METODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianPada prinsipnya ada dua jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Menurut Malau (1996: 45) penelitian kuantitatif mengacu pada anggapan bahwa suatu gejala sosial dapat diukur dan diubah dalam bentuk angka, sehingga dapat dilakukan perhitungan statistik untuk menganalisis data baik untuk keperluan deskriptif maupun untuk uji hipotesis, dan membuat kesimpulan. Sedangkan menurut Bogman dan Taylor (Moleong, 2000: 3) penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, menurut mereka kita tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian keutuhan.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, bertujuan utama untuk me-nelaah pemahaman matematik siswa dan kemampuannya untuk berpikir kritis setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi.
B. Desain Penelitian
eksperimen dengan desain berbentuk randomized pre test-post test control group design.
Dalam penelitian ini diambil sampel dua kelas yang homogen dengan pembelajaran berbeda. Kelompok pertama, diberikan pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi (X), kelompok kedua diberikan perlakuan dengan pembelajaran biasa. Dengan demikian, desain eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
R O X O
R O - O
Keterangan:
R = Pemilihan kelas secara acak O= Tes awal (pre test)
O= Tes akhir (post test)
X= Pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi
C. Variabel Penelitian
Untuk memperjelas variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini dan tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikuti diberikan definisi operasional, sebagai berikut:
Penelitian ini memuat dua variabel bebas dan dua variabel terikat.
Variabel bebas 1: Pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan
aspek analogi. Pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi ini diterapkan kepada siswa pada kelas eksperimen, yang dipilih secara acak dari beberapa kelas yang tersedia.
Variabel bebas 2: Pembelajaran dengan pendekatan biasa (konvensional).
Variabel terikat 1: Kemampuan pemahaman matematik siswa. Pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam matematika meliputi menghitung, merumuskan, membuat simbol dan mengubah suatu bentuk ke bentuk lain.
Variabel terikat 2: Kemampuan berpikir kritis siswa. Pada penelitian ini adalah
kemampuan siswa mengedepankan proses berpikir aktif dalam mencerna, mengamati, menginterpretasikan, dan menarik kesimpulan dari objek yang dipelajari.
D. Populasi dan Sampel
Berdasarkan latar belakang masalah, disebutkan bahwa tingkat kreativitas anak-anak sekolah Indonesia masih rendah, hal ini salah satunya disebabkan pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah kebanyakan didominasi oleh guru, jarang terjadi komunikasi banyak arah, dan kurang sekali terjadi diskusi antara sesama siswa maupun antara siswa dengan gurunya. Sedangkan menurut perkembangan kognitif, pada usia remaja, anak telah mencapai tahap operasi formal. Pada tahap itu remaja sudah mampu berpikir hipotesis deduktif, induktif dan fleksibel yang merupakan faktor penting dalam berpikir kritis dan kreatif (Ruseffendi, 1991 : 148). Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penelitian ini menggunakan siswa remaja yaitu siswa sekolah menengah atas (SMA) sebagai populasi.
peringkat sedang dengan pertimbangan bahwa umumnya sekolah dengan peringkat sedang selalu lebih banyak dibandingkan sekolah dengan peringkat tinggi atau rendah sehingga sampel ini dapat mewakili populasi penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMA Negeri 2 Kota Tebingtinggi. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tebingtinggi tahun 2004, nilai penerimaan siswa baru untuk SMA pada tahun ajaran 2003/2004 nilai rata-rata terendah adalah 28,36 dan tertinggi adalah 69,41. Sedangkan SMA Negeri 2 nilai rata-rata penerimaan siswa barunya adalah 49,70. Jadi SMA Negeri 2 ini termasuk sekolah dengan peringkat sedang. Sedangkan subjek sampel diambil secara acak menurut kelas dari seluruh kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Tebingtinggi dengan mengambil dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Subjek sampel dipilih siswa kelas 1 berdasar pertimbangan, karena mereka dianggap sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran baru yang berbeda dengan pembelajaran biasa dan tidak mengganggu program sekolah dalam mempersiapkan ujian akhir. Alasan lain yang menyebabkan pemilihan tempat penelitian ini, dimaksudkan agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara nyata pada tempat tugas peneliti.
E. Instrumen Penelitian
menekankan aspek analogi. Masing-masing jenis tes di atas, penulis uraikan sebagai berikut:
1. Tes Pemahaman Matematik
Soal tes pemahaman matematik di dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda beralasan yang terdiri dari 10 soal yang diberikan pada awal dan akhir penelitian bagi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana tiap soal memuat lima pilihan jawab, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik siswa secara menyeluruh terhadap materi yang telah disampaikan, serta siswa dapat memberikan penjelasan atau alasan dalam memilih jawaban yang tepat.
Kriteria pemberian skor untuk setiap butir soal pemahaman matematik yaitu skor 0 – 2, seperti tertera pada table 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Pemberian Skor Tes Pemahaman Matematik
Pilihan Jawaban Penjelasan Singkat Skor
Benar Benar 2
Benar Salah 1
Salah Salah 0
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Kriteria pemberian skor tiap butir soal dalam tes ini menurut pedoman penskoran soal-soal, di mana setiap butir soal mempunyai bobot nilai maksimal 4 (empat) dan minimal 0 (nol). Adapun kriteria penyekorannya mengacu pada tehnik penyekoran Hancock (1995), yakni :
Jawaban diberi nilai 4, jika :
- Jawaban lengkap dan benar untuk pertanyaan yang diberikan
- Illustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran, dan komunikasinya sempurna (excellent)
- Jika jawaban terbuka, jawaban semuanya benar - Pekerjaannya ditunjukkan dan atau dijelaskan clearly
- Memuat sedikit kesalahan Jawaban diberi nilai 3, jika :
- Jawaban benar untuk masalah yang diberikan
- Illustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi baik (good)
- Jika jawaban terbuka, banyak jawaban yang benar - Pekerjaannya ditunjukkan dan atau dijelaskan
- Memuat beberapa kesalahan dalam penalaran matematika Jawaban diberi nilai 2, jika :
- Beberapa jawaban dari pertanyaan tidak lengkap
- Illustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasinya cukup (fair)
- Kekurangan dalam berpikir tingkat tinggi terlihat jelas - Penyimpulan terlihat tidak akurat
- Muncul beberapa keterbatasan dalam pemahaman konsep matematika - Banyak kesalahan dari penalaran matematika yang muncul
Jawaban diberi nilai 1, jika :
- Muncul masalah dalam meniru ide matematika tetapi tidak dikembangkan - Ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan atau komunikasi kurang
- Banyak kesalahan perhitungan yang muncul
- Terdapat sedikit pemahaman matematika yang diilustrasikan - Siswa jarang mencoba beberapa hal
Jawaban diberi nilai 0, jika :
- Keseluruhan jawaban tidak ada atau tidak nampak
- Tidak muncul ketrampilan pemecahan masalah, penalaran atau komunikasi - Sama sekali pemahaman matematikanya tidak muncul
- Terlihat jelas bluffing (mencoba-coba, menebak) - Tidak menjawab semua kemungkinan yang diberikan 3. Skala Sikap Siswa
Penggunaan skala sikap bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa pada kelas eksperimen setelah memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi. Model skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap Likert. Sikap siswa yang dilihat meliputi sikap terhadap pelajaran matematika, sikap terhadap pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi, dan sikap terhadap soal-soal yang mengukur pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis. Secara lengkap kisi-kisi angket sikap siswa dan perangkat angket sikap siswa dapat dilihat pada lampiran C
lengkap dapat dilihat pada tabel F.1 dalam lampiran F. Sebelum dilakukan penyebaran skala sikap kepada siswa, agar perangkat skala sikap ini memenuhi pensyaratan yang baik, maka terlebih dahulu meminta pertimbangan dosen pembimbing untuk memvalidasi isi setiap itemnya.
4. Lembar Pengamatan/Observasi
Lembar pengamatan/observasi digunakan oleh pengamat untuk menjaring informasi secara langsung mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi. Pengamatan ini berlangsung sejak dimulainya pembelajaran sampai pembelajaran berakhir. Bertindak sebagai pengamat yaitu seorang guru matematika pada kelas yang bersangkutan dan dibantu oleh seorang guru matematika dari kelas lain yang sedang tidak melaksanakan tugas.
F. Uji Coba Instrumen
1. Analisis Data Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Matematik
Setelah diujicobakan, hasil uji coba dianalisis secara statistik untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran setiap butir/item soal. Tujuan analisis untuk melihat apakah soal yang diujicobakan valid dan reliabel untuk menjadi intrumen dalam penelititan ini. Daftar skor
perolehan hasil uji coba dapat dilihat pada Lampiran D.
a. Validitas Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda Beralasan
Untuk menghitung validitas butir soal pilihan ganda beralasan digunakan rumus koefisien korelasi product moment dengan angka kasar dari Pearson ( Arikunto, 2005 : 72) dengan rumus,
= Jumlah kuadrat nilai variabel X
Y2
= Jumlah kuadrat nilai variabel Y
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut : (Arikunto, 2005 : 75)
- Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi - Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi - Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup - Antara 0, 200 sampai dengan 0,400 : rendah
- Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Sedangkan untuk mengetahui signifikansi korelasi yang didapat, maka digunakan uji- t (Sudjana, 1996 : 379) dengan rumus sebagai berikut,
1 2
Apabila harga thitunglebih kecil dari harga tkritikdalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan (tidak valid). Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, dan N = 40 diperoleh harga ttabel = 2,704. Berdasarkan rumus di atas, maka harga t dapat
dihitung dan hasilnya dirangkum pada tabel 3.2 berikut, Tabel 3.2
Uji Validitas Butir Soal Tes Pemahaman Matematik No Soal Koef Korelasi thitung ttabel Validitas
1 0.525 3,803 2,704 Valid
2 0.514 3,694 2,704 Valid
3 0.532 3,873 2,704 Valid
4 0.652 5,301 2,704 Valid
5 0.432 2,953 2,704 Valid
6 0.564 4,210 2,704 Valid
7 0.615 4,808 2,704 Valid
8 0.428 2,919 2,704 Valid
9 0.602 4,647 2,704 Valid
b. Reliabilitas Soal Pilihan Ganda Beralasan
Untuk menghitung reliabilitas tes bentuk pilihan ganda beralasan digunakan rumus Alpha-Cronbach (Arikunto, 2005: 109), sebagai berikut:
Kriteria reliabilitas yang dibuat oleh Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) dikategorikan sebagai berikut:
rp ≤ 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 < rp ≤ 0,40 derajat reliabilitas rendah 0,40 < rp ≤ 0,60 derajat reliabilitas sedang 0,60 < rp ≤ 0,80 derajat reliabilitas tinggi 0,80 < rp ≤ 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes pilihan ganda beralasan sebesar 0,69 yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal menyatakan kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan siswa yang mampu menjawab benar dengan siswa yang tidak mampu menjawab benar. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa yang pandai dapat menjawab soal dengan baik, dan siswa yang kurang pandai tidak dapat menjawab soal dengan baik.
Untuk menghitung daya pembeda, perlu dibedakan antara skor kelompok atas (SA) dengan skor kelompok bawah (SB), dengan ketentuan untuk kelompok kecil (kurang dari 100), seluruh kelompok dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah (Arikunto, 2005: 212). Menghitung daya pembeda (DP) dilakukan dengan menggunakan rumus (Sudijono, 2001: 387) yaitu :
DP SAIASB dengan: DP = Daya pembeda
Adapun kriteria tingkat daya pembeda menurut Karno To (1996: 15) adalah sebagai berikut:
Negatif - 9% Sangat buruk 10% - 19% Buruk 20% - 29% Agak baik 30% - 49% Baik
50% - ke atas Sangat baik
Hasil analisis daya pembeda untuk soal pemahaman dengan bentuk pilihan ganda beralasan dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Tabel 3.3
Hasil Analisis Daya Pembeda Ujicoba Tes Pemahaman Matematik
No Soal DP Keterangan
1. 0,200 Agak Baik
2. 0,200 Agak Baik
3. 0,200 Agak Baik
4. 0,200 Agak Baik
5. 0,325 Baik
6. 0,200 Agak Baik
7. 0,300 Baik
8. 0,200 Agak Baik
9. 0,275 Agak Baik
10 0,425 Baik
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran setiap item soal tes pemahaman matematik dihitung dengan menggunakan rumus:
TK NB (Sudijono, 2001: 370)
dengan : TK = Tingkat Kesukaran
B = Jumlah skor yang didapat siswa pada butir soal itu
Klasifikasi tingkat kesukaran (TK) menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 213) yang digunakan adalah:
IK = 0,00 soal terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang 0,70 < IK < 1,00 soal mudah
IK = 1,00 soal terlalu mudah
Dari Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran setiap butir soal diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 3.4 di bawah. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Tabel 3. 4
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Ujicoba Tes Pemahaman Matematik
No Soal TK Keterangan
1. 0.875 Mudah
2. 0.75 Mudah
3. 0.700 Sedang
4. 0.900 Mudah
5. 0.538 Sedang
6. 0.700 Sedang
7. 0.775 Mudah
8. 0.650 Sedang
9. 0.788 Mudah
10 0.763 Mudah
Dari analisis data skor siswa hasil uji coba, secara keseluruhan validitas butir soal dan reliabilitas tes pemahaman matematik dapat dirangkum seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Rangkuman Uji Validitas Soal Pemahaman matematik (Bentuk Pilihan Ganda Beralasan)
No Soal Daya Beda Tingkat Kesukaran Validitas Keterangan
1. Agak Baik Mudah Valid Terpakai
2. Agak Baik Mudah Valid Terpakai
3. Agak Baik Sedang Valid Terpakai
4. Agak Baik Mudah Valid Terpakai
5. Baik Sedang Valid Terpakai
7. Baik Mudah Valid Terpakai
8. Agak Baik Sedang Valid Terpakai
9. Agak Baik Mudah Valid Terpakai
10 Baik Mudah Valid Terpakai
2. Analisis Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ( Soal Uraian)
a. Validitas Butir Soal Bentuk Uraian
Untuk menghitung validitas butir soal bentuk uraian digunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Pearson (Arikunto, 1997: 73) memakai angka kasar dengan rumus,
rxy =
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = Nilai hasil uji coba tiap item Y = Nilai total siswa
N = Banyaknya peserta tes
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut : (Arikunto, 2005: 75)
- Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi - Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi - Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup - Antara 0, 200 sampai dengan 0,400 : rendah
- Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh koefisien validitas untuk masing-masing butir soal seperti terdapat pada lampiran D.
Sedangkan untuk mengetahui signifikansi korelasi yang didapat, maka digunakan uji- t (Sudjana, 1996: 379) dengan rumus sebagai berikut,
dengan : t = Daya beda uji-t rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah siswa peserta tes
Apabila harga thitunglebih kecil dari harga tkritikdalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan (tidak valid). Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, dan N = 40 diperoleh harga t tabel = 2,704. Berdasarkan rumus di atas, maka harga t
dapat dihitung dan hasilnya dirangkum pada tabel 3.6 berikut, Tabel 3.6
Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis No
Soal
Koef Korelasi
thitung ttabel Validitas
1 0,621 4,884 2,704 Valid
2 0,675 5,640 2,704 Valid
3 0,670 5,564 2,704 Valid
4 0,675 5,640 2,704 Valid
5 0,566 4,232 2,704 Valid
6 0,672 5,594 2,704 Valid
b. Reliabilitas Soal Bentuk Uraian
Untuk menghitung reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha-Cronbach (Arikunto, 2005: 109), sebagai berikut:
Kriteria reliabilitas yang dibuat oleh Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) dikategorikan sebagai berikut:
0,80 < rp ≤ 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes bentuk uraian sebesar 0,616 yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakan memiliki reabilitas tinggi. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran D
c. Daya Pembeda
Untuk menghitung daya pembeda, perlu dibedakan antara skor kelompok atas (SA) dengan skor kelompok bawah (SB), dengan ketentuan untuk kelompok kecil (kurang dari 100), seluruh kelompok dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah (Arikunto, 2005: 212).
Menghitung daya pembeda (DP) dilakukan dengan menggunakan rumus (Sudijono, 2001: 387) yaitu :
DP SAIASB dengan: DP = Daya pembeda
SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok butir soal dipilih
Adapun kriteria tingkat daya pembeda menurut Karno To (1996: 15) adalah sebagai berikut:
Negatif - 9% Sangat buruk 10% - 19% Buruk 20% - 29% Agak baik 30% - 49% Baik
50% - ke atas Sangat baik
Hasil analisis daya pembeda untuk soal kemampuan berpikir kritis dengan bentuk uraian dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Tabel 3.7
No Soal DP Keterangan
1. 0,250 Agak Baik
2. 0,275 Agak Baik
3. 0,300 Baik
4. 0,250 Agak Baik
5. 0,250 Agak Baik
6. 0,250 Agak Baik
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran setiap item soal tes kemampuan berpikir kritis dihitung dengan menggunakan rumus:
TK NB (Sudijono, 2001: 370)
dengan : TK = Tingkat Kesukaran
B = Jumlah skor yang didapat siswa pada butir soal itu
N = Jumlah skor ideal pada butir soal itu
Klasifikasi tingkat kesukaran (TK) menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 213) yang digunakan adalah:
IK = 0,00 soal terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang 0,70 < IK < 1,00 soal mudah
IK = 1,00 soal terlalu mudah
Dari Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran setiap butir soal diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 3.8 di bawah. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
Tabel 3. 8
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No Soal TK Keterangan
1. 0,825 Mudah
2. 0,863 Mudah
4. 0,575 Sedang
5. 0,388 Sedang
6. 0, 850 Mudah
Dari analisis data skor siswa hasil uji coba, secara keseluruhan validitas butir soal dan reliabilitas tes kemampuan berpikir kritis dapat dirangkum seperti pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Rangkuman Uji Validitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis (Bentuk Uraian)
No Soal
Daya Beda Tingkat Kesukaran
Validitas Keterangan
1. Agak Baik Mudah Valid Terpakai
2. Agak Baik Mudah Valid Terpakai
3. Baik Mudah Valid Terpakai
4. Agak Baik Sedang Valid Terpakai
5. Agak Baik Sedang Valid Terpakai
6. Agak Baik Mudah Valid Terpakai
G. Bahan Ajar dan Pengembangannya
Di dalam penelitian ini untuk menunjang pembelajaran dengan pendekatan
Tabel 3.10
Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi Pokok Kelas : X
Standar kompetensi : 1. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma, persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat, sistem persamaan linier-kuadrat, pertidaksamaan, logika matematika.
Mengubah bentuk akar ke bentuk
pangkat dan sebaliknya didasarkan pada pertimbangan dari para dosen pembimbing.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu : (1) Tahap Persiapan, (2) Tahap Pelaksanaan, dan (3) Tahap Analisis Data. Ketiga tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
pembelajaran, dan terakhir memilih sampel secara acak terhadap seluruh siswa kelas X (jumlah kelas seluruhnya 8 kelas) di SMA Negeri 2 Kota Tebingtinggi sebanyak dua kelas untuk dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selain itu penulis melakukan kunjungan ke sekolah itu selama seminggu sebelum menjalankan/melaksanakan penelitian sesungguhnya dengan tujuan agar penulis dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah itu.
2) Tahap Pelaksanaan
dalam penelititan ini, disajikan dalam bentuk langkah-langkah atau alur penelitian seperti bagan pada gambar 3.1 berikut berikut :
Bagan 3.1 : Prosedur Penelitian
Penyusunan Proposal,Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Ujicoba & Analisis Instrumen dan Revisi
Penentuan Subjek &
Pelaksanaan Pretes
Kel. Eksperimen Pemb. Discovery Kel. Kontrol
Pemb. Biasa
Observasi
Skala Sikap
Pelaksanaan Postes
Analisis Data
3) Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, penulis melaksanakan analisis terhadap seperangkat data (data dari pretes, tes pemahaman, tes kemampuan berpikir kritis, angket, dan lembar pengamatan) yang telah dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian berlangsung. Data- data yang diperoleh tersebut dianalisis melalui
langkah-langkah berikut:
a. Menghitung Rata-rata dan Deviasi Standar Skor Pretes
Skor pretes dicari rata-rata dan deviasi standarnya untuk mengetahui gambaran tentang pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi dan pembelajaran biasa. Perhitungannya dilakukan dengan fungsi yang terdapat pada aplikasi Exel.
b. Menghitung Rata-rata dan Deviasi Standar Skor Postes
Skor postes dicari rata-rata dan deviasi standarnya untuk mengetahui gambaran tentang pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa sesudah diberikan pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi dan pembelajaran biasa. Data skor postes juga digunakan untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Suatu kelas disebut tuntas apabila lebih dari 85% siswa telah menguasai materi lebih dari 65%.
c. Menghitung Skor Gain
ternormalisasi). Gain ternormalisasi (g) adalah proporsi antara gain aktual (postes – pretes) dengan gain maksimal yang dapat dicapai. Rumusnya adalah :
g = Skor Postes – Skor Pretes Skor Ideal – Skor Pretes
Skor gain ternormalisasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori adalah sebagai berikut:
g < 0,3 : rendah 0,3 g < 0,7 : sedang
g 0,7 : tinggi
d. Uji Normalitas
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah data tes pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa yang dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran terdistribusi secara normal. Langkah-langkah pelaksanaan uji normalitas adalah sebagai berikut :
Menentukan tingkat keberartian sebesar 0,05
Menentukan derajat kebebasan dk = j – 3 dengan j sebagai banyaknya
kelas interval.
Menentukan nilai hitung2 dengan rumus uji kecocokan Chi-kuadrat
(chi-square) sebagai berikut :
e e o
f f
f 2
2
(Ruseffendi, 1998: 283)
dengan 2
= Chi - kuadrat
fo = Frekuensi yang diamati
fe = Frekuensi yang diharapkan
2
hitung
dengan tabel2 . Apabila
2
hitung
tabel2 maka data terdistribusi secara
normal.
e. Uji homogenitas varians dengan menggunakan rumus :
F =
S = Varians terbesar 2
k
S = Varians terkecil
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi sampel-sampel yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas sebagai berikut :
Merumuskan hipotesis :
Ho : e2 k2
= Varians kelas eksperimen
2
k
= Varians kelas kontrol
Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil sebesar 0,05 Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima Ho apabila
nilai Fhitung ≤ Ftabel dan derajat kebebasan dk1 = n1 - 1 dan dk2 = n2 –1
sehingga nilai Ftabel = F0,05(n1 - 1)(n2 – 2), pada kondisi lain Ho ditolak.
Penelitian ini ditujukan untuk menguji perbedaan rata-rata dua variabel yang berhubungan (dependent mean). Oleh karena itu, hipotesis statistik yang harus diuji dirumuskan sebagai berikut :
Ho : μx μy
HA : μx μy
x
μ pemahaman matematik atau kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan discovery yang menekankan aspek analogi.
y
μ pemahaman matematik atau kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat
pembelajaran biasa.
Rumus yang akan digunakan untuk mencari thitung adalah :
a. Jika kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t, dengan rumus sebagai berikut :
)
b. jika kedua kelompok berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t’ (uji t aksen), dengan rumus sebagai
Kriteria pengujiannya adalah :
HA diterima jika thitung > ttabel atau ttabel < thitung
g. Mengetahui hubungan/kaitan antara pemahaman matematik dengan kemampuan berikir kritis siswa dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu : (Arikunto, 2005: 72)
dengan rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Skor pemahaman matematik
Y = Skor kemampuan berpikir kritis siswa N = Banyaknya siswa peserta tes
h. Menganalisis dan mendeskripsikan sikap siswa 1. Pemberian Skor Skala sikap
Penentuan skor skala sikap Likert dapat dilakukan secara apriori dan dapat pula secara aposteriori (Subino, 1987). Secara apriori, maka bagi skala yang berarah positif akan mempunyai kemungkinan-kemungkinan skor 4 bagi SS, 3 bagi S, 2 bagi TS dan 1 bagi STS, sedangkan bagi skala yang berarah negatif maka kemungkinan skor tersebut menjadi sebaliknya.
Penentuan skor skala sikap dalam penelititan ini dilakukan secara
Tabel 3. 11.
Cara Pemberian Skor Butir Skala Sikap Model Likert
No Nilai SS SJenis responTS STS
1 F 1 8 28 3
2 Proporsi 0,025 0,200 0,700 0,075
3 Kuml. P 0,025 0,225 0,925 1,000
4 Ttk. Tng. P 0,0125 0,125 0,575 0,963
5 Z -2,240 -1,150 0,190 1,920
6 Z + 2,240 0 1,09 2,43 4,16
7 Pembltan. Z 0 1 2 4
2. Memilih Butir-butir Skala Sikap
Pemilihan butir-butir skala sikap Likert ini didasarkan kepada signifikan tidaknya Daya Pembeda butir skala yang bersangkutan. Daya pembeda butir-butir skala sikap Likert ini dianalisis dengan uji-t. Contoh analisisnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 12
Analisis Daya Pembeda Sebuah Butir Skala Sikap Likert
Katagori Kelompok Atas Kelompok Bawah Xa rataan = 3,2
Respon x f f.x f.x2 x f f.x f.x2 Xb rataan = 2,55 untuk N besar (N > 100), sedang untuk N yang kecil (N < 100) maka seluruh kelompok dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Statistik t dihitung dengan rumus :
2 mempunyai Daya Pembeda yang signifikan, oleh karena itu dapat digunakan. 3. Analisis Reliabilitas Skala Sikap
Reliabilitas skala sikap dianalisis dengan menggunakan rumus Alpha, setelah dilakukan seleksi terhadap butir-butir pernyataan yang memiliki Daya Pembeda yang signifikan. Rumus dan kriterianya sama dengan perhitungan reliabilitas instrumen tes, yaitu :
dan kriteria reliabilitas dari Guilford.
4. Hasil Pengukuran Sikap dan Minat Siswa
Hasil pengukuran sikap dan minat siswa dihitung rata-ratanya untuk setiap butir pernyataan. Kemudian dibandingkan dengan rata-rata netralnya. Apabila rata-rata skor untuk suatu pernyataan lebih besar dari rata-rata skor netralnya, maka sikap dan minat siswa dikatakan positif terhadap pernyataan tersebut.
i. Hasil Observasi Aktifitas Siswa