• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

11.1. PETUNJUK UMUM

Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan

kegiatan yang bertujuan untuk mengelola lingkungan dari dampak-dampak yang diprakirakan

timbul ketika dilakukan kegiatan penyiapan (pra konstruksi, kegiatan konstruksi, maupun

kegiatan pasca konstruksi/operasional dan pasca operasional), sehingga tidak menimbulkan

pencemaran dan kerusakan pada lingkungan. Safeguard juga dibuat dengan landasan yang jelas

adanya Undang-Undang Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan dari masing-masing rencana usaha dan / atau

kegiatan tiap-tiap sektor bidang PU/Cipta Karya di Kabupaten Tabalong yang meliputi sektor

Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan Lingkungan

Permukiman, Pengembangan air bersih diprakirakan akan memberikan perubahan pada

lingkungan social dan lingkungan terutama kesiapan masyarakat dalam menerima sarana dan

prasarana bidang PU/Cipta Karya, adanya konflik dengan masyarakat, maupun perubahan pada

lingkungan fisik-kimia, biologi, dan kesehatan masyarakat yang bersifat negatip.

Tujuan khusus dari adanya safegurd sosial dan lingkungan adalah memastikan bahwa kegiatan

tahap penyiapan sampai dengan tahap pelaksanaan fisik maupun operasional tidak

menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat, kegiatan dapat diterima, serta melindungi

masyarakat dari adanya penurunan kualitas lingkungan sehingga tercapai kondisi pembangunan

yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, tercapainya kondisi masyarakat hidup sehat

dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman, maupun

sampah dan tersedianya sanitasi dasar yang memadai.

11.1.1. Prinsip Dasar Safeguard

Prinsi-prinsip dasar safeguard adalah sebagai berikut ini:

1. Semua pihak terkait RPIJM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik

dan konsisten kerangka safeguard lingkungan dan sosial.

2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka safeguard

dapat dilakukan secara lebih efektif.

SAFEGUARD SOSIAL DAN

(2)

LAPORAN AKHIR

3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas

kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam

kerangka proyek.

4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak

mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu

dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik

pada tahap perencanaanm persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.

5. Diharapkan RPIJM tidak mebiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal tertentu tidak

memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang secara potensial

dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected People) warga terasing dan

rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga yang terkena dampak pemindahan

(DP-Displaced People), secara memadai.

6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan

tahap-tahap sebagai berikut:

7. Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan denag kerangka

safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada warga

yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut mengambil

keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas rencana investasi yang

berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak diinginkan bagi mereka.

11.1.2. Lingkup Kerangka Safeguard

Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur,

kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU / Cipta Karya terdiri dari dua komponen yakni:

1. Safeguard Sosial

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat

melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan

resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial dan pelaksanaan keterbukaan

serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau DP (Displaced People).

2. Safeguard Lingkungan

Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kabupaten/Kota untuk dapat

melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan

resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan dan pelaksanaan

keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP

(3)

LAPORAN AKHIR

11.1.3. Pembiayaan

Pembiayaan rencana safeguard sosial dan lingkungan dapat dilaksanakan melalui APBN, APBD

Provinsi, dan APBD Kota.

11.2. KOMPONEN SAFEGUARD 11.2.1. Komponen Sosial

Komponen safeguard sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan permukiman kebali.

Pengadaan tanah dan permukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas

tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari

satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus

dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan

warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

Pengadaan tanah dan permukiman kembali atauland acquisition and resettlement untuk kegiatan

RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini :

1. Transparan: Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara transparan

kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain,

daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya) yang akan terkena dampak.

2. Partisipatif: Warga yang berpotendi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam

seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek jumlah dan bentuk

kompensasi/ganti tugi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

3. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga tersebut

memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, sepert tanah pengganti dan

/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya,

seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa

kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara

terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan

/atau permukiman kembali.

11.2.2. Komponen Lingkungan

Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota

harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak sub-proyek,

(4)

LAPORAN AKHIR

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan

(ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL).

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Standar Operasi Baku (SOP)

Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau

UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial,

kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan

dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan

dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi

melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapidengan AMDAL.

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan

mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah,

warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan

sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau

penggunaan :

Bahan-bahan perusak ozon

Bahan-bahan mengandung asbes.

Bahan-bahan mengandung B3

Pestisida, herbisida, dan insektisida.

Pembangunan bendungan.

Perusakan kekuayaan budaya.

Penebangan kayu.

11.3. METODE PENDUGAAN DAMPAK

11.3.1. Metode Pendugaan Dampak Sosial

Metoda pendugaan safeguard sosial atau pembebasan tanah dan permukiman kembali

dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain sesuai dengan

Keputusan Presiden No 55/1993 tentang Pembebasan Tanah untuk Pembangunan Bagi

(5)

LAPORAN AKHIR

Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari beberapa

kegiatan utama yang meliputi: penypisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan

yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali atau tidak;

pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari sub proyek

yang diusulkan sesuai tabel 6.1. perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah

sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan

Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK

Gubernur/Bupati/Walikota.

Pembebasan tanah dan permukimkan kembali yang telah dilaksanakan sebelum usulan sub

proyek disampaikan, harus diperiksa kembali dengan tracer study. Tracer study ini

dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar

yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan mekanisme

penanganan keluhan dilaksanakan denagn baik.

Tabel 11.1.

Metode Prakiraan Dampak Komponen Sosial

No Komponen Indikator Metode Prakiraan Dampak

1 Pendapatan Masyarakat

Peningkatan /penurunan pendapatan Naik, jika :

> X– Z a / 2 S /n

turun jika :

< X+ Z a / 2 S /n

2 Mata Pencaharian

Perubahan mata pencaharian Jumlah penduduk yang kehilangan mata pencaharian

3 Kesempatan Kerja

Tersedianya lapangan kerja dan berusaha

Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh proyek dan munculnya kesempatan berusaha

4 Interaksi Sosial

Persepsi masyarakat terhadap pendatang

Analisa kualitatif terhadap hasil kuesioner tentang adanya pendatang baru.

5 Sikap dan Persepsi

Adanya persepsi masyarakat dengan adanya proyek (baik dalam bentuk ganti rugi maupun perubahan sosial, ekonomi dan budaya)

Analisa kualitatif (proporsi) berdasarkan pendapatan masyarakat (dari data kuesioner)

Tabel 11.2.

Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

Kategori Dampak Persyaratan

A Sub Proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah

1. Sub Proyek seluruhnya menempati tanah negara

Surat Pernyataan dari pemrakarsa kegiatan 2. Sub Proyek seluruhnya atau sebagian

menempati tanah yang dihibahkan secara

(6)

LAPORAN AKHIR

Kategori Dampak Persyaratan

sukarela

B Pembebasan tanah secara sukarela:

Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang dihibahkan < 10% dan memotong < bidang lahan sejarak 1,5 m dari batas kavling atau garis sepadan bangunan, dan bangunan atau aset tidak bergerak lainnya yang dihibahkan senilai < Rp. 1 Juta.

Surat Persetujuan yang disepakati dan ditandatangai bersama antara pemrakarsa kegiatan dan warga yang menghibahkan tanahnya dengan sukarela

C Pembebasan tanah berdampak pada < 200 oran atau 40 KK atau < 10% dari aset produktif atau melibaykan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi

RTPTPK sederhana

D Pembebasan tanah berdampak pada > 200 orang atau memindahkan warga > 100 orang

RTPTPK menyeluruh

11.3.2. Metode Pendugaan Dampak Lingkungan

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan awal sub

proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan;

pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan (lihat tabel 6.2.

perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan

dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel 11.3.

Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

Kategori Dampak Persyaratan

Pemerintah

A Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan RKL/RPL*

B Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan

UKL/UPL

C Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.

Tidak ada Catatan:

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkunga UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

(7)

LAPORAN AKHIR

Tabel 11.4.

Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting

No. Komponen Lingkungan Nilai dan Rentangan *)

Tidak penting Penting

1 2 3 4 5

I Jumlah manusia terkena akan dampak II Luas wilayah persebaran

dampak berlangsung

sangat sempit sempit Bila dampak lebih sempit dari wilayah kabupaten

Bila dampak lebih luas dari wilayah kabupaten

Bila dampak melebihi luas nasional III Intensitas dan lamanya

dampak berlangsung

IV Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

banyak/ > 3 komponen V Sifat kumulatif dampak Antagonistik/

saling VI Berbalik atau tidak

berbaliknya dampak

Sumber: Fandeli, Chafid (1992)

Tabel 11.5.

Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting (Kep. Ka.Bapedal No.056/1994)

No Faktor Penentu Dampak Penting

Kriteria Dampak Penting

Tidak penting Penting

1 Jumlah manusia yang terkena dampak

Perbandingan antara penduduk yang terkena dampak negatip dengan penduduk yang menikmati manfaat kurang dari 100%

Perbandingan antara

penduduk yang terkena dampak negatip dengan penduduk yang menik-mati manfaat lebih besar atau sama dengan dari 100%

2 Luas wilayah persebaran dampak

Tidak ada wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi

inten-sitas dampak tidak

berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak

Ada wilayah yang meng-alami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak

3 Lama berlangsungnya

dampak dan intensitas dampak

Dampak yang terjadi hanya berlangsung pada kurang dari satu tahapan kegiatan intensitas dampak :

Tidak ada perubahan pada sifat fisik atau

Dampak yang terjadi hanya berlangsung pada kurang dari satu tahapan kegiatan intensitas dampak :

Ada perubahan pada sifat

(8)

LAPORAN AKHIR

No Faktor Penentu Dampak Penting

Kriteria Dampak Penting

Tidak penting Penting

hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan

Tidak ada perubahan mendasar pada kompo-nen lingkungan hidup yang melampaui krite-ria mendasar berdasar pertimbangan ilmiah Tidak ada spesies langka

, endemik yang

dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, terancam punah atau

habitat alaminya

mengalami kerusakan Tidak ada gangguan atau kerusakan pada kawasan lindung

Tidak ada kerusakan atau pemusnahan benda-benda bersejarah

Tidak mengakibatkan kon-flik di kalangan masyara-kat, Pemda maupun Pemerintah Pusat

Tidak mengubah atau me-modifikasi area yang mempunyai keindahan alami yang tinggi

lingkungan yang

melampaui baku mutu ling-kungan yang telah ditetapkan

Ada perubahan mendasar

pada komponen

lingkungan hidup yang melampaui kriteria men-dasar berdasar pertim-bangan ilmiah

Ada spesies langka , endemik yang dilin-dungi menurut peraturan per-undang-undangan yang berlaku, terancam punah atau habitat alaminya mengalami kerusakan

Ada gangguan atau

kerusakan pada kawasan lindung

Ada kerusakan atau pemusnahan benda-benda bersejarah

Mengakibatkan konflik di kalangan masyarakat, Pemda maupun Pemerin-tah Pusat

Mengubah atau memodi-fikasi area yang mem-punyai keindahan alami yang tinggi

4 Komponen lain yang terkena dampak

Tidak menimbulkan dam-pak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan kom-ponen lingkungan yang terkena dampak primer

menimbulkan dampak se-kunder dan dampak lanjutan

lainnya yang jumlah

komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer

5 Sifat kumulatif dampak Tidak kumulatif Bersifat kumulatif, tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan dan bersifat sinergetik

6 Berbalik atau tidak

berbaliknya dampak

(9)

LAPORAN AKHIR

Tabel 11.6.

Kriteria Kualitas Lingkungan Geo Fisik Kimia

No. Komponen

Lingkungan

Nilai dan Rentangan *)

1 2 3 4 5

TANAH & LAHAN Topografi (%) Tata Guna Lahan

Erosi Longsoran

6-9 kali per tahun

5-3 kali per tahun

2-1 kali per tahun

*)Keterangan: nilai/kriteria 1. sangat jelek Sumber: Fandeli, Chafid (1992) 2. jelek

(10)

LAPORAN AKHIR

Tabel 11.7.

Kriteria Kualitas Lingkungan Biologi dan Sosekbudkesmas

No. Komponen Lingkungan Nilai dan Rentangan *)

1 2 3 4 5 Kerapatan Relatif Vegetasi (pohon/ha)

SOSEKBUDKESMAS

Mata Pencaharian

Interaksi Sosial (Norma Sosial)

Nilai Budaya

Kesehatan Masyarakat (5 macam jenis penyakit terbanyak)

*)Keterangan: nilai/kriteria

1. sangat jelek Sumber: Fandeli, Chafid (1992) 2. jelek

3. sedang 4. baik 5. sangat baik

Dari matriks ini akan diperoleh skala besarnya perubahan kualitas lingkungan bila

dibandingkan dengan kualitas lingkungan pada kondisi awal (sebelum ada proyek) yang juga

dibagi menjadi 3 (tiga) skala, baik positip maupun negatip yaitu :

skala 1 : besar perubahan kualitas lingkungan (prakiraan dampak) kecil

skala 2 : besar perubahan kualitas lingkungan sedang

skala 3 : besar perubahan kualitas lingkungan besar

11.4. PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN DARI SUB PROYEK

Uraian dampak penting terhadap lingkungan hidup dari masing-masing rencana usaha dan /

atau kegiatan tiap-tiap sektor bidang PU/Cipta Karya meliputi sektor Pengembangan

Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan Lingkungan Permukiman,

(11)

LAPORAN AKHIR

A. Kegiatan Tahap Pra Konstruksi 1. Survey Lapangan

a) Keresahan Masyarakat

Keresahan pada masyarakat berpotensi timbul karena adanya kekhawatiran masyarakat

akan kemungkinan dampak negatif akibat pembangunan proyek seperti tergusurnya lahan

masyarakat, kemacetan lalu lintas, debu, bising dan lainnya

b) Persepsi Positif

Persepsi positif dapat timbul di masyarakat karena adanya harapan meningkatnya kualitas

lingkungan dan berkurangnya daerah genangan saata musim penghujan tiba karena saluran

drainase menjadi bersih serta meningkatnya kesehatan karena lingkungan menjadi lebih

bersih karena terbangunnya infrastruktur lingkungan

2. Perencanaan Dan perijinanPersepsi Positif

Persepsi positif dapat timbul di masyarakat karena adanya perencanaan dilakukan secara

seksama dan memperhatikan aspek lingkungan. Persepsi positif juga dapat timbul karena

proses perijinan dilakukan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Persepsi Negatip

Persepsi negatip dapat timbul karena adanya kekhawatiran masyarakat akan kemungkinan

dampak negatif akibat pembangunan sub proyek investasi seperti terganggunya lingkungan dan

persepsi kemungk inan adanya pengenaan biaya dan kenaikan pungutan atau retribusi sampah

bahkan air limbah apabila infrastruktur tersebut telah beroperasi

3. Penyampaian Informasi pada masyarakatPersepsi Positif

Persepsi positif dapat timbul di masyarakat setelah mendapatkan informasi yang memadai

tentang rencana pembangunan sub proyek serta jika didukung adanya kesepakatan bersama

antara pemrakarsa dengan warga

Keresahan Masyarakat

Keresahan masyarakatmasih mungkin terjadi jika informasi yang diberikan tidak memadai

atau tidak sesuai dengan harapan / keinginan warga setempat atau bila ada pembebasan

lahan maka belum tercapai kata sepakat untuk kompensasinya.

Gangguan Kamtibmas

Gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila keresahan yang timbul di masyarakat tidak

(12)

LAPORAN AKHIR

pihak, baik pemrakarsa maupun warga setempat (terjadi kebuntuan) atas masalah yang dihadapi.

Gangguan kamtibmas dapat berupa protes atau aksi yang mengancam kelancaran kegiatan

pembangunan proyek

B. TAHAP KONSTRUKSI 1. Mobilisasi Tenaga Kerja

a) Peningkatan Kesempatan Kerja

Peningkatan kesempatan kerja disebabkan oleh adanya kebutuhan tenaga kerja untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan proyek terutama pekerja kasar.

b) Kecemburuan sosial

Kecemburuan sosialdapat timbul jika pihak kontraktor proyek lebih mengutamakan tenaga

kerja yang berasal dari luar wilayah proyek dalam perekrutan pekerja proyek.

c) Gangguan kamtibmas

Gangguan kamtibmas dapat terjadi jika kecemburuan sosial yang ada di masyarakat

dibiarkan berlarut-larut tanpa diantisipasi dengan baik akan dapat mengancam kelancaran

kegiatan pembangunan proyek. Selain itu, gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila tenaga

kerja proyek tidak dapat berbaur dengan masyarakat setempat atau melakukan tindakan

kriminalitas.

2. Mobilisasi Peralatan dan Material a) Penurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan kendaraan bermotor

yang digunakan untuk pengangkutan material. Penurunan kualitas udara terjadi terutama

pada jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut yang umumnya akan melewati daerah

padat penduduk.

b) Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisinganberasal dari suara bising kendaraan pengangkut yang digunakan

terutama jika mobilisasi alat berat dan material dilakukan dalam jumlah besar dan

bersamaan serta melewati wilayah penduduk padat.

c) Peningkatan volume lalu lintas

Peningkatan volume lalu lintas dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang menjadi rute

pengangkutan terutama di jalan-jalan yang padat atau jika mobilisasi alat berat dan

(13)

LAPORAN AKHIR

d) Kerusakan Jalan

Kerusakan Jalan dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang menjadi rute pengangkutan

terutama di jalan-jalan yang padat atau jika mobilisasi alat berat dan material dilakukan

menggunakan kendaraan besar dan melebihi kekuatan jalan.

3. Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp a) Peningkatan volume air buangan

Peningkatan volume air buangan terjadi karena adanya penggunaan KM/WC di base

campoleh pekerja proyek. Air sisa dari kegiatan di KM/WC tersebut akan menimbulkan

air limbah, dan bila hanya dibuang langsung ke saluran akan memberikan peningkatan

pencemaran.

b) Peningkatan volume sampah

Peningkatan volume sampah diprakirakan timbul dari kegiatan manajemen dan aktivitas

pekerja proyek yang tinggal di base camp. Sampah yang dihasilkan sebagian besar berupa

sampah yang dapat didaur ulang seperti kertas, lapak dan lain-lain dan sisanya adalah

sampah yang mudah terurai (sisa-sisa makanan).

c) Gangguan kamtibmas

Gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila terdapat konflik antara masyarakat sekitar

dengan tenaga kerja proyek atau pekerja proyek melakukan tindakan kriminalitas di lokasi

proyek dan sekitarnya.

4. Pekerjaan Penyiapan Lahan a) Keresahan masyarakat

Keresahan Masyarakat dapat timbul dari penyiapan lahan. Karena masyarakat khawatir

lahan mereka akan tergusur, timbul bau, jumlah sampah meningkat, timbulnya debu dan

bising.

b) Persepsi positif

Persepsi Positif dapat timbul karena sampah dalam saluran drainase berkurang serta air

limbah dan sistem drainase dapat ditangani dengan baik

c) Peningkatan volume sampah hasil dari pengerukan di pinggir saluran drainase

Peningkatan volume sampah dapat timbul dari kegiatan penyaringan sampah dan

pengerukan endapan pada saluran drainase pada saat kegiatan normalisasi saluran.

(14)

LAPORAN AKHIR

d) Berkurangnya jumlah sampah dalam saluran drainase

Berkurangnya Jumlah Sampah dalam Saluran Drainase dapat timbul karena kegiatan

penyaringan sampah dan pengerukan endapan pada saluran drainase yang akan

dinormalisasi

e) Penurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udara disebabkan karena adanya Bau yang berasal dari kegiatan

penyaringan sampah dan pengerukan endapan pada saluran drainase serta peningkatan

debu akibat kegiatan peralatan berat untuk penyiapan lahan

f) Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

kegiatan penyiapan lahan terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.

g) Penurunan vegetasi di sepanjang saluran drainase

Penurunan Jumlah Pohon di wilayah proyek dapat terjadi karena pelebaran drainase atau

penyiapan lahan untuk TPST, peningkatan kualitas TPA, maupun jaringan limbah atau

jamban komunal/IPAL komunal, yang memerlukan penebangan pohon.

5. Pembongkaran aspal dan Penggalian Tanah a) Penurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan akibat adanya emisi

dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah

untuk kegiatan pemasangan sistem sewerage atau normalisasi dan pembuatan saluran

drainase serta untuk pemasangan pipa transmisi maupun pipa distribusi.

b) Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah terutama jika alat berat tersebut

digunakan bersamaan.

c) Penurunan K3

Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan

masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga

bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau

(15)

LAPORAN AKHIR

d) Keresahan masyarakat

Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat jika

nantinya kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah dapat menyebabkan

kerusakan bangunan milik warga yang berdekatan dengan lokasi proyek dan terganggunya

kenyamanan lingkungan

6. Pembangunan Bak Kontrol dan ManholePenurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan akibat adanya emisi

dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pembangunan bak kontrol dan manhole

sebagai pelengkap pembangunan sistem jaringan air limbah

Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

kegiatan pembangunan bak kontrol dan manhole terutama jika alat berat tersebut

digunakan bersamaan.

Penurunan K3

Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan

masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga

bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau

terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

7. Pengurugan Pasir, Tanah dan Pengaspalan Kembali (finishing jalur SPAB dan perpipaan air bersih)

Penurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udaradisebabkan oleh tingginya kadar polutan baik debu maupun gas

dari proses kegiatan pengaspalan dan akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan

dalam kegiatan Pengurugan Pasir, Tanah dan Pengaspalan Kembali (finishing jalur SPAB dan

perpipaan air bersih)

8. Pembangunan Jamban beserta Septictank KomunalPenurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan akibat adanya emisi

dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan Pembangunan Jamban beserta Septictank

(16)

LAPORAN AKHIR

Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

kegiatan Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal terutama jika alat berat

tersebut digunakan bersamaan.

Penurunan K3

Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan

masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga

bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau

terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Keresahan masyarakat

Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat jika

nantinya kegiatan Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal dapat menyebabkan

kerusakan bangunan milik warga yang berdekatan dengan lokasi proyek ataupun dapat

menimbulkan masalah lainnya apabila nantinya bangunan tersebut tidak dikelola dengan

baik.

9. Pekerjaan Pondasi

Penurunan Kualitas Udara

Penurunan kualitas udaradisebabkan oleh adanya peningkatan debu serta kadar polutan

akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pondasi

bangunan TPST, bangunan IPA dan IPAL serta bangunan untuk peningkatan kualitas TPA

Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

kegiatan pekerjaan pondasi terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.

Penurunan K3

Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang berdampak

terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh tenaga kerja proyek dan

masyarakat yang berada di sekitar lokasi proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga

bisa terjadi jika ada pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau

terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

keresahan masyarakat

Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat akan

(17)

LAPORAN AKHIR

10. Pekerjaan Struktur Bangunan IPAL dan IPA serta sistem jaringan drainase dan Pelengkapnya

Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang digunakan dalam

Pekerjaan Struktur Bangunan IPA, IPAL, TPST, TPA dan Pelengkapnya terutama jika alat

berat tersebut digunakan bersamaan.

Penurunan K3

Penurunan K3timbul kegiatan konstruksi dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

11. Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah TerpaduKeresahan masyarakat

Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat jika

nantinya kegiatan Pembangunan TPST akan menimbulkan bau dan timbulnya penyebaran

bibit penyakit.

Penurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udaradisebabkan oleh adanya peningkatan debu serta kadar polutan

akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pembangunan

TPST.

Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat proyek yang digunakan dalam

kegiatan pekerjaan pembangunan TPST .

12. Demobilisasi Peralatan dan MaterialPenurunan kualitas udara

Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan dari emisi yang

dihasilkan kendaraan pengangkut pengembalian alat berat dan sisa material. Penurunan

kualitas udara terutama terjadi di jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut alat berat.

Peningkatan kebisingan

Peningkatan kebisinganberasal dari suara bising kendaraan pengangkut yang digunakan.

Peningkatan volume lalu lintas

Peningkatan volume lalu lintas dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang menjadi rute

pengangkutan kegiatan demobilisasi alat berat dan sisa material, terutama di jalan-jalan

(18)

LAPORAN AKHIR

13. Demobilisasi Tenaga KerjaPenurunan lapangan pekerjaan

Menurunnya lapangan pekerjaandapat terjadi di akhir masa konstruksi karena selesainya masa

kontrak kerja antara pekerja proyek dengan kontraktor pelaksana.

Khusus untuk peningkatan kualitas TPA, maka dampak yang terjadi pada tahap konstruksi adalah :

1. Pembangunan jalan akses ke TPA dan jalan operasional dilakukan dengan konstrusi

berupa jalan beton bertulang belakang. Kegiatan perkerasan beton tersebut dilakukan

dengan menggunakan alat-alat berat yang dapat menimbulkanpenurunan kualitas udara

berupa peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu di udara.

2. Pada kegiatan recovery sampah lama dengan penataan kembali operasional sel-sel

sampah di atasnya, dilakukan pemadatan sampah lama mamakai buldozer sehingga

terdapat dampak adanyapenurunan sampahsehingga perataan sampah dalam setiap sel dalam proses penataan memerlukan kecermatan dan kehati-hatian karena kemungkinan

masih ada gas yang terperangkap yang menyebabkan penurunan kualitas udara. Sedangkan pada pemanfaatan sampah lama yang digunakan sebagai biogas dapat

memberikan peluang usaha namun kegiatan ini juga dapat berisiko akan terjadi penumpukan gas landfill yang menyebabkan terjadinya gangguan K3 akibat kemungkinan ledakan gas di dalam sampah.

3. Kegiatan pembangunan saluran drainase sebagai saluran untuk mengalirkan limpasan

dari TPA dapat menyebabkan terjadinyaperubahan pola aliran dan potensi banjir.Pada pembangunan tanggul penahan sampah dapat menyebabkan terjadinya potensi longsor

pada timbunan sampah.

4. Kegiatan pemasangan pipa ventilasi gas dan pipa lindi dilakukan setelah tanah di areal sel

sampah diratakan. Pipa ventilasi gas merupakan jalan keluarnya gas metahana yang

terperangkap dalam timbunan sampah, sehingga terjadi peningkatan produksi gas methan atau tertangkapnya gas methana. Pemasangan pipa lindi sebagai jalan keluarnya air lindi menuju saluran lindi berdampak padatertangkapnya cairan lindidan menghindari meresapnya lindi ke dalam air tanah sehingga terjadi peningkatan kualitas

air tanah.

(19)

LAPORAN AKHIR

C. TAHAP OPERASI

1. Operasional dari saluran drainase, Pipa Jalur SPAB, Jamban dan Septicktank Komunal, IPAL, pompa dan TPST

Peningkatan fungsi saluran

Karena saluran drainase sudah dibersihkan dan saluran juga sudah diperbaiki sehingga

fungsi saluran drainase lebih maksimal. Dan saluran drainase dan SPAB sudah terpisah

sehingga saluran drainase tidak bercampur dengan air limbah sehingga lebih bersih dan

sehat.

Peningkatan kualitas air saluran

Kualitas airpada seluruh badan air akan meningkat karena kondisi perairan lebih bersih

dan air dapat mengalir dengan baik serta sistem penyaluran air limbah tertata secara

jaringan.

Peningkatan kesempatan kerja

Meningkatnya lapangan pekerjaandisebabkan oleh adanya kebutuhan tenaga kerja sebagai

tenaga operator dan sebagai pemelihara dari semua fasilitas yang telah di bangun.

Kecemburuan sosial

Kecemburuan sosialdapat timbul jika pihak pemrakarsa lebih mengutamakan tenaga kerja

yang berasal dari luar wilayah proyek dalam perekrutan tenaga kerja.

Berkurangnya volume sampah pada saluran drainase

Volume sampah akan berkurang sejalan dengan adanya pengoperasian TPST dan sarana

lain yang mendukung.

Penurunan Banjir

Karena saluran drainase telah ternormalisasi dan mengalir sesuai fungsinya, maka

diharapkan tidak akan terjadigenangan/banjir di kawasan proyek

Perubahan pola perilaku hidup masyarakat

Perilaku masyarakat akan lebih baik karena seluruh infrastruktur sanitasi lingkungan

telah terbangun dan difungsikan terutama masyarakat diharapkan tidak membuang

sampah dan air limbah ke badan air dan tidak melakukan aktivitas apapun untuk

(20)

LAPORAN AKHIR

Peningkatan Estetika lingkungan

Estetika lingkungan akan meningkat dengan beroperasinya seluruh sarana dan

prasarana proyek . Peningkatan Estetika lingkungan ditandai dengan semakin bersihnya

kawasan dimana proyek dilakukan.

Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakatdiprakirakan akan menjadi lebih baik karena sarana sanitasi telah

terbangun dan lingkungan menjadi lebih sehat

2. Pemeliharaan Bangunan dan LingkunganPeningkatan kualitas dan estetika lingkungn

Dengan beroperasinya proyek sesuai fungsinya maka volume sampah berkurang dan air

limbah tidak dibuang langsung ke saluran. Dengan berkurangnya sampah dan air limbah

maka secara tidak langsung meningkatkan kualitas dan estetika lingkungan.

Peningkatan kesehatan masyarakat

Peningkatan kesehatan masyarakat disebabkan membaiknya kondisi estetika

lingkungan. Hal ini akan banyak meningkatkan kesehatan masyarakat di kawasan

proyek dan sekitarnya.

Khusus untuk kegiatan peningkatan TPA maka dampak yang terjadi adalah sebagai berikut:

Kegiatan operasional TPA dimulai dari proses pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, Kegiatan

pengangkutan sampah dapat memberikan prioritas dampak penting hipotesis adanya

penurunan kualitas udara, peningkatan kecelakaan, penurunan kesehatan masyarakat

Pada kegiatan operasional sel harian (bongkar muat sampah) terjadi proses penyortiran sampah

dahulu yang berdampak Penurunan Kualitas Udara (Bau). Hal ini juga bisa menyebarkan

peningkatan vektor penyakit yang berdampak pada penurunan Kesehatan masyarakat

sebelum dibongkar. Selain itu kegiatan operasional harian TPA dapat memberikan keresahan pada pemulungkarena kesempatan mendapatkan barang bekas semakin kecil.

Pada kegiatan pengoperasian sampah selalu dilakukan perataan dan pemadatan sampah dengan

peralatan buldozer dimana pada akhir operasional sampah diurug dan dipadatkan dengan tanah

urug. Hal in berdampak menyebabkan penurunan populasi lalat dan penurunan kualitas udara.

Kegiatan pengoperasian IPAL Lindi, lindi disalurkan ke IPAL dan diolah secara biologis.

(21)

LAPORAN AKHIR

Kegiatan pengoperasian pipa gas berupa pengoperasian saluran ventilasi dilakukan untuk

pengendalian gas pengamanan pada timbunan sampah dan adanya tangkapan gas ini

menyebabkan adanyapotensi kebakaran dan keresahan pada masyarakat.

Kegiatan pengolahan sampah akan memberikan dampakadanya penurunan volume sampah di TPA, kesempatan kerja karena terdapat diversifikasi usaha dari sampah dan persepsi positip masyarakat.

Kegiatan pemeliharaan lingkungan TPA dilakukan terhadap semua sarana dan fasilitas fisik pada

TPA sehingga berdampak padapeningkatan kualitas lingkungan.

12.4.1. Rencana Mitigasi dari Dampak Lingkungan

Rencana Mitigasi kegiatan pembangunan proyek RPIJM memuat upaya-upaya pencegahan,

pengendalian dan penanggulangan dampak lingkungan hidup yang bersifat negatif dan

meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Penyusunan

rencana mitigasi ini merupakan upaya peduli dan tanggung jawab pemrakarsa untuk

mengupayakan pelestarian lingkungan dan mengembangkan konsep pembangunan

berwawasan lingkungan.

1). Survey Lapangan

Survey lapangan terhadap lokasi yang akan dibangun proyek telah dilakukan oleh tim studi.

Beberapa kegiatan pengelolaan dampak dari kegiatan survey lapangan ini antara lain:

Keresahan masyarakat

 Kegiatan survey lapangan dapat melibatkan masyarakat sekitar terutama yang terkait

dengan seluruh masukan teknis di lapangan saat kegiatan tersebut dilakukan.

 Membentuk pusat pengaduan masyarakat yang dapat menampung masukan terkait

dengan kegiatan pembangunan proyek RPIJM

 Menginformasikan lebih awal tentang kegiatan survey lapangan kepada masyarakat

yang lokasinya akan disurvey sehingga tidak timbul kecurigaan pada masyarakat dan

tidak ada aksi penolakan di lokasi survey.

 Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan masyarakat sekitar proyek, Muspika

setempat dan aparat kelurahan.

Persepsi positif

 Melakukan pemberitahuan lebih awal kepada masyarakat di sekitar lokasi proyek

(22)

LAPORAN AKHIR

 Survey lapangan dilakukan secara terbuka sehingga masyarakat sekitar dapat melihat

secara langsung dan memberikan masukan teknis.

 Melakukan perijinan yang diperlukan dengan aparat setempat terkait dengan kegiatan

survey lapangan di lapangan.

2). Perencanaan dan PerijinanPersepsi positif

 Dalam melakukan perencanaan tapak, maka konsep teknis, sosial dan estetika harus

benar-benar dapat diwujudkan.

 Memberikan informasi terutama pada masyarakat sekitar proyek secara langsung

tentang rencana kegiatan pembangunan proyek RPIJM bahwa kegiatan tersebut

dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan sarana

dan prasarana lingkungan

 Melakukan kegiatan perencanaan tapak dan perijinan sesuai prosedural yang

disyaratkan.

 Perencanaan tapak dan perijinan dilakukan dengan tetap berusaha agar fungsi ruang

dan lahan tidak berubah secara drastis.

Keresahan masyarakat

 Perencanaan harus dapat dipertanggungjawabkan terutama terkait dengan hal-hal yang

dapat meresahkan dan memungkinkan adanya dampak negatif bagi masyarakat sekitar

lokasi rencana kegiatan seperti perencanaan pondasi, fasilitas penunjang (jalur SPAB,

IPAL, TPST), dan lain-lain.

 Perencanaan tapak dan perijinan dilakukan dengan tetap berusaha agar fungsi ruang

dan lahan tidak berubah secara drastis.

3). Penyampaian InformasiPersepsi positif

 Pemberian informasi yang benar kepada masyarakat sekitar tentang rencana teknis

pembangunan proyek termasuk jenis fasilitas yang akan dibangun.

 Menjelaskan bahwa rencana pembangunan proyek RPIJM memberikan nilai tambah

positif bagi masyarakat.

Keresahan masyarakat

 Pemberian informasi yang jelas dan transparan mengenai rencana proyek termasuk

rencana teknis.

 Mengadakan musyawarah yang sifatnya berlanjut terus dengan mempertemukan

beberapa pihak, yaitu pemrakarsa proyek, masyarakat di wilayah studi baik yang akan

terkena dampak langsung maupun tidak langsung, terutama pada masyarakat yang

(23)

LAPORAN AKHIR

 Melakukan koordinasi di lapangan secara terus menerus dengan pihak aparat kelurahan

/ kecamatan setempat apabila terdapat permasalahan dengan masyarakat sekitar

proyek.

 Merealisasikan keinginan-keinginan masyarakat sekitar proyek sebatas hal tersebut

menjadi kewajiban pemrakarsa dan sesuai dengan kesepakatan bersama saat dilakukan

penyampaian informasi, seperti perbaikan bangunan apabila ada kerusakan yang

diakibatkan oleh kegiatan pondasi dan pembongkaran aspal dan penggalian ,

kesempatan menjadi tenaga apabila persyaratan dan kebutuhan tenaga kerja ada, upaya

pemrakarsa dalam mengurangi tingkat kebisingan di sekitar proyek maupun

penggantian biaya apabila ada kerusakan rumah atau gangguan kesehatan selama proses

pelaksanaan proyek berlangsung. Realisasi tersebut dibebankan pada kontraktor

pelaksana

 Membentuk pusat pengaduan masyarakat yang dapat memberikan informasi tentang

rencana proyek dengan melibatkan aparat kelurahan dan Muspika setempat.

Gangguan kamtibmas

 Segera merealisasikan seluruh kesepakatan yang telah disetujui bersama sehingga hal

tersebut tidak memancing emosi masyarakat.

 Meningkatkan keamanan di dalam wilayah tapak proyek dan sekitarnya untuk mencegah

terjadinya gangguan pelaksanaan konstruksi proyek.

 Melakukan koordinasi di lapangan secara terus menerus dengan pihak aparat kelurahan

/ kecamatan setempat apabila terdapat permasalahan dengan masyarakat sekitar

proyek.

B. TAHAP KONSTRUKSI

1. Mobilisasi Tenaga Kerja

Peningkatan kesempatan pekerjaan

 Adanya keterbukaan syarat-syarat tenaga kerja oleh kontraktor pelaksana dalam proses

pengambilan tenaga kerja melalui kerjasama dengan aparat kelurahan setempat.

 Pemberian upah para pekerja baik mandor, tukang, tenaga kasar sesuai aturan yang

umumnya berlaku melalui perjanjian antara kontraktor dan tenaga kerja yang terlibat

sehingga terhindar adanya perselisihan.

 Prioritas tenaga kerja dari wilayah setempat sehingga tidak timbul konflik sosial

 Melakukan kontrak kerja yang jelas sehingga pada masa pemutusan kerja tidak terjadi

(24)

LAPORAN AKHIR

Kecemburuan sosial

 Bekerja sama dengan kontraktor proyek untuk lebih banyak mengambil tenaga kerja

dari masyarakat di sekitar lokasi proyek utamanya pada masyarakat sekitar proyek

melalui mekanisme pendaftaran yang disediakan lewat kantor kelurahan / kecamatan

setempat.

 Keterbukaan dalam penerimaan tenaga kerja secara transparan dan jelas

 Memasukkan salah satu klausul atau SPK pada kontraktor pemenang untuk mengambil

tenaga kerja dari masyarakat sekitar proyek.

 Selalu melakukan koordinasi secara terus-menerus dengan aparat kelurahan /

kecamatan setempat.

Gangguan kamtibmas

 Tenaga kerja yang terlibat wajib melapor dan menyerahkan KTP untuk dilakukan

registrasi demi menjaga kamtibmas.

 Melakukan jam kerja sampai pukul 17.00 WIB kecuali jika jam lembur terdapat

pemberitahuan terlebih dahulu kepada warga setempat.

 Tenaga kerja proyek yang bermukim di dekat lokasi proyek namun berasal dari luar RT

setempat dikenakan wajib lapor.

 Melakukan pendataan terhadap seluruh tenaga kerja yang dilibatkan.

 Bekerja sama dengan aparat keamanan proyek dan aparat keamanan RT setempat untuk

menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar lokasi proyek.

 Memberikan penekanan bagi tenaga kerja untuk menjaga keamanan dan ketertiban

wilayah setempat.

 Penempatan petugas keamanan 24 jam di lokasi proyek.

 Melakukan pemeriksaaan kepada masyarakat yang bersikap mencurigakan di sekitar

lokasi proyek.

 Melaporkan kepada pihak berwajib jika ada tindakan kriminalitas.

 Pemrakarsa melalui kontraktor dan mandor proyek harus dapat mengkoordinasikan

tukang di lapangan selama jam-jam istirahat sehingga tidak terkesan kumuh dan harus

mampu mengkoordinasikan masalah kebutuhan konsumsi tukang sehingga tidak

melakukan peminjaman ke warung yang berpotensi menimbulkan keresahan karena

hutang yang tidak terbayar.

(25)

LAPORAN AKHIR

2. Mobilisasi Peralatan dan MaterialPenurunan kualitas udara

Penyiraman atau pembasahan secara berkala untuk mengurangi debu di dalam areal proyek maupun di sekitar lokasi permukiman penduduk terutama untuk daerah-daerah

rawan debu.

Pengaturan arus lalu lintas sehingga kegiatan mobilisasi peralatan dan material ini dapat berlangsung singkat dan tidak menimbulkan penurunan kualitas udara.

Pemilihan kendaraan pengangkut peralatan dan pengangkut material yang masih layak pakai dengan kondisi mesin yang masih memadai, untuk mengurangi emisi gas buang

kendaraan bermotor.

Menekan kadar debu pada kegiatanquarrydengan :

a. Truk pembawa material harus dilengkapi dengan tutup sehingga material tidak

mudah diterbangkan angin. Penutupan terutama untuk material yang mudah

terdispersi / material sumber debu.

b. Penggunaan bahan pengisap debu, pada operasiquarryyang menimbulkan debu.

c. Menjalankan armada angkutan di sekitar lokasi proyek dengan kecamatan terkait.

Menyiapkan lokasi penampungan material di dalam areal proyek dan khusus untuk material-material yang mudah diterbangkan angin disimpan dalam tempat khusus.

Pembersihan ban truk pengangkut material sebelum keluar dari lokasi proyek.  Peningkatan kebisingan

 Mobilisasi peralatan dan material tidak dilakukan pada malam hari atau waktu istirahat

penduduk dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan proyek.

 Pemilihan kendaraan pengangkut peralatan dan material yang masih layak pakai, untuk

mengurangi tingkat kebisingan.

 Pengaturan di pintu keluar dan masuknya kendaraan pengangkut peralatan dan material

proyek.

Peningkatan volume lalu lintas

 Melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan setempat dan Polisi Lalu Lintas

setempat dalam hal pengaturan lalu lintas terutama saat pengiriman peralatan dan

material berlangsung pada ruas jalan utama.

 Jadwal pengangkutan peralatan dan material disesuaikan dengan kondisi arus lalu lintas

dan sedapat mungkin dihindari saat jam-jam sibuk lalu-lintas.

 Pengangkutan peralatan dan material dilakukan secara bertahap sesuai jadwal proyek

(26)

LAPORAN AKHIR

 Melakukan pengaturan keluar dan masuknya kendaraan pengangkut material dan

peralatan oleh petugas keamanan proyek.

 Pemberian rambu lalu lintas / tanda / lampu di jalan sekitar lokasi proyek untuk

menjelaskan bahwa proyek sedang berlangsung.

 Menggunakan kendaraan pengangkut peralatan dan material yang disesuaikan dengan

kelas jalan yang dilalui sehingga tidak merusak kualitas jalan.

 Bekerjasama dengan Dinas Perhubungan (Dishub) dalam hal mobilisasi peralatan dan

material ke lokasi proyek.

 Material dan peralatan yang akan digunakan diambil dari daerah yang paling dekat

dengan lokasi proyek.

 Menggunakan jalan yang paling cepat menuju ke lokasi proyek, menggunakan jalan yang

relatif sepi / tidak padat / yang tidak banyak digunakan masyarakat.

Kerusakan jalan

 Melakukan perbaikan jalan segera apabila terjadi kerusakan jalan terutama yang

dijadikan akses menuju ke lokasi proyek bekerjasama Dinas Pekerjaan Umum (PU).

3. Pembangunan dan PengoperasianBase Camp

Peningkatan volume air buangan

 Penyediaan MCK bagi pekerja proyek yang memenuhi syarat kesehatan termasuk

kelayakan dalam penyediaan air bersihnya.

 Larangan tenaga kerja proyek untuk membuang air limbahnya secara sembarangan

terutama ke badan air terdekat

 Melakukan penutupan kembali sarana MCK sementara setelah proyek selesai.  Peningkatan volume sampah

 Penyediaan tempat sampah di dalam areal proyek yang mudah diangkat dan

dikosongkan petugas.

 Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga terutama untuk menangani sampah yang

sifatnya adalah sampah lapak (kardus) maupun sampah sisa kayu, dan bahan-bahan

bangunan lainnya.

 Larangan pembuangan sampah sembarangan terutama bagi warung-warung yang

membuka usaha di dalam area proyek.

Gangguan kamtibmas

 Penempatan material sesuai dengan jenis materialnya terutama material yang termasuk

material mahal sehingga terhindar dari kasus pencurian.

 Memperbanyak penerangan malam hari di dalam wilayah proyek sehingga akan

terkesan aman dan tidak gelap.

(27)

LAPORAN AKHIR

 Bekerja sama dan berinteraksi secara aktif antara masyarakat, aparat kelurahan /

kecamatan setempat dengan pemilik proyek.

 Sedikit mungkin atau dibatasinya keberadaan tenaga proyek yang menempati base

camp.

4. Penyiapan lahanKeresahan masyarakat

 Pemberitahuan lebih awal kepada masyarakat setempat tentang kegiatan penyiapan

lahan (pengerukan dan penyaringan sampah).

 Melakukan koordinasi di lapangan yang melibatkan aparat kelurahan setempat, Muspika

dan masyarakat sekitar termasuk tokoh masyarakat setempat ketika akan dilakukan

penyiapan lahan (kesepakatan penempatan sampah hasil kegiatan pengerukan dan

penyaringan sampah).

 Memasang rambu-rambu bahwa sedang dilakukan pengerukan dan penyaringan sampah

di sepanjang saluran drainase pada daerah perencanaan.

 Mengelola dengan baik endapan dan sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan

yang meresahkan masyarakat dan segera dibawa keluar areal proyek

 Pemberitahuan lebih awal kepada masyarakat setempat tentang kegiatan normalisasi

saluran drainase.

 Memasang rambu-rambu bahwa sedang dilakukan normalisasi saluran drainase di

sepanjang saluran drainase pada daerah perencanaan.

 Memberikan kompensasi terhadap rumah masyarakat seperti perbaikan bangunan

apabila ada kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan normalisasi saluran drainase,

maupun penggantian biaya apabila ada kerusakan rumah atau gangguan kesehatan

selama kegiatan normalisasi saluran drainase.

Persepsi positif

 Pemberian informasi yang benar kepada masyarakat sekitar tentang rencana teknis

pembangunan proyek

 Menjelaskan bahwa kegiatan penyiapan lahan pengerukan dan penyaringan sampah

serta normalisasi pada saluran drainase memberikan nilai tambah positif bagi

masyarakat.

Peningkatan kebisingan

 Sedapat mungkin tidak melakukan kerja pada malam hari dan pada waktu istirahat

penduduk terutama yang menimbulkan kebisingan sehingga tidak mengganggu

masyarakat sekitar.

(28)

LAPORAN AKHIR

 Kegiatan penyiapan lahan dilakukan secara bertahap untuk meminimalkan terjadinya

kebisingan dari alat pemotong tanaman.

 Pengetatan jadwal penyiapan lahan sehingga peningkatan bising dari alat-alat berat yang

digunakan semakin dapat dikendalikan dengan cepat.

 Pemakaian sesedikit mungkin alat berat yang menimbulkan suara keras / bising.

 Jika untuk kepentingan penyiapan lahan, diperlukan genset maka genset harus dalam

keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan kebisingan berlebihan.

5. Pembongkaran aspal dan Penggalian TanahPenurunan kualitas udara

 Pemilihan peralatan penunjang yang masih layak pakai sehingga emisi gas buang

yang dihasilkan tidak terlalu buruk.

 Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di sekitar proyek, dan

permukiman penduduk terdekat untuk mengurangi debu terutama untuk

wilayah-wilayah rawan debu.

 Pengetatan jadwal sehingga penurunan kualitas udara dari alat-alat berat yang

digunakan untuk kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah semakin dapat

dikendalikan dengan cepat.

Peningkatan kebisingan

 Sedapat mungkin tidak melakukan kerja pada malam hari sehingga tidak

mengganggu masyarakat sekitar.

 Pemakaian seefisien mungkin alat berat atau peralatan proyek yang menimbulkan

suara keras atau bising.

 Pemilihan alat berat yang masih layak pakai untuk mengurangi tingkat kebisingan.  Kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah dilakukan secara bertahap

untuk meminimalkan terjadinya kebisingan dari alat berat yang digunakan.

 Pengetatan jadwal pembongkaran aspal dan penggalian tanah sehingga peningkatan

bising dari alat-alat berat yang digunakan semakin dapat dikendalikan dengan cepat.

 Pemakaian sesedikit mungkin alat berat yang menimbulkan suara keras / bising.  Jika untuk kepentingan pembongkaran aspal dan penggalian tanah, diperlukan

genset maka genset harus dalam keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan

kebisingan berlebihan.

Penurunan K3

 Pemakaian masker dan peralatan kerja lainnya bagi tenaga kerja proyek

 Pemberian social cost apabila terdapat gangguan kesehatan masyarakat misalnya

terjadi penyebaran debu yang sangat mengganggu dan sebagainya, yang menjadi

(29)

LAPORAN AKHIR

 Memberlakukan kewajiban pada tenaga kerja proyek untuk menggunakan SK3

(Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

 Pemberian sanksi apabila terdapat pelanggaran dalam pemakaian SK3.

 Memberikan jaminan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja (ASTEK) kepada

tenaga kerja yang terlibat dalam pengerjaan proyek.

 Memasang tanda atau peringatan bahaya pada pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai

resiko kecelakaan kerja dan tempat-tempat yang rawan bahaya.

 Memasang prosedur / langkah-langkah kerja yang aman di dalam areal lokasi proyek

(SOP).

Keresahan masyarakat

 Menginformasikan lebih awal pada masyarakat yang lokasinya dekat dengan lokasi

pembongkaran aspal dan penggalian tanah.

 Memberi ganti kerugian jika terjadi kerusakan bangunan warga sekitarnya dengan

jumlah sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

 Melakukan koordinasi di lapangan yang melibatkan aparat kelurahan setempat,

Muspika dan masyarakat sekitar termasuk tokoh masyarakat setempat ketika akan

dilakukan kegiatan pemancangan.

6. Pembangunan Bak Kontrol dan ManholePenurunan kualitas udara

 Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di sekitar proyek, dan

permukiman penduduk terdekat untuk mengurangi debu terutama untuk

wilayah-wilayah rawan debu.

 Pengetatan jadwal sehingga penurunan kualitas udara dari alat-alat berat yang

digunakan untuk kegiatan pembangunan bak kontrol dan manhole semakin dapat

dikendalikan dengan cepat.

Peningkatan kebisingan

 Sedapat mungkin tidak melakukan kerja pada malam hari sehingga tidak

mengganggu masyarakat sekitar.

 Pemakaian seefisien mungkin alat berat atau peralatan proyek yang menimbulkan

suara keras atau bising.

 Pemakaian sesedikit mungkin alat-alat proyek yang menimbulkan suara keras /

bising.

Penurunan K3

 Pemakaian masker dan peralatan kerja lainnya bagi tenaga kerja proyek untuk

(30)

LAPORAN AKHIR

 Pemberian social cost apabila terdapat gangguan kesehatan masyarakat misalnya

terjadi penyebaran debu yang sangat mengganggu dan sebagainya, yang menjadi

tanggung jawab kontraktor pelaksana.

 Memberlakukan kewajiban pada tenaga kerja proyek untuk menggunakan SK3

(Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

 Pemberian sanksi apabila terdapat pelanggaran dalam pemakaian SK3.

 Memberikan jaminan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja (ASTEK) kepada

tenaga kerja yang terlibat dalam pengerjaan proyek.

 Memasang prosedur / langkah-langkah kerja yang aman di dalam areal lokasi proyek

(SOP).

7. Pengurugan Pasir, Tanah dan Pengaspalan Kembali (finishing jalur SPAB dan sistem perpipaan air bersih)

Penurunan kualitas udara

 Pemilihan peralatan penunjang yang masih layak pakai.

 Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di sekitar proyek, dan

permukiman penduduk terdekat untuk mengurangi debu terutama untuk

wilayah-wilayah rawan debu.

8. Pembangunan Jamban beserta Septictank KomunalPersepsi positif

 Pengurusan lahan dan status lahan untuk jamban beserta septictank komunal harus

jelas

 Perencanaan jamban dan septik-tank komunal yang memenuhi syarat termasuk

kecukupan daripada kebutuhan air bersihnya.

9. Pekerjaan PondasiPenurunan kualitas udara

 Pemilihan peralatan penunjang pemancangan dan sistem pemasangan pondasi yang

ramah lingkungan (seperti sistem hidrolis)

 Penyiraman atau pembasahan secara berkala pada areal di sekitar proyek dan

permukiman penduduk terdekat untuk mengurangi debu terutama untuk

wilayah-wilayah rawan debu.

 Pemancangan pondasi untuk pembangunan konstruksi pondasi dilakukan sesuai SOP

yang ada.

Peningkatan kebisingan

 Sedapat mungkin tidak melakukan kerja pada malam hari sehingga tidak

(31)

LAPORAN AKHIR

 Pemakaian seefisien mungkin peralatan proyek yang menimbulkan suara keras atau

bising.

 Jika untuk kepentingan Pembangunan Pondasi IPAL diperlukan genset maka genset

harus dalam keadaan layak pakai dan tidak menimbulkan kebisingan berlebihan.

Penurunan K3

 Memberlakukan kewajiban pada tenaga kerja proyek untuk menggunakan SK3

(Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

 Pemberian sanksi apabila terdapat pelanggaran dalam pemakaian SK3.

 Memberikan jaminan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja (ASTEK) kepada

tenaga kerja yang terlibat dalam pengerjaan proyek.

 Memasang prosedur / langkah-langkah kerja yang aman di dalam areal lokasi proyek

(SOP).

Keresahan masyarakat

 Menginformasikan lebih awal pada masyarakat yang lokasinya dekat dengan lokasi

pembangunan pondasi IPAL.

 Memberi ganti kerugian jika terjadi kerusakan bangunan warga sekitarnya dengan

jumlah sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

 Membentuk pusat pengaduan masyarakat yang dapat memberikan informasi tentang

ada tidaknya kerusakan ataupun gangguan yang lain pada masyarakat sekitar proyek

dengan melibatkan aparat kelurahan dan Muspika setempat.

 Melakukan koordinasi di lapangan yang melibatkan aparat kelurahan setempat,

Muspika dan masyarakat sekitar termasuk tokoh masyarakat setempat ketika akan

dilakukan kegiatan pemancangan.

10. Pekerjaan Struktur Bangunan IPAL, TPST dan PelengkapnyaPeningkatan kebisingan

 Sedapat mungkin tidak melakukan kerja pada malam hari sehingga tidak

mengganggu masyarakat sekitar.

 Pemakaian seefisien mungkin alat berat atau peralatan proyek yang menimbulkan

suara keras atau bising.

 Pemilihan alat berat yang masih layak pakai untuk mengurangi tingkat kebisingan.  Pemilihan teknologi pengolahan air limbah domestik yang mudah dioperasionalkan

dan biaya tidak terlalu tinggi . Direncanakan untuk IPAL menggunakan sistem ABR

dan biofilter serta wet land

 Pemilihan sistem operasional TPST yang mudah dioperasionalkan seperti dengan

sistem komposting aerob yang dilengkapi dengan mesin pencacah sampah dan

(32)

LAPORAN AKHIR

 Kegiatan pembangunan Pondasi IPAL dilakukan secara bertahap untuk

meminimalkan terjadinya kebisingan dari alat berat yang digunakan.

Penurunan K3

 Memberlakukan kewajiban pada tenaga kerja proyek untuk menggunakan SK3

(Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

 Pemberian sanksi apabila terdapat pelanggaran dalam pemakaian SK3.

 Memberikan jaminan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja (ASTEK) kepada

tenaga kerja yang terlibat dalam pengerjaan proyek.

 Memasang tanda atau peringatan bahaya pada pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai

resiko kecelakaan kerja dan tempat-tempat yang rawan bahaya.

 Memasang prosedur / langkah-langkah kerja yang aman di dalam areal lokasi proyek

(SOP).

11. Pembangunan TPSTKeresahan masyarakat

 Melakukan sosialisasi secara terus menerus tentang manfaat Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu

 Memberikan kompensasi atas lahan yang digunakan untuk TPST

 Pemilihan sistem operasional TPST yang mudah dioperasionalkan seperti dengan

sistem komposting aerob yang dilengkapi dengan mesin pencacah sampah dan

sistem pemilahan sampah

 Memberikan kesempatan apabila terdapat masyarakat setempat yang telah

memenuhi persyaratan untuk menjadi tenaga kerja TPST.

 Mengelola dengan baik sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan yang

meresahkan masyarakat.

 Melakukan pelatihan tentang pengolahan sampah dengan sistem komposting di

masing-masing wilayah rencana dengan pengolahan sampah skala rumah tangga

 Memberikan fasilitas tempat sampah dengan sistem pemilahan sampah basah dan

kering secara bertahap

Peningkatan kebisingan

 Tidak melakukan kerja pada malam hari sehingga tidak mengganggu masyarakat

sekitar.

 Pemakaian seefisien mungkin alat berat atau peralatan proyek yang menimbulkan

suara keras atau bising.

(33)

LAPORAN AKHIR

Penurunan kualitas udara

 Melakukan penyiraman pada areal sekitar proyedak terjadi dispersi debu

kemana-mana

12. Demobilisasi Peralatan dan MaterialPenurunan kualitas udara

 Penyiraman atau pembasahan secara berkala untuk mengurangi debu di dalam areal

proyek maupun di sekitar lokasi permukiman penduduk terutama untuk

daerah-daerah rawan debu.

 Pengaturan arus lalu lintas sehingga kegiatan demobilisasi peralatan dan material ini

berlangsung singkat sehingga tidak menimbulkan penurunan kualitas udara.

 Jadwal pengembalian alat berat dan sisa material disesuaikan dengan kondisi arus

lalu-lintas dan sedapat mungkin dihindari saat jam-jam sibuk.

 Pemilihan kendaraan pengangkut alat berat dan sisa material yang masih layak pakai

dengan kondisi mesin yang masih memadai, untuk mengurangi emisi gas buang

kendaraan.

Peningkatan kebisingan

 Jadwal pengembalian tidak dilakukan pada saat-saat istirahat penduduk atau pada

malam hari.

 Pemilihan kendaraan pengangkut peralatan dan material yang masih layak pakai

untuk mengurangi tingkat kebisingan.

 Pengaturan arus lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan yang menimbulkan

kebisingan.

Peningkatan volume lalu lintas

 Pengaturan lalu-lintas di sepanjang jalan yang padat dengan penduduk.

 Melakukan pengembalian alat secara bertahap dan tidak pada jam-jam sibuk

lalu-lintas.

13. Demobilisasi Tenaga KerjaPenurunan lapangan pekerjaan

 Pemberian informasi sejak awal kepada tenaga kerja terhadap batas kontrak kerja

sama dengan kontraktor.

 Pihak kontraktor pelaksana segera menginformasikan adanya lowongan kerja yang

serupa di tempat lain kepada pekerja proyek setelah masa kontrak kerjanya habis

sehingga tenaga kerja tidak harus menunggu lama untuk memperoleh pekerjaan

baru.

 Memberikan referensi kerja kepada tenaga kerja sehingga dapat digunakan sebagai

(34)

LAPORAN AKHIR

 Melakukan kontrak kerja yang jelas sehingga pada masa pemutusan kerja tidak

terjadi salah paham dan menimbulkan gejolak.

C. TAHAP OPERASIONAL

1. Operasional dari saluran drainase, Pipa Jalur SPAB, Jamban dan Septicktank Komunal, IPAL, pompa dan TPST

Peningkatan fungsi saluran drainase lebih maksimal

 Memasang tanda larangan membuang sampah ke saluran drainase

 Melakukan pembersihan saluran secara rutin melibatkan masyarakat dan instansi

terkait

 Pengoperasian pompa secara tepat melalui pelatihan pada petugas di lapangan  Peningkatan anggaran untuk O & M Saluran, IPA, SPAB dan TPST

 Memberikan sanksi bagi masyarakat yang membuag sampahnya pada saluran

drainase.

Peningkatan kualitas air badan air

 Pelarangan pembuangan sampah dan air limbah ke saluran ataupun badan air yang

ada

 Memasang tanda larangan membuang sampah ataupun melakukan BAB dan

pembuangan air limbah ke saluran drainase

 Operasional jaringan off-site dan IPAL sesuai dengan prosedur.  Pengaturan kegiatan di daerah aliran saluran

 Melakukan pengoperasian TPST sehingga sampah tidak dibuang sembarangan  Penyediaan sarana dan prasarana sampah secara komunal sebelum di oleh di TPST  Perawatan fasilitas jamban dan septik-tank komunal

Peningkatan kesempatan kerja

 Pemasangan pengumuman melalui kelurahan setempat

 Adanya keterbukaan syarat-syarat tenaga kerja oleh pengelola IPAL dan TPST, dalam

proses pengambilan tenaga kerja melalui kerjasama dengan aparat kelurahan

setempat.

 Pemberian upah untuk operator sesuai aturan yang umumnya berlaku melalui

perjanjian antara pihak pengelola dan tenaga kerja yang terlibat sehingga terhindar

adanya perselisihan.

Kecemburuan sosial

 Prioritas pada tenaga kerja setempat.

Gambar

Tabel 11.1.
Tabel 11.3.
Tabel 11.4.
Tabel 11.6.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum mengenai pendapatan serta status pekerjaan DP, dan

Kapasitas daya tampung TPA adalah besarnya volume (sampah + tanah timbunan) yang dapat ditampung suatu TPA atau usaha yang telah dilakukan TPA dalam menampung volume sampah (sampah

Sedangkan kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia tetap menyusun kajian lingkungan berupa

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RIPJM) yang terkait dengan komponen lingkungan adalah pengembangan TPA Gunung Tugel yang secara langsung berdampak terhadap

Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/ UPL merupakan bagian tidak

Sedangkan kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia tetap menyusun kajian lingkungan berupa

Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum mengenai pendapatan serta status pekerjaan

Usaha untuk mengatasi peningkatan volume sampah ini adalah dengan meningkatan sarana prasarana di TPA, dengan jumlah armada dan sistem ritasi yang ada di TPA Sukosari