• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Aman Nyaman 1. Definisi Aman Nyaman

Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter & Perry, 2006).

Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam keamanan klien dan lingkungan, dan

selanjutnya melakukan intervensi yang diperlukan. Dengan melakukan hal ini, maka perawat

adalah orang yang berperan aktif dalam usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan,

dan peningkatan kesehatan. Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak,

kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan

akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas

dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.

Kenyamanan atau rasa aman adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

yaitu kebutuhan akan ketentraman (Suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan

sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu melebihi

masalah).

Kenyamanan dipandang secara holistik, yaitu :

a. Fisik berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Social berhubungan dengan hubungan interpersonal keluarga dan social.

c. Psikospiritual berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang

meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

d. Lingkungan berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia

seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.

Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,

(2)

2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan 1. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah terjadi dan

mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.

2. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan

terjadinya resiko injury menyebabkan klien selalu merasa tidak aman dalam beraktivitas

dan tidak nyaman dengan keterbatasan fisik yang dialaminya.

3. Gangguan Persepsi Sensori

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan

penciuman, pendengaran dan penglihatan yang lebih sering tidak nyata menimbulkan

rasa tidak nyaman saat gangguan datang .

4. Keadaan Imunitas

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang

penyakit.

5. Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan

kurang tidur.

6. Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan

kecelakaan.

7. Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi

sebelumnya.

8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resistensi dan anafilaktik syok.

9. Status nutrisi

Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan pe

nyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi beresiko terhadap penyakit tertentu.

10. Usia

(3)

11. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berspon terhadap tin

gkat kenyamanannya.

12. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu meniningkatkan dan

mengatasi kenyamanan dalam hidupnya.

3. Klasifikasi Kebutuhan Keamanan dan Kenyamana a. Keselamatan Fisik

Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau mengelurkan

ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan,

bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan

terhadap komplikasi seperti infeksi, oleh karena itu bergantung pada diagnose dalam sistem pelayan kesehatan untuk perlindungan.

Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas

pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya, seorang perawat mungkin perlu melindungi klien

disorientasi dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi (Potter & Perry, 2005).

b. Keselamatan Psikologis

Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami apa yang

diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesionl pemberi perawatan

kesehatan. Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang

baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa

ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal (Potter

& Perry, 2005).

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan fisik

dan psikologis merekat tanpa bantuan dari 11iagnose11nal pemberi perawatan kesehatan.

Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih rentan untuk terancam kesejahteraan fisik

dan emosinya, sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu

(4)

4. Proses Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

a. Pengkajian

Perawat memberikan perawatan kepada klien di dalam komunitas mereka tentang

pelayanan ditempat pelayanan kesehatan untuk memastikan lingkungan yang aman,

perawat perlu memahami hal-hal yang memberi konstribusi keamanan, lingkungan klien,

dan mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien. Pengkajian yang dilakukan

terhadap klien mendiskusikan faktor resiko yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan.

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien, pengamatan

langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu di kaji meliputi:

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress yang diperoleh baik dari

klien maupun keluarganya.

2. Perilaku

Respon klien terhadap kebutuhan rasa aman dan nyaman karena perilaku kekerasan.

Perilaku klien sangat tergantung pada jenis masalahnya. Apabila perawat

mengidentifikasi adanya tanda-tanda ketidak aman dan nyaman maka pengkajian

selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis masalah yang

memepengaruhi perilaku kekerasannya saja. Validasi informasi tentang isi, waktu,

frekuensi, situasi pencetus dan respon klien sehingga menyebabkan klien tidak

merasa nyaman.

3. Fisik

Hal-hal yang perlu dikaji dalam pemeriksaan fisik meliputi: ADL, kebiasaan, riwayat

kesehatan, riwayat skizofrenia dalam keluarga dan fungsi sistem tubuh.

4. Status emosi

Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan,

(5)

5. Status intelektual

Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan, isi pikir

tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi

dan denial serta sedikit bicara.

6. Status sosial

Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan

kecemasan (Purba dkk, 2011).

b. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,

kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari

medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan

atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup

tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal

dalam proses keperawatan.

Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang

dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis

keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah-masalah pasien.

Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan

kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien, menilai keadaan

kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah

(6)

Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh perawat, mencakup

persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya. Sedangkan data objektif

adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera

(lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi,

pernafasan, tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran

1. Data Subjektif

− Klien mengatakan seperti semua orang memusuhinya dan ingin menyakitinya

− Klien mengatakan dengan marah-marah dan merusak atau menyakiti orang lain

ia merasa puas

− Klien mengatakan tidak nyaman dengan apa yang ia alami, karena sesaat setelah marah-marah ia menyesal dan menjadi semakin takut dengan orang yang ingin

mendekatinya

2. Data Objektif

− Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang-barang sendiri

− Bersikap selalu berlawanan dengan teman satu ruangannya

− Ekspresi wajah tegang

− Klien tampak tidak nyaman

− Marah-marah tanpa sebab dan terkadang menangis

− Mau menyakiti diri sendiri dan orang lain

(7)

c. Rumusan Masalah

Dan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada, dapat dirumuskan pohon masalah

sebagai berikut:

1. Gangguan rasa aman dan nyaman

Definisi : Kondisi dimana klien merasa tidak aman dan nyaman serta klien memiliki

persepsi bahwa setiap rangsangan yang datang merupakan suatu ancaman.

Kemungkinan berhubungan dengan :

Perilaku Kekerasan (Effect)

Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Care Problem)

Curiga/waspada (Causa)

d. Perencanaan

Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah

perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku keperawatan

dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan

intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat

prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan

anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi

asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien

(8)

1. Gangguan rasa aman dan nyaman

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan keperawatan

1. Tujuan:

− Mempertahankan tingkat kenyaman klien dalam

beraktivitas.

− Meningkatkan keamanan klien terhadap lingkungan.

Kriteria hasil:

− Klien tampak tenang dalam beraktivitas

− Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain

− Klien mampu mengontrol emosi

Rencana tindakan Rasional

1. Kaji tingkat rasa kenyamanan

dengan melihat perilaku klien..

2. Kaji respon klien terhadap

lawan bicara ketika sedang berkomunikasi

3. Pantau tingkat emosional klien saat klien marah.

4. Ajarkan teknik tarik nafas

dalam

5. Ajarkan klien mengungkapkan

perasaaan marah dengan baik

6. Ajarkan klien mengontrol

perasaan marah dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan, misalkan dengan berdoa

1. Perilaku klien dapat

menujukkan rasa kenyamanan klien yang dirasakannya.

2. Respon klien terhadap lawan

bicara menunjukkan tingkat kenyaman klien saat berkomunikasi.

3. Tingkat emosi klien

menggambarkan rasa aman dan nyaman yang sedang dirasakan klien.

4. Mampu membuat perasaan

tenang dan nyaman saat perasaan marah muncul.

5. Klien mampu mengungkapkan

rasa marah dan merasa nyaman

setelah mengungkapkan perasaan marahnya

6. Dengan berdoa klien dapat

(9)

2. Perencanaan

1) Gangguan rasa aman dan nyaman

Tujuan : Mempertahankan tingkat kenyamanan dan aman klien dalam beraktivitas.

Intervensi Rasional

1. Memantau tingkat rasa nyaman

klien dalam perilaku pasien.

2. Memantau respon klien terhadap

lawan bicara ketika sedang

berkomunikasi.

3. Memantau tingkat emosional

klien saat klien marah.

4. Mengajarkan teknik tarik nafas

dalam.

5. Mengajarkan klien

mengungkapkan perasaaan marah

dengan baik

6. Mengajarkan klien mengontrol

perasaan marah dengan

mendekatkan diri pada Tuhan,

misalkan berdoa

1. Pantau klien dapat menujukkan

rasa kenyamanan klien yang

dirasakannya.

2. Respon klien terhadap lawan

bicara menunjukkan tingkat

kenyamanan klien saat

berkomunikasi.

3. Tingkat emosi klien

menggambarkan rasa aman dan

nyaman yang sedang dirasakan

klien.

4. Membuat perasaan tenang dan

nyaman saat perasaan marah

muncul.

5. Setelah klien mengungkapkan

rasa marahnya dengan baik

klien dapat merasa nyaman

setelah mengungkapkan

perasaan marahnya

6. Dengan berdoa klien dapat

merasa nyaman saat perasaan

(10)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 30 Tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Kristen

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Salam Tani, Pancur Batu

Tanggal Masuk RS : 28-11-2013

No. Register : 023025

Ruangan Kamar : Bukit Barisan

Tanggal Pengkajian : 02-06-2014

Diagnosa Medis : Perilaku Kekerasan

II. KELUHAN UTAMA

Klien sering tiba-tiba ingin merusak barang, memukul orang. Klien mudah marah dan

tersinggung bila diajak berbicara. Klien menganggap orang yang tidak dikenalnya

(11)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien sering melamun dan tidak mau melakukan apa-apa, lebih suka

menyendiri. Tiba-tiba sering mengamuk dan merusak barang saat di ajak

berbicara.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien mengatakan dengan menyendiri atau mengamuk keadaan akan menjadi

lebih baik dan klien merasa puas.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan sudah lebih tenang selama dirawat di rumah sakit, karena

banyak teman-teman di ruangan.

2. Bagaimana dilihat

Klien tampak lebih senang menyendiri dan suka mengamuk sendiri.

C. Severity

Klien merasa terganggu dengan keadaan yang dialaminya sehingga klien merasa

tidak aman dan nyaman.

D. Time

Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut selama 3 tahun terakhir

ini

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Klien sudah mengalami gangguan jiwa 3 tahun terakhir ini.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien berobat jalan di Rumah Sakit Jiwa 1 tahun terakhir ini.

C. Pernah dirawat/dioperasi Klien tidak pernah dioperasi.

D. Lama dirawat

(12)

E. Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien.

B. Saudara kandung

Adik klien juga dirawat di Rumah Sakit Jiwa sama seperti klien.

C. Penyakit keturunan yang ada

Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Adik klien juga mengalami gangguan jiwa dan dirawat di rumah sakit yang sama

dengan klien.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Anggota keluarga klien masih lengkap, belum ada yang meninggal.

F. Penyebab meninggal Tidak ada

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mengatakan ia sering menyendiri dan merasa sudah di asingkan oleh

keluarga karena penyakitnya, klien merasa hidupnya akan selamanya di rmah

sakit.

B. Konsep diri

- Gambaran diri

Klien tidak merasakan ada yang kurang dari tubuhnya.

- Ideal diri

Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah berkumpul dengan keluarga.

- Harga diri

Klien mengatakan dirinya sudah tidak berguna karena sudah dianggap sakit

(13)

- Peran diri

Klien sebagai seorang anak laki-laki yang belum menikah dan tidak bekerja.

- Identitas

Klien merupakan laki-laki pengangguran tamatan SMP.

C. Keadaan emosional

Klien merasa orang-orang disekitarnya terlihat memusihinya dan mengancam

dirinya sehingga klien merasa tidak aman dan nyaman. Saat diajak komunikasi

klien tampak tegang dan menjawab dengan suara tinggi. Sesaat setelah

marah-marah klien tampak menyesal dan mengatakan menjadi takut dengan orang yang

mendekatinya.

D. Hubungan sosial - Orang yang berarti

Klien menganggap Ibunya adalah orang yang paling berarti.

- Hubungan dengan keluarga

Klien memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan keluarga.

- Hubungan dengan orang lain

Selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi dengan orang

lain kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan kurang percaya

dengan orang lain, klien menganggap orang asing adalah ancaman

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Karena kurangnya sosialisasi antara klien dengan teman-teman di ruangan,

menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa semua

orang memusuhinya.

E. Spiritual

- Nilai dan Keyakinan

Klien menganut keyakinan Agama Kristen.

- Kegiatan Ibadah

(14)

VII. STATUS MENTAL A. Tingkat kesadaran

Klien sadar penuh (composmentis), tetapi mengalami disorientasi dan terlihat

seperti bingung.

B. Penampilan

Klien berperilaku curiga melihat orang lain, klien kurang memperhatikan

penampilannya, karena ia rasa tidak terlalu penting.

C. Pembicaraan

Selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien klien berbicara

cepat, singkat dan menjawab pertanyaan dengan singkat-singkat dengan suara

agak tinggi.

D. Interaksi selama wawancara

Selama wawancara dengan perawat klien kurang konsentrasi dan tidak mau

menjawab pertanyaan yang ia tidak inginkan.

E. Persepsi

Klien mengatakan sering ingin marah terhadap orang-orang disekitarnya karena

klien merasa bahwa orang-orang terlihat memusuhinya sehingga ia rasa

mengancam dirinya.

F. Proses Pikir

Proses fikir klien terganggu terlihat dari apa saja yang dikatakannya tentang

orang-orang yang ada disekitarnya.

G. Isi fikir

Saat dilakukan wawancara klien terus berfikir bahwa semua orang adalah orang

(15)

VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Composmentis

B. Tanda-tanda vital

- Suhu Tubuh : 36,5oC

- Tekanan Darah : 110/90 mmhg

- Nadi : 80 x/i

- Pernafasan : 23 x/i - Tinggi Badan : 167 cm - Berat Badan : 67 kg

C. Pemeriksaan head to toe 1. Kepala dan rambut

Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala bersih.

Penyebaran rambut merata.

2. Wajah

Wajah klien tampak merah dan tegang, rahang mengatup, gigi merapat

3. Mata

Klien memiliki 2 mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan.

Pandangan klien tajam ketika klien marah

4. Hidung

Hidung klien simetris dengan dua lubang hidung dan tidak ada cuping hidung.

5. Telinga

Bentuk telinga klien simetris kiri dan kanan, tetapi klien sesekali mendengar

suara-suara yang menyuruhnya melakukan kekerasan.

6. Mulut dan faring

Mulut klien kurang bersih, bibir menghitam karena rokok, klien dapat

membedakan rasa asam dan manis. Rahang klien terlihat mengatup ketika rasa

marah muncul.

7. Leher

(16)

8. Integument

Kulit klien warna coklat dan sedikit kotor, akral klien hangat dan turgor

kembali normal, kulit disekitar mata terdapat lingkaran hitam.

9. Ekstremitas atas

Klien terlihat mengepalkan tangannya ketika rasa marah muncul, suka

melempar dan memukul.

10.Ekstremitas bawah

Klien sering gelisah dan berjalan mondar-mandir.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI A. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

- Nafsu/selera makan : Nafsu makan kuat

- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati

- Alergi : Tidak ada riwayat alergi

- Mual muntah : Tidak ada mual muntah

- Tampak makan memisahkan diri :klien selalu memisahkan diri saat

makan

- Waktu pemberian makan : Pagi, siang, sore

- Jumlah dan jenis makanan : 1 porsi, jenis nasi + lauk + sayur

- Waktu pemberian cairan : Tidak ditentukan

- Masalah makan dan minum :Klien tidak memiliki masalah dalam

hal makan dan minum

B. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Telihat kurang bersih tetapi klien

rajin mandi

- Kebersihan gigi dan mulut : Terlihat kotor

(17)

C. Pola kegiatan/aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,

dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total :

Aktivitas mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri

tetapi masih berantakan, klien kurang mau beraktivitas dengan orang lain

karena selalu curiga dan selalu ingin marah dengan teman lain yang

mendekatinya.

- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :

Pasien tidak mau ikut kebaktian yang diadakan di rumah sakit

D. Pola eliminasi 1. BAB

- Pola BAB : 2 kali sehari

- Karekter feses : Normal

- Riwayat perdarahan : Tidak ada

- BAB terakhir : Pagi hari

- Diare : Tidak pernah

- Penggunaan laksatif : Tidak ada

2. BAK

- Pola BAK : Kurang lebih 4 kali sehari

- Kateter urine : Tidak ada

- Nyeri/rasa terbakar : tidak ada

- Penggunaan diuretic : Tidak ada

- Upaya mengatasi masalah : Tidak ada masalah

E. MEKANISME KOPING

Klien lebih sering memendam masalah sendiri dan tidak suka bercerita dengan

(18)

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH KEPERAWATAN

1 DS: Klien mengatakan seperti

semua orang memusuhinya dan

ingin menyakitinya dengan

marah-marah dan merusak atau

menyakiti orang lain ia merasa

puas. Klien mengatakan tidak

nyaman dengan apa yang ia

alami, karena sesaat setelah

marah-marah ia menyesal dan

menjadi semakin takut dengan

orang yang ingin mendekatinya

.

DO: -marah-marah tanpa sebab

-gelisah dan tidak nyaman

- terkadang menangis

-terlihat sering

mengepalkan tangan

GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN

MASALAH KEPERAWATAN :

Gangguan Rasa Aman dan Nyaman

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

Gangguan rasa nyaman dan aman berhubungan dengan perilaku kekerasan yang dialaminya

ditandai dengan pasien merasa curiga dan tidak nyaman dengan lingkungan sekitarnya,

(19)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/ Tanggal

No.Dx Perencanaan keperawatan

Rabu/04

1 Tujuan dan Kriteria Hasil

− Tujuan : Mempertahankan tingkat kenyamanan dan keamanan klien dalam beraktivitas.

− Kriteria hasil: - Klien tampak tenang dalamberaktivitas

- Klien mampu berkomunikasi dengan

orang lain

- Klien mampu mengontrol emosi

Rencana Tindakan Rasional 1. Mengkaji tingkat rasa

kenyamanan dengan melihat perilaku klien.

2. Mengkaji respon klien terhadap lawan bicara

ketika sedang berkomunikasi.

3. Memantau tingkat

emosional klien saat klien marah.

4. Mengajarkan teknik

tarik nafas dalam.

1. Perilaku klien dapat menujukkan rasa kenyamanan klien yang dirasakannya.

2. Respon klien terhadap lawan bicara menunjukkan tingkat kenyaman klien saat berkomunikasi.

3. Tingkat emosi klien

menggambarkan rasa aman dan nyaman yang sedang dirasakan klien.

4. Mampu membuat perasaan

(20)

5. Mengajarkan klien mengungkapkan

perasaaan marah dengan baik

6. Mengajarkan klien

mengontrol perasaan marah dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan, misalkan dengan berdoa

5. Klien mampu

mengungkapkan rasa marah dan merasa nyaman setelah mengungkapkan perasaan marahnya

(21)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

nyaman klien dalam

perilaku pasien.

2. Memantau respon klien

terhadap lawan bicara

ketika sedang

berkomunikasi.

3. Memantau tingkat

emosional klien saat

klien marah.

4. Mengajarkan teknik

tarik nafas dalam.

5. Mengajarkan klien

mengungkapkan

perasaaan marah

dengan baik

6. Mengajarkan klien

mengontrol perasaan

marah dengan cara

mendekatkan diri pada

Tuhan, misalkan

dengan berdoa

S :

Tn.J mengatakan bahwa klien tidak nyaman jika klien digabungkan dengan teman-temannya satu ruangan.

O :

Tn.J tampak gelisah dank lien merasa ingin marah jika di ajak berkomunikasi dengan temannya.

A:

Masalah teratasi sebagian

(22)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

nyaman klien dalam

perilaku pasien.

2. Memantau respon klien

terhadap lawan bicara

ketika sedang

berkomunikasi.

3. Memantau tingkat

emosional klien saat

klien marah.

4. Mengajarkan teknik

tarik nafas dalam.

5. Mengajarkan klien

mengungkapkan

perasaaan marah

dengan baik

6. Mengajarkan klien

mengontrol perasaan

marah dengan cara

mendekatkan diri pada

Tuhan, misalkan

dengan berdoa

S :

Tn.J mengatakan bahwa mulai

nyaman dengan keadaan

dlingkungan ruangannya

O :

Tn.J mulai mau berbicara dengan baik tanpa rasa ingin marah dengan teman-teman.

A:

Masalah teratasi sebagian

(23)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

nyaman klien dalam

perilaku pasien.

2. Memantau respon klien

terhadap lawan bicara

ketika sedang

berkomunikasi.

3. Memantau tingkat

emosional klien saat klien

marah.

4. Mengajarkan teknik tarik

nafas dalam.

5. Mengajarkan klien

mengungkapkan

perasaaan marah dengan

baik

6. Mengajarkan klien

mengontrol perasaan

marah dengan cara

mendekatkan diri pada

Tuhan, misalkan dengan

berdoa.

S :

Tn.J merasa nyaman dengan lingkungan 1 ruangannya serta klien mau berkomunikasi dengan teman-temannya.

O :

Tn.J mau berkomunikasi dengan baik tanpa ada rasa marah.

Tn.J mampu mengontrol emosi dalam berkomunikasi dengan lawan bicara.

A:

Masalah teratasi sebagian

(24)

EVALUASI

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk klien dengan

prioritas masalah gangguan rasa aman dan nyaman.

1. Klien mau menerima perawat sebagai terapis di tandai dengan:

a. Klien menerima perawat sebagai perawatnya

b. Klien mau menceritakan masalah yang dihadapinya kepada perawat

c. Klien mau bekerja sama dengan perawat dan setiap program yang perawat tawarkan

dilaksanakan oleh klien

2. Klien dapat merasa aman dan nyaman yang ditandai dengan :

a. Ekspresi wajah klien tenang dan tidak tegang

b. Klien dapat beraktivitas dengan nyaman tanpa merasa bahwa orang lain adalah

musuhnya

c. Klien merasa aman pada dirinya dan orang sekitar karena perilaku yang sering

meminta klien untuk menyakiti dirinya bahkan orang sekitarnya

d. Klien dapat istirahat/tidur dan beraktivitas dengan orang lain dengan nyaman tanpa

Referensi

Dokumen terkait

In both the scenarios we have analysed, the allocation of grazing licences and the cessation of grazing, the need exists for compensation pay- ments as a means to resolve the

Kegiatan ini merupakan sebuah cara untuk memberi pengetahuan dan bekal untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa Pengairan terhadap aplikasi software di bidang sumber

 Mahasiswa dapat membuat model matematik dari masalah teknis yang ada serta mencari solusinya.. 

building in response to whatever loads may be applied to it, a structure must possess four properties: it must be capable of achieving a state of equilibrium, it must be stable, it

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik.. Irrevocable L/C yang

Currently, its most common application in architecture is in domestic building where it is used as a primary structural material either to form the entire structure of a building, as

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi - 2a. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke

An interesting feature of the form-active shape for any load pattern is that if a rigid element is constructed whose longitudinal axis is the mirror image of the form-active shape