• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mrk 07 Naskah Seminar Kitab Suci 2011 .d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mrk 07 Naskah Seminar Kitab Suci 2011 .d"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR KITAB SUCI

Perintah Allah dan Adat-Istiadat Yahudi

Tafsir Kitab Suci Perjanjian Baru

Markus 7:1-13

Dosen:

Rm. Prof. Dr. Hendricus Pidyarto O.Carm

Marcellius Ari Christy CP (09.09042.000071)

Theresia Anik Kurniawati PK (09.09042.000072)

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI

WIDYA SASANA MALANG

(2)

Perintah Allah dan Adat-Istiadat Yahudi (Mrk 7:1-13)

I. Pengantar

Teks Markus 7:1-13 ini secara umum mengisahkan adanya suatu pertentangan antara Yesus dengan kaum Farisi dan para ahli Taurat. Pertentangan yang ditonjolkan dalam bab ini adalah pertentangan antara perintah Allah dan adat-istiadat Yahudi. Dari pertentangan tersebut, Markus sang penginjil berhasil menyampaikan suatu ajaran Yesus tentang mana yang lebih penting bagi manusia. Kami memilih teks ini (7:1-13) untuk dibahas karena bagian inilah yang lebih menonjolkan adanya pertentangan antara Yesus dengan adat-istiadat Yahudi. Selain itu, bagian ini juga menarik untuk dibahas karena dari sini kita diingatkan untuk tidak mempertahankan suatu tradisi yang justru melalaikan maksud utama munculnya tradisi tersebut, atau bahkan mengingkari peraturan yang lebih penting dari sekadar tradisi.

II. Kritik Teks

A. Kaitan dengan Teks Sebelum dan Sesudahnya

Bab 7 adalah kumpulan kedua ajaran Yesus setelah kumpulan pertama ajaran Yesus yang dibahas pada bab 4 (ay. 1-34).1 Markus menyajikan ajaran pertama Yesus

berupa perumpamaan-perumpamaan yang menjelaskan Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus. Pada bab 6 (ay. 30-52) Markus menggambarkan kekuat-kuasaan dan kemuliaan Yesus, sementara pada ay. 31-34 dan ay. 54-56 Markus menggambarkan keberhasilan pewartaan Yesus yang ditampakkan oleh banyaknya orang yang mengikuti-Nya.2 Namun ada pula yang berpendapat bahwa bagian ini

tidak ada hubungannya dengan bagian yang mendahuluinya.3

Dapat dikatakan bahwa dari kekuat-kuasaan, kemuliaan dan karya Yesus di tengah orang-orang non-Yahudi, Markus ingin sekali lagi menunjukkan kuasa Yesus atas tradisi-tradisi manusia yang ditetapkan oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Kekuasaan Yesus ini bukan dalam arti menghapus atau menghilangkan hukum atau

(3)

adat-istiadat Yahudi, melainkan memurnikan ajaran hukum Taurat yang banyak terkontaminasi oleh tradisi-tradisi manusia.

Perikop Injil Markus 7:1-13 bisa juga mempersiapkan pembaca untuk memasuki perjalanan Yesus sebelum Ia memulai karya-Nya di tanah orang non-Yahudi. Hal ini tampak pada perikop berikutnya (7:24-30) di mana dikisahkan bahwa Yesus pergi ke Kota Tirus dan bertemu dengan seorang perempuan Siro-Fenisia yang memohonkan kesembuhan bagi putrinya.

B. Susunan Teks

Menurut Morna, Markus bab 7 memiliki beberapa frase pengantar, misalnya pada ayat 9, 14, dan 17.4 Hal ini menunjukkan bahwa Markus 7 bukan suatu kisah yang

terjadi dalam satu rentetan peristiwa, melainkan suatu kumpulan ajaran. Sayangnya, Morna tidak membahas lebih lanjut mengenai susunan teksnya.

Kami mengambil acuan untuk susunan teks ini dari pengamat lain. A. M. Hunter membagi perikop ini menjadi tiga bagian yaitu:5

7:1-8 : Perdebatan tentang kenajisan 7:9-13 : Persoalan korban bakaran 7:14-23 : Kemurnian yang sejati

Dalam seminar ini, kami mengambil dua bagian pertama (7:1-13).

Lebih rinci lagi, kisah yang kami bahas dalam seminar ini dapat dibagi lagi sebagai berikut:6

Ay. 1 – 2 : situasi atau latar cerita

Ay. 3 – 4 : penjelasan tentang tradisi Yahudi

Ay. 5 : pertanyaan atau tuduhan orang Farisi dan ahli Taurat Ay. 6 – 8 : jawaban pertama Yesus (nubuat Yesaya)

Ay. 9 – 13 : jawaban kedua Yesus (perihal kurban kepada Allah dan bakti kepada orangtua)

C. Perbandingan Teks Paralelnya

Teks ini dalam Injil sinoptik hanya muncul dalam Injil Matius (15:1-9) dan Markus, sementara dalam Injil Lukas tidak ada.

Markus 7:1-13 Matius 15:1-9

7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan 15:1 Kemudian datanglah beberapa orang Farisi

(4)

beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.

7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.

7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak

melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang mereka;

7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.

7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat-istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”

7:6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.

7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.”

7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.

7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.

7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk

pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --,

7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. 7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”

dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata:

15:2 “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat-istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.”

15:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat-istiadat nenek moyangmu?

15:4 Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. 15:5 Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah,

15:6 orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadatmu sendiri.

15:7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:

15:8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 15:9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”

(5)

karena Markus memasukkan penjelasan mengenai adat-istiadat Yahudi berkaitan dengan kemurnian dan kenajisan (ay. 3-4). Hal ini dapat dimengerti karena Injil Markus memang ditujukan pada orang-orang Kristen di luar komunitas Yahudi.7

Kita juga melihat adanya perbedaan susunan antara Matius dan Markus. Dalam Markus, Yesus menjawab tuduhan para ahli Taurat dan orang Farisi pertama-tama dengan mengutip nubuat Yesaya (ay. 6-8), lalu disusul dengan perihal korban (ay. 9-13). Dalam Matius, Yesus menanggapi para ahli Taurat dan orang Farisi pertama-tama dengan menyinggung perihal korban (ay. 3-6). Setelah itu, Yesus mengutip nubuat nabi Yesaya (ay. 7-9).

D. Analisis Kisah dan Teks

Ada beberapa hal yang dapat dikritisi dalam kisah ini, antara lain:8

1. Para penafsir sepakat melihat bahwa Markus bermaksud menuliskan sebuah cerita secara terpadu dalam satu peristiwa, namun lebih lanjut baik pembaca umum maupun penafsir justru kesulitan mencari keterkaitan antara bagian yang satu dengan yang lain.

2. Teguran para ahli Taurat dan kaum Farisi berupa pertanyaan mengenai makan dengan tangan najis tidak dijawab atau dilanjutkan oleh Yesus.

3. Tanggapan Yesus begitu tajam terhadap pertanyaan orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Yesus menghardik mereka dengan keras (ay. 6).

4. Selanjutnya Yesus malah membahas kurban bakaran dan bakti kepada orangtua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan tangan najis.

Menurut Carlston – dalam buku Jakob van Bruggen berjudul Markus: Injil menurut Petrus – sebenarnya kisah ini terdiri atas kumpulan ajaran yang disatukan Markus dari komunitas jemaat di mana ia hidup.

III. Tafsir Teks9

7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.

7 Bdk. Prof. Dr. Henricus Pidyarto O.Carm, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, Malang: STFT Widya

Sasana, 2002, hlm. 61.

8 Bdk. Jakob van Bruggen. Markus: Injil menurut Petrus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

9 Sebagian besar pembahasannya disadur dari penafsiran Morna D. Hooker, The Gospel According to St.

Mark, London: A & C Black, 1991, (hlm. 440-445). Tambahan lainnya diambil dari Lembaga Biblika Indonesia, Injil Markus, Yogyakarta: Kanisius, 1982, (hlm. 69-71) dan Dennis Eric Nineham, Saint Mark,

(6)

Perlawanan terhadap Yesus kerap kali datang dari Yerusalem. Bagi Markus, Yerusalem merupakan pusat perlawanan karena di sanalah pusat pengatur segala bentuk tradisi dan tata cara hidup dan peribadatan orang-orang Yahudi yang dipegang oleh kaum Farisi dan ahli Taurat. Kaum Farisi dan ahli Taurat acap kali memiliki pandangan yang berseberangan dengan Yesus, misalnya tentang pergaulan dengan para pendosa (2:15-17), tentang puasa (2:18-22), atau hari Sabat (2:23-28).10

7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.

Orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem selalu mengamat-amati Yesus dan para pengikut-Nya. Yesus dianggap sebagai “perusak” adat-istiadat orang Yahudi, karena sering kali Yesus melakukan hal-hal yang bertentangan dengan adat-istiadat Yahudi. Kali ini konflik muncul karena ‘ulah’ beberapa murid. Muncul pertanyaan mengapa perbuatan Yesus sendiri tidak dipersoalkan? Dapatkah disimpulkan bahwa Yesus mengikuti tradisi kaum Farisi sementara murid-murid-Nya tidak? Namun bukan ini permasalahannya. Dalam penafsiran saat ini, sebenarnya kisah ini mau menggambarkan perdebatan antara komunitas Kristen dengan otoritas Yahudi pada masa Injil ini ditulis. Yang menjadi permasalahan di sini ialah makan dengan tangan najis – tangan yang tidak dibasuh. Tangan yang tidak dibasuh di sini bukan perkara kebersihan (higienis), tetapi masalah kesucian (kultis).

7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang mereka;

Di sini Markus hendak menjelaskan kepada para pembaca Injil – yang berasal dari luar kalangan Yahudi – adat-istiadat orang Yahudi. Masalahnya, pernyataan Markus tentang “semua orang Yahudi harus membasuh tangan” justru tidak sepenuhnya benar. Hal ini justru semakin menyulitkan. Kebiasaan membasuh tangan sebenarnya hanya dilakukan oleh imam sebelum memakan hidangan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Tradisi ini di kemudian hari diterapkan juga pada orang awam, di mana semua makanan diperlakukan sama seperti yang dipersembahkan ke bait Allah. Kemungkinan, hal ini dilakukan oleh para rabi Yerusalem abad-abad pertama.

7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.

(7)

Selanjutnya tradisi yang dijelaskan di sini bukan soal Taurat, tetapi soal tradisi nenek moyang. Frasa “dari pasar” di sini muncul, mungkin karena kaum Farisi melihat bahwa di pasar ada begitu banyak orang di luar kalangan Yahudi, orang kafir. Pentingnya membasuh tangan dan mencuci makanan muncul karena konsep bahwa segala sesuatu yang dipegang oleh orang kafir adalah najis. Uang, perkakas makan, barang dagangan, dsb. adalah barang-barang yang banyak dipegang orang dan dengan demikian semua yang datang dari pasar, bahkan tubuhnya pun harus dibersihkan (disucikan) sekembalinya dari pasar. Maka adalah wajib bagi orang Yahudi untuk mencuci makanannya dan menyucikan tangannya secara ritual sebelum makan.

7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat-istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”

Jelas bahwa yang dipermasalahkan adalah para murid Yesus yang tidak mengikuti tradisi nenek moyang orang Yahudi. Pertanyaan yang muncul ini sebenarnya merupakan sebuah tantangan sekaligus tuduhan bahwa Yesus telah gagal mendidik murid-murid-Nya dalam menjaga tradisi nenek moyang. Atau bisa juga dikatakan bahwa Yesus membiarkan murid-murid-Nya untuk tidak menaati tradisi nenek moyang bangsa Yahudi.

7:6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.

Markus menuliskan jawaban pertama Yesus sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang menuduh ini. Jawaban Yesus ini lebih mengacu pada kritik-Nya sendiri ketimbang keberatan yang dilontarkan oleh para lawannya. Yesus mengutip Yes 29:13 yang dalam teks aslinya lebih mendekati teks Septuaginta daripada teks Ibrani. Hal ini menunjukkan bahwa kutipan ini diambil dari naskah yang sudah diadaptasi dari bahasa Yunani.

Istilah munafik sendiri dalam Injil Markus muncul pertama kali di sini. Kiranya dapat kita duga seberapa kerasnya Yesus ketika berhadapan dengan kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat. Memang bukan pada kemarahan-Nya yang kita perhatikan, melainkan apa yang menimbulkan kegeraman Yesus yang sedemikian tajam. Kaum Farisi dan ahli Taurat lebih mementingkan hal-hal kecil yang bisa dilihat orang, tetapi batin mereka jauh dari ‘kekudusan’ yang dapat dilihat orang.

7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.”

(8)

segala adat-istiadat, mereka justru mengatasi hukum Taurat itu sendiri dengan penafsiran mereka sendiri. Memang, beberapa tradisi memiliki dasarnya pada hukum Taurat, namun tradisi ini justru menyimpang dari tujuan aslinya. Yang semula untuk memperkuat hukum Taurat, malah mengaburkan atau bahkan mengabaikan Taurat sendiri.

7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.

Pada jawaban kedua, Yesus mengulangi atau menegaskan kembali apa yang telah Ia sebutkan pada ay. 8. Di sini dapat muncul persoalan bahwa kisah ini merupakan rangkaian dari beberapa peristiwa dan ajaran. Timbul kesan bahwa selain diambil dari peristiwa yang berlainan waktu dan tempat, ungkapan ini diatas-namakan Yesus oleh Markus untuk menambah kewibawaan tulisannya.

7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.

Kutipan ini berasal dari kitab Kel 20:12. Hukuman mati untuk peraturan ini pada zaman Yesus sudah tidak berlaku lagi. Kata-kata Musa, dalam ayat ini digunakan untuk mengontraskannya dengan kata-kata yang digunakan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi pada ayat selanjutnya.

7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --,

Dalam ayat ini, Yesus mengambil salah satu contoh penyelewengan sabda Allah. Yesus menunjukkan bahwa telah terjadi suatu pemerkosaan sabda Allah. Tradisi – yang adalah ketetapan manusia – digunakan untuk mengatasi perintah Allah berkaitan dengan hormat dan bakti kepada orangtua.

7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.

(9)

melainkan hanya sekadar menjalankan tradisi tanpa menyadari bahwa apa yang mereka lakukan justru melanggar salah satu perintah Allah.

Penjelasan lainnya adalah bahwa anak ini memang tidak memiliki apa-apa untuk digunakan merawat orangtuanya. Si anak lantas berkata kepada orangtuanya bahwa merawat orangtua adalah suatu kurban. Dengan kata lain, si anak melihat orangtuanya sudah tidak berguna lagi, tidak perlu diurus, karena toh tidak memberikan pemasukan apapun bagi anak. Uang yang dimiliki si anak hanya bisa digunakan untuk kurban bakaran.

7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”

Pernyataan bahwa firman Allah tidak berlaku lagi, dan terkait pula dengan “banyak hal lain yang kamu lakukan”, hanya dapat dimungkinkan bila orang-orang tidak menaati hukum Tuhan. Hal ini terjadi pada mereka yang tidak sepenuhnya menaati sabda Allah, tradisi, dan mereka yang tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat. Di sini Yesus menyindir para ahli Taurat dan kaum Farisi yang banyak melakukan praktik-praktik buruk dalam menjalankan tugas keagamaannya.

IV. Penutup

Dari kisah ini, dapat kita simpulkan bahwa tradisi tidak boleh menjadi bumerang bagi peraturan atau ketetapan awali. Sering kali tradisi dipertahankan justru demi kepentingan pribadi segelintir orang yang mempermainkan hukum untuk membatalkan hukum itu sendiri. Yesus mengecam orang-orang yang demikian, dengan mengatakan bahwa mereka (para ahli Taurat dan orang Farisi) adalah orang-orang munafik.

Selain itu, tradisi yang ditetapkan para ahli Taurat dan orang Farisi mempertinggi tembok pemisah antara yang tahir dan yang najis, antara orang Yahudi dengan orang non-Yahudi (bdk. alasan mengapa orang non-Yahudi diharuskan membasuh tangan dirinya).11 Dari

kisah ini pula, Markus menunjukkan usaha Yesus untuk menyatukan seluruh umat manusia.

(10)

Daftar Pustaka Sumber Utama:

Hooker, Morna D. The Gospel According to St. Mark. London: A & C Black, 1991.

Sumber Pendukung:

Bruggen, Jakob van. Markus: Injil menurut Petrus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. Guthrie, Donald, et all. (eds.). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius - Wahyu. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1982.

Hunter, A.M. The Gospel According to Saint Mark. London: SCM Press, 1949. Leks, Stefan. Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Lembaga Biblika Indonesia. Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, 1982. Nineham, Dennis Eric. Saint Mark. Middlesex: Penguin Books, 1963. Painter, John. Mark’s Gospel. London: Routledge New Fetter, 1997.

Pidyarto, Henricus. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, Malang: STFT Widya Sasana, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.” Terjadi perubahan subjek dalam kisah ini dari Yesus

Anjuran ini juga dapat saja muncul karena para murid sendiri juga merasa lapar, atau para murid juga merasa iba dengan banyak orang yang datang.. 37 Mendengar anjuran para murid,