• Tidak ada hasil yang ditemukan

HADAPI SENGKETA DEMI HAK CIPTA Tugas ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HADAPI SENGKETA DEMI HAK CIPTA Tugas ini"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HADAPI SENGKETA DEMI HAK CIPTA

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Hukum Bisnis

Disusun oleh:

1. WiIldan Maulana

(021303153)

2. Roy Roberto

(021304122)

UNIVERSITAS WIDYATAMA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat–Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hukum Hak Cipta yang berjudul “Hadapi Sengketa Demi Hak Cipta” dalam memenuhi syarat mata perkuliahan Hukum Bisnis semester genap 2014.

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Di Indonesia sendiri, pelanggaran hak cipta menjadi hal yang telah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Masyarakat terkadang tidak menyadari bahnya sebagian tindakan mereka seperti memfotokopi sebuah buku merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak cipta.

Berbagai kasus dalam memperjuangkan hak cipta atas suatu karya telah terjadi di Indonesia, salah satunya merupakan perdebatan hak cipta boneka Si Unyil oleh Pak Raden kepada PPFN (Perum Produksi Film Indonesia) yang akan kita bahas lebih terperinci di dalam makalah ini.

Kami berharap agar makalah Hukum Hak Cipta ini dapat bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar mata kuliah yang bersangkutan serta dapat menjadi tambahan referensi informasi tentang Hukum Hak Cipta bagi pembaca. Kami meminta maaf jika masih ada kekurangan dalam makalah ini baik dari segi penulisan maupun isi sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangatlah berarti dalam pembuatan makalah yang lebih baik untuk selanjutnya. Terima kasih.

Bandung, 8 November 2014

(3)
(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 LATAR BELAKANG...1

1.2 PERUMUSAN MASALAH...3

1.3 TUJUAN PENULISAN...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 HAK CIPTA... 5

2.2 PATEN... 6

2.3 DESAIN INDUSTRI...7

2.4 MEREK... 8

2.5 DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU...9

2.6 RAHASIA DAGANG...10

BAB III TINJAUAN KASUS...11

3.1 SEJARAH... 11

3.2 PERJANJIAN... 13

3.3 PERMASALAHAN...13

BAB IV PEMBAHASAN...15

4.1 PAK RADEN DIRUGIKAN...15

4.2 TANGGAPAN PFN...17

4.3 PROSES PENYELESAIAN SENGKETA...19

4.2 AKKHIRI SENGKETA...20

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...21

5.1 SIMPULAN... 21

5.2 SARAN... 21

(5)

BAB I

Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.

Pada intinya HAKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HAKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

Secara garis besar HAKI dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1. Hak Cipta (copy rights)

2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights), yang mencakup:

- Paten;

- Desain Industri (Industrial designs);

- Merek;

- Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition);

- Desain tata letak sirkuit terpadu (integrated circuit);

- Rahasia dagang (trade secret);

1.1.2 Badan Pengurus HAKI Di Indonesia Dan Dunia

Di Indonesia badan yang berwenang dalam mengurusi HAKI adalah Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut Ditjen HAKI mempunyai tugas menyelenggarakan tugas departemen di bidang HAKI berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Menteri. Ditjen HaKI mempunyai fungsi :

(6)

b. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, pelayanan,

b. Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, tata letak Sirkuit terpadu, dan Rahasia Dagang; khusus mengurusi masalah HKI yaitu suatu badan dari PBB yang disebut WIPO (WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATIONS).

Pada saat ini, HAKI telah menjadi isu yang sangat penting dan mendapat perhatian baik dalam nasional maupun internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan WTO di tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HKI di seluruh dunia. Dengan demikian pada saat ini permasalahan HAKI tidak dapat dilepaskan dari dunia perdagangan dan investasi. Pentingnya HAKI dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan telah memacu dimulai era baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.

1.1.3 Dasar Hukum HAKI

Dasar hukum mengenai HAKI di Indonesia diatur dengan Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002. Terdapat penjelasan lengkap mengenai semua aturan tentang HKI.

Berikut penggalan UU No. 19 Tahun 2002.

BAB XIII

(7)

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,

memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

3. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

4. Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah).

(8)

lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp.

9. Barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.500.000.000.000,00 (Satu milyar lima ratus juta rupiah).

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dalam keterkaitannya dengan Hak dan Kekayaan Intelektual, kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya saja, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para penciptanya. Namun dalam hal ini pengetahuan masyarakat Indonesia tentang UU Hak Cipta masih minim, ditambah kurangnya kesadaran untuk mendaftarkan suatu karya sebagai hasil karyanya sendiri menyebabkan semakin maraknya perdebatan tentang kepemilikan suatu karya.

Dewasa ini banyak terjadi kasus pelanggaran hak cipta, mulai dari kasus pembajakan sampai dengan perebutan hak cipta atas suatu karya. Salah satu kasus yang sedang hangat dibicarakan adalah hak cipta atas Boneka Unyil. Kasus ini melibatkan dua pihak yaitu antara Drs Suyadi atau Pak Raden yang mengaku menciptakan tokoh-tokoh Si Unyil dengan PPFN (Pusat Produksi Film Nasional) yang menerbitkan tokoh Si Unyil. Persoalan pokok tentang boneka Si Unyil milik Pak Raden terjadi karena distorsi dalam perumusan kontrak yang bersifat tidak menguntungkan bagi penciptanya. Namun timbul kerancuan ketika masing-masing pihak mengklaim bahwa mereka adalah Pencipta dari suatu karya bernama Si Unyil.

1.3 TUJUAN PENULISAN

(9)

Adapun tujuan dari Tugas Kelompok Hukum dan Peraturan adalah sebagai berikut :

1. Memahami Hak Kekayaan Intelektual dan dapat membedakan antara Hak Cipta dengan Hak Kekayaan Industri (Hak paten; Desain Industri; Merek; Penanggulangan praktik persaingan curang; Desain tata letak sirkuit terpadu; Rahasia dagang.

2. Belajar dari peristiwa sengketa Pak Raden terhadap Boneka Si Unyil 3. Memahami dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HAK CIPTA

2.1.1 Pengertian Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.2 Pencipta

Yang dimaksud dengan pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

2.1.3 Pencipta atau pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang terdiri atas beberapa bagian

Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian yang diciptakan dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya itu.

2.1.4 Perancangan Suatu Ciptaan

Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, penciptanya adalah orang yang merancang ciptaan itu.

(11)

Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pembuat sebagai penciptanya apabila penggunaan ciptaan itu diperluas keluar hubungan dinas. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.

2.1.6 Pemegang Hak Cipta

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di atas.

2.1.7 Ciptaan

Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

2.1.8 Perlindungan Hak Cipta

(12)

2.2 PATEN

2.2.1 Pengertian Paten

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

2.2.2 Pemegang Paten atau Inventor

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara besama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Pemegang Paten adalah iventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten.

2.2.3 Invensi

Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

2.2.4 Hak eksklusif

Hak yang hanya diberikan kepada Pemegang Paten untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain. Dengan demikian, orang lain dilarang melaksanakan Paten tersebut tanpa persetujuan Pemegang Paten.

2.2.5 Hak Pemegang Paten

1) Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa persetujuan:

(13)

dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten;

(b) Dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.

2) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat perjanjian lisensi;

3) Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas;

4) Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 di atas.

2.3 DESAIN INDUSTRI

2.3.1 Pengertian Desain Industri

Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

2.3.2 Subjek dari Hak Desain Industri

1. Yang berhak memperoleh Hak Desain Industri adalah Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari Pendesain.

2. Dalam hal Pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, Hak Desain Industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.

(14)

Desain Industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pendesain apabila penggunaan Desain Industri itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.

4. Jika suatu Desain Industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, orang yang membuat Desain Industri itu dianggap sebagai Pendesain dan Pemegang Hak Desain Industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua pihak.

2.4 MEREK

2.4.1 Pengertian Merek

Merek adalah suatu "tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

2.4.2 Merek Dagang

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

2.4.3 Merek Jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

2.4.4 Merek Kolektif

(15)

2.4.5 Fungsi Merek

3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya; 4. Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.

2.5.1. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

1. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. 2. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan

tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.

(16)

Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

2.6 RAHASIA DAGANG

2.6.1 Pengertian Rahasia Dagang

Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

2.6.2 Lingkup Rahasia Dagang

Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

2.6.3 Subjek Hak Atas Rahasia Dagang

(17)

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 SEJARAH BONEKA LEGENDARIS INDONESIA “SI UNYIL"

Terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual, salah satu yang akan dibahas adalah kasus perebutan Hak Cipta “Si Unyil”, perseteruan tersebut terjadi antara Drs. Suyadi atau Pak Raden dengan Pusat Produksi Film Negara (PFN). Masing-masing pihak mengklaim bahwa mereka adalah Pencipta Si Unyil.

Tokoh Boneka Unyil

Versi Pertama :

Awal sejarah terciptanya “Si Unyil” yang melegenda, Drs. Suyadi, saat itu adalah salah satu ahli animasi di Indonesia yang jumlah keseluruhannya bisa dihitung dengan jari. Pria kelahiran Jawa Timur 28 November 1932 ini adalah lulusan Senirupa ITB. Setelah lulus, dia melanjutkan studinya pada bidang film, di Cineastes Associes and Les Films Martin Boschet, Paris tahun 1961-1964. Awal nya dia bekerja menjadi ilustrator buku, khususnya buku anak-anak.

Setelah bertahun-tahun menjadi ilustrator, Drs. Suyadi pun berpindah dengan menggarap film-film animasi. Awalnya dia hanya membuat film animasi untuk iklan-iklan masyarakat. Sampai akhirnya ia menyentuh cita-cita nya, membuat film animasi untuk anak-anak dari boneka.

(18)

Dunia film dikenalnya sekitar tahun 1956 ketika dia belajar ke Kanada. Awalnya Kurnain bekerja sebagai guru dan dimasa itulah gagasan si unyil lahir. Dia memulainya di majalah Suluh Pelajar, membuat dongeng si Unyil dengan beberapa karikatur yang dimuat secara bersambung. Pada 1961, setelah berhenti jadi guru, ia bergerak di bidang Film. Sebagai Sutradara, beberapa film dihasilkan oleh tangannya. Pada tahun 1965, dia bertemu Drs. Suyadi untuk membuat film animasi boneka. Sejak saat itu, Si Unyil “dibonekakan”. Kurnain lah orang yang membuat tokoh si unyil yang kita tahu sebagai tokoh Made In Indonesia,atau tokoh yang memang benar buatan asli Indonesia.

Awal mula Kurnain bisa mendapat Inspirasi untuk membuat tokoh ini dari seorang sepupunya yang bernama Julianto.Julianto akrab dipanggil si Kunyil oleh Kurnain, namun Kurnain sering menyingkat nya menjadi si Unyil. Sebelum ada Boneka Si Unyil, memang tadinya cerita si Unyil adalah cerita turun temurun keluarga yang dibuat sedemikian rupa. Tokoh Mei Lan itu sebenarnya karena ada keluarga yang masih kecil boneka Si Unyil yang ditayangkan di TVRI tahun 1981 – 1993.

Bapak Gufron Dwipayana, adalah Penanggung jawab dari film Si Unyil dari PFN. PFN adalah Pusat Produksi Film Negara yang berlokasi di Otista, Jakarta Timur. Bapak Dwipayana ini yang mempercayakan tim produksi Si Unyil untuk berproduksi di studio PFN. Ditujukan kepada anak-anak, film seri boneka ini menceritakan tentang seorang anak Sekolah Dasar (yang lalu akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya bisa mencapai posisi Sekolah Menengah Pertama) bernama Unyil dan petualangannya bersama teman-temannya. Kata “Unyil” berasal dari “mungil” yang berarti “kecil”.

(19)
(20)

3.2 PERJANJIAN

Setelah beberapa tahun berjalan, kemudian dilakukan Perjanjian antara PFN dengan Drs. Suyadi. Pada 1995, Pak Raden menandatangani dua perjanjian dengan PFN.Pihak pertama dalam perjanjian yang ditandatangani 14 Desember 1995 tersebut adalah Direktur Utama Perum PFN, Amoroso Katamsi. Sedangkan Pak Raden merupakan tenaga ahli PFN, yang menjadi pihak kedua dalam perjanjian itu.Dalam perjanjian Nomor 139 / P.PFN / XII / 1995 tersebut berisikan hal – hal berikut ini :  Pasal 1, Pak Raden menyerahkan pengurusan Hak Cipta atas

''Boneka Unyil'' kepada PPFN.

 Pasal 2, menyatakan Pak Raden memberikan Hak Cipta ''Boneka Unyil'' kepada PPFN untuk produksi film maupun video tanpa imbalan. Meski demikian, Pak Raden tetap memperoleh royalti jika ''Boneka Unyil" digunakan secara komersial untuk maksud di luar pembuatan film atau video oleh Pihak Ketiga.

 Pasal 3, menyatakan Pak Raden menerima 50 % royalti dari Pihak Ketiga. Sedangkan 50 % lainnya diserahkan kepada PPFN sebagai Pihak Kedua.

 Pasal 4 : dinyatakan bila Si Unyil dijadikan buku, royalti diperuntukan Pak Raden, dan Perum PFN akan mendapatkan 10 persen dari royalti Pak Raden.

 Pasal 5 : Apabila terjadi perselisihan pendapat antara kedua belah pihak Pak Raden dan PFN, akan diselesaikan secara musyawarah.

 Pasal 6 : menyatakan akan ada perjanjian tambahan, namun menurut Pak Raden tidak ada perjanjian lainnya.

 Pasal 7 : menyatakan jangka waktu berlakunya hak cipta kepada PFN tersebut selama 5 tahun pada perjanjian pertama namun tidak tercantung jangka waktu hak cipta tersebut di dalam perjanjian kedua.

3.3 PERMASALAHAN

(21)

boneka Unyil ciptaannya sudah menjadi hak milik PPFN sepenuhnya. Berdasarkan pasal – pasal yang terkandung dalam perjanjian antara PFN dan Pak Raden selaku kreator dari tokoh si Unyil dalam perjanjian Nomor 139 / P.PFN / XII / 1995, terdapat kejanggalan yakni pada pasal 7. Perbedaan yang terlampir yakni perbedaan jangka waktu kepemilikan hak cipta kepada PFN yang tanpa batas pada perjanjian yang sama. Hak cipta yang seharusnya kembali kepada Pak Raden 5 tahun kemudian setelah perjanjian pertama ditandatangani namun tetap diberikannya royalty atas tokoh dalam serial si Unyil selama jangka waktu itu.Pak Raden tidak mendapatkan hak royalty lagi semenjak perjanjian kedua. Perjanjian mengenai penyerahan hak cipta yang dibuat pada tanggal 14 Desember 1995 dan berlaku selama lima tahun itu, seharusnya sudah berakhir tanggal 14 Desember 2000, tetapi pihak PFN berpendapat bahwa hak cipta tetap ada pada PFN untuk selamanya. Begitu pula pendaftaran tokoh-tokoh Si Unyil ke Departeman Kehakiman oleh PFN.PFN menganggap, Pak Raden tidak memiliki hak lagi atas tokoh – tokoh ciptaannya untuk selamanya.

(22)

BAB IV

PEMBAHASAN

ANALISA HAK CIPTA

4.1 PAK RADEN MERASA DIRUGIKAN

Pada tahun 1998 Pak Raden menyerahkan 'hak ciptanya' kepada PFN. Kemudian pada tahun 1999 pihak PFN mendaftarkannya ke HAKI atas nama PFN. Sehingga sebelum adanya penyerahan ke PFN, Pak Raden belum pernah mendaftarkan Hak Cipta itu ke HAKI hingga akhirnya dipatenkan oleh PFN. Dikatakan bahwa PFN menjadi pemegang hak cipta yang sah atas 11 karakter dalam tokoh si Unyil, karena telah adanya penandatanganan Pak Raden selaku Kreator dari kesebelas tokoh si Unyil pada 23 Desember 1998. Namun penandatanganan perjanjian tersebut seolah menjadi keuntungan sendiri bagi pihak PFN mengingat seharusnya Pak Raden tetap mendapatkan hak nya selaku pencipta tokoh – tokoh dalam karakter si Unyil tersebut, namun hal itu tidak terjadi sama sekali. Tidak didaftarkannya hak cipta atas tokoh si Unyil oleh Pak Raden kepada Direktorat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) menjadi konsentrasi pemecahan masalah hak cipta ini.Namun meski begitu hak intelektual tetap berada di tangan Pak Raden. Hak cipta merupakan hak yang mendapat perlindungan kuat meskipun tidak didaftarkan ke Ditjen HAKI.Rezim hukum yang berlaku telah memberikan perlindungan terhadap suatu ciptaan yang telah lahir dan memenuhi syarat seperti ciptaan Pak Raden yakni boneka tokoh cerita Unyil.

Hak

cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan".Hak cipta

dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk

membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan.Pada

umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang

terbatas.

UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, Poin 2 menyebutkan bahwa :

(23)

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.”

Kemudian seperti yang berbunyi pada pasal 1 ayat 4 dalam UU nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, yakni:

‘Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.’ Pihak PPFN sebaliknya mengajukan permohonan pendaftaran hak cipta kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI).Surat Penerimaan permohonan pendaftaran tersebut diterima pada 15 Januari 1999 oleh pihak PPFN dari Direktorat Jenderal Hak Cipta Paten dan Merek Departemen Kehakiman atas 11 tokoh itu.

Pelanggaran perjanjian atas hak royalty yang seharusnya diberikan kepada Pak Raden selaku kreator tokoh si Unyil dan kawan – kawan dari pihak PPFN seharusnya dapat dituntut oleh pihak Pak Raden selaku pencipta karya intelektualnya.Sesuai perjanjian yang terdapat dalam perjanjian Nomor 139 / P.PFN / XII / 1995 dalam pasal 2, 3 dan 4, Pihak Pak Raden selaku penciptanya seharusnya mendapatkan royalti seperti yang tertera namun pada kenyataannya royalty tersebut tidak diterima sepersenpun oleh pihak Pak Raden.

Pihak PPFN juga seharusnya dapat dituntut sebagaimana telah melanggar pemberian royalty sesuai dengan pasal 45 UU no 19 tahun 2002 pada ayat 3 dan 4 berbunyi:

‘(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi.;(4) Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi.

Pak Raden juga mengalami kerugian atas Hak moral yang mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan penciptanya, dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.

(24)

pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan.

Pada pelaksanaan hak moral yakni pencantuman nama pencipta pada karya atau ciptaan dalam kasus ini yakni pencantuman nama Pak Raden atas karya si Unyil walaupun hak cipta atas ciptaan tersebut dijual

(25)

4.2 TANGGAPAN PIHAK PFN

.Berdasarkan kasus ini, telah diberikannya hak cipta kepada PFN untuk jangka waktu tertentu pada perjanjian Nomor 139 / P.PFN / XII / 1995.Dimana Pak Raden memberikan pengalihan kepengurusan hak cipta kepada pihak PFN atas kesebelas tokoh si Unyil. Dimana hal ini diposisikan bahwa Pak Raden selaku pencipta memberi hak kepada penerima hak cipta yakni PFN.Hal ini disetujui dan ditandatangani dalam rangka merapikan iklan maupun penggunaan tokoh si unyil yang secara liar. Hak cipta tersebut juga berlaku atas perbanyakan dan penyiaran atas hasil karya tersebut dengan memberikan royalty sesuai dengan perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua, Pasal 7 menyebutkan bahwa :

“Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan itu.”

Seluruh biaya produksi dan biaya penelitian dari awal mula pembuatan Si Unyil ditanggung oleh PFN, dan idenya pun berasal dari PFN, sehingga walaupun Pencipta adalah Drs. Suyadi tetapi Drs. Suyadi menciptakan karakter Si Unyil dibawah rancngan penelitian PFN, sehingga pemegang Hak Cipta tetap PFN.

Adapun dibuat perjanjian adalah untuk menyerahkan sepenuhnya kewenangan Hak Cipta kepada PFN untuk tujuan komersialisasi. Keabsahan perjanjian tersebut juga dijamin oleh Undang-Undang.

UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua, Pasal 3 menyebutkan bahwa :

(1) Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak.

(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena

(26)

d. Perjanjian tertulis; atau

e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, Bab II Lingkup Hak Cipta, Bagian kedua, Pasal 7 menyebutkan bahwa :

(1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.

(3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.

(27)

4.3 PROSES PENYELESAIAN SENGKETA

VIVAnews - Kuasa hukum Drs Suyadi atau lebih dikenal dengan sosok Pak Raden, Dwiyanto Prihartono, menegaskan pilihan penyelesaian konflik hak cipta Si Unyil lewat pengadilan hanya akan ditempuh jika cara musyawarah tak ditanggapi pihak Perum Perusahaan Film Negara (PFN) dan mengatakan, "Kami akan menyimpan terlebih dahulu upaya penyelesaian yang bersifat konflik di pengadilan sepanjang belum diperlukan.” ujar Dwiyanto saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu, 25 April 2012.

Menurut Dwiyanto, Pak Raden sebetulnya menginginkan jalan musyawarah dengan pihak Perum PFN dalam menyelesaikan masalah hak cipta Si Unyil. Walaupun diakui kliennya itu sudah sejak tahun 1995 tidak mendapat hasil dari hak ciptanya. Dwiyanto mengaku pihaknya saat ini masih mengatur jadwal pertemuan dengan pihak Perum PFN untuk menggelar musyawarah tersebut. Langkah musyawarah itu dianggap berdampak positif bagai berbagai pihak.

Namun, langkah musyawarah yang diajukan pihak Pak Raden sangat tergantung pada ada tidaknya itikad baik dari pihak yang mengadakan perjanjian dengan Pak Raden.

Dwiyanto juga mengungkapkan pihaknya telah bertemu dengan Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM untuk membeberkan masalah hak cipta Si Unyil yang memicu persoalan Pak Raden dan Perum PFN.

Dalam kesempatan itu, Pak Raden hadir didampingi Tim Advokasi dan Konsultan melakukan pertemuan yang berlangsung dua jam itu dihadir oleh Dirjen HAKI bersama Sekretaris Dirjen, Direktur Hak Cipta, Direktur Kerjasama, Direktur Merek, dan Direktur Teknologi Informasi.

"Akhirnya unek-unek Pak Raden bisa beliau sampaikan kepada Dirjen HAKI hari ini, HAKI akan melindungi dan menyikapi serius keinginan Pak Raden, siap membantu

apa yang dibutuhkan Pak Raden. Pak Raden inginkan Keadilan."ujarnya.

Pak Raden untuk jangka waktu yang lama hidup dalam keadaan yang memprihatinkan di kediaman kakaknya di Kawasan Petamburan, Jakarta. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia melukis dan menjual hasil karyanya itu.

(28)

4.4 AKHIRI SENGKETA

Pada tanggal 15 April 2014 menjadi hari bersejarah bagi Si Unyil. Setelah sebelumnya terjadi sengketa mengenai masalah royalti, akhirnya Pak Raden dan Perum Produksi Film Negara (Perum PFN) telah mencapai kata sepakat dalam hal penanganan dan royalti atas Brand Si Unyil. Kedua belah pihak merespon himbauan Dirjen HAKI dalam proses penyelesaian sengketa, yaitu dengan menggunakan cara out of court settlement (di luar pengadilan) dalam rangka mencapai hasil maksimal dengan tetap mempertahankan aspek manfaat dan ekonomi selain aspek moral atas suatu ciptaan. Kesepakatan baru ini terjalin antara kedua belah pihak dalam Perjanjian Lisensi yang sudah ditandatangani bersama pada hari Selasa 15 April 2014.

Atas dasar kesadaran kedua belah pihak yang ingin kembali menghadirkan karakter Si Unyil ditengah masyarakat Indonesia khususnya bagi abak bangsa. Sebelumnya .

Perjanjian Lisensi yang telah disepakati antara lain : Pak Raden memberikan kepercayaan kepada PFN untuk mengelola hak ekonomi karakter Si Unyil selama sepuluh tahun. Babak baru kesepakatan antara Pak Raden dan PFN ini otomatis akan membuka peluang untuk menghidupkan kembali Si Unyil dalam bentuk karya-karya kreatif.

Kesepakatan yang ditandatangani oleh keduabelah pihak pada 15 April 2014 lalu, berhasil merubah segalanya. Pak Raden sepakat untuk berjalan beriringan dengan PFN untuk menghadirkan kembali karakter Unyil sebagai aset penting bangsa, khususnya bagi dunia anak-anak.

"Hak cipta selamanya ada para pencipta. Tapi hak untuk mengelola secara ekonomis ada pada PFN, dalam jangka waktu tertentu," terang Pak Raden kepada wartawan di kediamannya, kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, Kamis (17/4). Dwiyanto Prihartono, pengacara Pak Raden yang hadir di kesempatan itu, mengungkapkan apresiasinya pada pihak PFN yang mau membuka jalur komunikasi secara lebih terbuka. "Ini semua terjadi karena ada pikiran baru, ada darah baru dari manajemen PFN yang sekarang. Sehingga segala sesuatunya bisa lebih mencapai kepentingan bersama," ungkapnya.

(29)
(30)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Perlindungan Hak Cipta dapat dijalankan dengan baik sesuai ketentuan UU Hak Cipta No 19 Tahun 2002, namun pada pelaksanaannya banyak pemegang Hak Cipta merasa karyanya tidak dilindungi oleh undang-undang dikarenakan maraknya pelanggaran yang merugikan Pencipta.

Pada kasus Si Unyil ini, PFN mengakui bahwa Pencipta Si Unyil adalah Drs. Suyadi (Pak Raden) dan FPN bertindak sebagai perancang yang juga berhak untuk mengajukan Hak Cipta. Perjanjian yang dibuat FPN untuk Pak Raden agar dapat mempermudah proses pengajuan Hak Cipta ternyata dianggap merugikan Pak Raden dan Pak Raden merasa ingin memperjuangkan salah satu haknya yang tidak dia dapatkan sejak lama, sehingga dia menempuh jalur hukum dan mengajukan perjanjian baru yang lebih baik demi kebaikan bersama.

5.2. SARAN

Saran dari kelompok kami mengenai hal ini adalah

1. Sebaiknya PFN membayar sisa royalti yang belum dibayar, dengan besar yang sesuai dengan isi perjanjian.

2. Sebaiknya pendaftaran Hak Cipta Si Unyil di HAKI ditinjau kembali dengan melibatkan Drs. Suyadi (Pak Raden) dan pihak PFN.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.apjii.or.id/DOC/Regulasi8/UU_HC_19.pdf

http://www.beritasatu.com/mobile/hiburan/45157-petaka-surat-perjanjian-pak-raden-dan-pfn.html

http://www.dgip.go.id/

http://dailytechbytes.blogspot.com/2012/05/sejarah-penting-tokoh-unyil-yang.html

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/20/219391358/Wawancara-Tempoco-dengan-PFN-Soal-Unyil

http://tonihandoko.wordpress.com/2012/04/23/dibalik-si-unyil/

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/16/m2k87q-pfn-si-unyil-milik-kami-bukan-pak-raden

Referensi

Dokumen terkait

hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, atau yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk dan/atau

Pada bab IV penulis akan menjelaskan pihak yang dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas suatu Ciptaan di dalam hubungan kerja atau berdasarkan

Perlindungan hukum tersebut tidak maksimal, karena jika logo tidak dicatatkan, maka pembuktian siapa yang lebih dulu menciptakan suatu ciptaan logo tersebut sangat

Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan, Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta

Dapat kita lihat bahwa berdasarkan klausa di atas, bahwa Pencipta adalah orang yang membuat suatu ciptaan yang merupakan pemegang hak cipta dari ciptaan tersebut, namun orang

 jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang memimpin sareta

Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak

Berdasrkan ketentuan Pasal 8 ayat (3) UUHC, ditentukan bahwa jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja, maka pihak yang membuat karya cipta tersebut dianggap sebagai Pencipta dan