• Tidak ada hasil yang ditemukan

EROPA DAN ASIA KERJASAMA EKONOMI ANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EROPA DAN ASIA KERJASAMA EKONOMI ANTARA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

EROPA DAN ASIA : KERJASAMA EKONOMI ANTARA UNI EROPA

DAN INDONESIA MELALUI ASEM

(ASIA-EUROPE MEETING)

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Studi Kawasan Eropa Dosen Pengampu: Firstyarinda Valentina Indraswari, S.Sos.,

Disusun Oleh :

Annisa Ridhatul Khatimah 135120400111045 Iman Patria Yudha 135120400111041 Ria Silalahi 135120400111056

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

2015/2016 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan Eropa dan Asia sudah terjalin sejak lama sejak abad ke-15 di saat Marcopolo berlayar hingga menemukan daratan Asia. Kemudian, hubungan Eropa dan Asia berkembang ditandai dengan dijajahnya negara-negara Asia di Eropa seperti Indonesia oleh Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris. Pada masa ini hubungan Eropa dan Asia dalam lingkup benua yang negara-negaranya menjajah dan benua yang negara-negaranya dijajah. Namun, kemudian, hubungan itu berubah menjadi hubungan kerjasama mitra strategis pasca perang dunia II dan ketika negara-negara Asia mulai banyak yang merdeka.

Kebangkitan Asia merupakan hal yang sangat penting secara global. Kebangkitan inilah yang kemudian dilirik Uni Eropa (UE) ketika menghadapi berbagai tantangan dan salah satunya adalah menjalin hubungan yang baik dengan kawasan yang begitu beragam dan dinamis ini. Sehingga, Uni Eropa tentu menjalin kemitraan strategis dengan beberapa negara yang disebut sebagai emerging super power state di Asia yaitu Cina, India, Jepang dan melakukan negosiasi tentang kemitraan yang baru dan perjanjian perdagangan bebas dengan Korea Selatan serta negara-negara Asia Tenggara1.

Hubungan kerjasama antar dua regional, Eropa dan Asia, semakin erat dengan adanya upaya-upaya kerjasama antara Uni Eropa dengan beberapa forum atau organisasi di Asia. Terbukti bahwa saat ini Uni Eropa sedang meningkatkan dukungannya untuk integrasi regional melalui Pertemuan Asia-Eropa (ASEM), dan mengintensifkan kerjasama dengan Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), Forum Regional ASEAN (ARF) dan Perhimpunan Negara-Negara Asia Selatan untuk Kerjasama Regional (SAARC)2. Berbicara

mengenai hubungan Eropa dan Asia, ASEM adalah salah satu contoh menarik dari interregionalism3.

ASEM banyak sekali melakukan pertemuan-pertemuan ataupun forum-forum dialog untuk membahas berbagai persoalan antar negara. Negara-negara Asia maupun Eropa ini juga

1 Delegasi untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.2015. Asia dan EU. Diakses melalui http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/asia_eu/index_id.htm

2 Ibid.,

3 Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Seminar Kemenlu Indonesia di Universitas Brawijaya 4 November 2015, diskusi panel dengan pembicara Evi Fitriani P.hD, Dosen HI UI. Hlm 5-6. Diakses melalui

(3)

sangat mendapatkan manfaat baik secara multilateral maupun bilateral. Contohnya, Indonesia dan Uni Eropa, dimana hubungan kerjasama perdagangan keduanya dipercayai semakin meningkat dengan dimudahkannya dialog yang transparan melalui ASEM. Berdasarkan kerjasama Uni Eropa dan Asia melalui ASEM inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menjelaskan bagaimana kerjasama intreregional ini lebih lanjut. Selain itu, penulis juga akan menjelaskan bagaimana kemudian hubungan kerjasama ekonomi Uni Eropa dengan salah satu anggota Asia yaitu Indonesia melalui ASEM (Asia-Europe Meeting).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan kerjasama antara Uni Eropa dan Asia ?.

2. Bagaimana kerjasama ekonomi antara Uni Eropa dan Indonesia melalui ASEM (Asia-Europe Meeting) ?.

1.3 Tujuan

1. Memahami hubungan kerjasama antara Uni Eropa dan Asia.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Kerjasama Inter-regionalisme Asia-Eropa 2.1.1 Perkembangan Regionalisme

Perkembangan regionalisme ditandai dengan empat tahapan yang menjadi momentum perkembangannya. Empat gelombang dalam studi regionalisme yaitu gelombang 1 pada tahun 1950-1960 an oleh Spinelli, Mitrany, Haas, Balassa. Regionalisme gelombang satu ini disebut sebagai regionalisme tradisional yang terjadi di era sebelum perang dingin. Motif-motif regionalisme di era ini lebih bersifat politis, karena pasca perang dunia II negara-negara di dunia memandang security sebagai susatu yang penting4. Sehingga dibutuhkan

suatu “collective security” yang dianggap mampu menjamin keamanan bersama. Contoh regionalisme pada era ini terbentuk adanya blok barat dan blok sekutu serta gerakan non blok (GNB). Pada tahap ini, regionalisme yang dimaksud masih dalam bentuk region dimana batas-batas geografis masih belum jelas.

Gelombang 2 pada tahun 1970 oleh Haas di mana karakteristiknya pesimis terhadap regionalisme5. Gelombang II ini sangat kental dengan pemikiran kaum realis. Kaum

realis yang pesimis terhadap regionalisme menganggap organisasi internasional tidak lebih sebagai institusi antar negara yang hanya memainkan sedikit peran dimana cakupan global atau regional tidak terlalu penting karena bagaimanapun hubungan internasional adalah struggle of power. Kondisi ini membuat regionalisme tidak berhasil berkembang.

Gelombang 3 pada tahun 1990-an di mana studi regionalisme kembali populer dan pemikir-pemikirnya antara lain adalah Moravsick, Hurrel dan Fawcett, Hettne, Breslin, Higgit yang berfokus pada new regionalism. Fenomena pasca perang dingin ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti berakhirnya perang dingin yang menandai juga berakhirnya blok-blok yang ada. Kemudian, hal itu membawa konsekuensi pada timbulnya keinginan untuk mewujudkan kerjasana internasional yang lebih dilandasi akan motif-motif ekonomi. Salah satu contohnya adalah dengan adanya free trade Area seperti AFTA (Asean Free Trade Area)6.

Gelombang 4 pada 2000 an oleh Hurrel, Fawcett,Gilson, Risse, Acharya, Telo, Ruland, Fitriani yang melihat bagaimana regionalism di Asia jauh lebih berkembang

4 Mansfield, Edward.1999. Summary : International Relations- Political Economy, Waves of Regionalism. Vol 53. Diakses melalui

http://www.summaryhub.com/social-science/international-relations/121-political-economy/146-the-new-wave-of-regionalism

(5)

daripada di EU, regionalism di Asia memiliki style sendiri dan tidak mengacu pada Uni Eropa (UE) dan Pola yang terjadi di UE tidak diadopsi di Asia karena memiliki norma dan value sendiri. Kemudian, gelombang keempat memperlihatkan bahwa studi regionalisme banyak melihat studi tentang interregionalism (antar region) dan tidak hanya fokus pada old atau new regionalism7. ASEM adalah salah satu contoh dari interregionalism. ASEM Hingga tahun

2015 ini ASEM terdiri dari 51 negara dan dua anggota yaitu European Commission dan ASEAN Secretariat. Jadi, anggota ASEM tidak hanya negara8.

2.1.2 Bentuk- Bentuk Regionalisme

Kerjasama antar negara-negara yang berada dalam suatu kawasan untuk mencapai tujuan regional bersama adalah salah satu tujuan utama terbentuknya regionalisme. Ketika membentuk organisasi regional atau menjadi anggota organisasi regional, negara-negara tersebut telah mengupayakan bentuk kerjasama intra-regional. Dengan kata lain, negara-negara dalam suatu kawasan telah melakukan distribusi kekuasaan diantara mereka untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk Integrasi ini dibagi menjadi dua tingkat yaitu bentuk pertama yang disebut sebagai integrasi dangkal (shallow integration) yang hanya mengacu pada upaya regional untuk mengurangi kendala-kendala perdagangan. Bentuk kedua berupa integrasi dalam (deep integration) yang bertujuan untuk mencapai kesatuan ekonomi dan fiskal secara menyeluruh (full economic and monetary union). Bentuk berikutnya adalah 'inter-regionalism' dan 'regional transnationalism'. Bentuk kedua megacu pada proses kerjasama yang melibatkan aktor-aktor ekstra regional (termasuk pula aktor-aktor non negara seperti MNC) yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi, politik dan kultural.

Bentuk selanjutnya adalah hubungan bi-regional (dua kawasan) dan transregional (antar kawasan). Hingga kini, paling tidak, tercatat lima hubungan bi-regional dan transregional yang mencakup kawasan Amerika, Eropa, Asia Pasifik, dan Afrika. Bentuk ketiga dari regionalisme adalah hubungan antara kelompok regional dengan single power. Hubungan ini merupakan bentuk campuran yang menyerupai hubungan antar kawasan. Namun dalam banyak kasus hubungan ini, single power kerapkali memainkan peranan dominan dalam kerjasama tersebut. Hal ini misalnya terlihat cukup jelas mengenai peran AS yang begitu menonjol dan cenderung dominan di Eropa dan kadang mengganggu hubungan transatlantik AS dengan beberapa negara Uni Eropa9.

7 Mansfield, Edward.1999.Loc.Cit

8 Notulen Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Loc.Cit.,

9 Nitisha.2015. Regionalism : Definitions, Characteristics, and Types of Regionalism. Diakses melalui

(6)

http://www.yourarticlelibrary.com/society/indian-society/regionalism-definitions-characteristics-and-types-of-2.1.3 Regionalisme dan Interdependensi

Akhir Perang Dunia membuat dominasi superpower hilang sehingga kekuatan regional mulai mencoba mendominasi. Interdependensi antar region memunculkan konflik keamanan dari dalam sekaligus ancaman intervensi dari luar. Keadaan ini memunculkan kebutuhan untuk keamanan politik walaupun usaha ini diselubungi dengan institusi ekonomi. Kemudian, interdependensi adalah ciri khusus yang jelas terlihat dalam regionalisme.

Teori ini menyertai 3 pandangan utama tentang interdependensi dan kerjasama. Pandangan pertama, neofungsionalisme , berpendapat bahwa peningkatan interdependensi akan memunculkan kerjasama yang pada akhirnya membuahkan integrasi politik. Pandangan kedua, neoliberal-institusionalisme memandang keberadaan institusi sebagai jawaban atas kebutuhan collective action. Institusi ini penting mengingat banyaknya keuntungan yang dapat diberikan kepada negara-negara yang tergabung di dalamnya. Pandangan ini kemudian fokus pada pola interaksi strategis yang dilakukan para aktor untuk meningkatkan kerjasama. Pandangan terakhir , konstruktivisme, menitikberatkan pada identitas regional sehingga lebih memandang regionalisme dari tatanan sosial daripada ekonomi. Pandangan ini menjelaskan bagaimana negara-negara membangun konstruksi sosial untuk meningkatkan integrasi dan kohesi regional10.

2.1.4 Tahapan sejarah kerjasama inter-regional

Tahapan kerjasama intra-regional pertama adalah Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) yang terbentuk 1989 lalu dan merupakan pengaturan trans-regional yang meliputi kawasan Asia Pasifik, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Hubungan kedua, adalah Asia Europe Meeting (ASEM) yang terbentuk 1996 yang merupakan pengaturan bi-regional Asia dan Eropa. ASEM yang melibatkan 10 negara Asia dan 15 negara anggota Uni Eropa. Hubungan ketiga, Kerja sama Eropa dan Amerika Latin yang tergabung dalam The European-Latin America Summit, kerja sama ini dibentuk tahun 1999 dan merupakan kerja sama dua kawasan antara 15 negara anggota Uni Eropa dan 33 negara Amerika latin dan Karibia. Hubungan keempat, adalah The Africa-UE Summit yang didirikan pada tahun 2000 dan 34 melibatkan 52 negara Afrika dan 15 negara Eropa dan terakhir adalah The East Asia-Latin

regionalism/47359/

10 Kompas.2011.Regionalisme : Sejarah Perkembangan Integrasi Eropa.

(7)

America Forum (EALAF) yang diluncurkan 2001 lalu meliputi 13 negara Asia Timur, Australia, Selandia Baru dan 12 negara Amerika Latin11.

2.2 Asia dan Uni Eropa ( Sejarah Kerjasama)

Benua Asia dan Eropa sebenarnya berada pada satu daratan yang sama yang dibatasi oleh pegunungan. Secara tradisional batas-batas geografis Eropa dan Asia didefinisikan sebagai garis yang ditarik sepanjang Pegunungan Ural. Akan tetapi, garis perbatasan ini menjadi kontroversi karena tidak ada batas tektonik atau pesisir yang jelas antara dua benua. Guerrina berpendapat bahwa batas-batas tersebut dibangun untuk memisahkan Eropa terhadap peradaban lain.12

Hubungan Eropa dan Asia telah berlangsung sejak lama yang dimulai dengan hubungan dagang, hubungan kolonial pada abad 16 dan dilanjutkan dengan hubungan bilateral pasca kemerdekaan. Kemudian, pembentukan European Community (EC) pada tahun 1958 dan ASEAN pada tahun 1968 dan dialog antar kedua organisasi kawasan tersebut melengkapi kegiatan dalam pengembangan hubungan kedua kawasan tersebut. Perjanjian Maastricht yang kemudian disempurnakan dengan perjanjian Amsterdam telah memperkuat dasar dan komitmen pemgembangan kerjasama luar negeri UE dengan Asia yang berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Common Foreign and Security Policy (CFSP)13. Selain antara EC-ASEAN, Eropa tidak mengadakan hubungan lainnya dengan Asia, guna mengisi kekosongan economic linkage dengan Asia dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang-bidang ekonomi, perdagangan, investasi, teknologi, pendidikan, politik dan keamanan.

Namun, jika ingin melihat sejarah awal terbentuknya hubungan kerja sama antara Uni Eropa dan Asia, kita akan mundur ke periode waktu yang sangat jauh dimana kita akan berbicara tentang Asia dan Eropa terlebih dahulu. Menurut Takeda, terdapat tiga tahap pembangunan (stages of development) antara Eropa dan Asia. Tahap pertama yakni sekitar abad ke tiga belas ketika Eropa, dengan bantuan buku karya Marcopolo yang berjudul The Description of the World, mencari dan menemukan Asia.Tahap kedua meliputi abad kedelapan belas dan kesembilan belas.Negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Portugal, datang ke Asia untuk menjajah. Ini adalah periode revolusi industri dan juga periode penjajahan. Sementara tahap ketiga adalah titik awal ketika pertemuan Asia-Eropa 11 Banyu Perwita, AA & Yani, Yanyan M. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung. Hlm 103-110.

12Guerrina.2015. Relation Between Europe and Asia. Diakses melalui

http://testpolitics.pbworks.com/w/page/25861647/Relations%20Between%20Europe%20and%20Asia pada 04 Desember 2015 pukul 09.16 WIB

(8)

(ASEM) diadakan di Bangkok.14 Penjelasan Takeda tersebut merupakan perkembangan

sejarah hubungan antara Eropa dan Asia secara umum. Namun, secara khusus, sebelum terbentuknya ASEM, tepatnya pada tahun 1992 sudah terbentuk Europe-East Asia Economic Summit.15

Hubungan Eropa-Asia yang semakin erat tentu tidak terlepas dari kebangkitan Asia itu sendiri. Kebangkitan Asia merupakan hal yang sangat penting secara global. Kebangkitan inilah yang kemudian dilirik Uni Eropa (UE) ketika menghadapi berbagai tantangan dan salah satunya adalah menjalin hubungan yang baik dengan kawasan yang begitu beragam dan dinamis ini. Uni Eropa saat ini sedang mendalami kemitraan strategis dengan beberapa negara yang disebut sebagai emerging super power state di Asia yaitu Cina, India, Jepang dan melakukan negosiasi tentang kemitraan yang baru dan perjanjian perdagangan bebas dengan Korea Selatan serta negara-negara Asia Tenggara. Dialog reguler dengan cakupan luas dilakukan, yang semakin mengarah kepada kerjasama dan persamaan pendapat tentang permasalahan global, permasalahan keamanan regional serta kebijakan peraturan-peraturan dan masalah perekonomian lainnya. Berbagai kesepakatan yang mencakup masalah pariwisata sampai penelitian nuklir telah dicapai atau sedang dibahas16.

Namun, kerjasama Asia-Eropa tidak hanya sebatas perdagangan. Asia yang notabene merupakan negara-negara industri berpenghasilan tinggi dan negara-negara berkembang, tapi juga merupakan tempat tinggal dua pertiga dari masyarakat miskin dunia membuat kerjasama pembangunan tetap merupakan prioritas utama dalam agenda Uni Eropa di Asia. Sehingga, lebih dari lima milyar euro telah dialokasikan untuk Asia oleh Uni Eropa untuk periode 2007-2013. Kemudian, kerjasama lebih lanjut meliputi pembuatan kebijakan untuk mengatasi tantangan bersama, seperti perubahan iklim, pembangunan yang berkesinambungan, keamanan dan stabilitas, tata pemerintahan dan hak asasi manusia, serta pencegahan dan penanggulangan bencana alam dan bencana kemanusiaan17.

2.3 Kerjasama Asia-Eropa Melalui ASEM 2.3.1 Sejarah

Asia-Europe Meeting (ASEM) didirikan di Bangkok tahun 1996. Dimana, Pada tahun 1994 Perdana Menteri Singapura saat itu, Goh Chok Tong selaku Ketua ASEAN,

14Isami Takeda.1996. Transcript of a speech delivered in Athens,Greece. in November 1996, diakses dari

http://www.mofa.go.jp/j_info/japan/opinion/takeda.html pada 02 Desember 2015 pukul 14.45 WIB 15Geoffrey Allen Pigman. 2007. The World Economic Forum: A Multi-Stakeholder Approach to Global

Governance, New York: Routledge, hal.16

(9)

menyampaikan ide kepada PM Perancis, Edouard Balladur, untuk membentuk suatu "Konferensi Tingkat Tinggi" Asia-Eropa agar hubungan Asia dan Eropa semakin kuat. Tindak lanjut ide ini terjadi pada tahun 1996 ketika dilakukan dengar pendapat dari 16 anggota Uni Eropa dan tujuh anggota ASEAN ditambah Jepang, Tiongkok, dan Republik Korea. Menteri-menteri yang mengurusi perekonomian, luar negeri, keuangan, teknologi, migrasi, dan lingkungan hidup terlibat dalam acara ini18. Hingga saat ini keanggotaan ASEM terus

berkembang hingga mencakup 53 mitra (partners) yang terdiri dari 21 negara Asia, 30 negara Eropa, Sekretariat ASEAN, dan Uni Eropa.

Gambar 1 : Keanggotaan ASEM19 2.3.2 Peran dan Tujuan

ASEM merupakan forum dialog dan kerjasama antar-kawasan Asia dan Eropa yang ditujukan untuk menciptakan kemitraan dan kemajuan Asia-Eropa, memperkuat dialog yang setara dan membangun saling pengertian kedua kawasan. Sifat kerja sama ASEM adalah

18 Aggarwal, Vinod K./Koo. 2005. Min Gyo: The Evolution of APEC and ASEM: Implications of the New East Asian Bilateralism. In: European Journal of East Asian Studies, Vol. 4, No. 2, S. 234-261..

(10)

informal, non-binding, multi-dimensional dan evolutionary. Fokus ASEM pada tiga pilar kerja sama yaitu politik; ekonomi; dan sosial-budaya. Gabungan keanggotaan ASEM merepresentasi 57% GDP dunia dan 66% perdagangan dunia20.

2.3.3 Mekanisme Kerja

ASEM dirancang sebagai forum pembicaraan informal antara negara-negara Eropa dan Asia. Pertemuan para menteri berlangsung setiap tahun, sedangkan pertemuan antara kepala-kepala pemerintahan/negara (KTT) diadakan setiap dua tahun (sejak 1996), dengan tempat berganti-gantian antara Eropa dan Asia. Berikut adalah daftar KTT yang telah dan akan berlangsung21 :

Kemudian, dibawah KTT ASEM, terdapat mekanisme pertemuan Menteri Luar Negeri ASEM (ASEM Foreign Ministers Meeting/FMM) yang dilangsungkan 2 tahun sekali, berselang-seling dengan jadwal KTT ASEM. Hasil kesepakatan para Pemimpin ASEM dan Menteri Luar Negeri ASEM tersebut ditindaklanjuti pada pertemuan Pejabat Tinggi (Senior Officials) ASEM yang diadakan lazimnya 2 (dua) kali dalam setahun22.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, karakteristik ASEM adalah merupakan kerjasama inter-regionalisme yang lemah. Hal itu dikarenakan ASEM tidak memiliki konstitusi seperti treaty atau agreement pendirian organisasi dan juga ASEM tidak memiliki sekretariat, badan eksekutif, dan mekanisme birokrasi yang jelas dalam menggerakkan organisasi. ASEM hanya bisa disebut sebagai organisasi longgar atau forum inter-regional. Karena format ASEM yang longgar maka dapat dikatakan bahwa ASEM belum memiliki suatu bentuk

20 Kemlu.2015.Asia-Europe Meeting. Diakses melalui http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx? Name=RegionalCooperation&IDP=17&P=Regional&l=id

21 Robles. 2008. Alfredo C.: The Asia-Europe Meeting : the theory and practice of interregionalism. London [u.a.] : Routledge.. ISBN 0-415-45223-6 (hardback) / ISBN 0-203-93326-5 (ebook)

(11)

kerangka kerjasama yang sesuai dalam membangun kerjasama antara regional. Koordinasi proses pelaksanaan ASEM ditangani oleh Menteri-menteri Luar Negeri dan staf-staf senior dari ASEM itu sendiri. Staf-staf tersebut juga dibantu oleh grup-grup kecil dari Eropa dan Asian Coordinators (komisi UE, perwakilan dari Asia Tenggara dan Asia Timur Laut. Secara bergiliran setiap tahun). Kordinator-koordinator tersebut mengadakan pertemuan setiap kali dan setiap dibutuhkan (dua atautiga kali setahun) dan memisahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan politik dan ekonomi.

2.3.4 Isu yang dibahas

Pada perkembangannya cakupan kerja sama ASEM terus diperluas. Di bidang ekonomi terdapat mekanisme ASEM Finance / Economic Ministers Meeting dan ASEM Transport Ministers Meeting serta pertemuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ASEM. Kemudian, Forum kerjasama sosial-budaya ASEM dicerminkan antara lain melalui ASEM Culture’s Minister Meeting dan ASEM Education Ministers Meeting. Lalu, untuk memperkuat kerja sama sosial budaya ASEM, ASEM membentuk Asia Europe Foundation (ASEF) yang berstatus sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dalam berbagai kegiatan sosial budaya misalnya Model ASEM, ASEM Journalist Colloquium. Kerja sama ASEM selanjutnya diperkaya dengan mekanisme kerjasama non-pemerintah yang meliputi kerjasama parlemen, bisnis dan masyarakat madani (civil society) yang antara lain terdiri dari forum antar-kalangan pebisnis (Asia-Europe Business Forum/AEBF); antar-Parlemen (Asia Europe Parliamentary Partnership Meeting/ASEP) dan antar-masyarakat madani (Asia-Europe People’s Forum / AEPF)23.

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan ASEM 1. Ada proses Enlarging dan Deepning.

Proses enlarging bisa dikatakan sebagai proses meluasnya kerjasama melalui pertambahan anggota. Contohnya, ASEAN memanfaatkan dukungan Cina, Korea Selatan, Jepang untuk mendorong diterimanya keanggotaan Myanmar dan Laos dalam ASEM24.

2. ASEM bisa dikatakan sebagai cara EU mendekati Cina.

23 Ibid.,

(12)

ASEM bisa dikatakan sebagai cara EU mendekati Cina dapat menggambarkan bahwa interregionalism dapat memfasilitasi upaya mencapai foreign policy. Melalui keanggotaan ASEM pada 2015 ini Eurasia benar-benar terhubung25.

2.3.6 Signifikansi ASEM

1. Terwujudnya interregionalisme melalui ASEM merupakan bentuk baru dari pola hubungan internasional26.

2. ASEM dapat menghubungkan negara-negara non ASEAN dengan ASEAN serta dapat menghubungkan Eropa dan non Eropa. Melalui kerjasama yang meluas ini ASEM dianggap penting dan mampu mendorong pembentukan identitas di Asia sendiri27.

3. ASEM tidak melibatkan Amerika Serikat28

4. Kerjasama dalam tiga pillar (pilar ekonomi, politik, budaya) dan tiga jalur (government to government, academic to academic, dan people to people)29.

5. Menjadikan ASEM menjadi forum interregional yang komprehensif30.

6. Menjadi wadah memperjuangkan kepentingan nasional dan regional, serta 7. memfasilitasi confidence building measures (adanya physicological barriers

antara Asia dan EU, dengan adanya ASEM bisa membentuk kepercayaan diri31.

2.3.7 Perspektif Ekonomi Politik Internasional dalam memandang hubungan EU-Asia

Dalam Hubungan Internasional, khususnya dalam bidang ekonomi politik internasional, terdapat perspektif yang komperhensif untuk menganalisis tentang bagaimana fenomena- fenomena dapat terjadi dan dapat membentuk suatu kerangka pemikiran. Terutama, pasca runtuhnya Bretton Woods yang memicu munculnya ketidakstabilan ekonomi dunia, krisis minyak dan stagflasi yang terjadi dalam kurun waktu yang berdekatan, membuktikan bahwa perspektif IPE (international political economy) mulai muncul untuk menganalisis fenomena ini dalam lingkup Hubungan Internasional. Sehingga, tidak heran jika

25 Ibid.,

26 Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia.Op.Cit., 27 Ibid.,

(13)

hubungan EU dan Asia menjadi sebuah implikasi dari fenomena dan juga dapat dianalisis dengan perspektif IPE32.

Terdapat empat tonggak besar yang menjadi fondasi perspektif ini dalam mengalisis hubungan suatu fenomena terutama hubungan EU-Asia. Meski, cenderung ke arah Asia Timur, akan tetapi fenomena tersebut secara garis besar dapat diterapkan secara keseluruhan di benua Asia pada umumnya. Adapun keempat faktor tersebut yaitu 1. distribusi kekuasaan dunia dengan referensi khusus kepada negara hegemony, 2. struktur, fungsi dan konsekuensi dari lembaga-lembaga internasional, 3. dampak dari ide-ide, keyakinan, dan nilai-nilai, serta 4. efek politik domestik. Keempat faktor tersebut memiliki kecenderungan hubungan EU-Asia bisa mencapai ranah ekonomi politik yang mana mencakup diplomasi ekonomi dan bahkan memiliki interpretasi yang berbeda sehingga memungkinkan hubungan dapat terjadi. Salah satu prpspektif yang mampu menjelaskan hubungan antara Asia dan Eropa adalah perspektif Neo-Liberal33.

Neo-liberalism

Neo-liberalism mencoba merevisi teori pendahulunya yakni teori liberal. Dalam teori liberal, profit atau keuntungan dalam ekonomi pada sebuah kerjasama masih sangat kental di dalam pasar internasional. Hal yang membuatnya berbeda adalah kekuatan neo-liberalism yang lebih memiliki kecenderungan atas norma bahwa aktor individu lebih dominan. Dalam hal ini, individu diyakini dapat berkompetisi tanpa ada batasan dan hambatan dari negaranya. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah institusi internasional dalam penerapannya34.

Kemudian, kaum neoliberal memiliki pilihan yang berbeda dari kaum merkantilisme, pencapaian kesejahteraan ekonomi melalui perdagangan bebas dan pertukaran ekonomi terbuka melawan pencapaian kekuatan melalui kekuatan militer dan perluasan wilayah. Dengan kata lain, negara-negara dapat memilih jalan pembangunan ekonomi dan perdagangan dan kemudian menjadi negara pedagang seperti yang dilakukan Jerman Barat dan Jepang setelah Perang Dunia II35.

Contoh penerapan perspektif Ekonomi Politik Internasional khususnya neoliberalisme dalam hubungan EU dan Asia adalah hubungan interdepensi antar satu sama lain yang diwadahi oleh suatu forum kerjasma melalui ASEM (Asia-Europe Meeting)

32 Dent, Chirtopher. The European Union and East Asia : An Economic Relationship.2002.New York : Routledge.Hlm 6-8.

(14)

dengan melibatkan tidak hanya negara, tapi pebisnis bahkan masyarakat. Keterlibatan inivudu dapat dipahami melalui seiring dengan berkembangnya Foreign Direct Invesment (FDI) di kawasan Asia, membuat EU tertarik menanamkan sahamnya melalui investor-investornya. Terlebih, pada saat krisis Asia Timur, Bank Eropa menginvestasikan sahamnya untuk meredam krisis36.

2.4 Studi Kasus : Kerjasama Ekonomi antara Republik Indonesia dan Uni Eropa (UE) melalui ASEM

Gambar 2 : Indonesia dan Uni Eropa perbarui kerjasama37 2.4.1 Presepsi Indonesia terhadap Uni Eropa

Menurut Duta Besar Indonesia, Maruli Tua, presepsi Indonesia terhadap UE adalah Indonesia menganggap bahwa UE merupakan kekuatan poros dunia secara politik, ekonomi, dan sosial yang memiliki 28 angota. Uni Eropa juga merupakan pelopor HAM dan demokrasi sepanjang sejarah. Dari segi ekonomi, internal marketnya saja terdapat US $ 18.46 trilliun. Beberapa negara seperti jerman, Inggris, Perancis dan Italia masuk ke dalam G20 dan G8. Institusi pendidikan juga sangat maju dan standar yang tinggi38.

2.4.2 Perspektif Uni Eropa terhadap Indonesia

36 Ibid,

37 Intana, Lia. 2013. Uni Eropa Perbarui Kerjasama dengan Indonesia. Diakses melalui

http://swa.co.id/business-strategy/management/uni-eropa-perbarui-kerja-sama-dengan-indonesia

(15)

Uni Eropa menganggap Indonesia merupakan negara yang aktif dalam kerjasama internasional, negara yang demokratis dalam penegakan hukum. Indonesia pernah direview oleh Human Rights Council, yang mengatakan bahwa Indonesia sudah terbuka. Kemudian, meskipun Indonesia merupakan negara yang sebagian besar populasinya Islam, tetapi, negara ini sangat toleransi dalam perbedaan. Contoh lain, Indonesia pada saat sengketa pemilu 2014, tidak lagi menyelesaikan secara pertumpahan darah atas nama kepentingan kelompok amun secara jalur hukum dan institusi. Apresiasi besar Uni Eropa pada Indonesia adalah atss pencapaiannya sebagai satu-satunya negara ASEAN yang masuk kedalam anggota G20. Sehingga, Indonesia dapat dikatakan sebagai role model negara-negara yang majemuk39. Oleh karena itu, menurut Catherin Ashton, Indonesia merupakan key partner di

Asia Tenggara, mitra penting di tataran Internasional.

Hubungan Indonesia dan Uni Eropa memang yang paling utama adalah kerjasama perdagangan dan saat ini meluas kedalam bentuk pariwisata. Contohnya, kerjasama UE dan Indonesia digunakan untuk menyelesaikan Eco Partnership Agreement. 30,1 Miliar merupakan hasil dari perdagangan Indonesia dengan Uni eropa. Sehingga, jika kita melihat neraca perdagangan dengan Uni Eropa, pertama adalah Singapura, kedua, Malaysia dan Thailand, kemudian ketiga, Indonesia. Investasi Indonesia di UE juga meningkat dan fasilitas perdagangan juga tengah ditingkatkan40.

2.4.3 Kontribusi ASEM bagi Kerjasama Ekonomi Indonesia-Eropa Berdasarkan tujuannya (dari ASEM itu sendiri) kita mengetahui bahwa ASEM merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempererat hubungan antara kedua kawasan, Asia dan Eropa terutama bagi Indonesia dan Uni Eropa untuk lebih meningkatkan atau mempererat hubungan kerja sama diantara kedua belah pihak. ASEM dapat dikatakan mempermudah hubungan diantara kedua belah pihak tersebut dengan cara “membuka” suatu forum dialog atau pertemuan-pertemuan tingkat tinggi diantara negara-negara anggota. Forum dialog ini sangat bermanfaat bagi Indonesia dikarenakan dialog yang ada tidak hanya sekedar dialog tapi memfasilitasi berbagai macam kepentingan yang ingin dicapai. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ASEM memiliki agenda antara lain : di bidang ekonomi terdapat mekanisme ASEM Finance / Economic Ministers Meeting dan ASEM Transport Ministers Meeting serta pertemuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ASEM. Kemudian, Forum kerjasama sosial-budaya melalui ASEM Culture’s Minister Meeting dan ASEM

(16)

Education Ministers Meeting. Lalu, untuk memperkuat kerja sama sosial budaya ASEM, ASEM membentuk Asia Europe Foundation (ASEF) yang berstatus sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dalam berbagai kegiatan sosial budaya misalnya Model ASEM, ASEM Journalist Colloquium. Kerjasama ASEM selanjutnya juga diperkaya dengan mekanisme kerjasama non-pemerintah yang meliputi kerjasama parlemen, bisnis dan masyarakat madani (civil society) yang antara lain terdiri dari forum antar-kalangan pebisnis (Asia-Europe Business Forum/AEBF); antar-Parlemen (Asia Europe Parliamentary Partnership Meeting/ASEP) dan antar-masyarakat madani (Asia-Europe People’s Forum / AEPF)41.

Selain itu, dalam melaksanakan hubungannya melalui ASEM, UE melakukan suatu pendekatan-pendekatan tertentu untuk membantu Indonesia dalam mengatasi persoalannya seperti dalam bantuan keuangannya, melalui ASEM Trust Fund, untuk faktor-faktor kehutanan, swasembada perdagangan bahkan pula irigasi. Sedangkan bagi Indonesia, ASEM dijadikan suatu wadah untuk menyampaikan permasalahan yang ada dalam melakukan hubungan dengan Eropa ataupun tentang masalah yang dihadapi oleh Indonesia itu sendiri. Kemudian, melalui forum ini dapat dilihat bahwa ASEM telah melakukan suatu perencanaan untuk memperlancar arus perdagangan dan investasi dua arah di kawasan Asia-Eropa terutama bagi Indonesia dan Asia-Eropa itu sendiri yang disebut TFAP (Trade Facilitation Action Plan). Melalui TFAP ini kerjasama ekonomi Indonesia dan Eropa dapat diatur berdasarkan bidang-bidang prioritas kerjasama dalam kerangka TFAP yang meliputi: prosedur ke pabean, standar, testing, sertifikasi, peraturan akreditasi dan tehnik, hak-hak milik intelektual, mobilitas kalangan bisnis dan kegiatan-kegiatan perdagangan lainnya. Selain TFAP ini ada juga Asia-Europe Business Forum (Forum Bisnis Asia-Eropa/AEBF). Sebagai sebuah forum wakil-wakil dunia usaha swasta dari negara-negara yang tergabung dalam ASEM. AEBF ini dijadikan suatu mitra dialog bagi ASEM, khususnya forum menteri-menteri ekonomi ASEM guna dapat saling menerima masukan terutama dalam masalah perdagangan dan investasi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan ASEM memberikan suatu keuntungan bagi Indonesia-Eropa melalui kontribusinya dengan membentuk beberapa bentuk forum tertentu, terutama dalam bidang ekonomi, dan keuntungannya adalah adanya suatu bentuk transparansi dari persoalan-persoalan ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh kedua negara. Dilihat dari keuntungan yang didapatkan oleh kedua belah pihak tersebut, ASEM dapt memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kerjasama ekonomi antara Indonesia-Eropa. ASEM dapat membuka “mata” negara-negara Eropa terhadap Indonesia dan Indonesia pun dapat merasa aman dalam melakukan

(17)

hubungannya dengan Eropa karena sebelumnya diadakan dialog terlebih dahulu tentang segala sesuatunya sehingga memuaskan kedua belah pihak42.

2.4.4 Prospek Kerjasama UE dan Indonesia dalam bidang perdagangan

Grafik : Perdagangan Indonesia-Uni Eropa tahun 2008-201043

Tabel : Barang ekspor-impor Indonesia atas EU44

42 ASEAN, Peace Stability Courage Dynamism Purity Prosperity, Asia-Europe Meeting (ASEM), http://www.yahoo.com/Asia-Europe Meeting.

(18)

Permasalahan Indonesia dengan Uni Eropa yang paling utama adalah masalah perdagangan. Misalnya, pada tahun 2007, garuda dilarang masuk Eropa. Namun, kemudian Garuda berusaha men- apply untuk sertifikasi internasional. Kemudian, udang Indonesia juga ditolak oleh Uni Eropa. Karena udang Indonesia dianggap terkontaminasi antibiotik. Lalu, Palm oil juga pada akhirnya yang Indonesia gunakan adalah palm oil standar Eropa. Sehingga kemudian, Indonesia dan Malaysia membentuk koalisi untuk menyamakan standar dengan Uni Eropa. Memang, Uni eropa menerapkan standar yang sangat tinggi untuk produk-produk yang masuk ke UE. Untuk menetapkan non-tarif-barier, bentuk-bentuk perlindungan konsumen di UE sangat banyak dari komunitas-komunitas. Oleh karena itu, untuk mengekspor barang di tingkat global mau tidak mau Indonesia harus memiliki standard kualitas produk bertaraf internasional terutama standar Uni Eropa. Contohnya, Indonesia hingga saat ini terus membenahi bagaimana kayu-kayunya bisa masuk ke Uni Eropa. Upaya lain meningkatkan kerjasma antara Indonesia dan Uni Eropa adalah peningkatan People to People contact dengan meingkatkan beasiswa Erasmus Mundus dan melakukan interfaith dialogue dan Interfaith scholarship45.

2.4.4 Tantangan Kerjasama UE dan Indonesia

Tantangan kerjasama ekonomu Indonesia-Eropa adaah terletak pada standar tinggi yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Dosen studi kawasan Eropa Universitas Brawijaya, Aswin Ariyanto Azis, mengatakan bahwa No more direct bilateral aid from EU, Indonesia is no longer on EU’s GSP. Hal itu dikarenakan Indonesia sudah dianggap negara middle class, jadi, bukan lagi negara penerima bantuan. Sehingga, barang-barang Indonesia sudah bukan lagi dianggap dari barang-barang negara berkembang. Jadi, tantangan negrara Indonesia adalah bagaimana meningkatkan kerjasama perdaganan dan menghindari bantuan luar negeri dari Uni Eropa. Dan satu-satunya negara ASEAN yang menandatangi FTA dengan UE baru

(19)

Singapore46 saja sehingga prospek kerjasama perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni

Eropa menjadi tnatangan tersendiri.Tantangan kerjasma ini sejalan dengan upaya kepemimpinan Jokowi saat ini. Upaya Jokowi dalam meningkatkan pembangunan ekonomi yang mapan tergabung ke dalam 4 pillar, yaitu trade, investment, tourism, dan development cooperation. Oleh karena itu, Indonesia harus mempersiapkan pembangunan ekonomi yang mapan demi kerjasama dengan UE yang lebih baik47.

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan kerjasama ekonomi antara Eropa dan Asia serta studi kasus tentang kerjasama ekonomi Uni Eropa dan Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Hubungan Eropa dan Asia sudah sangat lama terjalin mulai dari zaman penjajahan hingga menjadi kerjasama dalam bentu mitra dagang. Kerjasama Eropa dan Asia semakin berkembang dan terintegrasi ditandai dengan adanya kerjasama melalui

(20)

forum interregional seperti ASEM (Asia-Europe Meeting) dan adanya kebangkitan negara-negara Asia seperti Jepang, Cina dan Korea Selatan.

2. Kerjasama melalui ASEM (Asia Europe Meeting) sangat berkontribusi bagi kerjasama ekonomi antar negara-negara di dalamnya terutama Uni Eropa dan Indonesia. Uni Eropa memandang Indonesia sebagai salah satu mitra strategis terbaik di Asia Tenggara dan Indonesia pun menganggap Uni Eropa merupakan mitra strategis global. Sehingga, kedua belah pihak selalu mengupayakan berbagaimacam kerjasama untuk menghilangkan hambatan-hambatan terutama hambatan perdagangan seperti standardisasi produk.

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, Vinod K./Koo. 2005. Min Gyo: The Evolution of APEC and ASEM: Implications of the New East Asian Bilateralism. In: European Journal of East Asian Studies, Vol. 4, No. 2, S. 234-261.

(21)

ASEM. ASEM : Info Member. Diakses melalui http://www.aseminfoboard.org/members

Banyu Perwita, AA & Yani, Yanyan M. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Hlm 103-110.

Delegasi untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.2015. Asia dan EU. Diakses melalui http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/asia_eu/index_id.htm pada 04 Desember 2015 pukul 09.16 WIB

Dougherty, James E. & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New York: Harper and Row Publisher. Hamzah, Andi.Hlm 417.

Geoffrey Allen Pigman. 2007. The World Economic Forum: A Multi-Stakeholder Approach to Global Governance, New York: Routledge, hal.16

Guerrina.2015. Relation Between Europe and Asia. Diakses melalui

http://testpolitics.pbworks.com/w/page/25861647/Relations%20Between%20Europe %20and%20Asia pada 1 Desember 2015 pukul 14.16 WIB

Holsti, K.J. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Teoritis. Bandung: Binacipta. Hlm 650.

Intana, Lia. 2013. Uni Eropa Perbarui Kerjasama dengan Indonesia. Diakses melalui http://swa.co.id/business-strategy/management/uni-eropa-perbarui-kerja-sama-dengan-indonesia pada 5 Desember 2015 pukul 10.45 WIB

Isami Takeda.1996. Transcript of a speech delivered in Athens,Greece. in November 1996, diakses dari http://www.mofa.go.jp/j_info/japan/opinion/takeda.html pada 02 Desember 2015 pukul 14.45 WIB

Kemlu.2015.Asia-Europe Meeting. Diakses melalui http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?

Name=RegionalCooperation&IDP=17&P=Regional&l=id pada 04 Desember 2015 pukul 09.16 WIB

Kompas.2011.Regionalisme : Sejarah Perkembangan Integrasi Eropa.

http://regional.kompasiana.com/2011/06/10/regionalisme-sejarah-perkembangan-integrasi-eropa/ pada 02 Desember 2015 pukul 09.30 WIB

(22)

M. ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 165.

Mansfield, Edward.1999. Summary : International Relations- Political Economy, Waves of Regionalism. Vol 53. Diakses melalui

http://www.summaryhub.com/social- science/international-relations/121-political-economy/146-the-new-wave-of-regionalism pada 02 Desember 2015 pukul 09.30 WIB

Nitisha.2015. Regionalism : Definitions, Characteristics, and Types of Regionalism. Diakses melalui

http://www.yourarticlelibrary.com/society/indian-society/regionalism-definitions-characteristics-and-types-of-regionalism/47359/ pada 04 Desember 2015 pukul 09.16 WIB

Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Seminar Kemenlu Indonesia di Universitas Brawijaya 4 November 2015, diskusi panel dengan pembicara Evi Fitriani P.hD, Dosen HI UI. Diakses melalui

http://labhi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/Notulensi-Seminar-Kemlu-Indonesia-UE-dan-ASEM.pdf pada 20 November 2015 pukul 09.10 WIB

Robles. 2008. Alfredo C.: The Asia-Europe Meeting : the theory and practice of

Gambar

Gambar 1 : Keanggotaan ASEM19
Gambar 2 : Indonesia dan Uni Eropa perbarui kerjasama37
Grafik : Perdagangan Indonesia-Uni Eropa tahun 2008-201043

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Tingkat Hasil/ Outcome. Provinsi Jawa Barat

Akan tetapi, kebijakan untuk mengimpor beras dengan alasan pengamanan stok oleh Bulog ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan.Hal ini dikarenakan data produksi dan data konsumsi

Langkah ini menjelaskan mengenai analisis hasil penyelesaian permasalahan VRPSPD yang sudah dilakukan dengan metode eksak dan metode simulated annealing baik untuk

 Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan desa berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, periu menetapkan Keputusan Gubernur tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau K

DATA gramatikal s ual muncul pengelom (1) lomok mem KBBI bera da yang dap dsb (KBBI n supir ten (2) seperti afiks sebagai a pokkan ter miliki arti arti berlumu pat mengoto

maka dalam kelompok kedua ingin mengekor, baik secara konseptual maupun secara praksis, pada negara-negara Barat, kelompok ini misalnya diungkapkan oleh Ali Abdu Raziq (1888

• Tempat kejadian perkara tindak pidana ( Locus Delictie ) menjadi sesuatu yang harus diketahui dan ditentukan secara benar karena bermanfaat untuk: ( 1) menentukan ruang