5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPS
Ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah, menurut Susanto (2013: 137)
Sedangkan menurut Buchari Alma (2003: 148) mengemukakan pengertian IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahnnya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi. Dengan mempelajari IPS ini sudah semestinya siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik individu maupun kelompok, untuk menemukan kepentingan yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis.
Dari definisi para ahli tentang IPS, dapat disimpulkan hakikat IPS adalah perpaduan dari beberapa ilmu sosial dan kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk membantu pengembangan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Pembelajaran IPS juga menyadarkan siswa bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat sehingga mereka harus bisa belajar menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat.
2.1.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD
6
sebagai acuan minimal bagi siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman dalam pembelajaran. Pada pembelajaran IPS juga terdapat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa.Tugas guru sebagai seorang pendidik adalah menyampaikan pembelajaran dengan baik agar siswa mampu memahami materi sesuai dengan SK dan juga KD.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI kelas 4 yang akan digunakan adalah sebagi berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI Kelas 4 Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana 1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya
1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi)
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya
1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya
7
2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning 2.2.1 Pengertian
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik kontruktivisme, focus pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut (Hamdayana, 2014: 210). Sedangkan menurut Tan dikutip oleh Rusman (2014: 229) menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaan menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai peluang bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru, berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBL menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik sebelum mereka mengetahui konsep formal (Hosnan, 2014: 298)
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan, siswa juga dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan, siswa tidak hanya menggunakan konsep yang berhubungan dengan masalah, tetapi juga metode untuk memecahkan masalah.
8
jangka panjang), merancang bahan-bahan pemebelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain menurut Joyce & Weil,1980 dikutip oleh (Rusman 2014 : 133). Model pembelajaran memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
1. Urutan Langkah-langkah atau Sintak
Menurut Ibrahim dan Nur (2000 :13) sintak pembelajaran model Problem Based Learning adalah a) Orientasi siswa pada masalah; b) Mengorganisasi siswa untuk belajar; c) Membimbing pengalaman individual atau kelompok; d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2. Sistem Sosial
Menurut Winataputra (2001 : 8) sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Dalam pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning sistem sosial menekankan pada suasana kelas yang berlangsung secara demokratis, kooperatif dan penuh tanggungjawab sehingga timbul rasa yang nyaman dan rasa persahabatan dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
3. Prinsip Reaksi
Menurut Winataputra (2001 : 8) prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap peserta didik. Prinsip ini mengatur guru hanya berperan sebagai “fasilitator”, dalam arti guru hanya mengarahkan peserta didik untuk memecahkan masalah.
4. Sistem Pendukung
Menurut Winataputra (2001 : 9) sistem pendukung adalah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Agar dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning
9
prinsip Problem Based Learning; c) Lembar kerja siswa (LKS) yang memuat masalah-masalah IPS dan; d) Penilaian pembelajaran yang lengkap dengan pedoman penskoran masalah IPS.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Menurut Winataputra (2001 : 9) dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Model Prolem Based Learning ini memiliki dampak pembelajaran bagi siswa. Hal ini merupakan kompetensi yang ingin dicapai melalui model pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan yang melliputi kompetensi peserta didik :
a. Mengerti konsep, prinsip dan ide-ide dalam pembelajaran IPS di kehidupan sehari-hari
b. Memilih proses dan strategi pemecahan masalah c. Penggalian Informasi
Dampak pengiring melalui model Problem Based Learning diharapkan dapat dibentuk sikap jujur, bertanggungjawab, disiplin, bekerja sama, teliti, percaya diri, mandiri, serta rasa ingin tahu.
Dampak yang akan diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS materi
“Kenampakan Alam” dengan menggunakan model “Problem Based Learning
10 Gambar 2.1:
Dampak instruksional dan pengiring model Problem Based Learning (PBL)
Keterangan :
2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga model belajar Problem Based Learning ,Menurut (Trianto, 2014: 68) kelemahan dan kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
11 Kelebihan :
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut
b. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi
c. Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna
d. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari e. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu meemberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa
f. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian keyuntasan belajar siswa dapat diharapkan
Kelemahan :
a. Siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba
b. Keberhasilan pembelajran melalui Problem Based Leraning ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapam
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
2.2.3 Langkah –Langkah Model Problem Based Learning
12 Tabel 2.2
Sintak Problem Based Learning
Fase Indikator Tingkah laku guru
1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing pengalaman individual / kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan
Sumber : Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (2014: 212)
2.2.4 Karakteristik Problem Based Learning
Karakteristik Problem Based Learning menurut (Rusman 2014: 232) adalah: a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
13
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiiki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
2.2.5 Komponen – Komponen model Problem Based Learning
Komponen pembelajaran Problem Based Learning menurut (Hosnan 2014:300) adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan masalah atau pertanyaan
b. Keterkaitan masalah dengan berbagai masalah disiplin ilmu c. Penyelidikan yang autentik
d. Menyajikan atau memamerkan hasil karya e. Kolaborasi
2.3 Hasil Belajar
14
seseorang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Senada dengan pendapat tersebut Abdul Majid (2014:28) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan akibat dari proses belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.Atau adanya perubahan dalam tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan
15 menggunakan model Problem Based Learning.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Ruswinarno dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 6 Semester I SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Tahun Pelajaran 2013/2014”.Permasalahan dalam penelitan tindakan kelas ini ialah hasil belajar matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02 hasilnya rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes matematika 23 siswa kelas 6 yang tuntas hanya 14 siswa (60,26%), dan 9 siswa (39,13%) tidak tuntas, dan nilai rata-rata kelas 63,26. Kondisi tersebut masih jauh dari yang diharapkan. Pembelajaran matematika dalam kurikulum KTSP kelas 6 SD Negeri Batiombo 02 dianggap tuntas apabila 75% siswanya mencapai nilai ≥ 60. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah observasi dan tes. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 39,13% dengan rata-rata kelas 63,26 setelah dilakukan tindakan, pada siklus1 ketuntasan belajar siswa 73,91% dengan nilai rata-rata 66,30. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa 100% dengan nilai rata-rata kelas 71,08 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran berbasisi masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.
Berikutnya, penelitian yang dilakukan oleh Novi Andriastutik, Siti dengan
judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran
16
komparatif yaitu membandingkan data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model problem based learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II diperoleh peningkatan yaitu 62,3 pada prasiklus, 66,9 pada siklus I dan meningkat menjadi 77,5 pada siklus II. Serta ketuntasan hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu 44% pada prasiklus, 72% pada siklus I serta meningkat menjadi 94% pada siklus II. Saran, kegiatan pembelajaran matematika hendaknya menggunakan model problem based learningkarena model tersebut dapat menjebatani karakteristik siswa pada operasional kongkrit dengan karakteristik matematika yang abstrak.
17
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 01 Candisari kecamatan Ampel kabupaten Boyolali.
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka pikir dengan model Problem Based Learning akan dijelaskan pada skema berikut :
Sintak atau Langkah-Langkah
18 2.6 Hipotesis