• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan konsumen terhadap obat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perlindungan konsumen terhadap obat dan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan "range" yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang makin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat.

Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional.Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat.

(2)

sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang aman. Oleh karena itu, secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal. Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun formal makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha.

Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya. Dengan demikian, upayaupaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang. Maka dari itu diperlukan pengawasan terhadap produk obat baik makanan agar aman dipakai atau dikonsumsi oleh masyarakat, maka Presiden telah membentuk sebuah badan pengawasan terhadap obat atau kosmetik berbahaya yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan yang disingkat dengan BPOM. Badan inilah dengan dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Kesejahteraan Sosial yang diserahkan tugas pengawasan peredaran obat dan makanan di Indonesia, yang dibentuk di masing-masing provinsi di seluruh Indonesia.

Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi.

1.2.Rumusan Masalah

1. Pengertian dan Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan Makananan serta kewenangannya?

(3)

3. Bagaimana cara mengetahui keaslian Nomor BPOM suatu produk obat, makanan ataupun kosmetik?

1.3.Tujuan

1. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai Perlindungan Konsumen yang ada di BPOM.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan Makananan Beserta kewenangannya

2.1.1. Pengertian dan Latar belakang Badan POM

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 merupakan lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari presiden serta bertanggung jawab langsung kepada presiden. Latar belakang terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah dengan melihat kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan kemajuan teknologi tersebut produk-produk dari dalam dan luar negeri dapat tersebar cepat secara luas dan menjangkau seluruh strata masyarakat. Semakin banyaknya produk yang ditawarkan mempengruhi gaya hidup masyarakat dalam mengonsumsi produk.

(5)

Makanan yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta 24 kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi.

2.1.2. Sejarah Badan POM

Tonggak sejarah lembaga pengawas obat dan makanan di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda, Yang lalu berlanjut pada masa penjajahan jepang dan masa kemerdekaan. Dimasa orde lama, masalah obat dan makanan belum begitu menjadi perhatian serius pemerintah karena masih tidak stabilnya kondisi ekonomi, politik, dan sosial Indonesia.

Pada periode Orde Baru , pengaturan, pengendalian dan pengawasan di bidang kefarmasian telah dapat ditata dan dilaksanakan dengan baik. Sehingga pada tahun 1975, institusi pengawasan farmasi dikembangkan dengan adanya perubahan Direktorat Jenderal Farmasi menjadi Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Berbagai peraturan perundang undangan telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sebagai basis dan kerangka landasan untuk melanjutkan pembangunan di masa-masa mendatang. Terhadap distribusi obat telah dilakukan penyempurnaan, terutama penataan kembali fungsi apotek melalui Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980. Untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap obat dan makanan tersebut maka pemerintah mengambil kebijakan dengan mengadakan perubahan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, yang mana dahulu Direktorat Jenderal Obat dan Makanan bertanggung jawab kepada Departemen Kesehatan namun sekarang setelah terjadinya perubahan maka Badan Pengawasan Obat dan Makanan bertanggung jawab kepada Presiden. Badan Pengawasan Obat dan Makanan sekarang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen. Yang didirikan berdasarkan pada Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001.1

2.1.3. Visi dan Misi BPOM Visi BPOM :

(6)

a. Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa.

Misi BPOM :

a. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

b. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM. 2.1.4. Tugas BPOM

Secara umum tugas BPOM berdasarkan pada Pasal 67 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Badan POM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-Undangan yang berlaku.2

Secara Khusus dalam Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 , maka Tugas harian BPOM dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.3

2.1.5. Fungsi BPOM

Badan BPOM mempunyai fungsi Utama :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan. 3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM.

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

(7)

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bindang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.4

Sesuai Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

3. Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi.

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi

5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan. 9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BadanPengawas Obatdan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya.5

2.1.6. Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan

Sesuai Pasal 69 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Badan POM memiliki kewenangan :

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya,

2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro.

3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.

4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan.

5. Pemberi izin dan pengawasan peredaran Obat serta pengawasan industri farmasi.

4 http://www.pom.go.id/new/index.php/view/fungsi

(8)

6. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman Obat.6

Khusus untuk standar keamanan, mutu dan gizi pangan, berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pasal 41 ayat (4), yaitu menteri bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, atau kepala badan berkoordinasi dengan kepala badan yang bertanggung jawab di bidang standardisasi nasional untuk mengupayakan saling pengakuan pelaksanaan penilaian kesesuaian dalam memenuhi persyaratan negara tujuan, sedangkan dalam hal pengawasan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintah tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan juga mengatur yaitu, dalam rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran yang ditetapkan oleh Kepala Badan,7 apabila suatu produk melakukan pelanggaran yakni tidak sesuai dengan syarat standar mutu pangan atau terbukti mengandung bahan tambahan berbahaya, badan pengawas obat dan makanan mempunyai kewenangan untuk menarik secara langsung produk tersebut dari peredaran

2.1.7. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan merupakan “perpanjangan tangan” dari Badan Pengawas Obat dan Makanan yang terletak di Ibu Kota Provinsi di seluruh Indonesia. Sesuai dengan keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di Lingkungan BPOM, maka BBPOM terdiri dari: Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, dan Produk Komplimen yang mempunyai tugas melaksanakan penysunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

6 http://www.pom.go.id/new/index.php/view/wenang

(9)

bidang di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetika dan produk komplimen.

1. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya yang mempunyai tugas: Melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya.

2. Bidang Pengujian Mikrobiologi yang mempunyai tugas: Melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.

3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan yang mempunyai tugas: Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran hokum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kometika, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas maka bidang Pemeriksaan dan Penyidikan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana dan program pemeriksaan dan penyidikan obat dan makanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi, instansi kesehatan di bidang terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, dan produk komplimen.

3. Melaksanakan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana distribusi di bidang pangan dan bahan berbahaya.

4. Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan obat dan makanan.

Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri dari:

(10)

distribusi, produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya. 2. Seksi penyidikan mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap kasus

pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.

Bidang sertifikasi dan Layanan Konsumen melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan layanan konsumen. Bidang sertifikasi dan layanan konsumen terdiri dari:

a. Seksi sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu. Seksi layanan informasi konsumen mempunyai tugas melakukan layanan informasi konsumen.

b. Sub bagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi dalam lingkungan Balai Besar Pengawas Obat dan Makakan. c. Pengawasan Obat dan Makanan di pelabuhan dan perbatasan dilakukan oleh

satuan kerja Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan melalui bidang pemeriksaan dan penyidikan.

Kewenangan BBPOM ada 2, yaitu:

1. Kewenangan Preventif yaitu kewenangan yang biasa juga disebut kewenagan pre market adalah kewenangan BBPOM untuk memeriksa setiap produk obat dan makana sebelum beredar dan dipasarkan ke masyarakat dengan melalui tahap sertifikasi dan registrasi produk, sarana produksi serta distribusi produk tersebut.

(11)

Apabila dari hasil pemeriksaan sampling uji laboratorium terbukti bahwa produk obat atau makanan tersebut tidak memenuhi syarat maka BBPOM berwenang untuk menarik produk tersebut dari peredaran, member peringatan kepada pelaku usaha dan distribusi produk tersebut untuk tidak mengulangi perbuatannya, serta memberi peringatan kepada masyarakat tentang produk yang tidak memenuhi syarat tersebut.

2.1.8. Struktur Organisasi Badan POM

2.2. Program Badan

POM terkait

Perlindungan

Konsumen dalam pengawasaan

obat dan makanan

(12)

masyarakat terhadap keamanan Obat dan Pangan yang dikonsumsi untuk melahirkan Generasi Peduli Obat Dan Pangan Aman (GENPOPA). GENPOPA menaungi seluruh gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang Obat, Obat Tradisional, Kosmetik, Produk Komplemen dan Pangan baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah, pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi Gerakan Pemberdayaan Masyarakat/ Perlindungan Konsumen yang telah dilakukan oleh Badan POM anatara lain (Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GNWOMI), Kelompok Kerja Nasional Penanggulangan Obat Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (Pokjanas Anti OTBKO), PJAS (Pangan Jajanan Anak Sekolah), Pasar Bebas dari Bahan Berbahaya, GKPD (Gerakan Keamanan Pangan Desa), Remaja Indonesia Anti Rokok (RIKO) dan Kosmetik aman (COSMOSAFE)

Berukut contoh Program-Program Badan POM terkait Perlindungan Konsumen: 1. Generasi Peduli Obat Dan Pangan Aman (GENPOPA)

Badan POM mencetuskan suatu bentuk upaya berskala nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap penggunaan Obat dan Pangan yang aman yang disebut dengan Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA). Badan POM mengajak peran aktif para stakeholder untuk menyukseskan kegiatan komunikasi, infomasi dan edukasi (KIE) tentang Obat dan Pangan yang aman di seluruh wilayah Indonesia guna menciptakan masyarakat yang mampu melindungi kesehatan dirinya sendiri.

2. Klub Pompi

Klub Pompi adalah sarana kita berbagi informasi dan ide tentang isu-isu makanan. Baik tentang gizi, mutu, pencemaran, makanan aman dan tidak aman, pengawet, pewarna, jajanan pinggir jalan, dll. Klub Pompi merupakan salah satu program BPOM dalam Perlindungan konsumen kususnya bagi anak-anak.

3. Badan POM Sahabat Ibu

(13)

beranggotakan para ibu yang pernah mengikuti penyuluhan dari Badan POM dalam format talkshow "Badan POM Sahabat Ibu" yang telah diselenggarakan Badan POM bekerja sama dengan program CSR dari The Body Shop Indonesia sejak April 2012. Mengapa program ini dikususkan kepada para ibu, karena Ibu memiliki peran sangat penting dalam membentuk Indonesia kuat, karena dari ibu lah lahir generasi muda bangsa yang berkualitas. Dalam keluarga, ibu berperan sebagai decision maker dalam memilih produk obat, obat tradisional, kosmetik, dan pangan yang akan dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarganya. Oleh karena itu, ibu harus menjadi konsumen cerdas agar seluruh keluarga terhindar dari produk yang berisiko terhadap kesehatan,

2.3. Cara Mengetahui Keaslian Nomor BPOM Suatu Produk Obat, Makanan ataupun Kosmetik

Seperti kita ketahui, ada banyak sekali pelanggaran peredaran obat dan makanan di Indonesia. Berita tentang pemakaian zat berbahaya pada makanan ataupun kosmetik sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Misalnya pemakaian bahan pengawet formalin, pemakaian Hydroquinone dan merkuri berlebih pada kosmetik pemutih kulit, susu formula berbakteri, kosmetika palsu, atau pun peredaran obat (juga jamu) palsu, ditambah lagi kasus produk kosmetik dari cina yang hanya 2% saja terdaftar di BPOM.

Adanya kasus tersebut menandakan adanya kesalahan terhadap sistem pengawasan obat dan makanan di Indonesia. Hal itu ironis mengingat konsumsi masyarakat terhadap produk obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan obat asli Indonesia cenderung meningkat. Sayangnya, konsumen tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang keamanan produk yang dikonsumsinya itu. Rata-rata konsumen Indonesia tergiur dengan janji manis dari iklan yang menawarkan hasil dengan cepat.

(14)

Pemerintah melalui Keppres Nomor 166 Tahun 2000 dan Nomor 103 Tahun 2001 membentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa pendaftaran makanan, minuman, obat ataupun kosmetik ditangani langsung oleh Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), maka cara paling mudah mengetahui nomor BPOM suatu produk benar-benar terdaftar atau palsu adalah sebagai berikut :

1) Masuk ke situs resmi BPOM disamping http://www.pom.go.id/ 2) Klik tombol yang terletak di tengah bertuliskan ‘Produk Teregistrasi’

3) Kemudian akan muncul menu dimana anda bisa mencari produk berdasarkan nomor registrasi, nama produk ataupun merk. Misal anda membeli produk dimana dalam kemasan tersebut tercantum no registrasi BPOM, maka kita pilih ‘nomor registrasi’ pada menu web tersebut, kemudian masukkan nomer registrasi produk tersebut. Jangan memakai tanda baca seperti titik (.), koma (,), titik dua (:) atau tanda baca lainnya.

4) Jika nomor tersebut telah terdaftar di BPOM, maka akan keluar hasil pencarian sebagai berikut: Arti kode huruf yang terdapat pada nomor registrasi BPOM TR = Obat tradisional produksi dalam negeri TI = Obat tradisional Import SD = Suplemen produksi dalam negeri I = Suplemen Impor MD = Makanan produksi dalam negeri ML = Makanan impor D = kosmetik dalam negeri CL = kosmetik impor CA = kosmetik dengan tanda notifikasi.

BAB III

PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI

3.1. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap konsumen atas penjaminan mutu oleh Balai Besar POM

Sesuai dengan observasi yang telah dilakukan oleh penyusun mengenai Perlindungan Hukum terhadap Konsumen di Balai Besar POM Semarang penyusun mendapatkan beberapa informasi sebagai berikut:

(15)

Balai Besar POM Semarang melakukan tugas dan kewenangan dalam melindungi konsumen, diantaranya :

1) Pemeriksaan sarana distribusi pangan.

Balai Besar POM Semarang melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha di bidang distribusi pangan untuk melindungi konsumen dari sarana yang

menjual produk-produk kadaluarsa, tanpa ijin edar, produk yang rusak, dan pelaku usaha yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai ketentuan cara distribusi makanan yang baik.

2) Pemeriksaan sarana produksi pangan.

Balai Besar POM Semarang telah melakukan pemeriksaan terhadap industri rumah tangga pangan untuk melindungi konsumen dari bahan berbahaya, sarana yang dinilai masih kurang dalam melaksanakan cara produksi makanan. 3) Pengawasan Parsel.

Dalam rangka mengamankan hari raya keagamaan (Idul Fitri, Natal, Tahun Baru) Balai Besar POM Semarang melakukan operasi penertiban khusus terhadap penjual parsel

4) Pengujian produk pangan jajan anak sekolah.

Dalam rangka pengawasan keamanan dan mutu produk pangan jajan anak sekolah yang berada di masyarakat, Balai Besar POM Semarang melakukan pengambilan dan pengujian terhadap sampel makanan yang beredar di pasaran dengan menggunakan parameter kimia dan/ parameter biologi.

5) Pemantauan iklan.

Balai Besar POM Semarag melakukan pengawasan terhadapiklan pangan yang beredar. Kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi dan mengevaluasi iklan dan promosi di media cetak, media elektronik, dan media luar ruangan. 6) Penutupan sementara aktifitas produksi terhadap pelaku usaha yang

melakukan pelanggaran dan pencabutan ijin operasi/produksi pelaku usaha. 7) Melaporkan pelaku usaha yang melakukan pelanggaran ke pihak berwajib

agar diberi sanksi Perdata atau Pidana terhadap pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha.

8) Melakukan penarikan terhadap produk yang tidak terdaftar serta produk yang mengandung zat- zat kimia yang tidak diperbolehkan, baik produk lokal maupun produk hasil impor

2. Bentuk Perlindungan pro-justicia dan non-justicia

(16)

usaha. Biasanya produk yang tersita yakni obat- obatan baik obat generik yang telah kadaluwarsa obat – obat yang tak terdaftar baik obat generik maupun obat – obatan tradisional selain obat – obatan Balai Besar POM Semarag kerap pula melakukan penarikan terhadap produk – produk Kosmetik yang tak teregister dan bahan bahan yang mengandung mercury atau yang tidak sesuai dengan standart kesehatan .

Namun terdapat pula beberapa kasus ditindak lanjuti secara pro-justitia oleh PPNS Balai Besar POM Semarang. Biasanya kasus kasus yang ditindak lanjuti yakni kasus yang berkaitan dengan pelaku usaha yang melakukan produksi terhadap produk – produk atau makan yang tak sesuai dengan aturan hukum. Selain itu dalam Balai Besar POM semarang juga memiliki sarana informasi serta pengaduan oleh masyarakat mengenai produk – produk yang diduga tidak terdaftar serta tidak sesuai standart, melalui Unit layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) yang berada di kantor Balai Besar POM Semarang, para konsumen dapat mendapatkan informasi serta dapat melakukan pengaduan mengenai produk -produk yang diduga bermasalah. Dengan cara menelfon ke Balai Besar POM Semarang, atau bias melalui Surat tertulis maupun surat elektronik yakni Fax atau Email. Konsumen juga dapat melakukan pengaduan secara langsung dengan mendatangi Balai Besar POM Semarang da melaporkannya dalam Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK). Jadi menurut hemat kami Balai Besar POM Semarang telah melakukan keweangannya sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014 serta telah mengupayakan perlindungan terhadap konsumen sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, yaitu yang tercantum dalam Pasal 29 UUPK dan Pasal 30 UUPK.

3.2. Kendala yang dialami oleh Balai Besar POM Semarang dalam menangani kasus produk makanan berbahaya yang beredar di pasaran: 1. Kurangnya sarana pendukung untuk melakukan pengawasan di sarana distribusi,

antara lain kurangnya akses data website Badan POM sera kuragnya tenaga ahli dalam Balai Besar POM Semarang dalam melakukan pengawasan

2. Kurang optimalnya dalam mengungkap pelaku utama dalam menangani kasus perederan makanan dipasaran secara illegal

3. sangat cepatnya peredaran produk-produk baru yang tak terdaftar di pasaran 4. Banyaknya perusahaan fiktif yang tak terdaftar yang memproduksi produk –

produk yang tak teregister dan tak memenuhi standart

(17)

BAB IV PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Badan Pengawas Obat dan makanan berawal dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 1975 dibawah pengawasan Departemen Kesehatan. Untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap obat dan makanan maka pemerintah mengambil kebijakan dengan mengadakan perubahan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang bertanggung jawab kepada Departemen Kesehatan menjadi bertanggung jawab kepada presiden dan berganti nama menjadi Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen. Yang didirikan berdasarkan pada Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001.

Tugas dan fungsi utama dari BPOM adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan, dan memiliki wewenang untuk menyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya, Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro, Penetapan sistem informasi di bidangnya, Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan,Pemberi izin dan pengawasan peredaran Obat serta pengawasan industri farmasi, Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman Obat. Berdasarkan hasil pembahasan pada BAB III dapat disimpulkan bahwa Balai Badan POM Semarang telah melakukan tugas serta wewenangnya secara aik dan benar.serat mengedepakan prinsip prinsip utuk melakukan perlindugan terhadap masyarakat mengenai produk – produk obat – obatan ,kosmetik , makanan dan sebagainya.

4.2 SARAN

(18)

Sesuai pengamatan penyusun mengenai pengawasan yang dilakukan oleh Balai Besar POM , agar konsumen mendapatperlindungan secara optimal maka penyusunn memberikan saran-saran sebagai berikut :

1 Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor dan aparat penegak hukum lainnya dalam rangka pengawasan dan penegakan hukum tindak pidana dalam menjamin mutu makanan yang beredar.

2 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melaui komunikasi informasi dan edukasi maupun sosialisasi secara merata pada setiap sudut wilayah Semarang guna melindungi diri konsumen sendiri dari produk yang tidak aman bagi kesehatan. Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan, berkesinambungan dan terbuka antara pemerintah yang terkait, asosiasi dagang, serta seluruh komponen masyarakat dengan harapan dapat tercipta kesejahteraan konsumen serta perlindungan terhadap konsumen. Balai Besar POM Semarang seyogyanya bertanggungjawab atas pembinaan dan penyelengggaraan perlindungan konsumn untuk menjamin hak konsumen.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abrianto. 2012. Skripsi: Pertanggungjawaban Terhadap Produk Industri Rumah Tangga (Home Industry) Tanpa Izin Dinas Kesehatan.Makassar.

Andi Kurniasari, 2013, Skripsi Perlindungan Konsumen Atas Kode Badan Pengawas Obat Dan Makanan (Bpom) Pada Produk Kopi

Krisyanti, Celina tri siwi. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar Grafika. Jakarta.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. 2010. Hukum Perlindungan Konsumen. Rajawali Pers. Jakarta.

Miru, Ahmadi. 2011. Prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia. Rajawali Pers.

Rizky Adi Yuristyarini, 2015, Jurnal Pengawasan Terhadap Peredaran Kosmetik Berbahaya Teregister Bpom Yang Dilakukan Oleh Dinas Kesehatan Kota Malang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1175/Menkes/Per/Viii/2010 (Studi Di Dinas Kesehatan Kota Malang)

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat praktis penelitian ini bagi ialah dapat mengetahui bagaimana pola hubungan kerja pada usaha ayam potong antara peternak ayam potong dan pengepul serta

non-pemerintah. Kemitraan SD/MI/SDLB atau yang setara dilakukan minimal dengan SMP/MTs/SMPLB atau yang setara, serta dengan TK/RA/BA atau yang setara di lingkungannya.

Pada tahap sebelumnya, telah ditentukan bahwa risiko yang akan ditangani pada tahap ini adalah risiko kurs.. Untuk menangani risiko kurs, digunakan

Pada awal setelah aplikasi strangulasi dan BAP, diameter batang tanaman masih memiliki ukuran yang tidak berbeda antar perlakuan namun pada 14 MSP terdapat perbedaan

Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, perindustrian, kesehatan atau Kepala Badan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masing- masing

Sebuah sistem linkage seperti yang telah digariskan dalam Sislognas merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk meningkatkan pelabuhan laut, bandara,

Tesis ini bertujuan untuk memperhatikan karakteristi kecepatan putaran motor induksi tiga Phasa sangkar tupai terhadap perubahan nilai resistansi di stator menggunakan pengendali

Tanda dan gejala dari CRS meliputi nyeri leher yang terasa hingga bahu, lengan atas, biasanya menjalar sampai jari-jari tangan, paresthesia, dan kelemahan otot