LAPORAN BIOLOGI ACARA III
“GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA”
NAMA : ANNISA MAYA KURNIANINGRUM
NIM : 120210102079
KELAS : A
KELOMPOK : 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS JEMBER
I. JUDUL
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
II. TUJUAN
Setelah selesai praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan penggolongan darah manusia
III. DASAR TEORI
Golongan darah adalah hasil dari pengelompokan darah berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah (eritrosit). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia yang bersangkutan. Saat ini sudah dikenal puluhan sistem golongan darah, namun sistem yang paling umum dikenal di dunia hanya ada beberapa. (Anonim, 2012. http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=123)
Sistem golongan darah pada manuisa dibagi atas tiga macam, yaitu sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan tersebut didasarkan atas kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan zat anti (aglutinin). Menurut Barnstein (Jepang) dan Furuhata (Jepang), golongan darah dikendalikan oleh sepasang gen. (Bevilander, 1988:102)
a. Sistem ABO
Kita mengenal 4 macam golongan darah yaitu A, B, AB dan O. Dalam sistem golongan darah terdapat dua macam zat sel darah A dan B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B, berikut kombinasi yang mungkin terjadi:
1. Individu dengan A pada sel darah merahnya, memiliki anti B pada plasmanya
2. Individu dengan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A pada plasmanya
3. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, tidak memiliki anti A maupun anti B pada plasmanya
4. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A maupun anti B pada plasmanya
(Tim Dosen Pembina, 2013:11) b. Golongan darah sistem MN
Golongan darah digolongkan menjadi 3 yaitu M, MN dan N. Golongan darah ini pada tahun 1927 dikemukakan oleh Landsteiner dan Lavine. Golongan darah MN disebabkan oleh adanya antigen M, MN dan N. Antigen ini tidak membentuk zat anti (aglutinin), sehingga bila ditransfusikan dari golongan yang satu ke golongan yang lain tidak akan menimbulkan gangguan. Tetapi bila antigen tersebut disuntikan ke dalam tubuh kelinci, serum kelinci akan membentuk zat antinya, sehingga bila serum kelinci yang mengandung zat anti ini disuntikan ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan.
Fenotif golongan darah Genotif Kemungkinan macam gamet
M IM IM IM
N IN IN IN
MN IM IN IM , IN
Tabel. Genotif dan kemungkinan macam gamet golongan darah sistem MN
(Wiwik, 2010. http://www.scribd.com/doc/31986947/22/Golongan-darah-sistem-MN)
c. Sistem Rhesus (Rh)
Ada dua jenis golongan Rhesus, yaitu Rhesus (+) dan Rhesus (-). Orang bergolongan Rhesus + memiliki antigen Rhesus (antigen Rh) pada eritrositnya dan tidak memiliki antibodi. Golongan Rhesus – memiliki antibodi Rhesus (anti Rh) pada plasma darahnya dan tidak memiliki antigen. Lihat tabel berikut:
Golongan Rhesus + Rhesus
-Antigen antigen Rhesus
-Antibody - anti Rhesus
Orang bergolongan Rhesus – bisa menjadi donor terhadap golongan Rhesus – maupun Rhesus + (dalam kondisi darurat). Tetapi orang Rhesus + hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada Rhesus + saja, dan tidak boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti golongan darah ABO, yaitu karena Rhesus + sebagai donor memiliki antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus - sebagai resipien memiliki antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini akan menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) antigen Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa menyebabkan kematian sang resipien.
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin A mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O. (Kimball, 1999)
IV. METODE PENELITIAN
1.1. Alat dan Bahan 1. Alat
a. Lanset (jarum steril) b. Jarum pentul
c. Spidol d. Gelas objek e. Kertas putih 2. Bahan
a. Serum A dan B b. Alkohol 70% c. Kapas
1.2. Cara Kerja
Dengan spidol, menarik garis tengah lurus pada sisi panjang yang membagi gelas objek menjadi dua bagian yang sama
Di pojok kiri atas gelas objek tuliskan A dan di pojok kanan atas tuliskan B
Meletakkan objek pada selembar kertas putih
Mencuci tangan sampai bersih, mengambil segumpal kapas dengan pinset, mencelupkan ke dalam alcohol dan menggosok pada ujung jari
manis
Mebiarkan alkohol hingga mengering, menusuk bagian tersebut dengan menggunakan lanset yang telah disterilkan
Menempatkan setetes darah pada bagian A dan B gelas objek
Menutup bekas tusukan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alkohol
Meneteskan segera serum anti A pada baigan A gelas objek, aduk sampai merata dengan tusuk gigi
Meletakkan setetes anti B pada darah di bagian B gelas objek. Melakukan juga seperti langkah diatas
Membandingkan kedua bagian A dan B pada gelas objek
Jika terjadi penggumpalan pada bagian A, maka bergolongan darah A
Jika terjadi penggumpalan pada bagian B, maka bergolongan darah B
Jika tidak terjadi penggumpalan, maka bergolongan darah O Jika terjadi penggumpalan pada bagian A dan B, maka bergolongan
V. HASIL PENGAMATAN
No Kel. Umur (th) Nama Probandus Anti A Anti B Golongan Darah
Praktikum penggolongan darah menggunakan darah segar manusia yang diambil dari setiap praktikan dari masing-masing kelompok. Praktikan (probandus) mencuci tangan terlebih dahulu lalu mengambil kapas yang dicelupkan ke dalam alcohol 70% dan menggosok kapas tersebut pada jari manis.
Setelah kapas mengering, jari manis ditusuk dengan menggunakan lanset yang telah disterilkan. Kemudian menempatkan setetes darah pada gelas objek yang telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian A dan bagian B. Pada bagian A diteteskan serum anti A dan pada bagian B diteteskan serum anti B. Kedua bagian diaduk dengan tusuk gigi dan mengamati apakah terjadi perubahan pada kedua bagian atau tidak.
Pada kelompok I dengan probandus Eka Anjarwati, dengan pengadukan kedua bagian pada gelas objek, tidak terjadi perubahan (penggumpalan) pada kedua bagian. Hal ini menujukkan bahwa probandus memiliki golongan darah O. Hal ini terjadi karena saat serum anti A bercampur dengan darah, tidak ada aglutinogen A yang bertemu dengan serum tersebut, dan saat serum anti B bercampur dengan darah, tidak ada aglutinogen B yang bertemu dengan serum tersebut sehingga menyebabkan kedua bagian objek tidak terjadi penggumpalan. Selain itu, seseorang yang memiliki golongan darah O hanya memiliki aglutinin A dan B, dan bukan aglutinogen A dan B. Hal ini juga berlaku untuk probandus bernama Devi Aprilia dari kelompok III.
Pada percobaan selanjutnya adalah kelompok II dengan probandus Swit Tanti, saat pengadukan serum anti A dengan darah probandus pada bagian A gelas objek, terjadi penggumpalan, sedangkan pada pengadukan serum anti B dengan darah probandus pada bagian B gelas objek, tidak terjadi penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa probandus memiliki golongan darah A. Hal ini terjadi karena saat serum anti A bercampur dengan darah, aglutinogen A pada darah bertemu dengan serum tersebut, sehingga menimbulkan penggumpalan pada bagian A. Sedangkan saat serum anti B bercampur dengan darah, serum tersebut tidak bertemu dengan aglutinogen B, sehingga tidak terjadi peubahan (penggumpalan) pada darah. Jadi, seseorang yang memiliki golongan darah A memiliki aglutinogen A dan aglutinin B.
Hal ini juga dialami oleh kelompok II probandus Miftah Karimah dan kelompok IV probandus Rizky Maulidiyah.
yang menyebabkan darah menggumpal. Perlu diketahui bahwa seseorang yang memiliki golongan darah B, hanya memiliki aglutinogen B dan aglutinin A.
Selain probandus Zulfa Nurhayati, terdapat probandus yang memiliki golongan darah B yaitu Pandu Joyo dari kelompok IV.
Golongan darah O disebut sebagai donor universal karena tidak memiliki aglutinogen (antigen) baik A maupun B yang menyebabkan penggumpalan darah bagi resipien, melainkan hanya memiliki aglutinin A dan B, sehinnga orang dengan golongan darah O-negatif dapat apabila diberi zat anti A maupum zat anti B, golongan darah AB akan tetap menggumpal. Orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Golongan Darah,
(http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=123, diakses tanggal 16 April 2013)
Anonim. 2013. Sistem Transportasi (5): Golongan darah Rhesus, (http://biologimediacentre.com/sistem-transportasi-5-golongan-darah-rhesus/, diakses tanggal 16 April 2013)
Biverlender, Bersit. 1988. Dasar- dasar Histologi Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J. W. 1999. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga. Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Dosen Pembina. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember: FKIP Universitas Jember.
Wiwik. 2010. Biologi,