• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sosiologi Pembangunan Pembanguna (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sosiologi Pembangunan Pembanguna (1)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN BERBASIS EROPASENTRISME

Tugas

Sosiologi Pembangunan

oleh:

Dinda Sayuda Tara Shintia 130910302008

Satya Marendra A. 130910302015

Fathan Fadillah 130910302024

SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

DESEMBER

2015

(2)

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini membahas tentang pembangunan berbasis eropasentrisme, yaitu sebuah paradigma historis tentang pembangunan global dengan mengacu pada perkembangan ekonomi dan perkembangan pembangunan di eropa serta Negara adidaya lainnya. Di dalam makalah ini kemudian di jelaskan mengenai tahapan historis tentang perkembangan pembangunan di Eropa, tanggapan para ahli serta kaum strukturalis tentang tahapan pembangunan berbasis Eropasentrisme, dan dampak modernisasi bagi Negara dunia ketiga menurut kaum strukturalis

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Jember, Desember 2015 Penulis

(3)

Kata Pengantar... 2

Daftar Isi... 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan... 4

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penulisan... 7

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tahapan Historis Pembangunan Di Eropa………... 8

2.1.1 Era Merkantilisme……….... 8

2.1.2 Mazhab Fisiokratis………... 9

2.1.3 Revolusi Agraria……….. 11

2.1.4 Revolusi Industri………. 13

2.1.5 Depresi ekonomi Global 1930………. 15

2.1.6 Ekonomi setelah Perang Dunia II……… 17

2.2 W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan……… 20

2.3 Bert F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi Dalam Pembangunan………... 21

2.4 Pandangan Kaum Strukturalis Tentang Eropasentrisme Pembangunan Pada Negara-negara Dunia ke-3……… 23

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 27

Daftar Pustaka... 29

(4)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang penulisan

Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi (economic development). Focus pembangunan dalam ekonomi inilah yang kemudian menjadi cikal bakal paradigma pembangunan yang lebih luas secara nasional maupun global. Pembangunan ekonomi mendorong terciptanya suatu tindakan dalam usaha untuk mencapainya baik dari segi politik dalam negeri maupun politik luar negeri serta penciptaan iklim dan sistem ekonomi serta industri yang mendukung pertumbuhan dan percepatan pembangunan. Negara-negara di benua barat dalam hal ini eropa yang terlebih dahulu memulai serta menciptakan cikal bakal paradigma pembangunan yang berpengaruh luas secara global dan telah dimulai sejak abad ke 17 hingga abad ke 18 melalui gerakan merkantilisme dan kolonialisme yang di pelopori oleh Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis. Berbagai fenomena politik yang terjadi dalam sistem pembangunan dunia barat yang kian berkembang dan maju kemudian menjadi tolak ukur yang kuat bagi pandangan tentang bagaimana pembangunan suatu Negara harus dilakukan, pembangunan eropa kemudian menjadi role model secara global sehingga menciptakan istilah westernisasi yang dalam hal ini erat kaitannya dengan modernisasi dalam paradigma pembangunan sebagai acuan kemajuan ekonomi dan transformasi menuju Negara modern baru.

(5)

mana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat suatu Negara yang modern. Tidak heran hal tersebut kemudian memunculkan analogi bahwa modernisasi adalah westernisasi. Paham Westernisasi telah menjadi konstreuksi sosio cultural tentang paradigma kemajuan suatu bangsa berdasarkan tahap historis pembangunan di eropa seperti zaman merkantilis, fisiokratis, revolusi agraria, dan revolusi industri di Inggris, pasca perang dunia II, dan zaman liberal kapitalis.

Dalam perkembangan pembangunan modern sejak era merkantilis, teori Modernisasi sendiri baru muncul dan dipahami secara luas sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan pengalaman sekian waktu sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga berupaya melakukan pembangunan untuk menjawab pekerjaan rumah mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan rendah, rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa problem lain. Beberapa teori sosial yang muncul waktu itu secara eksplisit berhubungan dengan pembangunan. Pembangunan diteorikan sebagai proses di mana masyarakat terbelakang Dunia Ketiga akan mencapai kemajuan sebagaimana di Barat melalui proses modernisasi. Sehingga, modernisasi dan pembangunan dua hal yang berkaitan erat.

(6)

Oleh karena adanya kepentingan tersebut, maka negara adidaya, khususnya Amerika Serikat mendorong kepada ilmuwan sosial untuk mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara dunia ke tiga tersebut. Maka muncullah beberapa teori-teori pembangunan dengan berbagai istilahnya dan berbagai alirannya dalam perspektif beberapa ahli yang mengemukakannnya. Permasalahan di dunia ketiga tersebut salah satunya di kaji melalui Teori Modernisasi. Teori modernisasi di bahas oleh beberapa sosiolog dengan perspektif yang berbeda-berbeda.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah.

1. Mengapa Westernisasi atau Eropasentrisme disebut sebagai modernisasi? 2. Apa sajakah dan bagaimana tahapan historis tentang perkembangan

pembangunan di Eropa?

3. Bagaimanakah tanggapan para ahli serta kaum strukturalis tentang tahapan pembangunan berbasis Eropasentrisme?

4. Bagaimanakah Dampak modernisasi bagi Negara dunia ketiga menurut kaum strukturalis?

.

1.3 Tujuan Penulisan

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tahapan Historis Pembangunan Di Eropa 2.1.1 Era Merkantilisme

Merkantilisme berasal dari kata merchant yang berarti pedagang. Aliran merkantilis adalah suatu aliran yang mempunyai keyakinan bahwa suatu negara akan maju, jika melakukan perdagangan dengan negara lain. Melalui perdagangan luar negeri tersebut, negara akan memperoleh surplus perdagangan luar negeri yang berarti dana akan masuk ke dalam negeri, baik dalam bentuk emas atau perak. Munculnya paham merkantilisme oleh para kaum aliran merkantilis pada dasarnya menitikberatkan kepada bidang ekonomi seperti masalah-masalah keduniawian. Oleh karena pemahaman merkantilisme yang terbatas pada masalah keduniawian, sehingga banyak bermunculan pendapat-pendapat yang muncul hanya saja memikirkan aspek ekonomis, bukan pada etika dan moral semata. Dengan kata lain merkantilis merupakan perintis kearah pemikiran ekonomi yang hanya memandang berdasarkan masalah-masalah ekonomi yang bersifat keduniawian.

Berbagai konsep yang dikemukakan oleh kaum merkantilis hanya diperoleh dari semua Negara barat yang perekonomian pada saat itu sedang berkembang (Teguh Sihono, 2008). Negara-negara tersebut adalah inggris dan perancis. Sehingga konsep-konsep ekonomi dalam Negara tersebut mampu memberikan warna terhadap ajaran kaum merkantilisme, sehingga kebijaksanaan pada waktu itu adalah merangsang ekspor dan membatasi aktifitas impor. Negara-negara yang menganut paham merkantilisme pada waktu itu antara lain, Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda.

(9)

waktu itu). Pada jaman merkantilisme, bukan hanya bidang perekonomian dan perdagangan saja yang mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi kemajuan literature juga sangat pesat. Kemajuan dalm tulisan-tulisan ekonomi maju baik dari segi kuantitas dan kualitas. Pada jaman tersebut masing-masing orang menjadi penulis bagi dirinya sendiri. Sehingga banyak sekali bermunculan pendapat-pendapat yang didasarkan dari diri si penulis. Karena banyaknya tulisan-tulisan tersebut, sulit sekali untuk di generalisasikan menjadi pengertian yang bersifat pokok dan umum. Penyebabnya adalah banyak diantara penulis tersebut yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan di universitas yang berdasarkan oleh penelitian ilmiah, akan tetapi tulisan tersebut berdasarkan persoalan-persoalan ekonomi yang riil terjadi hubungannya dengan bisnis mereka. Tulisan mereka masih berserakan , untuk itulah Adam Smith menggunakan tulisan tersebut sebagai sumber penulisan bukunya yang berjudul The Wealth of Nations.

Namun Adam Smith (1723-1790) menolak pandangan paham merkantilisme. Dalam bukunya Wealth of Nations Smith merevisi secara radikal peran Negara secara langsung dalam ekonomi. Bagi Smith, pemerintah tidak perlu memonopoli, mengontrol, atau melakukan diskriminasi terhadsap industry tertentu. Harusnya Negara membiarkan kekuasaan membuat keputusan berada di tangtan agen-agen ekonomi itu sendiri. Negara tidak mengatur tetapi memberi kuasa pada pewrusahaan dan agen komersial untuk mengatur diri mereka sendiri, dan keseimbangan perekonomian diatur otomatis oleh invisible hand (tangan tidak terlihat).

2.1.2 Mazhab Fisiokratis

(10)

kosmopolit). Kaum fisiokrat percaya bahwa sistem perekonomian juga mirip dengan alam yang penuh harmoni. Dengan demikian, etiap tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya ,asing-masing juga akan selaras dengan kemakmuran masyarakat banyak. Beri manusia kebebasan, dan biarkan mereka melakukan yang terbaik bagi dirinya masing-masing. Pemerintah tidak perlu campur tangan, dan alam akan mengatur semua pihak untuk senang dan bahagia. Inilah yang menjadi cikal bakal doktrin laisszess faire-laiszess passer yang kira-kira berarti: biarkan semua terjadi, biarkan semua berlalu.

Menurut pendapat F. Quesnay (1694-1774) dan pemikir fisiokrat yang lain mengenai tatanan masyarakat pada umumnya dan tatanan ekonomi pada khususnya diatur menurut kekuatan hukum alam. Kehidupan masyarakat harus berlangsung sesuai dengan hukum kekuatan-kekuatan alamiah. Bahwa sumber kemakmuran masyarakat adalah alam, yang dimaksud alam dalam hal ini adalah sektor pertanian. Quesnay membagi masyarakat ke dalam 4 golongan, yaitu (1) kelas masyarakat produktif yaitu yang aktif mengolah tanah seperti pertanian dan pertambangan, (2) kelas tuan tanah, (3) kelas yang tidak produktif atau steril yang terdiri dari saudagar dan pengrajin, dan (4) kelas masyarakat buruh yang menerima gaji dan upah dari tenaganya.

(11)

pemilik tanah dan para saudagar seperti yang selama ini dinikmati dibawah pemeritahan yang mengagungkan markantilisme.

Dengan dasar pandangan diatas, kaum markantilisme yang menganggap bahwa sumber utama kemakmuran negara adalah dari surplus yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dianggap sebagai suatu pandangan keliru oleh kaum fisiokrat. Kaum fisiokrat juga mengkritik kaum markantilis yang menciptakan berbagi rergulasi perdagangan ketika seharusnya dibebaskan dari control. Kaum markantilis dituduh telah membuat barang-barang menjadi lebih mahal dengan menetapkan pajak yang tinggi.

2.1.3 Revolusi Agraria

Revolusi agraria pertama kali terjadi di Inggris. Sebelum terjadi Revolusi Industri, masyarakat Eropa (khususnya Inggris) hidup dalam tatanan system ekonomi agraris. Dalam bidang sosial, masyarakat hidup dalam system feodalis yang mana golongan bangsawan, tuan tanah dan gereja sebagai orang berkuasa dengan hak istimewa. Sedangkan patani sebagai penggarap tanah milik penguasa. Seiring dengan munculnya gerakan renaissance yang melahirkan paham rasionalisme, yaitu paham yang menjunjung tinggi pikiran / rasio manusia, maka perlahan-lahan masyarakat mulai melepaskan diri dari dogma-dogma gereja yang selama itu membelenggu mereka. Paham rasionalisme ini memunculkan banyak ide pemikiran dan penemuan penting yang tergolong baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

(12)

Tulisan Robert Malthus ini menimbulkan pengaruh di Eropa yang memunculkan gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan mengontrol angka kelahiran serta usaha pencarian dan penelitian bibit unggul dalam bidang pertanian.

Namun bidang pertanian pada saat itu sedang menghadapi tantangan. Salah satu alasan terjadinya revolusi agraria karena kerusakan lahan pertanian akibat perang dunia. Alasan lainnya adalah untuk meningkatkan produksi pangan di Inggris. Karena lahan pertanian terbatas akibat kerusakan lahan pertanian, sedangkan laju pertumbuhan penduduk tinggi, membawa perubahan mendasar sistem kehidupan masyarakat pada saat itu yang mendorong terjadinya revolusi agraria dimana terjadi peningkatan permintaan wol di pasar eropa, wol merupakan komoditas yang cukup berharga dan mempunyai prospek industri yang tinggi pada masa itu. Sebagai respon atas tren komoditas wol yang laris di pasar eropa, golongan bangsawan pemilik tanah kemudian mengemukakan ide dengan cara mengubah lahan pertanian dan perkebunan gandum menjadi peternakan domba untuk di ambil wolnya. Akibatnya terjadi perubahan sistem undang-undang tanah. Dengan kebijakan tentang tanah yang baru tersebut, membawa dampak yang meluas dalam tatanan masyarakat Inggris. Pada saat itu, permintaan bahan baku untuk kain wol dan laken sangat meningkat, baik dari Itali maupun dari dalam negeri sendiri.

(13)

wol merupakan komoditi yang memiliki keunggulan komparatif dan kerugian absolut lebih kecil karena permintan pasar eropa untuk wol sangat besar pada masa itu. Inggris melalui Revolusi Agraria ingin memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut dengan memulai melakukan spesialisasi di bidang industry wol.

Namun Tentu saja revolusi agraria memiliki akibat yang dapat mengubah atau bahkan merusak tatanan masyarakat. Salah satu akibat dari revolusi agraria adalah para petani yang kehilangan pekerjaan melakukan urbanisasi ke kota dan bekerja menjadi buruh industri. Pada saat itu, lahan pertanian sudah beralih fungsi menjadi peternakan yang mengakibatkan para petani menjadi pengangguran. Maka dari itu petani memutar otak agar dapat bertahan hidup, salah satunya dengan urbanisasi ke kota. Ketika petani melakukan urbanisasi ke kota dan bekerja sebagai buruh industri, hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk di kota.

2.1.4 Revolusi Industri

(14)

sukses, mendorong pabrik-pabrik mulai mengganti tenaga manusia dengan mesin. Hal inilah yang mendorong terjadinya Revolusi Industri di Inggris. Revolusi industri adalah perubahan ekonomi masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Terjadinya revolusi industri merupakan cikal bakal terciptanya modernisasi awal. Perubahan ini disebabkan oleh beberapa faktor pendorong yaitu kapitalisme, perdagangan internasional, markantilisme, kolonialsime, etika kerja protestan dan lain-lain. Revolusi industri tentu memiliki dampak negatif maupun dampak positif. Terutama dampak pada ekonomi, sosial, budaya dan politik. Sebelum ke pembahasan lebih lanjut, revolusi industri terjadi pertama kali di Inggris. Revolusi industi ini terjadi pada tahun 1750-1780. Revolusi industri bermula di Inggris dan kemudian menyebar ke Belanda dan Eropa. Menjelang tahun 1800-an revolusi industri telah menyebar kepenjuru dunia.

(15)

Revolusi industri menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam bidang produksi beragam jenis barang karena adanya ilmu pengetahuan yang baru, yang dapat menciptakan berbagai teknologi berupa mesin. Dengan adanya mesin-mesin tersebut mengakibatkan organisasi pabrik semakin berkembang pesat. Pesatnya perkembangan menjadi ajang bagi para penanam modal swasta dan lembaga keuangan untuk mendapatkan keuntungan. Tentu saja Negara memiliki pendapatan yang semakin meningkat. Ditambah lagi dengan penemuan-penemuan baru yang berhubungan dengan produksi.

Tentu saja revolusi industri ini memiliki dampak positif dan negatif yang sangat terlihat. dampak positif antara lain pendapatan Negara semakin meningkat, Negara semakin maju, perdagangan internasional dan lain sebagainya. Namun di sisi lain revolusi industri juga memiliki dampak negatif yaitu munculnya praktik kapitalis, upah buruh murah, adanya buruh dibawah umur, kejahatan atau kriminalitas, diskriminasi kelas dan lain sebagainya.

2.1.5 Depresi ekonomi Global 1930

Hampir sepanjang tiga dasawarsa pertama abad ke-20 ekonomi dunia tumbuh pesat. Industrialisasi serta percepatan-percepatan ekonomi menjadi kegairahan tersendiri pada masa itu. Namun optimisme ini tidak berlangsung lama. Menjelang akhir 1929, krisis ekonomi global datang dengan tiba-tiba dan efeknya terasa sampai bertahun-tahun setelahnya. Depresi Besar (Great Depression) tahun 1930 ini ditenggarai dimulai dengan runtuhnya Wall Street tahun 1929 dalam kejadian yang dikenal dengan Black Thursday di Amerika Serikat. Paska jatuhnya harga saham, rakyat Amerika mulai panik dan memutuskan untuk menjual saham-sahamnya. Setelah itu kejadian buruk datang bertubi-tubi, mulai dari bank rush, tutupnya berbagai perusahaan, ratusan bank dibangkrutkan, pengangguran meningkat tajam, hingga kontraksi dalam ekonomi (Krugman, 1999).

(16)

mengakibatkan persediaan uang Amerika yang selama ini menyokong perekonomian bagi dunia mengering. Dalam tiga bulan produksi perindustrian Amerika jatuh 10% dan impor 20%. Pada akhirnya perekenomian tidak juga membaik bahkan tingkat pengangguran semakin meningkat hingga tahun 1933. Likuidasi deflasi sangat jauh dari perbaikan pertumbuhan perekonomian dengan menurunkan harga dan upah tidak juga memacu adanya investasi baru dan konsumsi dan krisis pun semakin memburuk. Di awal Mei 1931 resesi ekonomi ini kemudian turut merembet ke negara lain, seperti Austria, Polandia, Hungaria, Cekoslovakia, Romania, Jerman, lalu Switzerland, Prancis, dan juga Inggris.

Dari peristiwa ini kita dapat melihat bahwasanya Karl Marx dan pengikutnya benar tentang kritik-kritinya mengenai Ekonomi Liberalisme yang bertendensi untuk krisis. Berpegang pada doktrin untuk mengorganisir, mengelola ekonomi pasar agar mencapai efisiensi maksimum, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan individu, Ekonomi Liberalis yakin akan komitmennya terhadap pasar bebas, intervensi minimum negara, kesetaraan individu dan kebebasan. Di tahun 1933 ketika perekonomian dunia mati tenggelam, pemerintah mulai menyadari kebijakannya yang gagal. Disini John Maynard Keynes yang seorang penganut neo-Liberalisme mulai angkat suara, memberikan solusi cerdas bagi krisis fatal sistem kapitalis ini.

(17)

pengeluaran untuk kerja publik yang akan menaikkan permintaan dan memulihkan kepercayaan. Artinya, Keynes menolak doktrin Laissez-faire yaitu doktrin yang tidak menginginkan intervensi pemerintah dalam perekonomian atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas.

2.1.6 Ekonomi setelah Perang Dunia II

Berakhirnya Perang Dunia II menyebabkan keadaan ekonomi dunia kacau. Perang Dunia II telah mengeksploitasi banyak tenaga kerja, modal, dan biaya perang sehingga ketika perang berakhir keadaan perekonomian sangat berantakan. Lahirnya dua kekuatan adidaya setelah perang dunia dengan sendirinya telah menyebabkan sistem ekonomi dunia terbelah menjadi dua. Sistem ekonomi dunia setelah Perang Dunia II terdiri atas sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sistem ekonomi kapitalis cenderung berkiblat dan didominasi oleh Amerika Serikat. Sistem ekonomi sosialis cenderung berkiblat dan didominasi oleh Uni Soviet. Negara-negara di Eropa Barat dan sebagian Asia, seperti Jepang, Singapura, dan Korea selalu cenderung menggunakan sistem ekonomi kapitalis. Amerika Serikat sebagai pemimpin kapitalis menyatakan bahwa sistem perekonomian kapitalis merupakan sistem perekonomian terbaik di dunia. Hal itu disebabkan sistem perekonomian kapitalis menekankan pada bentuk persaingan bebas sesuai nilai liberal. Paham ekonomi kapitalis ini sangat bertentangan dengan paham ekonomi sosialis. Paham ekonomi sosialis banyak diterapkan di negara-negara Eropa Timur dan sebagian Asia, seperti Cina, Korea Utara, dan Vietnam. Pada sistem ekonomi sosialis, peranan pemerintah sangat mendominasi. Bahkan, campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian wajib dilaksanakan. Hak milik perorangan atau pribadi sangat diabaikan. Jadi, semua kegiatan itu dipusatkan dan diperuntukkan bagi negara.

(18)

ideologinya. Presiden Amerika Serikat dengan dibantu Menteri Luar Negeri, Marshall menawarkan bantuan ekonomi ke sejumlah negara Eropa Barat. Program bantuan ekonomi Amerika Serikat tersebut dikenal dengan nama Marshall Plan yang dicetuskan pada tanggal 5 Juli 1947. Negara-negara Eropa Barat yang menerima bantuan ekonomi melalui Marshall Plan harus bersedia bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk meningkatkan produksi secara maksimal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan volume perdagangan.

Negara-negara Eropa Barat dengan memperoleh bantuan ekonomi melalu Marshall Plan secara bertahap berhasil menata kembali keadaan perekonomiannya. Bahkan, masyarakat Eropa Barat akhirnya dapat membentuk suatu badan kerja sama ekonomi yang disebut Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) atau European Economic Community (EEC) pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma, Italia. Di dalam pertemuan di Roma digariskan tujuan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa, antara lain:

a. Meningkatkan perekonomian negara anggota melalui kerja sama yang harmonis;

b. Memperluas bidang perdagangan; c. Liberalisasi dalam perdagangan;

d. Menjaga keseimbangan perdagangan di antara negara anggota;

e. Menghapus semua rintangan yang menghambat laju perdagangan antaranggota;

f. Memperluas kerja sama perdagangan dengan negara lain.

(19)

luar biasa. Kebetulan dana yang besar itu dimiliki oleh Amerika Serikat yang cepat tanggap menghadapi situasi seperti itu. Paket bantuan ekonomi dari Amerika Serikat segera dikucurkan kepada negara Yunani dan Turki. Paket bantuan ekonomi tersebut dinamakan Truman Doctrine. Dengan demikian, Amerika Serikat satu per satu berhasil meluaskan pengaruhnya ke seluruh wilayah Eropa. Perang Dunia II tidak hanya berlangsung di Eropa, tetapi juga berlangsung di wilayah Asia. Dengan begitu, setelah Perang Dunia II berakhir kerusakan parah juga melanda wilayah Asia. Berbagai bangunan berantakan dan keadaan ekonomi pun mengalami kelesuan seperti halnya wilayah Eropa. Amerika Serikat begitu cepat tanggap dengan keadaan di wilayah Asia. Amerika Serikat juga berusaha membantu keadaan negara-negara di wilayah Asia melalui bantuan ekonomi dan militer. Paket bantuan Amerika Serikat kepada negara-negara Asia disebut Mutual Security. Melihat aksi Amerika Serikat, Uni Soviet sebagai kekuatan adidaya lainnya mencoba memberi perhatian kepada negara-negara sekutunya di wilayah Eropa Timur dalam bentuk bantuan ekonomi. Bantuan ekonomi yang maksudkan untuk membendung meluasnya pengaruh liberalisme yang digagas oleh Menteri Luar Negeri Uni Soviet, Molotov. Oleh karena itu, paket bantuan ekonomi dari negara Uni Soviet untuk negara-negara Eropa Timur disebut Molotov Plan. Dengan bantuan ekonomi tersebut, negara-negara di Eropa Timur berusaha menata kembali keadaan ekonominya. Pada perkembangan selanjutnya, negara-negara di Eropa Timur membentuk lembaga kerja sama ekonomi yang disebut Commintern Economi (Comicon). Negara-negara baru yang berada di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin merasa bimbang menghadapi besarnya pengaruh dua negara adidaya tersebut. Negara negara baru itu memang membutuhkan bantuan ekonomi yang tidak sedikit untuk membangun. Namun, di sisi lain mereka juga tidak ingin terjebak untuk mengikuti ideologi kapitalisme atau komunisme.

(20)

Dalam bukunya yang sangat terkenal: The stages of economic growth: A non communist manifesto (1960), Rostow mengatakan bahwa Negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan tertentu. Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja. Rostow berpendapat bahwa ada lima tahap pembangunan, yaitu :

1. Masyarakat tradisisonal

Pada masa masyarakat tradisional ini belum banyak menguasai ilmu pengetahuan. Manusia pada masyarakat tradisional lebih memahami keadaan dengan cara tunduk pada alam. Kemajuan tidak berjalan pesat atau bisa dihatakan sangat lambat. Masyarakat yang biasanya hidup tergantung pada alam dan bersifat statis.

2. Prakondisi lepas landas

Pada masa ini masyarakat sudah lebih maju karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Disini terjadi perubahan pola pikir masyarakat tradisional ke pemikiran yang lebih maju karena adanya investasi dari luar. Pra lepas landas merupakan masa terciptanya ide-ide baru untuk pembangunan.

3. Tahap lepas landas

Pada masa lepas landas ini semua masalah yang menghambat pembangunan mulai teratasi oleh pertumbuhan ekonomi. Masyarakat menganggap wajar dengan adanya partumbuhan ekonomi.

4. Menuju kedewasaan

Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat sehingga berdampak pada ekspor dan import yang juga pesat. Pada titik ini Negara mampu mengikuti pemasaran secara global.

(21)

Pada tahapan ini Negara bisa melakukan pembangunan yang kontinyu. Masyarakat memiliki tingkat konsumsi yang tinggi karena produksi yang juga tinggi. Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa, meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa dan peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran.

Secara keseluruhan, proses sebagaimana dijelaskan oleh Rostow di atas hanya bisa berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, antara lain: pemerintahan yang stabil; adanya perbaikan dalam tingkat pendidikan; adanya sekelompok innovator dan wiraswastawan yang mampu memanfaatkan tabungan masyarakat dan mengembangkan perdagangan. Selain itu, secara implicit rostow menyebutkan bahwa untuk dapat maju, diperlukan reformasi sosial. Untuk itu, Negara-negara berkembang dapat mencontoh langkah-langkah yang dilakukan oleh Negara maju seperti Eropa dan Amerika.

2.3 Bert F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi Dalam Pembangunan

Hoselitz mengkaji faktor-faktor non-ekonomi seperti lembaga-lembaga sosial politik yang tidak di temukan oleh rostow. Hoselitz menambahkan bahwa kegagalan utama dalam pembangunan bukan hanya dari segi modal, melainkan dari keterampilan kerja atau keterampilan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah satu factor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi, diperlukan sebuah penyediaan tenaga terampil yang memadai, karena jika hanya didukung oleh Hoselitz memberi ide supaya tercipta keterampilan kerja, Negara harus melakukan pembangunan kelembagaan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, menambah pemasokan modal dan menjadikannya produktif. Pembangunan kelembagaan ini seperti lembaga pendidikan yang bersifat formal maupun non formal.

(22)

landas, yang akan memepengaruhi pemasokan modal, supaya modal ini bisa menjadi produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi, serta keterampilan teknis dan keilmuan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, bagi Hoselitz pembanguann membutuhkan pemasokan dari beberapa unsur yaitu pemasokan modal besar dan perbankan, dan pemasokan tenaga ahli terampil.

Pemasokan modal dalam jumlah yang besar seperti yang di uraikan oleh rostow, membutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkan kegiatan-kegiatan yang produktif. Hoselitz menyebutkan lembaga perbankan yang efektif dan pengalaman dari Negara-negara eropa ketika menjalankan proses lepas landas menunjukkan pentingnya lembaga perbankan. Tanpa lemabag-lembaga seperti ini, modal besar yang ada sulit di kumpulkan sehingga bisa menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan. Hoselitz meunjuk pengalaman di Cina pada abad ke-19. Sebagai akibat dari korupsi pejabat Megara, surplus ekonomi menajdi sia-sia, karena di tanamkan kepembelian tanah, atau di pakai untuk mengkonsumsi barang-barang mewah.

Dari segi pemasokan tenaga kerja terampil, tenaga yang di maksud adalah tenaga kewiraswastaan, administrator professional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan dan tenaga manajerial yang tangguh. Di samping itu, di sebutkan juga perkembangan teknologi dan sains harus melembaga sebelum masyarakat tersebut melakukan lepas landas. Tanpa ada tenaga ahli yang berkompeten menjalankan roda usaha, maka usaha tersebut tidak akan mencapai laba maksimal, atau bahkan akan mengalami kerugian. Kerugian juga berarti kegagalan pembangunan.

(23)

subur. Bila orang-orang ini di anggap memiliki status yang lebih tinggi dari pada pedagang dan indusrialis, jiwa kewiraswastaan akan bersembunyi.

Dalam karyanya “Economic Growth and development: non economic faktor in economic development”. Hoselitz mengatakan bahwa faktor kondisi lingkungan juga termasuk dalam faktor non ekonomi yang sangat penting dalam proses pembangunan. Kondisi lingkungan maksudnya adalah perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan yang terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga, dan motivasi. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa factor ekonomi sangat penting dalam proses pembangunan, namun faktor kondisi lingkungan seperti perubahan kelembagaan yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat mempersiapkan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

2.4 Pandangan Kaum Strukturalis Tentang Eropasentrisme Pembangunan Pada Negara-negara Dunia ke-3

Teori-teori pembangunan sebagian besar berangkat dari pengalaman Eropa. Namun, pendekatan Eurosentris ini mengalami tantangan dari perspektif lainnya. Diantaranya para akademisi dan penulis dari Amerika Latin.

Menurut interpretasi kaum strukturalis, strategi pembangunan nasional harus mencakup interevensi negara yang lebih besar untuk melindungi industri-industri nasional untuk membangun dirinya. Pendekatan ini dibangun berdasarkan ide “infant industry” yang dikembangkan oleh Friedrich List, seorang ekonom Jerman.

(24)

trade) seperti yang dikumandangkan oleh para teorist modernisasi. Hal ini karena struktur ekonomi global sangat berbeda dengan situasi ketika negara-negara Eropa mengalami proses industrialisasi. Menurut Prebisch, sistem perdagangan global yang lebih berdasarkan pada prinsip perdagangan bebas merupakan suatu hambatan bagi pembangunan di Amerika Latin.

Menurut para pakar strukturalis, pembangunan sebagai suatu tujuan (goal) tidak dihadirkan dengan industrialisasi, urbanisasi, dan simbol-simbol modernisasi lainnya. Pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang “jalan”nya akan berbeda dengan pendekatan Eurosentris. Tidak akan mungkin “jalan” yang ditempuh bisa sama apabila lingkungan global saja sudah berbeda. Intinya, ada pengakuan akan pentingnya konteks historis dalam pembangunan.

Kaum strukturalis mempertanyakan apakah mekanisme pasar bebas (laiszess faire) akan menghasilkan pembangunan ekonomi di negara Dunia Ketiga. Strukturalis meragukan berlakunya Teori Keunggulan Komperatif dalam proses perdagangan internasional. Bila perekonomian dibiarkan bekerja menurut mekanisme pasar akan muncul pola pasar yang terpolarisasi. Untuk itu perlu campur tangan pemerintah dalam pengontrol aliran modal karena gerakan modal yang tidak terantisipasi dapat menimbulkan ketidakstabilan perekomian. Prebisch mengatakan bahwa dalam relasi ekonomi antara negara-negara maju sebagai negara industri dan negara-negara berkembang sebagai eksportir bahan-bahan mentah, maka pihak negara-negara berkembang sebagai negara pinggiran selalu menjadi pecundang. Seperti halnya yang berlangsung dalam praktek imperialisme, pada kenyataannya hukum keunggulan komparatif ketika diterapkan dalam konteks relasi ekonomi antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang telah memperkuat ketergantungan negara-negara berkembang sebagai wilayah pinggiran (phery-phery) terhadap negara-negara maju sebagai pusat.

(25)

oleh negara-negara maju. Oleh karena itu negara-negara di dunia dibagi menjadi dua kelompok. Negara-negara pusat yang menghasilkan barang-barang industri dan negara-negara pinggiran yang memproduksi barang-barang pertanian

Pandangan dari kaum strukturalis dalam menanggapi fenomena pembangunan berbasis Eropasentrisme dan ketergantungan di era menuju modernisasi ini bahwa, liberal kapitalis cenderung akan meningkatkan ketimpangan antara ekonomi negara maju dan negara kurang berkembang. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kombinasi kelebihan penduduk, ketergantungan yang berlebih pada komoditas ekspor dan adanya dominasi politik. Kombinasi tersebut akan menjadikan struktur negara-negara dunia ketiga akan selalu terjebak dalam kondisi ketergantungan yang berlebih pada negara-negara maju. Dan hal tersebut menurut kaum strukturalis dapat diatasi dengan melakukan pengembangan industrialisasi di negara-negara kurang berkembang agar dapat dihasilkan produksi barang-barang tanpa harus ketergantungan dengan negara maju (Gilpin, 1987: 274-276). Setelah mengetahui mengenai teori strukturalis, Gilpin dalam tulisannya juga menjelaskan mengenai teori dependensi yang melihat bahwa fenomena globalisasi menjadikan negara-negara kurang berkembang tidak dapat terpisahkan antar negara-negara maju yang kemudian menghasilkan hubungan bahwa kekayaan ekonomi yang didapat oleh sedikit negara maju akan berdampak pada kemiskinan di negara lain yang kurang berkembang. Hubungan tersebut dihasilkan oleh dunia kapitalis yang dimulai ketika kolonialisme muncul, ditandai dengan hilangnya kontrol ekonomi domestik yang dimiliki oleh negara-negara kurang berkembang dan diikuti dengan ketergantungan yang secara terus menerus terhadap kapitalisme internasional (Gilpin, 1987: 282-283).

(26)
(27)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan ekonomi mendorong terciptanya suatu tindakan dalam usaha untuk mencapainya baik dari segi politik dalam negeri maupun politik luar negeri serta penciptaan iklim dan sistem ekonomi serta industri yang mendukung pertumbuhan dan percepatan pembangunan. Negara-negara di benua barat dalam hal ini eropa yang terlebih dahulu memulai serta menciptakan cikal bakal paradigma pembangunan yang berpengaruh luas secara global dan telah dimulai sejak abad ke 17 hingga abad ke 18 melalui gerakan merkantilisme dan kolonialisme yang di pelopori oleh Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis. Berbagai fenomena politik yang terjadi dalam sistem pembangunan dunia barat yang kian berkembang dan maju kemudian menjadi tolak ukur yang kuat bagi pandangan tentang bagaimana pembangunan suatu Negara harus dilakukan, pembangunan eropa kemudian menjadi role model secara global sehingga menciptakan istilah westernisasi yang dalam hal ini erat kaitannya dengan modernisasi dalam paradigma pembangunan sebagai acuan kemajuan ekonomi dan transformasi menuju Negara modern baru.

(28)

merkantilis, fisiokratis, revolusi agrarian, dan revolusi industri di Inggris, pasca perang dunia II, dan zaman liberal kapitalis.

(29)

Daftar Pustaka

Budiman, Arief.2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Grammedia Pustaka Utama

Deliarnov. 2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers

Gilpin, Robert. 1987. “The Issue of Dependency and Economic Development” dalam The Political Economy of International Relations. Priceton: Priceton University Press, pp. 263-305. Diunduh pada 3 Desember 2015 dari:

https://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi3it6I xMHJAhXEA44KHcbvAyYQFggqMAE&url=https%3A%2F%2Fwww.uni-erfurt.de %2Ffileadmin%2Fpublic-docs%2FInternationale_Beziehungen

%2FGILPIN_1987___The_Political_Economy_of_International_Relations___Einl._ _1__2.pdf&usg=AFQjCNEiyHr5xt8liLcS2NwBFyf3etPEng&bvm=bv.108538919,d. c2E

Krugman, Paul. 1999. The Economic Crises Hitting the World Demand New and Old Solutions. Diakses dari http://www.pkarchive.org/crises/depression.html (3 Desember 2015)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/V.%20Indah%20Sri

%20Pinasti,Dra.%20M.Si./Modul%20Sosiologi%20Pembangunan.pdf (4 Desember 2015)

(30)

http://www.philosophyresearcher.com/2013/12/pengantar-menuju-pemikiran-john-maynard.html (4 Desember 2015)

http://jaringnews.com/ekonomi/umum/6984/begini-cerita-depresi-global-tahun--an (4 Desember 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan negara-negara eksportir yang memiliki dayasaing kuat (nilai RCA > 1) di pasar dunia dengan metode RCA adalah 15 negara maju dan 26 negara berkembang

Dengan posisi yang sangat strategis ini, Kerajaan Samudera Pasai berkembang menjadi Kerajaan Islam yang cukup kuat pada masa itu.. 2.2 Sumber dan

Isu perubahan peta kekuatan politik dunia, krisis ekonomi dan perubahan iklim menjadi bahasan dunia internasional yang fundamental, terutama bagi Negara berkembang menjadi

Peristiwa ‘Arab Spring’ merupakan fenomena yang mengubah wilayah lahan dunia yang awalnya mengarah kepada perubahan politik di rantau Asia Barat dan seterusnya membawa

Hasil penelitian dengan alat ukur yang teruji reliabilitasnya ( α > 0,7) menunjukkan bahwa pandangan dunia kompetitif—yaitu penggambaran bahwa hidup di dunia tidak ubahnya

Dengan perlengkapan yang lebih maju, VOC melakukan politik Ekspansi (perluasan daerah). Dengan kata lain, abad ke-17 dan 18 adalah periode ekspansi dan monopoli

Harapan dalam satu dan lain hal bisa disebut sebagai fenomena yang universal sifatnya.Artinya harapanadalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun juga.Ini

Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17