• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Ekonomi Dengan Jenis Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Status Ekonomi Dengan Jenis Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN JENIS PERSALINAN

DI RSUD DR. MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Muhammad Dzulfikar

G0009137

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

iv ABSTRAK

Muhammad Dzulfikar, G0009137, 2012, Hubungan Status Ekonomi dengan Jenis Persalinan di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Latar Belakang: Status ekonomi merupakan salah satu faktor lingkungan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi persalinan. Status ekonomi akan mempengaruhi asupan gizi ibu pada saat hamil, selanjutnya akan berdampak pada kondisi kehamilan dan pada faktor kekuatan ibu selama proses persalinan. Ibu hamil dengan status ekonomi rendah cenderung rentan mengalami persalinan dengan bantuan alat (persalinan tindakan). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status ekonomi dan jenis persalinan, serta mengetahui perbandingan prevalensi persalinan tindakan antara ibu hamil yang status ekonominya rendah dengan yang status ekonominya tinggi.

Metode: Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien wanita yang menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Jenis persalinan diidentifikasi dari rekam medik dan dikategorikan sebagai persalinan spontan dan persalinan dengan tindakan (forseps, vakum, seksio sesarea). Status ekonomi diukur dari hasil pengisian kuesioner oleh responden tentang pendapatan keluarga per bulan, pendapatan keluarga dikategorikan rendah jika kurang dari median. Penelitian ini memperhitungkan riwayat pendidikan, paritas, dan tinggi badan sebagai variabel perancu. Data dianalisis dengan regresi Poisson metode robust variance menggunakan Stata SE versi 12.0.

Hasil: Terdapat 29 (48,3%) persalinan dengan tindakan di Bangsal Mawar I selama bulan April-Juli 2012, 19 (65,5%) di antaranya terjadi pada ibu hamil dengan pendapatan rendah. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara status ekonomi dengan jenis persalinan (PR = 1,9; p = 0,030). Dari model multivariat yang mengontrol variabel paritas dan tinggi badan ibu, didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan pada ibu dengan pendapatan keluarga rendah 1,75 lebih besar dibandingkan ibu dengan pendapatan keluarga tinggi (PR = 1,8; IK 95% = 1,0–3,1; p = 0,049).

Kesimpulan: Status ekonomi rendah pada ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan prevalensi persalinan tindakan yang lebih tinggi, setelah mengontrol pengaruh variabel paritas dan tinggi badan.

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRACT

Muhammad Dzulfikar, G0009137, 2012, Relationship between Economic Status and Labor Type in RSUD Dr. Moewardi. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta

Background: The economic status is one of the environmental factors that can indirectly affect labor. Economic status would affect maternal nutrition during pregnancy, and will impact on the condition of pregnancy and in the strength of the mother during the birth process. Pregnant women with low socioeconomic status tend to be vulnerable to labor action. This study aims to analyze the relationship between economic status and type of labor, and to know the ratio of the prevalence labor action among pregnant women who has low economic status and high economic status.

Methods: The study design was observational analytic with cross-sectional approach. The population in this study were female patients who gave birth in RSUD dr. Moewardi Surakarta. Sampling was done by purposive sampling with sample size of 60 people. Labor type were identified from medical records and categorized as spontaneous labor and labor with the actions (forceps, vacuum, cesarean section). Economic status was measured from the results of questionnaires by respondents on family income per month, low family income categorized as less than the median. This study took into account a history of education, parity and height as confounding variables. Data were analyzed with Poisson regression robust variance methods using Stata SE version 12.0.

Results: There were 29 (48.3%) labor with the action at Bangsal Mawar I during April to July 2012, 19 (65.5%) of which occurred in pregnant women with low incomes. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between economic status and type of labor (PR = 1.9, p = 0.030). From the multivariate model that controled the variable parity and maternal height, the prevalence of labor with the actions in mothers with low family incomes were 1.8 greater than mothers with high family incomes (PR = 1.8; 95% CI = 1.0 to 3,1, p = 0.049).

Conclusion: Low economic status in pregnant women significantly associated with the higher prevalence of labor action, after controlling parity and height variables.

(4)

commit to user

vii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... ... 6

1. Status Ekonomi... ... 6

a. Definisi... ... 6

b. Parameter Status Ekonomi... ... … 7

c. Program Jaminan Persalinan ... ... 8

2. Jenis Persalinan... ... 9

a. Definisi... ... 9

b. Faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan ... .... … 10

c. Persalinan Spontan ... ... 11

(5)

commit to user

viii

3. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Jenis Persalinan ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Lokasi Penelitian ... 21

C. Subyek Penelitian ... 21

D. Besar Sampel ... 21

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 22

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 22

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 23

H. Instrumen Penelitian ... 25

I. Cara Kerja ... 25

J. Rancangan Penelitian ………... 26

K. Teknik Analisis Data ………... 27

1. Analisis Univariat ………... 27

2. Analisis Bivariat ………... . 27

3. Analisis Multivariat………... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 30

A. Karakteristik Sampel Penelitian ... 30

B. Analisis Bivariat ... 32

(6)

commit to user

ix

2. Hubungan Jenis Persalinan dengan Riwayat Pendidikan ... 33

3. Hubungan Jenis Persalinan dengan Paritas ... 34

4. Hubungan Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan ... 34

C. Analisi Multivariat ... 35

BABV. PEMBAHASAN ... 38

A. Prevalensi Jenis Persalinan Menurut Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Faktor Maternal………... 38

B. Kelemahan Penelitian... 41

BABVI. SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

(7)

commit to user

vi PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul: “Hubungan Status Ekonomi dengan Jenis Persalinan di RSUD Dr. Moewardi”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis di tingkat sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Soetrisno, dr., Sp.OG (K), selaku Pembimbing Utama dalam penelitian ini yang telah menyempatkan waktu untuk membimbing dalam pembuatan skripsi ini.

3. Nur Hafidha Hikmayani, dr., M. Clin. Epid., selaku Pembimbing Pendamping dalam penelitian ini yang telah meluangkan banyak waktu memberikan pelajaran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Wuryatno, dr., Sp.OG, selaku Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.

5. Drs. Hardjono, M. Si., selaku Anggota Penguji atas segala kritik, saran, dan koreksi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ari Probandari,dr., MPH, Ph.D. dan Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Orang tua saya, Ayahanda Zaenal Arifin dan Ibunda Nur Anisah yang selalu mendoakan dan men-support saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman seperjuangan penelitian, Ariesta Permatasari yang telah membantu

dan memberikan semangat sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Keluarga besar mahasiswa pendidikan dokter 2009 yang secara langsung maupun tidak langsung memberi pengaruh dan pelajaran dalam membentuk karakter, jati diri, dan pendewasaan selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran UNS.

10.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dan ridho dari Allah SWT.

Surakarta, September 2012

(8)

commit to user

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bangsal Mawar I Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

C. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien wanita yang menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

1. Kriteria inklusi untuk subyek penelitian adalah:

a. Telah melahirkan dan masih dirawat inap selama waktu penelitian b. Bersedia mengikuti penelitian dan memberikan informed consent 2. Kriteria eksklusi:

a. Kehamilan ganda,

b. Disproporsi kepala panggul.

D. Besar Sampel

(9)

commit to user

22

itu, ukuran sampel untuk desain penelitian ini menggunakan rumus sampel minimal untuk analisis multivariat (Thabane, 2005 dalam Murti, 2010).

Jumlah sampel ditentukan dari jumlah variabel prediktor x (15-20 observasi) (Hair, 1998 dalam Murti, 2010). Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel prediktor (1 variabel bebas + 3 variabel perancu), sehingga jumlah sampel yang diperlukan adalah berkisar 4 x (15-20) = 60-80 orang.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas: Status ekonomi 2. Variabel Terikat: Jenis persalinan 3. Variabel Perancu/Kovariat:

a. Riwayat pendidikan ibu b. Paritas

c. Tinggi badan ibu

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: Status Ekonomi

(10)

commit to user

a. Rendah, apabila pendapatan keluarga ≤ nilai median, b. Tinggi, apabila pendapatan keluarga > nilai median.

Nilai median adalah nilai tengah pendapatan keluarga dari subjek penelitian, yang ditentukan setelah pengambilan data selesai.

2. Variabel terikat: Jenis Persalinan

Jenis persalinan adalah pengelompokan sifat dari serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Dalam penelitian ini jenis persalinan dikategorikan sebagai berikut:

a. Persalinan spontan tanpa menggunakan bantuan alat.

b. Persalinan dengan tindakan menggunakan bantuan alat, di antaranya persalinan dengan bantuan vakum atau forsep dan seksio sesarea.

Jenis persalinan diketahui dari informasi yang diberikan subjek penelitian dalam kuesioner, serta dikonfirmasi dari data rekam medik RSUD Dr. Moewardi. Skala pengukuran variabel jenis persalinan adalah nominal.

3. Variabel perancu/kovariat a. Riwayat Pendidikan Ibu

(11)

commit to user

24

skala pengukuran variabel pendidikan ibu adalah ordinal dengan kategori sebagai berikut:

1) Rendah: jika pendidikan terakhir responden setingkat SD atau SMP.

2) Tinggi: jika pendidikan terakhir responden setingkat SMA atau Perguruan Tinggi.

(Muklis, 2012) b. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup. Pada penelitian ini paritas dikategorikan menjadi primipara (melahirkan untuk pertama kali) dan multipara (pernah melahirkan sebelumnya). Status paritas diketahui dari hasil pengisian kuesioner oleh subjek dan dikonfirmasi dengan rekam medik. Skala pengukuran variabel paritas adalah nominal.

c. Tinggi badan ibu

(12)

commit to user

G. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan:

1. Lembar persetujuan keikutsertaan dalam penelitian,

2. Kuesioner hubungan status ekonomi dengan jenis persalinan, 3. Metlin atau pita ukur untuk mengukur tinggi badan ibu, 4. Data rekam medik di Bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi.

H. Cara Kerja

1. Peneliti melakukan observasi pada ibu yang akan dan telah melahirkan yang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. 2. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan tentang

maksud dan tujuan penelitian.

3. Subyek yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian diminta menandatangani lembar persetujuan keikutsertaan dalam penelitian. 4. Subyek diminta menjawab pertanyaan dalam kuesioner kemudian

diukur tinggi badannya menggunakan pita ukur.

5. Peneliti melakukan pengecekan pada rekam medik pasien yang ikut serta dalam penelitian.

(13)

commit to user

26

I. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

J. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup beberapa tahap, yaitu: 1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan mendeskripsikan besarnya frekuensi dan persentase temuan pada seluruh variabel penelitian dan

Jenis Persalinan

Analisis Data

Persalinan Normal

Persalinan Tindakan Status Ekonomi

Pendapatan Keluarga

Ibu bersalin di RSUD Dr. Moewardi

Kriteria inklusi & eksklusi Sampel

Tinggi Badan Paritas

Riwayat Pendidikan

(14)

commit to user

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis dilakukan dengan SPSS for Windows versi 17.0.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian cross sectional bermaksud untuk mempelajari adanya hubungan antara dua variabel penelitian atau perbedaan prevalensi antarkelompok yang diobservasi untuk memperoleh risiko relatif. Pada penelitian cross sectional, estimasi risiko relatif lebih tepat dinyatakan dengan rasio prevalensi (RP), yaitu perbandingan prevalensi variabel terikat antara dua kelompok sesuai status variabel bebasnya. Secara sederhana, RP dihitung menggunakan tabel 2x2 (Taufiqurrahman, 2003; Ghazali et al., 2010).

Tabel 3.1 Tabel 2x2 untuk Perhitungan Rasio Prevalensi Penelitian

Jenis Persalinan

(15)

commit to user

28

RP > 1 : Prevalensi atau probabilitas terjadinya persalinan tindakan adalah (RP) kali lebih tinggi pada subyek dengan pendapatan rendah dibandingkan subyek dengan pendapatan tinggi RP < 1 : Prevalensi atau probabilitas terjadinya persalinan tindakan

pada subyek dengan pendapatan rendah adalah (RP) kali lebih rendah dibandingkan subyek dengan pendapatan tinggi.

(Ghazali et al., 2010).

Uji hipotesis merupakan prosedur statistik untuk menunjukkan kesahihan suatu hipotesis (Tumbelaka et al., 2010). Uji regresi Poisson univariat dengan taraf signifikansi 0,05 atau interval kepercayaan 95% digunakan untuk menguji hubungan jenis persalinan dengan status ekonomi (atau variabel perancu lainnya). Analisis bivariat dilakukan dengan Stata Special Edition (SE) versi 12.0.

3. Analisis Multivariat

(16)

commit to user

dengan RSV akan memberikan estimasi yang lebih akurat dibandingkan regresi logistik (Lee et al., 2009; Barros dan Hirakata, 2003; Coutinho et al., 2003).

(17)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Status Ekonomi

a. Definisi

Status sosial ekonomi menurut Zaahara (2000) adalah kedudukan seseorang atau keluarga secara ekonomis, politis, dan sosial yang dapat dinilai dari jenis pekerjaan, pendidikan, pemilikan aset, prestise berupa penghormatan masyarakat dilihat dari kedudukan formal, informal maupun lembaga adat dan agama. Secara khusus, status ekonomi merujuk pada tingkatan (hirarki) seseorang menurut parameter yang dapat dikuantifikasi secara ekonomi saja, misalnya jenis pekerjaan, pendapatan, serta aset.

(18)

commit to user

dan sanitasi, transportasi, partisipasi dalam masyarakat (Alemina, 2003).

b. Parameter Status Ekonomi

Status ekonomi seseorang dapat ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan aset yang dimiliki (Yulisanti, 2000). 1) Pendidikan

Pendidikan tidak hanya memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga mempengaruhi selera, minat, etiket, dan cara bicara seseorang. Jenis dan tinggi rendahnya pendidikan juga akan mempengaruhi pilihan pekerjaan (dan pendapatan) seseorang.

2) Pekerjaan/jabatan

Pendidikan yang memadai akan memudahkan dalam mendapat pekerjaan. Ada beberapa jenis pekerjaan tertentu yang dapat meningkatkan kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Pekerjaan sangat berkaitan dengan jabatan/posisi seseorang dalam lingkungan kerjanya.

3) Pendapatan

(19)

commit to user

8

4) Kepemilikan Aset

Menurut BPS (2008) dalam Sadiyah (2012), status ekonomi dipengaruhi oleh kepemilikan aset berupa tempat tinggal berupa luas bangunan, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar untuk memasak, frekuensi membeli daging, ayam, dan susu seminggu, frekuensi makan sehari, sejumlah stel pakaian baru yang dibeli setahun, akses ke puskesmas/poliklinik, lapangan pekerjaan, dan riwayat pendidikan tertinggi.

c. Program Jaminan Persalinan

Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Sasaran Jampersal adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari) (Permenkes RI, 2012) .

(20)

commit to user

posisi sosial dimana terjadi ketidakadilan distribusi pendapatan yang dibutuhkan untuk memproduksi kesehatan (Solar dan Irwin, 2007).

2. Jenis Persalinan

a. Definisi

Persalinan atau partus adalah serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut Manuaba (2002), persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Menurut Manuaba (1998), bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:

1) Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan tindakan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

(21)

commit to user

10

b. Faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan

Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang berasal dari kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi janin dalam kandungan, yaitu :

1) Faktor kekuatan his (power)

Kesulitan dalam jalannya persalinan (distosia) karena kelainan tenaga his adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua, sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor gizi sangat berperan karena mempengaruhi kekuatan (power) pada saat persalinan (Mochtar, 1998).

2) Faktor jalan lahir (passege)

Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan tindakan antara lain: ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan serviks uteri, uterus, dan ovarium (Mochtar, 1998).

(22)

commit to user

3) Faktor bayi (passenger)

Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Pada keadaan normal, bentuk bayi, berat badan, posisi, dan letak dalam perkembangannya sampai pada akhir kehamilan dan siap untuk dilahirkan, bayi mempunyai kekuatan mendorong dirinya keluar sehingga persalinan berjalan spontan (Mochtar, 1998).

c. Persalinan Spontan

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis normal yang dialami wanita (Cunningham, 2007). Persalinan spontan adalah proses persalinan yang seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 1998).

1) Kala persalinan

Persalinan normal dibagi menjadi empat kala (Wiknjosastro, 2005). Kala I adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm (Mochtar, 1998).

(23)

commit to user

12

menjadi 9 cm. Terakhir adalah periode deselerasi yang berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Mochtar, 1998).

Kala II atau kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali (Mochtar, 1998). Kala III atau kala pengeluaran uri, terjadi setelah bayi lahir. Pada kala III, kontraksi rahim istitahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya (Mochtar, 1998).

Kala IV dimulai dengan observasi selama 2 jam post partum. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan seperti, vital sign ibu dalam batas normal, apakah kontraksi uterus baik, pastikan bahwa perdarahan per vaginam kurang dari 500 cc, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, pastikan kandung kemih harus kosong dan jika terdapat luka-luka di perineum harus dirawat segera (Manuaba, 2001).

2) Mekanisme persalinan

(24)

commit to user

kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul (Wiknjosastro, 2005). Keadaan bagian terbesar kepala (diameter biparietal) melewati pintu atas panggul atau ubun-ubun kecil sudah terletak di bawah spina iskhiadika (bidang Hodge III) disebut cakap (engaged) (Wolcott dan Bailey, 2007).

Sampai di dasar atas panggul kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimum (Wiknjosastro, 2005). Fleksi menyebabkan berkurangnya diameter anteroposterior kepala. Hal ini terjadi saat kepala mengenai pita muskulus levator ani, sehingga terjadi pengurangan diameter sekitar 1,5 cm sampai 2,5 cm. Selanjutnya juga terjadi fleksi kembali sehingga tercapai diameter suboksipitobregmatikus 9,5 cm (Wolcott dan Bailey, 2007).

(25)

commit to user

14

ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai titik tumpuan (hipomoklion), kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan (Wiknjosastro, 2005).

Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya bahu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar (Wiknjosastro, 2005). Putaran paksi luar menyebabkan kepala kembali ke posisi awal, yaitu melintang. Sementara itu diameter bisakromial (bahu janin) mengadakan penyesuaian dalam posisi anteroposterior dengan diameter terbesar pintu bawah panggul. Selanjutnya terjadi pengeluaran bahu depan melalui bawah simfisis dan bahu belakang melalui dinding posterior vagina (fourchette) (Wolcott dan Bailey, 2007).

d. Persalinan dengan Tindakan

(26)

commit to user

dilakukan. Sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan dengan alat bantu (Chamberlain dan Steer, 1999).

Persalinan normal sering terhambat karena faktor-faktor yang kurang terdeteksi dengan baik pada masa kehamilan, sehingga sering terjadi persalinan macet atatu persalinan lama. Persalinan lama atau distosia (penyulit) adalah persalinan yang gagal berjalan secara normal dan menyebabkan kesulitan pada ibu dan bayi, jika persalinan tidak selesai dalam 18 jam pada primipara (wanita yang pertama kali hamil) dan 12 jam pada multipara (wanita yang pernah melahirkan sebelumnya) (Depkes RI, 1996). Penyebab persalinan lama menurut Endjun (2002), antara lain:

1) Inersia uteri, yaitu suatu kondisi dimana kontraksi rahim melemah atau kekuatan kontraksi rahim tidak sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim. Keadaan ini mengakibatkan intensitas dan frekuensi dari kontraksi rahim yang tidak adekuat. Inersia uteri ada dua, yaitu:

a) Inersia uteri primer, kontraksi rahim tidak pernah sesuai dengan besarnya pembukaan rahim.

b) Inersia uteri sekunder, kontraksi rahim pernah mencapai kekuatan yang sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim, tetapi kemudia melemah.

(27)

commit to user

16

3) Posisi dari bayi dalam rahim yang tidak baik/normal.

4) Panggul yang tidak cukup untuk lewatnya kepala bayi (disproporsi panggul-bayi), dalam hal ini seksio sesarea adalah pilihan yang terbaik.

Untuk menolong keselamatan ibu dan bayi dalam proses persalinan macet atau lama maka dilakukan tindakan persalinan operatif dengan bantuan alat-alat tertentu. Adapun tindakan tersebut:

1) Persalinan dengan ekstraksi vakum

Persalinan melalui vagina atau jalan lahir dengan menggunakan bantuan alat ektraksi vakum, yaitu suatu alat yang terbentuk dari baja atau sebuah plastik berbentuk cup yang fleksibel lentur (Ling dan Duff, 2001). Menurut Chamberlain dan Steer (1999), indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum antara lain:

a) Kelelahan ibu (berdebar, terengah-engah, suhu badan tinggi, terlalu lelah untuk mendorong),

b) Partus macet pada kala II,

c) Gawat janin ringan (denyut jantung yang tidak teratur, meconium dalam cairan amnion),

(28)

commit to user

Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum dengan catatan persyaratan persalinan pervagina memenuhi.

2) Persalinan dengan forsep

Merupakan persalinan tindakan melalui jalan lahir dengan menggunakan alat berbentuk bilah baja dobel yang ditempatkan dalam vagina dan pada sisi lain terkunci sebagai penjepit kepala bayi. Terdapat prasyarat tertentu yang wajib dipenuhi sebelum menggunakan forsep, karena persalinan dengan forsep hanya dapat dilakukan terutama jika pembukaan jalan lahir lengkap dan kepala bayi dengan ukuran yang terbesar telah melewati pintu atas panggul dan hampir sepenuhnya berputar, kulit kepala kelihatan secara mudah dan kandung kencing ibu harus kosong (Hadi, 2001).

Adapun indikasi persalinan dengan tindakan bantuan ekstraksi forsep menurut Ling dan Duff (2001), antara lain:

a) Gawat janin, yang ditandai dengan denyut jantung janin menjadi cepat atau lambat dan tidak teratur, serta adanya meconium (pada janin letak kepala),

b) Ruptur uteri mengancam,

c) Adanya edema pada vagina atau vulva,

(29)

commit to user

18

e) Eklamsia yang mengancam, f) Partus tidak maju-maju,

g) Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga (exhausted mother). 3) Persalinan operasi seksio sesarea

Persalinan seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Persalinan ini dilakukan apabila persalinan pervaginam tidak dimungkinkan. Indikasi utama persalinan seksio sesarea terprogram adalah disproporsi kepala panggul (panggul sempit), karena tidak mungkin lagi untuk persalinan pervaginam. Sedangkan indikasi seksio sesarea tidak terprogram adalah tidak adanya kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal (Gifford et al., 2000).

3. Hubungan Status Ekonomi dengan Jenis Persalinan

Status ekonomi merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi persalinan (Mulidah et al., 2003). Indikator status ekonomi berhubungan dengan tingkat kesehatan, termasuk angka kesakitan, kesehatan diri dan kematian (Davey et al., 1998). Kehamilan dan anak usia dini merupakan periode rentan waktu di mana keadaan ekonomi memiliki efek yang merugikan dalam jangka panjang (Kramer et al., 2009).

(30)

commit to user

makanan akan berpengaruh pada gizi saat dan sebelum hamil. Hal ini selanjutnya akan berpengaruh pada kondisi kehamilan dan pada faktor kekuatan (power) dalam proses persalinan. Wanita dengan tingkat pendidikan dan pendapatan rendah pada akhirnya rentan mengalami persalinan dengan bantuan alat/persalinan tindakan (Djallalludin et al., 2004).

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Usia

Pendidikan Pekerjaan Pendapatan

Disproporsi panggul

Passage Passenger

Jampersal Ibu hamil

Persalinan tindakan

Tinggi badan < 145cm

Letak janin

Persalinan normal

Paritas Power (his)

Kondisi Kehamilan Status Ekonomi

(31)

commit to user

20

C. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan jenis persalinan.

(32)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia ikut menyepakati Deklarasi Milenium yang menegaskan

kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai tujuan

pembangunan milenium (Millenium Development Goals, MDGs) pada tahun

2015. Tujuan keempat dan kelima MDGs adalah upaya untuk menurunkan

kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu (Bappenas, 2010).

Kematian bayi paling sering dijumpai pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia), sedangkan kematian ibu bersalin bisa

terjadi karena berbagai sebab. Penyebab langsung kematian ibu adalah

perdarahan, tekanan darah tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan

macet dan komplikasi keguguran. Penyebab tidak langsung kematian ibu dan

bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial

ekonomi dan budaya. Hal tersebut mengakibatkan kondisi ‘3 Terlambat’

(terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan, dan

terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan ‘4 Terlalu’ (terlalu tua,

terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran) (Kemenkes, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

(33)

commit to user

2

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 diperoleh perkiraan

AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun angka ini sudah turun

dibandingkan hasil SDKI tahun 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran

hidup, tapi hasil tersebut masih jauh dari target kelima MDGs sebesar 102 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2009).

Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, tercatat kematian ibu dengan latar

belakang persalinan tindakan operasi sebanyak 34%, dengan penyebab

pre-eklamsia berat sebanyak 54%, dan perdarahan sebanyak 20% (Tjiptosisworo et

al., 2004). Persalinan tindakan dilakukan untuk membantu persalinan yang

mengalami penyulit, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.

Partus lama merupakan indikasi utama dilakukannya persalinan tindakan. Hal ini

sering disebabkan oleh kelainan letak, disproporsi kepala panggul dan gangguan

kontraksi uterus (his yang tidak adekuat) (GOI-UNICEF, 2000). Persalinan

tindakan pervaginam dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forsep, dapat

meningkatkan bahaya robekan jalan lahir dan perdarahan pascapersalinan yang

merupakan faktor penyebab kematian ibu sebesar 2,5-5%. Sedangkan tindakan

seksio sesarea berkontribusi lebih besar (14%) terhadap kematian ibu (Djaja et

al., 2002).

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan tindakan,

yang dapat dibedakan menjadi faktor intrinsik (passenger), faktor maternal dan

(34)

commit to user

kelainan janin. Faktor maternal biologi adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran,

tinggi badan (<145 cm), dankelainan jalan lahir (passage). Faktor maternal lain

meliputi status gizi/Indeks Massa Tubuh (IMT), anemia, tekanan darah, riwayat

obstetrik buruk, penyakit penyerta, dan komplikasi persalinan (Fraser et al.,

2002). Kedua faktor di atas berperan dalam kekuatan ibu saat persalinan (power).

Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi persalinan antara lain

pendidikan, sosial ekonomi, pelayanan kesehatan antara lain pemeriksaan

kehamilan (ANC), tempat tinggal, dan sebagainya (Mulidah et al., 2003). Faktor

lingkungan ini secara tidak langsung juga turut mempengaruhi kekuatan ibu saat

persalinan.

Status ekonomi sebagai salah satu faktor lingkungan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Pendapatan

bulanan keluarga digunakan untuk membiayai keperluan hidup, termasuk

kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi

makanan. Pada akhirnya, status ekonomi akan mempengaruhi asupan gizi ibu

pada saat hamil. Hal ini selanjutnya akan berdampak pada kondisi kehamilan dan

pada faktor kekuatan (power) selama proses persalinan. Ibu hamil/bersalin

dengan status ekonomi rendah cenderung rentan mengalami persalinan dengan

bantuan alat/persalinan tindakan (Djallalludin et al., 2004).

Berpijak dari hal-hal yang disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk

(35)

commit to user

4

Moewardi Surakarta. Sebelumnya telah dilakukan penelitian dengan topik serupa

di lokasi yang sama, yang bertujuan untuk menganalisis faktor risiko ibu, faktor

gizi, faktor kesehatan, dan pertolongan persalinan terhadap terjadinya persalinan

dengan tindakan (Kusumawati, 2006). Hasil penelitian yang menggunakan

rancangan kasus kontrol tersebut menunjukkan adanya hubungan kondisi sosial

ekonomi dengan kejadian persalinan tindakan. Adapun perbedaannya, penelitian

ini dilakukan setelah diberlakukannya program Jaminan Persalinan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara status ekonomi dengan jenis persalinan?

2. Apakah prevalensi persalinan dengan tindakan dijumpai lebih tinggi pada

wanita hamil dengan status ekonomi rendah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

status ekonomi dengan jenis persalinan, serta untuk mengetahui perbandingan

prevalensi persalinan tindakan antara wanita hamil yang status ekonominya

(36)

commit to user

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu kedokteran

dan penelitian selanjutnya tentang hubungan antara status ekonomi dengan

jenis persalinan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian tenaga

(37)

commit to user

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bulan April-Juli 2012 dilakukan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional terhadap 60 orang ibu yang melahirkan di

Bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Dari data hasil penelitian dengan kuesioner dan rekam medik responden

dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan,

jenis pekerjaan, jenis persalinan, paritas, tinggi badan, serta ketercakupan

asuransi seperti yang dirangkum dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

(38)

commit to user

Secara keseluruhan responden memiliki rentang usia 15-41 tahun dengan

rerata usia 28,17 tahun (simpang baku 6,39). Sebagian besar responden (73,3%)

berada pada rentang umur 21-35 tahun. Proporsi terbesar untuk tingkat

pendidikan responden adalah SMA (46,7%). Lebih dari separuh responden

(56,7%) merupakan ibu rumah tangga, sedangkan untuk jenis pekerjaan suami

didominasi sebagai pegawai (76,7%).

Dari Tabel 4.1 juga didapatkan informasi bahwa proporsi responden

yang melakukan persalinan spontan dengan persalinan tindakan relatif seimbang

(51,67% vs 48,33%). Dari riwayat obstetri didapatkan proporsi responden

multipara sedikit lebih tinggi dibandingkan responden primipara (53,3% vs

46,7%). Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan hanya didapatkan 6,7%

responden dengan tinggi badan <145 cm. Hampir seluruh responden (98,3%)

tercakup program jaminan kesehatan/persalinan.

Tabel 4.2. Karakteristik Pendapatan Keluarga Responden

Pendapatan Keluarga Nilai (Rp)

(39)

commit to user

Tabel 4.2 menyajikan estimasi pendapatan keluarga responden dalam

satu bulan. Berdasarkan nilai median pendapatan yang digunakan sebagai cuttoff

point untuk menentukan tinggi-rendahnya pendapatan keluarga, proporsi

responden dengan tingkat pendapatan keluarga tinggi dan responden dengan

tingkat pendapatan keluarga rendah adalah sama, yaitu 50%.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas (pendapatan keluarga) dan variabel terikat (jenis persalinan). Analisis

bivariat juga dilakukan terhadap faktor perancu (kovariat) yaitu paritas, riwayat

pendidikan, dan tinggi badan. Faktor perancu dengan p < 0,25 pada analisis

bivariat menggunakan regresi Poisson sederhana dengan metode robust

variance, dimasukkan dalam analisis multivariat.

1. Hubungan Jenis Persalinan dengan Pendapatan Keluarga

Tabel 4.3 berikut ini merangkum hasil analisis bivariat antara tingkat

pendapatan keluarga dengan jenis persalinan.

Tabel 4.3. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Pendapatan Keluarga

(40)

commit to user

Dari tabel 4.3 tampak bahwa prevalensi persalinan dengan tindakan

dijumpai hampir dua kali lebih besar pada responden dengan pendapatan

keluarga rendah (65,5%) dibandingkan responden dengan pendapatan

keluarga tinggi (34,5%). Sebaliknya, prevalensi persalinan spontan dijumpai

hampir dua kali lebih besar pada responden dengan pendapatan keluarga

tinggi (64,5%) dibandingkan responden dengan pendapatan rendah (35,5%).

Hasil uji regresi Poissonmenunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis

persalinan dengan pendapatan keluarga, yaitu prevalensi persalinan tindakan

didapatkan 1,9 kali lebih tinggi pada ibu dengan pendapatan keluarga rendah

daripada ibu dengan pendapatan keluarga tinggi (rasio prevalensi, PR =1,9; p

= 0,030).

2. Hubungan Jenis Persalinan dengan Riwayat Pendidikan

Hasil analisis bivariat antara riwayat pendidikan dengan jenis

persalinandisajikan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Riwayat Pendidikan

Variabel

Dari tabel 4.4 didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan

sedikit lebih tinggi pada responden dengan pendidikan rendah (55,2%)

dibandingkan responden dengan pendidikan tinggi (44,8%). Adapun

(41)

commit to user

34

pendidikan tinggi (71,0%) dibandingkan responden dengan pendidikan

rendah (29,0%). Hasil uji regresi Poisson menunjukkan hubungan yang

signifikan antara jenis persalinan dengan pendidikan ibu, yaitu prevalensi

persalinan tindakan didapatkan 1,7 kali lebih tinggi pada ibu dengan riwayat

pendidikan rendah dibandingkan ibu dengan riwayat pendidikan tinggi (PR

=1,7; p = 0,043).

3. Hubungan Jenis Persalinan dengan Paritas

Hasil analisis bivariat antara paritas dengan jenis persalinan disajikan

dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Paritas

Variabel

Dari tabel 4.5 didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan dua

kali lebih besar pada responden multigravida (69,0%) dibandingkan

responden primigravida (31,0%). Sebaliknya, prevalensi persalinan spontan

dijumpai hampir dua kali lipat lebih besar pada responden primigravida

(62,3%) dibandingkan responden multigravida (38,7%). Hasil uji regresi

Poisson menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis persalinan

dengan status paritas, yaitu prevalensi persalinan tindakan didapatkan 1,9 kali

lebih besar pada ibu multigravida dibandingkan ibu primigravida (PR =1,9; p

(42)

commit to user

4. Hubungan Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan

Hasil analisis bivariat antara tinggi badan dengan jenis persalinan

disajikan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan

Variabel

Dari tabel 4.6 didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan jauh

lebih kecil pada responden dengan tinggi badan <145 cm (10,3%)

dibandingkan responden dengan tinggi badan ≥145 cm (89,7%). Begitu pula

untuk persalinan spontan, prevalensinya sangat kecil pada responden dengan

tinggi badan <145 cm (3,2%) dibandingkan responden dengan tinggi badan

≥145 cm (96,8%). Meskipun hasil uji regresi Poisson menunjukkan

prevalensi persalinan tindakan 1,6 kali lebih besar pada ibu dengan tinggi

badan <145 cm dibandingkan pada ibu dengan tinggi badan ≥145 cm, namun

rasio tersebut tidak signifikan secara statistik (p = 0,140).

C. Analisis Multivariat

Analisis regresi Poisson multivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dan jenis persalinan dengan

mengontrol variabel lain agar didapatkan hasil yang lebih tidak merancukan.

(43)

commit to user

36

sehingga semuanya diikutkan dalam analisis multivariat. Hasil analisis

multivariat dirangkum dalam tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7. Hasil Analisis Regresi Poisson Multivariat (Model 1) tentang Hubungan Status Ekonomi (Tingkat Pendapatan Keluarga) dengan Jenis Persalinan, dengan Mengontrol Riwayat Pendidikan, Paritas, dan Tinggi Badan Ibu

Variabel RP Interval Kepercayaan (IK) 95% Nilai p

Batas Bawah Batas Atas

Pendapatan keluarga

Dari analisis multivariat ternyata justru tidak didapatkan satu pun

variabel yang menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan

jenis persalinan, termasuk pendapatan keluarga. Selanjutnya dilakukan analisis

multivariat lanjutan untuk menemukan model statistik dengan setidaknya satu

variabel bebas yang signifikan, yang dapat memprediksi jenis persalinan.

Modeling dilakukan dengan metode backward elimination, yaitu dengan

mengeluarkan satu persatu variabel bebas secara urut dengan nilai p tertinggi

dari model 1 (tabel 4.7), dalam hal ini adalah riwayat pendidikan (p = 0,285).

(44)

commit to user

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Poisson Multivariat (Model 2) tentang Hubungan Status Ekonomi (Tingkat Pendapatan Keluarga) dengan Jenis Persalinan dengan Mengontrol Paritas dan Tinggi Badan Ibu

Variabel RP Interval Kepercayaan (IK) 95% Nilai p

Batas Bawah Batas Atas

Pendapatan keluarga rendah 1,8 1,0 3,1 0,049

Multipara 1,8 1,0 3,2 0,067

Tinggi badan <145 cm 1,4 0,9 2,2 0,144

Log pseudolikelihood -47.393362

Pseudo R2 0.0537

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dalammodel 2 tersebut pendapatan keluarga

mempunyai hubungan dengan jenis persalinan yang secara statistik signifikan namun

marjinal (mendekati 0,05). Prevalensi persalinan dengan tindakan pada ibu dengan

pendapatan keluarga rendah 1,8 lebih besar dibandingkan ibu dengan pendapatan

keluarga tinggi (RP = 1,8; IK 95% = 1,0 – 3,1; p = 0,049) setelah mengontrol

variabel paritas dan tinggi badan ibu. Hasil analisis multivariat paritas dan tinggi

badan terhadap jenis persalinan menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Dengan

demikian, hipotesis penelitian ini diterima. Hasil uji diagnostik pascamodeling

menunjukkan bahwa Model 2 tidak berbeda secara statistik dibandingkan model 1 (p

= 1,000), sehingga Model 2 dipilih sebagai model final dalam analisis multivariat karena lebih efisien (parsimonious) dengan 3 variabel prediktor. Model dengan

pendapatan keluarga, paritas, dan tinggi badan mampu memprediksi/menjelaskan

(45)

commit to user

38 BAB V

PEMBAHASAN

A. Prevalensi Jenis Persalinan Menurut Status Sosial Ekonomi Keluarga dan

Faktor Maternal

Status sosial ekonomi merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi persalinan (Mulidah et al., 2003). Pendapatan keluarga yang didapatkan tiap bulan untuk membiayai keperluan hidup, termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi makanan pada akhirnya berpengaruh pada gizi ibu sebelum dan pada saat hamil. Hal ini akan berpengaruh pada kondisi kehamilan dan faktor kekuatan (power) dalam proses persalinan. Pendapatan keluarga yang rendah dapat menyebabkan kondisi ibu selama kehamilan tidak optimal dan seringkali pada akhirnya persalinan harus disertai tindakan atau dilakukan dengan bantuan alat (Djallalludin et al., 2004).

Pada penelitian ini didapatkan hubungan pendapatan keluarga dengan jenis persalinan, yaitu prevalensi persalinan tindakan 1,9 kali lebih tinggi dijumpai pada ibu dengan pendapatan keluarga rendah dibandingkan ibu dengan

pendapatan keluarga tinggi (RP = 1,9; p = 0,03). Hubungan yang bermakna tersebut tetap signifikan setelah mengontrol pengaruh paritas dan tinggi badan ibu, meskipun rasio prevalensinya sedikit menurun (RP = 1,8; IK 95% 1,0

(46)

commit to user

lebih besar untuk mengalami partus lama daripada ibu dengan pendapatan tinggi.

Riwayat pendidikan pada umumnya menentukan kondisi sosial ekonomi dan secara tidak langsung memberikan efek pada pemahaman akan nutrisi dan makanan (Walraven et al., 1997). Riwayat pendidikan juga berpengaruh pada pemilihan makanan dan pola makan yang selanjutnya berpengaruh pada kehamilan (Auger et al., 2008).

Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi persalinan tindakan dijumpai 1,7 kali lebih tinggi pada ibu dengan riwayat

pendidikan rendah dibandingkan ibu dengan riwayat pendidikan tinggi (RP =

1,7; p = 0,043). Hasil ini sesuai dengan penelitian Irsal dan Hasibuan (2005)

yang mengungkapkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah memiliki risiko 9,3 kali lebih besar untuk mengalami kala II lama yang merupakan salah satu indikasi dilakukannya persalinan dengan tindakan. Meski demikian, hasil analisis multivariat pada penelitian ini tidak lagi menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan kejadian persalinan dengan tindakan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kusumawati (2006) yang melaporkan tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap jenis persalinan (p = 0,109). Hal tersebut dapat disebabkan oleh kemajuan teknologi yang menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat memudahkan masyakarakat mendapatkan informasi baru, termasuk dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

(47)

commit to user

40

dibandingkan dengan persalinan spontan. Jika wanita nullipara memilih operasi sesar berdasarkan asumsi seperti ketakutan dengan proses melahirkan secara alami, maka wanita multipara memiliki alasan yang lebih kuat, biasanya akibat pengalaman melahirkan sebelumnya yang dianggap cukup traumatik. Wanita nullipara mempunyai risiko 3,4 kali lebih besar (IK 95% 2,8-4,2) untuk persalinan seksio sesarea darurat daripada wanita multipara, dan wanita multipara pilihan persalinan sesarea lebih sering daripada wanita nullipara (OR = 4,0; IK 95% 3,0-5,3) (Turcot et al., 1997; Gordon et al. 1991)

Dari hasil analisis bivariat pada penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna antara jenis persalinan dengan status paritas. Prevalensi ibu multigravida menjalani persalinan tindakan lebih tinggi 1,9 kali daripada ibu

primigravida (RP = 1,9; p = 0,032). Meski demikian, pada analisis multivariat

hubungan status paritas dengan jenis persalinan tidak lagi bermakna. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Tjipta et al. (2003) yang melaporkan prevalensi persalinan sesar yang lebih tinggi pada ibu multigravida (47,8%) dibandingkan pada ibu primigravida (39,9%).

(48)

commit to user

Tinggi badan ibu yang rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya persalinan tindakan karena tinggi badan yang rendah berhubungan dengan disproporsi kepala panggul (cephalopelvic disproprotion) yang seringkali menyebabkan obstruksi jalan lahir (Blumenfeld et al., 2006).

Hasil penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan jenis persalinan, baik pada analisis bivariat maupun multivariat. Hal ini disebabkan sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tinggi badan ≥145cm. Jumlah responden dengan tinggi badan rendah tidak mencukupi untuk mencapai kemaknaan statistik dalam analisis.

B. Kelemahan Penelitian

Pertama, desain cross-sectional penelitian ini tidak memungkinkan ditegakkannya hubungan kausal status ekonomi rendah sebagai faktor risiko atau penyebab persalinan dengan tindakan. Sebagai konsekuensinya, ‘ukuran efek’ yang dipilih bukan Rasio Odds (RO) dengan regresi logistik melainkan Rasio Prevalensi (RP) dari regresi Poisson dengan metode RSV (Barros dan Hirakata, 2003). Keuntungannya, hasil analisis dengan regresi Poisson tidak akan menimbulkan overestimasi ukuran efek/hubungan sebagaimana yang dihasilkan dari regresi logistik untuk riset cross-sectional dengan temuan prevalensi yang tinggi (Lee et al., 2009).

(49)

commit to user

42

sehingga ada kemungkinan misklasifikasi, yaitu responden dengan penghasilan di atas UMK masih dikategorikan mempunyai pendapatan keluarga yang rendah. Implikasinya, hasil analisis bisa berbeda cukup jauh jika cuttoff point-nya diturunkan.

Ketiga, model analisis dalam penelitian ini hanya bisa menjelaskan hubungan tidak langsung variabel-variabel yang diteliti dengan tindakan persalinan kira-kira sebesar 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor atau variabel lain yang potensial berhubungan dengan jenis persalinan perlu diidentifikasi dan diteliti.

Keempat, sampel pada penelitian ini kurang variatif karena hanya terbatas pada ibu melahirkan di Bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi. Adapun RSUD Dr. Moewardi adalah rumah sakit rujukan, sehingga sebagian besar pasien rujukan yang datang memerlukan tindakan dalam persalinan.

(50)

commit to user

43 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa status ekonomi rendah (RP = 1,8; IK 95% = 1,0–3,1; p = 0,049) pada ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan prevalensi persalinan tindakan yang lebih tinggi, setelah mengontrol pengaruh variabel paritas dan tinggi badan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran peneliti adalah sebagai berikut :

1. Perlunya perhatian lebih dalam perawatan antenatal care dari tenaga kesehatan kepada ibu hamil dengan status ekonomi rendah untuk mengantisipasi persalinan dengan tindakan.

2. Meningkatkan upaya promotif berupa penyuluhan pada ibu hamil mengenai program Jampersal agar program tersebut berjalan lebih optimal dan menurunkan angka kejadian persalinan dengan tindakan.

3. Meningkatkan edukasi mengenai dampak maupun komplikasi dari persalinan tindakan bagi ibu maupun bayi.

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang lebih baik untuk menilai tingkat pendapatan, misalnya: upah minimum kota/UMK.

Gambar

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
tabel 2x2 (Taufiqurrahman, 2003; Ghazali et al., 2010).
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1. Karakteristik Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya untuk mengatasi hal tersebut kami mengikuti sosialisasi BOS ditingkat kecamatan dan meminta bantuan dari UPTD untuk dibimbing dalam pembuatan RKAS sehingga

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Material Request Daily Report L12 Bentuk Security and Risk Management Control L13 Kuesioner Security and Risk Management Control L14 Wawancara Security and

Pada penelitian ini, Perusahaan Distributor Pelumas dalam menentukan pengendalian persediaan produk Oli yang optimal adalah dengan menggunakan model deterministik dinamis

Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai perbedaan adversity quotient pada mahasiswa yang mengikuti Objective Structured Clinical Skills (OSCE) berdasarkan motivasi

Berdasarkan model genangan banjir rob yang ditunjukkan pada Gambar 14, hampir seluruh kelurahan di Kecamatan Semarang Utara terkena dampak dari banjir rob, yang

,VODP DGDODK VLVWHP NHSHUFD\DDQ DWDX WHRORJL GDQ LEDGDK $O 4XU·DQ PHUXSDNDQ SDQGXDQ XWDPD EDJL NHKLGXSDQ 0XVOLP VHODLQ

(6) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D4