• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika dan Estetika dalam Forum Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etika dan Estetika dalam Forum Ilmiah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Etika dan Estetika dalam Forum Ilmiah

Makalah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan dalam bidang akademik. Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan mengenai informasi ilmiah. Biasanya dilakukan dengan presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi yang dilakukan dalam forum ilmiah ini berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah dan diskusi yang terjadi di dalamnya merupakan hal yang penting dalam forum ilmiah yaitu sebagai salah satu cara mencari solusi, dan pengembangan materi ilmiah yang dikaji.

Karena mahasiswa merupakan intelektual yang berkewajiban mengumpulkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan forum ilmiah ini merupakan suatu kebutuhan. Dalam suatu forum ilmiah selalu terdapat proses penyampaian informasi dan diskusi mengenai masalah dan solusi yang belum terpecahkan. Selama proses penyampaian informasi dan diskusi banyak sekali pendapat yang berbeda. Agar forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif dan lancar, maka diperlukan suatu pengetahuan mengenai etika dan estetika berforum ilmiah, khususnya dalam penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan suatu media komunikasi utama.

(2)

estetika berbahasa Indonesiadalam forum Ilmiah ini juga sangat diperlukan, guna menyempurnakan diskusi dalam suatu forum ilmiah. Oleh karena itu, makalah ini disusun dengan harapan dapat digunakan sebagai pedoman mahasiswa dalam melakukan forum ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:

1 Apa definisi dari forum ilmiah?

2 Apa sajakah jenis-jenis forum ilmiah?

3 Apa pengertian dari etika?

4 Apa defininisi dari estetika?

5 Bagaimana etika dan estetika berbahasa dalam forum ilmiah?

6 Bagaimana etika dan estetika presentasi dalam forum ilmiah?

7 Apa peran dalam forum ilmiah?

8 Apa etika dan peran dalam berbahasa Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1 Mahasiswa mengetahui definisi dari forum ilmiah 2 Mengetahui jenis-jenis forum ilmiah

3 Memahami pengertian dari etika. 4 Memahami defininisi dari estetika.

5 Mengetahui cara untuk menjaga etika dan estetika berbahasa dalam forum ilmiah. 6 Mengetahui etika dan estetika presentasi dalam forumilmiah.

7 Mengetahui peran dalam forum ilmiah.

8 Mengetahui etika dan peran dalam berbahasa Indonesia

1.4Manfaat

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penulisan makalah ini:

1 Bidang akademik: Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai cara penyajian presentasi

(3)

2 Bidang praktis: Makalah ini dapat diaplikasikan sebagai pedoman nyata dalam melakukan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatuyang telah dilakukan. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat- pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia (Mussarafah, 2012).

Kata “etika” mempunyai dua arti. Pertama, etika sebagai suatu cabang filosofi; kedua, sebagai objek atau materi dalam kajian filosofi tersebut. Filosofi moral meliputi dua masalah utama:

1. Meta–etika yang menganalisis arti dan sifat elemen moral normatif dalam tindakan, pikiran,

serta bahasa manusia.

2. Etika normatif yang menyangkut penilaian elemen tersebut dengan memberikan dan menilai kriteria untuk membenarkan peraturan dan penilaian (judgment) tentang hal moral disebut benar dan salah atau baik dan buruk. Etika normatif mempunyai implikasi langsung dengan tindakan, sifat, institusi, dan cara hidup manusia yang seharusnya (Sulistiyo, 2001).

(5)

Kata estetika berasal dari kata aesthesis yang artinya perasaan atau sensitifitas, karena memang pada awalnya pengertian itu berhubungan dengan lidah dan perasaan. Dalam pengertian teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu secara umum, maka obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan sebagainya yang sejalur dengan kata tersebut, maka dapat dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan. Estetika secara sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni (Mussarafah, 2012).

2.3

Pengertian Forum Ilmiah

Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa ataupun pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural. Dalam forum ilmiah, presentasi ilmiah merupakan suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Presentasi ilmiah dalam forum ilmiah selalu diikuti diskusi ilmiah yang membahas mengenai permasalahan dan solusi masalah yang sedang dikaji.

Dari segi istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah: untuk memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Pada hakikatnya, diskusi merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan kegiatan kerja sama yang mempunyai cara-cara dasar yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok (Sulistiyo, 2001).

Kemahiran untuk melakukan presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan. Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan, yaitu (Mussarafah, 2012):

1. Menarik perhatian dan minat pelaku ilmiah.

(6)

warna yang dan ilustrasi yang menarik, menunjukkan latar belakang agar informasi bisa tersampaikkan dengan baik sehingga semakin memperjelas pemahaman pendengar, dan menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar dengan jelas oleh seluruh peserta yang berada di suatu ruangan.

2. Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas.

Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada makalah yang dibahas, penyaji harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat, terhadap butir-butir inti.

3. Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.

Untuk menjaga etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan (menyinggung perasaan) orang lain. Merupakan hal yang penting untuk melatih dan mengontrol emosi serta ekspresi wajah agar penampilan penyaji tetap pantas, sopan dan beretika sehingga tidak menyinggung perasaan salah satu pihak (Haryanta, 2009).

4. Mempertahankan perhatian minat dan perhatian peserta.

Untuk menyampaikan pemikiran secara efektif, pembicara harus dapat mempertahankan perhatian pendengar. Beberapa hal yang penting yang dapat dipersiapkan adalah dengan menghubungkan subyek pembahasan dengan kebutuhan pendengar, karena pendengar tertarik dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka secara pribadi, bahasa yang digunakan sebaiknya jelas dan hidup agar pendengar tidak bosan, hubungkan gagasan dengan subyek yang dikenal dengan luas, dan melibatkan pendengar dengan memberi kesempatan dalam menanggapi. Selain itu, dalam presentasi juga dapat diselipkan sedikit komentar ringan/humor, cerita singkat, mengedarkan sampel, mengajukkan pertanyaan singkat dan mengemukakkan data statistik (Purbasari, 2009).

2.4 Jenis-Jenis Forum Ilmiah

Forum ilmiah terbagi menjadi beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan tujuan forum, jumlah penyaji meupun pendengar dan proses penyajian forum tersebut. Berikut ini adalah beberapa jenis forum ilmiah (Mussarafah, 2012):

a. Diskusi Panel

(7)

pendengar dapat mengikuti jalannya diskusi dengan seksama. Setelah berlangsung tanya jawab antara pemimpin dan peserta, peserta dan pendengar, pemimpin merangkum hasil tanya-jawab atau pembicaraan, kemudian mengajak pendengar ikut mendiskusikan masalah tersebut sekitar separuh dari waktu yang tersedia.

b. Seminar

Pertemuan berkala yang biasanya diselenggarakan oleh sekelompok mahasiswa dalam rangka melaporkan hasil penelitiannya, dan umumnya di bawah bimbingan seorang dosen atau ahli. Tujuan diskusi jenis ini tidak untuk memutuskan sesuatu. Seminar dapat bersifat tertutup atau terbuka. Yang terakhir dapat dihadiri oleh umum, tetapi mereka tidak ikut berdiskusi, melainkan hanya bertindak sebagai peninjau.

Untuk menyelenggarakan seminar harus dibentuk sebuah panitia. Pembicara yang ditentukan sebelumnya, umumnya menguraikan gagasan atau topiknya dalam bentuk kertas kerja.

c. Simposium

Pertemuan ilmiah untuk mengetengahkan atau membandingkan berbagai pendapatatau sikap mengenai suatu masalah yang diajukan oleh sebuah panitia. Uraian pendapat dalam simposium ini diajukan lewat kertas kerja yang dinamakan prasaran. Dan beberapa prasaran yang disampaikan dalam simposioum harus berhubungan.

d. Konferensi

Pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau badan resmi sehubungan dengan masalah tertentu. Konferensi biasanya dilakukan untuk mengambil keputusan dan akan dilakukan tindakkan dari pengambilan keputusan tersebut. Jika konferensi hanya bertujuan menyampaikan hasil keputusan suatu organisasi atau badan pemerintah mengenai suatu masalah maka hal tersebut dinamakan dengar pendapat atau jumpa pers.

e . Lokakarya (Academic Workshop)

Suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil. Lokakarya dimulai dengan pandangan umum tentang masalah yang akan dipecahkan. Sesudah itu, peserta dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh penasehat ahli. Dalam lokakarya, masalah yang dibahas spesifik, diskusi dan pengkajian sangat terarah dan mendalam secara teknis, dan kesimpulan/keputusan diambil sebagai hasil lokakarya.

(8)

Bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal, paripurna dan sebagainya). g . Buzz Group

Diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (4-5) orang. Diskusi ini biasanya dilakukan jika peserta berjumlah banyak dan materi yang didiskusikan bermacam-macam.

h. Syndicate Group

Bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yangterdiri dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.

i. Brain Storming

Diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).

j. Informal Debate

Diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yangdalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi. Selanjutnya bila penyelesaian masalah tersebut dilakukan secara sistematis disebut diskusi informal.Adapun langkah dalam diskusi informal adalah : (1) Menyampaikan problema; (2) Pengumpulan data; (3) Alternatif penyelesaian; (4) Memlilih cara penyelesaian yang terbaik.

k. Fish Bowl

Diskuasi dengan beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan diskusi untuk mengambil keputusan. Diskusi model ini biasanya diatur dengan tempat duduk melingkar dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi sehingga seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok. l. Santiaji

Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat menjelang pelaksanaan suatu kegiatan.

m . Muktamar

Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.

n. Diskusi Kelompok

(9)

Kumpulan pakar-pakar ilmuwan untuk membicarakan hal-hal yg menyangkut ilmu pengetahuan tertentu yg ada pada sebuah buku yg dianggap sumber.

2.5 Etika dan Estetika Berbahasa dalam Forum Ilmiah

Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Dalam suatu forum ilmiah, kegiatan yang sangat ditonjolkan adalah kemampuan berkomunikasi. Etika dan estetika dalam suatu presentasi akan terlihat dari cara dan metode yang digunakan dalam berkomunikasi. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah, jika pelaku ilmiah dapat berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah juga dapat tersampaikan secara optimal pula. Berikut adalah contoh teknik dan etika komunikasi yang baik dalam forum ilmiah

1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan. 2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.

3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut.

4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum. 5. Menggunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar. 6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.

7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai dengan situasi. 8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.

9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.

10. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.

11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.

12. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat atau semacamnya.

(10)

maka dapat dipersiapkan rancangan alur yang dapat dipergunakan sebagai panduan selama berjalannya presentasi. Rancangan alur tersebut terdiri dari beberapa bagian, antara lain:

1. Pengenalan/pendahuluan: menit pertama dalam pembicaraan sangat penting untuk menangkap

perhatian dan memupuk rasa percaya diri dan merupakan penyampaian tinjauan awal isi. Dalam pendahuluan hal-hal penting yang dapat disampaikan antara lain:

 Membangkitkan minat pendengar. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan topik dengan kebutuhan dan minat pendengar dan sesuaikan nada bicara yang ringan-serius.

 Membangun kredibilitas. Hal ini dengan melakukan perkanalan untuk menunjukkan reputasi pembicara.

 Tinjauan awal presentasi. Tinjauan ini berisi kilasan singkat bahasan materi yang akan dibicarakan.

2. Isi: sebagian besar isi pembicaraan dibatasi menjadi tiga atau empat butir utama yang meliputi:

 Menghubungkan gagasan kalimat dan paragraf, dan bagian-bagian utama. Penekanan dapat diberikan dengan mengulang gagasan kunci, gerak tubuh, nada, suara atau alat bantu visual.

 Mempertahankan perhatian pendengar untuk menyampaikkan pemikiran secara efektif.

 Penutup: penutup pembicaraan sama pentingnya dengan bagian pendahuluan karena perhatian pendengar memuncak disini. Penutup harus meninggalkan kesan yang kuat dan bertahan lama dengan menyimpulkan pembicaraan yang telah dilakukan.

 Periode tanya jawab: pembicara harus mendorong pertanyaan sepanjang pembicaraan (Purbasari, 2009).

Estetika dalam suatu presentasi dapat ditunjukkan dengan menguasai seni penyampaian. Untuk menguasai seni penyampaian maka harus diperhatikan dan memilih dahulu metode penyampaian presentasi yang akan digunakan. Metode presentasi yang dapat digunakan antara lain menghafal, membaca, berbicara dari catatan, dan berbicara tanpa persiapan. Setelah memilih metode yang dapat digunakan lselama presentasi, kemudian menfokuskan diri kepada usaha-uasaha dalam menguasai seni penyampaian yang meliputi mempersiapkan diri untuk penyampaian presentasi, mengatasi kegelisahan, menggunakan alat bantu visual secara efektif, dan menghadapi pertanyaan.

1. Menyiapkan diri untuk penyampaian presentasi:

(11)

b Periksa lokasi untuk presentasi sebelum waktu yang ditentukan. c Pertimbangkan perbedaan budaya dengan pendengar.

2. Mengatasi kegelisahan:

a Siapkan materi lebih banyak dari yang diperlukan. b Berlatih sampai benar-benar menguasai materi.

c Berpikir positif mengenai pendengar, diri sendiri dan apa yang harus dikatakan. d Bayangkan kesuksesan.

e Atur nafas sebelum berbicara.

f Hafalkan kalimat pertama yang siap untuk diucapkan. g Kendalikan diri dan jangan panik.

3. Menggunakan alat bantu secara efektif:

a Buat informasi dengan informatif. b Bangun rasa ingin tahu.

c Menyatakan pendapat dan diperjelas.

d Mempertahankan fokus dan kontak mata dengan pendengar. 4. Menghadapi pertanyaan:

a Terima pertanyaan dengan ekspresi ramah dan menyenangkan. b Jangan terbawa emosi.

c Jawab dengan tenang dan tegas untuk meyakinkan pendengar.

Dalam berforum ilmiah, akan terlihat lebih indah jika pelaku dalam forum tersebut, baik moderator, pendengar maupun penyaji menyajikan karya ilmiah nya dengan komunikasi yang baik. Diantaranya adalah, pemilihan kata-kata yang formal dan santun, penyusunan kalimat yang baik dan teratur, juga penyajian kata-kata yang lembut namun tetap tegas dan jelas. Penambahan senyuman dalam suatu forum ilmiah seperti halnya suatu aksen yang dapat memperindah jalannya diskusi dalam forum ilmiah tersebut (Mussarafah, 2012).

2.6 Etika Peran dalam Forum Ilmiah

(12)

dan teknisi. Satu peran saja tidak dihadirkan maka akan mempengaruhi jalannya forum secara umum. Pada tingkatan tertentu, kegagalan forum dalam mencapai tujuan yang diharapkan, dapat terjadi apabila peran-peran tersebut tidak berjalan dengan baik.

Kegagalan forum ilmiah dalam mencapai tujuan tidak hanya dipengaruhi oleh kealpaan atau tidak berfungsi optimalnya peran tetapi juga oleh masalah etika. Tidak sedikit forum ilmiah yang dilaksanakan dengan peran lengkap yang berakhir dengan kegagalan. Tidak sedikit pula forum ilmiah terselenggara dengan penuh motivasi dan antusias karena peran-peran yang terlibat di dalamnya berfungsi maksimal. Akan tetapi, perasaan dikalahkan, dilecehkan, dan dipermalukan menjadi permasalahan yang berkepanjangan, bahkan setelah forum berakhir. Masalah etika dalam forum ilmiah benar-benar memegang peran penting dalam mencapai tujuan forum. Karena itu, masalah ini perlu dijaga. Jika etika forum ilmiah senantiasa dijaga, bukan tidak mungkin suatu saat nanti perhatian dan penghargaan terhadap etika berforum ilmiah akan menjadi sebuah tradisi yang melembaga dan membudaya.

Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum ilmiah. Bagaimana seharusnya perilaku benar dan berterima secara moral yang harus diterapkan oleh peran-peran dalam forum. Sesuai perannya, moderator diharapkan bersikap moderat selama forum berlangsung. Objektivitas dan ketidakberpihakan harus benar-benar dipegang teguh oleh moderator. Dalih apapun yang melanggar prinsip moderat adalah sikap yang tidak berterima secara moral dan sudah barang tentu melanggar etika forum ilmiah. Motif pertemanan, hubungan kekerabatan, kepentingan politis, atau kepentingan ideologis apapun hendaknya dijauhkan. Perilaku prinsip lainnya yang harus diperhatikan oleh moderator adalah keadilan, kedisiplinan, dan keberanian. Keadilan berkaitan dengan pemerataan kesempatan berpartisipasi bagi seluruh forum. Kedisiplinan bersinggungan dengan manajemen waktu dan manajemen interaksi. Keberanian berhubungan dengan ketegasan terhadap segala hal yang kontraproduktif terhadap prinsip keadilan dan kedisiplinan.

(13)

memahami permasalahan dalam makalah. Dalam kenyataannya, peserta yang hadir dalam forum lebih memosisikan diri sebagai sekadar penerima informasi dan penanya atau pengonfirmasi terhadap informasi yang belum mereka pahami. Tidak banyak peserta yang hadir dengan pemahaman terhadap permasalahan supaya forum ilmiah yang diikutinya lebih diintensifkan sebagai wacana berbagi sudut pandang dan pemikiran serta berbagi solusi mengatasi permasalahan (Madya, 2006).

Pada etika penyaji dan peserta kejujuran menjadi nilai yang wajib ditegakkan oleh keduannya. Bagi penyaji, segala informasi yang disampaikan secara lisan dan tulis harus dapat dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih menyangkut rujukan dari informasi akademik yang disampaikan, apakah merupakan buah pemikiran penulis sendiri atau penulis lain harus jelas disampaikan. Hal yang sama juga berlaku bagi peserta. Peserta seharusnya secara tulus menyimak segala informasi yang disampaikan penyaji. Ketidaktulusan ini tampak dalam sikap meminta ulang penjelasan, misalnya karena lupa menyimak bagian tertentu dalam penyajian. Sebaliknya, ketidaktulusan tampak saat penyaji yang tidak menyimak pertanyaan, kemudian meminta peserta untuk menyampaikan pertanyaan ulang. Menanyakan hal yang telah ditanyakan oleh peserta sebelumnya juga wujud ketidaktulusan peserta. Berikutnya, pertanyaan menguji dari peserta merupakan contoh lain ketidaktulusan dan ketidakjujuran.

Kemampuan menyimak dan menulis dengan efektif segala informasi yang ternyatakan dalam forum merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang notulis. Tidak semua informasi harus direkam secara tertulis karena hanya informasi penting yang ditulis. Informasi penting dan utama dalam forum umumnya menyangkut kesepakatan penting, rekomendasi forum, butir-butir pertanyaan dan tanggapan yang telah diikhtisarkan serta pemikiran dan wawasan baru sesuai topik yang mampu menajamkan dan memberi solusi terhadap permasalahan. Catatan hasil forum yang telah ditata ringkas sebaiknya dibagikan kembali kepada forum. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pemilik gagasan/konsep untuk meluruskan jika ada hal-hal yang kurang tepat.

(14)

atau penanya yang terlebih dahulu mengutak-atik mikroponnya sebelum menyampaikan tanggapan. Seorang teknisi tetap dibutuhkan untuk mengontrol dan menyelamatkan jalanya forum dari segi teknologi. Penguasaan teknologi informasi dengan demikian menjadi ciri profesionalisme peran ini (Madya, 2006).

2.7 Etika Berbahasa dalam Forum Ilmiah

Kualitas pemakaian bahasa Indonesia dalam forum ilmiah sejauh ini belum memenuhi harapan. Penggunaan bahasa Indonesia dengan taat asas sering tidak diimbangi dengan kesesuaian pemakaiannya. Sebaliknya, kesesuaian konteks penggunaan bahasa Indonesia sering tidak disertai dengan kepatuhan pada kaidah. Permasalahan kedualah yang lazim ditemukan dalam pelaksanaan sebuah forum ilmiah. Kebiasaan menggunakan bahasa secara tidak konsisten dianggap sebagai salah satu “biang” permasalahan. Sistem bahasa gado-gado sudah terprogram sedemikian rupa sehingga seolah-olah tidak ada sensor kesadaran berbahasa yang berorientasi kepada kaidah yang semestinya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi tolok ukur ada tidaknya etika berbahasa Indonesia dalam forum ilmiah. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks resmi umumnya melatarbelakangi forum ilmiah. Dalam konteks ini penggunaan bahasa dikaitkan dengan masalah kedinasan, keilmuan, dan keakademisan. Pada situasi seperti ini selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan. Karena itu, penggunaan bahasa baku merupakan sebuah keharusan.

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya selalu menaati kaidah baku bahasa Indonesia. Kebakuan dalam ragam baku bahasa Indonesia meliputi kebakuan ejaan, peristilahan, kosakata, tata bahasa, dan lafal. Ragam baku bahasa Indonesia ialah ragam bahasa Indonesia yang tata cara dan tertib penulisannya mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan serta tertib dalam pembentukan istilahnya yang berpedoman pada pedoman umum pembentukan istilah bahasa Indonesia. Bahasa baku harus menggunakan kata-kata baku. Selain itu, bahasa baku harus taat asas pada kaidah ketatabahasaan.

(15)

sikap positif peserta forum terhadap bahasa Indonesia. Sikap ini setidaknya mengandung tiga ciri pokok yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa. Kesetiaan adalah sikap yang mendorong peserta forum memelihara konsistensi berbahasa indonesia. Kebanggaan bahasa adalah sikap yang mendorong peserta forum untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan percaya diri dan penuh motivasi. Kesadaran adanya norma adalah sikap yang mendorong peserta forum untuk menggunaan bahasa Indonesia secara cermat, tepat, santun, dan anggun.

Secara praktis, etis tidaknya bahasa Indonesia dalam forum ilmiah juga dapat diamati dari bentuk pengungkapannya. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak mengandung nada emosional pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau menyerang gagasan orang lain (superior) dapat dikatakan bercirikan etis. Ungkapan bahasa yang solusif dan argumentatif dalam menentang gagasan atau konsep dapat pula dikatakan etis. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak mengandung nada dan kata emosional pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau

menyerang gagasan orang lain tercermin pada perilaku berbahasa yang mengindahkan nilai-nilai sopan santun. Dengan memperhatikan sopan santun, bahasa kekerasan dapat dihindari dan banyak ”muka” yang dapat diselamatkan. Pernyataan bahasa yang solusif dan argumentatif dalam menentang gagasan atau konsep bermakna selalu ada rasionalitas di balik

ketidaksepahaman, ketidaksependapatan, dan penolakan terhadap gagasan tertentu. Selain adanya rasionalitas, terdapat pula pernyataan solusif yang diajukan sebagi alternatif penyelesaian masalah.

2.8 Etika Peran dan Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah

(16)

peran penting. Untuk itu diperlukan pemakaian bahasa yang bercita rasa dan berjiwa.

Bahasa Indonesia yang bercita rasa dan berjiwa, selain mengenal kaidah-kaidah baku juga mengenal perangkat-perangkat pendukung. Salah satu perangkat kebahasaan yang menjadi rujukan agar masyarakat –khususnya masyarakat ilmiah sadar menggunakan bahasa secara indah adalah gaya bahasa dan majas. Gaya bahasa atau majas adalah kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan estetika bahasa. Estetika berbahasa bukan semata-mata piranti pelengkap, melainkan pula sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya ekspresi agar penggunaan bahasa dalam forum ilmiah tidak hanya baik dan benar tetapi juga menjadi indah dan berdaya guna. Pemakaian gaya bahasa sebagai bagian dari estetika berbahasa Indonesia bukan dimaksudkan untuk menyembunyikan atau menyamarkan kebenaran. Bukan pula ditujukan untuk melebih-lebihkan atau mengurangi fakta. Pemakaian gaya bahasa merupakan upaya etis dan estetis untuk mempertahankan dan memelihara hubungan interaktif yang sehat di antara peserta forum. Dengan cara seperti ini, penghargaan terhadap diri sendiri dan individu yang lain dapat diwujudkan.

Estetika bahasa selanjutnya menghendaki ungkapan bahasa Indonesia yang bertenaga, selektif, dinamis (tidak arkhais), dan tidak klise. Kata bertenaga dengan cepat dapat membangkitkan daya motivasi, persuasi, fantasi, dan daya imajinasi pada benak pendengar. Agar ungkapan dapat bertenaga perlu diupayakan pendayagunaan kata. Pendayagunaan ini pada prinsipnya berkaitan dengan ketepatan memilih kata (selektif) untuk mengungkapkan sebuah gagasan, ide, atau pemikiran. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan leh pembicara

(17)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini antara lain:

1 Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa ataupun

pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural.

2 Jenis forum ilmiah antara lain:diskusi panel, seminar, simposium, konferensi, lokakarya

(workshop), whole group. buzz group, syndicate group, brain storming, informal debate, fishbowl, santiaji, muktamar, diskusi kelompok, dan bedah buku.

3 Etika adalah berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan

erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.

4 Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara

umum.

5 Etika dan estetika dalam suatu presentasi akan terlihat dari cara dan metode yang digunakan

dalam berkomunikasi.

6 Etika peran dalam forumilmiah meliputi moderator, penyaji, pendengar, notulis, dan teknisi.

7 Etika berbahasa dalam forum ilmiah ialah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar

dalam forum ilmiah bermakna memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi dan karakteristik forum yang dihadapi sehingga mampu merumuskan ungkapan kebahasaan yang sesuai.

8 Etika dan peran dalam berbahasa Indonesia ialah penggunaan bahasa Indonesia yang taat kaidah

dan tepat konteks. 3.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa. Hakim, Retty N. 2007. Mari Berbahasa (Indonesia) dengan Baik dan Benar (2) (online) http://www.wikimu.com. Diakses 11 Maret 2013.

Haryanta, Kasdi. 2009. Presentasi ilmiah. (online). http://kasdiharyanta-kasdih.blogspot.com/2009/09/teknik-presentasi-ilmiah.html.

Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4.

Madya, Suwarsih. 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional Dosen MPK Bahasa Indonesia, 13-15 Mei di Jogjakarta.

Mussarafah, Arra. 2012. Jenis-jenis Forum Ilmiah. (online). http://arramusyarrafah.blogspot.com/ 2012/03/jenis-jenis-forum-ilmiah.html. Diakses tanggal 10 Maret 3013.

Purbasari, Niken. 2009. Presentasi Bisnis 2. Pusat Perkembangan bahan Ajar

Sriyanto. 2007. Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar. (online) http://www.pontianakpost.com. Diakses 14 Mei 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Waktu yang digunakan dalam penelitian dalam membahas Tortor Pining Anjei Pada Masyarakat Simalungun Kajian Terhadap Etika Dan Estetika selama 2 bulan yaitu Juni 2016

Dalam menganalisis data-data yang terkumpul, digunakan teori etika dan estetika serta perkembangan tari Zapin di Kabupaten Deli Serdang, yang diambil dari tiga sanggar yaitu

Menemukan nilai Etika yang terkandung dalam Tari Ratoeh Jaroe Pada Masyarakat Aceh di Kota Langsa.. Menemukan nilai Estetika yang terkandung dalam Tari Ratoeh

3. Meta-etika adalah kajian etika tentang ucapan-ucapan atau kaidah-kaidah bahasa dalam aspek moralitas, terutama terkait bahasa etis yang digunakan dalam bahasan

a. Bharatayuda sebagai simbol pertarungan/pergulatan etika baik dan buruk dalam diri manusia: Peperangan dalam diri manusia adalah hakekatnya perang saudara, karena apabila

Unsur etika dan estetika yang ada dalam Serat Pranata Lampah-lampah Kagungan Damel Mantu B.R.A Gusti Sekar Kedhaton salah satunya terlihat dari pelukisan,

No Nilai-nilai Jumlah Data Persentase Data 1 Nilai Estetika 4 17% 2 Nilai Etika 12 52% 3 Nilai Karakter 7 31% Jumlah Data 23 100% Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian yang berjudul Kajian Nilai Estetika, Etika, dan Karakter dalam Novel “Ladang Perminus” adalah teknik studi kepustakaan yaitu