TEORI BILANGAN
(Kajian tentang aritmatika, sistem dan
representasi bilangan)
Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc
PS. Pendidikan Matematika FKIP PS. Sistem Informasi
University of Jember Indonesia
Outline
1 Keterbagian dan Bilangan Prima
Keterbagian Bilangan Prima
2 GCD dan Algoritma Euclidis
Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis
3 Kekongruenan dan Aplikasinya
Kekongruenan Aplikasi Kongruensi
4 Sistem dan Representasi Bilangan Sistem Bilangan
Konversi Antar Sistem Bilangan
Outline
1 Keterbagian dan Bilangan Prima
Keterbagian Bilangan Prima
2 GCD dan Algoritma Euclidis
Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis
3 Kekongruenan dan Aplikasinya
Kekongruenan Aplikasi Kongruensi
4 Sistem dan Representasi Bilangan
Sistem Bilangan
Outline
1 Keterbagian dan Bilangan Prima
Keterbagian Bilangan Prima
2 GCD dan Algoritma Euclidis
Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis
3 Kekongruenan dan Aplikasinya
Kekongruenan Aplikasi Kongruensi
4 Sistem dan Representasi Bilangan
Sistem Bilangan
Konversi Antar Sistem Bilangan
Outline
1 Keterbagian dan Bilangan Prima
Keterbagian Bilangan Prima
2 GCD dan Algoritma Euclidis
Greatest Common Divisor Algoritma Euclidis
3 Kekongruenan dan Aplikasinya
Kekongruenan Aplikasi Kongruensi
4 Sistem dan Representasi Bilangan
Sistem Bilangan
Keterbagian
Jika 13 dibagi 5 maka hasil baginya 2 dan sisanya 3 dan ditulis:
13 5 =2+
3
5 atau 13=2×5+3
Algoritma Pembagian Bilangan Bulat
Jikaabilangan bulat positif danbbilangan bulat, maka ada tepat satu bilangan bulatqdanr sedemikian hingga
b=qa+r
dengan 0≤r <a. Dalam hal iniq disebuthasil bagidanr adalah sisa pembagian bilabdibagia.
Jikar =0 maka dikatakanb habis dibagi a, ataubadalah kelipatan a, dan dinotasikana|b
Keterbagian
Jika 13 dibagi 5 maka hasil baginya 2 dan sisanya 3 dan ditulis:
13 5 =2+
3
5 atau 13=2×5+3
Algoritma Pembagian Bilangan Bulat
Jikaabilangan bulat positif danbbilangan bulat, maka ada tepat satu bilangan bulatqdanr sedemikian hingga
b=qa+r
dengan 0≤r <a. Dalam hal iniq disebuthasil bagidanr
adalah sisa pembagian bilabdibagia.
Keterbagian
Jika 13 dibagi 5 maka hasil baginya 2 dan sisanya 3 dan ditulis:
13 5 =2+
3
5 atau 13=2×5+3
Algoritma Pembagian Bilangan Bulat
Jikaabilangan bulat positif danbbilangan bulat, maka ada tepat satu bilangan bulatqdanr sedemikian hingga
b=qa+r
dengan 0≤r <a. Dalam hal iniq disebuthasil bagidanr
adalah sisa pembagian bilabdibagia.
Jikar =0 maka dikatakanb habis dibagi a, ataubadalah
kelipatan a, dan dinotasikana|b
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a
2 Jikaa|bmakaa|bc
3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c
4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b
6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a
2 Jikaa|bmakaa|bc
3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c
4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b
6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan bulatx dany
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc
3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c
4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b
6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c
4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b
6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan bulatx dany
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b
6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b
6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan bulatx dany
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b 6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
Keterbagian
Sifat Dasar
Untuk setiapa,bdanc bilangan bulat, maka
1 a|0, 1|adana|a 2 Jikaa|bmakaa|bc 3 Jikaa|bdanb|cmakaa|c 4 Jikaa|bmaka−a|b
5 Jikaa|bdanb|amakaa=bataua=−b 6 Jikaab|c makaa|bdanb|c
7 Jikaa|bdana|c makaa|bx +cy, untuk suatu bilangan
bulatx dany
Bilangan Prima
Definisi
Sebuah bilangan aslipkecuali 1 disebutprimajika pembagi positifnya adalah 1 danp. Sebuah bilangan prima kecuali 1 adalahkompositjikatidak prima
Berdasarkan definisi tersebut maka 1 bukan prima dan bukan komposit
Erastothenes
Bilangan Prima
Definisi
Sebuah bilangan aslipkecuali 1 disebutprimajika pembagi positifnya adalah 1 danp. Sebuah bilangan prima kecuali 1 adalahkompositjikatidak prima
Berdasarkan definisi tersebut maka 1 bukan prima dan bukan komposit
Erastothenes
Untuk setiap bilangan kompositn, ada bilangan prima p sehinggap|ndanp≤√n. Dengan kata lain ”jika tidak ada bilangan primap yang dapat membagindenganp≤√n, maka nadalah bilangan prima”
Bilangan Prima
Definisi
Sebuah bilangan aslipkecuali 1 disebutprimajika pembagi positifnya adalah 1 danp. Sebuah bilangan prima kecuali 1 adalahkompositjikatidak prima
Berdasarkan definisi tersebut maka 1 bukan prima dan bukan komposit
Erastothenes
Untuk setiap bilangan kompositn, ada bilangan prima p
sehinggap|ndanp≤√n. Dengan kata lain ”jika tidak ada
bilangan primap yang dapat membagindenganp≤√n, maka
Bilangan Prima
Apakah bilangan 157 dan 221 bilangan prima atau komposit?
Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√157 adalah 2,3,5,7,11. Karena tidak ada satupun dari bilangan-bilangan tersebut yang dapat membagi 157, maka 157 merupakan bilangan prima
Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√221 adalah 2,3,5,7,11,13. Karena 13|221, maka 221 merupakan bilangan komposit
Bilangan Prima
Apakah bilangan 157 dan 221 bilangan prima atau komposit?
Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√157 adalah 2,3,5,7,11. Karena tidak ada satupun dari bilangan-bilangan
tersebut yang dapat membagi 157, maka 157 merupakan bilangan prima
Bilangan Prima
Apakah bilangan 157 dan 221 bilangan prima atau komposit?
Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√157 adalah 2,3,5,7,11. Karena tidak ada satupun dari bilangan-bilangan
tersebut yang dapat membagi 157, maka 157 merupakan bilangan prima
Bilangan-bilangan prima yang lebih kecil dari√221 adalah 2,3,5,7,11,13. Karena 13|221, maka 221 merupakan
bilangan komposit
Bilangan Prima
Setiap bilangan komposit dapat diekspresikan sebagai hasil produk bilangan asli yang lebih kecil. Jika bilangan yang lebih kecil ini juga komposit maka dapat difaktorisasikan
menggunakan bilangan asli yang lebih kecil juga. Proses ini berakhir dengan sebuah ekspresi produk bilangan-bilangan prima. Ekspresi ini disebutfaktorisasi prima
Teorema Dasar Aritmatika
Bilangan Prima
Setiap bilangan komposit dapat diekspresikan sebagai hasil produk bilangan asli yang lebih kecil. Jika bilangan yang lebih kecil ini juga komposit maka dapat difaktorisasikan
menggunakan bilangan asli yang lebih kecil juga. Proses ini berakhir dengan sebuah ekspresi produk bilangan-bilangan prima. Ekspresi ini disebutfaktorisasi prima
Teorema Dasar Aritmatika
Faktorisasi prima dari sebuah bilangan asli yang lebih besar dari 1 adalah tunggal, terlepas dari urutan faktor-faktor.
Greatest Common Divisor
Definisi
Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.
Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).
Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).
Greatest Common Divisor
Definisi
Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.
Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis
m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).
Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).
Dua bilangan asliadanbdikatakancoprime(ataurelative prima) jikafpb(a,b) =1.
Greatest Common Divisor
Definisi
Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.
Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis
m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).
Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).
Greatest Common Divisor
Definisi
Misaladanbsembarang bilangan bulat tak negatif dan keduanya tidak nol.
Faktor persekutuan terbesar dariadanbadalah bilangan asli terbesarmsedemikian hinggam|adanm|b. Ditulis
m=fpb(a,b)ataum=gcd(a,b).
Kelipatan persekutuan terkecil dariadanbadalah bilangan asli terkecilnsedemikian hinggaa|ndanb|n. Ditulisn=kpk(a,b)ataun=lcm(a,b).
Dua bilangan asliadanbdikatakancoprime(ataurelative prima) jikafpb(a,b) =1.
Greatest Common Divisor
Contoh
gcd(27,45) =9
gcd(15,32) =1
gcd(12,18) =6
lcm(12,18) =36
lcm(11,18) =198
Greatest Common Divisor
Contoh
gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1
gcd(12,18) =6
lcm(12,18) =36
lcm(11,18) =198
Bilangan 15 dan 32 relative prima.
Greatest Common Divisor
Contoh
gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6
lcm(12,18) =36
lcm(11,18) =198
Greatest Common Divisor
Contoh
gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36
lcm(11,18) =198
Bilangan 15 dan 32 relative prima.
Greatest Common Divisor
Contoh
gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36 lcm(11,18) =198
Greatest Common Divisor
Contoh
gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36 lcm(11,18) =198
Bilangan 15 dan 32 relative prima.
Greatest Common Divisor
Contoh
gcd(27,45) =9 gcd(15,32) =1 gcd(12,18) =6 lcm(12,18) =36 lcm(11,18) =198
Greatest Common Divisor
FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi
prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb
1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb
2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan
perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.
3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terbesar. Lalu kalikan
perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.
Greatest Common Divisor
FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi
prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb
1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb
2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan
perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.
3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terbesar. Lalu kalikan
Greatest Common Divisor
FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi
prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb
1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb
2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan
ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.
3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan ambillah yang pangkatnya terbesar. Lalu kalikan
perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.
Greatest Common Divisor
FPB dan KPK dapat dihitung dengan menggunakan faktorisasi
prima. Misalnya untuk mendapatkanfpbdankpkdariadanb
1 Tentukan faktorisasi prima dari masing-masingadanb
2 Untukfpb, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan
ambillah yang pangkatnya terkecil. Lalu kalikan perpangkatan faktor-faktor prima yang terpilih.
3 Untukkpk, carilah faktor-faktor prima yang bersekutu dan
Greatest Common Divisor
Contoh
Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18
12=22.3
18=2.32
fpb(12,18) =2.3=6
kpk(12,18) =22.32=36
Mengapa untuk faktor persekutuan terbesar (FPB), dipilih faktor prima dengan pangkat terkecil, sedangkan untuk kelipatan persekutuan terkecil (KPK) justru dipilih faktor prima dengan pangkat terbesar?
Greatest Common Divisor
Contoh
Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3
18=2.32
fpb(12,18) =2.3=6
kpk(12,18) =22.32=36
Greatest Common Divisor
Contoh
Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3
18=2.32
fpb(12,18) =2.3=6
kpk(12,18) =22.32=36
Mengapa untuk faktor persekutuan terbesar (FPB), dipilih faktor prima dengan pangkat terkecil, sedangkan untuk kelipatan persekutuan terkecil (KPK) justru dipilih faktor prima dengan pangkat terbesar?
Greatest Common Divisor
Contoh
Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3
18=2.32
fpb(12,18) =2.3=6 kpk(12,18) =22.32=36
Greatest Common Divisor
Contoh
Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3
18=2.32
fpb(12,18) =2.3=6 kpk(12,18) =22.32=36
Mengapa untuk faktor persekutuan terbesar (FPB), dipilih faktor prima dengan pangkat terkecil, sedangkan untuk kelipatan persekutuan terkecil (KPK) justru dipilih faktor prima dengan pangkat terbesar?
Greatest Common Divisor
Contoh
Untuk menghitung FPB dan KPK dari 12 dan 18 12=22.3
18=2.32
fpb(12,18) =2.3=6 kpk(12,18) =22.32=36
Greatest Common Divisor
Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq.
Dan misalkanm>pdanq>n,
makafpb(x,y) =ap.bn
Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0 makad|c1
Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap
.bn
kpk(x,y) =am.bq.c
Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k
Dank terkecil yang bersifat demikian adalaham.bq.c
Greatest Common Divisor
Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,
makafpb(x,y) =ap.bn
Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0 makad|c1
Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap
.bn
kpk(x,y) =am.bq.c
Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k
Greatest Common Divisor
Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,
makafpb(x,y) =ap.bn
Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0 makad|c1
Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap
.bn
kpk(x,y) =am.bq.c
Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k
Dank terkecil yang bersifat demikian adalaham.bq.c
Greatest Common Divisor
Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,
makafpb(x,y) =ap.bn
Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0
makad|c1
Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap.bn
kpk(x,y) =am.bq.c
Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k
Greatest Common Divisor
Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,
makafpb(x,y) =ap.bn
Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0
makad|c1
Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap.bn
kpk(x,y) =am.bq.c
Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k makac0|k
Dank terkecil yang bersifat demikian adalaham.bq.c
Greatest Common Divisor
Misal faktorisasi prima untukx =am.bn.c dany =ap.bq. Dan misalkanm>pdanq>n,
makafpb(x,y) =ap.bn
Bukti: misald adalah faktor persekutuan untukx dany. Jikad|ap makad|am. Jikad|bnmakad|bq. Jikad|c0
makad|c1
Dand yang terbesar yang bersifat demikian adalahap.bn
kpk(x,y) =am.bq.c
Bukti: misalk kelipatan persekutuan darix dany. Jikaam|k makaap|k. Jikabq|k makabn|k . Jikac1|k
makac0|k
Algoritma Euclidis
Diberikan dua bilangan bulatadanbdengana>b>0, maka GCD(a,b)bisa dicari dengan mengulang algoritma pembagian berikut:
a = q1b+r1; 0<r1<b b = q2r1+r2; 0<r2<r1 r1 = q3r2+r3; 0<r3<r2
.. .
rn−2 = qnrn−1+rn; 0<rn<rn−1 rn−1 = qn+1rn+0
Makarn, pembagi terakhir dari pembagian di atas yang
memberikan sisa 0 merupakanGCD(a,b).
Algoritma Euclidis
Contoh
TentukanGCD(4840,1512).
Solusi
4840 = 3×1512+304 1512 = 4×304+296
304 = 1×296+8 296 = 37×8+0
Algoritma Euclidis
Contoh
TentukanGCD(4840,1512).
Solusi
4840 = 3×1512+304
1512 = 4×304+296
304 = 1×296+8
296 = 37×8+0
JadiGCD(4840,1512) =8.
Algoritma Euclidis
Contoh
TentukanGCD(4840,1512).
Solusi
4840 = 3×1512+304
1512 = 4×304+296
304 = 1×296+8
296 = 37×8+0
Algoritma Euclidis
Contoh 2
Tentukanfpb(2093,836)
Contoh 3
Tentukan solusi bilangan bulat dari:
1 3024x+2076y =12
2 3024x+2076y =36
3 3024x+2076y =10
Algoritma Euclidis
Contoh 2
Tentukanfpb(2093,836)
Contoh 3
Tentukan solusi bilangan bulat dari:
1 3024x+2076y =12
2 3024x+2076y =36
Algoritma Euclidis
Contoh 2
Tentukanfpb(2093,836)
Contoh 3
Tentukan solusi bilangan bulat dari:
1 3024x+2076y =12
2 3024x+2076y =36
3 3024x+2076y =10
Algoritma Euclidis
Contoh 2
Tentukanfpb(2093,836)
Contoh 3
Tentukan solusi bilangan bulat dari:
1 3024x+2076y =12 2 3024x+2076y =36
Algoritma Euclidis
Contoh 2
Tentukanfpb(2093,836)
Contoh 3
Tentukan solusi bilangan bulat dari:
1 3024x+2076y =12 2 3024x+2076y =36 3 3024x+2076y =10
Algoritma Euclidis
Solusi bilangan bulat untukax +by =c
1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari algoritma Euclidis
2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis dengan pengali
Algoritma Euclidis
Solusi bilangan bulat untukax +by =c
1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari
algoritma Euclidis
2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis dengan pengali
3 Jikacbukan kelipatanfpb(a,b)maka persamaan tidak punya solusi bilangan bulat.
Algoritma Euclidis
Solusi bilangan bulat untukax +by =c
1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari
algoritma Euclidis
2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis
dengan pengali
Algoritma Euclidis
Solusi bilangan bulat untukax +by =c
1 Jikac=fpb(a,b)maka solusi didapat langsung dari
algoritma Euclidis
2 Jikafpb(a,b)|c maka solusi didapat dari algoritma Euclidis
dengan pengali
3 Jikacbukan kelipatanfpb(a,b)maka persamaan tidak
punya solusi bilangan bulat.
Algoritma Euclidis
Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?
Untuk sebarang dua bilangan asliadanb
lcm(a,b) = ab
gcd(a,b)
Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan kpkmenggunakanfaktorisasi prima
Contoh
kpk(4840,1512) = fpb4840(4840×1512
,1512)
Algoritma Euclidis
Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?
Untuk sebarang dua bilangan asliadanb
lcm(a,b) = ab gcd(a,b)
Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan kpkmenggunakanfaktorisasi prima
Contoh
kpk(4840,1512) = 4840×1512 fpb(4840,1512)
= 73180808 =914760
Algoritma Euclidis
Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?
Untuk sebarang dua bilangan asliadanb
lcm(a,b) = ab gcd(a,b)
Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan
kpkmenggunakanfaktorisasi prima
Contoh
kpk(4840,1512) = 4840×1512 fpb(4840,1512)
Algoritma Euclidis
Algoritma Euclidis diorientasikan untuk menghitung FPB, lalu bagaimana dengan KPK?
Untuk sebarang dua bilangan asliadanb
lcm(a,b) = ab gcd(a,b)
Pembuktiannya mengacu pada algoritma perhitunganfpbdan
kpkmenggunakanfaktorisasi prima
Contoh
kpk(4840,1512) = fpb(48404840,1512×1512) = 73180808 =914760
Kekongruenan
Definisi
Misalkanmbilangan asli. Dua bilangan bulatadanb dikatakan
kongruen modulo mdan dinotasikan
a≡bmodm
jikam|a−b.
Atau secara ekivalen
Kekongruenan
Definisi
Misalkanmbilangan asli. Dua bilangan bulatadanb dikatakan
kongruen modulo mdan dinotasikan
a≡bmodm
jikam|a−b.
Atau secara ekivalen
a≡b modmjikaadanbmemberikan sisa yang sama setelah
pembagian olehm.
Kekongruenan
Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi
Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:
aRbjikaa≡b modm
Relasi tersebut memenuhi sifat:
a≡amodm, untuk semua bilangan bulata
Jikaa≡bmodmmakab≡amodm
Kekongruenan
Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi
Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan
relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:
aRbjikaa≡b modm
Relasi tersebut memenuhi sifat:
a≡amodm, untuk semua bilangan bulata
Jikaa≡bmodmmakab≡amodm
Jikaa≡bmodmdanb≡c modmmakaa≡c modm
Kekongruenan
Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi
Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan
relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:
aRbjikaa≡b modm
Relasi tersebut memenuhi sifat:
a≡amodm, untuk semua bilangan bulata Jikaa≡bmodmmakab≡amodm
Kekongruenan
Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi
Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan
relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:
aRbjikaa≡b modm
Relasi tersebut memenuhi sifat:
a≡amodm, untuk semua bilangan bulata
Jikaa≡bmodmmakab≡amodm
Jikaa≡bmodmdanb≡c modmmakaa≡c modm
Kekongruenan
Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi
Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan
relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:
aRbjikaa≡b modm
Relasi tersebut memenuhi sifat:
a≡amodm, untuk semua bilangan bulata
Jikaa≡bmodmmakab≡amodm
Kekongruenan
Kekongruenan juga menghasilkan relasi ekivalensi
Jikamadalah bilangan bulat tertentu, maka dapat didefinisikan
relasiRdalam himpunan bilangan bulat dengan aturan:
aRbjikaa≡b modm
Relasi tersebut memenuhi sifat:
a≡amodm, untuk semua bilangan bulata
Jikaa≡bmodmmakab≡amodm
Jikaa≡bmodmdanb≡c modmmakaa≡c modm
Kekongruenan
Akibatnya
Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas
ekivalensi modulom
Misalnya untuk relasia≡bmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:
E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...}
E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...}
E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}
E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}
Kekongruenan
Akibatnya
Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas
ekivalensi modulom
Misalnya untuk relasia≡bmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:
E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...}
E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...}
E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}
E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}
E(k) ={4n+k;n∈Z},k =0,1,2,3
Kekongruenan
Akibatnya
Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas
ekivalensi modulom
Misalnya untuk relasia≡bmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:
E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...}
E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}
E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}
Kekongruenan
Akibatnya
Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas
ekivalensi modulom
Misalnya untuk relasia≡bmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:
E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...}
E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}
E(k) ={4n+k;n∈Z},k =0,1,2,3
Kekongruenan
Akibatnya
Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas
ekivalensi modulom
Misalnya untuk relasia≡bmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:
E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...} E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}
Kekongruenan
Akibatnya
Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas
ekivalensi modulom
Misalnya untuk relasia≡bmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:
E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...} E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}
E(k) ={4n+k;n∈Z},k =0,1,2,3
Kekongruenan
Akibatnya
Himpunan bilangan bulat dapat terpartisi ke dalam kelas-kelas
ekivalensi modulom
Misalnya untuk relasia≡bmod 4 maka kelas-kelas ekivalensi yang terjadi adalah:
E(0) ={...,−12,−8,−4,0,4,8,12, ...} E(1) ={...,−11,−7,−3,0,5,9,13, ...} E(2) ={...,−10,−6,−2,0,6,10,14, ...} E(3) ={...,−9,−5,−1,0,7,11,15, ...}
Kekongruenan
Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:
1 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka a+c ≡b+d modm
2 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka a−c ≡b−d modm
3 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmakaac ≡bd modm
Bukti sifat 3
Misala≡bmodmdanc ≡d modm. Berartim|a−b dan m|c−d. Menggunakan sifat keterbagian, makam|ac−bcdan m|bc−bd. Sehinggam|ac−bd
Bukti sifat 1 dan 2 ditinggalkan sebagai latihan
Kekongruenan
Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:
1 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a+c ≡b+d modm
2 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka a−c ≡b−d modm
3 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmakaac ≡bd modm
Bukti sifat 3
Misala≡bmodmdanc ≡d modm. Berartim|a−b dan m|c−d. Menggunakan sifat keterbagian, makam|ac−bcdan m|bc−bd. Sehinggam|ac−bd
Kekongruenan
Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:
1 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a+c ≡b+d modm
2 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a−c ≡b−d modm
3 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmakaac ≡bd modm
Bukti sifat 3
Misala≡bmodmdanc ≡d modm. Berartim|a−b dan m|c−d. Menggunakan sifat keterbagian, makam|ac−bcdan m|bc−bd. Sehinggam|ac−bd
Bukti sifat 1 dan 2 ditinggalkan sebagai latihan
Kekongruenan
Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:
1 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a+c ≡b+d modm
2 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a−c ≡b−d modm
3 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmakaac ≡bd modm
Bukti sifat 3
Misala≡bmodmdanc ≡d modm. Berartim|a−b dan m|c−d. Menggunakan sifat keterbagian, makam|ac−bcdan m|bc−bd. Sehinggam|ac−bd
Kekongruenan
Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:
1 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a+c ≡b+d modm
2 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a−c ≡b−d modm
3 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmakaac ≡bd modm
Bukti sifat 3
Misala≡bmodmdanc ≡d modm. Berartim|a−b dan
m|c−d. Menggunakan sifat keterbagian, makam|ac−bcdan
m|bc−bd. Sehinggam|ac−bd
Bukti sifat 1 dan 2 ditinggalkan sebagai latihan
Kekongruenan
Aritmatika kongruensi berdasarkan sifat-sifat berikut:
1 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a+c ≡b+d modm
2 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmaka
a−c ≡b−d modm
3 Jikaa≡bmodmdanc≡d modmmakaac ≡bd modm
Bukti sifat 3
Misala≡bmodmdanc ≡d modm. Berartim|a−b dan
m|c−d. Menggunakan sifat keterbagian, makam|ac−bcdan
m|bc−bd. Sehinggam|ac−bd
Masalah Kongruensi
Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,
maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiax ≡bmodm
memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.
Tentukan solusi untuk
1 9x +5≡10 mod 11
2 18x +13≡6 mod 23
Masalah Kongruensi
Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,
maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiax ≡bmodm
memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.
Tentukan solusi untuk
1 9x +5≡10 mod 11
Masalah Kongruensi
Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,
maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiax ≡bmodm
memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.
Tentukan solusi untuk
1 9x +5≡10 mod 11
2 18x +13≡6 mod 23
Masalah Kongruensi
Jikaadanmadalah bilangan bulat yang saling relatif prima,
maka untuk setiap bilangan bulatb, kongruensiax ≡bmodm
memiliki solusi semua bilangan bulat dalam satu kelas residu modulom.
Tentukan solusi untuk
1 9x +5≡10 mod 11
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:
kedatangan pelanggan di suatu konter
seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini
pembuatan input tes untuk sebuah program komputer
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:
kedatangan pelanggan di suatu konter
seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:
kedatangan pelanggan di suatu konter
seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini
pembuatan input tes untuk sebuah program komputer
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Pada beberapa aplikasi, perlu dibangun bilangan-bilangan secara random dari sebuah himpunan bilangan, sedemikian hingga setiap bilangan memiliki peluang yang sama untuk dibangun. Beberapa contoh situasi dimana bilangan random digunakan, semua melibatkan software untuk mensimulasikan sebuah proses acak, misalnya:
kedatangan pelanggan di suatu konter
seleksi sampel secara acak dari sebuah populasi manusia untuk menyelenggarakan poling opini
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Bagaimana membangun bilangan acak jika kita hanya membutuhkan sedikit bilangan saja?
Dengan melempar dadu kubus berulang-ulang, dapat dibangun sebuah barisan acak dari bilangan-bilangan dari himpunan {1,2,3,4,5,6}. Barisan yang dihasilkan dengan cara ini tidak akan punya pola, tetapi dengan percobaan berulang-ulang dalam waktu relatif lama diharapkan keenam bilangan tersebut dapat tampil dengan frekuensi yang sama
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Bagaimana membangun bilangan acak jika kita hanya membutuhkan sedikit bilangan saja?
Dengan melempar dadu kubus berulang-ulang, dapat dibangun sebuah barisan acak dari bilangan-bilangan dari himpunan
{1,2,3,4,5,6}. Barisan yang dihasilkan dengan cara ini tidak
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Jika beberapa bilangan random diperlukan, maka wajar untuk menanyakan apakah sebuah komputer dapat diprogram untuk menjalankan tugas tersebut.
Sebuah komputer merupakan sebuahdeterministic device. Dari input yang dimasukkan akan diproduksi output yang secara prinsip selalu dapat diprediksikan.
Namun demikian tetap dimungkinkan untuk memprogramkan komputer untuk membangun barisan bilangan yang diproduksi secara random. Bilangan yang dibangun dengan cara ini pada sebuah komputer disebut bilanganpseudo-random
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Jika beberapa bilangan random diperlukan, maka wajar untuk menanyakan apakah sebuah komputer dapat diprogram untuk menjalankan tugas tersebut.
Sebuah komputer merupakan sebuahdeterministic device.
Dari input yang dimasukkan akan diproduksi output yang secara prinsip selalu dapat diprediksikan.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Jika beberapa bilangan random diperlukan, maka wajar untuk menanyakan apakah sebuah komputer dapat diprogram untuk menjalankan tugas tersebut.
Sebuah komputer merupakan sebuahdeterministic device.
Dari input yang dimasukkan akan diproduksi output yang secara prinsip selalu dapat diprediksikan.
Namun demikian tetap dimungkinkan untuk memprogramkan komputer untuk membangun barisan bilangan yang diproduksi secara random. Bilangan yang dibangun dengan cara ini pada
sebuah komputer disebut bilanganpseudo-random
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Ide Dasar Konstruksi
Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ...
x0disebutseedataubenih
Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda, demikian pula sebaliknya.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Ide Dasar Konstruksi
Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih
Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda, demikian pula sebaliknya.
Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh sistem jam guna menghindari bias antar pengguna. Berawal denganseedini, barisan dibangun menggunakan sebuah formula rekursif: xi =f(xi−1),i =1,2,3, ...
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Ide Dasar Konstruksi
Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih
Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda, demikian pula sebaliknya.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Ide Dasar Konstruksi
Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih
Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda,
demikian pula sebaliknya.
Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh sistem jam guna menghindari bias antar pengguna. Berawal denganseedini, barisan dibangun menggunakan sebuah formula rekursif: xi =f(xi−1),i =1,2,3, ...
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Ide Dasar Konstruksi
Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih
Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda,
demikian pula sebaliknya.
Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi
seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh
sistem jam guna menghindari bias antar pengguna.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Ide Dasar Konstruksi
Barisan bilangan yang dibangun: x0,x1,x2,x3, ... x0disebutseedataubenih
Berbedaseedakan menghasilkan barisan yang berbeda,
demikian pula sebaliknya.
Pada beberapa aplikasi, lebih disukai untuk menspesifikasi
seedsebagai sebuah fungsi waktu yang ditunjukkan oleh
sistem jam guna menghindari bias antar pengguna.
Berawal denganseedini, barisan dibangun menggunakan
sebuah formula rekursif: xi =f(xi−1),i =1,2,3, ...
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Linear Congruential Method
membangun sebuah barisan bilanganpseudo-randomdari
himpunan{0,1,2,3, ...,m−1}. Aturan konstruksi
menggunakan formula:
xi =axi−1+cmodm
adanc konstan. Jikac =0 maka metode tersebut dinamakan
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Analisa Metoda
xi =axi−1+cmodm
Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam himpunan hingga denganmelemen.
Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memilih myang besar dan mencoba untuk mendapatkan barisan sepanjang mungkin sebelum ada pengulangan siklus. Semakin banyak bilangan random yang diperlukan, maka mjuga harus semakin besar.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Analisa Metoda
xi =axi−1+cmodm
Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang.
Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam himpunan hingga denganmelemen.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Analisa Metoda
xi =axi−1+cmodm
Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam
himpunan hingga denganmelemen.
Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memilih myang besar dan mencoba untuk mendapatkan barisan sepanjang mungkin sebelum ada pengulangan siklus. Semakin banyak bilangan random yang diperlukan, maka mjuga harus semakin besar.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Analisa Metoda
xi =axi−1+cmodm
Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suku-suku berada dalam
himpunan hingga denganmelemen.
Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memilih
myang besar dan mencoba untuk mendapatkan barisan
sepanjang mungkin sebelum ada pengulangan siklus.
Konstruksi Bilangan Pseudo-random
Analisa Metoda
xi =axi−1+cmodm
Jika sebuah suku tampil untuk kedua kalinya, maka barisan akan menampilkan siklus yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena suk