• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Akibat Hukum Meninggalnya Debitur dalam Perjanjian Kredit Usaha pada Bank Perkreditan Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Akibat Hukum Meninggalnya Debitur dalam Perjanjian Kredit Usaha pada Bank Perkreditan Rakyat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan nasional diselenggarakan oleh masyarakat

dan pemerintah, oleh karena itu pernan masyarakat dalam pembiayaan

pembangunan harus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman dan

penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab

seluruh rakyat, selanjutnya ditegaskan bahwa salah satu arah pembangunan jangka

panjang dibidang ekonomi adalah untuk meningkatkan pengarahan dana-dana

dalam negeri yang bersumber dari tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan

penerimaan devisa.

Usaha peningkatan pengarahan dana-dana dalam negeri sangat

ditentukan oleh peranan bank sebagai infra struktur pembangunan ekonomi. Maka

dengan ini bank memiliki peranan yang banyak terhadap kehidupan masyarakat

seperti melakukan pinjam-meminjam antara masyarkat dengan bank sesuai

dengan jaminan yang diberikan.1

Seseorang yang memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari dana

ataupun uang, tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhannya dengan dana dan

uangnya sendiri, maka dengan itu seseorang tersebut meminjam atau

membutuhkan tambahan dana dari pihak lain, contohnya seperti bank. Bank

1

(2)

dapatmemberikan dana pinjaman sebagai dana tambahan untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

berdasarkan pancasila dan undang-undang 1945, kesinambungan dalam

meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional yang berdasarkan

kekeluargaan perlu dipelihara dengan baik.Guna mencapai tujuan tersebut,

pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian,

keselarasan, kesinambungan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan

ekonomi, dan stabilitas nasional.

Peran lembaga perbankan yang strategis dalam mencapai tujuan

pembangunan nasional, terhadap lembaga perbankan. Bank adalah suatu lembaga

keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan mutlak dari

pada nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasa-jasa lain yang dilakukan

mereka melalui bank pada khususnya dan dari masyarakat pada umumnya.2

Penghasilan masyarakat tidak luput dari usaha apa yang mereka jalankan

dan tidak lain setiap usaha memerlukan modal, dan ada juga setiap penghasilan

yang dimiliki seseorang butuh tempat penyimpanan yang aman. Maka bank Pasal

1 angka 1 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bank juga berperan sebagai

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

2

(3)

memiliki peranan yang begitu penting untuk permodalan usaha kerja masyarakat

dan tempat penyimpanan yang aman untuk penghasilan.

Dapat disimpulkan, bank merupakan lembaga antara keuangan antara

masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana.

Masyarakat kelebihan dana makasudnya adalah masyarakat yang memiliki dana

dan akan digunakan untuk investasi di bank. Dana yang disimpan di bank aman

karena terhindar dari kehilangan atau kerusakan.Penyimpanan uang di bank

disamping aman juga menghasilkan bunga dari uang yang disimpannya. Oleh

bank dana simpanan masyarakat ini disalurkan kembali kepada masyarakat yang

kekurangan dana. Bagi masyarakat yang kekurangan dana atau membutuhkan

dana untuk membiayai suatu usaha atau kebutuhan rumah tangga dapat

menggunakan pinjaman ke bank. Kepada masyarakat yang akan diberikan

pinjaman diberikan berbagai persyaratan yang harus segera dipenuhi. Masyarakat

peminjaman juga dikenakan bunga dan biaya administrasi yang besarnya

tergantung masing-masing bank.

Arus perputaran uang yang ada di bank dari masyarakat kembali ke

masyarakat, dimana bank sebagai perantara dapat dijelaskan sebagai berikut:3

1. Nasabah (masyarkat) yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam

bentuk simpanan giro, tabungan atau deposito. Bagi bank dana yang disimpan

oleh masyarakat adalah sama artinya dengan membeli dana. Dalam hal ini

nasabah sebagai penyimpanan dan bank sebagai penerima titipan simpanan.

3

(4)

Nasabah dapat memilih sendiri untuk menyimpan dana apakah dalam bentuk

giro, tabungan atau deposito.

2. Nasabah penyimpanan akan memperolah balas jasa dari bank berupa bunga

dari bank konvensional dan bagi hasil bagi bank yang berdasarkan prinsip

syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya

dana yang disimpan dan faktor lainnya.

3. Kemudian oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah di bank yang

bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyrakat yang kekurangan

atau membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman/kredit.

4. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank, diwajibkan

kembali untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga yang telah

ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah pengembalian pinjaman disertai dengan

system bagi hasil sesuai hukum islam.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan

pemberian kredit maka dengan itu mencakup salah satu usaha dari bank dengan

menyalurkan dana kepada masyarakat.4

Menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

4

(5)

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak meminjam melunasi hutannya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.5

Problem pelaksanaan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank tentu

saja tidak berjalan mulus sesuai harapan sehingga dalam pelaksanaannya bank

harus hati-hati.Bank harus dapat bersikap bijak dalam memberikan pinjaman atau

kredit kepada masyarakat sehingga dalam hal ini pihak bank harus memperhatikan

prinsip-prinsip penyaluran atau pemberian kredit.Prinsip penyaluran kredit adalah

prinsip kepercayaan, tenggang waktu, degree of risk, resiko, prestasi/objek Sedangkan pengertian pembiayaan adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat

membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan

data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan.

Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit

untuk ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini bukanlah merupakan

penyebab utama kredit macet walaupun sebagian besar kredit macet disebabkan

salah dalam mengadakan analisis.

5

(6)

kredit.Indikator dari pemberian kredit ini adalah kepercayaan moral, komersial,

financial, dan agunan.6

Pemberian kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian

kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum

antara keduanya.Seringkali yang ditemui di lapangan perjanjian kredit dibuat oleh

pihak kreditur atau dalam hal ini adalah bank, sedangkan debitur hanya

mempelajari dan memahaminya dengan baik. Namun demikian perjanjian kredit

ini perlu mendapat perhatian khusus dari kedua belah pihak dikarenakan

perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,

pegelolaan dan penatalaksanaan kredit, kesepakatan yang dilakukan antara debitur

dengan kreditur, apabila debitur menandatangani perjanjian kredit yang dianggap

mengikat kedua belah pihak berlaku sebagai undang- undang bagi keduanya.7

Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan kepercayaan, sehingga

dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada

nasabah.8

Berdasarkan pasal 1 ayat 11 Undang-Undang perbankan bahwa

pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat haruslah dengan suatu persetujuan

pinjam-meinjam antara bank dengan yang menerima kredit.Namun Kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan

suatu pinjamam dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu

jangka waktu yang disepakati.

6

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti,1997), hlm.394.

7

Maryanto,“Tinjauan Perjanjian Kredit pada Bank Pembangunan Daerah Sumatra Barat Cabang Simpang Empat”, (S1 Fakultas Ilmu HukumYayasan Pendidikan Pasaman, Lubuk sikaping, 1996), hlm. 13

8

(7)

Undang perbankan tidak mengatur lebih lanjut sifat, materi maupun bentuk dari

perjanjian pinjam-meminjam yang diharuskannya dalam pemberian kredit

tersebut.

Dalam KUHPerdata perjanjian pinjam-meminjam diatur dalam Buku III

Bab XIII pasal 1754 s/d 1773.Namun Undang-Undang Perbankan tidak tegas

menunjukkan ketentuan persetujuan pinjam-meminjam yang diatur dalam

KUHPerdata tersebut berlaku terhadap perjanjian kredit.Sedangkan perjanjian

kredit itu sendiri adalah perjanjian yang paling banyak dialami dalam praktek

perbankan karena kredit adalah merupakan usaha pokok bank.

Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum antara dua pihak

pembuatnya yang dinamakan perikatan.Hubungan hukum yaitu hubungan yang

menimbulkan akibat hukum yang dijamin oleh hukum atau

undang-undang.Apabila salah satu pihak tidak memenuhi hak dan kewajiban secara

sukarela maka salah satu pihak dapat menuntut melalui pengadilan.9

Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditur

dan debitur maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara

tertulis.Dalam praktik perbankan bentuk dan format dari perjanjian kredit

diserahkan sepenuhnya kepada bank yang bersangkutan.Akan tetapi, ada hal-hal

yang harus tetap dipedomani, yaitu bahwa perjanjian kredit tersebut

sekurang-kurangnya harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum.10

9

Syarat Sah Melakukan Perjanjian Kredit Di Bank,

maret 2017)

10

(8)

Salah satu kegiatan usaha perbankan adalah berupa pemberian

kredit.Pemberian kredit merupakan pemberian pinjaman uang oleh bank kepada

anggota masyarakat yang umumnya disertai dengan penyerahan jaminan oleh

debitur (pinjaman).Terhadap penerimaan jaminan kredit tersebut terkait dengan

berbagai ketentuan hukum jaminan.11

1. Semua perjanjan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya

Sehubungan dengan itu hukum jaminan

sangat berkaitan dengan kegiatan perbankan, terutama dalam rangka pemberian

kredit yang dilakukannya.Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan

perekonomian saat ini penerapan hukum jaminan lebih banyak ditemukan dalam

kegiatan pemberian kredit perbankan.

Dalam pinjaman kredit debitur melakukan perjanjian dengan bank, maka

setiap perjanjian mempunyai akibat apabila dari salah satu yang melakukan

perjanjian wanprestasi, menurut pasal 1338 KUHPerdata, akibat dari suatu

perjanjian adalah:

2. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua

belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang

dinyatakan cukup untuk itu.

3. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi

dengan judul “Akibat Hukum Meninggalnya Debitur dalam Perjanjian Kredit

pada Bank Perkreditan Rakyat.”

11

(9)

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah

mengenai hal-hal berikut :

1. Bagaimana tinjauan umum tentang perjanjian dan perkreditan?

2. Bagaimana kedudukan debitur dalam perjanjian kredit usaha?

3. Bagaimana akibat hukum meninggalnya debitur dalam perjanjian kredit usaha

pada bank perkreditan rakyat?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat disimpulkan yang

menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Memberikan gambaran tentang tinjauan umum perjanjian dan perkreditan.

2. Memahami kedudukan debitur dalam perjanjian kredit usaha pada bank

perkreditan rakyat.

3. Mengetahui apa akibat hukum terhadap debitur yang meninggal dunia dalam

perjanjian kredit pada bank perkreditan rakyat.

Manfaat penulisan dari skripsi ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Pembahasan yang akan dibahas dalam tulisan skripsi ini tentu akan

menambah pemahaman dan pandangan baru dalam dunia penanaman modal,

dimana hal ini bisa menjadi masukan terhadap debitur bagaimana akibat

hukum meninggalnya debitur dalam perjanjian kredit pada bank perkreditan

rakyat agar nantinya tidak terjadi ketimpangan wewenang yang sesuai dengan

(10)

2. Manfaat praktis

Dapat dijadikan pedoman oleh baik itu penulis, mahasiswa, pemerintah,

praktisi hukum, masyarakat ataupun khususnya debitur yang melakukan

pernajian kredit dengan bank agar kedepannya para debitur tidak lagi bingung

serta terjebak pada hal-hal yang mempersulit segala sesuatu untuk melakukan

perjanjian kredit dengan bank.

D. Keaslian Penulisan

Salah satu upaya dalam mengembangkan pemikiran yang kritis dan

menambah wawasan, penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul

“Akibat Hukum Meninggalnya Debitur Dalam Perjanjian kredit Usaha Pada

Bank Perkreditan Rakyat”.Untuk mengetahui keorisinalitas penulisan, sebelum

melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan penelurusan

terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi

Hukum/ Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum melalui surat

tertanggal 1 Februari 2016 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang

sama”.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil

pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori–teori, dan aturan hukum

yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik, dalam rangka

memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

(11)

terdapat judul yang sama atau sudah pernah ditulis, maka penulis bertanggung

jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan kepustakaan

Berdasarkan judul “Akibat Hukum Meninggalnya Debitur dalam

Perjanjian Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat”, dapat ditemukan beberapa

istilah, diantaranya yaitu :

1. Debitor

Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailita,

“Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau

undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan” sedangkan dalam

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1993 tentang Perbankan, “ Nasabah debitur adalah nasabah yang

memperolah fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau

yang dipersamakan denga itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan.

2. Kredit

Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling

utama karena pendapatan terbesar dari usaha bank berasal dari pendapatan

kegiatan usaha kredit, yaitu berupa bunga dan provisi.12

Menurut pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,

“Kredit penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meinjam antara bank dengan

12

(12)

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”.

3. Perjanjian Kredit

Secara yuridis perjanjian kredit dapat dilihat dari 2 (dua) segi pandang

sebagai berikut:13

a. Perjanjian kredit sebagai perjanjian pinjam pakai habis.

b. Perjanjian kredit sebagai perjanjian khusus.

Jika perjanjian kredit sebagai perjanjian khusus, maka tidak ada

perjanjian bernama dalam KUHPerdata yang disebut dengan perjanjian

kredit.Karena itu, yang berlaku adalah ketentuan umum dari hukum perjanjian,

tentunya ditambah dengan klausul-klausul yang telah disepakati bersama dalam

kontrak yang bersangkutan.

Sesuai dengan asas yang utama dari suatu perikatan atau perjnjian, yaitu

asas kebebasan berkontrak, maka pihak-pihak yang akan mengikatkan diri dalam

perjanjian kredit tersebut dapat mendasarkan tidak hanya pada

ketentuan-ketentuan yang ada pada KUHPerdata, tetapi juga dapat mendasarkan pada

kesepakatan bersama, artinya dalam hal-hal ketentuan yang memaksa maka harus

sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata, sedangkan dalam

hal ketentuan yang tidak memaksa diserahkan kepada para pihak. Dengan

demikian, perjanjian kredit selain dikuasai oleh asas-asas umum hukum

13

(13)

perjanjian, juga dikuasai oleh apa yang secara khusus disepakati oleh kedua belah

pihak.14

4. Bank Perkreditan Rakyat

Landasan hukum BPR adalah UU No. 7/1992 tentang perbankan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10/1998.Dalam UU tersebut secara

tegas disebutkan bahwa BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Kegiatan usaha BPR

terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah

pedesaan.Bentuk hukum BPR dapat berupa perseroan terbatas, perusahaan daerah,

atau koperasi. Pengertian lain tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah

salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan

menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat

yang membutuhkan.15

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek

yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.16Sedangkan

penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan

kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.17

14

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm.441-442. 15

Julius R. latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Surabaya: Salemba Empat, 2011), hlm. 300.

16

Soerjono Soekanto,Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris,(Jakarta: Indonesia Hillco, 1990), hlm. 106.

17

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2001), hlm. 1.

Penelitian merupakan

(14)

segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana yang

digunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji, serta mengembangkan ilmu

pengetahuan.18

1. Jenis dan sifat penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih

terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian

yang digunakan antara lain :

Penelitian dalam menyusun skripsi ini ialah penelitian hukum normatif

yang bersifat deskriptif. Penelitian normatif juga disebut dengan penelitian

doktrinal (doctrinal research) yaitu penelitian yang memusatkan pada analisis

hukum baik hukum yang tertulis dalam buku (law in books) maupun hukum yang

diputuskan oleh hakim melalui putusan pengadilan (law is decided by the judge

through the judicial process).19

2. Data penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan

untuk menggambarkan secara tepat mengenai peraturan hukum dalam konteks

teori-teori hukum dan pelaksanaannya serta menganalisis fakta secara cermat

tentang perjanjian kredit. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, maupun

azas dengan tahapan berupa studi kepustakaan dengan pendekatan dari berbagai

literatur. Metode penelitian juga menggabungkan dengan studi kepustakaan

(library research) dengan menggunakan media literatur yang ada maupun jurnal

ilmiah elektronik lainnya seperti internet dan tinjauan yuridis.

18

Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UIPress, 1986), hlm.250. 19

(15)

Sumber data yang menjadi bahan penulisan skripsi adalah data sekunder

yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan didukung oleh data primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan melalui

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, dan seterusnya.Data-data sekunder

meliputi:20

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan

terdiri dari :

1) Norma atau kaidah dasar, yakni Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945.

2) Peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1996 tentang Perbankan

b. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan terhadap bahan

hukum primer.

c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan

seterusnya.

3. Teknik pengumpulan data

Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka yang disebut dengan data

sekunder berupa perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah

buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah, maupun media elektronik yang

20

(16)

semuanya itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan yang

bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.

4. Analisis data.

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis

kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan

induktif.Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan

berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga

diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini ditulis secara terperinci dan sistematis agar memberikan

kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya.

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini sebagai berikut :

Bab I yaitu pendahuluan. Bab ini menggambarkan secara umum tentang

latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian

penulisan, metode penelitian, serta sistematika penulisan yang akan berkenaan

dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Bab II mengenai tinjauan umum tentang perjanjian dan perkreditan.Bab

ini menggambarkan secara umum Pengertian perjanjian pada umumnya, syarat

sahnya perjanjian, jenis-jenis perjanjian, pengertian dari bank dan kredit,

(17)

Bab III tentang kedudukankedudukan debitur dalam perjanjian kredit

usaha diuraikan yang terdiri dari pihak yang terkait dalam perjanjian kredit usaha,

hak dan kewajiban debitur, perlindungan hukum terhadap debitur serta sanksi dan

bentuk penyelesaian sengketa perjanjian kredit.

Selanjutnya pada Bab IV tentang akibat hukum meninggalnya debitur

dalam perjanjian kredit usaha dalam bank perkreditan rakyat.

Adapun Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dari

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.21 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Citra Merek Produk EIGER di Kota Bandung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kreativitas mengajar guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika. Subjek untuk data

dengan baik dan benar termasuk pada kategori baik dengan skor 4, (c) kemampuan siswa dalam menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan anugerahNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul

Me nyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “ hubungan motivasi keluarga dengan kemampuan mobilisasi pada pasien post operasi Trans Urethral Resection of Prostate di

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

b. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang,

Hasil peneltian menunjukkan bahwa : (1) Program wajib madrasah diniyah yang diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan di SMP Negeri 1 Wonorejo memiliki peran penting dalam