60
Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Kartika yaitu di SDN Lemahireng 01 serta SDIT Permata Bunda Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang dengan subjek penelitian siswa kelas IV sebanyak 116 siswa, yaitu kelompok eksperimen sebanyak 58 siswa dan kelompok kontrol sebanyak 58 siswa.
Sekolah dasar Negeri Lemahireng 01 merupakan SD Inti, dan SDIT Permata Bunda merupakan satu-satunya SD swasta yang termasuk dalam Gugus Kartika. SD Negeri Lemahireng 01 terletak di Dusun Krajan RT 06 RW 01 Desa Lemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, sedangkan SDIT Permata Bunda terletak di Jalan Gatot Subroto No.15 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Kita dapat dengan mudah menemukan SD Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda karena letaknya yang dekat dengan jalur lintas Solo-Semarang, dan tidak jauh dari terminal Bawen.
Adapun alasan yang menjadi pertimbangan peneliti memilih SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda adalah melihat dari proses pembelajaran IPA di sekolah-sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional serta minat belajar siswa yang rendah. Serta hasil belajar IPA siswa kelas IV masih banyak yang di bawah KKM, yaitu hanya 40% dari 30 siswa kelas IVA SDN Lemahireng 01, 33,33% dari 30 siswa kelas IVB SDN Lemahireng 01, 35,71% dari 28 siswa kelas IVA SDIT Permata Bunda dan 39,28% dari 28 siswa kelas IVB SDIT Permata Bunda
yang mencapai KKM yaitu ≥ 65. Selain itu pada saat pembelajaran
berlangsung siswa sibuk bermain sendiri, dan ada pula yang mengganggu temannya. Siswa terlihat jenuh dan bosan ketika mengikuti pembelajaran guru yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru hanya menjelaskan konsep tanpa ada kegiatan yang mendukung siswa agar merasa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sampai selesai. Oleh karena itulah peneliti memilih kelas IV SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda sebagai subjek penelitian dengan bahan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan dalam pembelajaran menggunakan model Inquiry Learning dan Discovery Learning.
4.1.1. Pelaksanaan Penelitian
dengan materi Perubahan Lingkungan pada tanggal 18 Maret 2015. Pada tanggal 19 Maret 2015 peneliti melakukan kegiatan pembelajaran 1 pada kelas eksperimen SDIT Permata Bunda kelas IVA dengan materi Perubahan Lingkungan. Kemudian pada tanggal 20 Maret 2015 peneliti melakukan kegiatan pembelajaran 1 pada kelas kontrol SDIT Permata Bunda kelas IVB dengan materi Perubahan Lingkungan. Peneliti kembali melanjutkan kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen SDN Lemahireng 01 kelas IVA meneruskan materi Perubahan Lingkungan pada tanggal 24 Maret 2015. Kemudian pada tanggal 25 Maret 2015 peneliti melakukan Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas kontrol SDN Lemahireng 01 kelas IVB meneruskan materi Perubahan Lingkungan. Pada tanggal 26 Maret 2015 dilakukan kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen SDIT Permata Bunda kelas IVA meneruskan materi Perubahan Lingkungan. Dan pada hari terakhir penelitian yaitu tanggal 27 Maret 2015 dilakukan kegiatan pembelajaran 2 pada kelas kontrol SDIT Permata Bunda kelas IVB meneruskan materi Perubahan Lingkungan.
4.2.Hasil Penelitian Kelas Eksperimen
4.2.1.Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Learning Sebagai Kelompok Eksperimen
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit). Pertemuan pertama di kelas IVA SDN Lemahireng 01 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Maret 2015. Sedangkan pertemuan pertama di kelas IVA SDIT Permata Bunda dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 Maret 2015.
a.Pertemuan Pertama
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, memasang LCD, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk proses belajar mengajar. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah sumber-sumber energi dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1. Orientasi
Pada tahap orientasi, guru bertanya kepada siswa tentang apa yang mereka ketahui tentang angin, siswa menyebutkan pengertian angin dan nama-nama angin yang mereka ketahui.
2. Merumuskan Masalah
Pada tahap merumuskan masalah, guru menampilkan video pendek mengenai terjadinya angin darat dan angin laut, berdasarkan video tersebut siswa menyebutkan manfaat angin dan kerugian yang ditimbulkan akibat angin. Kemudian guru kembali memperlihatkan video tentang terjadinya hujan, berdasarkan video tersebut siswa menyebutkan air hujan yang tidak diserap tanah dapat mengakibatkan banjir.
3. Merumuskan Hipotesis
Pada tahap merumuskan hipotesis, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok Inquiry. Melalui kerja kelompok, siswa mengidentifikasi tentang penyebab perubahan lingkungan.
b.Pertemuan Kedua
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, memasang LCD, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk proses belajar mengajar. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah Energi dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1. Mengumpulkan Data
sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ini, siswa menyebutkan terjadinya angin darat dan angin laut serta terjadinya hujan dan apa akibat yang terjadi apabila air hujan tidak diserap tanah, siswa juga mendeskripsikan manfaat dan kerugian gelombang laut serta peran matahari untuk makhluk hidup siswa mendeskripsikan manfaat dan kerugian gelombang laut serta peran matahari untuk makhluk hidup.
2. Menguji Hasil
Pada tahap menguji hasil, guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberi tanggapan terhadap hasil kerja kelompok yang presentasi. Guru memberi tanggapan dan saran kepada setiap kelompok yang telah presentasi dan terhadap tanggapan dari kelompok lain terhadap kelompok yang telah melakukan presentasi.
3. Merumuskan Kesimpulan
Pada tahap merumuskan kesimpulan, guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran pada hari ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dimengerti, guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning.
Pada kegiatan awal pembelajaran ada 5 aspek yang diamati diantaranya adalah sebagai berikut : 1) mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, 2) melakukan apersepsi pembelajaran, 3) menjelaskan tujuan pembelajaran, 4) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, 5) melakukan motivasi pembelajaran. Semua aspek tersebut
terlaksana dengan runtut.
aspek yang diamati 1) Memancing pengetahuan siswa untuk menyebutkan hal-hal yang mereka ketahui tentang angin, 2) memancing pengetahuan siswa mengenai pengertian angin dan nama-nama angin yang mereka ketahui. Terlaksana. Merumuskan masalah aspek yang diamati, 3) menampilkan video sesuai dengan materi yang di ajarkan, 4) memancing siswa untuk merumuskan permasalahan berdasarkan video yang telah ditayangkan. Terlaksana. Merumuskan hipotesis aspek yang diamati, 5) membagi siswa kedalam beberapa kelompok Inquiry, 6) melalui kerja kelompok, siswa mengidentifikasi permasalahan yang ada, 7) membimbing siswa merencanakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah semua terlaksana. Mengumpulkan data aspek yang diamati 8) mengawasi dan mengarahkan jalannya diskusi, 9) membantu penyelidikan kelompok dengan menyediakan fasilitas untuk membantu siswa memecahkan masalah semua kegiatan ini terlaksana. Menguji hasil aspek yang diamati 10) membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok, 11) memberi tanggapan dan saran terhadap hasil presentasi setiap kelompok. Terlaksana. Merumuskan kesimpulan aspek yang diamati 12) bertanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran yang di pelajari pada hari ini, 13) bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada hari ini semua terlakasana. Pada kegiatan penutup aspek yang diamati 1) melakukan refleksi, 2) memberikan soal evaluasi semua terlaksana.
4.2.2.Tingkat Hasil Belajar Kelompok Eksperimen 4.2.2.1.SDN Lemahireng 01
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation pretest_eksperimen 30 45 76 60.2 9.155 postest_eksperimen 30 54 88 75.56 7.623 Valid N (listwise) 30
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok eksperimen adalah 45 dan nilai tertingginya adalah 76. nilai rata-rata yang diperoleh adalah 60,2. Untuk hasil postest kelompok eksperimen nilai minimalnya adalah 54, dan nilai tertingginya adalah 88. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 75,56.
a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Guna mengetahui adanya model pembelajaran Inquiry Learning perlu dilakukan distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas eksperimen siswa kelas IVA SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen. Melihat distribusi frekuensi perlu dilakukan kategori. Cara untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3 log n. Dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 30 siswa kelas eksperimen adalah lima kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval =(Skor tertinggi- skor terendah)+1 Banyaknya Kategori
Interval =
5 1 ) 45 88
(
Interval yang didapatkan adalah 9, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 45–53, hampir cukup berada pada interval 54- 62, cukup berada pada interval 63 -71, baik berada pada interval 72 – 80, sangat baik berada pada interval 81-89.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SDN Lemahireng 01 No Interval Kategori Hasil Belajar
Pretest Postest
Frekuensi % Frekuensi %
1 45-53 Kurang 8 26,67 0 0
2 54-62 Hampir Cukup
11 36,67 1 3,33
3 63-71 Cukup 9 30 8 26,67
4 72-80 Baik 2 6,66 14 46,67
5 81-89 Sangat Baik 0 0 7 23,33
Total 30 100 30 100
Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas IVA SDN Lemahireng 01 Kecamatan Bawen, siswa yang mendapat nilai pada interval 45 – 53 atau berada pada kategori kurang adalah 8 siswa dengan persentase 26,67%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 54
– 62 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 11 siswa dengan persentase 36,67%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 63 – 71 atau berada pada interval cukup adalah 9 siswa dengan persentase 30 %, Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 72 – 80 atau berada pada kategori baik adalah 2 siswa dengan persentase 6,66 % dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 81–89 atau berada pada kategori sangat baik. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IVA SDN Lemahireng 01, sebagian berada pada kategori hampir cukup.
interval 63 – 71 atau masuk pada kategori cukup dengan persentase 26,67%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 72 – 80 yang berada pada kategori baik adalah 14 siswa dengan persentase 46,67 %, dan siswa yang mendapat nilai pada interval 81– 89 adalah 7 siswa dengan persentase 23,33 %. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postest pada kelompok eksperimen masuk dalam kategori baik.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SDN Lemahireng 01
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretest maupun postest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Inquiry Learning. Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 9
Rata-Rata Hasil Belajar Dan Gain Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SDN Lemahireng 01 diberikan pembelajaran dengan model Inquiry Learning siswa kelas IVA SDN Lemahireng 01, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 15,37.
Berikut Ini Grafik Nilai Pretest Dan Postest Kelompok Eksperimen Distribusi Frekuensi Skor Pretest dan Postest
4.2.2.2. SDIT Permata Bunda
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan materi Perubahan Lingkungan di SDIT Permata Bunda kelas IVA sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model Inquiry Learning pretest dan postest dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pretest_eksperimen 28 36 80 59.14 11.894 postest_eksperimen 28 48 82 65.61 9.803 Valid N (listwise) 28
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok eksperimen adalah 36 dan nilai tertingginya adalah 80. nilai rata-rata yang diperoleh adalah 59,14. Untuk hasil postest kelompok eksperimen nilai minimalnya adalah 48, dan nilai tertingginya adalah 82. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 65,61.
a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
baik). Secara visual rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval =(Skor tertinggi- skor terendah)+1 Banyaknya Kategori berada pada interval 36–45, hampir cukup berada pada interval 46- 55, cukup berada pada interval 56 -65, baik berada pada interval 66 – 75, sangat baik berada pada interval 76-85.
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SDIT Permata Bunda No Interval Kategori Hasil Belajar
Pretest Postest
Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas IVA SDIT Permata Bunda Kecamatan Bawen, siswa yang mendapat nilai pada interval 36 – 45 atau berada pada kategori kurang adalah 5 siswa dengan persentase 17,85%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 46
interval 76–85 atau berada pada kategori sangat baik adalah 4 siswa dengan persentase 14,29%. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IVA SDIT Permata Bunda sebagian berada pada kategori cukup.
Hasil belajar postest siswa kelas IVA SDIT Permata Bunda, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 36 – 45 atau pada kategori kurang. Sebanyak 7 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 46 – 55 pada kategori hampir cukup dengan persentase 25%. Sebanyak 6 siswa yang mendapat nilai pada interval 56 – 65 atau masuk pada kategori cukup dengan persentase 21,43%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 66 – 75 yang berada pada kategori baik adalah 11 siswa dengan persentase 39,28 %, dan siswa yang mendapat nilai pada interval 76 – 85 adalah 4 siswa dengan persentase 14,29 %. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar postest pada kelompok eksperimen masuk dalam kategori baik.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SDIT Permata Bunda
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretest maupun postest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Inquiry Learning. Adapun rata-rata maupun gain, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 11
Rata-Rata Hasil Belajar dan Gain Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SDIT Pertama Bunda
Rata-Rata Hasil Belajar
Gain Pretest Postest
59,14 65,61 6,47
Berikut Ini Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen
Distribusi Frekuensi Skor Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen SDIT Permata Bunda
Pretest Postest
4.3.Hasil Penelitian Kelas Kontrol
4.3.1 Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Learning Sebagai Kelas Kontrol
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit). Pertemuan pertama di kelas IVB SDN Lemahireng 01 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015. Sedangkan pertemuan pertama di kelas IVB SDIT Permata Bunda dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Maret 2015.
a. Pertemuan Pertama
1. Stimulus
Pada tahap stimulus, guru bertanya kepada siswa tentang apa yang mereka ketahui tentang angin, setelah itu guru menampilkan video pendek mengenai terjadinya angin darat dan angin laut, berdasarkan video tersebut siswa menyebutkan manfaat angin dan kerugian yang ditimbulkan akibat angin. Kemudian guru kembali memperlihatkan video tentang terjadinya hujan, berdasarkan video tersebut siswa menyebutkan air hujan yang tidak diserap tanah dapat mengakibatkan banjir.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap identifikasi masalah, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok Discovery, setelah kelompok terbagi kemudian guru memberikan suatu permasalahan kepada setiap kelompok, setiap kelompok mengidentifikasi permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan Data
Pada tahap mengumpulkan data, guru meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada pada lembar kerja kelompok serta membimbing siswa dalam merencanakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
b. Pertemuan Kedua
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, memasang LCD, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk proses belajar mengajar. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah Energi dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1.Mengolah Data
2.Menguji Hasil
Pada tahap menguji hasil, guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberi tanggapan terhadap hasil kerja kelompok yang presentasi. Guru memberi tanggapan dan saran kepada setiap kelompok yang telah presentasi dan terhadap tanggapan dari kelompok lain terhadap kelompok yang telah melakukan presentasi.
3.Menyimpulkan
Pada tahap merumuskan kesimpulan, guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran pada hari ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dimengerti, guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
Pada kegiatan awal pembelajaran ada 5 aspek yang diamati diantaranya adalah sebagai berikut : 1) mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, 2) melakukan apersepsi pembelajaran, 3) menjelaskan tujuan pembelajaran, 4) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, 5) melakukan motivasi pembelajaran. Semua aspek tersebut
terlaksana dengan runtut.
Pada kegiatan inti pembelajaran aspek yang diamati adalah sintak pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: pada tahap stimulus aspek yang diamati 1) Memancing pengetahuan siswa untuk menyebutkan hal-hal yang mereka ketahui tentang angin, 2) menampilkan video sesuai dengan materi yang di ajarkan, 3) memancing siswa untuk merumuskan permasalahan berdasarkan video yang telah ditayangkan. Terlaksana. Identifikasi masalah aspek yang diamati, 4) membagi siswa kedalam
siswa, 6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang diberikan. Terlaksana. Mengumpulkan data aspek yang diamati 7) meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada pada lembar kerja kelompok, 8) membimbing siswa dalam merencanakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah. Terlaksana. Mengolah data aspek yang diamati 9) mengawasi dan mengarahkan
jalannya diskusi, 10) membantu penyelidikan kelompok dengan menyediakan fasilitas untuk membantu siswa memecahkan masalah semua kegiatan ini terlaksana. Menguji hasil aspek yang diamati 11) membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok, 12) memberi tanggapan dan saran terhadap hasil presentasi setiap kelompok. Terlaksana. Menyimpulkan aspek yang diamati 13) bertanya jawab dengan siswa tentang
materi pembelajaran yang di pelajari pada hari ini, 14) bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada hari ini semua terlakasana. Pada kegiatan penutup aspek yang diamati 1) melakukan refleksi, 2) memberikan soal evaluasi semua terlaksana.
4.3.2. Tingkat Hasil Belajar Kelompok Kontrol 4.3.2.1. SDN Lemahireng 01
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan dengan materi Perubahan Lingkungan di SDN Lemahireng 01 kelas IVB sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model Discovery Learning pretest dan postest dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
pretest_kontrol 30 30 80 59.73 13.295
postest_kontrol 30 50 85 68.50 9.644
Valid N
(listwise) 30
adalah 80. Dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 59,73. Sedangkan untuk hasil posttest kelompok kontrol nilai minimalnya adalah 50, dan nilai tertingginya adalah 85. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 68,50.
a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Kategori
Untuk mengetahui adanya model pembelajaran Discovery Learning perlu dilakukan distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas kontrol siswa kelas IVB SDN Lemahireng 01. Untuk melihat distribusi frekuensi perlu dilakukan kategori. Untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3 log n. Dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 30 siswa kelas kontrol adalah lima kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas IVB SDN Lemahireng 01 berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan yaitu kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik adalah sebagai berikut
Interval =(Skor tertinggi- skor terendah)+1 Banyaknya Kategori
Interval =
5 1 ) 30 85
(
= 12
Interval yang didapatkan adalah 12, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 30 – 41, hampir cukup berada pada interval 42- 53, cukup berada pada interval 54 -65, baik berada pada interval 66 – 77, sangat baik berada pada interval 78-89.
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Lemahireng 01 No Interval Kategori Hasil Belajar
Pretest Postest
Frekuensi % Frekuensi %
1 30-41 Kurang 3 10 0 0
2 42-53 Hampir Cukup
5 16,67 3 10
3 54-65 Cukup 14 46,66 6 20
4 66-77 Baik 5 16,67 15 50
5 78-89 Sangat Baik 3 10 6 20
Total 30 100 30 100
Berdasarkan pada tabel 4.6 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretest pada siswa kelas IVB SDN Lemahireng 01, siswa yang mendapat nilai pada interval 30- 41 atau berada pada kategori kurang adalah 3 siswa dengan persentase 10 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 42 – 53 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 5 siswa dengan persentase 16,67 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 54 – 65 atau berada pada interval cukup adalah 14 siswa dengan persentase 46,66 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 66 – 77 atau berada pada kategori baik adalah 5 siswa dengan persentase 16,67 % dan Siswa yang mendapat nilai pada interval 78 – 89 atau berada pada interval sangat baik adalah 3 siswa dengan persentase 10 %. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas IVB SDN Lemahireng 01, sebagian berada pada kategori cukup.
adalah 6 siswa dengan persentase 20 %. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok kontrol SDN Lemahireng 01 masuk dalam kategori baik.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Lemahireng 01
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretest maupun posttest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Discovery Learning. Adapun rata-rata maupun Gain, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 13
Rata-Rata Hasil Belajar Dan Gain Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Lemahireng 01
Rata-Rata Hasil Belajar
Gain Pretest Postest
59,73 68,50 8,77
Dari tabel 4.7 diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pretes adalah 59,73 kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 68,50. Itu berarti, setelah diberikan pembelajaran dengan model Discovery Learning siswa kelas IVB SDN Lemahireng 01, terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 8,77.
Berikut Ini Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol
0
Distribusi Frekuensi Skor Pretest dan Postest Kelompok Kontrol SDN Lemahireng 01
4.3.2.2. SDIT Permata Bunda
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan dengan materi Perubahan Lingkungan di SDIT Permata Bunda kelas IVB sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model Discovery Learning pretest dan postest dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
pretest_kontrol 28 40 80 62.71 11.524
postest_kontrol 28 56 84 73.53 8.243
Valid N
(listwise) 28
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok kontrol SDIT Permata Bunda Kelas IVB adalah 40 dan nilai tertingginya adalah 80. Dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 62,71. Sedangkan untuk hasil posttest kelompok kontrol nilai minimalnya adalah 56, dan nilai tertingginya adalah 84. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 73,53.
a.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Kategori
Untuk mengetahui adanya model pembelajaran Discovery Learning perlu dilakukan distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas kontrol siswa kelas IVB SDIT Permata Bunda. Untuk melihat distribusi frekuensi perlu dilakukan kategori. Untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3 log n. Dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 28 siswa kelas kontrol adalah lima kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas IVB SDIT Permata Bunda berada pada kategori apa perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hamper cukup, cukup, baik dan sangat baik). Sebagai berikut
Interval = cukup berada pada interval 58 -66, baik berada pada interval 67 – 75, sangat baik berada pada interval 76-84.
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDIT Permata Bunda No Interval Kategori Hasil Belajar
Pretest Postest
Hasil belajar postes siswa kelas IVB SDIT Permata Bunda, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval 40- 48 atau berada pada kategori kurang. Siswa yang mendapat nilai pada interval 49 – 57 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 1 siswa dengan persentase 3,57 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 58 – 66 atau berada pada interval cukup adalah 7 siswa dengan persentase 25 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 67 – 75 atau berada pada kategori baik adalah 4 siswa dengan persentase 14,29 % dan Siswa yang mendapat nilai pada interval 76 – 84 atau berada pada interval sangat baik adalah 16 siswa dengan persentase 57,14 %. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postest pada kelompok kontrol SDIT Permata Bunda masuk dalam kategori sangat baik.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDIT Permata Bunda
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretest maupun postest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Discovery Learning. Adapun rata-rata maupun gain, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 15
Rata-Rata Hasil Belajar Dan Gain Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDIT Permata Bunda
Rata-Rata Hasil Belajar Gain Pretest Postest
62,71 73,53 10,82
Berikut Ini Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol
Distribusi Frekuensi Skor Pretest dan Postest Kelompok Kontrol SDIT Permata Bunda
4.4 Deskripsi Komparasi Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol.
Berdasarkan uraian diatas perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan model yang berbeda yaitu Inquiry Learning pada kelas eksperimen dan Discovery Learning pada kelas kontrol. Meskipun sintak kedua model tersebut hampir sama tetapi pada kenyataannya untuk hasil belajar siswa SDN Lemahireng 01 lebih meningkat yang menggunakan model Inquiry Learning dibanding dengan Discovery Learning Sedangkan hasil belajar siswa di SDIT Permata Bunda lebih meningkat yang menggunakan model Discovery Learning dibanding dengan Inquiry Learning. Tetapi untuk hasil belajar secara keseluruhan kedua model ini
rata-rata sudah melebihi KKM yang ditentukan dari sekolah.
Tabel 16
Komparasi Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol SDN Lemahireng 01
Tahap Pengukuran Rerata Skor (Mean) Kelompok Keterangan Selisih Skor Eksperimen Kontrol
Awal 60,20 59,73 0,47
Akhir 75,56 68,50 7,06
Gain Skor 15,36 8,77 6,59
Dari tabel diatas dapat dilihat tahap awal pada kelas eksperimen SDN Lemahireng 01 nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60,20 dan nilai akhir 75,57 dengan keuntungan yang diperoleh adalah 15,36. Sedangkan pada kelas kontrol nilai awal yang diperoleh adalah 59,73 dan nilai akhir 68,50 dengan keuntungannya adalah 8,77. Untuk selisih secara keseluruh antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di SDN Lemahireng 01 dari tahap awal mendapat 0,47 sedangkan pada tahap akhir 7,06 dengan nilai keuntungannya 6,59.
Tabel 17
Komparasi Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol SDIT Permata Bunda
Tahap Pengukuran Rerata Skor (Mean) Kelompok Keterangan Selisisih Skor Eksperimen Kontrol
Awal 59,14 62,71 3,57
Akhir 65,61 73,53 7,92
Gain Skor 6,47 10,82 4,35
Berdasarkan komparasi hasil pengukuran tersebut maka dapat digabung menjadi tabel secara keseluruhan antara SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda sebagai berikut:
Tabel 18
Komparasi Pengukuran Hasil Belajar Gabungan Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda
Nama Sekolah Tahap kelompok eksperimen dengan keuntungan 15,36 dibandingkan kelompok kontrol hanya 8,77 artinya SDN Lemahireng 01 hasil belajar IPA lebih meningkat yang menggunakan model Inquiry Learning sedangkan SDIT Permata Bunda unggul dalam kelompok kontrol dengan keuntungan 10,82 dibandingkan kelompok eksperimen hanya 6,47 artinya SDIT Permata Bunda hasil belajar IPA lebih meningkat yang menggunakan model Discovery Learning.
Berikut Ini Grafik Gabungan Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Grafik Komparasi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan KOntrol SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda
Pretest A Postest A Pretest B Postest B
4.5 Hasil Uji Perbedaan
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menghitung rata-rata masing-masing kelompok kelas, kemudian diuji perbedaannya menggunakan uji t yang dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 18. Uji t dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model Inquiry Learning pada kelas eksperimen dan Discovery Learning pada kelas kontrol. Sebelum uji t terlebih dahulu sudah dilakukan
uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Seperti yang telah diuraikan di bab III penggunaan teknik statistik uji t dalam penelitian ini berdasarkan pada kebutuhan dalam melakukan komparasi terhadap dua kelompok penelitian. Menurut Sugiyono dalam Priyatno (2010:32), uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang tidak berhubungan. Sebelum dilakukan uji t test (Independent Samples T Test) sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levena,s Test), artinya jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variances Not Assumed (Dwi Priyatno, 2010: 35).
Tahap Uji Beda Rata-Rata dengan Uji Independent T Test ini menggunakan
program SPSS Statistics 18 for windows.
Hipotesis penelitian ini disampaikan sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa menggunakan model Inquiry Learning dan model Discovery Learning Ha: Ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa menggunakan
model Inquiry Learning dan model Discovery Learning
Hasil penelitian tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut:
4.5.1 Uji Prasyarat
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes evaluasi setelah pembelajaran (postest), dianalisislah perbedaan hasil belajar dua kelompok penelitian. Namun, sebelum melakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yang dimaksud uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas.
a. SDN Lemahireng 01
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data. Pada uji normalitas ini digunakan non parametric. Uji ini dilakukan dengan melihat signifikansi pada Kolmogrov-Smirnov. Dengan asumsi, data berdistribusi normal jika nilai memiliki probabilitas (P) lebih besar dari 0,05. Perhitungan uji normalitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 18. Berikut yaitu hasil uji normalitas hasil belajar postest.
Tabel 19
Hasil Uji Normalitas Data Postes SDN Lemahireng 01 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Postest
Eksperiment Postest Kontrol
N 30 30
Normal Parametersa,b Mean 75.5667 68.5000
Std. Deviation 7.62339 9.64454
Most Extreme Differences
Absolute .097 .128
Positive .065 .086
Negative -.097 -.128
Kolmogorov-Smirnov Z .533 .704
Asymp. Sig. (2-tailed) .939 .705
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Gambar 4.1
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Eksperimen
Dari grafik normalitas pada kelompok eksperimen tersebut, dapat dilihat bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada kelompok kontrol pun juga berdistribusi dengan normal. Sajian grafik normalitas pada kelompok kontrol SDN Lemahireng 01 dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Kontrol
kelompok penelitian dengan menggunakan Test Of Homogeneity Of Variance.
Tabel 20
Uji Homogenitas Hasil Postest SDN Lemahireng 01 Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.598 1 58 .211
Dari uji homogenitas tersebut nilai signifikansi 0,211. Maka dapat dikatakan bahwa dua kelompok penelitian ini sama atau homogen. Hal ini
ditunjukkan pada nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai alpha (α ) 0.05.
Sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji beda, data hasil postest pada dua kelompok penelitian ini normal dan homogen. Jadi kesimpulannya karena uji prasyarat terpenuhi maka dapat dilakukan penelitian.
b. SDIT Permata Bunda
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data. Pada uji normalitas ini digunakan non parametric. Uji ini dilakukan dengan melihat signifikansi pada Kolmogrov-Smirnov. Dengan asumsi, data berdistribusi normal jika nilai memiliki probabilitas (P) lebih besar dari 0,05. Perhitungan uji normalitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 18. Berikut yaitu hasil uji normalitas hasil belajar postest.
Tabel 21
Hasil Uji Normalitas Data Postes SDIT Permata Bunda One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Std. Deviation 9.80302 8.24389
Most Extreme Differences
Absolute .149 .189
Positive .110 .106
Negative -.149 -.189
Kolmogorov-Smirnov Z .789 1.000
Asymp. Sig. (2-tailed) .562 .270
Berdasarkan uji normalitas tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov pada kelompok eksperimen SDIT Permata Bunda 0,562 dan pada kelompok kontrol nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov 0,270. Probabilitas signifikansi Kolmogorov-Smirnov kedua kelompok menunjukkan lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdsitribusi dengan normal. Berikut grafik normalitas distribusi data pada kelompok eksperimen SDIT Permata Bunda yang tersaji dalam gambar 4.3.
Gambar 4.3
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Eksperimen
Dari grafik normalitas pada kelompok eksperimen tersebut, dapat dilihat bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada kelompok kontrol pun juga berdistribusi dengan normal. Sajian grafik normalitas pada kelompok kontrol SDIT Permata Bunda dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4
Sedangkan pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui tidaknya sama dua kelompok penelitian. Kriteria pengujian ini yakni jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data dikatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini sama berikut hasil uji homogenitas soal posttest terhadap dua kelompok penelitian dengan menggunakan Test Of Homogeneity Of Variance.
Tabel 22
Uji Homogenitas Hasil Postes SDIT Permata Bunda Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.085 1 54 .772
Dari uji homogenitas tersebut nilai signifikansi 0,772. Maka dapat dikatakan bahwa dua kelompok penelitian ini sama atau homogen. Hal ini ditunjukkan pada nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai alpha (α ) 0.05. Sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji beda, data hasil posttest pada dua kelompok penelitian ini normal dan homogen. Jadi kesimpulannya karena uji prasyarat terpenuhi maka dapat dilakukan penelitian.
4.6 Hasil Uji t dan Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini adalah dengan membandingkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Lemahireng 01 dan Kelas IVA SDIT Permata Bunda yang diajarkan dengan model Inquiry Learning dan siswa kelas IVB SDN Lemahireng 01 dan Kelas IVB SDIT Permata Bunda yang diajarkan dengan model Discovery Learning.
Tabel 23
Analisis Uji Gabungan Postest Kelompok Eksperimen (Model Inquiry Learning) dengan Kelompok Kontrol (Model Discovery Learning)
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Berdasarkan tabel diatas diketahui probabilitas sig (2tailed) 0,924. Probabilitas ini lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini tidak memiliki perbedaan.
Tahap yang dilakukan setelah melakukan uji beda pada kelompok penelitian yaitu uji hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang sudah diajukan. Sebelumnya, hipotesis yang diajukan yaitu ada perbedaan yang positif dan signifikan hasil belajar IPA siswa kelas IV yang menggunakan model Inquiry Learning dengan yang menggunakan model discovery Learning. Adapun kriteria pengujian hipotesis berdasarkan taraf signifikansi yakni jika probabilitas lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan, dan jika probabilitas signifikansinya kurang dari 0,05 maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan antara dua kelompok penelitian.
Learning dengan model DiscoreryLearning tetapi ada signifikansi sebesar 0,924 jadi menggambarkan populasi.
Berikut hasil uji menggunakan gain score. Tabel 24
Analisis Uji t Gain Score
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df (2tailed) 0,348. Probabilitas ini lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini tidak memiliki perbedaan.
Tahap yang dilakukan setelah melakukan uji beda pada kelompok penelitian yaitu uji hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang sudah diajukan. Sebelumnya, hipotesis yang diajukan yaitu ada perbedaan yang positif dan signifikan hasil belajar IPA siswa kelas IV yang menggunakan model Inquiry Learning dengan yang menggunakan model discovery Learning. Adapun kriteria pengujian hipotesis berdasarkan taraf signifikansi yakni jika probabilitas lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan, dan jika probabilitas signifikansinya kurang dari 0,05 maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan antara dua kelompok penelitian.
hasil gain score menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda yang menggunakan model Inquiry Learning dengan model Discorery Learning tetapi ada signifikansi sebesar 0,935 jadi menggambarkan populasi.
4.7 Pembahasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Lemahireng 01 kelas IV A sebagai kelas eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Inquiry Learning dan kelas IV B sebagai kelas kontrol dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan di SDIT Permata Bunda kelas IV A sebagai kelas eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Inquiry Learning dan kelas IV B sebagai kelas kontrol dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning. Disini guru pada kedua kelompok penelitian sudah melaksanakan sintak pembelajaran dengan runtut. Seperti yang tercantum pada bab 1 yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan keefektifan hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan dalam pembelajaran menggunakan model Inquiry Learning dan Discovery Learning pada siswa kelas IV Gugus Kartika Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Semester II tahun 2014/2015.
Untuk postest kelompok kontrol nilai dari Asymp.sig (2tailed) adalah 0,705 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai postest kelompok kontrol berdistribusi normal, sehingga data dari kedua kelompok tersebut berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas untuk postest SDIT Permata Bunda kelompok eksperimen nilai dari Asyimp.sig (2tailed)adalah 0,562 > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan nilai postest kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk postest kelompok kontrol nilai dari Asymp.sig (2tailed) adalah 0,270 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai postest kelompok kontrol berdistribusi normal, sehingga data dari kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.
Analisis deskriptif dari skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran diketahuilah bahwa nilai tertinggi yang diperoleh di SDN Lemahireng 01 dalam kelompok eksperimen yaitu 88 dan nilai terendahnya 54, dengan rata-rata skor hasil belajar 75,56. Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok kontrol yaitu 85 dan nilai terendahnya adalah 50 dengan rata-rata skor hasil belajar 68,5. Adapun dari 30 siswa kelompok eksperimen terdapat 29 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran IPA kelas IV A di SDN Lemahireng 01 dengan persentase 96,67 % dan 1 siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 3,33%. Sedangkan pada 30 siswa kelompok kontrol terdapat 21 siswa tuntas KKM mata pelajaran IPA kelas IVB SDN Lemahireng 01 dengan presentase 70 % dan 9 siswa tidak tuntas KKM dengan presentase 30%.
dengan presentase 78,57 % dan 6 siswa tidak tuntas KKM dengan presentase 21,43 %.
Analisis berikutnya yaitu uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria signifikan. probabilitas sig (2tailed) dari uji beda. Uji beda pada skor hasil belajar kedua kelompok penelitian ini dilakukan dengan Independent Sample T Test pada SPSS 18 melalui uji gabungan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yaitu melihat probabilitas sig.(2tailed) di SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda Kelas IV menunjukkan koefesien 0,924. Probabilitas ini lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara dua kelompok penelitian yaitu model inquiry learning dengan model discovery learning di SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda tetapi ada signifikansi sebesar 0,924 yang menggambarkan data sampel menunjukkan populasi.
Analisis berikutnya yaitu uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria signifikan. probabilitas sig (2tailed) dari uji beda. Uji beda pada skor hasil belajar kedua kelompok penelitian ini dilakukan dengan Independent Sample T Test pada SPSS 18 melalui uji t gain score kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yaitu melihat probabilitas sig.(2tailed) di SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda Kelas IV menunjukkan koefesien 0,348. Probabilitas ini lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa melalui gain score tidak ada perbedaan antara dua kelompok penelitian yaitu model inquiry learning dengan model discovery learning di SDN Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda tetapi ada signifikansi sebesar 0,935 yang menggambarkan data sampel menunjukkan populasi.
perbedaan rata-rata antara kedua kelompok penelitian dan jumlah siswa yang tidak tuntas KKM. Dari rata-rata skor hasil belajar, siswa pada kelompok eksperimen berhasil memperoleh rata-rata skor hasil belajar lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada kelompok kontrol di SDN Lemahireng 01 sedangkan siswa di SDIT Permata Bunda pada kelompok kontrol berhasil memperoleh rata-rata skor hasil belajar lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada kelompok eksperimen. Berdasarkan jumlah siswa yang tuntas KKM, siswa di SDN Lemahireng 01 pada kelompok eksperimen mempunyai jumlah prosentase yang lebih besar dari pada kelompok kontrol, sedangkan di SDIT Permata Bunda jumlah siswa yang tuntas KKM lebih besar yang kelompok kontrol dari pada kelompok eksperimen. Maka uji beda yang dilakukan semakin memperkuat hasil penelitian ini yang menyatakan tidak ada perbedaan antara dua kelompok penelitian terhadap hasil belajar tetapi ada signifikansi yang menggambarkan data sampel menunjukkan populasi.
didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar. e) Model ini juga membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran. f) Menumbuhkan motivasi dari kebermaknaan tujuan, proses, dan keterlibatan dalam belajar. g) Mempertimbangkan berbagai macam pilihan strategi serta memilih strategi yang dianggap paling sesuai untuk mencapai tujuan. h) Menyadari serta melakukan umpan balik secara berkelanjutanmengambangkan pembelajarannya. i) Memperoleh makna serta pengetahuan dan melakukan transfer atau aplikasi pada pemecahan masalah yang dihadapi secara kreatif dan inovatif. j) Berpikir secara refleksi sebagai alat untuk mengembangkan aspek kognitif dan transfer pengetahuan. k) berpartisipasi dalam evaluasi untuk mengembangkan kemajuannya.
baru. k) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. l) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. m) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. n) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. o) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. p) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. q) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Selain memiliki kelebihan, model Inquiry Learning juga memiliki beberapa kelemahan, kelemahan-kelemahan tersebut menurut Hosnan (2014:344) antara lain: a) Jika strategi ini digunakan dalam pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. b) Pembelajaran Inquiry sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar. c) kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. d) selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran Inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.
perhatian.e) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. f) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan ber-Inquiry adalah manakala peserta didik tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. manakala pendidik menemukan gejala-gejala semacam ini, maka hendaknya pendidik secara terus-menerus memberikan dorongan kepada peserta didik untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh peserta didik sehingga mereka terangsang untuk berpikir. Kemudian adalah menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis, yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertangungjawabkan.
Konsekuensinya dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak sengaja siswa dihubungkan dengan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Selanjutnya adalah mengolah data. Dalam kegiatan ini siswa mengolah data atau informasi yang telah diperoleh lalu ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Yang brfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktikan secara logis. Langkah yang terakhir adalah pembuktian. Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan pengolahan data. Berdasarkan hasil mengolah data dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya kemudian dicek kembali, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian yang relevan penelitian yang dilakukan oleh Suyono, (2012) melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry Learning dalam Pembelajaran IPA terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Kanjengan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan metode Inquiry Learning dalam pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Kanjengan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora semester II tahun ajaran 2011/2012. Dapat disimpulkan bahwa terlihat dari hasil perhitungan perbedaan ini dapat dilihat pada hasil uji t-test terlihat hasil F hitung levene test sebesar 0,055 dengan sig 0,815 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
menggunakan model Inquiry Learning dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan rata-ratanya berkisar antara 1.87400 sampai 14.19225 dengan perbedaan rata-rata 8.03313.
Selain sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suyono penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tutik (2011) dalam
skripsinya yang berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Metode Inquiry Learning Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran
2010/2011”, menyimpulkan bahwa didalam penelitiannya, ada pengaruh
pemanfaatan metode Inquiry Learning terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Siwal 01 yang nampak pada hasil rata-rata kelas eksperimen dari hasil pretest sebesar 71,40, setelah dilakukan treatmen dan siswa diberi tes, rata-rata kelas menjadi 76,20, dengan hitung sebesar 2,451 dan t table sebesar 2,406 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada T-test lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan pemanfaatan metode Inquiry Learning dan pembelajaran konvensional. Jadi pemanfaatan metode Inquiry Learning dalam pembelajaran itu berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V pada semester 2 di SD Negeri Siwal 01 pada semester II tahun ajaran 2010/2011. Di dalam penelitiannya jumlah siswa kelas V ada 15 siswa di kelas eksperimen, 12 siswa di kelas kontrol.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi
(2009) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model
Pembelajaran Inquiry Learning Dalam Meningkatkan Hasil belajar IPS Tentang Aktivitas Ekonomi Melalui Pengembangan Asesmen Pembelajaran Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Mudal Mojotengah Wonosobo Semester II
tahun 2009/2010”, menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Inquiry Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV, hal
menggunakan metode Inquiry Learning pada siklus I sebesar 86,36 % dan pada siklus II sebesar 100 %, yakni peningkatan ketuntasan terjadi sebesar 36,36 % dan 13,64 %. Di dalam penelitian ini ada 22 siswa, 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh Kusumaningtyas
(2010) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Inquiry Terpimpin Melalui Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar” menyimpulkan bahwa perubahan skor motivasi belajar siswa pada saat pretest menuju posttest pada kedua kelompok eksperimen adalah berbeda secara signifikan. Pembelajaran menggunakan pendekatan inquiry terpimpin melalui metode eksperimen meningkatkan motivasi belajar sebesar 88.6%. pembelajaran menggunakan pendekatan inquiry terpimpin melalui metode demonstrasi meningkatkan motivasi belajar sebesar 77,8%. Hasil di atas menunjukkan bahwa pendekatan inquiry terpimpin efektif meningkatkan motivasi belajar pada kedua kelompok ekperimen.
Selain sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kusumaningtyas penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksmi, Javid Nama Ayu (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Implementasi Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”, hasil
Penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh Astutik, Yuli
(2012) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode
Discovery Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012”, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini setelah
dilaksanakan dan dianalisis data hasil dari uji t dan deskriptif data. Diketahui bahwa rata nilai post-test untuk kelas eksperimen sebesar 81,20 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 70,31 dengan probabilitas signifikasi ranah kognitif 0,001<0,05 serta rata rata skor angket untuk kelas eksperimen sebesar 20,67 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 15,92 dengan probabilitas signifikasi ranah afektif 0,000<0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode discovery dengan metode konvensional. Serta hasil deskriptif data ranah psikomotor diperoleh hasil penilaian unjuk kerja lebih besar dari 34 dengan skor rata-rata sebesar 48. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode discovery efektif terhadap hasil belajar hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Dari berbagai hasil penelitian, metode discovery efektif digunakan dalam proses pembelajaran. Muntiana (2012) dalam penelitian yang berjudul Perbedaan Pengaruh Pendekatan Inquiri dengan Menggunakan Metode Discovery Learning dan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas IV SD Gugus Muhammad Syafi’i Kecamatan Randublatung Kab
Blora Tahun Pelajaran 2011/2012. Menyimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara model penggunaan model Discovery Learning dan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa
artinya mean nilai setelah menggunakan metode Discovery Learning berbeda dengan mean nilai setelah menggunakan metode eksperimen. (3) pembelajaran menggunakan model Discovery Learning dan metode eksperimen memperoleh skor rata-rata kelompok eksperimen adalah 70,50 dan skor rata-rata kelompok kontrol 61,47 dengan selisih skor 9,029. (4) Model Discovery Learning lebih berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sambongwangan 01 dibandingkan hasil belajar SD N Plosorejo 02 yang menggunakan metode eksperimen.
Selain sesuai dengan penelitian yang dilakukan Muntiana, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputri, Lisa (2012)
dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery
pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Bunyi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012”, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis menggunakan uji beda rata-rata yaitu Independent Sampel T-test diperoleh nilai sig. 0,000 kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada pelajaran IPA siswa kelas IV B SD Kristen Satya Wacana menggunakan metode Discovery dengan hasil belajar pada pelajaran IPA siswa kelas IV A SD Kristen Satya Wacana menggunakan metode konvensional, maka treatmen yang diberikan dapat berpengaruh signifikan. Jadi penggunaan metode Discovery pada pelajaran IPA pokok bahasan bunyi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.
Dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model Inquiry Learning terlihat beberapa aktivitas siswa yang menunjukkan bahwa model Inquiry Learning memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku siswa. Aktifitas yang dimaksud antara lain:
pembelajaran, sehingga sebagian besar siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan mengalami peningkatan hasil belajar serta nilainya mencapai KKM.
b. Konsep yang ada dalam materi lebih konkret karena dengan bantuan model Inquiry Learning, siswa dapat secara mandiri menemukan hal-hal baru yang
berhubungan dengan materi sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang telah disampaikan.
c. Hampir seluruh siswa kelas IVA SDN Lemahireng dan SDIT Permata Bunda mengerjakan aktivitas percobaan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan mereka mampu menjawab pertanyaan yang ada di lembar evaluasi yang diberikan guru tanpa banyak bertanya.
d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal postest dengan percaya diri dan tenang, terlihat bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya.
Sedangkan dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol dengan menggunakan model Discovery Learning terlihat beberapa aktivitas siswa yang menunjukkan bahwa model Discovery Learning memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku siswa. Aktifitas yang dimaksud antara lain:
a. Seluruh siswa kelas IVB SDN Lemahireng dan SDIT Permata Bunda mengikuti pembelajaran dengan aktif dan berantusias dalam melakukan percobaan dengan memanfaatkan model discovery learning dalam pembelajaran, sehingga sebagian besar siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan mengalami peningkatan hasil belajar serta nilainya mencapai KKM.
b. Konsep yang ada dalam materi lebih konkret karena dengan bantuan model discovery learning, siswa dapat secara mandiri menemukan hal-hal baru yang berhubungan dengan materi sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang telah disampaikan.
dengan mereka mampu menjawab pertanyaan yang ada di lembar evaluasi yang diberikan guru tanpa banyak bertanya.
d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal postes dengan percaya diri dan tenang, terlihat bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya. Dari hasil temuan pada saat pembelajaran di SDN Lemahireng 01 kelas
IVA sebagai kelas eksperimen mengindikasikan bahwa model Inquiry Learning digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran IPA dengan pokok
bahasan perubahan lingkungan memiliki pengaruh positif terhadap pembelajaran karena dalam proses pembelajaran mereka melakukan proses penemuan yang berhubungan dengan materi secara mandiri. Dan hal itu ternyata berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Sedangkan di SDN Lemahireng 01 kelas IVB sebagai kelas Kontrol mengindikasikan bahwa model Discovery Learning digunakan dalam menyampaiikan materi pelajaran IPA dengan pokok bahasan perubahan lingkungan memiliki pengaruh positif terhadap pembelajaran karena dalam proses pembelajaran mereka melakukan proses penemuan yang berhubungan dengan materi secara mandiri. Dan hal itu ternyata berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.
4.8 Keterbatasan Penelitian