• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Acara Peradilan Agama (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum Acara Peradilan Agama (2)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

Sengketa Ekonomi Syariah

Disusun oleh :

Irma Suryani Syair (1410112084)

Fadhli Dzil Ikram (1410112002)

Virajati Adhazar (1410111079)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.

Tugas makalah yang diberi judul “Sengketa Ekonomi Syariah” ialah suatu tugas mandiri berbentuk makalah yang ditulis dalam memenuhi tugas Delik-Delik Dalam KUHP dari Ibu Dr. Siska Elvandari, S.H., M.H.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi yang didapatkan penulis karena hanya mengandalkan literatur yang ada. Pada akhirnya tugas mandiri ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat banyak kekurangan.

Penyusunan karya tulis ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orangtuadansahabatsertateman yang memberikansemangat kepada penulis agar tugas mandiri inidapatpenulisselesaikandengantepatwaktu. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua, amin.

Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun, penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.

Harapan penulis semoga penulis tugas mandiri ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.

Padang, 1 April 2016

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alqur’an dan sunnah Rasullullah saw merupakan sumber tuntutan hidup bagi kaum muslimin dalam menjalani kehidupannya di dunia. Alqur’an dan sunnah Rasulullah saw mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia di dunia dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek ekonomi.

Kegiatan ekonomi menurut pandangan Islam merupakan sebuah tuntutan kehidupan dan anjuran yang memiliki nilai Ibadah di mata Allah SWT. Hal ini secara langsung di perintahkan oleh Allah SWT dalam QS. Al-A’raf : 10 yang terjemahannya sebagai berikut1 :

“Sesungguhnya Kami telah menenpatkan kamu sekalian dimuka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”

Selanjutnya, QS. Al-Mulk : 15 Allah SWT menegaskan sebagai berikut :

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah (mencari rezeki-Nya). Hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Selain itu dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah saw bersabda:

“Ketahuilah bahwa jika dia berusaha mendapatkan rezeki untuk keperluan kedua orangtuanya atau salah seorang dari mereka, maka dia berusaha karena Allah. Jika dia berusaha seorang dari mereka, mka dia berusaha karena Allah. Jika dia berusaha untuk mendapatkan rezeki guna kepentingan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya (seperti anak, istri, pen), dia berusaha karena Allah. Bahkan jika dia berusaha untuk memenuhi kebutuhan

(5)

hidupnya sendiri, dia berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, berusaha karena Allah. Allah Mahabesar dan Agung.2

Berdasarkan uraian di atas, aktivitas ekonomi dalam pandangan islam bertujuan untuk :

1. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana 2. Memenuhi kebutuhan keluarga

3. Memenuhi kebutuhan jangka panjang

4. Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan

5. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah3.

Ekonomi syari’ah lahir sebagai solusi dari permasalahan ekonomi yang terjadi pada tahun 90-an. Sistem ekonomi yang dikenal tahun 90-an diantaranya sistem ekonomi yang berorientasi kapitalis dan sosialis yang menimbulkan dampak negatif yang merugikan negara-negara di dunia, termasuk Indonesia4.

Kedudukan ekonomi syari’ah telah di cantumkan negara dengan melakukan perubahan terhadap UU No. 7 tahun 1989 dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama yang diundangkan pada tanggal 20 Maret 2006 yang di dalam pasal 49 UU Peradilan Agama tersebut berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam di bidang : perkawinan, waris, wasiat, infaq, hibah, wakaf, zakat, shadaqah dan ekonomi syari’ah.5

Untuk itu, diakanlah suatu sitem ekonomi yang menggunakan hukum Islam yang disebut sistem ekonomi Islam atau sistem ekonomi syari’ah. Oleh karena itu, ekonomi syari’ah sebagai sebuah rezim baru perlu untuk diterapkan dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi syari’ah?

2. Apa saja yang menjadi ruang lingkup Ekonomi Syari’ah di Indonesia? 3. Apa yang menjadi sumber atau dasar hukum Ekonomi Syariah?

4. Bagaimana cara menyelesaikan sengketa Ekonomi Syari’ah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

2 Ibid Hlm: 2

3 Suhrawardi K. Lubis, Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam. Sinar Grafika: 2012: hlm 4 4 Krisis moneter tahun 90-an

(6)

Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama 2. Untuk memberikan penjelasan mengenai Ekonomi Syari’ah

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pengetahuan pembaca tentang Ekonomi Syari’ah

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EKONOMI SYAR’IAH,

Ekonomi Syari’ah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syari’ah6. Sedangkan sistem ekonomi syari’ah itu sendiri adalah ilmu ekonomi yang

dilaksanakan dalam praktik (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat maupun pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisasikan faktor produksi, distribusi, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan perundang-undangan islam (Sunnatullah)7.

Selain itu, dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008( Selanjutnya disebut UU Perbankan Syari’ah) tentang Perbankan Syari’ah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, telah memberikan kepastian dan keadilan bagi para pihak yang sedang berselisih dalam perbankan syari’ah. Dalam pasal 55 UU Perbankan Syari’ah menimbulkan paham yang kontradiktif sehingga kepastian dan keadilan tersebut tidak dapat diwujudkan karena para pihak dapat memberikan paham sendiri-sendiri. Dalam Pasal 55 ayat (1) UU Perbankan Syari’ah menegaskan bahwa perselisihan perbankan syari’ah akan diselesaikan oleh Peradilan Agama. Namun, pasal 55 ayat (2) dan (3) Undang-Undang yang sama menyebutkan bahwa para pihak dibebaskan memilih cara penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah. Untuk memberikan kepastian dan keadilan, MK memutuskan bahwa kewenangan mengadili sengketa ekonomi syari’ah sepenuhnya ada pada Peradilan Agama.

Sistem ekonomi syari’ah adalah sistem ekonomi yang mandiri sehingga terdapat beberapa hal yang membedakan ekonomi syari’ah tersebut dengan sistem ekonomi lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

 Asumsi dasar/norma pokok ataupun aturan main dalam proses maupun interaksi

kegiatan ekonomi yang diberlakukan/ norma pokok dalam proses maupun interaksi

6 Pasal 1 angka 1 dalam Bab I PERMA No. 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah.

(8)

kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi islam yang menjadi asumsi dasarnya adalah “syari’at islam”.

 Prinsip ekonomi islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap

menjaga kelestarian lingkungan alam.

 Motif ekonomi islam adalah mencari “keberuntungan” di dunia dan akhirat.8

B. RUANG LINGKUP EKONOMI SYARI’AH

Lahirnya Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah berawal dari diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. Dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 memperluas kewenangan peradilan agama meliputi sebagai berikut :

“Pengadilan agama bertuugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam dibidang :

a. Perkawinan

Penjelasan untuk huruf (i) tentang Ekonomi Syariah di atas adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antaranya meliputi :

a. bank syari’ah;

b. lembaga keuangan mikro syari’ah; c. asuransi syari’ah;

d. resuransi syari’ah; e. reksadana syari’ah;

f. obligasi dan surat berharga berjangka menengah syari’ah; g. sekuritas syari’ah;

h. pembiayaan syari’ah;

8 Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Op. Cit., hlm. 16.

(9)

i. pegadaian syari’ah;

j. dana pensiun lembaga keuangan syari’ah; dan k. bisnis syari’ah.10

Sedangkan, undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1986 mendefinikan ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yng dilaksanakan menurut prinsip syariah, meliputi:

a. Bank Syariah b. Asuransi Syariah c. Reasuransi syariah d. Reksa Dana Syariah

e. Obligasi syariah dan Surat Berjangka Menengah Syariah f. Sekuritas Syariah

g. Pembiayaan Syariah h. Pengadaian syariah

i. Dana pensiun Lembaga Keuangan Syariah j. Binis Syariah

k. Lembaga Keuangan Mikro syariah l. Baitul Mal Wat-Tamwil (BMT)

m. Lembaga yang diopersionalkan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam membela kepentingan kaum fakir miskin, dditumbuhkembangkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat ssetempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang berintikan keadilan. n. Koperasi Syariah

Pengaturan mengenai Bank Syari’ah terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Pengertian perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya11.

C. SUMBER HUKUM EKONOMI SYARIAH YANG DAPAT DIJADIKAN PEDOMAN DALAM MENYELESAIKAN PERKARA DI PERADILAN

a. Peraturan Perundangan-undangan

Peraturan perundang-undangan yang harus dipahami oleh Hakim peradilan Agama yang berhubungan dengan Bank Indonesia antara lain:

a. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan

b. Undang-undang Nomor 1998 tentang pembahasan atas Undang Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

c. Surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/Kep/Dir tentang Bank Umum berdasarkan prinsip Syariah

10 Ibid. Hlm. 3

(10)

d. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/Kep/Dir tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip Syariah

Sedangkan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2003 tentang Peradilan Agama, Antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf b. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Zakat

c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang wakaf tanah milik

d. Keputusan bersama Mentri Agama dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 422 Tahun 2004, Nomor 3/SKB/BPN/2004 tentang Sertifikat Tanah Wakaf.

b. Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Nasional(DSN) DSN berwenang:

a. Memberi atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai Anggota Pengawas Syariah (BPS) pada suatu lembaga keuangan Syariah dengan memperhatikan pertimbangan Badan Pelaksana Harian (BPH)-DSN

b. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di setiap lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.

c. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti Bank Indonesia dan BAPEPAM. Memberikan peringatan kepada lembaga keuanagan syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang dikeluarkan DSN

Setiap Bank syariah mewakili Dewan Pengawas Syariah (DPS) Yang berfungsi

a. Mengawasi kegiatan usaha agar sesuai dengan ketentuan syariah.

b. Sebagai penasihat dan pemberi saran mengenai hal-hal terkait dengan aspek syariah

c. Sebahgai mediator antara bank dengan Dewan Syariah Nasional (DSN), terutama dalam hal kajian produk yang memerlukan kajian dan fatwa DSN.

Saat ini telah mengeluarkanfatwa tentang kegiatan ekonomi syariah sebagai berikut

a. Fatwa Dewen Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/VI/2006 tentang Murabahah

b. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 06/DSN-MUI/IV/2006 tentang Jual Beli Istisnah

(11)

d. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2006 tentang penbiayaan musyawarah

c. Fiqih dan Ushul Fiqih

Sebagian besar kitab fiqih yang Muktabar berisi berbagai masalah muamalah yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan masalah ekonomi syariah. Kitak-kitab fiqih yang dianjurkan Mentri Agama RI melalui Biro Peradilan Agema berdasarkan Surat Edaran Nomor B/1/735 tanggal 18 Februari 1958 agar mempedomani 13 kitab fiqih.

d. Adab Kebiasaan e. Yurisprudensi

D. PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARI’AH DI INDONESIA

1. Perdamaian (Ash-Shulhu)

a. Pengertian

Dalam bahasa arab perdamaian diistilahkan dengan ash-shulhu, secara harfiah mengandung pengertian memutuskan pertengkaran/perselisihan.dalam pengertian syariat dirumuskan sebagai, suatu jenis akad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan (perselisihan) antara dua orang yang berlawanan.

Perdamaian tersebut terdapat dua pihak, yang sebelumnya terjadi persengketaan. Kemudian, para pihak sepakat untuk saling melepaskan sebagian dari tuntutannya. Hal itu dimaksudkan agar persengkataan di antara mereka berakhir. Pengaturan mengenai perdamaian dalam hukum islam sangat dianjurkan, sebab dapat menghindari kehancuran silaturrahmi sekaligus permusuhan diantara para pihak.

Alqur’an menegaskan: “jika dua golongan orang yang beriman bertengkar, damaikanlah mereka. Tapi jika salah satu dari kedua (golongan) berlaku aniaya terhadap yang lain, maka perangilah orang yang aniaya sampai kembali kepada perintah allah. Tapi jika ia telah kembali dmaiknlah keduanya dengan adil, bertindaklah benar. Sungguh Allah cinta akan orang yang berlaku adil.”12

Dalam sunnah, anjuran perdamaian dapat ditemukan dalam Hadist Nabi Muhammad saw, dari Abu Daud, ‘Amar Bin Auf, bahwa Rasullullah saw, bersabda : “perjanjian diantara

(12)

orang-orang muslim itu boleh, kecuali perjanjian yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.”

Sedangkan Umar Bin Khattab di dalam sebuah peristiwa pernah mengatakan : “tolaklah permusuhan hingga mereka berdamai, karena pemutusan perkara melalui pengadilan akan mengembangkan kelengkingan diantara mereka (pihak yang bersengketa).”

Dalam perdamaian terdapat rukun perjanjian perdamaian yakni adanya ijab, kabul dan lafal. Ketiga rukun tersebut sangat penting dan menentukan lahirnya sebuah perdamaian. Apabila rukun telah terpenuhi maka perjanjin perdamaian diantara para pihak yang bersengketa telah berlangsung. Selanjutnya perjanjian perdamian yang dibuat akan melahirkan suatu ikatan hukum yang mana para pihak berkewajiban untuk memenuhi/menunaikan pasal-pasal perjanjian perdamaian. Dan apabila salah satu pihak tidak menuaikannya, maka pihak lain dapat menuntut agar perjanjian perdamaian itu dilaksanakan sebagaimana mestinya.

b. Pelaksanaan perdamaian

Pelaksanaan perdamaian terdiri dari :

 Perdamaian di luar pengadilan

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam persengketaan selalu terdapat dua atau lebih pihak yang bertikaian. Di dalam penyelesaian persengkatan, dapat saja mereka menyelesaikan sendiri. Misalnya, mereka minta bantuan kepada keluarga, pemuka masyarakat atau pihak linnya dalam upaya mencari penyelesaian persengketaan diajukan atau bahkan selama proses persidangan berlangsung. Dengan cara itu, banyak yang berhasil.

 Melalui sidang pengadilan

Perdamaian melalui sidang pengadilan berlainan dengan cara perdamaian di luar pengadilan. Pada saat sidang pertama di pengadilan, hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak sesuai dengan prosedur mediasi yang diamanahkan oleh PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Mediasi.

(13)

akta perjanjian perdamaian tersebut. Lazimnya dalam praktik diidtilahkan dengan akta dadling

Akta perdamaian yang dibuat melalui sidang pengadilan tidak dapat diajukan banding, dengan kata lain mempinyai hukum tetap.

1. Pembatalan perdamaian

Perjanjian perdamaian tidak dapat dibatalkan secara sepihak, dan telah mempunyai krkustan hukum yang sama dengan keputusan pengadilan tingkat terakhir. Denganperkataan lain, tidak dapat lagi diajukan gugatan terhadap perkara/persoalan yang sama dan telahdan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kranch van gewinjsde).

Meskipun demikian, perjanjian perdamaian masih mungkin dibatalkan, apabila: a. Telah terjadi suatu kekhalifaan mengenai subjeknya (orangnya).

b. Telah terjadi kekhalifahan terhadap pokok perselisihan.

2. Abritrase

a. Pengertian

Dalam perspektif islam, ‘arbitrase’ dapat dipadankan dengan istilah ‘tahkim’. Tahkim berasal dari kata ‘hakkam’. Secara emitologi, takhim berarti menjadikan seseorang sebagai pencegah suatu sengketa. Secara umum, takhim memiliki pengertian yang sama dengan arbitrase yang dikenal pemutusan suatu persengketaan oleh seseorang atau beberapa orang ditunjukan oleh pihak-pihak diluar hakim atau pengadilan (subekti, 1984: 181) dalam praktiknya disebut perwasitan. Orang yang menyelesaikan disebut dengan Hakam.

Ruang lingkuparbitrase hanya terkait dengan persoalan yang menyangkut ‘hulququl ibad’ (hak-hak perorangan) secara penuh, yaitu aturan hukum yang mengatur hak perorangan berkaitan dengan harta bendanya. Tujuan abritrase hanya menyelesaikan sengketa dengan jalan damai hanya menurut sifat menerima untuk didmaikan, yaitu sengketa yang menyangkut dengan harta benda dan yang sama sifatnya dengan itu.

(14)

Ruanglingkup ekonomi yang mencakup perniagaan, perbankan, keuangan penanaman modal, industri, hak kekayaan intelektun dan sejenisnya termasuk yang dilasanakan arbitrase dalam menyelesaikan sengketa yang timbul dalam pelaksanaanya

Dasar hukum pelaksanaan arbitrase di indonesia adalah pasal 15 s.d 651 Reglement op de Burgerlijke rechttsvordering (RV), Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang perubahan kedia atas Undang-Undang Nomor14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung ada yang mengemukakan tentang ‘Pewasitan’. Undang-Undang ini mengatur tentang upaya hukum terhadap putusan abritrase ini.

Keputusan badan perwasitan oleh undang-undang dipandang sebagai putusan badan peradilan tingkat terakhir, dan sekaligus dapat dimintakan eksekusi, yaitu melalui ketua pengadilan negri setempat.

Lembaga abritrase telah didirikan pada tanggal 3 Desember 1977dengang nama Badan Abritrase Nasional Indonesia (disingkat BANI) yang pendirian disponsori oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Suatu persengketaan dapat diajukan ke depan BANI apabila:

i. Sebelumya antara pihak-pihak yang bersengketa twlah sepakat bahwa persengketaan mereka diselesaikan berdasarkan keputusan abriter (wasit).

ii. Apabila pihak-pihak yang bersengketa di dalam perjanjian mencantumkan bahwa apabila di antara mereka terdapat persengketaan, maka persengketaan tersekut akan diputus oleh abitrase (ada klausula abritrase dalam pasal-pasal kontrak yng mereka lakukan).

Kedia hal itu (persetujuan abitrase dan klausul abitrase) mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Adapun keuntungan menyelesaikan persengketaan melalui abitrase adalah:

1. Persengketaan dapat diselesaikan dengan cepat.

2. Persengketaan diselesaikan oleh ahli yang dipilih pihak-pihak yang bersengketa semdiri. Dengan demikian memungkinkan para pihak menemukan rasa keadilan.

(15)

b. Dasar Hukum

Surat An-Nisa’(4);35 berbunyi: Jika kamu khawatir ada persengketaan di antara keduanya, maka kirimkan seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberikan taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi Maha Mengenal.’ Dan surat lain yang dijadikan sandaran Arbitrase seperti Surat Al-Hujarat (49):9, An-Nisa’(4):114 dan 138 sehingga yang dimaksud dengan hakam dalam ayat ini adalah juru damai di antara suami istri yang bersengketa.Ada beberapa lembaga abitrase di indonesia yang menyelessaikan sengketa bisnisyang terjadi dalam hubungan perdangangan yaitu

1. BANI (Badan Abitrase Nasional Indonesia)

Khusus menyelesaikan bisnis non-islam. Secara garis besar prosedur pelaksanaan arbitrase melalui BANI yaitu:

a. Mendaftarkan surat permohonan untuk mengadakan arbitrase dan didaftarkan dalam register perkaramasuk.

b. Apabila perjanjian arbitrase ada klausula yang mengatakan bahwa akan diselesaikan melalui arbitrase maka dianggap telah mencukupi. Ketua BANI mengeluarkan perintah menyampaikan salinan dari surat permohonan kepada si termohon disertai perintah untuk menaggapi permohonan tersebut dan memberi jawaban secara tertulis dalam waktu 30 hari.

c. Majelis arbitrase akan memeriksa sengketa antara para pihak atas nama BANI dan menyesuaikan serta memutus sengketa.

d. Ketua BANI memerintahkan kedia belah pihak menghadap di muka sidang arbitrase pada waktu selambatnya 14 hari terhitung dari dikeluarkanya perintah itu, dengan pemberitahuan bahwa mereka boleh mewakili kepada seorang kuasa dengan surat kusa khusus.

e. Majelis akan mengusahakan tercapainya perdamaian antara kedua belah pihak yang bersengketa.

f. Kediabelah pihak dipersilahkan menjelaskan masing-masing pendirian serta nengajukan bukti-bukti yang oleh mereka dianggap perlu menguatkanya. g. Selama belum dijatuhkan putusan , pemohon dapat mencabut permohonanya h. Apabila Majelis Arbitrase menganggap pemeriksaan sudah cukup, maka

ketua majelis akan menutupdan menghentikan pemeriksaan dan menetapkan hari sidang selanjutnya untuk mengucapkan putusan yang diambil.

(16)

2. (BAMUI) Badan Arbitrase Muamalat Indonesia

MUI memprakasai berdiri BAMUI dan dioperasionalkan pada tanggal pada tanggal 1 oktober 1993. Tujuan dibentuk:

a. Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-segketa muamalahperdata yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-lain.

b. Menerima permintaan yang diajukaoleh para pihak dalam suatu perjanjian tanpa adanya sengketa untuk memberikan suatu pendapat yang mengikatmengenai suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut.

Syarat menjadi arbriter tunggal/Arbriter majelis adalah beragama Islam dan tidak melanggar undang-undang. Apabila usaha damai Arbriter berhasil maka dibuakkan akta perdamaian dan menghukum kedua pihak menaati dan memenuhi perdamaian tersebut. Jika tidak berhasil maka arbriter akan melanjutkan pemeriksaanya dengan cara para pihak membuktikan dalil-dalil gugatanya, mengajukan saksi-saksi atau mendengarkan pendapat para ahli dan sebelum mengajukan keterangan harus disumpahkan terlebih dahulu.

Asas pemeriksaan sidang arbitrase bersifat tertutup demi menjaga nama baik perusahaan masing-masing dan tidak mutlak atau permanen. Tetap bisa terbuka bila ada persetujuan kedua belah pihak setuju.

Putusan BAMUI bersifat final dan mengikat bagi para pihak bersengketa dan wajib menaati putusan itu. Apabila tidak maka menurut ketentuan Pasal 637 dan pasal 639 Rv, Pegadilan Negri memiliki peran dalam memberi exequatur bagi putusan arbitrase.

3. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) Dasar hukum pembentukan lembaga sebagai berikut:

a. Undang-undang nomor 30 tahum 1999 tentang Arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa.

Arbitrase menurut Undang-Undang nomor 30 tahun1999 adalah penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan peradilan umum, sedangkan lembada arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu.

(17)

SK. Dewan Pimpinan MUI No. Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 tentang BARSYARNAS yaitu lembaga hakam (arbitrase syariah) yang berwenang mmeriksa dan memutuskan sengketa muamalah yang timbul dalam bidang perdangangan, keuangan,industri, jasa dan lain-lain.

c. Fatwa DSN-MUI

Perihal hubungan muamalah (perdata) senantiasa diakhiri dengan ketentuan: “jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau terjadi perselisihan antar kedia belah pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui badan Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah” (Fatwa No. 07 tentang Pembiayaan Mudharabah, Fatwa No. 08 tentang Pembiayaan musyarakah, dan seterunya)

BASYARNAS berwenang:

a. Menyelesaikan secara adil dan cepat sengketah muamalah (perdata) Yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lain, yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa, dan secara tertulis untuk menyerahkan penyelesaianya kepada BASYARNAS sesuai dengan Prosedur mereka.

b. Memberikan pendapat yang mengikat atas permintaan para pihak tanpa adanya suatu sengketa mengenai persioalan berkenaan dengan suatu perjanjian.

2. Al QADHA (PERADILAN)

Menurut arti bahasa, al Qadha yaitu memutuskan atau menetapkan. Menurut istilah berarti ‘menetapkan hukum syara pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikan secara adil dan mengikat’. Kewenangan yang dimiliki lembaga ini adalah menyelesaikan perkara-perkara berhubungan masalah al ahwal asy sykhsiyah (masalah keperdataan, termasuk di dalamnya hukum keluarga), dan masalah jinayat (yakni hal-hal yang menyangkut pidana). Orang yang berwenang menyelesaikan perkara di pengadilan disebut qadhi(hakim).

(18)

Peradilan Agama. Wewenang tersebut terdiri atas wewenang relatif dan wewenang absolut berdasarkan peraturan perundang-undangan (Cik Hasan Bisri, 2000:220)

Dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama menyatakan: “Pada dasarnya tempat kedudukan pengadilan Agama yang ada di kota atau ibukota Kabupaten, yang daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya pengecualian”.

b. Kewenagan Absolut

Artinya kekuaasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan, dalam jes perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan lainya. Pengadilan dalam lingkungan peradilan agama memiliki kekuasaan memeriksa, memutus, dan menyelesaikan “perkara tertentu” di kalangan “golongan rakyat tertentu”, yaitu orang-orang yang beragama islam.

Menurut Bab I Pasal 2 jo Bab Bab III Pasal 49 Undang-undang nomor7 tahun 1989 menetapkan tugas kewenagannya yaitu memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam di bidang perkawinan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1986 mendefinikan ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yng

e. Obligasi syariah dan Surat Berjangka Menengah Syariah f. Sekuritas Syariah

g. Pembiayaan Syariah h. Pengadaian syariah

i. Dana pensiun Lembaga Keuangan Syariah j. Binis Syariah

k. Lembaga Keuangan Mikro syariah l. Baitul Mal Wat-Tamwil (BMT)

(19)

dditumbuhkembangkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat ssetempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang berintikan keadilan.

m. Koperasi Syariah

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

(20)

1. Ekonomi Syari’ah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syari’ah.. Sedangkan sistem ekonomi syari’ah itu sendiri adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktik (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat maupun pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisasikan faktor produksi, distribusi, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan perundang-undangan islam (Sunnatullah).

2. Ekonomi Syariah di atas adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antaranya meliputi :

a. bank syari’ah;

b. lembaga keuangan mikro syari’ah; c. asuransi syari’ah;

d. resuransi syari’ah; e. reksadana syari’ah;

f. obligasi dan surat berharga berjangka menengah syari’ah; g. sekuritas syari’ah;

h. pembiayaan syari’ah; i. pegadaian syari’ah;

j. dana pensiun lembaga keuangan syari’ah; dan k. bisnis syari’ah.13

3. Sumber atau Dasar Hukum Ekonomi Syariah

o Peraturan Perundangan-undangan

Peraturan perundang-undangan yang harus dipahami oleh Hakim peradilan Agama yang berhubungan dengan Bank Indonesia antara lain:

 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan

 Undang-undang Nomor 1998 tentang pembahasan atas Undang Undang Nomor 7 tahun

1992 tentang Perbankan

 Surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/Kep/Dir tentang Bank Umum

berdasarkan prinsip Syariah

 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/Kep/Dir tentang Bank

Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip Syariah

(21)

Sedangkan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2003 tentang Peradilan Agama, Antara lain:

 Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf

 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Zakat

 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang wakaf tanah milik

 Keputusan bersama Mentri Agama dan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 422 Tahun 2004, Nomor 3/SKB/BPN/2004 tentang Sertifikat Tanah Wakaf.

o Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Nasional(DSN) DSN berwenang:

 Memberi atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai

Anggota Pengawas Syariah (BPS) pada suatu lembaga keuangan Syariah dengan memperhatikan pertimbangan Badan Pelaksana Harian (BPH)-DSN

 Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di setiap lembaga keuangan syariah

dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.

 Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan yang dikeluarkan

oleh instansi yang berwenang seperti Bank Indonesia dan BAPEPAM. Memberikan peringatan kepada lembaga keuanagan syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang dikeluarkan DSN

Setiap Bank syariah mewakili Dewan Pengawas Syariah (DPS) Yang berfungsi

 Mengawasi kegiatan usaha agar sesuai dengan ketentuan syariah.

 Sebagai penasihat dan pemberi saran mengenai hal-hal terkait dengan aspek

syariah

 Sebahgai mediator antara bank dengan Dewan Syariah Nasional (DSN),

terutama dalam hal kajian produk yang memerlukan kajian dan fatwa DSN.

Saat ini telah mengeluarkanfatwa tentang kegiatan ekonomi syariah sebagai berikut

 Fatwa Dewen Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/VI/2006 tentang

Murabahah

 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 06/DSN-MUI/IV/2006 tentang Jual Beli

Istisnah

 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2006 tentang

pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2006 tentang

(22)

o Fiqih dan Ushul Fiqih

Sebagian besar kitab fiqih yang Muktabar berisi berbagai masalah muamalah yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan masalah ekonomi syariah. Kitak-kitab fiqih yang dianjurkan Mentri Agama RI melalui Biro Peradilan Agema berdasarkan Surat Edaran Nomor B/1/735 tanggal 18 Februari 1958 agar mempedomani 13 kitab fiqih.

o Adab Kebiasaan

o Yurisprudensi

4. Cara Menyelesaikan Sengketa Ekonomi Syari’ah Pelaksanaan perdamaian terdiri dari :

 Perdamaian di luar pengadilan

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam persengketaan selalu terdapat dua atau lebih pihak yang bertikaian. Di dalam penyelesaian persengkatan, dapat saja mereka menyelesaikan sendiri. Misalnya, mereka minta bantuan kepada keluarga, pemuka masyarakat atau pihak linnya dalam upaya mencari penyelesaian persengketaan diajukan atau bahkan selama proses persidangan berlangsung. Dengan cara itu, banyak yang berhasil.

 Melalui sidang pengadilan

Perdamaian melalui sidang pengadilan berlainan dengan cara perdamaian di luar pengadilan. Pada saat sidang pertama di pengadilan, hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak sesuai dengan prosedur mediasi yang diamanahkan oleh PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Mediasi.

Al QADHA (PERADILAN)

Menurut arti bahasa, al Qadha yaitu memutuskan atau menetapkan. Menurut istilah berarti ‘menetapkan hukum syara pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikan secara adil dan mengikat’. Kewenangan yang dimiliki lembaga ini adalah menyelesaikan perkara-perkara berhubungan masalah al ahwal asy sykhsiyah (masalah keperdataan, termasuk di dalamnya hukum keluarga), dan masalah jinayat (yakni hal-hal yang menyangkut pidana). Orang yang berwenang menyelesaikan perkara di pengadilan disebut qadhi(hakim).

B. Saran

(23)

1. Adanya regulasi yang lebih tegas mengenai ruang lingkup dari ekonomi syariah. 2. Adanya pembekalan kepada masyarakat produk dari ekonomi syariah, dan

menjelaskan cara penyelesesaiannya.

3. Ekonomi syariah berkembang pesat di Indonesia pasca reformasi mengharuskan pemerintah Indonesia untuk menyediakan sarana ekonomi syariah tersebut agar cita-cita Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dapat tercapai.

4. Optimalisasi terhadap penyelesaian sengketa melalui perdamaian sebagaimana yang diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Mediasi.

DAFTAR PUSTAKA

Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi. 2012. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Suhrawardi K. Lubis. 2000. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Abdul Mughits, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah (KHES) dalam Tinjauan

Hukum Islam. Almawarid Edisi XVIII Tahun 2008.

Illy Yanti dan Habriyanto. 2010. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah: Studi

Kasus Sengketa Ekonomi Syari’ah di Lembaga Keuangan Syari’ah Kota Jambi. Vol. 27 No. 3

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

PERMA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Referensi

Dokumen terkait

Nilai % RSA kunir putih yang telah mengalami blanch- ing 100 °C media asam sitrat 0,05 % dan akuades selama 5 dan 10 menit mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi

At dahil sa kanila, magpahanggang ngayon, nakikilala natin para sa atin ang sinabi ni San Agustin, “Si Hesus ay naglaho sa ating mga mata, upang matagpuan natin siya sa

Kegiatan ini dilakukan oleh tim dari Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang dengan cara memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat tentang

Pada gambar 3.1 bagian a, bisa dilihat secara visual bahwa ritme sinyal pada gelombang tidak berada pada garis isoline(garis 0), sehingga padda bagian durasi tertentu

Saat ini warga binaan juga telah mampu memutar keuangan hasil berjualan produk jamur segar, mereka mampu membeli sendiri bibit jamur dari hasil penjualan mereka,

Ayat aktif ialah ayat yang mengandungi kata kerja yang mengutamakan subjek asal sebagai unsur yang diterangkan. Ayat aktif terdiri daripada ayat aktif transitif

Sederhananya, jika kita membuat tulisan dengan bentuk reportase, artinya kita melaporkan atau memberitakan (di Majalah Fakultas Online) sebuah kejadian atau obyek

Pulau Sempu adalah kawasan cagar alam yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Malang. Selain fungsinya sebagai kawasan konservasi ekosistem alami, Pulau Sempu juga menjadi