• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN RUANG TERBUKA HIJAU PR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN RUANG TERBUKA HIJAU PR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT

PADA KAWASAN PEMUKIMAN KOTA MAKASSAR

Siti Fuadillah A. Amin

Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak pemukiman yang tidak memiliki RTH Privat kendala yang terbesar adalah lahan. faktor-faktor komponen penataan ruang terbuka hijau privat berpengaruh terhadap upaya peningkatan ruang terbuka hijau privat. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara Penataan Ruang Terbuka Hijau Privat pada Pemukiman dengan ketiga factor komponen Ruang Terbuka Hijau Privat berhubungan nyata dalam peningkatan RuangTerbuka Hijau pada suatu pemukiman.

Kata kunci : Ruang Terbuka Hijau, Pemukiman.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pesatnya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia khususnya di Kota Makassar saat ini memberikan imbas yang tak sedikit bagi lingkungan.

Nanun dengan adanya pembangunan, pembangunan tersebut menyita Ruang Terbuka Hijau yang kerap dianggap lahan cadangan dan tidak ekonomis. Menurut nirwono joga (2011) Ruang terbuka hijau pada hakikatnya merpakan sala satu unsur kota yang mempunyai peran penting dengan unsur kota lain.

Pengertian ruang terbuka hijau (RTH) menurut pasal 1 butir 31 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang disengaja ditanam. Penyediaan RTH yang memadai merupaka upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di kawasan perkotaan.

Sesuai dengan amanat undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan luas RTH kota minimal 30 persen dari wilayah. Komposisi RTH Kota 30

persen terdiri dari 20 persen RTH Publik dan 10 persen RTH Privat. Disisi lain, penyediaan RTH pada lahan privat (RTH Privat) belum diperhitungkan sebagai sumbangsi RTH Kota.pemenuhan ini diharapkan dituangkan dalam lingkup kawasan yang lebih kecil seperti kecamatan ataupun kelurahan.

Hampir semua RTH yang ada di Makassar masih peninggalan belanda seperti taman macan ataupun karebosi. Menurut data pertanaman dan kebersihan Makassar Tahun 2012, luas RTH di 14 kecamatan hanya 11,51 kilometer persegi. Presentasi RTH hanya sekitar 6,54 persen. RTH Privat pada kawasan perumahan dan pemukiman dapat dilirik dan digunakan untuk memenuhi RTH kota karena kita ketahui menambah RTH kota kita terkendala dengan keterbatasan lahan. Dengan data diatas kita semestinya mengoptimalkan RTH yang ada atau mencari Upaya Peningkatan RTH Privat pada kawasan Pemukiman Kota Makassar.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ketersediaan dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Privat pada kawasan pemukiman Kota Makassar ? 2. Faktor-faktor mana yang berhubungan

(2)

3. Bagaimana arahan Ruang terbuka hijau privat yang sesuai pada kawasan pemukiman kota Makassar ?

RUANG TERBUKA HIJAU

1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, Ruang terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang disengaja ditanam.

Penyediaan RTH yang memadai merupaka upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di kawasan perkotaan. Pengklasifikasikan RTH yang ada sesuai dengan tipologi yaitu berdasarkan fisik, struktur ruang dan kepemilikan.

2. Jenis Ruang Terbuka Hijau a) Berdasarkan fisik

- RTH Alami adalah RTH yang terdiri dari habitat liar alami, kawasan lindung dan taman nasional

- RTH Non Alami/ Binaan adalah RTH yang terdiri dari taman lapangan olahraga, makam dan jalur hijau lahan.

b) Berdasarkan Struktur Ruang

- RTH dengan Pola Ekologis

memiliki pola

mengelompok,memanjang ataupun tersebar

- RTH Pola Planologis merupak RTH yang memiliki pola mengikuti hirarki dan struktur perkotaan c) Berdasarkan segi kepemilikan

- RTH Publik adalah RTH yang dikelola pemerintag setempat dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum

- RTH Privat adalah RTH milik institusi atau orang perorang yang pemanfaatannya untuk kalangan lain berupa halaman rumah yang ditanami tumbuhan

3. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

RTH dapat bermanfaat bagi kesehatan dan ameliorasi iklim. Menurut Peraturan Mentri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, manfaat RTH adalah :

a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah

b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan

c. Sarana rekreasi

d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan

e. Menumbuhkan rasa bangga dan prestise daerah

f. Sarana aktivitas social

g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat

h. Memperbaiki iklim mikro

i. Meningkatkan cadangan oksigen diperkotaan

RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT

Ruang Terbuka Hijau Privat adalah Ruang Terbuka HIjau milik institusi atau orang perorang yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan (Mentri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008). Fungsi RTH Privat adalah sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peresapan air, sirkulasi, unsur- unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatan dan maupun sebagai ruang amenity.

Syarat dari RTHP ditetapkan dalam rencana dan tata bangunan baik langsung maupun tidak langsung dalam bentuk ketetapan GSB,KDB, KDH, KLB, Parkir dan ketetapan lainnya. Arahan penyediaan RTHP di kawasan pemukiman adalah RTH Pekarangan, taman Atap, Atap Hijau, dinding hijau, Pot scaping,Taman gantung

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RTH PRIVAT

(3)

program pembangunan. Secara umu pengertian partisipasi masyarakat adalah keperanan sertaan semua anggota atau wakil-wakil masyarakat untuk ikut membantu keputusan dalam proses perencanaan dan pengolahan pembangunan termasuk didalamnya memutuskan tentang rencana kegiatan.

Partisipasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap RTH Privat kerana sesuai dengan pengertiannya adalah milik privat atau pribadi. Bentuk partisipasi masyarakat menurut T. Ndraha partisipasi public dapat terjadi pada 4 jenjang, yaitu : Partisipasi dalam proses keputusan, partisipasi dalam proses pelaksanaan, partisipasi dalam pemanfaatan hasil, dan Partisipaso dalam evaluasi.

Factor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan kesediaan masyarakat untuk berpartisipas dan daktor dari luar masyarakat (eksternal)yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Stratifikasi masyarakat yang mengidentifikasikan adanya 3 (tiga) komponen didalanya yaitu kelas (ekonomi, Status(prestise) dan kekuasaan.

Faktor kedua yang mempengaruhi Ruang Terbuka Hijau Privat adalah komponen Penataan Ruang terbuka Hujau pemukiman sesuai dengan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 yaitu :

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Angka Presentase perbandingan antara luas lantai bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan daerah yang dikuasai

b. Koefisein Lantai Bangunan (KLB)

Angka Presentasi perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan yang dapat dibangun dan luas tanah yang dikuasai c. Koefisien Daerah Hijau (KDH)

Angka presentasi perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar bangunan yang diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan di luas tanah yang dikuasi.

d. Garis Sempadan Bangunan (GSB)

Batas bangunan yang diperkenan kan untuk dibangun

Selain factor itu komponen yang juga mempengaruhi besaran Ruang Terbuka Hijau

Privat adalah Luas lahan dan Fisik bangunan. Dimana menurut Kostof 1992,172 bahwa factor fisik merukan representasi factor psikologis.

METODOLOGI 1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. kuantitatif Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,wawancara dan kuisioner

Teknik analisis data yang digunakan adalah metode Chi square dimana teknik ini mengadakan pendekatan dari beberapa factor yang diharapkan dari sampel apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan dan teknik korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variable dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pada Kecamatan yang masuk dalam pemukiman terpadu Kota Makassar yaitu Perumahan Swadaya pada Kecamatan Tamalate dan Perumnas Hartaco Indah.

Gambar 1. Lokasi

ANALISIS

(4)

pemukiman yang memilik Ruang Terbuka Hijau kurang dari 8%.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN RTHP PADA

KAWASAN PEMUKIMAN

Dari hasil kuisioner dan wawancara yang dilakukan pada masing masing pemukiman dapat diketahui bahwa masyarakat mengetahui pentingannya ruang terbuka hijau privat pada lahan mereka tetapi di kedua lokasi pemukiman hasil yang diperoleh berbeda karena disebabkan tidak tersedia lahan dan kebutuhan lahan terbangun lebih diutamakan ketimbang ruang terbuka hijau privat

Peran partisipasi masyarakat terhadap Ruang Terbuka Hijau Privat yang didapat kan pada pemukiman yaitu penanaman pohon pada lahan, membuat taman/pekarangan ataupun menanam tanaman dalam pot. Kendala yang menghambat partisipasi warga terhadap Ruang Terbuka Hijau Privat adalah yang terbesar adalah Lahan, biaya, waktu dan pengetahuan. Dari empat kendala ini didapatkan berhubungan nyata dalam peningkatan Ruang Terbuka HIjau Privat pasa kawasan pemukiman

FAKTOR KOMPONEN PENATAAN RTH PRIVAT

Faktor komponen penataan RTH Privat yang digunakan yaitu Koefiseien Dasar Bangunan (KDB), Luas lahan dan bentuk bangunan. Untuk Koefisien Dasar bangunan dulu kedua lokasi penelitian memiliki Ruang Terbangun maupun tidak terbangun tetapi mengalami pengembangan sesuai kebutuhan baik secara vertical maupun horizontal. Sehingga KDB pada kedua lokasi pemukiman ini lebih banyak bangunan yang memiliki luasan Terbangun <60% dan juga ada bangunan yang tidak memiliki tuang terbuka atau bisa dikata dilahan tersebut 100% terbangun.

Pada factor kedua yaitu Luas lahan didapati dari 3 macam luas kapling yang ada bahwa walaupun luas lahan besar ada juga banguan yang memiliki Ruang Terbuka Hijau Privat kurang dari 8%. Untuk factor bentuk bangunan, dari bentuk bangunan ini lah kita dapat mengelompokkan konsep tata hijau untuk Ruang Terbuka HIjau Privat seperti kemiringan,material bentuk atap, kemudian ada tidaknya dinding kosong yang dapat dijadikan dinding hijau. Betuk bangunan ini pun kita dapat melihat area untuk potscaping dan area untuk taman gantung.

KONSEP TATA HIJAU PADA RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT

Hasil observasi pada lokasi penelitian yaitu dua perumahan dapat diketahui jenis tata hijau yang telah dikembangkan atau dilakukan oleh masyarakat yang terbanyak adalah penanaman melalui media pot, yang kedua adalah pembuatan taman pekarangan dan yang ketiga adalah penanaman pohon pada lahan masing-masing.

Dari hasil tata hijau yang ada, kita dapat membuat konsep atau penataan tata hijau yang dikembangkan di masing-masing pemukiman. Dari data bahwa konsep tata hijau yang paling dapat dikembangkan yaitu pot scaping. Pot scaping ini dapat mudah dikembangkan karena tidak membutuhkan lahan besar dan dapat dikembangkan pada hunian yang tidak memiliki Ruang terbuka hijau privat sama sekali.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Joga, N., Ismaun, I. 2001. RTH 30 %! Resolusi (Kota) Hijau . Gramedia Jakarta.

Ndraha, T. 1990. Pembangunan Masyarakat, Memperisapkan Tinggal Landas. Rineka Cipta,Jakarta

Peraturan Mentri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan,

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Spiro Kostof, The City Assembled (Boston: Bulfinch 1992),172

Gambar

Gambar 1. Lokasi

Referensi

Dokumen terkait

Cara analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan (1) mengumpulkan laporan keuangan Manchester United PLC dari tahun 2009 hingga 2012, (2)

  Perubahan   morfologi  tersebut  dianalisa  berdasarkan  hasil  penjalaran  serta  transpor  sedimen  berupa   perubahan  profil  pantai,  kemunduran  garis

Belanja bahan Kegiatan Peningkatan Kualitas Panitera Peradilan Pengadaan Langsung 2.680.000 38 Peningkatan Manajemen Peradilan Umum, KODE RUP: 27060693 KODE RUP SWAKELOLA:

Anestesia blok saraf perifer ekstremitas atas adalah tindakan anestesia dengan menyuntikkan obat anestesia lokal (dengan atau tanpa adjuvan) ke sekitar saraf (hingga perineural

Terkait kehidupan membujang yang terjadi di POUK TNI AL Sunter tidak semua yang hidup membujang menikmati kesendirian mereka, ada juga yang cenderung malu

Bersama dalam Praktik wakaf bersama ini dilakukan oleh warga Nahdiyyin serta pengurus Ranting NU Desa Sruwen karena minimnya dana dan juga belum ada orang yang

Dengan kondisi alam tersebut Magetan merupakan daerah yang berpotensi sebagai daerah pertanian yang subur, khususnya untuk.

Etelä-Karjalan ja Kymenlaakson liikenteen päästöt ilmaan on kirjattu taulukkoon 5 liikennemuodoittain sekä kuntakohtaiset päästöt liitteeseen 5.. Tietransito sisältää