• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tersedia online di: http:ejournal-balitbang.kkp.go.idindex.phpjra KARAKTERISTIK, KESESUAIAN, DAN DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tersedia online di: http:ejournal-balitbang.kkp.go.idindex.phpjra KARAKTERISTIK, KESESUAIAN, DAN DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko r esp o n d e n si: Balai Rise t Per ikan an Bu d id aya Air Payau d an Pe nyu lu han Per ikanan . Jl. Makm u r Dg . Sit akka No . 1 2 9, Maro s, Su lawe si Se lat an 9 0 5 1 2 , In d o n e sia.

Te l. + (0 4 1 1 ) 3 7 1 5 4 4

E-m ail: akhmadmust afa@ yahoo.com

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

KARAKTERISTIK, KESESUAIAN, DAN DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUM PUT LAUT DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAW ESI UTARA

Akhmad M ustafa*)#, Tarunamulia*), Hasnawi*), dan I Nyoman Radiart a**)

*) Balai Rise t Pe rikanan Budidaya Air Payau d an Penyu luhan Pe rikanan

**) Balai Riset dan Observasi Laut

(Naskah dit erima: 5 Juli 2017; Revisi final: 25 Sept ember 2017; Diset uj ui publikasi: 25 Sept ember 2017)

ABSTRAK

Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan tiga pulau terdepannya dan panjang pantai 297 km memiliki potensi

untuk p engembangan bu didaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii), te tapi belu m tersedia data ko ndisi

perairannya. Penelitian bertu juan untu k mengkaji karakteristik, kesesuaian, dan daya du kung perairan untuk budidaya rumput laut di kawasan pesisir Kab upaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Data karakteristik perairan yang dikumpulkan berupa pasang surut, kecepatan arus, arah arus, kedalaman, kecerahan, suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, nitrat, nitrit, nitrogen amonia total, fosfat,

padatan tersuspensi total, bahan organik total, dan jenis substrat. Analisis dengan weight ed linear combinat ion

dalam SIG dilakukan untuk penentuan kesesuaian perairan dan b esarnya kapasitas perairan digunakan untuk penentuan daya dukung perairan. Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik perairan Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat mendukung usaha budidaya rumput laut, tetapi kedalaman perairan yang relatif dangkal dan adanya alur pelayaran yang menjadi faktor pembatas dalam kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut. Dari 4.839,35 ha kawasan pesisir yang dikaji di Teluk Talengen (Kecamatan Tabukan Tengah), Teluk Manalu (Kecamatan Tabukan Selatan), dan Teluk Dagho (Kecamatan Tamako dan Manganitu Selatan) dijumpai kawasan pesisir seluas 181,79 ha yang tergolong sangat sesuai; 852,82 ha yang tergolong cukup se su ai; 3.633,75 h a yang te rgolong kurang sesuai; dan 170,99 ha yang t ergolon g tid ak sesu ai u nt uk bu didaya rumpu t laut m etod e tali p anjang. Berd asarkan daya dukung perairan , bu didaya rumpu t laut metode tali panjang di Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dilakukan di Teluk Talengen, Teluk Manalu, dan Teluk Dagho dengan pengembangan kawasan maksimal masing-masing seluas 324; 559; dan 1.171 ha yang dap at digunakan un tuk masing-masin g 1.296, 2.236, dan 4.684 u nit rakit bud idaya rum put laut berukuran 50 m x 50 m.

KATA KUNCI: karakteristik; kesesuaian; daya dukung; Kappaphycus alvarezii; Kepulauan Sangihe

ABSTRACT: Characteristic, suitability, and carrying capacity of waters for seaweed culture in Sangihe Archipelago Regency, North Sulawesi. By: Akhmad M ustafa, Tarunamulia, Hasnawi, and I Nyoman Radiarta

(2)

Tabukan Subdist rict ), and Dagho Bay (Tamako and M anganit u Selat an Subdist rict s), a t ot al of 181.79 ha were classified as very suit able; 852.82 ha were moderat ely suit able; 3,633.75 ha were less suit able; and 170.99 ha were not suit able for seaweed line cult ure met hod. Based on t he carrying capacit y of wat ers, seaweed cult ure of long-line met hod can be effect ively pract iced in Talengen Bay, Manalu Bay, and Dagho Bay wit h the maximum development areas of 324, 559, and 1,171 ha respect ively of which can be used for allocat ing 1,296, 2,236, and 4,684 cult ure raft unit s respect ively, wit h t he size of 50 m x 50 m per unit .

KEYW ORDS: characteristic; suitability; carrying capacity; Kappaphycus alvarezii; Kepulauan Sangihe

PENDAHULUAN

Pe m e r in t a h m e n e r b it ka n Ke p u t u s a n Me n t e r i Kelaut an dan Perikanan No mo r 12/KEPMEN-KP/2015 t ent ang Tim Percepat an Invest asi di Bidang Kelaut an dan Perikanan unt uk lima pulau t erdepan: Simeulue, Nat una, Sangihe, Saumlaki, dan Merauke. Kabupat en Kepulauan Sangihe t erdiri at as gugusan pulau yang b e sar d an ke cil b e rju m la h 1 0 5 p u lau (3 p u lau d i antaranya sebagai pulau-pulau t erdepan) dan memiliki g ar is p a n t ai m e n ca p a i s e k it a r 2 9 7 k m se h in gg a memiliki luas wilayah laut yang sangat besar yait u 95% d ar i lu a s t o t a l (BPS, 2 0 1 4 ). Ha l in i m e m e r lu ka n penyesuaian fo kus pembangunan melalui pemanfaat an po t ensi sumberdaya laut dan pesisir berupa budidaya la u t a t a u m a r ik u lt u r. Ma r ik u lt u r m e m b e r ik a n kesempat an untuk peningkatan produksi makanan dari laut seiring dengan meningkat nya permint aan akan p ro t e in dari lau t d an t e rb at asn ya h asil p e rikan an t angkap (Gent r y et al., 2017).

Bu d id aya ru m p u t lau t m e r u p a k a n s a la h sa t u kegiat an budidaya laut yang dapat menjadi alt ernat if kegiat an yang ber wawasan lingkungan dan pro dukt if b agi p e n du d u k di kawasan pe sisir (Su kad i, 2 00 6 ; Radiart a et al., 2014; Diant o et al., 2017). Rumput laut adalah makro alga laut mult iselular yang dit emukan di se m u a e ko sist e m p e sisir d i d u n ia , d e n gan p e ran pe nt in g dalam m en jaga ke an ekaragaman h ayat i di lingkungan kawasan pesisir (Sangha et al., 2014; Erlania & Ra d ia r t a , 2 0 1 5 ). Me n u r u t Do t y & No r r is (1985),rumput laut (Kappaphycus alvarezii) merupakan salah sat u jenis rumput laut merah (Rho do phyceae) d an b erub ah nama d ari Eucheuma cot t onii me n jad i Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan t ermasuk fraksi kappa-karaginan.

Rumput laut t ermasuk ko mo dit as perikanan yang berbasis lahan/perairan, maka untuk dapat tumbuh atau h id u p d a n b e rp ro d u ksi m e m e rlu kan p e rs yarat an -p e rsyara t an t e rt e n t u . Eva lu a si ke s e su aia n lah a n / perairan sangat penting dilakukan karena memiliki sifat fisik, so sial, e ko no mi, dan geo grafi yang ber variasi at au lahan/perairan dicipt akan t idak sama (Ro ssit er, 1996). Lahan/perairan memiliki karakt erist ik yang juga d ap at b e rb e d a a n t ar a ya n g s at u d e n g an lain n ya. Kesesuaian lahan/pe rairan u nt uk aku akult u r dapat m e n g u r an g i p e n ga ru h n e g at if m a n u s ia t e rh ad ap

p e n g e lo la a n s u m b e r d a ya a la m d a n u n t u k m e ngid e nt ifikasi pe n ggun aan lah an /p e rairan yan g t e p at (Ab d e lRahm an et al., 2 0 1 6 ). Selain it u ju ga memberikan po t ensial maksimal bagi pert umbuhan k o m o d it a s , m e m in im a lk a n b ia ya p r o d u k s i d a n meminimalkan at au mencegah po t ensi ko nflik ant ar-p e n g g u n a (Pé r e z et al. , 2 0 0 3 ), d a n m e m b u a t penggunaan lahan lebih rasio nal (Go ng et al., 2012; Ro driguez-Gallego et al., 2012). Fakt o r lainnya yang perlu dip erhat ikan selain kesesuaian lahan /perairan yang menent ukan o pt imal dan keberlanjut annya dari u sah a b u d id aya ru m p u t lau t ad alah d aya d u ku n g p e rairan . Pe m an faat an lah an /p e ra ira n yan g t id ak t erkendali sebagai akibat ant usiasme masyarakat yang sangat t inggi t erhadap budidya rumput laut di suat u ka wa sa n p e sisir ya n g t a n p a ad an ya p e n ga t u ra n , dikhawatirkan akan terlampauinya daya dukung lahan/ perairan yang berdampak pada penurunan kuant it as, kualit as, dan ko nt inuit as pro duksi rumput laut . Daya dukung lahan/perairan merupakan ko nsep dasar yang dikembangkan unt uk pengelo laan sumber daya alam dan lingku ngan secara b erkelanjut an (Aylló n et al., 2012).

Penelit ian bert ujuan unt uk mengkaji karakt erist ik perairan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kesesuaian dan daya dukung perairan unt uk budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di kawasan pesisir Kab u p a t e n Ke p u lau an San gih e , Pro vin si Su lawe si Ut ara.

BAHAN DAN M ETODE

Lokasi dan Waktu Kajian

(3)

Pengum pulan Data

Selama pelaksanaan kajian dilakukan pengumpulan dat a baik dat a primer maupun dat a sekunder. Dat a primer yang dikumpulkan dibagi at as dat a lingkungan fisik d an ku alit as air. Dat a lin gku n gan fisik yan g dikumpulkan berupa pasang surut (pasut) dengan dat a lo gger dan papan berskala, kedalaman perairan dengan untuk peubah salinitas, suhu, pH, dan o ksigen terlarut dengan menggunakan YSI Pro Plus, sert a kecerahan Kualit as air yang dianalisis di Labo rat o rium Air Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Pe rikan an , Maro s, Su lawe si Se lat an a d alah n it rat dengan meto da reduksi nat rium, nit rit dengan met oda ko lo rimet ri, nit ro gen amo nia t o t al dengan met o da fenat , fo sfat dengan met o de asam asko rbat , padat an t ersuspensi t o t al dengan met o da gravimet ri, bahan o rgan ik t o t al d engan met o de t e t rimet ri m engiku t i petunjuk APHA (2012) dan Sut risyani & Rohani (2009).

Dat a sekunder sepert i Pet a Rupabumi Indo nesia

Lapo ran sebelumnya (Mudeng et al., 2015; Must afa et al., 2015) yang pengukuran dan pengambilan conto h air dilakukan pada musim hujan pada lo kasi yang sama m en un ju kkan dat a yang relat if sama d e ngan yan g dipero leh dalam kajian ini (musim kemarau), sehingga diasumsikan kualit as air di kawasan pesisir Kabupat en Kepulauan Sangihe relat if sama sepanjang t ahun. Hal ini diperkuat dengan t emuan Set iawan et al. (2016) b ahwa salin it as di p erairan Kab u p at e n Kep u lau an Sangihe hanya berkisar antara t erendah 33,7 ppt pada bulan No vember dan t ert inggi 34,4 ppt pada bulan Okt o ber. St at it ist ik deskript if yang meliput i rat a-rat a dan simpangan baku d igunakan un t uk m enget ahui ko nd isi umu m dat a perairan yang ada. Pet a dibuat dengan memanfaatkan cit ra sat elit yang t ersedia yang diint egrasikan dengan dat a sekunder dan dat a primer

dari hasil kajian. Unt uk mendapat kan pet a t e mat ik masing-masing peubah kualit as air t ersebut dilakukan in t e rp o lasi d e n gan m e n ggu n akan m e t o d e kr ig ing (Mo rain, 1999).

Kriteria kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut met o da t ali panjang didasarkan pada krit eria yang telah ada (Mubarak et al., 1990; BAKOSURTANAL, 2005; Wo ut huyzen, 2006; FAO, 2012). Bo bo t dari masing-masing peubah dit ent ukan dengan pair-wise compari-son, yang merupakan bagian dari pro ses pengambilan kep ut usan yang dike nal d en gan m et o d e analyt ical hierarchy process (Banai-Kashani, 1989). Set elah seluruh skor dan bobot ditent ukan, langkah selanjut nya adalah m e lak u ka n a n a lis is sp as ial k e se su a ia n p e r a ir an . Analisis ini dilakukan dengan met o de weight ed linear combinat ion (Malcze wski, 1 9 9 9 ), yan g m e ru p akan aplikasi dari mult i-crit eria evaluat ion. Analisis dengan w ei g h t ed l i n ear com b i na t i on d ila k u k a n d e n g a n p e m o d e lan yan g t e rdap at d alam p e ran gkat lu n ak ArcGISve rsi 9 .3.

Pendekat an yang dilakukan dalam penent uan daya dukung perairan unt uk budidaya rumput laut adalah pendekat an kapasit as perairan sepert i telah dijelaskan o leh Azis (2011). Dalam pendekat an ini, informasi luas lahan yang sesuai unt uk budidaya rumput laut juga piant an at au sekitar 15 hari, yang kemudian digunakan u n t u k m e n ca ri n ila i ke d alam an p e ra ir an d e n g an ket inggian air surut t erendah. Berdasarkan ko nst ant a harmonik tersebut, maka didapatkan bilangan formzhal (F= 0 , 2 7 ) ya n g m e n u n ju k k a n b a h w a p a s u t d i Kab u p at e n Ke p u lau an San gih e b ert ip e cam p u ran , co ndo ng ke semi-diurnal, dengan nilai muka laut rat a-rat a sebesar 240 cm di at as no l rambu pasut . Rent ang pasut pada saat rat a-rat a pasang purnama dihit ung se kit ar 2 0 0 cm . Nam u n d e m ik ian r e n t an g p as u t maksimal pada saat pengukuran dapat mencapai 250 cm pada saat pasang purnama (maksimal 370 cm dan minimal 120 cm).

(4)
(5)

pert umbuhan rumput laut yang baik, sebaliknya pada lo kasi yang miskin nut rien diperlukan kecepat an arus yan g le b ih be sar n am u n t id ak m e le b ih i 4 0 cm /dt . Dikat akan o leh Do t y & No rris (1985) dan Ko t iya et al. (2011) bahwa arus mengontro l kesuburan lo kasi unt uk budidaya rumput laut .

Kedalaman perairan di kawasan pesisir Kabupat en Kep u lau an San gih e de n gan ko re ksi ket inggian air surut t erendah dari dat a pasut disajikan pada Tabel 1. Kisaran kedalaman air di Teluk Talengen, Manalu, dan Dagho berturut -t urut 0,7-52,0; 1,5-62,0; dan 1,0-122,0 m. Kedalaman perairan yang dangkal dengan subst rat dasar berlumpur sangat besar kemungkinannya t erjadi kekeruhan perairan melalui pengadukan gelo mbang dan arus sampai ke dasar perairan. Menurut Mubarak et al. (19 90 ), m et o d e t ali p an jang u nt uk b ud id aya rumput laut membut uhkan kedalaman perairan sangat sesuai yait u 5-10 m. Subst rat yang dikehendaki unt uk budidaya rumput laut adalah pasir, pecahan karang, dan karang (Vairapp an & Ch un g, 2 006 ). Sub st rat d asar perairan di Teluk Talengen, Teluk Manalu, dan Teluk Dagho sangat ber variasi sepert i masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan demikian, berdasarkan subst rat dasar, maka ada lo kasi-lo kasi t ert ent u yang se suai de ngan bu didaya rump ut laut di Kab upat en Kepulauan Sangihe.

Ke ce r a h a n p e r aira n lo k as i yan g co co k u n t u k budidaya rumput laut lebih dari 2 m. Apabila semakin t in ggi t ingkat kece rahannya, maka semakin e fekt if p ro s e s fo t o s in t e sis t e rse b u t , u n t u k p e n am b ah an jumlah massa sel penyusun t alus rumput laut (Hayashi et al., 2 0 0 7 ). Keke ru han yan g t in ggi d ari p ad at an t e rs u s p e n s i t id a k b a ik u n t u k k e g ia t a n b u d id a ya rumput laut karena mengurangi penet rasi cahaya ke dalam air sehingga mengganggu pro ses fo t o sint esis ru m p u t lau t ; d an ju ga m e n u t u p p e rm u kaan t alu s se hin gga men ghambat p enye rap an nut rie n me lalui permukaan t alus (Hidayat , 1990; Vairappan & Chung, 2006). Kecerahan perairan di Teluk Talengen 1,5-13,5 m at au 18-100%, di perairan Teluk Manalu 0,7-4,5 m at au 7-100%, dan di perairan Teluk Dagho 1,0-16,0 m at au 8-100% (Tabel 1).

Semua lo kasi perairan yang dikaji unt uk budidaya rumput di Kabupaten Kepulauan Sangihe laut memiliki suhu perairan yang berkisar 27,0-30,8oC. Hasil yang

dipe ro le h in i re lat if sam a de ngan yan g dilapo rkan sebelumnya o leh Set iawan et al. (2016) bahwa suhu permukaan laut di Kabupat en Kepulauan Sangihe 28-31oC. Sebelumnya Mudeng

et al. (2015) melapo rkan di t empat yang sama bahwa suhu air di Teluk Talengen 29,5-31,0oC dan di Teluk Manalu 30,0-31,0oC. Kisaran

suhu demikian masuk dalam kat ego ri perairan yang sangat sesuai unt uk kegiat an budidaya rumput laut . Vairapp an & Chu ng (20 06 ) m en yat akan su hu yan g

t erbaik unt uk pert umbuhan rumput laut adalah 25-31oC.

Salinit as perairan Kabu pat en Kepulauan Sangihe 32,95-35,13 ppt , di mana salinit as yang relat if rendah dijumpai di Teluk Talengen dan Dagho sebagai akibat ad anya su n gai yan g t e rgo lo ng su n gai h id u p yan g bermuara di lokasi tersebut . Dalam melakukan budidaya rumput laut dibut uhkan kisaran salinit as 31-35 ppt (Mubarak et al., 1990). Di t empat yang sama yait u di Teluk Talengen dan Manalu didapat kan salinit as 33-34 ppt o leh Mudeng et al. (2015).

Dikat akan o le h Lan d au (1 9 9 5 ) b ah wa o ksige n t erlarut diperlukan unt uk pro ses respirasi, sehingga ko nsent rasi o ksigen t erlarut dalam perairan menjadi fakt o r pem bat as un t u k p ert um buh an ru mpu t lau t . Ko nsent rasi o ksigen t erlarut pada semua lo kasi kajian p e rairan yan g dikaji b e rad a p ad a 3 ,4 6 -8,1 6 m g/L, s e h in g g a s e m u a lo k a s i b u d id a ya r u m p u t la u t d ik a t e g o r ik a n s e s u a i s e b a g a i lo k a s i b u d id a ya . Ko nsent rasi o ksigen t erlarut unt uk menunjang usaha budidaya rumput laut adalah 3-8 mg/L (Dit jenkanbud, 2008).

Un t uk pe rt umb uhan yang o pt imal, rump ut laut m e m b u t u h kan p H 7 ,0 -9 ,0 d e n gan kis aran san gat s e s u a i 7 ,5 -8 , 5 (BAKOSURTANAL, 2 0 0 5 ). Ha l in i menunjukkan bahwa pH perairan Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat mendukung budidaya rumput laut . pH perairan di Kabupat en Kepulauan Sangihe berada pada pH air laut secara umum. Sebelumnya, Mudeng et al. (2 015 ) men dap at kan pH air di Teluk Talen ge n d an Manalu masing-masing 7,8-8,0 dan 7,7-7,9.

(6)

t empat yang sama yait u di Teluk Talengen dan Manalu d id ap at k an b e r t u ru t -t u ru t ko n se n t r asi d a ri t id ak t erdet eksi sampai 0,02 mg/L dan dari t idak t erdet eksi sampai 0,01 mg/L dari nit rit o leh Mudeng et al. (2015). Di perairan, ko nsent rasi nit rit jarang melebihi 1 mg/ L (Sawyer & McCart y, 1978).

Konsent rasi amonia dalam bentuk nit ro gen amo nia t o t al di Kabupat en Kepulauan Sangihe 0,0090-0,1567 mg/L di Teluk Dagho ; 0,0 382-0,159 7 mg/L di Teluk Talengen; dan 0,0525-0,1192 mg/L di Teluk Manalu. Ko n sent rasi t erse but apabila diband ingkan dengan ko nsent rasi ideal unt uk habit at pert umbuhan rumput laut yakni 1,0-3,2 mg/L (Lo urenco et al., 2006), maka masih jauh dari ko ndisi o pt imal.

Ko nsent rasi fo sfat yang didapat kan di lo kasi kajian Kabupat en Kepulauan Sangihe 0,0019–0,3631 mg/L, di mana ko nsent rasi fo sfat yang t inggi didapat kan di Te lu k Tale n g e n (Ta b e l 1 ). Me n u ru t Lat if (2 0 1 2 ), k o n s e n t r a s i fo s fa t m e r u p a k a n p e u b a h k o n d is i oseano grafi yang juga mengontrol nilai karaginan pada rumput laut . Ko nsent rasi fo sfat pada perairan yang baik unt uk budidaya rumput laut adalah 0,02-1,0 mg/L (Sulist ijo , 1996). mangro ve lebih rendah 80 mg/L. Keberadaan padat an t e rsu sp e n si t o t al m asih d ap at b e rd a m p ak p o sit if ap ab ila t id ak m e le b ih i t o le ran si se b aran p ad at an t ersuspensi t o t al baku mut u kualit as perairan yang ditet apkan o leh Kement erian Lingkungan Hidup, yait u t idak melebihi 70 mg/L.

Ko nsent rasi bahan o rganik t o tal air di lo kasi kajian Kab up at e n Ke p ulau an Sangihe re lat if sam a, hanya 24,02-86,81 mg/L (Tabel 2). Konsent rasi bahan o rganik t ot al dalam air laut biasanya rendah dan tidak melebihi 3 m g /L. Me n u r u t Re id (1 9 6 1 ), p e r a ir a n d e n g a n ko nsent rasi bahan o rganik t o t al lebih besar dari 26 mg/L adalah t ergo lo ng perairan yang subur.

Kesesuaian Perairan

De ngan me mpe rt imb an gkan fakt o r krit e ria d an fakt o r pembat as t elah dit et apkan kese suaian lahan untuk budidaya rumput laut met ode tali panjang (Tabel 2 ) d i Kab u p at e n Ke p u lau an San gih e . Ke d a la m a n 2014-2034 t elah dit et apkan Klast er Teluk Dagho dan sekit arnya dengan pusat kawasan Teluk Dagho yang meliput i: Kecamat an Tamako , Kecamat an Manganit u Selat an dan Kepulauan Tato areng. Klast er ini diarahkan seb agai kawasan sen t ra p en ge mb angan p e rikanan t a n g k a p , p e n g e m b a n g a n p r o d u k s i d a n in d u s t r i p e r ik a n a n , k a w a s a n a g r o p o lit a n , s e r t a p u s a t pele st arian hut an lindun g maupu n kawasan pesisir yang berpo t ensi pariwisat a, budidaya kebaharian, dan kawasan pariwisat a bahari/kelaut an.

Dari 4.839,3 5 ha kawasan pe sisir yang dikaji di Teluk Talengen, Manalu, dan Dagho , seluas 181,80 ha (3 ,7 6 %) t e r go lo n g s an gat s e s u ai (S1 ), 8 5 2 ,8 2 h a (1 7,6 2%) t e rgo lo n g cuku p sesu ai (S2 ), 3.6 33,75 ha (75,09%) t ergo lo ng kurang sesuai (S3), dan 170,99 ha (3 ,5 3%) t ergo lo n g t id ak se su ai (N) unt uk bu didaya rumput laut met o de t ali panjang (Tabel 2, Gambar 1).

Daya Dukung Perairan

Pe m a n fa a t a n k a w a s a n p e r a ir a n Ka b u p a t e n Kepulauan Sangihe sebagai lokasi budidaya rumput laut belum begit u berkembang. Namun demikian, dalam pengembangannya ke depan perlu dit unjang dengan p en ilaian daya du kun g p e rairan b e rb asis kawasan berkelanjutan.

(7)

Tabel 2. Kelas kesesuaian perairan unt uk budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) met o de t ali panjang di kawasan pesisir Kabupat en Kepulauan Sangihe Pro vinsi Sulawesi Ut ara

Table 2. Wat ers suit abilit y classes for seaweed (Kappaphycus alvarezii) cult ure using long-line met hod in coast al areas of Sangihe Archipelago Regency Nort h Sulawesi Province

Kel as kesesuaian Teluk Talengen Teluk M analu Teluk Dagho

Suitability classes Talengen Bay M analu Bay Dagho Bay

San gat sesu ai

Very suitable (h a)

Cu ku p sesuai

M oderately suitable(h a)

Ku r an g sesu ai

Less suitable (h a)

Tidak sesu ai

Not suit able (h a)

Tot al (ha) 746.58 1,340.65 2,752.12 4,839.35

5 6 3 .5 3 95 5 .6 3 2 ,11 4 .5 9 3 ,63 3 .7 5

10 .07 7 0 .9 0 90 .02 1 7 0.9 9

Tot al

44 .90 5 0 .0 7 86 .82 1 8 1.7 9

1 2 8 .0 8 26 4 .0 5 4 6 0 .6 9 8 5 2.8 2

Gambar 1. Pet a kesesuaian perairan unt uk budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) me t o de t ali panjang di kawasan pesisir Kabupat en Kepulauan Sangihe Pro vinsi Sulawesi Ut ara.

Figure 1. Wat ers suit abilit y maps for seaweed (Kappaphycus alvarezii) cult ure using long-line met hod in coast al areas of Sangihe Archipelago Regency Nort h Sulawesi Province.

Skala pet a 1:350.000 0 2 4 8 12 16 20 0 2 4 8 12 16 20Km

Proyeksi : ... Transverse Mercator Sistem Gri : ... Grid Geografi dan UTM Zona 51N Datum Hrizontal : ... Datum Wordl Geodetik Sistem WG 3 84

(8)

KESIM PULAN DAN SARAN

Secara um um karakt erist ik pe rairan Kabu pat e n Kepulauan Sangihe dapat mendukung usaha budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii), t et api kedalaman perairan yang relatif dangkal serta adanya alur pelayaran yang menjadi fakto r pembat as dalam kesesuaian lahan unt uk budidaya rumput laut. Dari 4.839,35 ha kawasan p e sisir yan g d ikaji d i Te lu k Tale n ge n (Ke cam at an Tabukan Tengah), Teluk Manalu (Kecamat an Tabukan Selat an), dan Teluk Dagho (Kecamat an Tamako dan Manganit u Selat an) dijumpai kawasan pesisir seluas 181,79 ha yang t ergo lo ng sangat sesuai; 852,82 ha ya n g t e r go lo n g cu k u p s e s u a i; 3 .6 3 3 ,7 5 h a yan g tergo lo ng kurang sesuai; dan 170,99 ha yang tergolo ng t idak sesuai unt uk budidaya rumput laut met o de t ali panjang. Budidaya rumput laut met o de t ali panjang di Kabupat en Kepulauan Sangihe dapat dilakukan di Teluk Talen ge n, Te lu k Man alu, d an Te lu k Dagho d en gan p en gem b an gan kawasan m aksim al m asing-masin g se lu as 32 4 h a; 5 5 9 h a; d an 1 .1 7 1 h a yan g d ap at digu nakan unt uk m asing-m asing 1.296, 2.236, dan 4.684 unit rakit budidaya rumput laut berukuran 50 m x 50 m . Disarankan agar p en ge mb an gan bu didaya rumput laut diawali pada lo kasi yang tergolo ng sangat se su ai, kem ud ian cukup sesuai, dan t e rakhir pada lo kasi kurang sesuai.

UCAPAN TERIM A KASIH

Diu cap kan t e rim a ka sih ke p ad a Ba p ak Hak im Madeng, Muhammad Arno l, dan Ilham atas bant uanya d a la m p e n g am b ila n co n t o h a ir d a n s e d im e n d i lap an gan . Te rim a kasih ju ga d isam p aika n ke p ad a Ke p a la d a n s t a f Din a s Ke la u t a n d a n Pe r ik a n a n Kabupat en Kepulauan Sangihe at as bant uannya selama pelaksanaan kajian ini. Juga diucapkan t erima kasih ke p ad a Ib u Sit i Ro h an i d an Ku rn iah a t as an alisis kualit as air d i labo rat o rium. Kajian ini dibiayai dari Daft ar Isian Pelaksanaan Anggaran yang ada di Pusat

Pen elit ian d an Pen gem bangan Pe rikanan Bud id aya Tahun Anggaran 2015.

DAFTAR ACUAN

Ab d e lRahm an , M.A.E., Nat arajan , A., & He gd e , R. (2016). Assessment o f land suit abilit y and capa-bilit y by int egrat ing remo t e sensing and GIS fo r agricult ure in Chamarajanagar dist rict , Karnat aka, India. The Egypt ian Journal of Remot e Sensing and Space Science, 19(1), 125-141.

APHA (American Public Healt h Asso ciat io n). (2012). St andard M et hods for t he Examinat ion of Wat er and Wast ewat er. American Public Healt h Asso ciat io n-Ame rican Wat er Wo rks Asso ciat io n-Wat e r En vi-ro nment Federat io n, Washingt o n, DC, 1496 pp. Aylló n, D., Almo dó var, A., Nico la, G.G., Parra, I., &

Elvira, B. (2012). Mo delling carr ying capacit y dy-namics fo r t he co nser vat io n and management o f t errit o rial salmo nids. Fisheries Research, 134-136, 95-103.

Azis, H.Y. (2 01 1). Opt imasi Pengelolaan Sumberdaya Rumput Laut di Wilayah Pesisir Kabupat en Bant aeng Pr ovi nsi Sul a w esi Sel at an. Dis e r t a s i. Se k o la h Pascasarjana, Inst it ut Pert anian Bo go r, Bo go r, 164 hlm.

BAKO SURTANAL (Ba d a n Ko o rd in a s i Su r ve i d a n Pemet aan Nasional). (2005). Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidaya Rumput Laut. Pu s a t Su r ve i Su m b e rd a ya Ala m La u t , Ba d a n Ko o r d in a s i Su r ve i d a n Pe m e t a a n Na s io n a l, Cibino ng Bo go r, 36 hlm.

BanaiKashani, R. (1989). A new met ho d fo r sit e suit -ab ilit y analysis: The analyt ic hierarchy pro cess. Environment al M anagement, 13, 685-693.

BPS (Badan Pusat St at ist ik). (2014). Kepulauan Sangihe dalam Angka 2014. Badan Pusat Stat istik Kabupat en Kepulauan Sangihe, Tahuna, 388 hlm.

Tabel 3. Daya dukung perairan dan jumlah unit rakit unt uk pengembangan budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) met o de t ali panjang yang maksimal di perairan pesisir Kabupat en Kepulauan Sangihe Pro vinsi Sulawesi Ut ara

Table 3. Wat ers carr ying capacit y and maximum number of raft unit s for development of seaweed (Kappaphycus alvarezii) cult ure using long-line met hod in coast al areas of Sangihe Archi-pelago Regency Nort h Sulawesi Province

D aya dukung perairan Jum lah unit raki t *

W aters car rying capacity (ha) Number of raft unit*

Talen g en 3 24 1 ,2 9 6

Man alu 5 59 2 ,2 3 6

Dag h o 1 ,1 7 1 4 ,6 8 4

Tot al 2,054 8,216

*: Ukuran unit rakit 50 x 50 m/Raft uni t size of 50 x 50 m

(9)

Diant o , I K., Art hana, I W., & Ernawat i, N.M. (2017). (So lieriaceae, Rho do phyta) t hat are majo r so urces o f carrageenan. In: Abbo t , A. & No rris, J.N. (eds.), Taxonomy of Economic Seaweeds with Reference t o some Pacific and Caribbean Species. La Jo lla, Califo rnia, Califo rnia Sea Grant Co llege Pro gram (T-CSGCP-011), 47-61.

Erlania & Radiart a, I N. (2015). Dist ribusi rumput laut alam berdasarkan karakt erist ik dasar perairan di k a w a s a n r at a a n t e r u m b u La b u h an b u a , Nu s a Te n g g a r a Ba r a t : St r a t e g i p e n g e lo la a n u n t u k pengembangan budidaya. Jurnal Riset Akuakult ur, 10(3), 449-457.

FAO (Fo o d and Agricult ure Organizat io n). 2012. Cul-t ur ed AquaCul-t i c Speci es I nf or m aCul-t i on Pr og r am m e: Eucheumaspp. Fisheries and Aquacult ure Depart -m e n t , FAO, h t t p ://w w w. fa o . o r g /fis h e r y/ cu lt uredsp ecies/Euche uma_spp /en. [Diakses: 12 April 2012]. Guangzho u, China. Land Use Policy, 29, 464-472. Hayashi, L., de Paula, E.J. & Cho w, F. (2007). Gro wt h

Kapraun, D.F. (1978). Field and cult ure st udies o n se-lect ed no rth Caro lina po lysipso n species. Bot anica M arina, 21, 143-153.

Ko t iya, A.S., Gunalan, B., Parmar, H.V., Jaikumar, M., Dave, T., So lanki, J.B., & Nayan, P.M. (2011). Gro wt h co mpariso n o f t he seaweed Kappaphycus alvarezii in nine different co ast al areas o f Gujarat co ast , M anagement : Balancing t he Technical Polit ical Equa-t ion. On Wo rd Press, USA, 361 pp.

Mubarak, H., Ilyas, S., Ismail, W., Wahyuni, I.S., Hart at i, S.H., Prat iwi, E., Jangkaru, Z., & Arifudin, R. (1990). Pet unj uk Teknis Budi daya Rum put Laut. Pu s a t Sangihe Pro vinsi Sulawesi Ut ara. Jurnal Budidaya Perairan, 3(1), 141-148. Pascasarjana, Inst it ut Pert anian Bo go r, Bo go r, 100 hlm.

Olan re waju, O.S., Te e, K.F., & Kad er, A.S.A. (20 15 ). Wat er qualit y t est and sit e select io n fo r suit able species fo r seaweed farm in East Co ast o f Malay-sia. Biosciences Biot echnology Research Asia, 12(2), 33-39.

Pare nren gi, A., Rachmansyah, & Su r yat i, E. (20 12 ). Bu di Daya Rum p ut Laut Peng h asi l Kar a g i n an (Karaginofit ). Balai Penelit ian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maro s, 54 hlm.

(10)

Radiart a, I N., Erlania, & Sugama, K. (2014). Budidaya r u m p u t la u t , Ka pp a p hycu s a l va r ezi i s e c a r a t erint egrasi dengan ikan kerapu di Teluk Gerupuk Kabupat en Lo mbo k Tengah, Nusa Tenggara Barat . Jurnal Riset Akuakult ur, 9(1), 111-124.

Reid, G.K. (1961). Ecology of Inland Wat ers and Est uar-ies. Van No st rand Rein ho ld Co ., New Yo rk, 3 75 pp.

Ro driguez-Gallego , L., Achkar, M., & Co nde, D. (2012). Land suit abilit y assessment in t he cat chment area o f fo ur So ut hwest ern At lant ic Co ast al Lago o ns: Mult icrit eria and o pt imizat io n mo deling. Environ-ment al M anageEnviron-ment, 50, 140-152.

Ro ssit e r, D.G. (1 9 96 ). A t he o ret ical fram ewo rk fo r land evaluat io n. Geoderma, 72, 165-202.

Sangha, J.S., Kello way, S., Crit chley, A.T., & Prit hiviraj, B. (2014). Seaweeds (Macro algae ) and t heir ex-t racex-t s as co nex-t ribuex-t o rs o f planex-t pro ducex-t iviex-t y and qualit y: The current st at us o f o ur underst anding. Sea Plant s, 71, 189-219.

Sawyer, C.N. & McCart y, P.L. (1978). Chemist r y for En-vir onment al Engineering. Third ed it io n. McGraw-Hill Bo o k Co mpany, New Yo rk, 532 pp.

Se t iawan, A., Sup riyadi, F., No o r, G.E., Fadli, M., & Mu r d im a n t o , A. (2 0 1 6 ). Pr of i l Kel a ut an d an Per i k ana n Kab upa t en Kepul aua n San g i h e d an Kabupat en Kepul auan Talaud, Pr ovinsi Sulaw esi Ut a r a. Pu s a t Pe n e lit ia n d a n Pe n g e m b a n g a n Sumberdaya Laut dan Pesisir, Jakart a, 79 hlm.

Sukadi, M.F. (2006). Perkembangan budidaya rumput laut di Indo nesia: Kinerja dan pro speknya. Dalam: Ch o lik, F., Mo eslim, S., He ru wat i, E.S., Ah mad, T., & Jauzi, A. (ed s.). 60 Tahun Perikanan Indone-sia. Masyarakat Perikanan Nusant ara, Jakart a, hlm. 213-223.

Sulist ijo . (1996). Perkembangan budidaya rumput laut di Indo nesia. Dalam: At maja, W.S. (ed.), Pengenalan Jenis-j enis Rumput Laut di Indonesia. Lembaga Ilmu Penget ahuan Indo nesia, Jakart a, hlm. 120-151. Sut risyani & Ro hani, S. (2009). Panduan Prakt is Analisis

Kua l i t a s Ai r Pa yau. Ce t a k a n k e d u a . Die d it : Rachmansyah, At mo marso no , M., & Must afa, A. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakart a, 55 hlm. Vairappan, C.S. & Chung, C.S. (2006). Seaweed

farm-ing in Malaysia: Challenges. In: Mo i, S.P., Crit chley, A.T., & Ang, P.O. (eds), Proceedings of a Workshop 7t h Asian Fisheries Forum, M alaysia: Advances in

Sea-weed Cult ivat ion and Ut ilizat ion in Asia. Marit ime Re se ar ch Ce n t r e , Un ive rsit y o f Malaya, Ku a la Lumpur, p. 161-169.

Gambar

Tabel 1.Table 1.
Gambar 1.Peta kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) metode tali

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas diperoleh total skor aktivitas guru selama proses pembelajaran 15 poin dari 6 aktivitas yang diamati, sehingga didapatkan skor maksimum dari 6

Untuk dapat mengembangkan eksibisi yang interaktif, museum dapat menggunakan alternatif membuat ruang penemuan ( discovery room ) atau paviliun untuk anak, tanpa harus

Pada penelitian ini kehadiran peneliti sebagai pelaku utama dilakukan secara terbuka, artinya status sebagai peneliti, tujuan maupun kegiatan peneliti dalam

gridlines. Kemudian, dari gambar tersebut.. dilakukan pengolahan data nilai piksel dengan mengubahnya menjadi biner, dan melakukan perhitungan nilai dengan metode

Metode pembelajaran yaitu cara penyajian yang harus dikuasai oleh pendidik atau seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa baik secara

Untuk menganalisis pengaruh sanitasi lingkungan (lingkungan rumah, lingkungan sekolah), personal hygiene (kebersihan kuku, pemakaian alas kaki dan kebiasaan cuci tangan)

Tahapan tersebut dilakukan untuk mewujudkan model buku kerja siswa dalam pembelajaran menulis narasi yang efektif.. Hal ini dilakukan sesuai dengan

Masalah yang dihadapi pada aplikasi ini adalah bahwa senyawa aroma dalam anggur atau bir umumnya jauh lebih hidrofobik dari etanol, dan karena itu meresap