• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI BILANGAN (Kajian tentang aritmatika, sistem dan representasi bilangan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI BILANGAN (Kajian tentang aritmatika, sistem dan representasi bilangan)"

Copied!
253
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI BILANGAN

(Kajian tentang aritmatika, sistem dan

representasi bilangan)

Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc

PS. Pendidikan Matematika FKIP PS. Sistem Informasi

University of Jember Indonesia

(2)

Outline

1 Keterbagian dan Bilangan Prima

Keterbagian Bilangan Prima

2 GCD dan Algoritma Euclidis

Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis

3 Kekongruenan dan Aplikasinya

Kekongruenan Aplikasi Kongruensi

4 Sistem dan Representasi Bilangan Sistem Bilangan

Konversi Antar Sistem Bilangan

(3)

Outline

1 Keterbagian dan Bilangan Prima

Keterbagian Bilangan Prima

2 GCD dan Algoritma Euclidis

Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis

3 Kekongruenan dan Aplikasinya

Kekongruenan Aplikasi Kongruensi

4 Sistem dan Representasi Bilangan

Sistem Bilangan

(4)

Outline

1 Keterbagian dan Bilangan Prima

Keterbagian Bilangan Prima

2 GCD dan Algoritma Euclidis

Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis

3 Kekongruenan dan Aplikasinya

Kekongruenan Aplikasi Kongruensi

4 Sistem dan Representasi Bilangan

Sistem Bilangan

Konversi Antar Sistem Bilangan

(5)

Outline

1 Keterbagian dan Bilangan Prima

Keterbagian Bilangan Prima

2 GCD dan Algoritma Euclidis

Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis

3 Kekongruenan dan Aplikasinya

Kekongruenan Aplikasi Kongruensi

4 Sistem dan Representasi Bilangan

Sistem Bilangan

(6)

Keterbagian

Jika 13 dibagi 5 maka hasil baginya 2 dan sisanya 3 dan ditulis:

13 5 =2+

3

5 atau 13=2×5+3

Algoritma Pembagian Bilangan Bulat

Jikaabilangan bulat positif danbbilangan bulat, maka ada tepat satu bilangan bulatqdanr sedemikian hingga

b=qa+r

dengan 0r <a. Dalam hal iniq disebuthasil bagidanr adalah sisa pembagian bilabdibagia.

Jikar =0 maka dikatakanb habis dibagi a, ataubadalah kelipatan a, dan dinotasikana|b

(7)

Keterbagian

Jika 13 dibagi 5 maka hasil baginya 2 dan sisanya 3 dan ditulis:

13 5 =2+

3

5 atau 13=2×5+3

Algoritma Pembagian Bilangan Bulat

Jikaabilangan bulat positif danbbilangan bulat, maka ada tepat satu bilangan bulatqdanr sedemikian hingga

b=qa+r

dengan 0r <a. Dalam hal iniq disebuthasil bagidanr

adalah sisa pembagian bilabdibagia.

(8)

Keterbagian

Jika 13 dibagi 5 maka hasil baginya 2 dan sisanya 3 dan ditulis:

13 5 =2+

3

5 atau 13=2×5+3

Algoritma Pembagian Bilangan Bulat

Jikaabilangan bulat positif danbbilangan bulat, maka ada tepat satu bilangan bulatqdanr sedemikian hingga

b=qa+r

dengan 0r <a. Dalam hal iniq disebuthasil bagidanr

adalah sisa pembagian bilabdibagia.

Jikar =0 maka dikatakanb habis dibagi a, ataubadalah

kelipatan a, dan dinotasikana|b

(9)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a

2 Jikaa|bmakaa|bc

3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c

4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b

6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

(10)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a

2 Jikaa|bmakaa|bc

3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c

4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b

6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan bulatx dany

(11)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc

3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c

4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b

6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

(12)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c

4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b

6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan bulatx dany

(13)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b

6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

(14)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b

6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan bulatx dany

(15)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b 6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

(16)

Keterbagian

Sifat Dasar

Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka

1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmakaa|b

5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b 6 Jikaab|c makaa|bdanb|c

7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan

bulatx dany

(17)

Bilangan Prima

Definisi

Sebuah bilangan aslipkecuali 1 disebutprimajika pembagi positifnya adalah 1 danp. Sebuah bilangan prima kecuali 1 adalahkompositjikatidak prima

Berdasarkan definisi tersebut maka 1 bukan prima dan bukan komposit

Erastothenes

(18)

Bilangan Prima

Definisi

Sebuah bilangan aslipkecuali 1 disebutprimajika pembagi positifnya adalah 1 danp. Sebuah bilangan prima kecuali 1 adalahkompositjikatidak prima

Berdasarkan definisi tersebut maka 1 bukan prima dan bukan komposit

Erastothenes

Untuk setiap bilangan kompositn, ada bilangan prima p sehinggap|ndanpn. Dengan kata lain ”jika tidak ada bilangan primap yang dapat membagindenganpn, maka nadalah bilangan prima”

(19)

Bilangan Prima

Definisi

Sebuah bilangan aslipkecuali 1 disebutprimajika pembagi positifnya adalah 1 danp. Sebuah bilangan prima kecuali 1 adalahkompositjikatidak prima

Berdasarkan definisi tersebut maka 1 bukan prima dan bukan komposit

Erastothenes

Untuk setiap bilangan kompositn, ada bilangan prima p

sehinggap|ndanpn. Dengan kata lain ”jika tidak ada

bilangan primap yang dapat membagindenganpn, maka

(20)

Bilangan Prima

Apakah bilangan 157 dan 221 bilangan prima atau komposit?

Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√157 adalah 2,3,5,7,11. Karena tidak ada satupun dari bilangan-bilangan tersebut yang dapat membagi 157, maka 157 merupakan bilangan prima

Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√221 adalah 2,3,5,7,11,13. Karena 13|221, maka 221 merupakan bilangan komposit

(21)

Bilangan Prima

Apakah bilangan 157 dan 221 bilangan prima atau komposit?

Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√157 adalah 2,3,5,7,11. Karena tidak ada satupun dari bilangan-bilangan

tersebut yang dapat membagi 157, maka 157 merupakan bilangan prima

(22)

Bilangan Prima

Apakah bilangan 157 dan 221 bilangan prima atau komposit?

Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√157 adalah 2,3,5,7,11. Karena tidak ada satupun dari bilangan-bilangan

tersebut yang dapat membagi 157, maka 157 merupakan bilangan prima

Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√221 adalah 2,3,5,7,11,13. Karena 13|221, maka 221 merupakan

bilangan komposit

(23)

Bilangan Prima

Setiap bilangan komposit dapat diekspresikan sebagai hasil produk bilangan asli yang lebih kecil. Jika bilangan yang lebih kecil ini juga komposit maka dapat difaktorisasikan

menggunakan bilangan asli yang lebih kecil juga. Proses ini berakhir dengan sebuah ekspresi produk bilangan-bilangan prima. Ekspresi ini disebutfaktorisasi prima

Teorema Dasar Aritmatika

(24)

Bilangan Prima

Setiap bilangan komposit dapat diekspresikan sebagai hasil produk bilangan asli yang lebih kecil. Jika bilangan yang lebih kecil ini juga komposit maka dapat difaktorisasikan

menggunakan bilangan asli yang lebih kecil juga. Proses ini berakhir dengan sebuah ekspresi produk bilangan-bilangan prima. Ekspresi ini disebutfaktorisasi prima

Teorema Dasar Aritmatika

Faktorisasi prima dari sebuah bilangan asli yang lebih besar dari 1 adalah tunggal, terlepas dari urutan faktor-faktor.

(25)

Greatest Common Divisor

Definisi

Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.

Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).

Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).

(26)

Greatest Common Divisor

Definisi

Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.

Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis

m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).

Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).

Dua bilangan asliadanbdikatakancoprime(ataurelative prima) jikafpb(a,b) =1.

(27)

Greatest Common Divisor

Definisi

Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.

Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis

m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).

Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).

(28)

Greatest Common Divisor

Definisi

Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.

Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis

m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).

Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).

Dua bilangan asliadanbdikatakancoprime(ataurelative prima) jikafpb(a,b) =1.

(29)

Greatest Common Divisor

Contoh

gcd(27,45) =9

gcd(15,32) =1

gcd(12,18) =6

lcm(12,18) =36

lcm(11,18) =198

(30)

Greatest Common Divisor

Contoh

gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1

gcd(12,18) =6

lcm(12,18) =36

lcm(11,18) =198

Bilangan 15 dan 32 relative prima.

(31)

Greatest Common Divisor

Contoh

gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6

lcm(12,18) =36

lcm(11,18) =198

(32)

Greatest Common Divisor

Contoh

gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36

lcm(11,18) =198

Bilangan 15 dan 32 relative prima.

(33)

Greatest Common Divisor

Contoh

gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36 lcm(11,18) =198

(34)

Greatest Common Divisor

Contoh

gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36 lcm(11,18) =198

Bilangan 15 dan 32 relative prima.

(35)

Greatest Common Divisor

Contoh

gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36 lcm(11,18) =198

(36)

Greatest Common Divisor

FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi

prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb

1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb

2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan

perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.

3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terbesar. Lalu kalikan

perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.

(37)

Greatest Common Divisor

FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi

prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb

1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb

2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan

perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.

3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terbesar. Lalu kalikan

(38)

Greatest Common Divisor

FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi

prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb

1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb

2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan

ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.

3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terbesar. Lalu kalikan

perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.

(39)

Greatest Common Divisor

FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi

prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb

1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb

2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan

ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.

3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan

(40)

Greatest Common Divisor

Contoh

Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18

12=22.3

18=2.32

fpb(12,18) =2.3=6

kpk(12,18) =22.32=36

Mengapa untuk faktor persekutuan terbesar (FPB), dipilih faktor prima dengan pangkat terkecil, sedangkan untuk kelipatan persekutuan terkecil (KPK) justru dipilih faktor prima dengan pangkat terbesar?

(41)

Greatest Common Divisor

Contoh

Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3

18=2.32

fpb(12,18) =2.3=6

kpk(12,18) =22.32=36

(42)

Greatest Common Divisor

Contoh

Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3

18=2.32

fpb(12,18) =2.3=6

kpk(12,18) =22.32=36

Mengapa untuk faktor persekutuan terbesar (FPB), dipilih faktor prima dengan pangkat terkecil, sedangkan untuk kelipatan persekutuan terkecil (KPK) justru dipilih faktor prima dengan pangkat terbesar?

(43)

Greatest Common Divisor

Contoh

Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3

18=2.32

fpb(12,18) =2.3=6 kpk(12,18) =22.32=36

(44)

Greatest Common Divisor

Contoh

Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3

18=2.32

fpb(12,18) =2.3=6 kpk(12,18) =22.32=36

Mengapa untuk faktor persekutuan terbesar (FPB), dipilih faktor prima dengan pangkat terkecil, sedangkan untuk kelipatan persekutuan terkecil (KPK) justru dipilih faktor prima dengan pangkat terbesar?

(45)

Greatest Common Divisor

Contoh

Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3

18=2.32

fpb(12,18) =2.3=6 kpk(12,18) =22.32=36

(46)

Greatest Common Divisor

Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq.

Dan misalkanm>pdanq>n,

makafpb(x,y) =ap.bn

Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0 makad|c1

Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap

.bn

kpk(x,y) =am.bq.c

Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k

Dank terkecil yang bersifat demikian adalaham.bq.c

(47)

Greatest Common Divisor

Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,

makafpb(x,y) =ap.bn

Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0 makad|c1

Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap

.bn

kpk(x,y) =am.bq.c

Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k

(48)

Greatest Common Divisor

Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,

makafpb(x,y) =ap.bn

Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0 makad|c1

Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap

.bn

kpk(x,y) =am.bq.c

Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k

Dank terkecil yang bersifat demikian adalaham.bq.c

(49)

Greatest Common Divisor

Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,

makafpb(x,y) =ap.bn

Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0

makad|c1

Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap.bn

kpk(x,y) =am.bq.c

Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k

(50)

Greatest Common Divisor

Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,

makafpb(x,y) =ap.bn

Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0

makad|c1

Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap.bn

kpk(x,y) =am.bq.c

Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k

Dank terkecil yang bersifat demikian adalaham.bq.c

(51)

Greatest Common Divisor

Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,

makafpb(x,y) =ap.bn

Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0

makad|c1

Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap.bn

kpk(x,y) =am.bq.c

Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k

makac0|k

(52)

Algoritma Euclidis

Diberikan dua bilangan bulatadanbdengana>b>0, maka GCD(a,b)bisa dicari dengan mengulang algoritma pembagian berikut:

a = q1b+r1; 0<r1<b b = q2r1+r2; 0<r2<r1 r1 = q3r2+r3; 0<r3<r2

.. .

rn−2 = qnrn−1+rn; 0<rn<rn−1 rn1 = qn+1rn+0

Makarn, pembagi terakhir dari pembagian di atas yang

memberikan sisa 0 merupakanGCD(a,b).

(53)

Algoritma Euclidis

Contoh

TentukanGCD(4840,1512).

Solusi

4840 = 3×1512+304 1512 = 4×304+296

304 = 1×296+8 296 = 37×8+0

(54)

Algoritma Euclidis

Contoh

TentukanGCD(4840,1512).

Solusi

4840 = 3×1512+304

1512 = 4×304+296

304 = 1×296+8

296 = 37×8+0

JadiGCD(4840,1512) =8.

(55)

Algoritma Euclidis

Contoh

TentukanGCD(4840,1512).

Solusi

4840 = 3×1512+304

1512 = 4×304+296

304 = 1×296+8

296 = 37×8+0

(56)

Algoritma Euclidis

Contoh 2

Tentukanfpb(2093,836)

Contoh 3

Tentukan solusi bilangan bulat dari:

1 3024x+2076y =12

2 3024x+2076y =36

3 3024x+2076y =10

(57)

Algoritma Euclidis

Contoh 2

Tentukanfpb(2093,836)

Contoh 3

Tentukan solusi bilangan bulat dari:

1 3024x+2076y =12

2 3024x+2076y =36

(58)

Algoritma Euclidis

Contoh 2

Tentukanfpb(2093,836)

Contoh 3

Tentukan solusi bilangan bulat dari:

1 3024x+2076y =12

2 3024x+2076y =36

3 3024x+2076y =10

(59)

Algoritma Euclidis

Contoh 2

Tentukanfpb(2093,836)

Contoh 3

Tentukan solusi bilangan bulat dari:

1 3024x+2076y =12 2 3024x+2076y =36

(60)

Algoritma Euclidis

Contoh 2

Tentukanfpb(2093,836)

Contoh 3

Tentukan solusi bilangan bulat dari:

1 3024x+2076y =12 2 3024x+2076y =36 3 3024x+2076y =10

(61)

Algoritma Euclidis

Solusi bilangan bulat untukax +by =c

1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari algoritma Euclidis

2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis dengan pengali

(62)

Algoritma Euclidis

Solusi bilangan bulat untukax +by =c

1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari

algoritma Euclidis

2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis dengan pengali

3 Jikacbukan kelipatanfpb(a,b)maka persamaan tidak punya solusi bilangan bulat.

(63)

Algoritma Euclidis

Solusi bilangan bulat untukax +by =c

1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari

algoritma Euclidis

2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis

dengan pengali

(64)

Algoritma Euclidis

Solusi bilangan bulat untukax +by =c

1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari

algoritma Euclidis

2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis

dengan pengali

3 Jikacbukan kelipatanfpb(a,b)maka persamaan tidak

punya solusi bilangan bulat.

(65)

Algoritma Euclidis

Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?

Untuk sebarang dua bilangan asliadanb

lcm(a,b) = ab

gcd(a,b)

Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan kpkmenggunakanfaktorisasi prima

Contoh

kpk(4840,1512) = fpb4840(4840×1512

,1512)

(66)

Algoritma Euclidis

Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?

Untuk sebarang dua bilangan asliadanb

lcm(a,b) = ab gcd(a,b)

Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan kpkmenggunakanfaktorisasi prima

Contoh

kpk(4840,1512) = 4840×1512 fpb(4840,1512)

= 73180808 =914760

(67)

Algoritma Euclidis

Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?

Untuk sebarang dua bilangan asliadanb

lcm(a,b) = ab gcd(a,b)

Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan

kpkmenggunakanfaktorisasi prima

Contoh

kpk(4840,1512) = 4840×1512 fpb(4840,1512)

(68)

Algoritma Euclidis

Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?

Untuk sebarang dua bilangan asliadanb

lcm(a,b) = ab gcd(a,b)

Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan

kpkmenggunakanfaktorisasi prima

Contoh

kpk(4840,1512) = fpb(48404840,1512×1512) = 73180808 =914760

(69)

Kekongruenan

Definisi

Misalkanmbilangan asli. Dua bilangan bulatadanb dikatakan

kongruen modulo mdan dinotasikan

abmodm

jikam|ab.

Atau secara ekivalen

(70)

Kekongruenan

Definisi

Misalkanmbilangan asli. Dua bilangan bulatadanb dikatakan

kongruen modulo mdan dinotasikan

abmodm

jikam|ab.

Atau secara ekivalen

ab modmjikaadanbmemberikan sisa yang sama setelah

pembagian olehm.

(71)

Kekongruenan

Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi

Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:

aRbjikaab modm

Relasi tersebut memenuhi sifat:

aamodm, untuk semua bilangan bulata

Jikaabmodmmakabamodm

(72)

Kekongruenan

Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi

Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan

relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:

aRbjikaab modm

Relasi tersebut memenuhi sifat:

aamodm, untuk semua bilangan bulata

Jikaabmodmmakabamodm

Jikaabmodmdanbc modmmakaac modm

(73)

Kekongruenan

Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi

Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan

relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:

aRbjikaab modm

Relasi tersebut memenuhi sifat:

aamodm, untuk semua bilangan bulata Jikaabmodmmakabamodm

(74)

Kekongruenan

Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi

Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan

relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:

aRbjikaab modm

Relasi tersebut memenuhi sifat:

aamodm, untuk semua bilangan bulata

Jikaabmodmmakabamodm

Jikaabmodmdanbc modmmakaac modm

(75)

Kekongruenan

Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi

Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan

relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:

aRbjikaab modm

Relasi tersebut memenuhi sifat:

aamodm, untuk semua bilangan bulata

Jikaabmodmmakabamodm

(76)

Kekongruenan

Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi

Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan

relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:

aRbjikaab modm

Relasi tersebut memenuhi sifat:

aamodm, untuk semua bilangan bulata

Jikaabmodmmakabamodm

Jikaabmodmdanbc modmmakaac modm

(77)

Kekongruenan

Akibatnya

Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas

ekivalensi modulom

Misalnya untuk relasiabmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:

E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...}

E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...}

E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}

E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}

(78)

Kekongruenan

Akibatnya

Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas

ekivalensi modulom

Misalnya untuk relasiabmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:

E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...}

E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...}

E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}

E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}

E(k) ={4n+k;nZ},k =0,1,2,3

(79)

Kekongruenan

Akibatnya

Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas

ekivalensi modulom

Misalnya untuk relasiabmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:

E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...}

E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}

E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}

(80)

Kekongruenan

Akibatnya

Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas

ekivalensi modulom

Misalnya untuk relasiabmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:

E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}

E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}

E(k) ={4n+k;nZ},k =0,1,2,3

(81)

Kekongruenan

Akibatnya

Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas

ekivalensi modulom

Misalnya untuk relasiabmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:

E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...} E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}

(82)

Kekongruenan

Akibatnya

Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas

ekivalensi modulom

Misalnya untuk relasiabmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:

E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...} E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}

E(k) ={4n+k;nZ},k =0,1,2,3

(83)

Kekongruenan

Akibatnya

Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas

ekivalensi modulom

Misalnya untuk relasiabmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:

E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...} E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}

(84)

Kekongruenan

Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:

1 Jikaabmodmdancd modmmaka a+c b+d modm

2 Jikaabmodmdancd modmmaka ac bd modm

3 Jikaabmodmdancd modmmakaac bd modm

Bukti sifat 3

Misalabmodmdancd modm. Berartim|ab dan m|cd. Menggunakan sifat keterbagian, makam|acbcdan m|bcbd. Sehinggam|acbd

Bukti sifat 1 dan 2 ditinggalkan sebagai latihan

(85)

Kekongruenan

Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:

1 Jikaabmodmdancd modmmaka

a+c b+d modm

2 Jikaabmodmdancd modmmaka ac bd modm

3 Jikaabmodmdancd modmmakaac bd modm

Bukti sifat 3

Misalabmodmdancd modm. Berartim|ab dan m|cd. Menggunakan sifat keterbagian, makam|acbcdan m|bcbd. Sehinggam|acbd

(86)

Kekongruenan

Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:

1 Jikaabmodmdancd modmmaka

a+c b+d modm

2 Jikaabmodmdancd modmmaka

ac bd modm

3 Jikaabmodmdancd modmmakaac bd modm

Bukti sifat 3

Misalabmodmdancd modm. Berartim|ab dan m|cd. Menggunakan sifat keterbagian, makam|acbcdan m|bcbd. Sehinggam|acbd

Bukti sifat 1 dan 2 ditinggalkan sebagai latihan

(87)

Kekongruenan

Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:

1 Jikaabmodmdancd modmmaka

a+c b+d modm

2 Jikaabmodmdancd modmmaka

ac bd modm

3 Jikaabmodmdancd modmmakaac bd modm

Bukti sifat 3

Misalabmodmdancd modm. Berartim|ab dan m|cd. Menggunakan sifat keterbagian, makam|acbcdan m|bcbd. Sehinggam|acbd

(88)

Kekongruenan

Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:

1 Jikaabmodmdancd modmmaka

a+c b+d modm

2 Jikaabmodmdancd modmmaka

ac bd modm

3 Jikaabmodmdancd modmmakaac bd modm

Bukti sifat 3

Misalabmodmdancd modm. Berartim|ab dan

m|cd. Menggunakan sifat keterbagian, makam|acbcdan

m|bcbd. Sehinggam|acbd

Bukti sifat 1 dan 2 ditinggalkan sebagai latihan

(89)

Kekongruenan

Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:

1 Jikaabmodmdancd modmmaka

a+c b+d modm

2 Jikaabmodmdancd modmmaka

ac bd modm

3 Jikaabmodmdancd modmmakaac bd modm

Bukti sifat 3

Misalabmodmdancd modm. Berartim|ab dan

m|cd. Menggunakan sifat keterbagian, makam|acbcdan

m|bcbd. Sehinggam|acbd

(90)

Masalah Kongruensi

Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,

maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiaxbmodm

memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.

Tentukan solusi untuk

1 9x +5≡10 mod 11

2 18x +13≡6 mod 23

(91)

Masalah Kongruensi

Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,

maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiaxbmodm

memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.

Tentukan solusi untuk

1 9x +5≡10 mod 11

(92)

Masalah Kongruensi

Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,

maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiaxbmodm

memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.

Tentukan solusi untuk

1 9x +5≡10 mod 11

2 18x +13≡6 mod 23

(93)

Masalah Kongruensi

Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,

maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiaxbmodm

memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.

Tentukan solusi untuk

1 9x +5≡10 mod 11

(94)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:

kedatangan pelanggan di suatu konter

seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini

pembuatan input tes untuk sebuah program komputer

(95)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:

kedatangan pelanggan di suatu konter

seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini

(96)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:

kedatangan pelanggan di suatu konter

seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini

pembuatan input tes untuk sebuah program komputer

(97)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:

kedatangan pelanggan di suatu konter

seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini

(98)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Bagaimana membangun bilangan acak jika kita hanya membutuhkan sedikit bilangan saja?

Dengan melempar dadu kubus berulang-ulang, dapat dibangun sebuah barisan acak dari bilangan-bilangan dari himpunan {1,2,3,4,5,6}. Barisan yang dihasilkan dengan cara ini tidak akan punya pola, tetapi dengan percobaan berulang-ulang dalam waktu relatif lama diharapkan keenam bilangan tersebut dapat tampil dengan frekuensi yang sama

(99)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Bagaimana membangun bilangan acak jika kita hanya membutuhkan sedikit bilangan saja?

Dengan melempar dadu kubus berulang-ulang, dapat dibangun sebuah barisan acak dari bilangan-bilangan dari himpunan

{1,2,3,4,5,6}. Barisan yang dihasilkan dengan cara ini tidak

(100)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Jika beberapa bilangan random diperlukan, maka wajar untuk menanyakan apakah sebuah komputer dapat diprogram untuk menjalankan tugas tersebut.

Sebuah komputer merupakan sebuahdeterministic device. Dari input yang dimasukkan akan diproduksi output yang secara prinsip selalu dapat diprediksikan.

Namun demikian tetap dimungkinkan untuk memprogramkan komputer untuk membangun barisan bilangan yang diproduksi secara random. Bilangan yang dibangun dengan cara ini pada sebuah komputer disebut bilanganpseudo-random

(101)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Jika beberapa bilangan random diperlukan, maka wajar untuk menanyakan apakah sebuah komputer dapat diprogram untuk menjalankan tugas tersebut.

Sebuah komputer merupakan sebuahdeterministic device.

Dari input yang dimasukkan akan diproduksi output yang secara prinsip selalu dapat diprediksikan.

(102)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Jika beberapa bilangan random diperlukan, maka wajar untuk menanyakan apakah sebuah komputer dapat diprogram untuk menjalankan tugas tersebut.

Sebuah komputer merupakan sebuahdeterministic device.

Dari input yang dimasukkan akan diproduksi output yang secara prinsip selalu dapat diprediksikan.

Namun demikian tetap dimungkinkan untuk memprogramkan komputer untuk membangun barisan bilangan yang diproduksi secara random. Bilangan yang dibangun dengan cara ini pada

sebuah komputer disebut bilanganpseudo-random

(103)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Ide Dasar Konstruksi

Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ...

x0disebutseedataubenih

Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda, demikian pula sebaliknya.

(104)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Ide Dasar Konstruksi

Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih

Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda, demikian pula sebaliknya.

Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh sistem jam guna menghindari bias antar pengguna. Berawal denganseedini, barisan dibangun menggunakan sebuah formula rekursif: xi =f(xi−1),i =1,2,3, ...

(105)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Ide Dasar Konstruksi

Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih

Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda, demikian pula sebaliknya.

(106)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Ide Dasar Konstruksi

Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih

Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda,

demikian pula sebaliknya.

Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh sistem jam guna menghindari bias antar pengguna. Berawal denganseedini, barisan dibangun menggunakan sebuah formula rekursif: xi =f(xi−1),i =1,2,3, ...

(107)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Ide Dasar Konstruksi

Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih

Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda,

demikian pula sebaliknya.

Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi

seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh

sistem jam guna menghindari bias antar pengguna.

(108)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Ide Dasar Konstruksi

Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih

Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda,

demikian pula sebaliknya.

Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi

seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh

sistem jam guna menghindari bias antar pengguna.

Berawal denganseedini, barisan dibangun menggunakan

sebuah formula rekursif: xi =f(xi−1),i =1,2,3, ...

(109)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Linear Congruential Method

membangun sebuah barisan bilanganpseudo-randomdari

himpunan{0,1,2,3, ...,m−1}. Aturan konstruksi

menggunakan formula:

xi =axi−1+cmodm

adanc konstan. Jikac =0 maka metode tersebut dinamakan

(110)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Analisa Metoda

xi =axi1+cmodm

Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam himpunan hingga denganmelemen.

Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memilih myang besar dan mencoba untuk mendapatkan barisan sepanjang mungkin sebelum ada pengulangan siklus. Semakin banyak bilangan random yang diperlukan, maka mjuga harus semakin besar.

(111)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Analisa Metoda

xi =axi1+cmodm

Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang.

Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam himpunan hingga denganmelemen.

(112)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Analisa Metoda

xi =axi1+cmodm

Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam

himpunan hingga denganmelemen.

Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memilih myang besar dan mencoba untuk mendapatkan barisan sepanjang mungkin sebelum ada pengulangan siklus. Semakin banyak bilangan random yang diperlukan, maka mjuga harus semakin besar.

(113)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Analisa Metoda

xi =axi1+cmodm

Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam

himpunan hingga denganmelemen.

Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memilih

myang besar dan mencoba untuk mendapatkan barisan

sepanjang mungkin sebelum ada pengulangan siklus.

(114)

Konstruksi Bilangan Pseudo-random

Analisa Metoda

xi =axi1+cmodm

Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suk

Referensi

Dokumen terkait

Untuk faktor kenyamanan, tingkat kesesuaian terendah adalah 50,00% (yang berarti sudah bisa memenuhi 50,00% kepuasan pelanggan) pada variabel kenyamanan tempat

Sosialisasi informasi cara penggunaan bahan, alat dan mesin yang digunakan mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja... Petugas

komposit kitosan ZnO-SiO2 yang dilapiskan pada kain katun dengan aktivitas antibakteri paling besar terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah dengan perbandingan

Tujuan Para siswa dapat membuat keputusan, merancang tujuan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meraih tujuan.. Kompetensi Dasar (P/S8.11.40)

Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang selanjutnya disingkat SKPI adalah dokumen yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh yang

Aliran 23 adalah aliran air yang diambil dari aliran gas sintesa yang terabsorpsi, dimana berfungsi untuk membersihkan aliran gas dari char dan olivine.. Aliran 24

Menjadi referensi bagi masyarakat tentang pembahasan mengenai bagaimana manajemen konflik itu dapat mempertahankan suatu keharmonisan di dalam organisasi, serta

Berdasarkan penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, pengurus KPRI memang perlu mendapatkan sosialisasi dan pengenalan tentang SAK ETAP, juga memerlukan