di dalam negeri maupun luar negeri (Kemenperin, 2011).

(2)

Indonesia adalah negara negara produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand, padahal luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia. Hal ini disebabkan oleh pencapaian produktivitas kebun karet Indonesia hanya sekitar 1,5-2,0 ton per hektar pertahun, lebih rendah dibanding produktivitas karet Thailand yang mencapai diatas 3 ton perhektar per tahun. (Media Perkebunan, 2014).

Berdasarkan pernyataan di atas saya sebagai warga Indonesia pemilik lahan terluas merasa terinspirasi untuk memajukan produksi karet Indonesia karena produk karet Indonesia termasuk sarung tangan lateks masih kalah jumlahnya dari Negara Thailand yang memiliki lahan lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia yang disebabkan oleh tingginya biaya produksi. Komponen terbesar dan dominan dalam biaya produksi sarung tangan adalah biaya bahan baku penolong berupa lateks pekat. Hal inilah yang menjadi alasan melakukan penelitian bagaimana menekan biaya produksi, yaitu dengan melakukan perlakuan khusus kepada bahan baku lateks pekat, yaitu dengan penambahan filler.

Penelitian di bidang nanoteknologi terus berkembang di berbagai macam bidang aplikasi. Dalam pengembangan material polimer juga telah banyak dilakukan penelitian untuk mengembangkan material nanocomposite, dimana filler berukuran nanometer terdispersi ke dalam system matriks polimer. Jenis nanopartikel yang banyak digunakan sebagai objek penelitian dan sudah diproduksi secara komersil adalah silika gel. Silika gel merupakan salah satu padatan anorganik yang dapat digunakan untuk keperluan adsorbsi karena memiliki gugus silanon (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si) yang merupakan sisi aktif pada permukaannya. Disamping itu silika gel memiliki pori-pori yang luas, berbagai ukuran partikel dan area permukaan yang khas. Salah satu sumber silika adalah abu bagase dari ampas tebu. Dan penelitian ini memanfaatkan silika ampas tebu sebagai filer pada lateks agar produksi karet Indonesia semakin meningkat dan juga ampas tebu tidak terbuang begitu saja.

(3)

silika ampas tebu sebagai filler pada ball mill, dengan waktu dan suhu yang diatur disertai stirer untuk menjaga kestabilan kompon. Selanjutnya proses pencetakan spesimen sarung tangan dan pematangan yang dilakukan pada oven. Dengan metode ini diharapkan sarung tangan lateks memiliki sifat mekanik yang lebih baik dan lebih murah. Pada tahapan akhir pembuatan sarung tangan lateks dilakukan juga pengujian meliputi uji kuat tarik dan uji FTIR.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana metode pencampuran lateks pekat dengan bahan kimia dan silika ampas tebu.

2. Karakterisasi untuk mengetahui perbedaan sarung tangan lateks dengan penambahan silika ampas tebu dan sarung tangan lateks tanpa penambahan silika ampas tebu.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sifat-sifat fisis dan kimia karet alam dan silika ampas tebu. 2. Membuat spesimen sarung tangan lateks dengan penambahan silika ampas

tebu.

3. Mengetahui susunan komposisi yang paling optimal untuk mendapatkan kekuatan karet vulkanisat.

4. Menguji kuat tarik dan uji FTIR dari spesimen sarung tangan lateks dengan penambahan silika ampas tebu.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk membantu pelaku industri melalui informasi teknologi tepat guna pengolahan lateks pekat dengan penambahan silika ampas tebu menjadi produk sarung tangan lateks dengan sifat mekanik yang kuat dan tidak mahal.

2. Memberi nilai tambah pada silika ampas tebu sebagai sumber daya alam yang melimpah di Indonesia.

(4)

terutama mahasiswa untuk melakukan penelitian-penelitian tentang karet alam.

1.5 Batasan Masalah

1. Bahan dasar yang digunakan adalah lateks pekat produksi PT.Bakrie Sumatera Plantations Tbk, Kisaran Barat, Asahan Sumatera Utara. 2. Pada lateks kompon digunakan pengisi berupa accelerator, filler, bahan

pemvulkanisasi dan antioksidan.

3. Pengujian yang dilakukan antara lain; uji kuat tarik dan uji FTIR. 4. Pencampuran lateks pekat, silika ampas tebu dan bahan kimia

Referensi

Dokumen terkait

 Pada Metode Pelaksanaan untuk semua jenis pekerjaan utama hanya secara umum, tidak menggambarkan metode kerja setiap jenis bangunan yang secara teknis dapat

The inner view represents the common active learning loop: 1) evaluate usefulness, 2) select samples, and 3) train classifier.. Figure 2 shows the interaction between

[r]

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012.. Nama Mahasiswa :

Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya bersifat pasif. Transpirasi

Kinerja karyawan tergambarkan oleh kuantitas (hasil pekerjaan selesai sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan bersedia lembur kerja jika pekerjaan belum

Kadar air biji kacang hijau berkisar 5-15%, pada kadar air ini kelembaban terlalu rendah untuk berlangsungnya metabolisme sehingga tahap perkecambahan adalah kadar air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menganalisis Transaksi Jurnal Penyesuaian