• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belanja Online Sebagai Gaya Hidup Studi Deskriptif Pada Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Belanja Online Sebagai Gaya Hidup Studi Deskriptif Pada Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi komunikasi kini semakin maju dan berkembang menumbuhkan

berbagai pengaruh bagi penggunanya. Teknologi bagai bermata dua yang

memberikan kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk lebih mampu

memanfaatkan teknologi sesuai dengan fungsinya. Internet merupakan bentuk dari

perkembangan teknologi yang saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian

kalangan. Perubahan zaman yang mengharuskan pengetahuan teknologi dapat

digunakan dan dimanfaatkan oleh semua pihak.

Perubahan teknologi komunikasi yang sangat cepat dan mengglobal telah

memberikan perubahan secara signifikan. Jaringan sosial internet juga dapat

mempengaruhi tingkat kebutuhan mahasiswa dalam kehidupannya. Kewajiban

sebagai mahasiswa ialah belajar dan menuntut ilmu. Berbagai cara dilakukan

mahasiswa untuk tetap eksis dilingkungannya mulai dari pemilihan cara belajar,

memilih teman, cara berpenampilan, cara memilih hiburan hingga cara mereka

mengekspresikan kreatifitas. Mahasiswa mengekspresikan dirinya dengan

mencari informasi terkait dengan tatanan kehidupannya dengan menggunakan

teknologi internet. Perkembangan teknologi membawa banyak perubahan dalam

gaya hidup mahasiswa. Internet mengenalkan berbagai informasi mulai dari

(2)

Penggunaan internet semakin populer dikacamata para generasi muda tak

terkecuali mahasiswa. Mahasiswa adalah bagian masyarakat yang sangat dekat

dengan persoalan akses informasi dan dunia internet, bukan hanya karena tuntutan

keilmuan yang mengharuskan mahasiswa untuk selalu mencari informasi terbaru,

tetapi juga persoalan tentang berbagai kebutuhan mendasar sebagai manusia di era

teknologi. Penggunaan internet sebagai salah satu akses informasi dalam

melancarkan berbagai aktivitas mahasiswa. Internet digunakan sebagai

penghubung ilmu dan mempermudah mahasiswa untuk mengakses berbagai

kebutuhan yang berhubungan dengan keilmuan. Internet juga digunakan instansi

dan mahasiswa untuk menyelesaikan bentuk administratif, pengurusan mata

kuliah, pengurusan nilai juga hal-hal yang berkaitan dengan akademis

kemahasiswaan.

Kondisi lingkungan yang mendukung mahasiswa untuk mengakses

berbagai bentuk inovasi atau perubahan yang ada di lingkungan sekitar akibat

adanya internet. Internet memberikan beragam fasilitas yang sangat memudahkan

penggunanya untuk mengakses beragam informasi yang diinginkan sehingga para

pengguna internet dimanjakan oleh beragam fasilitas tersebut. Beragam fasilitas

yang disajikan oleh internet memberikan warna baru dalam segi belanja. Online shop adalah salah satu fasilitas yang disajikan internet yang memberikan berbagai kemudahan.

Perubahan cara belanja dengan menggunakan online shop sedikit banyak menggeser nilai sosial yang semula jika bertransaksi di pasar menggunakan

(3)

online shop proses transaksi hanya melalui jaringan internet tanpa bertatap muka sehingga tidak adanya proses tawar menawar atau berkomunikasi verbal. Online shop sama halnya dengan pasar tradisional atau modern yang ada di dunia nyata namun perbedaannya hanyalah pada cara bertransaksi atau proses jual belinya

dengan menggunakan jaringan internet. Para pengguna jasa jual beli online ini dapat dengan mudah melihat pilihan barang dan harga yang akan dibelinya.

Keunggulan pembelian secara online prosesnya mudah dilakukan cukup dengan membuka web web online shopdengan sambungan jaringan internet.

Di berbagai kesempatan lingkungan sosial mahasiswa FISIP sering kali

memperbincangkan mengenai online shop. Online shop menjadi topik perbincangan untuk menjalin komunikasi antara mahasiswa satu dengan yang

lainnya. Perbincangan seputar online shop untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa memberikan keingintahuan penulis lebih mendalam mengenai apa yang membuat

mahasiswa FISIP memilih online shopdalam memenuhi kebutuhan.

Pemenuhan kebutuhan melalui online shop untuk sebagian mahasiswa selalu menjadikan tanda tanya besar. Apakah dengan online shop mahasiswa merasa mendapatkan kemudahan yang ditawarkan ataukah hal lain yang membuat

mahasiswa FISIP memilih cara belanja dengan menggunakan online shop. Mempertimbangkan kondisi lingkungan mahasiswa FISIP yang berada di

kawasan yang tidak begitu strategis sehingga online shopmenjadi salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan atauada hal yang lain yang membuat

(4)

Penggunaan online shop bagi mahasiswa memberikan perubahan belanja yang semula harus berdesak-desakan di pasar menjadi satu hal yang baru dan

praktis.Banyak kemudahan yang dapat ditemui dalam transaksi online, akan tetapi yang masih melekat dibenak konsumen yaitu tingkat kepercayaan. Banyak

konsumen yang masih mempertanyakan tentang sistem keamananannya. Resiko

belanja online sangatlah tinggi hal ini dapat mengurangi kepercayaan konsumen untuk berbelanja online. Resiko yang cukup dikhawatirkan yaitu penipuan, barang tidak sesuai, kualitas barang, pengiriman barang dan data pribadi konsumen.

Berbeda dengan perdagangan konvensional dimana penjual dan pembeli bertemu

secara langsung dalam melalukan transaksi.

(5)

Tabel 1

Kelebihan dan Kekurangan Toko Konvensional dengan Toko Online KELEBIHAN

Toko Konvensional Toko Online

Customer dapat melihat sendiri barang yang diinginkan.

• Jika ada kerusakan barang bisa

langsung tukar.

• Dapat dilihat secara langsung

dan langsung dibawa.

• Komunikasi secara tatap

muka/langsung.

• Lebih efisien karena tempat dan

waktu pemesanan tidak terbatas.

• Transaksi bisa lebih mudah

karena melalui transfer atm.

• Memiliki pangsa pasar yang lebih

luas.

• Modal yang relatif kecil.

• Biaya operasional rendah.

• Sistem promosi yang Murah.

KEKURANGAN

Toko Konvensional Toko Online

• Harus ada infrastruktur.

• Biaya operasional tinggi.

• Pangsa pasar terbatas.

• Waktu penjualan terbatas.

• Sistem promosi yang lebih

mahal.

• Banyaknya pesaing disekitar

sehingga dengan jenis usaha

yang sama.

• Uang di transfer terebih dahulu

sehinggi diperlukan kepercayaan

antara kedua bela pihak.

Customer terkadang tidak puas karena barang yang dipesan tidak

sesuai dengan yang diharapkan.

• Pada umumnya biaya pengiriman

(Ongkir) menjadi tanggungan

customer.

• Membutuhkan waktu yang lebih

(6)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa baik secara konvensional

maupun secara online, kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tinggal bagaimana caranya konsumen untuk memilih antara keduanya

sesuai dengan kebutuhannnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dari keseluruhan latar belakang dan tinjauan pustaka,

maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam

beberapa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku konsumsi mahasiswa FISIP pada produk online?

2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi mahasiswa FISIP dalam belanja online?

3. Apa makna dari belanja onlinebagi mahasiswa FISIP?

1.3. Tinjauan Pustaka

Masyarakat pada zaman modern tidak akan terlepas dengan adanya

konsumsi dan konsumerisme. Konsumsi pada era ini diangap sebagai suatu respon

terhadap dorongan homogenisasi 1

1

Homogenisasi merupakan sebuah fenomena globalisasi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi yang dapat menyebar ke masyarakat global. Dampaknya nilai-nilai budaya, vitalitas, dan potensi yang asli ditinggalkan dan nilai-nilai yang telah dipaket dan diproduksi secara massal (seperti melalui TV, Radio,dkk), diiklankan dan dijual ke pasar lalu di adopsi beramai-ramai.

budayadan teknologi. Orang-orang mulai

menjadikan konsumsi sebagai upaya ekspresi diri yang penting, bahasa umum

yang kita gunakan untuk mengkomunikasikan dan menginterpretasi tanda-tanda

budaya.Konsumerisme juga terjadi seiring dengan meningkatnya ketertarikan

(7)

masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap pengulangan

yang sangat cepat dari hal-hal yang lama atau pencarian terhadaphal baru seperti :

produk baru, pengalaman baru dan citra baru.

Baudrillard (dalam Soedjatmiko 2008: 27) bahwa ide mengenai manusia

yang memiliki kebutuhan dan “harus selalu dipenuhi“ melalui konsumsi adalah

mitos belaka. Sesungguhnya manusia tidak pernah terpuaskan secara aktual,

dengan ini, kebutuhan-kebutuhannya pun tak pernah pula terpuaskan. Konsumsi

tidak lagi sekedar pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan fungsional

manusia. Konsumsi telah menjadi budaya konsumsi. Sistem masyarakat pun telah

berubah, dan yang ada kini adalah masyarakat konsumen, yang mana

kebijakan-kebijakan dan aturan-aturan sosial masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan

pasar.

Irwan Abdullah, dalam Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan (2006),

masalah konsumerisme mesti dilihat juga dalam kerangka perubahan budaya

masyarakat dengan segala faktor yang memengaruhi dan dipengaruhinya.

Keadaan masyarakat sekarang ini semakin berubah seiring perkembangan zaman

dipengaruhi dari budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat karena adanya

perubahan pola pikir masyarakat terpengaruh adanya budaya yang berkembang.

Budaya merupakan hasil dari proses sosial yang dilakukan manusia tetapi pada

kenyataan sekarang ini budaya yang ada menjadi pembentuk diri manusia.

Batasan tipis antara kebutuhan dan keinginan yang menjadikan pemikiran

masyarakat sekarang ini lebih ke arah keinginan dan budaya atau mode yang

(8)

tergantung pada substansi kebutuhan tetapi adanya pelekatan mode serta budaya

yang sedang berkembang dalam masyarakat.

Konsumerisme bagian dari perubahan gaya hidup pada sebuah kelompok

masyarakat yang terdongkrak menjadi kelas menengah perkotaan. Menurut Kotler

(1997:153) faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap

perilaku konsumen. Peran budaya, sub budaya dan kelas sosial konsumen sangat

berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli suatu produk.

Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap perilaku belanja menurut

Robert dalam (Indrakusuma, 2008)adalah sebagai berikut:

1. Budaya

Suatu kenyataan bahwa budaya adalah salah satu penyebab paling

mendasar dari keinginan dan tingkah laku individu, termasuk juga perilaku

konsumen serta pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan

perkembangan zaman dari masyarakat tersebut.

2. Kelas sosial.

Kelas sosial selalu ada dalam suatu masyarakat yang tersusun, dimana

(9)

3. Kelompok referensi

Kelompok referensi seseorang adalah kelompok yang mempunyai

pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku orang

tersebut.

4. Kelompok anutan

Kelompok anutan menghadapkan individu pada pola perilaku gaya hidup

baru. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok anutan yang mereka menjadi

anggotanya atau yang mereka cita-citakan. Pengaruh kelompok anutan terhadap

perilaku konsumen antara lain dalam menentukan produk dan merek yang mereka

gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompoknya.

Adanya kelas dalam masyarakat juga dapat dijadikan perkembangan

dalam adanya budaya konsumerisme. Pengaruh dari adanya kelas sosial terhadap

perilaku konsumen begitu tampak dari pembelian akan kebutuhan untuk

sehari-hari, bagaimana seseorang akan membeli barang kebutuhan sehari-hari baik yang

primer ataupun hanya sebagai penghias dalam kelas sosial begitu berbeda.Untuk

kelas sosial dari status yang lebih tinggi akan membeli barang kebutuhan yang

bermerek terkenal, ditempat yang khusus dan memiliki harga yang cukup mahal.

Sedangkan untuk kelas sosial dari status yang lebih rendah akan membeli barang

kebutuhan yang sesuai dengan kemampuannya dan ditempat yang biasa saja.Para

konsumen membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai

oleh anggota kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para

(10)

produk-produk tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.Adapun

ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas dan mungkin

merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan

penghasilan.

Kehidupan sosial mempengaruhi perilaku konsumen kelompok acuan,

keluarga serta peran dan status. Banyak kelompok yang dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Kotler (1997:157), mengemukakan bahwa kelompok acuan

seseorang terdiri semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka)

atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Terdapat beberapa

pembagian kelompok, yaitu: kelompok primer meliputi keluarga, teman, tetangga,

dan rekan kerja. Orang tersebut melakukan interaksi secara terus-menerus dan

kelompok sekunder meliputi kelompok keagamaan, profesi, asosiasi perdagangan

cenderung lebih formal dan interaksi yang terjadi tidak rutin.

Piotr Sztompka (1993: 7-8) Perkembangan sosial yang melukiskan

perkembangan potensi yang terkandung dalam sistem sosial. Konsep

perkembangan sosial ini memuat tiga ciri yaitu:

1. Menuju ke arah tertentu dalam arti keadaan sistem tak terulang sendiri di setiap

tingkatan.

2. Keadaan sistem pada waktu berikutnya mencerminkan tingkat lebih tinggi dari

semula.

3. Perubahan dipicu oleh kecenderungan yang berasal dari dalam sistem

(11)

penanggulangan kontradiksi internal menciptakan kehidupan yang lebih baik,

menyalurkan kreativitas ke arah inovasi yang berarti).

Mahasiswa sebagai konsumer atau pengguna memang memiliki

karakteristik tertentu. Karakteristik ini diantaranya adalah gaya hidup (life style). Mahasiswa sebagai remaja juga menjadi konsumen media massa. Usia remaja

yang masih dalam tahap perkembangan akan lebih mudah untuk dipengaruhi

media massa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sarwono (2005:25) bahwa

usia remaja merupakan tahap perkembangan bagi diri remaja. Dalam proses

tersebut remaja akan “mencari” identitas diri. Pada proses pencarian jati diri

tersebut maka lingkungan eksternal lebih banyak digunakan oleh remaja sebagai

acuan. Teman sepermainan (peer group) dan media massa sekarang ini menjadi sarana utama remaja dalam proses pencarian jati diri. Melalui media massa remaja

“membentuk” jati dirinya termasuk gaya hidup remaja.

Gaya hidup bisa diartikan pada pola konsumsi dan penggunaan (barang

dan benda simbolis) yang diasosiasikan dengan kelompok atau kelas sosial yang

berbeda-beda. Sementara dalam pendekatan kajian budaya, gaya hidup dapat

dipahami sebagai sebuah fokus pada identitas sebuah kelompok atau individu

tertentu. Konsumsi secara umum di maknai sebagai penggunaan, pemanfaatan

barang dan material. Konsumsi diasumsikan sebagai kesenangan melalui adanya

pemecahan tekanan maksudnya penerapan sistem nilai baru dan norma sosial,

menyisakan norma paham sukarela, aksi, keefisien, dan persembahan (Baudrillard

(12)

Perkembangan budaya konsumen telah mempengaruhi cara-cara

masyarakat mengekspresikan estetika dan gaya hidup. Dalam masyarakat

konsumen, terjadi perubahan mendasar berkaitan dengan cara-cara orang

mengekspresikan diri dalam gaya hidupnya. David Chaney mengemukakan

bahwa gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern, sehingga masyarakat

modern akan menggunakan gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya

sendiri dan orang lain.

Toffler (Subandy 2000: 165) mengemukakan bahwa gaya hidup yaitu alat

yang dipakai individu untuk mengidentifikasiekspresi dalam kelompok yang

mencampurkan nilai-nilai tertentu dari agama, sosial, dan kehidupan moral

melalui bentuk-bentuk yang mencerminkan perasaandengan subkultur-subkultur

tertentu sehingga gaya hidup dipakai seseorang dalam bertingkahlaku dan

mempunyai konsekuensi dalam membentuk pola perilaku tertentu. Misalkan saja

menyangkut gaya hidup sehat seorang individu. Untuk merubah gaya hidup sehat

seorang individu maka yang diubah bukan hanya individunya saja namun juga

lingkungan sosial dan kondisi tempat tinggal yang mempengaruhi pola perilaku

individu tersebut. Gaya hidup sering dihubungkan dengan kelas sosial ekonomi

dan menunjukkan citra seseorang. Gaya hidup yang ditunjukkan dalam variasi

keputusan citra rasanya. Dalam hal merek, merek bukanlah sekedar nama.

Didalamnya terkandung sifat, makna, arti dan isi dari produk bersangkutan.

Bahkan dalam perkembangan lebih lanjut merek akan menandai simbol dan status

(13)

Mintel (dalam Chaney 1996: 70) menyebutkan terdapat beberapa jenis

trend gaya hidup. Beberapa jenis trend gaya hidup tersebut antara lain:

1. Pakaian

2. Musik

3. Tempat wisata, makan, dan minum

4. Penampilan pribadi

5. Tabungan

6. Buku

7. Hobi

8. Olahraga

9. Kendaraan

Giddens dalam Chaney (2003), ingin menunjukkan gaya hidup ini tidak

lagi masuk pada wilayah kelompok tertentu saja, tetapi hampir semua bagian

kehidupan. Paham ideologis gaya hidup telah menggantikan nilai-nilai kultural,

yang tadinya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, menjadi gaya, menjadi

bagian keseharian yang menjadi tanda, bahwa pecinta gaya ini ada serta menandai

identitas kelompok pecinta gaya yang muncul sebagai akibat dukungan media.

Dalam pandangan Giddens yang menyatakan gaya hidup telah dikorupsi oleh

konsumerisme, menunjukkan kebutuhan tentang gaya ini menjadi tidak wajar dan

(14)

boros dan bergaya hidup pada peningkatan pembelian barang-barang yang secara

teori bukan hanya untuk kebutuhan pokok melainkan karena kesenangan saja.

Alasan membeli barang sebagai kesenangan karena paham atau gaya hidup yang

menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dan

sebagainya. Gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana seseorang

membentuk image2

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara tepatnya di

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Medan di Jalan. Dr. A. Sofyan No.1

Kampus USU Medan-20155. Penulis memilih mahasiswa FISIP USU karena

penulis berada dilingkungan kampus tersebut sehinggapenulis dapat lebih mudah

memperoleh informan berdasarkan informasi dari teman ke teman dan tidak lebih

canggung melakukan wawancara karena berada dalam satu lingkungan kampus,

dan intensitas ketemu dengan informan lebih banyak. Selain itu penentuan lokasi

ini dilakukan karena menurut pengamatan penulis, mahasiswa FISIP memiliki

penampilan yang modis ketika berada di kampus. Penulis juga mengamati bahwa

mahasiswa di FISIP memiliki gaya hidup yang tercukupi artinya bahwa kebutuhan

mereka dapat terpenuhi dengan mudah oleh orangtuanya, seperti mahasiswa di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang

disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam memengaruhi perilaku konsumsinya.

1.4. Lokasi Penelitian

2

(15)

banyak memiliki kendaraan pribadi ketika ke kampus dan barang-barang yang

sedang trend. Kampus FISIP menyediakan fasilitas publik berupa hotspot wifi

yang memudahkan mahasiswamenggunakan internet tanpa harus membayar. Dan

kehidupan di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara dekat dengan kehidupan

yang banyak menyediakan kebutuhan terhadap akses informasi dan hiburan dalam

dunia maya.

1.5. Tujuan dan ManfaatPenelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas

masalah-masalah yang telah dikemukakan diatas. Untuk mengetahui interpretasi

makna belanja online dalam pandangan mahasiswa sebagai suatu gaya hidup yang sedang populer di kalangan mereka dan untuk mengetahui faktor-faktor yang

melatarbelakangi mahasiswa FISIP memilih berbelanja secara online.

Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah

wawasan keilmuan mengenai perilaku belanja online dalam pandangan mahasiswa sebagai suatu gaya hidup. Menambah literatur dalam pendidikan

Antropologi. Manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

(16)

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Tipe Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007:4)

metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati. Penelitian kualitatif lebih mementingkan pada penjelasan mengenai

hubungan antara data yang diteliti, sasaran dalam penelitian kualitatif adalah

prinsip-prinsip atau pola-pola yang secara umum dan mendasar, berlaku dan

mencolok berdasarkan atas gejala-gejala yang dikaji.

Penelitian ini menggunakan tipe kualitatif deskriptif. Bentuk penelitian ini

pada dasarnya menggali aspek-aspek kualitatif dari data yang ditemukan, untuk

selanjutnya dianalisis. Oleh karena itu hasil penelitian ini akan membentuk

uraian-uraian kualitatif sebagai upaya untuk mencari jawaban dari objek

permasalahan.

Penelitian ini diambil data serta penjelasan mengenai Belanja Online

Sebagai Gaya Hidup Masa Kini. Harapannya penulis dapat menemukan

jawaban-jawaban permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Penulis berinteraksi secara

langsung dengan mahasiswa yang terlibat online shop maupun hanya sekedar tahu mengenai online shop dan mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penulis

(17)

atau holistik dari objek penelitian serta menginterpretasikan data dengan cara

memberi arti terhadap data yang diperoleh.

Dengan metode penelitian kualitatif deskriptif ini penulis memaparkan

perilaku konsumsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial san Ilmu Politik USU Medan

sesuai dengan pokok permasalahan yang saya teliti. Dengan metode deskriptif,

maka peneliti berinteraksi langsung dengan informan yang diteliti untuk

mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikategorikan atas 2 (dua) yaitu data primer dan

data sekunder :

1.6.2.1. Data Primer

Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung

dilapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:

1.6.2.1.1. Observasi

Observasi yaitu dengan mengamati secara langsung lokasi yang menjadi

tempat penelitian dan bentuk-bentuk aktivitas apa saja yang dilakukan seseorang

dalam berbelanja online. Observasi ini antara lain bertujuan untuk mengamati orang yang berkumpul di tempat yang tersedia jaringan wi-fi, mengamati situs apa yang dibuka mahasiswa FISIP dengan adanya jaringan wi-fi, mengamati serta melihat aktivitas apa saja yang biasanya mahasiswa lakukan saat mengakses

(18)

Hasil pengamatan dituangkan ke dalam catatan pengamatan lapangan. Hal

tersebut memudahkan peneliti untuk memudahkan peneliti untuk membaca

kembali informasi yang sudah diberikan informan di lapangan.

1.6.2.1.2. Wawancara

Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada informan yang sering

melakukan belanja online, sehingga diharapkan mampu untuk mengungkap apa makna aktivitas yang mereka lakukan. Wawancara ditujukan kepada informan

yang mengetahui serta memahami belanja online. Wawancara dilengkapi dengan alat perekam (recorder) sebagai alat bantu peneliti untuk merekam segala informasi saat mewawancarai informan. Penelitian ini juga dibantu dengan

kamera foto sebagai alat bantu untuk mendokumentasikan hal-hal yang ditemukan

dilapangan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Informasi untuk mendapatkan subjek penelitian yang terdiri dari berbagai

jurusan tersebut dimulai pada saat penulis bercerita mengenai persoalan yang

sedang marak di lingkungan mahasiswa FISIP kepada teman penulis pada

kesempatan interaksi yang dilakukan pada saat duduk santai di kafe. Penulis

mendapatkan berbagai informan berasal lewat interaksi dari beberapa

teman-teman kampus.

Agar data yang diperoleh sesuai dengan pokok permasalahan yang

diajukan, maka dalam wawancara digunakan pedoman wawancara, yaitu berupa

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dilakukan

(19)

berdasarkan poin-poin permasalahan dalam penelitian sehingga wawancara dapat

terlaksana dengan sistematis. Wawancara dalam penelitian dilakukan dalam

bentuk wawancara terstruktur dan wawancara bebas.Wawancara terstruktur

dilakukan untuk memperoleh gambaran identitas dan latar belakang informan.

Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, penulis menggunakan teknik

wawancara secara mendalam. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan

sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang kali dengan intensitas yang cukup.

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terbuka. Suatu teknik wawancara

yang dilakukan dengan terbuka akrab dan penuh kekeluargaan. Pelaksanaan

wawancara ini penulis menemui langsung subjek penelitian dan informan sesuai

lokasi dan waktu yang disepakati, sedangkan untuk memperoleh data yang sesuai

dengan pokok permasalahan penulis menggunakan pedoman pertanyaan.

Penggunaan bahasa yang tidak terlalu formal ketika wawancara juga

menjadi salah satu strategi guna mencari data penelitian yang seluas-luasnya tanpa

terhalangi struktur bahasa yang terkadang secara formal mengikat dan tidak

memberikan ruang bagi rasa kepercayaan diri untuk menjelaskan secara lugas.

Penggunaan bahasa yang fleksibel seperti menggunakan bahasa Indonesia untuk

mempermudah menggali informasi yang dibutuhkan peneliti.

1.6.2.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang menyempurnakan hasil

observasi maupun wawancara yaitu diperoleh dari bagian administrasi kampus

(20)

yang berhubungan dengan penelitian ini. Literatur-literatur tersebut meliputi

buku-buku teori, skripsi, artikel, laporan penelitian, jurnal, majalah dan dari media

online itu sendiri.

1.6.3. Teknik Analisis Data

Setelah data didapatkan dari keterangan para informan selanjutnya akan

dianalisis dengan mengumpulkan dan mengkategorikan data-data yang telah

peneliti peroleh dari lapangan. Kemudian data tersebut akan diperkuat dengan

data literatur-literatur yang berkaitan dengan belanja online di kalangan mahasiswa. Lalu peneliti akan melihat hubungan-hubungan terhadap data-data

yang sudah dikategorikan. Selanjutnya, hasil observasi yang telah peneliti lakukan

di lapangan juga dicantumkan dalam menganalisis data. Tahap akhir, peneliti

melakukan pengevaluasian terhadap hasil dari analisis tersebut.

1.7.Pengalaman Penelitian

Penelitian dilakukan di lokasi kampus penulis sendiri yaitu di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tepatnya di Jalan. Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU,

jadi tidak sulit bagi penulis untuk melakukan penelitian dan bertemu Dekan FISIP

yakni Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si untuk menunjukkan surat penelitian agar

dapat melakukan penelitian di kampus tersebut. Pada saat itu saya menemui

Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si di ruangannya bagian kemahasiswaan biasa

disebut PD III. Tidak sulit untuk bertemu beliau ketika itu saya melihat dari luar

pintu berkaca kalau beliau tidak sibuk diruangannya, sebelum masuk saya

(21)

berada di ruangan saya bertatap muka dan mengobrol secara langsung dengan

beliau menjelaskan maksud kedatangan saya ke ruangannya adalah untuk

melakukan penelitian dikarenakan saya sedang melakukan penyelesaian tugas

akhir, yaitu skripsi. Tanpa basa-basi lagi akhirnya beliau pun memberikan ijin

kepada saya untuk melakukan penelitian tersebut dan kemudian beliau

menanyakan saya kuliah di jurusan apa di FISIP, saya pun langsung menjawab di

jurusan Antropologi.

Setelah saya mendapatkan ijin dari Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si maka

saya disuruh menjumpai Bapak Zakaria untuk memberikan surat yang telah

ditandatangani oleh Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si sebagai tanda persetujuan

beliau mengijinkan saya untuk melakukan penelitian dikampus. Lembaran

persetujuan pun saya berikan langsung kepada Bapak Zakaria dan beliau

menanggapinya dengan sangat ramah atas kedatangan saya.

Wawancara pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2014 pukul

16.00 WIB kepada subjek penelitian yaitu saudara Siska Jurusan Ilmu

Komunikasi, wawancara ini dilakukan pada saat Siska pulang kuliah,lokasi

berdasarkan pemilihan Siska yang menginginkan di kantin FISIP. Siska

mengungkapkan bahwa online shop sangat membantu untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang sering dikonsumsi pada jasa online shop adalah pembelian pakaian. Siska juga menegaskan bukan hanya pakaian yang menjadi

kebutuhannya namun ada satu nilai yaitu agar dia tetap eksis dan tidak

(22)

Wawancara dengan Debby pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 13.00 WIB

di kantin tepatnya saat jam makan siang. Tempat itu di pilih Debby alasannya

karena Debby ingin makan siang sambil berbincang-bincang. Wawancara

dilakukan dengan mengobrol santai sambil menyantap makan siang bersama

layaknya teman akrab. Hasil wawancara dengan mahasiswa jurusan Aministrasi

Bisnis ini adalah kaitannya dengan online. Debby mengungkapkan bahwa dengan adanya online shop membantu menghemat waktunya dalam berbelanja. Debby juga menegaskan dengan adanya perubahan cara berbelanja ini Debby juga dapat

menambah teman di sosial media. Debby menerangkan bahwa sebelumnya hanya

sekedar coba-coba agar tidak ketinggalan informasi atau gagap teknologi namun

lambat laun jasa online shopping ini menjadi ajang sosial baginya karena Debby mendapatkan teman yang banyak dan informasi yang baru.

Pada hari yang sama tanggal 20 Maret 2014 peneliti mendapat kesempatan

untuk bertemu dan mewawancari Fitri Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial pada

pukul 16.00 WIB bertempat dikoridor kampus. Saat pertama kali bertemu Fitri

tanggapannya terlihat ramah menanggapi awal perkenalan saya, lalu saya

lontarkan pertanyaan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) akan tetapi pertanyaan-pertanyaan itu berkembang sesuai dengan kondisi di lapangan

saat itu. Hasil wawancara dengan Fitri mengungkapkan bahwa daya pikat online shop bagi dirinya merupakan satu ketertarikan sendiri. Online shop memberikan warna sendiri bagi dirinya dalam pemilihan berbelanja, selain untuk memenuhi

(23)

berbelanja namun ada satu ajang sosial didalamnya, Fitri juga menambakani

bahwa dengan dia menggunakan online shop ada kepuasan baginya untuk dikatakan bahwa dia adalah bagian dari masyarakat modern.

Wawancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 1 April 2014 dengan Putri

(21 tahun) mahasiswa Jurusan Ilmu Politik pada pukul 13.00 WIB di koridor

kampus, wawancara dilakukan pada saat waktu senggang Putri dengan susasana

santai. Hasil wawancara dengan Putri yaitu memaparkan bahwa Putri

menggunakan jasa online shop karena memiliki berbagai alasan diantaranya Putri memiliki akses untuk menggunakan online shop, Putrijuga menegaskan pemilihan

online shop dilatarbelakangi oleh ajakan teman dekatnya. Kebutuhan yang sering dikonsumsi Putri adalah pakaian, dompet, dan sepatu. Awalnya hanya coba-coba

namun lama kelamaan menjadi kecanduan. Putri memilih toko yang sudah jelas

tebukti memiliki nama atau brand yang jelas. Kejelian Putri dalam memilih toko

online terbukti dengan sekian banyaknya barang yang dikonsumsi tidak pernah mengecewakan. Putri juga mengungkapkan beberapa istilah-istilah bahasa yang

digunakan dalam pengguna jasa online shop.

Pada hari berikutnya tanggal 4 April 2014 saya melakukan wawancara

dengan Fani mahasiswa Jurusan Ilmu Sosiologi. Saat itu Fani sedang duduk santai

di bangku taman kampus FISIP.Terlihat jelas dari pakaian yang Fani pakai

menurut penulis sangat modern dan merupakan model terbaru. Sama seperti

informan lainnya Fani memberikan tanggapan positif menanggapi awal

(24)

shop. Meskipun mengetahui resiko dalam belanja online Fani tetap masih sering belanja melalui online shop karena baginya kegiatan kuliah dan organisasi di kampus menyita waktunya untuk berbelanja online jadi meskipun sibuk Fani menyempatkanwaktu untuk melihat toko online yang menjual pakaian atau produk yang diinginkan demi kepuasaan tersendiri.

Wawancara dengan Ade pada tanggal 7 April 2014 pada pukul 12.00 WIB

di Gedung A setelah Ade pulang kuliah dengan suasana yang akrab santai cowok

yang satu ini mengutarakan berbagai pengalamannya mengenai berbelanja dengan

menggunakan jasa online shop, Ade menceritakan perkenalannya dengan online shop diawali dengan seringnya mengakses internet melalui smarthphone maupun

laptop yang dimilikinya.Sejak adanya online shopAde merasa sangat terbantu karena dapat dengan mudah mencari informasi tanpa harus berkunjung langsung

ke toko. Hal yang menarik dalam wawancara ketika ketika ditanya mengenai

apakah pernah belanja buku atau membuka toko buku secara online, informan cowok ini mengaku tidak pernah membuka atau membeli buku di toko online. Ini menjadi hal yang menarik karena, biasanya mahasiswa yang identiknya dengan

buku kuliah malah tidak diutamakan. Alasannya setiap orang bahwa kalau

membeli buku itu biasanya langsung ke toko terdekat.

Penelitian berikutnya dilanjutkan pada tanggal 12 April 2014 pukul 14.00

WIB dengan seorang mahasiswi Kesejahteraan Sosial bernama Yanti. Informan

berikut memiliki toko online sendiri. Ketika ditanya kenapa mau membuka toko

(25)

shop, dari situlah Yanti memulai memikirkan membuat usaha sendiri. Dengan cara memesan barang dari kota Bandung menurutnya lebih murah dibandingkan

dengan toko offline yang ada di Indonesia Yanti bisa membuat harga yang pantas untuk dijual kembali di toko online-nya. Fasilitas internet juga membantu Yanti untuk memasarkan produknya melalui media sosial facebookmaupun smathphone

yang dimilikinya. Baginya online shop bukan sekedar kebutuhannya semata, tapi untuk kebutuhan dan kesenangan orang lain atau bisa dikatakan untuk memenuhi

kebutuhan pelanggannya.

Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan Clara pada tanggal 14

April 2014 pukul 10.00 WIB di area kampus dengan suasana akrab dan santai.

Clara mengungkapakan berbagai hal mengenai pengalamannnya dalam

mengkonsumsi online shop dengan logat khas Batak. Clara termasuk mahasiswa yang hobi belanja online shop sejak dua tahun lalu. Clara juga menceritakan pengalamannya pernah tertipu dengan barang yang dibelinya lewat online shop

tapi alasannya pernah tertipu menurutnya karena kurang mencari informasi

mengenai toko online yang dikunjunginya. Namun Clara tak jera untuk berbelanja

online karena menurutnya salah satu kiat agar tidak tertipu oleh jasa online shop

adalah kejelian dalam pemilihan toko online.

Penulis turun ke lapangan dan melakukan wawancara secara

berulang-ulang kepada setiap informan sampai mendapatkan infromasi yang lebih dalam

(26)

Penulis mendapatkan informan dari beberapa teman mahasiswa yang

menggunakan online shop, teman dekat seperti kekasih dan teman kampus mahasiswa yang memakai online shop. Penulis memilih informan dari beberapa orang yang betul-betul dipercaya dan mengetahui objek yang diteliti secara

mendalam, sehingga informan bisa membantu peneliti untuk memberikan

keterangan yang dibutuhkan sesuai dengan data yang ada dilapangan. Informan

dalam penelitian ini diantaranya : Orang-orang yang mengenal dekat dengan

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pengguna blog terhadap tingkat keterbukaan diri di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi

Tujuan penelitian ini yaitu; untuk memperoleh data mengenai gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung, faktor yang melatarbelakangi perubahan gaya hidup,

Gaya hidup konsumtif memiliki banyak pengaruh yang membawa perubahan pada mahasiswa, baik perubahan penampilan dan perilaku, perubahan pada penampilan tersebut adalah

Budaya populer merupakan budaya yang lahir dari pengaruh media massa yang terus menerus mempromosikan suatu alat komunikasi yang kemudian terus berkembang,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepercayaan dan kemudahan terhadap belanja online pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Bourdieu menempatkan gaya hidup dalam sebuah rangkaian atau sebuah proses sosial panjang yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik, gaya hidup,

Walaupun masih ada perempuan yang memakai jilbab tidak sesuai dengan syariat Islam karena mengikuti Gaya modern, seperti di kalangan mahasiswa Universitas

PENGARUH BELANJA ONLINE DAN LITERASI KEUANGAN TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan Sebagai