• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemilu pada masa orde baru (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pemilu pada masa orde baru (2)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILU PADA MASA ORDE BARU

Pemilu 1971 merupakan pemilu kedua yang diselenggarakan bangsa Indonesia. Pemilu 1971 dilaksanakan pada pemerintahan Orde Baru, tepatnya 5 tahun setelah

pemerintahan ini berkuasa. Pemilu yang dilaksanakan pada 5 Juli 1971 ini diselenggarakan untuk memilih Anggota DPR.

Sistem Pemilu 1971 menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem stelsel daftar, artinya besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD, berimbang dengan besarnya dukungan pemilih karena pemilih memberikan suaranya kepada Organisasi Peserta Pemilu.

1.

Pemilu 1971

Peserta Pemilu 1971 terdiri atas :

1. Partai Nahdlatul Ulama

Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasiIslam besar di Indonesia.[3] Organisasi ini berdiri

pada 31 Januari1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

▸ Baca selengkapnya: penyebab terjadinya krisis hukum pada masa orde baru

(2)

cabang-cabang Nahdlatoel Wathan, namun diberi nama berbeda-beda walau tetap memakai kata wathan (tanah air), yakni antara lain Hidajatoel Wathan, Far’oel Wathan, Khitabatoel Wathan dan Achloel Wathan. Tahun 1920 berdiri Nahdlatoel Toedjdjar (Kebangkitan Usahawan) diprakarsai Wahab Hasboellah atas saran KH Hasjim Asj’ari.

2. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Partai Nasional Indonesia atau dikenal juga PNI adalah partai politik tertua di Indonesia. Partai ini didirikan pada 4 Juli 1927 dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia dengan ketuanya pada saat itu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo. Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi sosio-politik yang kompleks dan mau tidak mau organisasi ini harus dapat menyesuaikan diri dengan orientasi baru. Setelah kegagalan pemberontakan PKI tahun 1926, Sujadi wakil Perhimpunan Indonesia di Indonesia dengan cepat memberitahu kepada Moh. Hatta. Bersama-sama dengan Iskaq dan Budiarto, ia bergerak membentuk partai baru sesuai dengan rencana PI. Pada awal tahun 1927 terbentuk partai baru yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan oleh Ir. Soekarno sebagai wakil dari kelompok-kelompok nasionalis Indonesia. Pada pemilu 1971 PNI meraup 6,93% suara atau setara dengan 20 kursi.

3. Partai Muslimin Indonesia ( Parmusi)

Parmusi pada awalnya bernama Partai Muslimin Indonesia, dibentuk di Jakarta pada bulan Februari 1968 dan dipimpin oleh Djarnawi Hadikusumo.

Kongres I Parmusi 4-7 November 1968 memilih Moh Roem sebagai ketua umum tetapi karena pemerintah Orde Baru saat itu tak merestui kepemimpinannya dengan alasan Roem tokoh Partai Masyumi maka kepemimpinan partai ketika itu dikembalikan kepada Djarnawi.

Pada 17 Oktober 1970, HJ Naro mengklaim sebagai pemimpin Parmusi sehingga terjadi dualisme kepemimpinan di partai itu.

Pemerintah Orde Baru ikut campur membenahi kisruh internal partai itu dengan mengangkat HS Mintaredja sebagai pemimpin Parmusi pada 20 November 1970.

(3)

4. Partai Kristen Indonesia ( Parkindo )

Tanggal 9 November 1945 bertempat di gedung Gereja Kristen Pasundan Jl.Kramat Raya No.45, Serentetan pertemuan diadakan oleh para tokoh Kristen (Protestan dan Katolik) di Jakarta untuk menggumuli pembentukan sebuah partai bagi seluruh umat Kristen Indonesia. Dari pihak Protestan hadir : Domine (Ds) Probowinoto, DR.Mr.Sutan Gunung Mulia, Ir. Fredrick Laoh, DR.Ir.W.Z.Johanes, J.K.Panggabean, Soedarsono, Maryoto dan Martinus Abe4dnego; dari pihak Katolik hadir Soeradi dan Hadi. Pertemuan dipimpin oleh Ds. Probowinoto. Ketika peserta pertemuan sepakat membentuk sebuah Partai Kristen, utusan Katolik mengundurkan diri dengan alasan akan membicarakannya dahulu dengan Pimpinan Gereja Katolik, yang akhirnya membentuk Partai Katolik. Akhirnya pertemuan malam itu sepakat membentuk sebuah partai untuk umat Kristen Protestan dengan nama Partai Kristen Nasional. Nama itu diusulkan oleh DR.Mr .Todung Sutan Gunung Mulia. Peserta pertemuan secara aklamasi memilih DR.Ir. W.Z.Johanes sebagai Ketua dan Maryoto sebagai Sekertaris. Tanggal 10 November 1945, para tokoh Kristen Protestan itu mendeklarasikan berdirinya Partai Kristen Nasional. Pada 10 Januari 1973, Parkindo difusikan dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Partai ini hanya mampu mengantongi 1,34% suara pada pemilihan umum 1971.

5. Partai Katolik Indonesia

Partai Katolik lahir kembali pada tanggal 12 Desember 1945

Pada Pemilu 1971 Partai Katolik meraih 606.740 suara (1,11%) sehingga di DPR memperoleh 3 kursi. Sebenarnya partai ini sudah ada tahun 1917. Namun partai ini baru secara resmi berdiri pada tahun 1923 di Yogyakarta, didirikan oleh umat Katolik Jawa yang dipimpin oleh F.S. Harijadi. Saat IJ Kasimo memimpin, partai ini kemudian dinamai Pakempalan Politik Katolik Djawi (PPKD). Pada masa penjajahan Belanda, PPKD -karena kebutuhan siasat politik - bergabung dengan Indische Katholieke Partij. Partai Katolik dideklarasikankan oleh Kongres Umat Katolik seluruh Indonesia pada tanggal 12 Desember 1949 sebagai penjelmaan fusi dari 7 Partai Katolik yang telah ada sebelumnya yakni: Partai Katolik Republik Indonesia

(4)

6. Partai Musyawarah Rakyat Banyak ( Murba )

Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), adalah partai politik Indonesia yang didirikan pada 7 November 1948 oleh Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni dan Adam Malik. Partai ini sempat dibekukan pada September 1965, akan tetapi setahun kemudian partai ini direhabilitasi oleh pemerintah yang dalam masa peralihan dari Soekarno ke Soeharto. Pada tahun 1971, partai ini mengikuti Pemilu 1971 dengan perolehan 0,09% suara. akan tetapi pada Pemilu 1977 partai ini dilebur dalam Partai Demokrasi Indonesia. Pada era demokrasi dibuka kembali oleh pemerintah di Pemilu 1999, partai ini muncul kembali

dengan nama Partai Murba dengan nomor urut 31. akan tetapi karena tidak memenuhi electoral threshold partai ini lenyap kembali. Saat ini partai ini mulai bangkit kembali dengan nama Partai Murba Indonesia meskipun tidak lolos seleksi untuk mengikuti Pemilu 2009.

7. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)

Partai Syarikat Islam Indonesia adalah salah satu partai politik yang juga menjadi peserta dalam pemilu 1971 dengan perolehan 2,39% suara. Secara historis, PSII berasal dari Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan di Solo tahun 1905. Setelah berfusi dalam PPP pada masa Orde Baru, kini PSII dimunculkan kembali oleh H Taufiq R Tjokroaminoto, keturunan HOS. Tjokrominoto, salah satu pimpinan PSII tahun 1912. Walaupun saat pemilihan umum tahun 1999 muncul dua partai PSII, namun keduanya memiliki visi dan misi yang sama.

8. Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti)

Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 5 Mei 1928 M. bertempat di Candung, Bukit Tinggi (Sumatra Tengah) dengan nama: Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau Perti.

Pendirinya ialah ‘Alim ‘Ulama yang masyhur di Minang Kabau, yaitu:

Syekh Sulaiman Ar-rasuli, Candung Bukit Tinggi Syekh M. Jamil Jaho, Padang Panjang

Syekh Abbas Ladang Lawas, Bukit Tinggi Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang, Suliki Syekh Arifin Batuhampar, Payakumbuh Syekh Khatib Ali, Padang

Syekh Makhudum, Solok

Syekh M. Yusuf Sasak Pasaman, dan lain-lainnya.

(5)

9. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)

Perolehan suara partai ini jauh tertinggal dari Golkar. Mereka hanya mengantongi 0,62 suara. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) merupakan kelanjutan IPKI yang dibentuk sejak 20 Mei 1954. Para tokoh pemrakarsa di antaranya adalah Kolonel AH Nasution, Kol Gatot Subroto, Kol Aziz Saleh, dan lainnya. Di awal Orde Baru, IPKI sebenarnya lebih dekat hubungan politiknya dengan Golkar. Namun, sewaktu terjadi fusi parpol tahun 1973, IPKI bergabung dengan PDI. Dalam kongres tahun 1994, kemudian IPKI menjadi ormas nonafiliasi. Menjelang pemilu 1997, IPKI melakukan konsolidasi dan memberikan aspirasinya ke

Golkar. Partai ini di antaranya mempunyai tujuan mengamalkan dan menerapkan falsafah dan ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya tujuan nasional. Program partai adalah mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat. Di bidang politik, Partai IPKI meminta peran sospol ABRI tetap dipertahankan. Namun, jumlahnya yang dikurangi. Pemilihan presiden sebaiknya tetap lewat MPR.

10.Partai Golongan Karya (GOLKAR) sebelumnya bernama Golongan Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah sebuah partai politik di Indonesia. Partai GOLKAR bermula dengan berdirinya Sekber GOLKAR di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Pada awal pertumbuhannya, Sekber GOLKAR beranggotakan 61 organisasi

fungsional yang kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional. Ini terjadi karena adanya kesamaan visi diantara masing-masing anggota. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini kemudian dikelompokkan

berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO) 2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) 3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) 4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM) 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI) 7. Gerakan Pembangunan

Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.

Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang.

(6)

Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, GOLKAR berubah wujud menjadi Partai GOLKAR, dan untuk pertama kalinya mengikuti Pemilu tanpa ada bantuan kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya di masa pemerintahan Soeharto. Pada Pemilu 1999 yang diselenggarakan Presiden Habibie, perolehan suara Partai GOLKAR turun menjadi peringkat kedua setelah PDI-P.

Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 1970, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Serta ada suatu kelompok fungsional yang dimasukkan dalam salah satu kelompok tersendiri yang kemudian disebut Golongan Karya. Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat 3 kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya. Hingga Pemilihan Umum 1977, pada masa ini peserta pemilu hanya terdiri

sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2 parpol dan 1 Golkar. Dan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memenangkan Pemilu. Hal ini mengingat Golkar dijadikan mesin politik oleh penguasa saat itu.

2.

Pemilu 1977

Pemilu kedua dalam era Orde baru dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977, dengan payung hukum Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 Tentang Pemilu telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975. Meskipun demikian tidak ada perubahan yang berarti dalam setiap perubahan. Yang menjadi pemilih adalah warganegara yang telah berusia 17 tahun dan atau yang sudah menikah. Prosedur pendaftaran adalah sistem stelsel pasif, yaitu pemerintah mempunyai kewajiban mendaftar semua warga negara yang memiliki hak pilih.

Jumlah Penduduk Indonesia pada Pemilihan Umum tahun 1977 berkisar 114.890.347 dengan pemilih yang terdaftar pada waktu itu 68.871.092. Setelah dilakukan politik fusi partai, pada Pemilihan Umum Tahun 1977. Jumlah peserta pemilu hanya tiga, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Pada Pemilu 1977, ada fusi atau peleburan partai politik peserta Pemilu 1971 se-hingga Pemilu 1977 diikuti 3 (tiga) peserta Pemilu, yaitu :

(7)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah sebuah partai politik di Indonesia. Pada saat pendeklarasiannya pada tanggal 5 Januari1973 partai ini merupakan hasil gabungan dari empat partai keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Perti dan Parmusi. Ketua sementara saat itu adalah Mohammad Syafa'at Mintaredja. Penggabungan keempat partai keagamaan tersebut bertujuan untuk penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia dalam menghadapi Pemilihan Umum pertama pada masa Orde Baru tahun 1977.

2. Partai Golongan Karya (Partai Golkar),

Partai Golongan Karya (Partai Golkar),

sebelumnya bernama Golongan

Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah sebuah partai politik di Indonesia. Partai GOLKAR bermula dengan berdirinya Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi

Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Partai Demokrasi Indonesia (PDI) adalah salah satu partai politik di Indonesia yang pernah menjadi kontestan Pemilu. PDI didirikan pada tanggal 10 Januari1973, merupakan fusi (penggabungan) dari beberapa partai yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan juga dua partai keagamaan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik.

3

PEMILU 1982

(8)

berbeda dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 1971 dan Pemilu 1977, yaitu masih menggunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional).

Peserta Pemilu 1982 terdiri atas :

 Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

 Golongan Karya (Golkar).

 Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

4.

Pemilu 1987

Pemilihan Umum Tahun 1987

Dilaksanakan pada 23 April 1987

Jumlah Peserta : 3 partai

Pemungutan suara Pemilu 1987 diselenggarakan tanggal 23 April 1987 secara serentak di seluruh tanah air. Dari 93.737.633 pemilih, suara yang sah mencapai 85.869.816 atau 91,32 persen. Cara pembagian kursi juga tidak berubah, yaitu tetap mengacu pada Pemilu sebelumnya.

Hasil Pemilu kali ini ditandai dengan kemerosotan terbesar PPP, yakni hilangnya 33 kursi dibandingkan Pemilu 1982, sehingga hanya mendapat 61 kursi. Penyebab merosotnya PPP antara lain karena tidak boleh lagi partai itu memakai asas Islam dan diubahnya lambang dari Kabah kepada Bintang dan terjadinya penggembosan oleh tokoh- tokoh unsur NU, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Peserta Pemilu 1987 terdiri atas :

 Partai Persatuan Pembangunan.

 Golongan Karya

 Partai Demokrasi Indonesia.

5.

Pemilu 1992

Pemilihan Umum Tahun 1992 Dilaksanakan pada 9 Juni 1992 Jumlah Peserta : 3 partai

(9)

melihat suara mereka naik, organisasi pemerintah masih memenangkan mayoritas yang jelas.

Peserta Pemilu 1992 terdiri atas :

 Partai Persatuan Pembangunan.

 Golongan Karya.

 Partai Demokrasi Indonesia.

6.

Pemilu 1997

Dilaksanakan pada 29 Mei 1997

Jumlah Peserta : 3 partai

Pemilu Indonesia tahun 1997 diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997, dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1997 sekitar 196.286.613 dengan pemilih terdaftar berjumlah 125.640.987

Peserta Pemilu.

Peserta Pemilu 1997 terdiri atas :

 Partai Persatuan Pembangunan.

 Golongan Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Hasil Pengolahan Data Pengunaan Strategi Active Learning Tipe Quiz Team untuk Menumbuhkan Karakter Rasa Ingin Tahu Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah ………

Di bangku kuliah kita hanya di beri teori- teori saja padahal teori tanpa praktek akan percuma dan mengembalikan kehidupan kita pada waktu sma Yan hanya mendapat teori dan tidak

Bahwa benar selanjutnya setelah situasi aman Saksi-III dan Saksi-IV menyusul Saksi-I dan Saksi-II yang telah berangkat ke Puskesmas dan disana Saksi-I, Saksi-II, dan

Jika kecepatan kapal itu tetap 18 km/jam, maka berapa kecepatan awal peluru jika harus mengenai sasaran di titik puncak lintasannya.. Sebuah mobil dengan massa 1500 kg menaiki

1) CGS-CIMB berhak menggunakan efek dalam Rekening Efek Nasabah untuk digunakan sebagai jaminan atas kredit Bank atau Lembaga Keuangan lainnya sebagai penggantian untuk

Total phenolicic content of the six seeded pummelo cultivars were 1.24 to 2.28 mg GAE ml -1 , Banyuwangi cultivar had the highest total phenolic content followed

was then inserted into the tunnel entrance. The alien beetle in the micropipette tip then moved from the tip into the tunnel entrance. After a few minutes, the

Selain untuk memperingati berdirinya Jurusan Psikologi FIP Unnes, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan Jurusan Psikologi kepada pihak diluar