• Tidak ada hasil yang ditemukan

Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Knowledge Creationpada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

Dian Indiyati1, Eka Yulianti2

1

Program Studi Manajemen, FE, UNJANI jl Terusan Jenderal Sudirman Cimahi

2

Program Studi Manajemen, FE, UNJANI jl Terusan Jenderal Sudirman Cimahi dianinds@yahoo.com

Abstrak

Tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara perguruan tinggi secara internasional, menuntut perguruan tinggi di Indonesia untuk mempunyai keunggulan, dimana anggota organisasi nya dituntut untuk kreatif dan inovatif. Dengan adanya knowledge creation, perguruan tinggi dapat membangun mental anggota organisasi dalam peningkatan jiwa kewirausahaan dengan pengetahuan ber inovasi dan menguasai masalah dan solusi tuntutan pelayanan pelanggan, dapat meningkatkan kualitas kerja dan gaya hidup karyawan menuju knowledge worker, dapat meningkatkan kemampuan inovasiperusahaan melalui optimalisasi pengelolaan pengetahuan di dalam organisasi, dapat meningkatkan keputusan efektif dan berfungsi dalam penciptaan pengetahuan baru.

Metode penelitian yang diusulkan merupakan metode deskriptif yang berdasarkan sifatnya merupakan penelitian survey mengenai knowledge creation yang dijalankan pada PTS di Cimahi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah teridentifikasinya pengetahuan yang diperoleh (perolehan pengetahuan), pengetahuan yang diciptakan (penciptaan pengetahuan), dan pengetahuan yang didaur ulang pada PTS di Cimahi. Populasi dalam penelitian ini adalah PTS di Cimahiyang dalam pengelolaan organisasinya sudah menjalankan sistem informasi manajemen walaupun belum sempurna. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yang akan digunakan oleh peneliti sebagai pilot project. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan PTS di Cimahi dalam rangka memperoleh pengetahuan, menciptakan pengetahuan, dan mendesain ulang pengetahuan dilakukan secara cukup efektif.

Kata Kunci: Knowledge Creation, Knowledge Worker, Knowledge Sharing, Purposive Sampling

I. PENDAHULUAN

(2)

dianggap mengkawatirkan, karena peringkat ini menurun dari tahun ke tahun (IMD world.com:2012).

Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Kemenakertrans (Tempo : 2012) terungkap bahwa tingkat pendidikan SDM Indonesia masih rendah, yaitu 50% berpendidikan SD dan di bawahnya, produktivitas rendah (ditandai dengan pengangguran tenaga kerja terdidik dan minimnya penemuan atau hasil riset terapan dalam bidang Iptek), dan daya saing nya juga rendah, hal ini menandakan rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia. Masih banyak TKI yang tidak terserap di dunia kerja karena tingkat pendidikannya yang rendah, mereka bekerja menjadi buruh migran, ke perusahaan, dan sektor informal. Tenaga kerja yang masuk perusahaan atau pabrik mayoritas berpendidikan minimal SMA, dan diduga, tenaga kerja yang berpendidikan SD atau SMP banyak yang menjadi TKI di sektor informal. Hal ini mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia (economic performance)

Berdasarkan Webometrics (2014), perkembangan secara internasional tentang kualitas perguruan tinggi di Indonesia dibanding dengan negara lain, mengalami penurunan peringkat. Tiga perguruan tinggi di Indonesia yang bersaing di kelas dunia, yaitu UGM, ITB, UI, turun peringkatnya dibandingkan tahun sebelumnya, di mana ke tiga perguruan tinggi tersebut berada pada urutan ke 598-696. Kecenderungan penurunan peringkat hampir dialami merata di semua perguruan tinggi Indonesia, begitu pula yang terjadi pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Universitas Gunadharma berada pada peringkat 1302, kemudian PTS Kopertis IV, yaitu STSI Telkom berada pada peringkat di atas dua ribu seratus (2127), selanjutnya PTS di Cimahi masuk pada peringkat di atas sebelas ribu, yaitu UNJANI, sedangkan enam PTS lainnya di Cimahi tidak masuk dalam peringkat internasional.

Fenomena tersebut, menandakan bahwa tantangan perguruan tinggi di Indonesia semakin tinggi, karena perguruan tinggi lain di dunia cepat sekali perkembangannnya, dimana hal yang menjadi perhatian utama pada peringkat internasional tersebut adalah hasil riset nya. Istadi (2010) menyatakan bahwa indikator academic peer review

mempunyai bobot 40%. Sementara itu, fasilitas dan anggaran penelitian di Indonesia masih jauh kalah dibandingkan perguruan tinggi lainnya baik di Asia Tenggara, Asia, Eropa, Australia, dan Amerika. Berarti perguruan tinggi di Indonesia harus lebih fokus pada publikasi ilmiah di jurnal-jurnal internasional yang diindeksasi oleh Scopus

terutama hasil-hasil penelitian. Sementara itu, pihak pemerintah juga harus segera membenahi infrastruktur riset di masing-masing perguruan tinggi di Indonesia.

(3)

Hubungan Internasional-FISIP Unjani), 63,04% terakreditasi B, 19,57% terakreditasi C, bahkan ada 17,39% yang belum terakreditasi..

Selanjutnya, sampai dengan tahun 2011, terdata sekitar 2.100 jurnal berkategori ilmiah. Namun, dari jumlah tersebut, yang masih aktif hanya sekitar 406 jurnal yang telah akreditasi. Adapun untuk jurnal yang berasal dari perguruan tinggi dan profesi ilmiah hasil akreditasi Ditjen Dikti berjumlah 250, dengan kategori penilaian A dan B. Sementara itu, hasil akreditasi LIPI untuk lembaga penelitian sebanyak 156 dengan kategori penilaian A, B, dan C (LIPI : 2011)

II. LANDASAN TEORI

Bratianu dan Ivona Orzea (2010), mendefinikan knowledge creation is a dynamic capability that enables firms to achieve a sustainable competitive advantage on the market. Bratianu dan Ivona Orzea (2010) menganggap bahwa penciptaan pengetahuan organisasidalam visi baru ini sangat berbedadari penciptaan pengetahuan individu, karenameliputibaikepistemologisdandimensi ontologis dari proses ini.

Penciptaan pengetahuan dapat difasilitasi melalui desain pekerjaan, contohnya dengan memberikan tugas-tugas kepada tim-tim kerja, bukan kepada individu. (Moharman:2003; Nonaka : 2007). Dengan pentingnya penciptaan pengetahuan ini, diperlukan riset untuk memahami cara organisasi dapat menumbuh kembangkannya. Menurut Hsu (2006), knowledge creation dapat dilakukan dengan menciptakan produk baru dan layanan baru, dapat pula menciptakan prosedur baru, proses baru, pekerjaan baru, sistem baru dan peraturan-peraturan baru. Kemudian menurut Birkinsaw (2002), dalam knowledge creation, penerapannya tidak hanya menciptakan pengetahuan baru, tapi juga mendaur ulang, seperti memperbaiki proses. Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa knowledge creation merupakan suatu proses memperoleh pengetahun, menciptakan pengetahun dan mendesain ulang pengetahuan, yang bertujuan untuk peningkatan kreativitas, inovasi dan keunggulan bersaing suatu organisasi.

Lebih lanjut, beberapa ahli, antara lain Nonaka (2007), berpendapat bahwa proses dari knowledge creation merupakan Socialization, Externalization, Combination dan Internalization/SECI.SECI merupakan continuous process, SECI

dapat mendorong penciptaan pengetahuan melalui interaksi secara vertikal dan horizontal, melalui pertukaran antar individu, antar bagian, antar departemen dan bahkan antar organisasi.(Nonaka : 2007 ). Tahapan dalam proses knowledge creation, dengan menggunakan conversion, ada empat yaitu : (Nonaka : 2007; Noe : 2003; Indiyati : 2012).

(4)

pertemuan formal dan informal untuk saling bertukar gagasan, pengalaman dan keahlian karyawan.

b. Externalization : konversi dari tacit knowledge ke explicit knowledge dimana keberhasilan tacit knowledge sebelumnya dikonversikan menjadi explicit knowledge atau pengetahuanmengalami kristalisasi sehingga dapat di share kan kepada orang lain. Externalization merupakan proses mengartikulasikan tacit knowledge dengan menggunakan bahasa simbolik, menterjemahkan tacit knowledge ke dalam konsep atau prototype dan selanjutnya didokumentasikan untuk disebarkan.

c. Combination : konversi atau integrasi dariexplicit knowledge tadi dengan explicit knowledgelain dari praktik terpadu atau terkait dalam perusahaan.New knowledge

yang siap pakai disebarkan diantara warga dari organisasi. Combination

merupakan pertukaran explicit knowledgemelaluisharingdokumen, prosedur atau kebijakan.

d. Internalization: konversi dariexplicit knowledge ke tacit knowledge, yaituexplicit knowledge siap pakai tadi di share kan ke seluruh bagian organisasi dan dikonversi menjadi tacit knowledge oleh semua individu untuk dipakai secara rutin serta diaplikasikan ke dalam pekerjaannya. Internalizationdilakukan melalui penerapan dan penggunaanexplicit knowledgeke dalampractical situations, yang bertujuan agar explicit knowledge dapat dipahami secara praktis, merupakan proses implementasiexplicit knowledgeyang dilakukan karyawan secara bersama-sama. Dalam internalization, mengubah explicit knowledge menjadi tacit knowledge, dilakukan melalui simulasi, pembelajaran tindakan dan pengalaman di tempat kerja.

Tahir, et al (2013), mengatakan bahwa proses knowledge creation (membuat pengetahuan) melibatkan empat praktik utama, yaitu audit pengetahuan professional, mengelola proses penciptaan pengetahuan baru, serta memvalidasi pengetahuan profesional yang diciptakan dan penyebaran pengetahuan profesional. Sebagai sumber pengetahuan dan pentransfer pengetahuan, setiap sekolah perlu menjalankan manajemen pengetahuan, dengan knowledge creation, melalui cara mendesain ulang dan memperbaharui pengetahuan di sekolah, hal ini akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para guru. Oleh karena itu, sekolah juga perlu untuk menciptakan pengetahuan sebagai aset utama untuk menghasilkan sebuah sekolah yang efektif. (Tahir : 2013). Hal tersebut berdampak pada, pihak manajemen sekolah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa proses pembelajaran, penelitian serta kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler, akan menjadikan siswa yang berkualitas tinggi (Azlinda : 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa secara garis besar proses

knowledge creation terdiri atas proses memperoleh pengetahuan, menciptakan pengetahuan dan mendesain ulang pengetahuan.

III. METODOLOGI

(5)

mengenai knowledge creation. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling, yang akan digunakan oleh peneliti sebagaipilot project.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperlukan untuk mendukung penelitian, diperoleh dengan teknik penelitian kepustakaan (library research). Data sekunder tersebut diperoleh dari statuta, peraturan kepegawaian, dan peraturan lainnya yang berhubungan organisasi PTS, berbagai referensi, dokumen dan literatur. Sedangkan data primer diperoleh dengan meenggunakan teknik observasii, wawancara, dan kuesioner dengan melalui uji validitas dan reliabiliitas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian validitas menghasilkan semua item valid dengan nilai validitas lebih besar dari 0.30 dan nilai t hitung jauh lebih besar dibandingkan nilai t tabelnya sehingga semua item dalam kuesioner ini dapat dinyatakan valid. Hasil analisis menunjukkan kuesioner reliabel dengan nilai koefisien reliabiltias 0.923 dan nilai t hitung jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel sehingga dapat disimpulkan instrumen yang digunakan sudah handal.

Berarti, berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan semua indikator valid dan reliabel mengukur variabelknowledge creation.

Berikut ini diuraikan analisis deskriptif kualitatif pada penelitian ini, dimana variabel penelitiannya adalah knowledge Creation, yang mempunyai dimensi, yaitu memperoleh pengetahuan, menciptakan pengetahuan, dan mendesain ulang pengetahuan.

Tabel 1.Knowledge Creationpada PTS Cimahi Kopertis Wilayah IV

No Keterangan Rata-rata Kategori

1 Kuesioner : rutin, hasil dievaluasi dan

menjadi perbaikan/di tindak lanjuti 4,09 Cukup

2 Benchmarking/Studi Banding 3,51 Cukup

3 Mendatangkan ahli 3,64 Cukup

4 Pertemuan informal 3,73 Cukup

5 Pertemuan formal 3,59 Cukup

Memperoleh Pengetahuan 3,71 Cukup

6 Membuat peraturan baru 3,64 Cukup

7 Melakukan riset 3,25 Agak efektif

Menciptakan Pengetahuan 3.45 Cukup

8 Meng up date informasi 3,59 Cukup

9 Meng adaptasi peraturan sesuai kebutuhan 3,81 Cukup

10 Memperbaiki peraturan 3,62 Cukup

Mendesain Ulang Pengetahuan 3.67 Cukup

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, Diolah kembali : 2014

(6)

formal sudah dilakukan dengan cukup baik. Dari segi pembagian kuesioner kepada mahasiswa dan pegawai PTS dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan dari pelanggan,PTS di Cimahi melakukannya dengan cukup baik. Begitu pun pada aspekbenchmarking/studi banding PTS di Cimahi melakukan nya dengan cukup efektif, akan tetapi hal ini mengindikasikan bahwa PTS belum menjalankannya secara rutin, biasanya PTS menjalankan kegiatan benchmarking/studi banding pada saat PTS tersebut melakukan perubahan strategi secara keseluruhan. Selain itu, dalam hal mendatangkan ahli hanya sebagian kecil PTS saja yang sudah menjalankan secara rutin sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan mayoritas PTS di Cimahi belum menjalankan secara rutin sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, PTS biasanya menjalankan kegiatan mendatangkan para ahli pada saat PTS tersebut melakukan perubahan strategi secara keseluruhan, itupun karena karena tuntutan menjelang re akreditasi.Pada aspek pertemuan informal juga sudah cukup efektif dilakukan, yang berarti PTS belum menjalankan secara rutin sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Sebagian kecil PTS di Cimahi yang melakukan pertemuan informal secara rutin, bentuk-bentuk kegiatannya seperti acara yang dilaksanakan pada saat dies natalisPTS, sedangkan PTS di Cimahi yang pertemuan informal nya belum dilakukan secara rutin, bentuk kegiatannya seperti olah raga bersama. Pertemuan informal pun dilakukan dengan cukup baik karena kegiatan seperti pelatihan internal, pelatihan eksternal, rapat, diskusi hasil riset dan pertemuan ilmiah sudah dilakukan dengan cukup baik.

Lebih lanjut dalampenciptaan pengetahuan, PTS di Cimahi melakukannya secara cukup efektif.Hal ini karena PTS di Cimahi memang jarang membuat peraturan baru, karena peraturan-peraturan baru lebih banyak berupa peraturan bidang akademik yang dikeluarkan dari Kopertis, dari DIKTI, dari Kemendikbud dan peraturan pemerintah lainnya yang berhubungan. Selain itu, PTS di Cimahi agak efektif dalam menjalankan kegiatan riset, karena hanya sebagian kecil saja dosen yang melakukan kegiatan riset, apalagi riset yang berhubungan dengan PTS masing-masing. Sebagian besar dosen PTS melakukan penelitian, jika memang dituntut oleh PTS tersebut, antara lain karena berhubungan dengan akan dikeluarkannya tunjangan prestasi, dan atau karena menjelang re akreditasi. Hanya sebagian kecil dosen dan hanya dosen tertentu yang melakukan penelitian dengan baik/efektif, yang bertujuan untuk menciptakan pengetahuan.

Mendesain ulang pengetahuan yang dilakukan PTS di Cimahi juga dinyatakan cukup efektif. Hal ini terjadi karena PTS di Cimahi mempunyai kemampuan yang cukup dalam mendesain ulang pengetahuan, dengan cara mendesain ulang peraturan yang sudah tidak sesuai lagi serta dengan cara meng-update informasi dan mengadaptasi sesuai kebutuhan, dan PTS mempunyai kemampuan yang cukup dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan penelitian ini sebagai berikut :

(7)

efektif untuk melakukan pembagian kuesioner, benchmarking/studi banding dan mendatangkan ahli di bidangnya.

2. Kegiatan PTS di Cimahi dalam menciptakan pengetahuan, dilakukan secara cukup efektif. Hal ini terjadi karena PTS di Cimahi mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan formal dan informal secara cukup efektif.

3. Kegiatan PTS di Cimahi dalam mendesain ulang pengetahuan, dilakukan secara cukup efektif. Hal ini terjadi karena PTS di Cimahi mempunyai kemampuan yang cukup efektif dalam meng update informasi terbaru, memperbaiki peraturan yang sudah ada serta mengadaptasi peraturan sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Mc. R. 2004. Knowledge Creation and Idea Generation: a Critical Quality Perspective,Technovation24, pp. 697-705

Aulawi, Hilmi. 2009. Pengembangan Infrastruktur Knowledge Untuk Meningkatkan Innovation Capability. Pascasarjana Institut Teknologi Bandung

Azlinda, Jaafar. 2010. Principal Leadership that Contributes the Implemention of Knowledge Management in School; Unpublished Master of Education Project Paper, Universiti Teknologi Malaysia

Bateman, Thomas S. & Shell, Scott A. 2004. Management: Leading and Collaborating in a Competitive World, 7ed. Ch.1

Bratinau, Constantin; Ivona Orzea. 2010. Organizational Knowledge Creation; Journal of Management, Marketing Challenges for Knowledge Society; Vol. 5, No. 3, pp. 41-62

Carlucci, D. And Marr, B. 2004.The Knowledge Value Chain: How Intellectual Capital

Impacts On Business Performance, Int. Journal Of Technology Management, Vol. 27, No. 6/7

Chandran D and Raman K (2009) “Awarness and Problems in Implimenting Knowledge Management System in Medium Sized Business Organization in Malaysia”.Journal of Social Sciences, 19(2):155-161.

Gregory, Howard. 2010. Knowledge Management an Introduction; Powerpoint

(8)

Hoegl, M., Schulze, A. 2005. How to Support Knowledge Creation in New Product Development: an Investigation of Knowledge Management Methods,

EuropeanManagement Journal, 23(3), pp. 263-273

Hsu, Hsiu Yueh. 2006.Knowledge Management and Intellectual Capital; A Dissertetion Submitted in Partial Fulfillment of the Requirement for the Doctoral og Philosophy;UMI Microform 3215027

Indiyati, Dian. 2007. Pengaruh Pelatihan dan Kompensasi terhadap Kinerja SDM dengan Pendekatan HR Scorecard, Prosiding Seminar Nasional SMART UKMaranatha.

Indiyati, Dian, Amir Nuyman, Een Taryana. 2012. Knowledge ManagementModeling

onPrivate Colleges in Kopertis IV, Prosiding Seminar Internasional University of Nottingham UK dengan UMY

Indiyati, Dian. 2012. Penyebaran Pengetahuan pada PTS Kopertis Wilayah IV. Seminar Nasional Unisba dan Jurnal SNaPP2012 LPPM Universitas Islam Bandung. Indiyati, Dian. 2013. Pengaruh Manajemen Pengetahuan terhadap Modal Intelektual

pada PTS Kopertis Wilayah IV. Prosiding Seminar Nasional SNIT BSI, ISBN : 978-602-99213-4-2.

Indiyati, Dian. 2013. An Influence of Organizational Culture and Knowledge Mana-gement to the Intellectual Capi-tal, Proceeding Seminar Internasional ICOI Thailand; ISBN 978-986-85682-9-7.

Indiyati, Dian. 2013. Modal Intelektual pada PTS, Prosiding Seminar Nasional FMI, ISSN : 2338-994X.

Indiyati, Dian, Amir Nuyman. 2014. Pemodelan Performance Appraisal HR Scorecard

pada PTS di Cimahi, Seminar Nasional Unjani SNIJA

Istadi. 2010. Perkembangan Peringkat Universitas di Indonesia versi QS-World University Ranking; Weblog of Dr. Istadi, managed by Webmaster UNDIP Kuang, Shih Hsun, Chia Jung Chang & Binshan Lin. 2010. Assessing Knowledge

Creation and Intellectual Capital in Banking Industry,Journal of Intellectual Capital Vol.11No. 1, 2010

McDermott R and O‟Dell (2011) Overcoming Cultural Barriers to Sharing Knowledge, Journalof Knowledge Management5(1): 76.85

(9)

Noe, Raymond A, Jason A. Colquitt, Marcia J. Simmering, & Sharon A. Alvarez. 2003. Knowledge Management Developing Intellectual and Social Capital; Managing Knowledge for Sustained Competitive Advantage

Nonaka, Ikujiro & Konno, N. 2007. The Concept of Ba: Building a Foundation for Knowledge Creation;California Management Review, Vol. 40, No. 3, 40-54 Nonaka, I., Toyama, R. 2007. Why Do Firms Differ? The Theory of the Knowledge-Creating Firm, in Ichijo, K., Nonaka, I. (eds.), Knowledge Creation and Management.

NewChallenges for Managers, pp.13-31, Oxford University Press, Oxford Pinelli, T.E. Barclay, R.O., Kennedy, J.M., dan Biship, A.P. : 1997, Knowledge

Diffusion In The U.S. Aerospace Industry Managing Knowledge for Competitive Advantage, Greenwich, Connecticut: Ablex Publishing Corporation.

Popadiuk, S. & Choo, C. 2006, "Innovation and Knowledge Creation: How are these Concepts Related?", International Journal of Information Management, vol. 26, no. 4, pp. 302-312

Tachbir, Hendro Pudjiantoro, Faiza Renaldi, Aceng Nursamsudin. 2012. Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan pada Lembaga Konsultasi Manajemen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Tahir, Mohd Lokman, Mehmet Oza, Bambang Sumintono, Izuddin Matzain. 2013. Creating Knowledge Practices in School : Exploring Teachers Knowledge Creation; International Journal of Humanities and Social ScienceVol. 3 No 1; Januari 2013; p.147

IMD world.com : 2012 Tempo : 2012

Webometrics : 2014 Lipi : 2011

Biodata Penulis :

Gambar

Tabel 1. Knowledge Creation pada PTS Cimahi Kopertis Wilayah IV

Referensi

Dokumen terkait

penyesuaian diri lansia terhadap kematian pasangan hidup di Desa Wanakarsa.

Dapat mengurangi overlapping antara berbagai mata pelajaran, karena mata pelajaran disajikan dalam satu unit; menghemat pelaksanaan pembelajaran terutama dari segi waktu,

Artinya, kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini masih bersifat universal terhadap rumah tangga di satu sisi, padahal di sisi lain rumah tangga miskin

Pengujian toksisitas formulasi ekstrak biji Barringtonia asiatica dilakukan dengan metode pencelupan daun ke dalam formulasi ekstrak biji Barringtonia asiatica setelah

Dari hasil regresi berganda, menghasilkan satu hipotesis yaitu Interaksi TQM (Total Quality Management ) dan organizational learning tidak berpengaruh signifikan

Karena terbaik itu, kepala sekolah STM meminta ayah saya – yang datang ketika acara kelulusan, seperti wisuda saat ini, untuk bisa melanjutkan sekolah dengan kuliah di

Mekanisme penerapan sanksi kepada perusahaan yang tindak menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Corporate Social Responsibility ) tidak diatur dalam undang