• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiga Tesis Mengapa PRP Berpeluang Menjad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tiga Tesis Mengapa PRP Berpeluang Menjad"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Tiga Tesis Mengapa PRP Berpeluang Menjadi Partai

Kelas Pekerja

13/12/2012

Share on Facebook Tweet on Twitter

Partai Rakyat Pekerja

Partai Rakyat Pekerja

Pidato Politik Pimpinan Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja

Nomor: 432/PI/KP-PRP/i/XI/12

(Disampaikan pada Pembukaan Kongres III Perhimpunan Rakyat Pekerja)

Tiga Tesis Mengapa PRP Berpeluang Menjadi Partai Kelas Pekerja

Garut, 22 Nopember 2012

“Hanya politik Sosialisme yang akan dapat menggerakkan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaannya untuk memerintah negaranya sendiri

dan membagi secara adil pendapatan Negara”

(Semaoen)

Kawan-kawan seperjuangan,

Pada hari ini kader-kader PRP akan berkongres sampai 25 Nopember 2012.

(2)

ilmiah, yang tidak bermental budak, yang kritis membaca perkembangan dan perubahan, yang masih bertahan di PRP.

Keadaan kader kita saat ini, hanya sedikit jumlah perempuannya, karena sekali pun mereka aktivis, dapat terkilir daya tahan perjuangannya. Memang tidak mudah bagi perempuan untuk berjuang di dalam Perhimpunan Rakyat Pekerja, karena ia harus berjuang ganda untuk feminisme dan perjuangan kelas pekerja. Dua perjuangan ganda yang secara umum kurang mendapat perhatian dari kader rakyat pekerja. Adapun kader laki-laki karena dituntut sebagai pencari nafkah utama, maka menjadi kader PRP bukan pilihan yang tepat, jika kader itu telah terbawa ke dalam logika keluarga kapitalis. Keluarga kapitalis menuntut kepemilikan pribadi berdasarkan standar konsumtif, dan runyamnya, norma sosial mensyaratkan hal itu sebagai ukuran keberhasilan. Sedangkan menjadi kader PRP saat ini adalah tidak menyerah dalam tawanan kepemilikan pribadi versi standar kapitalis. Maka yang sampai saat ini masih setia sebagai kader tentulah manusia pilihan, manusia yang setia terhadap azas organisasi, yang kokoh terhadap prinsip politik dan ideologi, serta yang berhasil membangun keluarga perjuangan.

Itulah keadaan kita. Kita patut bersyukur telah melampaui rongrongan dari kader yang menghambat prinsip politik dan ideologi, serta berbagai tindak indisipliner. Sedangkan perjuangan kita pada dewasa ini dan ke depan dalam perkembangan politik nasional yang liberal-konservatif dan sebagai NIC (new industrial country) yang berbasis konsumsi. Kita berada di tengah berbagai ilusi demokrasi, ilusi hedonisme, tetapi juga ilusi heroisme sebagai pejuang rakyat. Hidup kita sebagai kader digempur oleh krisis dan ilusi, sedangkan perhimpunan kita masih rapuh untuk membangun daya ofensif-aktif, sehingga taktik bertahan kita masih pada tahap defensif-aktif.

Kawan-kawan seperjuangan,

(3)

kekuatan produksi dan nilai profit yang tidak merata pula. Semakin tinggi pertumbuhan penawaran, semakin rendah nilai profit yang diperoleh.Paradoksnya, keseimbangan akumulasi-kapital memerlukan tingkat pertumbuhan penawaran yang tinggi, tetapi justru hal itu menurunkan tingkat profit. Sedangkan nilai profit merupakan jaminan bagi terselenggaranya proses reproduksi kapitalis, jaminan bagi kelestarian akumulasi-kapital. Jika nilai keuntungan ini mengalami penurunan, maka proses reproduksi itu mengalami goncangan, sehingga nilai kapital harus didevaluasi (penurunan nilai uang), demi merestorasi nilai profit. Maka Dollar-AS dan Euro pun mengalami devaluasi sehingga angka pertumbuhannya saat ini hanya mencapai 2% untuk Amerika Serikat, dan 0,1% untuk Eropa.

Betapa benar pendapat Kawan Marx, dan berulangkali terbukti benar. Dengan adanya krisis ini, Amerika Serikat bukan lagi negara adikuasa, demikian juga sebagian negara-negara Eropa. Sedangkan dari Asia Timur telah bangkit China dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 7,4% dan sanggup menalangi defisit yang dihadapi sentral kapitalis. Kini, China berupaya membangun blok ekonomi, dimana Indonesia diajak serta, untuk menanggapi pembentukan blok ekonomi Amerika Serikat yang disebut Trans Pacific-Partnership (TPP) dan tidak menyertakan China. Usaha Amerika Serikat untuk melanggengkan penjajahan terhadap kawasan satelitnya, kini menghadapi persaingan yang kuat. Ini artinya, Indonesia bakal tidak sepenuhnya menjadi satelit Amerika Serikat-Eropa, karena ada China. Lalu sebagai geografi eksploitasi bagi pembangunan akumulasi kapital Amerika Serikat-Eropa, justru kini Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3%. Pemerintah Indonesia yang diwajibkan blok sentral-kapitalis untuk menyediakan tenaga kerja, pembangunan infrastruktur fisik untuk investasi dan perdagangan bebas, malahan memperoleh peningkatan profit. Kontradiksi sentra versus satelit kapitalis ini berkat sumbangan sektor jasa dan konsumsi manufaktur yang dipasok oleh barang dari China.

(4)

Malang benar rakyat pekerja. Terjadinya peningkatan profit ini tak setetes pun diserapnya. Malahan terjadi pengekangan terhadap upah, pengambil-alihan tanah, pengusiran petani dari dakuan (klaim) perusahaan perkebunan dan tambang, penghancuran tanamam pangan menjadi komoditas industri besar, penghancuran pantai dan pengambil-alihan laut. Demi penghancuran dan pengambil-alihan ini dibuatlah berbagai rancangan undang-undang, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU) Organisasi Massa (Keormassan), RUU Keamanan Nasional (Kamnas), RUU Keamanan Nasional (Kamnas), RUU KUHP, UU Penanganan Konflik Sosial, UU Intelijen, UU BPJS, dan UU Pengadaan Tanah.

Memang demikianlah. Kaum borjuasi di dalam satelit kapitalis bertugas untuk menjaga proses keberlangsungan akumulasi-kapital, sekalipun mereka mencurinya pula. Adalah tugasnya pula untuk melanggengkan prinsip bahwa kemenjadian sistem kapitalis karena harus ada pada susunan kelas proletar dan tenaga kerja upahan. Karena itu buruh dan laskar cadangan (yang sewaktu-waktu dibutuhkan bagi produksi kapitalis) tidak akan pernah mendapat keuntungan dari pertumbuhan ekonomi nasional.

Terang sudah. Indonesia yang menyatakan diri sebagai negara industri baru (new industrial country) hanya ilusi yang dinyanyikan pemimpin politik borjuasi kepada rakyat pekerja!

Kawan-kawan seperjuangan,

Benderang sekali apa yang telah dan bakal kita hadapi di masa depan. Bukan maksud kita untuk membuat hidup rakyat pekerja tidak bisa tidur, tidak bahagia, murung dan apatis. Bukan pula maksud kita untuk menghancurkan semangat juang yang kini mengalami kemajauan-kemajuan radikal. Sungguh tidak! Kita justru hendak mengajak rakyat pekerja secara rasional dapat menilai apa yang selalu dihadapi dalam perkembangan ekonomi-politik. Rakyat pekerja dapat menganalisa serta menyusun strategi dan taktik dalam perjuangan kelas pekerja.

(5)

konflik tersebut. Sungguh mengenaskan. Pesta profit dinikmati pembuat konflik, yang penderitaannya ditanggung rakyat pekerja.

Adapun kesadaran politik golongan menengah mencapai bentuk ketidakpercayaan terhadap politisi borjuasi dan partai politiknya. Sikap itu ditunjukkan dengan, pada mulanya, mereka bersikap ‘golput’ dalam proses elektoral, lalu setelah Pemilu 2004 wacana untuk mengusung calon independen dari kalangan aktivis mengemuka, dan setelah Pemilu 2009 terwujud untuk mencari karakter pemimpin yang populis. Proses elektoral untuk Gubernur Jakarta pada tahun ini, yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok adalah penanda pergeseran dari ‘golput’ ke figur populis. Kemenangan figur populis terhadap antek politik kartel, telah membangun selangkah keyakinan terhadap tesis bahwa partai politik tidak penting. Karena kemenangan Jokowi-Ahok, bukanlah kerja sistematis mesin partai politik pengusungnya, melainkan karena gerakan moral warga –baik di kampung maupun media sosial. Preseden ini kiranya akan menggelinding dalam proses elektoral eksekutif di tempat lainnya. Memilih pemimpin populis pada peran eksekutif kini dipandang lebih strategis ketimbang memilih pemimpin legislatif. Figur populis adalah pemimpin yang tidak menggunakan alat politik borjuasi, sekalipun Jokowi-Ahok didukung oleh partai politik borjuasi, namun kemenangannya didukung oleh mayoritas kaum urban miskin dan golongan menengah yang menderita keprihatinan sosial-politik. Semakin figur populis mengalami ‘penganiayaan’ dari lawannya, semakin besar dukungan massa terhadapnya. Kemenangan Megawati pada masa Orde Baru adalah karena ia dianiaya, seperti halnya Sukarno ayahnya, dan kini Jokowi-Ahok.

Trend terhadap pemimpin populis saat ini memang membawa angin segar dalam tradisi demokrasi elektoral yang pro-borjuasi. Tetapi, dapat berbahaya, karena karakter pendukung yang fanatik cenderung melakukan pemujaan di luar batas, sehingga justru menciptakan relasi patron-klien, suatu bentuk relasi yang feodal. Apalagi, jika para pendukung yang fanatik ini tidak percaya kepada partai politik, sedangkan pemimpin populis itu berbasiskan partai politik borjuasi.

(6)

Namun begitu, material kesadaran politik massa, terutama dari golongan menengah ini tetap kita apresiasi sebagai perkembangan maju. Sebagaimana halnya kita mengapresiasi tumbuhnya radikalisasi politik dari serikat-serikat buruh dan perlawanan lokal petani. Sikap keduanya terhadap elektoral dapat kita pindai seperti ini:

Pertama, yang bersikap menitip diri sendiri atau menjadi utusan organisasi untuk berkongkalikong (engagement) dengan partai politik borjuasi, terutama pada pemilu legislatif. Sikap seperti ini ada pada golongan menengah aktivis dan beberapa pimpinan serikat buruh. Terbukti sejak proses elektoral tahun 1999, pola engagement dengan partai borjuasi tidak mengubah formasi politik kartel borjuasi. Sikap seperti ini malahan tetap akan dipergunakan berapa pimpinan gerakan buruh dalam rangka go politic pada Pemilu 2014. Adapun golongan menengah aktivis, atas pengalaman kegagalan mengikuti pemili legislative, individu-individu itu masuk ke dalam tubuh partai borjuasi.

Kedua, yang bersikap antipartai politik borjuasi dan partai kelas, baik yang ikut elektoral maupun tidak, melainkan memilih sebagai atom bebas (individu) tanpa partai dan tanpa organisasi massa. Individu ini cukup aktif dalam berbagai aksi gerakan moral dan kian menjadi kecenderungan sikap umum golongan menengah intelektual maupun aktivis.

Ketiga, yang anti-elektoral, anti partai borjuasi, anti-pemimpin populis, namun berilusi revolusi akan terjadi ‘besok lusa’. Sikap ini banyak menjangkiti aktivis yang merasa progresif-revolusioner tetapi tidak melakukan pembangunan partai politik kelas pekerja untuk menciptakan dan memimpin revolusi. Mereka cukup aktif melakukan agitasi sembari menunggu datangnya momentum revolusi. Sikap ini serupa juga dengan menunggu datangnya Ratu Adil dari ruang angkasa, meyakini asas “sesuatu datangnya dari ruang dan waktu yang tak terduga”.

(7)

Inilah perkembangan perkembangan kesadaran politik massa setelah pemilu 2009.

Kawan-kawan seperjuangan,

Dengan membaca (1) perkembangan krisis di pusat-akumulasi-kapital, (2) perkembangan politik elektoral, dan (3) kesadaran politik massa, kita menemukan kekhususan kontradiksi di dalamnya. Dalam akumulasi-kapital, kita menemukan kontradiksi penurunan profit di pusat kapital dengan kenaikan profit di satelit kapital. Kenaikan profit di satelit kapital menjadi modal borjuasi politik kartel untuk berkompetisi elektoral sampai tahun 2014. Dalam politik elektoral kita menemukan kontradiksi antara pemimpin dari politik kartel dengan pemimpin populis yang menyimpang (deviasi) dari kartel politiknya. Dalam kesadaran politik massa kita menemukan kontradiksi antara golongan menengah yang “individu-politik” dengan kelas pekerja yang beroganisasi serikat. Untuk melawan keumuman kontradiksi, yakni borjuasi (kapitalis) dengan kelas pekerja, kita membutuhkan partai politik kelas pekerja untuk memimpin perubahan-perubahan segi pokok dalam kekhususan kontradiksi tersebut. Dalam kesadaran politik massa, partai politik kelas pekerja diperlukan untuk memimpin kesadaran politik kelas menjadi segi pokok. Dalam politik elektoral, partai politik kelas diperlukan untuk mengubah dominasi politik kartel borjuasi. Dalam krisis di pusat-akumulasi-kapital, kita memerlukan partai kelas untuk memimpin satelit-akumulasi-kapital memperoleh kemenangan penguasaan kapital oleh kelas pekerja untuk membangun sistem yang Sosialis.

Itulah argumentasi mengapa kita membutuhkan partai kelas pekerja! Mengapa Partai kelas pekerja tetap relevan dan signifikan pada zaman sekarang? Tanpa adanya partai kelas pekerja, siapa yang akan memimpin satuan-satuan organisasi massa buruh, serikat tani, serikat nelayan, dan kaum perempuan di dalamnya, untuk membangun persatuan kelas, untuk menciptakan syarat perjuangan kelas? Partai kelas pekerja memperjuangkan kekuasaan politik kelas pekerja dengan kepemimpinan kelas pekerja yang terorganisir, dan ideologi kelas pekerja yang memberikan panduan bagi tindakan-tindakan politik kelas pekerja. Kekuasaan politik kelas pekerja menuju pada proyek terwujudnya rezim Sosialisme untuk menggantikan rezim kapitalisme-neoliberal, yang saat ini menindas dan menghisap rakyat demi kepentingan dan keberlanjutan sistem kapitalisme.

(8)

Lalu apakah yang kita maksud tentang sebuah Partai kelas pekerja?

Partai kelas pekerja adalah partai kader, yang terdiri dari keanggotaan individu, yang memiliki struktur teritorial, yang memiliki konstitusi, dan norma disipliner. Tugas kader di dalam Partai kelas pekerja adalah melakukan perluasan teritorial, rekrutmen anggota, melakukan propaganda, menyelenggarakan pendidikan kader, memberikan kepemimpinan terhadap satuan-satuan organisasi massa kelas pekerja, dan menciptakan persatuan di dalam kekhususan kontradiksi, di dalam kesadaran massa secara bersyarat. Apa yang disebut syarat persatuan kesadaran politik massa adalah kecocokan dalam menentukan musuh utama kelas pekerja, yakni kapitalisme dalam berbagai bentuknya. Karena itu kesadaran politik massa ini kita sebut kesadaran rakyat pekerja. Golongan menengah pun adalah rakyat pekerja, tetapi mereka bukan kelas buruh, petani, dan nelayan. Selama golongan menengah mempunyai kecocokan dengan politik kelas pekerja untuk melawan musuh utama, mereka adalah rakyat pekerja yang memungkinkan menjadi anggota Partai kelas pekerja.

Adalah tugas kita dalam Kongres III ini untuk menjadikan PRP sebagai Partai kelas pekerja. Adalah tugas kita dalam Kongres ini untuk menyusun taktik dan strategi lebih rinci serta operasional dalam memperkuat PRP sebagai Partai kelas pekerja. Adalah tugas kita untuk mengkaji sejarah Partai kelas pekerja dan perjuangannya, bukan untuk gagah-gagahan dan meromantisirnya, melainkan untuk mempelajari keadaan-keadaannya, kegagalan dan keberhasilannya. Adalah tugas kita untuk menciptakan sosok segar Partai kelas pekerja dan perjuangan kelasnya di Indonesia.

Inilah tantangan Kongres III PRP. Tantangan untuk mampu menanggapi perkembangan situasi ekonomi-politik abad ke-21, dan keadaan negeri kita yang dikuasai politik liberal-konservatif. Liberal terhadap kapitalisme, namun konservatif terhadap dinamika perubahan kesadaran politik rakyat pekerja. Tantangan untuk menciptakan program-program politik yang bersiku-sudut dengan politik elektoral dan kesadaran politik massa yang majemuk.

Tetapi tugas kader tak cukup membangun partai kelas..

(9)

Jadi, tugas kader partai kelas pekerja ialah memenangkan kelas pekerja sebagai segi pokok di dalam kontradiksi politik elektoral. Sebagai catatan, kita tidak anti terhadap pemimpin populis, tetapi pemimpin populis tidaklah memiliki kesatuan-ideologi-politik dengan kelas pekerja. Oleh karena itu, kita memerlukan partai politik elektoral, yakni persatuan perjuangan dengan partai politik rakyat pekerja untuk berpartisipasi dalam proses elektoral. Sebagai persatuan perjuangan, partai ini berupa payung dari partai-partai politik rakyat pekerja, tanpa menghilangkan eksistensi masing-masing partai tersebut. Adalah tantangan Kongres ini untuk merancang rute perjalanan menuju persatuan politik rakyat pekerja. Rancangan yang harus disertai penghitungan waktu yang tepat.

Jelaslah, tugas kader Partai kelas pekerja adalah untuk memenangkan segi pokok dalam kontradiksi kesadaran politik massa. Sedangkan tugas partai persatuan rakyat pekerja yang berpartisipasi dalam proses elektoral adalah memenangkan segi pokok dalam kontradiksi politik elektoral.

Kawan-kawan seperjuangan,

Jangan pernah lupa, bahwa setiap gerak akan menciptakan kekhususan kontradiksinya. PRP sebagai Partai kelas pekerja pun memiliki kontradiksi di dalamnya. Kontradiksi itu yang selama ini kita kenal sebagai relasi organisasi politik (orpol) dengan organisasi massa (ormas). Masalah ini tetap akan membayangi dalam praktik kesatuan ideologi-politik-organisasi (IPO) kita. Kawan Lenin pun telah mengingatkan, bahwa dalam setiap gerak IPO kita terkandung sepasang hal yang bertentangan. Tantangan ini harus terus menerus hidup dalam kesadaran kita sebagai kader PRP, dan kita menyediakan metode kritik-otokritik untuk memelihara kesatuan ideologi-politik-organisasi kita.

(10)

Tentu kita masih banyak kelemahan menciptakan relasi orpol dengan ormas. Tetapi bukan berarti mengurungkan perubahan perhimpunan menjadi Partai kelas pekerja.

Sebagai penutup, kita boleh mengapresiasi Konfederasi Serikat Nasional (KSN) yang gencar memperjuangkan Trikosum (tolak privatisasi, union busting, outsourcing, dan upah murah), antara lain melalui metode pemogokan serikat pabrik/perusahaan, pengajuan kasus ke Pengadilan Hukum Industrial, dan sebagainya. KSN merupakan terobosan baru yang berhasil membangun persatuan organisasi buruh perkebunan-manufaktur-badan usaha milik negara-kertas dan pulp. Kita patut mengapresiasi Konfederasi Pergerakan Rakyat Indonesia (KPRI) yang berhasil merajut persatuan berbagai sektor organisasi kelas dan rakyat pekerja. Kita pun berharap perkembangan ini juga dicapai oleh serikat nelayan, serikat perempuan, serikat miskin kota dan pedagang asongan.

Pada akhirnya, selamat berkongres!

Jangan lelah memperjuangkan Sosialisme!

Sosialisme, Jalan Sejati Pembebasan Rakyat Pekerja!

Sosialisme, Solusi Bagi Krisis Kapitalisme Global!

Bersatu, Bangun Partai Kelas Pekerja!

Jakarta, 22 Nopember 2012

Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja (KP-PRP)

Ketua Nasional

ttd.

(Anwar Ma’ruf)

Sekretaris Jenderal

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap bersahabat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model kooperatif tipe Team Assisted

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penyusunan tugas akhir ini yang berjudul ” Upaya Meningkatkan Hasil

Jawaban yang relatif sarna, adanya harapan yang tinggi, eiri-eiri subyek yang sarna (baik pekerjaan rnaupun status perkawinan), kesadaran menyediakan biaya untuk

Pendidikan karakter di MIM Unggulan Kota Gorontalo telah diimplementasikan melalui beberapa strategi dan pendekatan yang meliputi: Integrasi nilai dan etika pada

Adapun tujuan pemerintah dalam mengadakan pengawasan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan

Sesuai dengan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri di

Dalam merancang bangunan Rumah Sakit Pendidikan Kota Bekasi yang akan dirancang haruslah memperhatikan konsisi fisik di area tersebut, agar mendapatkan analisa –