• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA DAN HUKUM KESMAS. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETIKA DAN HUKUM KESMAS. docx"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT Andi Asri, SKM, M.Kes

A. Pengertian

Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan system nilai yang berlaku secara universal dalam eksistensi mencegah perkembangan resiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang mengakibatkan penderitaan sakit dan kecacatan, serta meningkatkan

keberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan sejahtera.

Etika kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan etika kedokteran yang menyatakan bahwa dalam menjalankan pekerjaan kedokteran seorang dokter janganlah dipengaruhi oleh

pertimbangan-pertimbangan pribadi, seorang dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani, seorang dokter memperlakukan teman sejawatnya

sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan, seorang dokter harus tetap memelihara kesehatan dirinya.

B. Dokter versus Tenaga Kesehatan Masyarakat

Dalam pelayanan kesehatan tidak jarang dokter mengetahui penyakit pasien yang merupakan aib untuk diri pasien atau rahasia pribadi pasien yang terpaksa disampaikan oleh pasien tersebut sebagai bagian dari proses pengobatan penyakit. Sejak masa Hipocrates rahasia pasien tetap aman di kalangan tenaga kesehatan. Jarang sekali terjadi rahasia pasien yang tidak terjaga oleh dokter.

Dokter berkewajiban menyimpan rahasia kedokteran yang dipercayakan kepadanya dan dituangkan ke dalam medical record sebagai kewajiban profesinya, di sini penerjemahan etika profesi kedokteran. Hal ini sejalan dengan doktrin profesinya bahwa “saya akan merahasikan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya sebagai dokter”.

(2)

Dalam dimensi kesehatan masyarakat rahasia tidak dikenal, bahkan tranparansi merupakan kekuatan dari penyelesaian problema. Prosedur kerja tenaga kesehatan masyarakat adalah akuntabiltas dari masyarakat sebagai indicator dari kualitas. Ketika terjadi suatu upaya penyembuyian fakta-fakta dari tenaga kesehatan masyarakat, maka di situlah kegagalan dari pekerjaannya, karena fakta-fakta masalah kesehatan akan terus berkembang dan hadir sebagai sesuatu yang kongkrit melalui wabah penyakit, ataupun dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa).

C. Konsep Etika

Etika adalah usaha manusia dalam memakai akal budi dan daya pikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup, kalau ia mau menjadi baik.

Alasan etika dibutuhkan saat ini adalah:

1. Masyarakat semakin pluralistic, termasuk dalam hal moralitas, norma-norma moral sendiri masih diperdebatkan misalnya dalam bidang etika seksual, hubungan anak dan orang tuanya, kewajiban terhadap negara, sopan santun dalam pergaulan.

2. Desakan transformasi pada dimensi kehidupan manusia, sehingga manusia secara evolusi, dan radikal menganut nilai-nilai baru yang sesungguhnya tidak sesuai dengan tatanan sosialnya. 3. Eksploitasi modernisasi dari kelompok tertentu untuk kepentingan sepihak, dan seringkali manusia tidak sadar, bahwa modernisasi bukanlah untuk mengabaikan tata nilai, tetapi justeru memberikan kemudahan dalam pencapaian derajat kesejahteraan.

4. Kaum agama memubutuhkan perbandingan tata nilai yang bersumber dari norma-norma budaya secara universalistic dalam kapasitas untuk memberikan kemudahan logic pada manusia dalam memahami keyakinan agama.

Di tengah masyarakat terdapat banyak norma yang berlaku secara khusus dan umum. Norma-norma tersebut adalah:

Norma sopan santun, yaitu tentang sikap lahiria manusia yang bersifat moral. Norma hokum, yaitu norma yang tidak boleh dilanggar karena memiliki sanksi.

Norma moral, yaitu norma yang mengatur tentang tuntutan suara hati dalam suatu kesadaran tertinggi yang memiliki substansi sopan santun dan norma hokum.

(3)

Kebebasan social adalah kebebasan yang diterima dari orang lain, yaitu kebebasan jasmani, kebebasan rohani dan kebebasan normative. Sedangkan kebebasan eksistensi adalah kebebasan dalam arti kemampuan kita untuk menentukan tindakan kita sendiri. Kebebasan ini berakar pada kebebasan rohani dalam penguasaan manusia terhadap batinnya, pikiran dan kehendaknya, dalam pola yang otonom sehingga bukan dipengaruhi oleh rasa takut dan tertekan, melainkan lahir dari suatu kesadaran karena adanya nilai dan makna. Manifestasi dari kebebasan eksistensi inilah yang melahirkan suara hati.

Suara hati adalah kesadaran moral dalam situasi yang konkrit. Kita sadar pada apa yang

sesungguhnya kita tuntut, dengan memutuskan sendiri apa yang harus dikatakan dengan segala konsekwensi dari apa yang telah kita putuskan. Suatu keputusan akan melahirkan pertanggung-gugatan moralitas apakah karena menyebabkan resiko atau manfaat.

Sebagai gerbang paling akhir dari suatu tindakan spritual untuk berbuat, suara hati merupakan pusat kemandirian manusia, yang bertataran pada lembaga-lembaga normative, yaitu:

Komunitas, yang meliputi keluarga, dan anggota keluarga, serta karib dan kerabat.

Superego, yang merupakan perasaan moral spontan yang memiliki manifestasi dalam rasa malu atau bersalah secara otomatis dalam diri kita, jika kita melanggar norma-norma yang telah kita adopsi dari lingkungan kita.

Ideologi, yang merupakan ajaran atau dogma-dogma tentang dasar dan makna hidup, dimana terjadi pengaruh yang kuat untuk menghadirkan kontrol ajaran atau dogma pada setiap tindakan dan pemikiran individu-individu.

Thoreau dalam karyanya, “life without principle” (1861), menulis:

“Jika seseorang berjalan-jalan di siang hari menelusuri hutan karena ia pencinta alam, mudah dekali ia dicap pemalas. Tetapi kalau ia menghabiskan seluruh harinya untuk menjadi speculator dan menebangi hutan itu dan menggunduli dunia sebelum waktunya, maka ia pasti dianggap seorang warga negara yang rajin berusaha dan membangun. Seakan-akan kota tak ada kaitannya dengan hutan, kecuali untuk ditebangi!…”

(4)

adalah roh kehidupan. Manusia ditentukan keberlangsungannya oleh roh-nya. Pelepasan roh dengan jasad sudah ditentukan oleh Tuhan YME, ketika manusia bunuh diri, manusia tidak percaya pada apa yang sudah ditentukan secara pasti oleg sang khalik. Begitu pula dengan alam, manusia hanya bisa mengambil manfaat dari apa yang disediakan oleh alam sesuai hakekatnya, bukan menurut sekehendaknya sendiri sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan. Hutan raya memiliki fungsi sebagai pengendali kehidupan dalam arti yang seutuhnya, memanfaatkan hutan bukan berarti mengurangi kapasitasnya sebagai hutan, karena terkandung suatu upaya pelepasan fungsi-fungsi hutan itu sendiri secara alamiah. Ketika area hutan disulap sebagai lahan industri, dan menggantikannya dengan hutan buatan pada area yang berbeda, maka kapasitas hutan sudah dilepaskan dalam dimensi keutuhannya. Sebab hutan adalah asumsi dari sesuatu yang

tersembunyi pada perut bumi yang membutuhkan perlindungan seperti pusat-pusat dari mata air yang tidak bisa tergantikan pada area yang lain.

Emile Durkheim menyebut, “Individu dan kelompok sudah tidak lagi berfungsi secara memuaskan, bahwa individu dan kelompok hidup dalam kondisi anomie—yaitu kurangnya kehidupan social yang terstruktur dan bermakna, sehingga individu-individu semakin mengikuti suatu gerakan yang gelisah, suatu perkembangan yang tak terencana, dan tujuan hidup yang tidak lagi mempunyai criteria nilai. Didalamnya kebahagiaan selalu terletak di masa depan dan tak pernah ada kemajuan masa kini”.

Pendapat Durkheim ini seringkali menjadi sesuatu yang dimaknai sebagai kenyataan pada kehidupan sekarang. Banyaknya pencemaran lingkungan yang banyak menghadirkan

penderitaan pada manusia, secara bermakna adalah lahir dari suatu kegelisahan manusia pada hidupnya yang tidak pernah merasa cukup, dan ingin terus menambah tanpa mempertimbangkan nilai-nilai penderitaan bagi orang lain. Industrialisasi kemudian dijadikan asumsi kesejahteraan, tetapi justeru yang menikmatinya kelompok tertentu saja, dan manusia-manusia yang lemah disekitarnya menjadi korban-korban secara lahirian, dan batiniah.

Kata Mayo, “…maka kita dihadapkan pada kenyataan, bahwa di dalam upaya penting pemahaman dan kontrol manusia, kita menganggap sepi fakta-fakta dan kodrat manusia; oportunisme kita dalam administrasi dan penelitian social justeru membuat kita tidak berdaya untuk berbuat apapun kecuali penelitian impoten terhadap malapetaka yang semakin

(5)

http://andiasri.blogspot.com/2012/01/etika-kesehatan-masyarakat.html

Etika adalah ilmu tentang baik dan buruk serta tentang kewajiban dan hak. Etika dapat diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etika adalah nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika terdiri dari etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif menggam-barkan tingkah laku manusia apa adanya, sedangkan etika normatif menilai tingkah laku tersebut. Etika secara sistematis dibedakan atas etika umum dan etika khusus. Etika umum melahirkan teori, sedangkan etika khusus melahirkan etika individual dan etika sosial. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif, sedangkan etika khusus ”lebih” bersifat normatif. Sifat deskriptif etika umum terlihat dari paparan filosof tertentu pada ajaran, doktrin atau teorinya. Sifat normatif etika khusus terlihat, misal-nya pada etika profesi.

Pemahaman seseorang mengenai etika sering-kali kurang tepat. Ada yang mengartikan etika seba-gai tentang apa yang yang baik dan apa yang buruk, tapi banyak pula yang mengartikan etika sebagai nilai mengenai benar dan salah. Ada pula yang mengartikan etika sebagai

kumpulan nilai-nilai yang berkenaan dengan ahlak. Pemahaman yang demikian disebabkan oleh karakteristik etika yang bersifat deskriptif dan nor-matif, sehingga dinamakan sebagai etika des-kriptif dan etika normatif. Etika desdes-kriptif membe-rikan gambaran mengenai suatu norma tanpa mem-berikan penilaian, sedangkan etika normatif mem-berikan penilaian terhadap norma yang berlaku, tidak sekedar menggambarkan norma-norma terse-but.

(6)

Secara sistematis, etika terbagi atas etika umum dan etika khusus. Etika umum berbentuk teori, sedangkan etika khusus yang terdiri dari etika individual dan etika sosial. Salah satu bentuk etika khusus adalah etika profesi. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif, sedangkan etika profesi ”lebih” bersifat normatif.

Etika umum melahirkan berbagai ragam etika yang berhubungan dengan ajaran-ajaran atau doktrin yang dicetuskan oleh para filosof. Etika khusus, terutama etika sosial menghasilkan berbagai etika, seperti etika keluarga, etika bisnis, etika pro-fesi dan sebagainya.

Etika profesi mempunyai dinamika tersen-diri yang berbeda dibandingkan dengan bentuk etika-etika sosial lainnya. Dalam kehidupan beror-ganisasi atau menjalankan profesinya, seorang indi-vidu atau kelompok seringkali dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut etika

manajemen. Bagaimanakah seharusnya seorang manajer menam-pilkan tingkah lakunya dalam kehidupan beror-ganisasi? Apakah seorang manajer sudah menjalan-kan perannya sesuai etika manajemen ?

Untuk memberikan pemahaman yang tepat, maka perlu dilakukan penelaahan yang lebih men-dalam tentang hakekat etika, baik yang bersifat nor-matif maupun yang bersifat deskriptif, termasuk tujuan sebuah etika dan etika yang berlaku sebagai etika profesi. Penelaahan dilakukan dengan studi literatur dan dikaitkan dengan berbagai fenomena yang ditemui dalam kehidupan empiris.

Etika menganalisis makna yang dikandung dalam predikat kesusilaan dan menyelidiki peng-gunaan predikat dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini lahirlah apa yang disebut sebagai etika deskrip-tif

Etika deskriptif menggambarkan suatu obyek secara cermat mengenai segala yang bersang-kutan dengan bermacam-macam predikat dan tanggapan, terutama predikat dan tanggapan kesusi-laan yang telah diterima dan digunakan dalam masyarakat.

Etika Jawa digambarkan sebagai norma yang dianut dalam masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta dan Jawa Timur. Masyarakat Jawa Barat lebih mengenal etika Sunda dibanding etika jawa, walaupun masih ter-letak di daerah Jawa.

(7)

Acara panggih diawali dengan pertemuan kedua mempelai yang diiringi alhnan musik kebogiro. Dalam pertemuan pertama, kedua mem-pelai saling melempar daun sirih yang dilipat sedemikian rupa kepada pasangannya dalam acara balang sirih. Ritual ini menggambarkan asal mula kedua mempelai bertemu dengan saling melempar kasih. Daun sirih yang bentuknya seperti lambang cinta dilambangkan sebagai hati masing-masing kedua mempelai. Keduanya saling melempar sirih, saling melempar lambang hati atau saling melempar cinta. Pertemuan mereka adalah kehendak hati masing-masing, tidak dipertemukan berdasarkan paksaan pihak lain.

Kedua mempelai akan dibimbing oleh kedua orang tua memasuki rumah atau tempat per-helatan. Keduanye dibimbing dengan menggunakan kain selendang untuk mengikuti prosesi selanjutnya, yakni acara menginjak telur.

Acara menginjak telur dilakukan oleh mempelai laki, kemudian kedua kaki mempelai laki-laki tersebut dibasuh oleh mempelai perem-puan. Ritual ini menggambarkan kesiapan mempe-lai laki-laki untuk membuahi mempelai perempuan untuk melanjutkan keturunan dengan simbol meme-cahkan telur. Mempelai perempuan digambarkan kesiapannya untuk merawat buah perkawinan dengan mengurus dan memelihara keturunan yang diberikan oleh mempelai laki-laki.

Kedua mempelai terus didampingi oleh kedua orang tua mempelai perempuan menuju ke tempat pelaminan dipeluk dengan sehelai selen-dang. Ritual ini melambangkan adanya pendam-pingan kedua orang tua mempelai untuk menempati rumah tangga yang baru yang dilambangkan dalam bentuk pelaminan.

Di pelaminan kedua mempelai melakukan acara pangkon, kacar-kucur, suap-suapan dan seba-gainya. Pangkon artinya kedua mempelai berpang-kuan, mempelai laki-laki memangku mempelai perempuan. Pangkon menggambarkan peran seo-rang suami untuk memangku tanggung jawab terhadap istri dan keluarganya.

Dalam acara kacar-kucur, mempelai laki-laki mengucurkan sekantung beras ke dalam kan-tung beras yang dipegang mempelai perempuan. Kacar-kucur merupakan gambaran kewajiban mem-pelai laki-laki untuk memberikan nafkah kepada istri dan keluarga.

Suap-suapan adalah saling suap kedua mempelai yang menggambarkan keharusan saling

(8)

Etika deskriptif melukiskan segala sesuatu secara secara netral dan tidak memberikan peni-laian. Etika deskriptif hanya memberikan gambaran apa adanya, berikut makna-makna yang

terkandung dalam setiap perbuatan dan tidak memberikan peni-laian. Etika tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga normatif. Etika tidak terbatas pada pemantauan terhadap moralitas, tetapi melakukan juga penilaian dengan refleksi kritis, metodis dan sistematis ten-tang tingkah laku manusia berkaitan dengan norma.

Penilaian tersebut merupakan refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma atau sudut baik dan buruk. Etika normatif membicarakan apa yang seharusnya dikerjakan, apa yang seharusnya terjadi atau apa yang memung-kinkan seseorang melakukan hal yang bertentangan dengan seharusnya.

Etika normatif mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia dan menilai perilaku terse-but sesuai dengan norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar melukiskan suatu tingkah laku tetapi menentukan benar tidaknya tingkah laku seseorang. Etika normatif tidak deskriptif, tetapi bersifat preskriptif (memerintahkan).

Dalam etika normatif, etika Jawa yang digambarkan dalam uraian di atas diberikan peni-laian. Acara balang sirih mengharuskan kedua mempelai yang berkehendak untuk bersatu dalam cinta hendaknya saling membuka hati dan diri mereka agar keduanya saling terbuka, semakin

mencintai atau belajar saling mencintai satu sama lain.

Mereka melempar sirih dengan kehendak sendiri tidak dipaksa oleh siapa pun untuk bersatu dalam cinta. Oleh karena itu mereka harus berani menerima persamaan dan perbedaan dengan penuh kesadaran. Orang tua atau pun pihak lain mana pun tidak dapat dipersalahkan jika

sewaktu-waktu diantara keduanya timbul ketidakcocokkan, walau-pun orang tua akan selalu siap mengiringi perja-lanan rumah tangga keduanya. Hal ini dilambangkan dengan sampiran kain selendang yang mengiringi kedua mempelai mengikuti prosesi selanjutnya.

Perkawinan dalam adat Jawa tidak meng-hilangkan pertalian antara orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua tidak akan melepaskan tanggung jawab terhadap anak-anaknya yang sudah menikah. Anaknya yang sudah menikah tetap diberikan pen-dampingan untuk menapaki

kehidupan berumah tangga. Pendampingan yang dilakukan orang tua bersifat membimbing dan tidak mencampuri urusan yang masuk dalam wilayah pribadi. Orang tua dinilai baik jika

(9)

Prosesi menginjak telur melambangkan bahwa perkawinan yang berlangsung akan meng-hasilkan keturunan. Sebuah keluarga akan lengkap jika di dalamnya hadir keturunan-keturunan hasil pernikahan kedua mempelai. Kehadiran putra-putri dalam sebuah keluarga ibarat sebuah pelita yang memberikan sina kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Rumah tangga yang tidak dihiasi oleh keturunan dipandang sebagai keluarga yang belum sukses dalam mengisi bahtera keluarga.

Kehadiran putra-putri dalam sebuah perka-winan harus direncanakan dengan baik dan setelah hadir di tengah-tengah keluarga juga harus dirawat dengan sebaik-baiknya. Keluarga yang mampu mengurus putra-putri mereka dengan baik akan dipandang sebagai keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Kedua mempelai wajib secara mandiri mengatur kehidupan rumah tangga masing-masing dan tidak bergantung kepada pihak lain, termasuk kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua hanya melakukan pendampingan, tidak boleh larut dengan mencampuri persoalan keluarga kedua mempelai.

Kemandirian kedua mempelai diwujudkan dalam bentuk kewajiban sang suami melindungi istri, mencari nafkah dan menyerahkannya kepada sang istri. Sang istri pun wajib menerima dan mengolah apa pun yang diberikan oleh sang suami. Keluarga yang tidak menjalankan peran seperti itu akan dinilai tidak baik oleh masyarakat.

Pada situasi tertentu, seorang suami mung-kin tidak mampu memberikan nafkah kepada sang istri. Pada situasi inilah sang istri akan berjuang membantu suami mencari nafkah, bahkan tidak jarang menggantikan posisi sang suami sebagai pencari nafkah keluarga. Peran seorang

perempuan dalam keluarga Jawa umumnya menggunakan pola hidup seperti ini dan dianggap sebagai sesuatu yang etis.

Dalam kehidupan berumah tangga, suami dan istri harus bekerja sama dengan saling memberi dan saling menerima. Proses memberi dan mene-rima bukan hanya berbentuk lahiriah seperti men-cari nafkah, namun juga bersifat batiniah.

(10)

doktrin, teori dan prinsip moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menilai baik atau buruk tindakan seseorang. Ajaran, doktrin, teori atau prinsip moral merupakan aspek-aspek yang dipelajari dalam etika umum. Oleh karenanya, etika umum ”lebih” bersifat deskriptif.

Etika normatif merupakan norma-norma yang menuntun manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat. Etika normatif melakukan penilaian terhadap tingkah laku manusia secara individual ataupun kelompok (sosial). Seba-gai individu, manusia terikat oleh kewajiban dan berupaya mencapai akhlak yang luhur atau menjadi orang yang bajik. Sebagai anggota kelompok, manusia berkaitan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, berinteraksi dengan individu lain atau kelompok baik formal ataupun non formal.

Etika khusus berkaitan dengan etika indivi-dual dan etika sosial. Etika individual berbicara tentang perilaku manusia terhadap dirinya sendiri untuk mencapai ahlak yang luhur. Etika sosial ber-bicara mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota masyarakat yang mempunyai nilai-nilai tertentu seperti saling berinteraksi, saling menghormati, dan sebagainya. Etika sosial melahir-kan berbagai ragam etika seperti etika keluarga, etika bisnis, etika profesi dan

sebagainya. Etika khusus, termasuk di dalamnya adalah etika sosial dan etika individual ”lebih” bersifat normatif. Etika profesi yang merupakan bagian dari etika sosial juga ”lebih” bersifat normatif.

Etika merupakan ilmu yang menetapkan ukuran atau kaidah yang mendasari pemberian tang-gapan atau penilaian terhadap perbuatan manusia. Kaidah atau norma adalah nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk

berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.

Kaidah atau norma biasanya berisi tentang perintah yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang baik, Kaidah atau norma juga biasanya berisi tentang larangan yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang tidak baik.

(11)

Etika profesi adalah perilaku yang dianjur-kan secara tepat dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang pada umumnya diterima oleh masyarakat. Etika profesi dihasilkan dari

penerapan pemikiran etis yang berkaitan dengan perilaku profesi tertentu. Profesi manajer misalnya, seharus-nya mempunyai etika yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Etika kepemimpinan yang seharusnya dicapai oleh seo-rang manajer adalah etika kepemimpinan yang memberdayakan.

Andi Kirana dalam bukunya yang berjudul Etika Manajemen menyatakan bahwa kepemimpi-nan yang memberdayakan adalah menghormati orang lain, menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang berbeda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur, bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan yang lain, menga-lami nilai pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Menghormati orang lai, teruma orang yang menjadi bawahan tidak akan membuat kehormatan pemimpin menjadi berkurang. Pemimpin yang menghormati para bawahannya justru akan menumbuhkan rasa hormat orang lain, sehingga makin besar pengaruh yang dimilikinya terhadap orang lain.

Usaha atau kontribusi yang diberikan oleh bawahan hendaknya dihargai secara wajar, terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya. Pemim-pin hendaknya menyadari hakekat manusia yang berbeda-beda dalam kemampuannya.

Komunikasi, sebagai salah satu elemen penting dalam kepemimpinan hendaknya dikem-bangkan untuk mewujudkan etika kepemimpinan yang memberdayakan. Dengan komunikasi yang terbuka dan jujur, pengaruh seorang pemimpin terhadap bawahan yang dipimpinnnya akan lebih efektif.

Etika kepemimpinan yang memberdayakan juga mementingkan kepuasan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan, mempunyai kesadaran akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap sehingga setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif. Kepuasan pelanggan dapat terwujud apabila kebutuhan yang diharapkan dapat terpenuhi.

(12)

Sebagai anak buah, bawahan mempunyai berbagai kebutuhan baik yang kebutuhan fisik maupun lebih dari sekedar kebutuhan yang bersifat fisiologis. Semua kebutuhan tersebut, baik kebu-tuhan fisiologis (physiologis needs), kemanan (safety needs), sosial (social needs), harga diri (esteem needs) ataupun aktualisasi diri (self actualization needs) akan memberikan kepuasan bila terpenuhi sesuai tingkatannya.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang pemimpin hendaknya dapat menggunakan teknik kepemimpinan yang sesuai. Salah satu teknik kepe-mimpinan yang dipandang efektif untuk memuaskan tujuan tersebut adalah kepemimpinan transfor-masional.

Pemimpin transformasional adalah seorang yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan peru-bahan di dalam diri para anggota tim dan di dalam organisasi secara keseluruhan Kepemimpinan ini sangat di perlukan untuk meningkatkan kinerja seseorang, kelompok, dan organisasi secara drastis.

Ciri –ciri kepemimpinan ini adalah:

Kharisma: Seseorang yang memiliki visi yang jelas untuk organisasi dan mudah mengkomuni-kasikan visi tersebut kepada anggota tim .

Keyakinan: Mempunyai naluri bisnis yang baik dan mampu melihat keputusan apa yang berpe-ngaruh positif terhadap organisasi, serta mem-bangkitkan kepercayaan diantara para anggota tim .

Rasa hormat dan pengabdian : Dapat membang-kitkan rasa hormat dan pengabdian dalam diri tiap-tiap orang dengan menyediakan waktu untuk menyatakan mereka penting.

Pujian terbuka: Memberikanpujian terhadap orang–orang yang menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan menyatakan betapa besar kon-tribusi mereka terhadap kesuksesan organisasi.

Inspirasi: Membantu orang-orang yang ragu dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Dapat disimpulkan bahwa:

Etika mempunyai berbagai pengertian yang membuat seseorang berbeda pendapat dan mela-hirkan adanya etika deskriptif dan etika nor-matif.

(13)

Etika normatif menilai tingkah laku masyarakat dberdasarkan norma-norma tertentu. Etika nor-matif mengharuskan masyarakat bertingkah laku tertentu atau seharusnya agar dinilai etis atau baik.

Etika sering disistematiskan menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum mela-hirkan ajaran, doktrin atau teori, sedangkan etika khusus melahirkan etika individual dan etika sosial. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif, sedang-kan etika khusus ”lebih” bersifat normatif. Sifat deskriptif etika umum terlihat dari paparan filo-sof tertentu pada ajaran, doktrin atau teorinya. Sifat normatif etika khusus terlihat, misalnya pada etika profesi.

Etika menetapkan kaidah atau norma yang berisi keharusan-keharusan untuk tidak berbuat sesuatu. Norma terseut menghasilkan etika agama, moral, etiket, kode etik dan sebagainya. Profesi manajer seharusnya mempunyai etika yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Etika kepemimpinan yang seharusnya dicapai oleh seorang manajer adalah etika kepemimpinan yang memberdayakan.

http://kesmas-esaunggul.blogspot.com/2012/12/etika.html

RUANG LINGKUP ETIKA KESEHATAN• Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan.

 ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT• Adalah cara/pendekatan dalam memahami dan menilai kehidupan masyarakat terhadap kesehatan berdasarkan cara normatif (tolak ukur tindakan kesehatan yang benar atau baik) dan cara deskriptif (tolak ukur kesehatan yang dipercaya masyarakat dan bagaimana masyarakat mengaplikasikan kesehatan)

 12. KEDUDUKAN ETIKA KESEHATAN• Sebagai tantangan bagi konsep-konsep dari kewajiban moral masyarakat umumnya dan tenaga kesehatan khususnya yang berlaku agar hubungan dan tanggung jawab antara moral, kesehatan, dan masyarakat khususnya tenaga kesehatan ; berjalan selaras/seimbang, sehingga permasalahan kesehatan dapat diatasi secara optimal.

(14)

yang ada bertujuan menciptakan kehidupan bersama dalam kesehatan masyarakat untuk mencapai ketentraman dan kedamaian.

KEDUDUKAN ETIKA KESEHATAN• Sebagai modal penting bagi masyarakat dan tenaga kesehatan dalam memberikan tanggapan/respon yang baik sehingga penerapan kesehatan yang diharapkan dapat berjalan optimal dengan dukungan perilaku positif dari masyarakat dan tenaga kesehatan untuk menciptakan kesehatan sesuai aturan yang berlaku.

www.slideshare.net/KULIAHISKANDAR/etika-dan-hukum-kesehatan

Materi Kuliah " Etika Hukum Kesehatan"

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.

Dalam pelayanan kesehatan tentu ada aturan-aturan yang berkaitan dengan kesehatan yaitu bagaimana menghandle masalah-masalah itu tidak keluar dari etika dan hukum agar apa yang dikerjakan tidak menimbulkan efek secara etika dan hukum terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara lebih luas, etika merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pekerjaan profesi antara lain dokter, apoteker, ahli kesehatan masyarakat, perawat, wartawan, hakim, pengacara, akuntan, dan lain-lain.

Etika maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan yang sama, yakni terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan damai. Oleh sebab itu, semua masyarakat harus mematuhi etika dan hukum yang ada. Apabila tidak maka bagi pelanggar etika sanksinya adalah ‘moral” sedangkan bagi para pelanggar hukum, sanksinya adalah hukuman (pidana atau

perdata).1

(15)

harus tunduk pada etika profesi (kode etik profesi) dan juga tunduk pada ketentuan hukum, peraturan. Perudangan-undangan yang berlaku. Apabila petugas kesehatan melanggar kode etik profesi akan memperoleh sanksi etika dari organisasi profesinya, dan mungkin apabila juga melanggar ketentuan peraturan atau perudangan-undangan, juga akan memperoleh sanksi hukum (pidana atau perdana).

Persoalan biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit semangkin kompleks dan krusial, karena pada saat otonomi daerah diberlakukan, rumah sakit tidak lagi sebagai unit pelaksana teknis, tetapi rumah sakit menjadi lembaga teknis. Akibatnya, masyarakat yang tergolong tidak mampu semangkin jauh dari jangkauan harapan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Persoalan klasik yang dihadapi adalah menyangkut masalah biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit yang kian tak terjangkau.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana rumah sakit dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui rumah sakit dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep dasar etika b. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan

c. Untuk mengetahui rumah sakit dilema etik dan komersialisasi dalam pelayanan kesehatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Etika

(16)

Secara etimologis etika diambil dari bahasa Yunani Ethos yang artinya adalah adat istiadat atau kebiasaan. Di dalam pengertian ini etika dan etiket memiliki makna yang kurang lebih sama. Namun dalam perkembanganya etika dihubungkan dengan hal-hal yang berkait erat dengan niali, sehingga etika menjadi bagian dari ranah aksiologi yang bahkan sering di sebut dengan filsafat tingkah laku manusia. 1[1]

Pengertian ini kemudian menjadikan etika sebagai sesuatu yang sangat berbeda dengan istilah sebelumnya yaitu adat isstiadat, namun mempnyai landasan pemikiran atau suatu kerangka berfikir yang akhirnya melahirkan suatu sikap yang lebih bernilai. Di dalam bukunya Bertens juga membedakan etika di dalam 3 pengertian yaitu :

1. Etika dalam arti nilai atau moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok untuk mengatur tingkah laku yang di dalam hal ini bisa disamakan dengan adat, istiadat, ataupun kebiasaan.

2. Etika diartikan sebagai kumpulan asa atau nilai moral yang juga lebih di kenal dengan kode etik.

3. Etika yang mempunyai arti sebagai ilmu tentang baik dan buruk. Didalam hal ini etika baru menjadi ilmu apabila kemungkinan-kemungkinan etis yang begit saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.

2.1.2 Definisi Moral

Moral adalah suatu istilah yang sering juga dihubungkan dengan etika, dan oleh karenanya memiliki arti yang kurang lebih sama dengan etika di dalam konteks baik dan buruk atau lebih tepatnya di dalam konteks nilai. Moral didefinisikan sebagai wejangan, khotbah, patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis tentang bagaiman manusia harus hidup dan bertindak agar dapat menjadi manusia yang baik.

Fungsi utama moral adalah memberi rambu pada tindakan manusia di dalam tataran konsep, sehingga jika diberlakukan secara kaku maka kesan yang ditimbulkan menjadi dingin dan kejam. Sebagai contoh aborsi.2[2]

(17)

2.1.3 Hubungan Moral dan Etika

Hubungan moral dan etika sangat erat, mengingat etika membutuhkan moral sebagai landasan atau pijakan di dalam melahirkan sikap tertentu. Moral dan etika secara etimologis tidak ada bedanya yaitu suatu norma atau nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok. Sehingga jika terjadi pelanggaran atas norma tersebut seringkali seseorang dikaatakan bahwa perbuatannya tidak etis atau tingkah lakunya bejat dan tidak bernilai. Etika tidak menentukan benar dan salah, karena hal itu diatur oleh konsep moral. Kebenaran etika ditentukan oleh baik faktor internal maupun eksternal. 3[3]

1. Faktor internal yang melandasi tindakan etis : - Kepercayaan atau keimanan seseorang - Pendidikan

- Kepribadian dan aspek psikologisnya

2. Faktor eksternal yang melandasi tindakan etis : - Aspek politik

- Aspek ekonomi

- Aspek teknologi dan ilmu pengetahuan - Aspek hukum dan adat istiadat

- Aspek sosial

2.2 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.4[4] 2.2.1 Batas-batas pelayanan kesehatan

Pelayanan Kesehatan pada masa ini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung jawabkan.

(18)

Sesuai dengan batasan diatas, pelayanan kesehatan memiliki bentuk dan jenis yang bermacam-macam yang ditentukan oleh:

1. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi.

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dari padanya.

3. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.

2.2.2 Syarat-syarat pelayanan kesehatan

1. Tersedianyan dan berkesinambungan (Available and continue)

Pelayanan Kesehatan harus tersedia dimasyarakat dan dilaksanakan secara berkesinambungan. 2. Dapat diterima dan wajar (Acceptable and appropriate)

Pelayanan Kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang dapat diterima dan wajar. 3. Mudah dijangkau (Affortable)

Terjangkaunya dari segi pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan ekomoni-ekonomi masyarakat.

4. Mudah dicapai (Accesible)

Pelayanan yang mudah dicapai lokasinya 5. Bermutu (Quality)

Pelayanan Kesehatan satu pihak memuaskan pemakai jasa dan pihak lain memberikan pelayanan sesuai dengan kode etik dan standar yang telah ditetapkan.

2.2.3 Ciri-Ciri pelayanan kesehatan

1. Pleasantness : Seorang petugas harus mampu menyenangkan pelanggan

2. Eagernees to help others : Seorang memiliki keinginan yang kuat dari dalam dirinya untuk membantu dan menyukai pelanggan

(19)

6. Neatnees indicates pride in self and job : Seorang harus memiliki kerapian diri dan bangga dengan pekerjaannya sendiri

7. Accurate in everything done and is of permanent importance : Seorang harus melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketelitian, hal ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting. 8. Loyality to bith management and collaugues make good temwork : Seorang harus bersikap setia kepada mnenejemen dan rekan kerja, merupakan kunci membangun kerjasama

9. Intelligence use of common sens at all time : Seorang senantiasa mengunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu ke waktu.

10. Tact saying and doing the righ thing at the righ time: Seorang memiliki keperibadian, berbicara bijaksana dan melakukan pekerjaan secara benar

11. Yearning to be good servive clerk ang love of the work is essential : Seorang mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik serta mencintai pekerjaannya.

2.2.4 Faktor -faktor yang menentukan bentuk dan jenis pelayanan kesehatan. 1. Pengorganisasian pelayanan

2. Ruang lingkup kegiatan 3. Sasaran Pelayanan Kesehatan

2.2.5 Macam- macam pelayanan kesehatan 1. Pelayanan Kesehatan masyarakat

Pelayanan Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Pelayanan Kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan sasarannya terutama kelompok dan masyarakat.

2. Pelayanan Kedokteran

Pelayanan Kesehatan yang ternasuk dalam kelompok ini Pelayanan Kedokteran ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan dan sasarannya terutama untuk perorangan dan keluarga. 2.2.6 Sistem pelayanan kesehatan

1. Pelayanan Kesehatan Dasar

Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dll selain rumah sakit.

(20)

Pelayanan umum dilakukan dirumah sakit. Pelayanan keperawatan diperlukan baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan.

2.3 Rumah Sakit Dilema Etik dan Komersialisasi Dalam Pelayanan Kesehatan 2.3.1 Pengertian, Fungsi, dan Tugas Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit

Kata rumah sakit adalah merupakan suatu terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu dari kata Hospital. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit diartikan sebagai rumah tempat merwat orang sakit; tempat memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.5[5]

Selanjutnya, J. Guwandi menjelaskan bahwa rumah sakit adalah suatu usaha yang menyediakan pemodokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang melahirkan.

Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Men.Kes/per/II/1988 tentang Rumah Sakit dikatakan bahwa :

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat yang mencakup pelayanan medis maupun

penunjangnya. Di samping itu, untuk rumah sakit tertentu dapat dimanfaatkan bagi pendidikan tenaga kesehatan maupun untuk penelitian.

b. Fungsi dan Tugas Rumah Sakit

Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 159b/Men.Kes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit dijelaskan tentang tugas dan fungsi rumah sakit. Dalam pasal 8 dikatakan bahwa tugas rumah sakit adalah :

Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemeliharaan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatkan (promotif) dan pencegahan (preventif), serta melaksanakan upaya rujukan. Dalam pasal 9 dijelaskan bahwa fungsi rumah sakit adalah :

1. Menyediakan dan menyelenggarakan

(21)

a. Pelayanan medik

b. Pelayanan penunjang medik c. Pelayanan perawatan d. Pelayanan rehabilitasi

e. Pencegahan dan peningkatan kesehatan.

2. Sebagai tempat pendidikan dan/atau latihan tenaga medik dan para medik

3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan 2.3.2 Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Medis

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyakat.

Pelayanan medis merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk mencegah, mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan atas dasar hubungan antara pelayanan medis dan individu yang membutuhkan.

Pelayanan medis sebagai suatu upaya untuk mencegah, mengobati penyakit, memulihkan kesehatan atas dasar hubungan individu tersebut, menurut Benyamin Lumenta dalam bukunya Pelayanan Medis, Citra, Peran dan Fungsi Tinjauan Fenomena Sosial menjelaskan bahwa pelayanan medis merupakan suatu upaya dan keegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individu antara ahli pelayanan medis dan individu yang membutuhkan.

2.3.3 Rumah Sakit Dilema Etika dan Komersialisasi

Etika medis mempunyai tugas pokok untuk memahami niali-nilai manusiawi yang perlu dipertahankan dan dikembangkan dalam pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Etika itu berusaha memahami prisip-prinsip dasar kehidupan manusia yang tidak boleh dilupakan oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang medis, yang berurusan dengan kehidupan, kesehatan dan kematian manusia.

(22)

Etika rumah sakit sebagai institusi yang berkembang dari etika profesi individu, juga bertopang pada asas-asas atau prinsip-prinsip yang pada dasarnya sama. Asas atau prinsip-prinsip itu dapat dikatakan sudah setua sejarah perkembangan rumah sakit itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam benak setiap orang banyak (masyarakat) sudah tertanam pemahaman bahwa rumah sakit tidak lain kecuali berfungsi sosial. Secara tradisional masyarakat mengartikan fungsi sosial rumah sakit sebagai kedermawanan, belaskasihan, memberi pertolongan kepada orang miskin, karya tanpa pamrih untuk diri sendiri, beramal tanpa mengharapkan imbalan. Ada kecenderungan pemanfaatan teknologi secara tidak tepat, seperti penggunaan berlebihan, duplikasi pemeriksaan, penggunaan tanpa indikasi yang tepat dan sebagainya denga tujuan pengembalian dana investasi.

Biaya-biaya itu tentu akan dibebankan kepada masyarakat (pasien), sehingga mengakibatkan biaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit akan menjadi sangat mahal. Dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa masyarakat golongan ekonomi lemah semangkin sulit memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Rumah sakit adalah tempat pelayanan yang terjangkau, bermutu, dan memadai bagi seluuh rakyat. Tegasnya rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan medis tanpa diskriminasi terutama dari aspek ekonomi masyarakat (pasien).

Berikut adalah contoh kasus yang mencerminkan persolan itu. Misalnya, kasus ibu dan anaknya tidak diijinkan pulang sebelum melunisi biaya operasi melahirkan sebesar Rp. 800.000,- dari jumlah yang dibebankan sebesar Rp. 3. 200.000.

Tindakan penolakan apalagi penahanan terhadap pasien oleh pihak rumah sakit apakah dapat diperkenankan? dari kacamata etika profesi tindakan itu jelas melanggar asas-asas atau prinsip-prinsip etika profesi sebagaimana telah dijelaskan di atas. Jika dilihat dari kacamata hukum maka tindakan penahanan (penyanderaan) di atur dalam pasal 209 HIR. Ketentuan ini hanya dikenal pada lembaga utang piutang.

Dalam perkembangannya rumah sakit telah menjadi suatu institusi yang berorientasi profit tidak dapat dielakan lagi. Hal ini tentu saja sudah disadari oleh kalangan profesi medis sendiri. Pada Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) yang lama (1986) sudah ada pernyataan : rumah sakit sebagai uni sosio-ekonomi tidak semata-mata mencari keuntungan.

(23)

menarik antara kedua kutup itu telah berlangsung dan ternyata sisi bisnis lebih dominan. Karena itu yang perlu dilakukan tidak lain adalah membenahi sistem nilai tentang layanan medis

terutama berkaitan dengan dengan etika sosial /tanggung jawa sosial yaitu yang berkaitan dengan aspek profesi dan aspek pembiayaan. Dari aspek profesi medis harus sesuai denga asas-asas atau prinsip-prinsip etika medis.

http://fitria-utami.blogspot.com/2012/04/materi-kuliah-etika-hukum-kesehatan.html

Etika berhubungan dengan moral orang. Hukum kesehatan merupakan aturan-aturan dalam kesehatan .Etika berbicara tentang aturan-aturan, norma serta tata cara dalam berbuat sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang tergantung jenis profesi, dalam hal ini berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Hukum adalah peraturan

perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar masyarakat bisa teratur.

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia

(PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari

perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan / pelayanan kedokteran (medical care / sevice).

Landasan pembentukan perundang-undangan pelayanan kesehatan (Van Der Mijn 1982): Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian

Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian tertentu Kebutuhan akan keterarahan

Kebutuhan akanpengendalian biaya

Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya dan identifikasi kewajiban pemerintah

Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum

(24)

Hukum Kesehatan mencakup 4 bidang, yaitu : Hukum kedokteran

Hukumkeperawatan Hukumfarmasi klinik Hukum rumah sakit

2. Mengapa tenaga kesehatan harus diberikan pengetahuan tentang hukum kesehatan: Agar setiap tenaga kesehatan atau penyelenggara kesehatan mengetahui setiap hak dan kewajiban dalam usaha penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga proses pemberian pelayanan kesehatan dapat berjalan secara tertib, teratur dan seimbang. Setiap orang yang terlibat dalam usaha kesehatan baik penyelenggara pelayanan

kesehatanmaupun pengguna pelayanan kesehatan mengetahui bahwa ada sanksi yang berlaku terhadap setiap pelanggaran yang terjadi yang telah di atur dalam undang-undang

Dengan mengetahui adanya hukum kesehatan yang berlaku serta memahaminya, diharapkan bahwa segala usaha-usaha pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa.

3. Payung hukum kesehatan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan ilmu perilaku: Undang-undang kesehatan no 23 tahun 1992 (namun undang-undang ini sudah tidak berlaku karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan dan kebutuhan kesehatan saat ini) Sedang dilakukan amandemen terhadap UU kesehatan no 23 tahun 1992, terdiri dari 22 bab dan pasal-ke-pasal sejumlah 205 pasal.

Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen hukum bidang kesehatan yang

bersinggungan satu dengan yang lainnya, yaitu hukum Kedokteran / Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993).

ETIKA PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

(25)

Pejabat struktural adalah pejabat ang ditunjuk oleh kepala satuan organisasi untuk melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif dan menajerial untuk mencapai tujuan satuan organisasi. Pejabat struktural maupun Pejabat fungsional seharusnya melaksanakan tugas/kegiatan secara profesional di bidangnya. Penyuluh Kesehatan Masyarakat merupakan Profesi, dalam

menjalankan Profesinya akan berpedoman suatu tata nilai yang harus ditaati, yaitu Etika Profesi. ETIKA

Etika yang dalam bahasa Inggris Ethics, adalah istilah yang muncul dari Aristoteles ( Yunani : ethos ) yang berarti adat atau budi pekerti. Istilah Filsafat menyebutnya pengertian Etika adalah telaah dan penilaian kelakuan manusia ditinjau dari kesusilaannya. Kesusilaan yang baik merupakan ukuran kesusilaan yang disusun bagi diri seseorang, atau merupakan kumpulan keharusan, kumpulan kewajiban yang dibutuhkan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu. Kesulilaan biasanya didasarkan pada hal tertentu, misalnya agama, kesejahteraan, atau kemakmuran Negara.

Etika pada umumnya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai “otonomi moral”. Artinya bahwa ia mempunyai hak kewajiban untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya, dan mempertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Keberadaan Etika dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari sistem kemasyarakatan, manusia terdiri atas aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Aspek rohaniah terdiri atas kodrat alamiah, kodrat budaya serta dunia nilai. Kodrat alamiah manusia terdiri atas Cipta ( pikiran dan rasio ), karsa ( kehendak, kemauan ), rasa ( perasaan, emosi ). Cipta melalui logika menciptakan ilmu pengetahuan, sedang Karsa melalui Etika menciptakan religi, akhlak, sopan santun dan hukum.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi Etika umum dan Etika khusus. Etika umum

membicarakan mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam

bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk. Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu Etika individual dan Etika social. Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendir. Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota masyarakat.

(26)

ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya. Prinsip-prinsip Etika.

Berkembang dari sumpah Hipocrates ( 460 M – 377 M) bunyinya : “ Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh Aescpalius dan Hygea, dan Panacea dan semua dewa-dewa sebagai saksi bahwa sesuai dengan kemampuan dan pikiran saya akan mematuhi janji-janji sebagai berikut ( ada 10 janji ):

1) Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan penuh kasih saying sebagaimana orang tua saya sendiri, jika perlu saya akan bagikan harta saya untuk dinikmati bersama.

2) Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan saya akan

mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya kalau mereka mau mempelajarinya tanpa imbalan.

3) Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anaknya saya sendiri dan kepada anak-anak guru saya dan kepada mereka yang telah mengikatkan diri dengan dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya.

4) Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita dan tidak akan merugikan siapapun.

5) Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun diminta atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama, saya tidak akan

memebrikan obat untuk menggugurkan kandungan.

6) Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan tetap suci dan bersih.

7) Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang walaupun iia menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkan kepada mereka yang berpengalaman dalam pekerjaan ini.

8)Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk kesembuhan yang sakit dan tanpa niat buruk atau mencelakakan dan lebih jauh lagi tanpa niat berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria baik mereka maupun hamba sahaya.

9) Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebar luaskan tidak akan saya ungkapkan karena saya harus merahasiakannya.

(27)

sampai saya menghianati sumpah ini balikkanlah nasib saya. Dari sumpah tadi ada 7 prinsip yaitu : tidak merugikan, membawa kebaikan, menjaga kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil, dan menghormati privasi.

PROFESI

Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu :

1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya bersifat konfidental).

2) Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum melakukan pelayanan. 3) Anggotanya yang relatif homogen.

4) Menerapkan standar pelayanan tertentu.

5) Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.

Talcott Parsons mengemukakan ciri-ciri khusus profesi adalah sebagai berikut : 1) Disinterestedness,

2) Rasionalitas, profesi merupakan suatu system okupasi yang perwujudannya dilaksanakan dengan menerapkan ilmu tertentu.

3) Spesifitas fungsional.

4) Universalisme, dalam pengertian obyketif, maksudnya adalah bahwa landasan pertimbangan professional dalam pengambilan keputusan didasarkan pada “ apa yang menjadi masalahnya “ dan tidak pada “siapanya“ atau “keuntungan pribadi apa yang diperolehnya”

Dengan demikian sebagi profesi mensyaratkan ada etika profesi. Keiser dalam “Etika Profesi” (Arief B Sidharta: 1990), mengatakan bahwa Etika Profesi sebagi sikap hidup merupakan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan professional dari pasien atau klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagi keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya disertai dengan refleksi yang seksama. Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :

1) Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara pengujian yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai adekuasi pendidikannya mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.

2) Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta keterampilan dalam penggunaan tradisi.

(28)

kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara bertanggung jawab, wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur penegakannya, serta cara rekrutasi pengemban profesi.

Berdasarkan ciri-ciri dan pengertian tersebut, terdapat kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut :

1) Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan, sehingga sifat tanpa pamrih menjadi cirri khas dalam mengemban profesi. Artinya, pertimbangan yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah kepentingan pasien atau klien serta kepentingan umum, dan bukan kepentingan pengemban profesi sendiri.

2) Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap dan tindakan. 3) Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai keseluruhan.

4) Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi harus bersemangatkan solidaritas anatar sesama rekan seprofesi.

Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan sendiri yang dapat atau paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam mengemban profesi sudah memnuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Kepatuhan pada etika profesi alkan sangat bergantung pada akhlak pengemban profesi yang bersangkutan. Dalam lingkungan pengemban profesi

dimunculkan sperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi, yang disebut Kode Etik Profesi atau disingkat Kode Etik. Setiap profesi mengenal pendidikan/pelatihan yang khusus, dan harus mengabdi kepada masyarakat, dan memilki suatu kode moral suatu kode etik tersendiri. Kode etik adalah pedoman perilaku yang berisikan garis-garis besar. Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara lain (1) Harus rasional, tetapi tidak kering dari emosi (2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan (3) harus bersifat universal.

Kode etik profesi terdiiri atas aturan kesopanan dan aturan kelakuan dan sikap antara para anggota profesi. Anggota pprofesi yang melanggar kode etik ditertibkan atau dihukum atau dikeluarkan dari profesi itu oleh para anggota profesi itu, biasanya oleh suatu dewan atau majlis yang dipilih atau ditunjuk khusus untuk itu oleh dan dari anggota profesi tersebut.

PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT (PKM).

(29)

advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang

berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.

2. PKM Fungsional adalah PNS/Pesiunan atau seseorang yang ahli dalam bidangnya yang melakukan tugas sesuai dengan Profesi PKM (Health Education Specialis).

Prinsip dasar Profesi PKM.

PKM ( HES ) sebagai tenaga profesional perlu menguasai ilmu pengetahuan, seni dan teknologi serta berbagai metodologi yang diperlukan untuk mencapai masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat secara lebih efektif dan efisien.

Seseorang disebut profesional bila :

1. Memiliki kompetensi yang menunjang untuk latihan dan kewenangan yang dimiliki.

2. Berpendidikan dan lulus dari suatu pendidikan , pelatihan tertentu yang diakui secara resmi termasuk organisasi profesi.

3. Mempunyai Etika yaitu nilai yang patut dan layak serta mutlak mendukung keberadaannya/eksistensinya.

4. Memperoleh imbalan jasa yang layak untuk kegiatan profesional yang dilakukan.

5. Bersedia dituntut jika melakukan malpraktek diluar kewenangannya yang merugikan klien. Syarat minimal bagi seorang PKM (HES).

1. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan teknologi termasuk metode pendidikan, pelatihan serta penelitian.

2. Menguasai satu atau bebrapa materi substansi yang berkaitan dengan ilmu pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, promosi kesehatan.

3. Memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempergunakan berbagai metode pendidikan kesehatan dan perilaku, penyuluh kesehatan, KIE, Pemasaran social mobilisasi social, yang terkait dengan promosi kesehatan.

4. Pernah mengikuti dan lulus Diklat profesional : PKM Dasar Ahli/Terampil, Magang dibidang Promkes, TOT, MOT dibidang Promkes.

(30)

kuat-ramah- terbuka terhadap kritik- responsive terhadap perubahan- kendalikan diri/emosi. Kode Etik Profesi PKM.

Kode etik yang wajib ditaati adalah sebagai berikut :

1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang profesional.

2. Mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan, dan penelitian berkesinambungan.

3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung jawab. 4. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia, jenis kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.

5. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.

6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara konsisten.

7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.

8. Mematuhi prinsip “informed consent” sebagi penghargaan terhadap klien.

9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara pertumbuhan dan perkembangan individu.

10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan pertimbangan mal praktek yang dilakukan.

http://pengertianpendidikan.com/pengertian-hukum-kesehatan

HUKUM DAN KODE ETIK KESEHATAN

HUKUM KESEHATAN

I. Pendahuluan

(31)

penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan.

Perubahan konsep pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan. Pada awalnya pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit dan

pemulihan kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh dengan penekanan pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Paradigma ini dikenal dalam kalangan kesehatan sebagai paradigma sehat.

Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala kegiatan apapun harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan peningkatan kualitas individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus menerus memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau serta mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang maka harus secara terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-sungguh bagi penyelenggaraan

pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, adanya jaminan atas pemeliharaan kesehatan, ditingkatkannya profesionalisme dan dilakukannya desentralisasi bidang kesehatan.

Kegiatan-kegiatan tersebut sudah barang tentu memerlukan perangkat hukum kesehatan yang memadai. Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan.Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah yang dimaksud dengan hukum kesehatan, apa yang menjadi landasan hukum kesehatan, materi muatan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan, dan hukum kesehatan di masa mendatang.Diharapkan jawaban atas pertanyaan tersebut dapat memberikan sumbangan

(32)

itu dilakukan kajian normatif, kajian yang mengacu pada hukum sebagai norma dengan pembatasan pada masalah kesehatan secara umum melalui tradisi keilmuan hukum.

Dalam hubungan ini hukum kesehatan yang dikaji dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sesuai dengan tiga lapisan ilmu hukum yaitu dogmatik hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. Selanjutnya untuk memecahkan isu hukum, pertanyaan hukum yang timbul maka digunakan pendekatan konseptual, statuta, historis, dogmatik, dan komparatif. Namun adanya keterbatasan waktu maka kajian ini dibatasi hanya melihat peraturan perundang-undangan bidang kesehatan.

II. Batasan dan Lingkup Hukum Kesehatan

Van der Mijn di dalam makalahnya menyatakan bahwa, “…health law as the body of rules that relates directly to the care of health as well as the applications of general civil, criminal, and administrative law”.(1)

Lebih luas apa yang dikatakan Van der Mijn adalah pengertian yang diberikan Leenen bahwa hukum kesehatan adalah “…. het geheel van rechtsregels, dat rechtstreeks bettrekking heft op de zorg voor de gezondheid en de toepassing van overig burgelijk, administratief en strafrecht in dat verband. Dit geheel van rechtsregels omvat niet alleen wettelijk recht en internationale

regelingen, maar ook internationale richtlijnen gewoonterecht en jurisprudenterecht, terwijl ook wetenschap en literatuur bronnen van recht kunnen zijn”.

(33)

Dengan demikian dapat dibayangkan bahwa hukum kesehatan cukup luas dan kompleks. Jayasuriya mengidentifikasikan ada 30 (tiga puluh) jenis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kesehatan.(3)

Secara umum dari lingkup hukum kesehatan tersebut, materi muatan yang dikandung

didalamnya pada asasnya adalah memberikan perlindungan kepada individu, masyarakat, dan memfasilitasi penyelenggaraan upaya kesehatan agar tujuan kesehatan dapat tercapai. Jayasuriya bertolak dari materi muatan yang mengatur masalah kesehatan menyatakan ada 5 (lima) fungsi yang mendasar, yaitu pemberian hak, penyediaan perlindungan, peningkatan kesehatan,

pembiayaan kesehatan, dan penilaian terhadap kuantitas dan kualitas dalam pemeliharaan kesehatan.(4)

Dalam perjalanannya diingatkan oleh Pinet bahwa untuk mewujudkan kesehatan untuk

III. Landasan Hukum Kesehatan

Hermien Hadiati Koeswadji menyatakan pada asasnya hukum kesehatan bertumpu pada hak atas pemeliharaan kesehatan sebagai hak dasar social (the right to health care) yang ditopang oleh 2 (dua) hak dasar individual yang terdiri dari hak atas informasi (the right to information) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (the right of self determination).

Sejalan dengan hal tersebut Roscam Abing mentautkan hukum kesehatan dengan hak untuk sehat dengan menyatakan bahwa hak atas pemeliharaan kesehatan mencakup berbagai aspek yang merefleksikan pemberian perlindungan dan pemberian fasilitas dalam pelaksanaannya. Untuk merealisasikan hak atas pemeliharaan bisa juga mengandung pelaksanaan hak untuk hidup, hak atas privasi, dan hak untuk memperoleh informasi.

Demikian juga Leenen secara khusus, menguraikan secara rinci tentang segala hak dasar manusia yang merupakan dasar bagi hukum kesehatan.

(34)

Sebenarnya dalam kajian ini akan disajikan menyangkut seluruh lingkup hukum kesehatan, namun keterbatasan waktu, maka penyajian dibatasi pada materi muatan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan seringkali

dikatakan sebagian masyarakat kesehatan dengan ucapan saratnya peraturan. Peraturan dimaksud dapat berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku umum dan berbagai ketentuan internal bagi profesi dan asosiasi kesehatan. Agar diperoleh gambaran yang lebih menyeluruh maka digunakan susunan 3 (tiga) komponen dalam suatu sistem hukum seperti yang dikemukakan Schuyt.(9) Ketiga komponen dimaksud adalah keseluruhan peraturan, norma dan ketetapan yang dilukiskan sebagai sistem pengertian, betekenissysteem, keseluruhan organisasi dan lembaga yang mengemban fungsi dalam melakukan tugasnya, organisaties instellingen dan keseluruhan ketetapan dan penanganan secara konkret telah diambil dan dilakukan oleh subjek dalam komponen kedua, beslisingen en handelingen.

Dalam komponen pertama yang dimaksudkan adalah seluruh peraturan, norma dan prinsip yang ada dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut dapat diklasifikasikan ada 2 (dua) bentuk, yaitu ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh penguasa dan ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi kesehatan. Hubungan antara keduanya adalah ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi kesehatan serta sarana

kesehatan hanya mengikat ke dalam dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang dibuat oleh penguasa. Menurut inventarisasi yang dilakukan terhadap ketentuan yang dikeluarkan penguasa dalam bentuk peraturan perundang-undangan terdapat 2 (dua) kategori, yaitu yang bersifat menetapkan dan yang bersifat mengatur.

Dari sudut pandang materi muatan yang ada dapat dikatakan mengandung 4 (empat) obyek, yaitu:

(35)

Apabila diperhatikan dari ketentuan tersebut terkandung prinsip perikemanusiaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Selanjutnya dari ketentuan yang ada dalam keputusan dan peraturan yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi bidang kesehatan serta sarana kesehatan adalah mencakup kode etik profesi, kode etik usaha dan berbagai standar yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.

Apabila diperhatikan prinsip-prinsip yang dikandung dalam ketentuan ini mencakup 4 (empat) prinsip dasar, yaitu autonomy, beneficence, non maleficence dan justice.Sebelum memasuki komponen kedua, perlu dibahas terlebih dahulu komponen ketiga mengenai intervensi yang berupa penanganan yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur. Komponen ini merupakan aktualisasi terhadap komponen ideal yang ada dalam komponen pertama.

Bila diperhatikan isi ketentuan yang ada dimana diperlukan penanganan terdapat 4 (empat) sifat, yaitu:

1. Perintah (gebod) yang merupakan kewajiban umum untuk melakukan sesuatu;

2. Larangan (verbod) yang merupakan kewajiban umum untuk tidak melakukan sesuatu; 3. Pembebasan (vrijstelling, dispensatie) berupa pembolehan khusus untuk tidak melakukan sesuatu yang secara umum diharuskan.

4. Izin (toesteming, permissie) berupa pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang secara umum dilarang

Tindakan penanganan yang dilakukan apakah sudah benar atau tidak, kiranya dapat diukur dengan tatanan hukum seperti yang dikemukakan oleh Nonet dan Selznick, yaitu apakah masih bersifat represif, otonomous atau responsive.(13)

(36)

badan swasta.

Pada organisasi pemerintah mencakup aparatur pusat dan daerah serta departemen dan lembaga pemerintah non departemen. Pada sektor swasta terdapat berbagai organisasi profesi, asosiasi dan sarana kesehatan yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang kesehatan.

Dari susunan dalam 3 (tiga) komponen tersebut secara global menurut Schuyt bahwa tujuan yang ingin dicapat adalah (14):

1. Penyelenggaraan ketertiban sosial;

2. Pencegahan dari konflik yang tidak menyenangkan;

3. Jaminan pertumbuhan dan kemandirian penduduk secara individual;

4. Penyelenggaraan pembagian tugas dari berbagai peristiwa yang baik dalam masyarakat; 5. Kanalisasi perubahan sosial.

V. Hukum Kesehatan di Masa Mendatang

Hermien Hadiati Koeswadji mencatat bahwa dari apa yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan yang ada perlu terus ditingkatkan untuk (15):

1. Membudayakan perilaku hidup sehat dan penggunaan pelayanan kesehatan secara wajar untuk seluruh masyarakat;

2. Mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit;

3. Mendorong kemandirian masyarakat dalam memilih dan membiayai pelayanan kesehatan yang diperlukan;

4. Memberikan jaminan kepada setiap penduduk untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan; 5. Mengendalikan biaya kesehatan;

6. Memelihara adanya hubungan yang baik antara masyarakat dengan penyedia pelayanan kesehatan;

(37)

Untuk itu dukungan hukum tetap dan terus diperlukan melalui berbagai kegiatan untuk menciptakan perangkat hukum baru, memperkuat terhadap tatanan hukum yang telah ada dan memperjelas lingkup terhadap tatanan hukum yang telah ada.

Beberapa hal yang perlu dicatat disini adalah yang berkaitan dengan:

1. Eksistensi Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional yang telah ada harus diperkuat dan harus merupakan organisasi yang independen sehingga dapat memberikan pertimbangan lebih akurat; 2. Perlu dibangun keberadaan Konsil untuk tenaga kesehatan dimana lembaga tersebut

merupakan lembaga yang berwenang untuk melakukan pengaturan berbagai standar yang harus dipenuhi oleh tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.

Dalam dunia kedokteran dan kedokteran gigi telah dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

3. Perlu dibangun lembaga registrasi tenaga kesehatan dalam upaya untuk menilai kemampuan profesional yang dimiliki tenaga kesehatan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Bagi tenaga dokter dan dokter gigi peranan Konsil Kedokteran Indonesia dan organisasi profesi serta Departemen Kesehatan menjadi penting;

4. Perlu dikaji adanya lembaga Peradilan Disiplin Profesi Tenaga Kesehatan. Dimana untuk tenaga medis telah dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004;

5. Perlu dibangun lembaga untuk akreditasi berbagai sarana kesehatan.semua, diidentifikasikan faktor determinan yang mempengaruhi sekurang-kurangnya mencakup, “... biological,

behavioral, environmental, health system, socio economic, socio cultural, aging the population, science and technology, information and communication, gender, equity and social justice and human rights”.

(38)

Kode Etik Kesehatan

Saat ini banyak dokter yang juga seorang narablog, mungkin tidak hanya dokter, namun perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya. Lalu apakah seorang dokter yang menjadi narablog bisa bebas berekspresi, yah…, mungkin saja demikian jika blog tersebut adalah blog pribadi — tidak berkaitan dengan dunia medis. Jika berkaitan dengan dunia medis, ada beberapa hal yang

selayaknya diindahkan.

Ada beberapa etika yang selayaknya berada dalam ranah yang tepat, walau mungkin belum ada kesepakatan yang resmi di bagaimana hal ini di ataur di Indonesia. Narablog Dani Iswara pernah mengulasnya dalam tulisan “Narablog Dok ter sudah Punya Etika”.

Kali ini mari kita membahas sedikit aspek kode etik dunia narablog kedokteran yang saya kutip dari: Heal thcare Blog ger Code of Ethics.

Jelas representasi perspektifnya. Pembaca harus bisa mengenali dan memahami tingkat pelatihan, ketrampilan, bidang kedokteran/kesehatan dan keseluruhan perspektif penulis blog. Beberapa narablog mungkin memiliki pendapat-pendapat di luar ranah keahlian mereka, dan pendapat-pendapat ini bisa jadi benar, namun pembaca harus diberikan sebuah lokasi di dalam blog melihat asal usul penulisnya. Ini juga harus meliputi pembedaan antara mana isi blog dan mana iklan di dalam blog. Hal ini tidak menghalangi aktivitas menulis blog secara anonim, namun meminta bahkan bagi narablog anonim untuk berbagi perspektif profesional dari apa yang mereka tuangkan dalam blog.

Kerahasiaan. Narablog harus menghormati sifat hubungan kerahasiaan antara pasien dan profesional medis dan kejelasan akan perlunya kerahasiaan. Segala diskusi mengenai pasien harus dilakukan dalam sebuah cara sedemikian hingga identitas pasien tersamarkan atau tidak dapat diungkapkan. Nama pasien hanya dapat diungkapkan sesuai dengan aturan dan etika medis yang berlaku di suatu negara yang berkesesuaian dengan kepentingan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Likewise, the negative effects of children on labor supply (and the positive effects of marriage) are estimated to be larger us- ing UEVE than using EWALD, with the effects of both

Sistem informasi yang dapat membantu kinerja guru piket dalam mengisi absensi, membantu bendahara untuk menghindari keterlambatan dan kesalahan dalam pembuatan rekap

Kabupaten Aceh Timur memiliki komoditas unggulan pariwisata pada sektor

Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berbeda dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep

pembelajaran akan lebih menarik dan lebih interaktif sehingga dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.. Hasil

PENGGUNAAN METODE BIL HIKMAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF HIJAIYAH SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB PGRI PASIRJAMBU.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Islam liberal di Indonesia kini merupakan jentera globalisasi dalam bidang agama yang mana Islam liberal berhasrat menjadikan agama Islam sama seperti Kristian dan Yahudi di

Metode analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah