commit to user
i
ANALISIS PERMINTAAN KENTANG
DI KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Oleh :
NURINA KUSUMA WARDHANI
H 1307025
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
ANALISIS PERMINTAAN KENTANG DI KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
Nurina Kusuma Wardhani
H 1307025
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-NYA kepada penulis sehingga diberi kemudahan dan
kelancaran senantiasa mengiringi di setiap langkah penyusunan karya ini.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sampai hari pembalasan.
Usaha dan upaya untuk senantiasa lakukan yang terbaik atas setiap kerja
menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan
skripsi dengan judul “Analisis Permintaan Kentang Di Kabupaten Boyolali”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MSselaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/
Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Bapak Ir. Priya Prasetya, MS selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan semangat dan bimbingan kepada penulis.
5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP selaku dosen pembimbing utama skripsi yang
telah memberikan semangat, bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis
sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
commit to user
v
6. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku dosen pembimbing pendamping yang
senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada
penulis.
7. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku dosen penguji yang
senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada
penulis.
8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama
menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
9. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
Kabupaten Boyolali, Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali,
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Kepala Kantor Ketahanan
Pangan Kabupaten Boyolali, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Pengelolahan Pasar Kabupaten Boyolali, beserta staf atas bantuan dan
kerjasamanya.
10.Kedua orang tuaku Drs. Sudarmoko dan Dra. Endang Tri Rochmani, adikku
tersayang Mahendra Kusuma Wardhana beserta keluarga besar yang
senantiasa memberikan doa dan semangat di setiap langkah penulis.
11.Yosefh Gita Maulana terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, semangat
dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
12.Sahabat-sahabatku yang tersayang Rosita Wiwik R, Monika Risang W, Fahmi
Iqlima S, Yunita Ratih T, Hesti Purba W, Linda Riyanti, Annisa Permatasari,
Fajar Prasetyaningrum, Nury Pujiati A, Agustina Kesdu, Silviana A, Meiana I,
Amanda K, Ari Setyo S, Endra Setiawan, Adia Endar F, Aryo Wibisono,
Primadani Setyo Prakoso, Muhammad Faturahman, Bella Zaini, Diki Ari
Sumanto, Rohmad Jati Kurniawan, Dwi Satrio Wicaksono, Adam Agusta,
beserta seluruh keluarga besar regular dan ekstensi 2007 agrobisnis maupun
agronomi yang telah memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan
commit to user
vi
13.Kakak tingkatku Hendrik Mulyo W, Dyah Kartika R, Nurul Huda S, Reza
Prima R, Yeriana Saraswati, Sarayusa, Farid Fahrudin, Tunjung, Eka Kartika,
Dian Paramitha, Sujatmoko, Ms Wahid yang telah memberikan semangat,
doa, dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
14.Anak kosku Ratna, Widya, Erwin, Ana, Mbak Riyan, Putri, Nia, yang selalu
memberikan doa, semangat dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan
membantu penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit
memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Kabupaten Boyolali maupun bagi
almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan
segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini
masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak
almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa
dijadikan tambahan pengetahuan. Amin.
Surakarta, September 2011
commit to user
A. Penelitian Terdahulu ...……….. 6
B. Landasan Teori ………... 9
1. Kentang ...……… 9
2. Budidaya Kentang………. 10
3. Konsumen Kentang di Kabupaten Boyolali……….. 16
4. Teori Permintaan ...……… 16
4.1 Elastisitas ……… 20
4.2 Efek Subsitusi dan Efek Pendapatan ……… 23
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah……… 25
1. Teori Dasar Permintaan……… 25
2. Estimasi Fungsi Permintaan ………. 25
D. Hipotesis……….. . 29
E. Pembatasan Masalah……….…...……….. 29
F. Asumsi-asumi.……….………..……….. 29
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 29
III.METODE PENELITIAN ……… 32
A. Metode Dasar Penelitian ………... 32
B. Lokasi Penelitian……….……….. 32
C. Jenis dan Sumber data……… 32
commit to user
viii
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 40
A. Keadaan Alam ... 40
B. Keadaan Penduduk ... 43
C. Keadaan Perekonomian ... 47
D. Keadaan Pertanian ... 49
E. Gambaran Komoditi Kentang ... 51
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Hasil Penelitian ... 53
1. Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali ... 53
2. HargaKentang ... 55
3. Harga Wortel ... ... 56
4. Harga Beras ... 58
5. Pendapatan Penduduk Kabupaten Boyolali ... 60
6. Jumlah Penduduk ... 62
B. Analisis Permintaan Kentang Kabupaten Boyolali ... 64
1. Estimasi Fungsi Permintaan ... 64
2. Hasil Analisis Data ... 65
3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A.Kesimpulan ... 75
B.Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. Jumlah penduduk, konsumsi kentang dan permintaan
kentang nasional tahun 2004-2009 ……... 1
Tabel 2. Konsumsi kentang, permintaan kentang, konsumsi energi dan sumbangan energi dari kentang di Kabupaten Boyolali
tahun 1993-2009 ………... 2
Tabel 3. Harga kentang, permintaan kentang, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali tahun
1993-2009……….. 3
Tabel 4. Luas Panen, Hasil Produksi, dan Produktivitas Kentang di
Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009……….... 4
Tabel 5 Tata Guna Lahan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009... 42
Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 ………... 43
Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kabupaten Boyolali Menurut Umur dan
Jenis Kelamin pada Tahun 2009 ………..………... 44
Tabel 8.
Komposisi Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Mata
Pencaharian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008 ...….. 45
Tabel 9.
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Boyolali Tahun 2008 ... 46
Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008 .... 47 Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten
Boyolali Tahun 2008 ………...
48 Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Boyolali
Tahun 2008………….………... 49
Tabel 13. Perkembangan Produksi Sayur-sayuran di Kabupaten
Boyolali Tahun 2004-2009 ….………. 50
Tabel 14. Luas Panen, Hasil Produksi, Produktivitas Kentang di
Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009 ………….………….. 50
Tabel 15. Perkembangan Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali
commit to user
x
Tabel 16. Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun
1993-2009 ……….………... 55
Tabel 17. Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali Tahun
1993-2009………... 57
Tabel 18. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ………... 59
Tabel 19. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Boyolali,
1993-2009………. 61
Tabel 20. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Boyolali
Tahun 1993-2009 …………...………. 63
Tabel 21. Hasil Analisis Fungsi Permintaan Kentang di Kabupaten
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. Kurva Permintaan ……….……….………….. 18
Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan …..………..……….. 18
Gambar 3. Barang Inferior : Efek Substitusi (e.s) dan Efek Pendapatan (e.p) ………. 24
Gambar 4. Kurva Permintaan Barang Inferior ……….. 24
Gambar 5. Kurva Permintaan Barang Giffen ……… 24
Gambar 12. Fungsi Permintaan dan Harga ……….. 27
Gambar 13. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Kentangdi Kabupaten Boyolali ……… 28
Gambar 14. Grafik Perkembangan Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……… 54
Gambar 15. Grafik Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……… 56
Gambar 16. Grafik Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……….. 58
Gambar 17. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……….. 59
Gambar 18. Grafik Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Boyolali Tahun 1993-2009 ……… 61
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Penelitian ... 79
2. Analisis Regresi Permintaan Beras di Kabupaten Boyolali
... 83
commit to user
xiii RINGKASAN
Nurina Kusuma Wardhani. H 1307025. 2011. “Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali”. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr. Ir. Minar Ferichani, MP dan Wiwit Rahayu, SP. MP. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kentang dan elastisitas permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Metode dasar yang dipergunakan adalah deskriptif analitis. Data time series selama 17 tahun (1993-2009) dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,979 yang berarti variabel bebas didalam model mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 97,9%, sedangkan sisanya sebesar 2,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Berdasarkan analisis uji F diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0,000 dan lebih kecil dari α = 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati yaitu harga kentang, harga wortel, harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%.
Berdasarkan uji t variabel harga kentang berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%, dengan elastisitas sebesar 0,269 (elastisitasnya 0<EP<1). Nilai elastisitas yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa kentang merupakan barang kebutuhan pokok normal.
Variabel harga wortel berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99% dengan elastisitas sebesar -0,053. Hal ini dapat diartikan bahwa wortel sebagai barang komplementer dari kentang.
commit to user
xiv SUMMARY
Nurina Kusuma Wardhani. H 1307025. 2011. An Analysis on Potato Demand in Boyolali Regency. This thesis is under guidance of Dr. Ir. Minar Ferichani, MP and Wiwit Rahayu, SP. MP. Agriculture Faculty, Surakarta Sebelas Maret University.
The objective of research is to analyze the factors affecting the potato demand and the elasticity of potato demand in Boyolali Regency. The basic method used was a descriptive analytic one. The data on time series for 17 years (1993-2009) was analyzed using a multiple-linear regression.
The result of research showed that the R2 value is 0.979 meaning that the independent variable of mode can explain the dependent variable of 97.97%, while the rest of 2.1% was explained by other variable excluded from the mode. Based on the F-test analysis, it can be found that the significance value is 0.000 and less than α = 0.01. It indicated that the independent variables observed including potato price, carrot price, rice price, gross domestic product, and population number simultaneously affect significantly the potato demand in Boyolali Regency at confidence interval of 99%.
Based on the t-test, it can be found that potato price variable affects significantly the potato demand in Boyolali Regency at confidence interval of 99%, with elasticity of 0.269 (elasticity 0<EP<1). The elasticity value less than 1 indicates that potato is the normal staple.
The carrot price variable affects significantly the potato demand in Boyolali Regency at confidence interval of 99%, with elasticity of -0.053. It can be interpreted that carrot is the complementary good for potato.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura
penting di Indonesia. Kentang pada saat ini menjadi bahan pangan alternatif
sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan.
Permintaan kentang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya
industri makanan ringan dan restoran cepat saji yang salah satu bahan
bakunya adalah kentang, sehingga akan meningkatkan permintaan kentang
baik dalam jumlah maupun mutunya (Direktorat Perbenihan, 2003).
Konsumsi kentang dikalangan masyarakat Indonesia dari tahun 2004 sampai
tahun 2009 berfluktuatif. Jumlah penduduk, konsumsi kentang dan
permintaan kentang nasional tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah penduduk, konsumsi kentang dan permintaan kentang nasional tahun 2004-2009
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, 2009
Berdasarkan Tabel 1, permintaan kentang nasional pada tahun 2004
sampai dengan tahun 2009 berfluktuatif. Permintaan kentang nasional pada
tahun 2004 sebesar 393.848.000 Kg/tahun dan permintaan kentang terbesar
terjadi pada tahun 2007 sebesar 697.059.000 Kg/tahun, kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2008 dan tahun 2009. Tabel 1 juga menunjukkan
jumlah penduduk selama kurun waktu 6 tahun yang terus mengalami
peningkatan, hal ini mempengaruhi peningkatan jumlah permintaan kentang
nasional.
commit to user
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk
mengkonsumsi kentang. Konsumsi kentang, permintaan kentang, konsumsi
energi dan sumbangan energi dari kentang di Kabupaten Boyolali tahun
1993-2009 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsumsi kentang, permintaan kentang, konsumsi energi dan sumbangan energi dari kentang di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009
Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali Tahun, 2011
Berdasarkan Tabel 2, konsumsi kentang, permintaan kentang dan
konsumsi energi dari kentang di Kabupaten Boyolali selama 17 tahun
berfluktuatif. Rata-rata permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tahun
1993-2009 sebesar 688.058,78 kg/tahun. Permintaan kentang terbesar di
Kabupaten Boyolali terjadi pada tahun 1998 sebesar 987.577,76 kg/tahun, hal
ini disebabkan harga kentang pada tahun 1998 mengalami penurunan yaitu
sebesar Rp. 1400,00 dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Setelah mengalami
commit to user
Kabupaten Boyolali mengalami penurunan sebesar 482.050,64 kg/tahun hal
ini disebabkan karena harga kentang mengalami kenaikan, sehingga
mempengaruhi jumlah permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (Tabel 3).
Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali yang berfluktuatif dengan harga
yang cenderung mengalami peningkatan mendorong peneliti untuk mengkaji
faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya fluktuatif permintaan kentang
di Kabupaten Boyolali.
B. Perumusan Masalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu komoditas
diantaranya adalah jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan harga.
Hukum permintaan mengatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam
suatu periode tertentu berubah berlawanan dengan harganya jika hal lain
diasumsikan konstan (McEachern, 2000).
Tabel 3. Harga kentang, permintaan kentang, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009
Tahun Harga Kentang
1993 2.900 878088,30 880688,20 886021
1994 3.100 681362,00 938400,50 890757
1995 3.350 757972,10 994848,20 896529
1996 3.500 559636,60 1053662,00 902727
1997 3.700 788833,10 1067102,00 907274
1998 2.300 987577,80 960995,30 912265
1999 4.200 505527,10 966914,00 917437
2000 4.550 667801,40 1161788,00 922852
2001 4.600 837620,80 3226125,00 927502
2002 4.700 717162,60 3295132,00 931380
2003 4.850 580919,50 3440684,00 935768
2004 5.000 618310,80 3542803,00 939087
2005 5.150 899674,70 3675934,00 941147
2006 5.300 659160,20 3822175,00 944181
2007 5.450 483500,50 3963578,00 947026
2008 5.600 620214,70 4113171,00 949594
2009 5.900 453637,00 4313871,00 951717
commit to user
Berdasarkan Tabel 3, harga kentang sebelum terjadi krisis moneter
cenderung mengalami penurunan dan setelah terjadi krisis moneter terjadi
peningkatan harga, baik harga riil maupun harga nominal sehingga
menurunkan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Data pendapatan riil
secara runtut waktu cenderung mengalami kenaikan yang tidak bergejolak
walaupun terjadi krisis moneter. Sementara faktor pendapatan berdasarkan
standar teori ekonomi mempengaruhi daya beli seseorang terhadap suatu
jenis barang.
Data tentang Luas panen, hasil produksi, dan produktivitas kentang di
Kabupaten Boyolali tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Luas Panen, Hasil Produksi, dan Produktivitas Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2009
Tahun Luas Panen (Ha) Hasil Produksi (Ton) Permintaan Kentang (Ton/Tahun)
Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011
Berdasarkan Tabel 4, jumlah produksi kentang di Kabupaten Boyolali
berfluktuatif, hal ini menyebabkan jumlah ketersediaan kentang di Kabupaten
Boyolali lebih kecil dari jumlah permintaan kentang sehingga merupakan
salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga kentang. Kentang dan wortel
merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi bersama, sehingga ada
tendensi wortel merupakan barang komplementer bagi kentang, disisi lain
konsumen akan terpenuhi kebutuhannya. Berdasarkan uraian diatas, maka
pada penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan kentang di
Kabupaten Boyolali?
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang Analisis Permintaan Kentang ini mempunyai tujuan
yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan
kentang di Kabupaten Boyolali.
2. Menganalisis elastisitas permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang Analisis Permintaan Kentang ini mempunyai
kegunaan :
1. Bagi Peneliti
Hasil Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dan bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang
berkaitan dengan permintaan kentang.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai tambahan
informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagai pembanding untuk
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Irvan (2006) yang berjudul Analisis Biaya Dan Keuntungan
Pada Usahatani Kentang Di Kabupaten Wonosobo menyimpulkan bahwa
biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kentang adalah sebesar Rp
19.591.013,33. Hasil produksi rata-rata yang diperoleh dari usahatani kentang
selama satu kali musim tanam per usahatani adalah 9.086,7 kg, dengan
penerimaan rata-rata 25.442.666,67 dan dengan harga Rp2.800,- per kg. Dari
hasil usahatani kentang dalam satu kali musim tanam ini, maka rata-rata
keuntungan yang diperoleh adalah Rp 5.851.653,33 per usahatani.
Pengusahaan kentang di Kabupaten Wonosobo telah efisien Perubahan
kenaikan biaya sebesar 10%,20% dan 25% dan penurunan harga sebesar 10%
dan 20% masih dapat memberikan keuntungan pada usahatani kentang
sedangkan penurunan harga 25 % sudah tidak dapat memberikan keuntungan.
Untuk perubahan variabel yaitu kenaikan biaya dan penurunan harga secara
besama-sama pada perubahan tingkat 10% masih dapat memberikan
keuntungan, sedangkan perubahan secara bersama pada tingkat 20% dan 25%
sudah tidak dapat memberikan keuntungan.
Penelitian Nurulita (2011) yang berjudul Analisis pemasaran kentang
(Solanum tuberosum l.) di kabupaten Wonosobo menyimpulkan bahwa
terdapat tiga pola saluran pemasaran kentang yaitu, saluran pemasaran I:
Petani Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang Luar Kota,
saluran pemasaran II: Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang
Luar Kota, saluran pemasaran III: Petani Pedagang Pengumpul Desa
Pe pedagang pengecer Konsumen. Total biaya pada saluran
pemasaran I sebesar Rp 386,19 per kg untuk tiap kualitas kentang. Total
biaya pada saluran pemasaran I sebesar Rp 246,16 per kg untuk tiap kualitas
kentang. Total biaya pada saluran pemasaran I sebesar Rp 329,79 per kg
untuk tiap kualitas kentang. Besarnya keuntungan dan marjin pemasaran pada
tiap saluran pemasaran berbeda-beda untuk tiap kualitas kentang. Saluran II
commit to user
adalah saluran pemasaran kentang yang paling efisien, memiliki persentase
margin pemasaran terendah yaitu sebesar 9,24 %; 10,70 % dan 20,00 % untuk
kentang kualitas AB, DN dan rindil serta memiliki nilai farmer’s share-nya
lebih tinggi yaitu sebesar 90,76 %; 89,30 % dan 80,00 % untuk kentang
kualitas AB, DN dan rindil.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kentang yang diteliti
menggunakan analisis ilmu usahatani dan pemasaran akan tetapi belum ada
yang menggunakan analisis permintaan dalam penelitiannya, sehingga
peneliti tertarik untuk menggunakan analisis permintaan dalam penelitian
skripsi dengan daerah penelitian yang berbeda yaitu Kabupaten Boyolali.
Untuk menunjang dan sebagai referensi dalam penelitian, maka peneliti
menggunakan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan analisis yaitu
analisis permintaan dengan komoditi yang berbeda, uraiannya sebagai
berikut: Penelitian Hendriani (2005) yang berjudul Analisis Permintaan
Beras di Kabupaten Karawang menyimpulkan bahwa harga beras, harga
jagung, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Hasil perhitungan
diperoleh besarnya angka elastisitas harga beras adalah sebesar 0,024
(elastisitasnya 0<EP<1) yang berarti bahwa permintaan beras bersifat
inelastis. Berdasarkan penelitian ini elastisitas harga silang harga jagung
adalah sebesar 0,008 %, artinya jika harga jagung naik 1 %, maka jumlah
permintaan beras akan naik sebesar 0,008 %. Nilai elastisitas harga silang
yang positif ini menandakan bahwa jagung merupakan barang subtitusi untuk
beras. Berdasarkan Penelitian ini nilai elastisitas pendapatan adalah sebesar
0,227 %, artinya jika pendapatan per kapita naik 1%, maka jumlah
permintaan beras akan naik sebesar 0,227 %.
Penelitian Wiwin (2006) yang berjudul Analisis Permintaan Beras Di
Kabupaten Pati menghasilkan kesimpulan yaitu harga beras, harga tepung
gandum, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di
Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa variabel harga
commit to user
beras di Kabupaten Pati pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga beras
dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan beras
terhadap tingkat kepercayaan 95%. Harga telur ayam ras tidak berpengaruh
nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Pati. Variabel yang
memberikan pengaruh paling besar terhadap permintaan beras di Kabupaten
Pati adalah jumlah penduduk yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar
yaitu 0,86710. Berdasarkan elastisitas harga, permintaan beras bersifat
inelastis yang menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta berubah
dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Harga tepung
gandum memiliki nilai elastisitas silang positif dan merupakan barang
subtitusi bagi beras, sedangkan harga telur ayam memliki elastisitas negatif
dan merupakan barang komplementer. Berdasarkan elastisitas harga beras
bersifat inelastis yang menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta
berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Harga
tepung gandum memiliki nilai elastisitas silang positif dan merupakan barang
subtitusi bagi beras, sedangkan harga telur ayam memliki elastisitas negatif
dan merupakan barang komplementer.
Penelitian Agung (2010) yang berjudul Analisis Penawaran dan
Permintaan Tembakau (Nicotiana sp.) Di Indonesia menghasilkan
kesimpulan yaitu harga tembakau, harga cengkeh, pendapatan masyarakat
secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan tembakau di
Indonesia. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa variabel harga
tembakau, harga cengkeh, pendapatan masyarakat berpengaruh nyata
terhadap permintaan tembakau di Indonesia pada tingkat kepercayaan 90%.
Jumlah permintaan tembakau tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara
nyata terhadap model permintaan pada taraf kepercayaan 90%, karena
besarnya hasil uji-t untuk Variabel Dp diperoleh t-hitung sebesar 1,010,
dimana nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel yaitu sebesar 1,753 yang berari
bahwa permintaan tembakau tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara
nyata terhadap permintaan tembakau di Indonesia. Variabel yang memberikan
commit to user
pendapatan masyarakat yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar
yaitu 0,109606 berarti kenaikan pendapatan masyarakat sebesar
Rp. 1/kapita/tahun akan meningkatkan permintan tembakau di Indonesia
sebesar 0,109606 ton.
Kelima hasil penelitian diatas dijadikan referensi penelitian oleh
peneliti dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan elastisitas
permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.
B. Landasan Teori
1. Kentang
Berdasarkan klasifikasinya, tanaman kentang termasuk:
Divisio : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanoceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum
Tanaman kentang yang merupakan tanaman semusim yang
berbentuk semak, tingginya dapat mencapai 0,3 - 1 meter, batangnya agak
lunak, berbulu dan bercabang, akarnya akar serabut. Tanaman kentang
diperbanyak dengan umbinya, atau dengan potongan umbi yang
mengandung sedikitnya satu mata tunas (buds). Umbi dipanen setelah
umur 110 - 150 hari sejak tanam (Ashari, 1995).
Kentang dapat tumbuh subur di tempat yang cukup tinggi, seperti di
daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar 500 – 3.000 m dpl, namun
tempat ideal berkisar antara 1.000 – 1.300 m dpl. Curah hujan yang cocok
kira-kira 1.500 mm per tahun. Suhu udara yang ideal untuk kentang
berkisar antara 15 – 18 oC pada malam hari dan 24 – 30 oC pada siang hari.
Tanah yang baik untuk kentang adalah tanah yang gembur dengan sedikit
commit to user
Varietas kentang di Indonesia diantaranya, varietas granola dan
varietas atlantic. Varietas granola merupakan kentang dengan bentuk umbi
oval, kulit dan daging umbi berwarna kuning. Umur genjah (80-90 hari),
dan tahan terhadap berberapa penyakit berbahaya.potensi hasil tinggi,
yakni dapat mencapai 30-35 ton per hektar.
Varietas atlantic memiliki bentuk bulat seperti bola tenis, kulit
kuning dan daging umbi putih, dengan mata tunas sedikit. Tanaman rentan
terhadap penyakit busuk bakteri (Pseudomonas solanacearum), dan busuk
cendawan (Phytophthora infestans) dan nematoda Meloidigyne sp.
terutama didaerah kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Potensi hasil
yang tinggi mencapai 700 g/butir dengan cita rasa yang sangat cocok
untuk kentang goreng (chip stick) (Hartus, 2001)
Varietas kentang yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan
di Kabupaten Boyolali adalah varietas granola karena rasanya yang enak
bila dikonsumsi. Pembudidayaannya sesuai dengan kondisi wilayah
Kabupaten Boyolali yang memiliki kelembaban yang tinggi yaitu di
Kecamatan Selo karena berada dibawah lereng gunung merapi. Kabupaten
Boyolali tidak mengadakan kerjasama atau di kontrak industri makanan
dalam membudidayakan kentang, karena kentang hanya untuk konsumsi
masyarakat Kabupaten Boyolali sendiri dan jumlahnya belum mampu
memenuhi kebutuhan konsumsi akan kentang sehingga Kabupaten
Boyolali mendatangkan kentang dari daerah Wonosobo dan Bandungan
(BPS Kabupaten Boyolali, 2011)
2. Budidaya Kentang
2.1Pembibitan
Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram,
umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi
berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi
keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam. Bila bibit membeli
(usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan
commit to user
Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas
yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC
NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).
2.2Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu
sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140
cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air
sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Natural Glio yang sudah terlebih
dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu,
ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio
dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).
2.3Teknik Penanaman
a. Pemupukan Dasar
1) Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha),
dan KCl (75 kg/ha).
2) Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air
secukupnya secara merata di atas bedengan,
dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika
menggunakan SUPER NASA dengan cara : alternatif 1 : 1
botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan
induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk
tadi untuk menyiram bedengan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor
vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk
menyiram 10 meter bedengan. Penyiraman
POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum pemberian
pupuk kandang.
3) Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah
bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu
commit to user
b. Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm
dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha
(bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan
(April-Juni).
2.4Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak
tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman
2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan
penggemburan.
c. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk
mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi
perebutan unsur hara.
d. Pemupukan Susulan
1) Pupuk Makro Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha
dan 45 hst 150 kg/ha. SP-36: 21 hst 250 kg/ha. KCl: 21 hst 150
kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha. Pupuk makro diberikan jarak 10 cm
dari batang tanaman.
2) POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu.
Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4
tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air.
Alternatif II : 5 - 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6
tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air.
3) HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal
jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3
commit to user
e. Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power
Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab
(sekitar 15-20 menit).
2.5Hama dan Penyakit
a. Hama
1) Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya.
Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur;
(2) penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.
2) Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman,
juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan
membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona
atau BVR.
3) Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan
tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap
infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran Pestona.
4) Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti
benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus
ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang
karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian:
Pengocoran Pestona.
5) Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih,
berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan
dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda.
Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang;
commit to user
b. Penyakit
1) Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul
bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga
warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian
tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun
membusuk/mati. Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan
dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam.
2) Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum.
Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan
daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian:
sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan
penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
3) Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun
menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian
tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak
berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi
muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun
dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan
penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
4) Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang
menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang
kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui
luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian:
menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan
pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio
commit to user
5) Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman
sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak
kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun
muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan,
kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman.
Pencegahan : Natural Glio sebelum/awal tanam.
6) Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus
(PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X
(PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus
Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato
Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus
M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus
S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan,
tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi
kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan
jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan
pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus
persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda.
Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus,
pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit
bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan
membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan
Pestona atau BVR dan melakukan pergiliran tanaman.
2.6Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari,
tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat
dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan
disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna
commit to user
daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari
(Setiyadi dan Surya, 1998).
3. Konsumen Kentang di Kabupaten Boyolali
Konsumen kentang di Kabupaten Boyolali dibedakan menjadi
konsumen rumah tangga, konsumen lembaga (hotel, restoran, rumah
sakit). Konsumen rumah tangga mengkonsumsi kentang dalam menu
masakan, misalnya perkedel, sambal goreng kentang, sop, kentang rebus
dan lain-lain. Konsumen lembaga relatif sama dengan konsumen rumah
tangga (Disperindagsar, 2011).
4. Teori Permintaan
Permintaan menunjukkan produk yang diinginkan dan mampu dibeli
konsumen pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu
dan hal lain diasumsikan konstan. Hukum permintaan mengatakan bahwa
jumlah barang yang diminta dalam suatu periode tertentu berubah
berlawanan dengan harganya jika hal lain diasumsikan konstan
(McEachern, 2000).
Faktor-faktor yang menentukan permintaan antara lain harga barang
tersebut, harga barang lain, pendapatan dan jumlah populasi. Permintaan
akan suatu barang dipengaruhi juga oleh sejumlah pengaruh lain
(preferensi, musim, informasi dan lain-lain). Meskipun pengaruh-pengaruh
itu mungkin sangat penting dalam dunia nyata, pengaruh-pengaruh ini
biasanya dianggap konstan menurut asumsi cateris paribus dalam analisis
teoritis (Nicholson, 1992).
Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut, oleh
karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah
barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan
dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat di pasar. Keadaan
suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual
commit to user
pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang
diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan equilibrium
dalam suatu pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan atau
penentuan harga suatu barang di pasar antara lain jumlah barang yang
diminta oleh konsumen, jumlah barang yang ditawarkan dan situasi atau
keadaan pasar tersebut, apakah merupakan persaingan sempurna atau pasar
persaingan tidak sempurna (Sukirno, 2005).
Harga barang lainnya terdiri dari harga barang subtitusi dan
komplementer. Barang subtitusi adalah barang-barang yang dapat saling
menggantikan satu sama lain dalam konsumsi. Barang komplementer
adalah barang-barang yang digunakan bersama dalam pengertian bahwa
para individu akan menambah pemakaian atas kedua barang itu secara
serempak. Barang X dan Y disebut barang komplemen jika kenaikan harga
barang X menyebabkan harga barang Y lebih sedikit diminta. Keduanya
merupakan barang subtitusi jika kenaikan harga barang X menyebabkan
harga barang Y lebih banyak diminta (Nicholson, 1992).
Apabila pendapatan naik maka dapat diperkirakan bahwa orang akan
membeli lebih banyak beberapa komoditi, walaupun harga
komoditi-komoditi itu tetap sama. Harga berapapun yang diambil, jumlah komoditi-komoditi
yang diminta akan lebih banyak daripada yang diminta sebelumnya pada
tingkat harga yang sama. Pertumbuhan jumlah penduduk belum
menciptakan permintaan baru. Penduduk yang bertambah ini harus
mempunyai daya beli sebelum permintaan berubah. Tambahan orang
berusia kerja tentunya akan menciptakan pendapatan baru. Apabila hal ini
terjadi maka permintaan untuk semua komoditi yang dibeli oleh penghasil
pendapatan baru akan meningkat sehingga kenaikan jumlah penduduk
akan menggeser kurva-kurva permintaan untuk komoditi kearah kanan,
yang menunjukkan bahwa akan lebih banyak komoditi yang dibeli pada
setiap tingkat harga (Lipsey et al, 1991).
Sudarsono (1983), mengemukakan bahwa kurva permintaan
commit to user
turun, akan lebih banyak yang dibeli atau disebut hukum permintaan.
Bilamana salah satu dari kondisi “Cateris paribus” berubah, maka seluruh
kurva permintaan akan bergeser atau disebut dengan perubahan
permintaan, seperti ditunjukkan gambar berikut ini:
Harga P3
P2
P0
D0 D1
O Q3 Q0 Q2 Q1 Q (kuantitas)
Gambar 1. Kurva Permintaan
(Sudarsono,1983).
Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat seperti grafik berikut ini:
Harga
D2 D0 D1
Kuantitas per periode Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan
(Lipsey et al (1991).
Pergeseran kurva permintaan ke kanan (dari D0 ke D1) menunjukkan
adanya kenaikan permintaan bisa disebabkan oleh naiknya pendapatan,
kenaikan harga barang substitusi, turunnya harga barang komplementer,
perubahan selera yang mengarah ke komoditi itu, kenaikan jumlah
penduduk, adanya pendistribusian kembali pendapatan kepada kelompok
yang menyukai komoditi itu. Pergeseran kurva permintaan ke kiri
(dari D0 ke D2) yang menunjukkan adanya penurunan permintaan bisa
commit to user
naiknya harga barang komplementer, perubahan selera yang tidak
menyukai komoditi itu, penurunan jumlah penduduk, atau adanya
redistribusi pendapatan mengurangi kelompok yang menyukai komoditi
itu (Lipsey et al, 1991).
Arsyad (1995), mengemukakan bahwa permintaan menggambarkan
hubungan fungsional antara harga dengan jumlah barang yang diminta.
Semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang
yang diminta oleh konsumen. Semakin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit jumlah barang yang diminta. Hubungan terbalik (negatif) ini
dikenal dengan nama hukum permintaan. Hubungan terbalik antara jumlah
barang yang diminta dengan harga dapat dijelaskan dengan 2 keadaan:
1. Jika harga suatu barang naik, maka konsumen akan mencari barang
pengganti (subtitute), barang pengganti tersebut akan dibeli apabila
mereka menginginkan tingkat kepuasaan yang lebih tinggi dari setiap
rupiah uang yang dibelanjakan daripada mereka membeli barang yang
pertama.
2. Jika harga naik, maka pendapatan merupakan kendala atau pembatas
yang lebih banyak.
Nicholson (1992), permintaan konsumen merupakan suatu interaksi
antara dua kekuatan, yaitu (1) bahwa konsumen diasumsikan memiliki
preferensi atau minat pada komoditi, dan (2) konsumen diasumsikan
mempunyai pendapatan yang terbatas yang membatasi kemampuan
membeli komoditi-komoditi tersebut. Boediono (1985) menjelaskan
bahwa adanya dua pendekatan untuk menerangkan mengapa konsumen
berperilaku seperti yang dinyatakan oleh hukum permintaan yaitu
pendekatan marginal utility dan pendekatan indifferent curve. Preferensi
dirumuskan berdasarkan konsep utilitas. Utilitas atau faedah atau
kegunaan adalah kepuasan yang diperoleh seseorang dari berbagai
kegiatan yang dikerjakannya.
Richard (1992), mengemukakan bahwa utilitas total digambarkan
commit to user
pembelian tertentu, utilitas total yang diperoleh konsumen dari pemilikan
suatu barang mencapai maksimum, di atas tingkat konsumsi tersebut,
utilitas total turun jika tidak ada alasan lain kecuali masalah penyimpanan,
pada titik q1, konsumen mencapai titik kejenuhan. Kurva utilitas total
sebagaimana digambarkan pada Gambar 3, mempunyai dua bentuk sampai
pada konsumsi di tingkat qo. Kurva ADC menunjukkan konsep utilitas
marginal yang semakin menurun (diminishing marginal utility), yakni
utilitas total naik dengan tingkat yang menurun. Kurva ABC menunjukkan
utilitas marginal yang semakin naik (increasing marginal utility), yakni
utilitas total naik dengan angka yang meningkat.
Utilitas
E TU
C
D
A B
A qo q1
Gambar 3. Kurva Marginal Utility
Utilitas marginal dirumuskan sebagai perubahan utilitas total sebagai
akibat perubahan 1 unit barang konsumsi per unit waktu. Sepanjang garis
ABCE, utilitas marginal tersebut mula-mula naik dan kemudian turun.
Konsep utilitas marginal inilah yang memungkinkan untuk menganalisa
perilaku konsumen di pasar, bila mengasumsikan bahwa orang ingin
memaksimalkan kepuasannya berdasarkan pendapatan yang terbatas dan
harga barang-barang yang dapat dikonsumsinya. Jadi berdasarkan
pendapatan yang terbatas, harga produk dan fungsi dari utilitas tertentu,
konsumen berusaha memaksimalkan utilitas (Richard, 1992).
4.1 Elastisitas
Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi
permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang
commit to user
elastisitas permintaan, yaitu elastisitas harga (barang sendiri), elastisitas
silang (terhadap perubahan harga barang lain), elastisitas pendapatan
(terhadap perubahan pendapatan atau anggaran belanja)
(Sudarsono, 1983).
Nicholson (1992) menyebutkan beberapa macam konsep elastisitas
yang berhubungan dengan permintaan yaitu
a. Elastisitas Harga atas permintaan
Elastisitas harga adalah perubahan persentase pada jumlah
suatu barang yang diminta yang ditimbulkan oleh perubahan 1
persen pada harganya.
perubahan persentase jumlah yang diminta ∆Q/Q EQ,P = =
perubahan persentase harga barang tersebut ∆P/P
1) Bila E Q,P < -1 dikatakan bahwa permintaan elastis, maka
proporsi kenaikan harga lebih besar daripada proporsi
penurunan jumlah. Jika sebuah kurva disebut elastis maka harga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap jumlahnya.
2) Bila E Q,P = -1 dikatakan bahwa permintaan unit elastis, maka
harga tidak mempunyai pengaruh yang besar atas jumlah yang
diminta
3) Bila E Q,P > -1 dikatakan inelastis, maka harga tidak mempunyai
pengaruh terhadap jumlahnya.
Kurva yang elastis, sedikit saja terjadi perubahan dalam harga
akan menyebabkan perubahan yang besar dalam permintaan. Kurva
yang unitary elastis, prosentase perubahan dalam jumlah barang
yang diminta sama dengan prosentase perubahan harga. Kurva
inelastis, prosentase perubahan dalam jumlah barang yang diminta
lebih kecil dari prosentase perubahan harga (Nicholson, 1992).
b. Elastisitas Pendapatan atas permintaan
McEachern (2000), mengemukakan bahwa elastisitas
commit to user
barang yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap suatu kenaikan
pendapatan sebesar 1 persen
Perubahan persentase jumlah permintaan akan barang X EQ,I =
Perubahan persentase pendapatan
Untuk barang normal, EQ,I adalah positif karena kenaikan
pendapatan akan menaikkan pembelian barang tersebut. Sebaliknya
untuk barang inferior, EQ,I akan menjadi negatif. Kenaikan
pendapatan akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang
diminta. Diantara barang-barang normal terdapat perhatian yang
cukup besar mengenai apakah EQ,I lebih besar atau lebih kecil dari 1.
Barang-barang yang EQ,I-nya lebih besar dari 1 disebut barang
mewah dalam arti bahwa pembelian barang-barang ini naik dengan
lebih cepat daripada pendapatan
McEachern (2000), menambahkan pada barang inferior,
elastisitas pendapatannya menjadi negatif, sehingga permintaan
untuk barang semacam ini cenderung menurun dengan naiknya
pendapatan. Permintaan untuk sebagian besar barang akan naik bila
pendapatan naik. Barang tersebut disebut sebagai barang normal,
yang elastisitas pendapatannya lebih besar daripada nol. Barang
normal dengan elastisitas pendapatan kurang daripada 1 disebut
sebagai inelastis terhadap pendapatan. Barang kebutuhan pokok
seringkali mempunyai EP < 1. Barang dengan elastisitas pendapatan
lebih besar daripada 1 disebut elastis terhadap pendapatan. Barang
mewah seringkali mempunyai EP > 1.
c. Elastisitas Silang atas permintaan
McEachern (2000), mengemukakan bahwa elastisitas silang
terhadap permintaan adalah perubahan harga satu barang tidak hanya
berpengaruh terhadap jumlah permintaan atas barang itu, tetapi juga
commit to user
% perubahan jumlah yang diminta akan barang (X) Es =
% perubahan harga untuk barang lain (Y)
Perubahan jumlah barang X yang diminta tersebut adalah
semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga barang Y. dalam arti
ekonomi, selain besaran angka elastisitas silang, yang lebih penting
lagi adalah tandanya. Tanda positif berarti barang X dan Y
merupakan barang subtitusi, sedangkan bila tandanya negatif maka
barang X dan Y adalah barang komplementer. Makin besar angka
elastisitas itu makin dekat hubungan antara kedua barang yang
bersangkutan.
Jika kenaikan harga suatu barang mengakibatkan kenaikan
permintaan barang yang lain, maka nilai elastisitas harga silangnya
adalah positif, dan kedua barang tersebut bersubstitusi. Kenaikan
harga suatu barang menyebabkan penurunan permintaan barang yang
lain, maka nilai elastisitas harga silangnya adalah negatif, dan kedua
barang tersebut dikatakan mempunyai hubungan komplementer.
Sebagian besar pasangan barang yang diambil secara acak biasanya
tidak berhubungan, sehingga nilai elastisitas harga silangnya
mendekati nol.
4.2 Efek Subsitusi dan Efek Pendapatan
McEachern (2000), mengemukakan bahwa pengaruh perubahan
harga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu efek substitusi dan efek
pendapatan. Berdasarkan efek substitusi, bila harga suatu barang turun,
konsumen cenderung mensubstitusikan dengan barang lain yang
harganya menjadi relatif lebih mahal. Berdasarkan efek pendapatan,
penurunan harga suatu barang akan meningkatkan pendapatan riil
konsumen yaitu pendapatan yang diukur dengan apa yang dapat dibeli,
sehingga konsumen menjadi lebih mampu membeli barang (konsumen
commit to user
Perbedaan efek substitusi dan efek pendapatan dapat digunakan
untuk menentukan apakah suatu barang itu normal (termasuk superior)
ataukah tergolong barang inferior (termasuk giffen). Barang normal
adalah barang yang efek pendapatannya selalu positif. Bila efek
pendapatan lebih besar daripada nilai absolut efek substitusi, barang ini
tergolong superior. Barang inferior adalah barang yang mempunyai efek
pendapatan negatif. Bila efek pendapatan negatif ini lebih besar daripada
nilai absolut efek substitusi, barang ini tergolong giffen
(Sudarsono, 1983).
Harga
Y
A
C
O X1 X2 Xt B D B1 X kuantitas
Gambar 4. Barang Inferior : Efek Substitusi (e.s) dan Efek Pendapatan (e.p)
Harga
O X1 X2 Xt kuantitas
Gambar 5. Kurva Permintaan Barang Inferior
Harga
E1
E2 T
commit to user
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
1. Teori Dasar Permintaan
Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli
dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara
jumlah barang yang diminta dengan semua faktor yang
mempengaruhinya (Arsyad, 1995). Hubungan antara permintaan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya ditunjukkan dalam satu bentuk
fungsi permintaan sebagai berikut:
Qd = f (X1, X2, Y, JP)
Keterangan:
Qd: Permintaan terhadap suatu barang (kg/th)
X1: Harga barang yang dimaksud (Rp/th)
X2: Harga barang lain (substitusi dan komplementer) (Rp/th)
Y: Tingkat Pendapatan (rupiah/th)
JP: Jumlah penduduk (jiwa)
(Futong, 2002).
2. Estimasi Fungsi Permintaan
Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan
adalah model regresi non linear berganda dengan model perpangkatan
atau eksponensial. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut:
Qd = b0. X1b1. X2b2. X3b3 . X4b4. X5b5
Fungsi tersebut berbentuk non linier sehingga agar dapat diestimasi
harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk double
logaritmik linier, sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut:
ln Qd = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3+ b4 ln X4 + b5 ln X5
Keterangan :
Qd = permintaan suatu barang (kg/th)
X1 = harga barang tersebut (Rp/th)
X2 = harga barang subtitusi (Rp/th)
X3 = harga barang komplementer (Rp/th)
commit to user
X5 = jumlah penduduk (jiwa)
b0 = konstanta
b1-b4 = koefisien masing-masing variabel
(Sumodiningrat, 1994).
Estimasi terhadap fungsi permintaan menggunakan metode kuadrat
terkecil yang biasa (Ordinary Least Square/OLS). Metode ini akan
dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang
minimum dalam kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear
Unbiased Estimator/BLUE) (Supranto, 1984).
Nachrowi (2005), menjelaskan tentang keistimewaan model
log-log dalam aplikasinya adalah slope β2 dalammodel ln Y = ln β1+ β2 ln X
menyatakan ukuran elastisitas Y terhadap X, yaitu ukuran persentase
perubahan dalam Y bila diketahui perubahan persentase X. dengan
perkataan lain, bila Y menyatakan kuantitas yang diminta dan X
menyatakan harga komoditas per unit, maka β2 menyatakan elastisitas
harga dari permintaan. Hal lain yang dapat diperhatikan dalam model ini
adalah koefisien elastisitas antara Y dan X selalu konstan. Artinya bila
lnX berubah 1 unit, perubahan lnY akan selalu sama meskipun elastisitas
tersebut diukur pada lnX yang mana saja. Oleh karena itu, model ini
disebut juga model elastisitas konstan. Selain itu β1 dan β2 juga bisa
diinterpretasikan dengan mengembalikan model ke bentuk semula. Jadi
β1 dan β2 diinterpretasikan melalui e β1dan e β2. Model tersebut juga
menunjukkan bahwa bila harga komoditas mahal sekali, maka
permintaan akan minimal yaitu e β1, dan bila harganya murah sekali maka
permintaan maksimal.
Gambar 7, harga tidak akan pernah mencapai nol. Maka dapat
dikatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam regresi linier dapat
commit to user
Q
e β1
Harga Gambar 7. Fungsi Permintaan dan Harga
commit to user
Kerangka berpikir Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali
dapat dilihat pada gambar 8 berikut :
Barang Mewah/Normal/
Inferior
Elastisitas/ Inelastis Elastisitas Harga Sendiri
Analisis Permintaan Kentang Di Kabupaten Boyolali
Gambar 8. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali
Elastisitas Harga Silang Elastisitas
Pendapatan
Subsitusi/ Komplementer
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali
Faktor Ekonomi Faktor Non Ekonomi
Pendapatan Harga Barang
Faktor Sosial
Jumlah penduduk
Harga Barang Lain Harga Barang
commit to user
D. Hipotesis
1. Diduga bahwa harga kentang, harga wortel, harga beras, jumlah
penduduk dan pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali berpengaruh
terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali.
2. Diduga kentang termasuk barang normal dan permintaan kentang bersifat
inelastis.
3. Diduga wortel sebagai barang subsitusi dari kentang.
4. Diduga beras sebagai barang komplementer dari kentang.
E. Pembatasan Masalah
1. Data yang digunakan adalah data time series yaitu berupa data tahunan
permintaan kentang, harga kentang, harga beras, harga wortel, jumlah
penduduk, dan pendapatan perkapita selama 17 tahun dari tahun 1993
sampai dengan tahun 2009.
2. Data kentang pada penelitian, semua merupakan data kentang sayur,
karena data dari BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali tidak
diperoleh data tentang komoditi kentang untuk industri makanan.
F. Asumsi-asumsi
1. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dianggap tidak berpengaruh.
2. Jenis kentang tidak dibedakan atau dianggap sama.
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Permintaan kentang adalah jumlah kentang yang dikonsumsi oleh
penduduk di Kabupaten Boyolali, dinyatakan dalam satuan kg/tahun.
2. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kabupaten
Boyolali per tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.
3. Harga kentang adalah harga rata-rata kentang ditingkat konsumen rumah
tangga dan industri pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten
Boyolali, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.
4. Harga wortel adalah harga rata-rata wortel ditingkat konsumen rumah
tangga dan industri pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten
commit to user
5. Harga beras adalah harga rata-rata beras ditingkat konsumen rumah
tangga dan industri pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten
Boyolali, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.
6. Indeks harga konsumen adalah angka yang menunjukkan besarnya
perubahan rata-rata dari harga-harga kelompok atau sekumpulan barang
dari satu waktu ke waktu lainnya.
7. Harga sebelum terdeflasi adalah besarnya harga pada tahun yang
bersangkutan.
8. Harga terdeflasi adalah besarnya perubahan harga-harga yang berlaku
jika dibandingkan dengan tahun dasar.
Untuk menghilangkan pengaruh inflasi pada harga, harga dideflasi
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100). Harga
terdeflasi dapat dicari dengan rumus berikut ini :
Hx = Ht
IHKt IHKd´
Keterangan :
Hx = Harga yang terdeflasi
IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar
IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t
Ht = Harga sebelum terdeflasi
Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002,
dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian
Indonesia dalam keadaan relatif stabil.
9. Pendapatan perkapita yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil
perkapita penduduk Kabupaten Boyolali per tahun yang dinyatakan
dalam rupiah. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan
pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan
indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Tahun dasar yang digunakan
pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun
tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil.
commit to user
Yt = Yabt IHt IRd
´
Keterangan:
Yt = pendapatan penduduk tahun t
IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar
IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah-masalah-masalah yang
aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis (Surakhmad, 1998).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Boyolali. Kabupaten
Boyolali memiliki tingkat konsumsi kentang yang berfluktuatif (Tabel 2).
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
time series (dari waktu ke waktu). Data sekunder adalah data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain,
biasanya dalam bentuk publikasi (Supranto, 1984). Data sekunder yang
digunakan dalam bentuk data tahunan berupa data permintaan kentang, harga
kentang, harga beras, harga wortel, jumlah penduduk, dan pendapatan
perkapita selama 17 tahun, yaitu dari 1993 sampai dengan tahun 2009.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari Dinas
Pertanian Kabupaten Boyolali, Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Pengelolaan Pasar Kabupaten Boyolali, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Boyolali, Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura,
Departemen Pertanian, Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, serta
instansi terkait lainnya.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode regresi linear berganda dengan penaksir kuadrat terkecil atau OLS
(Ordinary Least Square). Penaksir kuadrat terkecil atau OLS yaitu proses
matematis untuk menentukan intersep dan slope garis yang paling tepat yang