• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tasawuf dan Psikologi transpersonal dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tasawuf dan Psikologi transpersonal dan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Akhlak Tasawuf Prof. Dr. Asmal May,Ma

TASAWUF DAN PSIKOLOGI

OLEH

Desfindah Ranita R. (11414206169)

III G

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN SUSKA RIAU

Pekanbaru

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mandiri Makalah Akhlak dan Taswawuf ini dengan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya saya tidak dapat menyelesaikan Makalah ini. Sholawat serta salam terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan pembuatan makalah dengan judul ” Tasawuf dan Psikologi“ adalah salah satu tugas mandiri mata kuliah Akhlak Tasawuf di program studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas tarbiyah dan keguruan pada Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Asmal May,Ma. selaku dosen pembimbing mata kuliah Akhlak Tasawuf dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamua’laikum Wr Wb Pekanbaru, 2 Desember 2015

(3)

Daftar Isi

Kata pengantar……… i

Daftar Isi……….. ii

BAB I PENDAHULUAN……….…. 1

A. Latar Belakang………..……….….. 1

BAB II PEMBAHASAN……….…..…….. 3

B. Pengertian Tasawuf……….………. 3

1. Definisi Tasawuf………... 3

2. Definisi Psikologi………..… 6

C. Hubungan Tasawuf dan Psikologi………..…….. 10

1. Tasawuf dan sikologi Humanistik……….……… 10

2. Tasawuf dan Psikologi Transpersonal……….. 12

D. Komparasi antara Psikologi Barat dengan Psikologi Sufi ………. 24

1. Anggapan Psikologi Barat (tradisional)……….. 24

2. Puncak Kesadaran Manusia menurut Psikologi Barat………. 24

3. Anggapan Psikologi Barat tentang Alam Semesta……….…. 24

4. Keterkaitan Psikologi Tradisional dengan Sifat Manusia………..….. 24

E. Problema Psikologis di Era Modern danPeran Tasawuf………. 24

1. Gangguan Kejiwaan Modern……….….. 26

2. Peran Tasawuf dalam Menghadapi Problema Psikologis……… 27

BAB III PENUTUP………. 30

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini amatlah pesat. Tidak hanya dalam pengetahuan keagamaan saja, dalam ilmu terapan lain juga banyak mengalami eskalasi. Baik munculnya hal atau pendapat baru, maupun perpaduan ilmu yang saling bersangkutan. Tasawuf dengan

psikologi misalnya, keduanya dianggap sebagai pengetahuan yang sama – sama membahas manusia. Karakteristik, potensi yang dimiliki dan pengembangan kemampuan tak lepas dari kajian pembahasan.

Sebelum kita mencari dan menghubungkan antara tasawuf dengan psikologi, terlebih dahulu kita harus mengerti atau memberikan pengertian dari keduanya. Apa itu tasawuf dan bidang kajiannya? Juga, apa itu psikologi dan kajiannya? Agar kita tidak terjebak dalam pengintergrasian diantara keduanya.

Tasawuf adalah disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritualitas yang mengacu pada moralitas yang bersumber dari nilai islam, dengan pengertian bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, karena seluruh agama islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral. Tasawuf membina manusia agar mempunyai mental utuh dan tangguh, sebab didalam ajarannya yang menjadi sasaran utamanya adalah manusia dengan segala tingkah lakunya. Tasawuf mengajarkan bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi luhur, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan Khaliq pencipta alam semesta.

Sedangkan psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara umum dapat dilihat dari segi mental, baik yang bersifat perasaan ataupun bukan, dengan tujuan untuk mencapai kaidah kaidah yang dapat dipakai guna memahami berbagai motif perilaku, mengenali dan memastikan (gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam perilaku).

Dalam percakapan sehari hari, banyak yang mengaitkan tasawuf dengan unsure kejiwaan dalam diri manusia. Dan hal ini cukup beralasan mengingat substansi pembahasannya, yaitu berkisar pada jiwa manusia. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsure kejiwaan.

(5)

melakukan aktualisasi diri. Tak hanya itu, kajian nilai spiritual juga bisa menjadi sorotan. Keduanya menempatkan agama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Mengingat adanya hubungan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas tasawuf dan ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak terlepas dari kajian tentang kejiwaan manusia itu sendiri. Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Tujuan yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan jiwa dan badan dalam tasawuf adalah terciptanya keserasian antara keduanya. Pembahasan ini dikonsepsikan oleh para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktekkan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu terjadi. Dimana semua yang dimunculkan melalui jiwanya tersebut baik sikap dan kepribadian seseorang tidak terlepas dari keudua unsure ini yakni tasawuf dan psikologi.

Dan makalah ini mencoba menguraikan tentang hubungan tasawuf dengan psikologi dan sebaliknya yaitu dengan melihat dari sudut pandang psikologi dan sudut pandang tasawuf, bagaimana keduanya saling menginterpretasi satu sama lain sehingga dari kedua unsur tersebut dapat ditemukan keterikatan dalam "hubungan tasawuf dengan psikologi".

(6)

PEMBAHASAN

B. Pengertian Tasawuf dan Psikologi

1. Definisi Tasawuf

Sebagai salah satu disiplin ilmu, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Secara etimologi arti kata Tasawuf memiliki bermacam perkiraan asal kata. Diantaranya, ada yang mengatakan tasawuf berasal dari bahasa Yunani yaitu sophos yang memiliki pengertian Hikmat. Ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf itu berasal dari bahasa Arab dengan berbagai macam pandangan pula. Diantaranya al-Suffah (ahl al-Suffah) orang yang ikut bersama Nabi pindah dari kota Mekka ke Madinah, saf (barisan), sufi (suci), dan suf (kain wol). Kata ahl as-Suffah misalnya, menggambarkan keadaan yang rela mencurahkan jiwa dan raga, tenaga, harta dan sebagainya hanya untuk Allah.

Adapun pengertian tasawuf secara terminologi: upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari berbagai pengaruh kehidupan dunia sehingga mencerminkan akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dalam bahasa yang lebih sederhana, tasawuf dapat diartikan sebagai bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

Ada banyak banyak defenisi yang ditampilkan oleh para ahli tentang tasawuf, sangat sulit mendefenisikannya secara lengkap karena masing-masing ahli mendefenisikan tasawuf hanya dapat menyentuh salah satu sudutnya saja, sebagaimana dikemukakan oleh Anne Marie

Schimmel, seorang sejarahwan dan dosentasawuf pada Harvard University 1sebagai contoh apa

yang telah didefenisikan oleh Syekh Imam Qusyairi dalam kitabnya Risālah al-Qusyairiyyah

فوصتلا مساب ةلفغلا قراوط نع مهبولق نوظفاحلا يلاعت هللا عم مهسافنا نوعارملا

‘Orang-orang yang senantiasa mengawasi nafasnya bersamaan dengan Allah Ta’ala. Orang-orang yang senantiasa memelihara hati atau qalbunya dari berbuat lalai dan lupa kepada Allah dengan cara tersebut di atas dinamakan tasawuf.

Menurut Abu Muhammad Jariri yang disebutkan dalam kitab Risalah al-kusyairibeliau ditanya tentang tasawuf, maka ia menjawa :

يند قلخ لك نم جورخلاو ينس قلخ لك يف لوخدلا

(7)

‘Masuk dalam setiap moral yang luhur dan keluar dari setiap moral yang rendah.

Menurut Abd al-Husain al-Nur memberikan batasan dalam defenisi yang lain yaitu akhlak yang membentuk tasawuf :

ءاخسلاو فلكتلا كرتو مركلاو ةيرحلا فوصتلا

‘Tasawuf adalah kemerdekaan, kemurahan tidak membebani diri serta dermawan’2

Dengan beberapa pengertian tasawuf tersebut di atas menunjukkan bahwa hubungan Allah dengan manusia yang tak terpisah, sampai merasuk dalam qalbusehingga manusia yang ber-tasawuf itu selalu berada dalam daerah Ilahi yang qadim,karena manusia dalam

pengertian qalbu dan ruh, dapat dihubungkan dengan Allah seperti firman Allah dalam hadis Qudsi :

نمؤملا دبع بلق ينعسوو يءامس لو يضرا ينعسو ام يسدقلا ثيدحلا يف يلاعت هلوق

‘Allah berfirman dalam hadis Qudsi, sekiranya Aku, diletakkan di bumi dan langit-Ku tidak mampu memuat Aku dan qalbu-nya orang mukmin dapat memuat Aku’. 3

Bahwa hadis Qudsi tersebut menggambarkan tentang bumi dan langit tidak dapat secara langsung dekat Allah swt. Bahkan andaikata Allah swt. Akan ditempatkan dan diletakkan dalam bumi dan langit itu tidak akan sanggup membawa dan memuatnya, akan tetapi sekiranya Allah swt. Akan ditempatkan dan diletakkan dalam qalbu-nya orang mukmin, niscaya akan sanngup dan mampu memuatnya karena manusia itu lebih tinggi martabatnya, dibandingkan dengan makhluk lainnya, setelah itu pula manusia mempunyai nur (cahaya dari Allah) dengan demikian mudah berhubungan, nur dengannur.

Jadi, tasawuf adalah disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritualitas yang mengacu pada moralitas yang bersumber dari nilai islam, dengan pengertian bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, karena seluruh agama islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral. Tasawuf membina manusia agar mempunyai mental utuh dan tangguh, sebab didalam ajarannya yang menjadi sasaran utamanya adalah manusia dengan segala tingkah lakunya. Tasawuf mengajarkan bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi luhur, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan Tuhan pencipta alam semesta.

2 Sahabuddin, Metode Mempelajari Ilmu Tasawuf, menurut Ulama Sufi (Cet. II; Surabaya: Media Varia Ilmu, 1996), h.13

(8)

Tasawuf adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal di zaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in). Ajaran ini baru muncul sesudah zaman tiga generasi ini4. Berkata Syaikhul Islam

Ibnu Taimiyyah, “Adapun lafazh “Shufiyyah”, lafazh ini tidak dikenal di kalangan tiga generasi yang utama. Lafazh ini baru dikenal dan dibicarakan setelah tiga generasi tersebut, dan telah dinukil dari beberapa orang imam dan syaikh yang membicarakan lafazh ini, seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Sulaiman Ad Darani dan yang lainnya, dan juga diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri bahwasanya beliau membicarakan lafazh ini, dan ada juga yang meriwayatkan dariHasan Al Bashri” 5.

Kemudian Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwasanya ajaran ini pertama kali muncul di kota Bashrah, Iraq, yang dimulai dengan timbulnya sikap berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah yang tidak terdapat di kota-kota (islam) lainnya. 6

Berkata Imam Ibnu Al Jauzi: “Tasawuf adalah suatu aliran yang lahirnya diawali dengan sifat zuhud secara keseluruhan, kemudian orang-orang yang menisbatkan diri kepada aliran ini mulai mencari kelonggaran dengan mendengarkan nyanyian dan melakukan tari-tarian, sehingga orang-orang awam yang cenderung kepada akhirat tertarik kepada mereka karena mereka

menampakkan sifat zuhud, dan orang-orang yang cinta dunia pun tertarik kepada mereka karena melihat gaya hidup yang suka bersenang-senang dan bermain pada diri mereka7.

Dan berkata DR. Shabir Tha’imah dalam kitabnya Ash Shufiyyah Mu’taqadan Wa Maslakan (hal. 17) “Dan jelas sekali besarnya pengaruh gaya hidup kependetaan Nasrani -yang mereka selalu memakai pakaian wol ketika mereka berada di dalam biara-biara- pada orang-orang yang memusatkan diri pada kegiatan ajaran tasawuf ini di seluruh penjuru dunia, padahal Islam telah membebaskan dunia ini dengan tauhid, yang mana gaya hidup ini dan lainnya memberikan suatu pengaruh yang sangat jelas pada tingkah laku para pendahulu ahli tasawuf.”8

Dan berkata Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir dalam kitab beliau At Tashawuf, Al Mansya’ wa Al Mashdar hal. 28 “Ketika kita mengamati lebih dalam ajaran-ajaran tasawuf yang dulu maupun yang sekarang dan ucapan-ucapan mereka, yang dinukil dan diriwayatkan dalam kitab-kitab tasawuf yang dulu maupun sekarang, kita akan melihat suatu perbedaan yang sangat jelas antara ajaran tersebut dengan ajaran Al Quran dan As Sunnah. Dan sama sekali tidak pernah kita dapati bibit dan cikal bakal ajaran tasawuf ini dalam perjalanan sejarah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum yang mulia, orang-orang yang terbaik dan pilihan dari hamba-hamba Allah ‘azza wa jalla, bahkan justru sebaliknya kita dapati

4 Lihat Haqiqat Ash Shufiyyah hal. 14 5 Majmu’ Al Fatawa 11/5

6 Majmu’ Al Fatawa, 11/6 7 Talbis Iblis hal 161

(9)

ajaran tasawuf ini diambil dan dipungut dari kependetaan model Nasrani, dari kebrahmanaan model agama Hindu, peribadatan model Yahudi dan kezuhudan model agama Budha” 9

Dari keterangan yang kami nukilkan di atas, jelaslah bahwa tasawuf adalah ajaran yang menyusup ke dalam Islam, hal ini terlihat jelas pada amalan-amalan yang dilakukan oleh orang-orang ahli tasawuf, amalan-amalan asing dan jauh dari petunjuk islam. Dan yang kami

maksudkan di sini adalah orang-orang ahli tasawuf zaman sekarang, yang banyak melakukan kesesatan dan kebohongan dalam agama, adapun ahli tasawuf yang terdahulu keadaan mereka masihlumayan, seperti Fudhail bin ‘Iyadh, Al Junaid, Ibrahim bin Adham dan lain-lain. 10

2. Definisi Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang sudah mulai berkembang sejak abad 17 dan 18 serta nampak pesat kemajuannya pada abad 20. Pada awalya ilmu ini adalah bagian daripada filsafat

sebagaimana pula ilmu-ilmu yang lain seperti misalnya ilmu hukum tatanegara maupun ilmu ekonomi, namun kemudian memisahkan diri dan berdiri sebagai ilmu tersendiri

Semuanya itu bersumber dari tuhan yang maha esa sebagai pencipta segala sesuatu,dan hasil ciptaan itulah yang menjadi obyek atau sasaran dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Karenanya sebagai sumber ilmu pengetahuan adalah tuhan yang Maha Esa. Yang lahir pertama kali adalah filsafat, yang membahas hakekat segala sesuatu. Dari padanya lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan, oleh karna itu dalam semua ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itu akan dijumpai tokoh-tokoh filsafat kuno seperti, socrates, plato dan aristoteles yang ikut mengembangkan fikiran dan penemuannya dalam ilmu-ilmu tersebut sehinga tokoh-tokoh nanti akan dijumpai juga dalam mempelajari psikologi serta cabang-cabang psikologi11.

Secara etimologi, “Psikologi“ berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang artinya jiwa, dan”Logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latarbelakangnya.12

Menurut Rosleny Marliany 13psikologi dapat diartikan ilmu jiwa. Makna ilmu jiwa bukan

mempelajari jiwa dalam pengertian jiwa sebagai soul atau roh, tetapi lebih mempelajari kepada gejala-gejala yang tampak dari manusia yang ditafsirkan sebagai latar belakang kejiwaan seseorang atau spirit dari manusia sebagai mahluk yang berjiwa.

9 Dinukil oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam kitabnya “Haqiqat At Tashawuf”hal. 14 10 Lihat kitab Haqiqat At Tashawwuf tulisan Syaikh Shalih Al Fauzan hal. 15

11 Sudarsono Ardhana. 1963. Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum. h. 3 12 Abu Ahmadi. Psikologi Sosial. h. 1

(10)

Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan

manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan pandangan bahwa setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya.14

Secara terminologi, menurut Wilhem Wund Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, seperti pikiran,, perhatian, persepsi, inteligensi, kemauan, dan ingatan. Kemudian John Watson juga mempelopori pengertian psikologi yang lain yaitu Psikologi

merupakan ilmu pengetahuan tentang perikaku organisme, seperti perilaku kucing terhadap tikus, perilaku manusia terhadap sesamanya, dan sebagainya. 15

Dalam wacana psikologi kontemporer, pengertian Jonh Watson inilah yang lazim di pakai, karena teori ini memandang bahwa semua organisme memiliki gejala kejiwaan. Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki jiwa, namun secara empirik hakikat jiwa itu tidak dapat diketahui, yang dapat diketahui hanya proses, fungsi dan kondisi kejiwaan.

Dalam kajian Psikologi Islam, sebagai induk dari cabang-cabang Ilmu psikologi dalam Islam, psikologi diartikan sebagai “Studi tentang jiwa”. Pengertian dianggap paling cocok dengan Psikologi Islam sebagai cabang ilmu mandiri yang masih berada pada proses awal dan memandang jiwa manusia sebagai jiwa yang khusus dan tidak sama dengan jiwa binatang. 16

Jadi, psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara umum dapat dilihat dari segi mental, baik yang bersifat perasaan ataupun bukan, dengan tujuan untuk mencapai kaidah kaidah yang dapat dipakai guna memahami berbagai motif perilaku, mengenali dan memastikan gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam perilaku. Dalam percakapan sehari-hari, banyak yang mengaitkan tasawuf dengan unsur kejiwaan dalam diri manusia. Dan hal ini cukup beralasan mengingat substansi pembahasannya, yaitu berkisar pada jiwa manusia. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsur kejiwaan.

a) Psikologi Memandang Manusia.

Berangkat dari pengertian psikologi sebagai ilmu yang menelaah perilaku manusia, para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan merupakan penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia. Dalam hal ini unsur rohani tidak masuk hitungan, karena dianggap termasuk dimensi kejiwaan dan merupakan penghayatan subjektif semata. Di samping itu, filsafat manusia yang melandasi psikologi bercorak antroposentrisme di mana manusia ditempatkan sebagai pusat dari segala pegalaman

14 Ibid. h. 13

15 Abdul Mujib CS, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Edisi 1 Cet.2., Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 1-2.

(11)

dan segenap relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang berkaitan dengan manusia dan kemanusiaan.

Sampai akhir abad keduapuluh, terdapat empat aliran besar psikologi yakni Psikoanalisis, Perilaku (Behaviorisme), Humanistik, dan Transpersonal. Masing-masing aliran melihat manusia dari sudut pandang berbeda, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, lalu membangun teori dan filsafat tentang manusia. Aliran Psikoanalisis yang dipelopori oleh Freud (1856 – 1939) berangkat dari

pengalaman dengan para pasiennnya. Ia menemukan berbagai dimensi dan prinsip tentang manusia, kemudian menyususn teori yang sangat mendasar, majemuk, serta luas implikasinya dalam bidang ilmu-ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan ilmu agama, serta memberikan inspirasi terhadap berbagai karya seni.

Freud berpendapat bahwa kepribadian manusia terdiri atas tiga sistem yaitu Id (dorongan-dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain dan masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khusus. Id adalah berbagai potensi yang terbawa sejak lahir, insting dan nafsu primer, sumber energi psikis yang memberi daya kepada Ego dan Superego untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Selain dari itu, manusia juga memiliki tiga tingkatan kesadaran yaitu Alam Sadar (The Conscious), Alam Prasadar (The Preconscious), dan Alam Taksadar (The Unconscious). Psikoanalisis klasik dari Freud beranggapan bahwa perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh Alam Taksadar dan dorongan-dorongan biologis (termasuk nafsu) yang selalu menuntut

kenikmatan untuk segera dipenuhi. Dengan demikian, Psikoanalisis klasik beranggapan bahwa pada hakikatnya manusia adalah buruk, liar, kejam, sarat nafsu, egois dan sejenisnya yang berorientasi pada kenikmatan jasmani.

Aliran Perilaku (Behaviorisme) beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya netral, baik buruknya perilaku seseorang dipengaruhi oleh situasi dan perlakuan yang dialaminya. Psikologi Perilaku memberikan sumbangan besar dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan, psikoterapi, pembentukan kebiasaan, perubahan sikap, dan penertiban sosial melalui law enforcement dalam bentuk: a)) Classical Conditioning (pembiasaan klasik) yaitu rangsang (stimulus) netral akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang itu sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.

b)) Law of effect (hukum akibat) yakni perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan pelaku cenderung diulangi; sebaliknya perilaku yang menimbulkan akibat tidak memuaskan atau merugikan cenderung dihentikan.

(12)

hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negatif). Di sisi lain suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan dialaminya hal-hal yang tidak

menyenangkan (Hukuman), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan pelaku (Penghapusan).

d)) Modeling (peneladanan): perubahan perilaku dalam kehidupan sosial terjadi karena proses dan peneladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi dan dikagumi.

Keempat asas perubahan perilaku itu berkaitan langsung dengan proses belajar yang melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan),konasi (kemauan),

dan aksi (tindakan) atau dengan kata lain meliputi unsur cipta, rasa, karsa, dan karya.

Aliran psikologi Humanistik memandang manusia berbeda dengan Psikoanalisa yang beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya buruk, berbeda pula dengan

aliran Behaviorisme yang menganggap manusia pada hakikatnya netral. Aliran ini menganggap manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi baik. Asumsi dasar yang digunakan dalam memandang manusia bahwa manusia memiliki otoritas atas kehidupan dirinya sendiri.

Aliran Logonterapi yang dikelompokkan orang pada aliran Humanistik menemukan ada dimensi lain dalam diri manusia selain dari dimensi raga (pisik) dan kejiwaan (psikis). Dimensi lain itu adalah noetik atau disebut juga dimensi kerohanian, namun tidak mengandung konotasi agamis. Victor Frankl yang menemukan Logoterapi memandang dimensi ini sebagai inti kemanusiaan dan merupakan sumber makna hidup.

Aliran Tanspersonal berpandangan bahwa manusia memiliki potensi-potensi luhur (the highest potentials) dan fenomena kesadaran (states of consciousness). Gambaran selintas tentang Psikologi Transpersonal bahwa aliran ini mencoba menjajaki dan melakukan telaah ilmiah terhadap suatu dimensi yang sejauh ini lebih dianggap sebagai garapan kalangan kebatinan dan mistikus. Aliran ini berpendapat bahwa di luar alam kesadaran biasa terdapat ragam dimensi lain yang luar biasa potensinya. (Bastaman, 2005:49-54).

Teori-teori yang dikonstruksi oleh para ahli psikologi dalam berbagai aliran telah memberikan sumbangan besar dalam pembentukan perilaku dan kepribadian manusia. Di samping itu, perkembangan psikologi yang sangat pesat dengan berbagai cabang antara lain, Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan, Psikologi Komunikasi, Psikologi

(13)

C. Hubungan Tasawuf dan Psikologi

Keterkaitan antara tasawuf dengan psikologi ini dibahas dalam psikologi transpersonal yaitu sebuah aliran baru dalam psikologi yang merupakan pengembangan dari psikologi humanistik yaitu yang menolak teori dan metode sebelumnya yaitu psikoanalitik dan behavoristik. Aliran ini berusaha mengembangkan potensi manusia, hanya saja aliran ini

menjangkau hal yang bersifat adikodrati dan spiritual. Berikut beberapa ulasan tentang psikologi humanistik:

1. Tasawuf dan Psikologi Humanistik

Yang menonjol dari humanistik adalah adanya pengakuan terhadapbasic

needs (kebutuhan dasar), Self-Actualization (aktualisasi diri) dan peak experience (pencapaian pengalaman puncak). Intinya dalam humanistik maupun tasawuf semuanya bermuara pada kebaikan. Dalam tasawuf kebaikan yang dimaksud adalah Tuhan. Psikologi Humanistik dan tasawuf sudah menjadi dua materi yang berkaitan. Beberapa hal di dalamnya saling sambung. Ada juga yang berasumsi eksisitensi mereka adalah upaya penyempurnaan akan jawaban hakikat manusia. Terlepas dari opini, setidaknya ada beberapa persamaan dan perbedaan keduanya. Berikut adalah perbandingan yang ada pada 2 disiplin ilmu tersebut.

a. Potensi Dasar Manusia (fitrah)

Tasawuf dan Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang suci, dimana setiap perbuatan memiliki kecenderungan untuk senantiasa berbuat baik. Dalam ajaran tasawuf Allah adalah sumber kebaikan dan kebenaran yang mutlak, sehingga ketika manusia itu beribadah kepada Allah maka ia dianggap mendekati kebaikan. Ajaranini dibenarkan oleh Abraham Maslow dalam teorinya.17

Namun tak dipungkiri juga manusia memiliki keingainan kearah kejahatan dikarenakan berbagai rangsangan dari luar atau lingkungan. Abraham Maslow berpendapat ketika manusia bertahan dan cenderung memilih kebaikan maka itu akan mengarahkannya pada selangkah mendekati aktualisasi diri, begitu sebaliknya. Menurut pandangan sufisme orang yang memilih melakukan keburukan akan dikenal dengan buruk akhlaknya. Namun jika seseorang lebih cenderung dan memutuskan pada kebaikan maka orang tersebut akan mencapai derajat pengalaman spiritual yang sering kita sebut maqamat dan ahwal.

Upaya aktualisasi diri sangat diperlukan bagi manusia. tak hanya untuk menikmati kehidupan sendiri, melainkan untuk bersosialisasi bahkan digunakan untuk menjaga

keseimbangan alam. Aktualisasi diri merupakan proses dimana seserang tidak lagi berorientasi pada kebutuhan dasar, mulai memfokuskan pada apa yang dia bisa perbuat untuk sekitar. Bagi

17 Dewi's Blog, “Hubungan Tasawuf dan Psikologi” , diakses dari

(14)

pribadi, aktualisasi diri adalah pengontrol keinginan yang berlebihan (nafsu). Setiap manusia memiliki potensi ini, dan sangat dimungkinkan memiliki.

Sayangnya beberapa ajaran tasawuf meyakini bahwa apa yang manusia lakukan adalah wujud kasih sayang Tuhan, tak terkecuali dalam bentuk kebaikan atau keburukan. Terlepas segala perbuatan adalah kehendak murni sendiri, namun sufisme yakin ada campur tangan Tuhan (Takdir) dalam penentuan setiap perbuatan. Tentu inilah yang menjadi pembeda untuk dua disiplin ilmu ini.

b. Konsep Perkembangan Jiwa

Potensi – potensi yang ada pada manusia sangatlah luar biasa. Manusia bebas berekspresi dan melakukan sesuatu di dunia ini. Selain didukung dengan bentuk fisik yang sempurna, manusia juga dibekali dengan akal. Inilah yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Pun dengan konsepsi perkembangan jiwa, ia akan selalu berkembang seiring dengan pengalaman hidup orang tersebut.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan hidupnya. Menuju kearah kebaikan atau sebaliknya. Dalam pandangan Maslow orang yang menuju kearah keburukan dipengaruhi oleh kurangnya motivasi (deficiency motivation) atau bisa juga karena kebutuhan dasar yang rendah (deficiency needs). Kondisi demikian sejalan dengan pandangan tasawuf, yaitu konsep nafs al-ammarah(dorongan atau kecenderungan rendah). 18Jika dorongan ini tidak

terpenuhi maka akan menimbulkan permasalahan berupa penyakit mental yang menjauhkan dari proses aktualisasi diri.

c. Karakter perkembangan Jiwa

Karakter perkembangan jiwa lebih merujuk pada konsep awal masing-masing ilmu. Tasawuf dengan maqomat dan ahwal-nya, sedangkan psikologi humanistik dengan self

actualization, peak experience dan metamotivation (bagian dari basic needs). Maqomat berada setara dengan self actualization, dan ahwal bersama dengan peak

experience dan metamotivation.

Dalam struktur maqomat masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, perbedaan ini bergantung pada pelaku tasawuf, sedang berada di level mana pengalaman hidupnya. Perilaku yang ditampilkan pada maqomat tertentu dapat pula dijelaskan sebagai wujud aktualisasi dirinya. Sebagai contoh ketika pada maqom taubat, seseorang akan mampu mengontrol stabilitas

nafsunya untuk tidak mengulang lagi perbuatan buruknya. Dalam Humanistik inilah yang dimaksudkan sebagai wujud aktualisasi dirinya karena bertindak atas kemampuan dirinya.

(15)

Konsep ahwal memiliki banyak kesamaan karakter dengan metamotivationdan peak experience. Meski menjurus kepada perasaan yang abstrak namun, tak bisa dinafikan jika kesamaan konsep ini tetap ada. Contoh dalam konsep mahabbah (cinta). Cinta yang dimaksud bukan cinta yang direkayasa, melainkan cinta yang sebenar-benarnya yang merupakan panggilan hati. Kondisi seperti ini akan membuat manusia berusaha melakukan yang terbaik untuk yang dicintainya, berusaha setia, saling mengerti dan sebagainya. Ini juga bentuk aktualisasi diri dalam teori maslow.

Selain adanya persamaan, terdapat pula perbedaan bagi keduanya. Untuk mengetahui perbedaan antara maqomat dan aktualisasi diri dan pengalaman puncak dapat dilihat tabel berikut.

No. Maqomat dan Ahwal Self Actualization, Peak

Experience DanMetamotivation 1 Proses yang harus dilalui menuju

kesempuranaan diri

Sebagai tujuan akhir 2 Struktur hirarkis kedalaman

spiritual sesorang

Kesatuan karakter yang ada pada seseorang 4 Berdasarkan nilai ajaran agama Berdasarkan kebutuhan dasar(basic

needs) 5 Mengedepankan wahyu sebagai

pengendali Mengedepankan potensi yang ada pada manusia 6 Tujuan akhir adalah Allah aktualisasi diri dari manusia 7 Epistemologi (subjektif) Epistemologi (berdasarkan

lapangan, penelitaian dan klinis) 8 Penggerak berasal kemauan bebas

manusia tetapi juga berasal dari kehendak sang illahi

Penggerak kehendak manusia itu sendiri

2. Tasawuf dan Psikologi Transpersonal

(16)

bepijak atas pandangan manusia yang sehat secara mental, maka psikologi transpersonal melihat semua manusia memiliki aspek spiritual, yang bersifat ketuhanan. 19Namun ada satu titik dimana

keduanya berkaitan yakni dalam banyak membicarakan tentang karakter manusia ideal atau manusia sempurna dan jalan yang harus ditempuh untuk meraihnya. 20Senada dengan tasawuf

yang juga membahas tetang maqomat dan ahwal dalam proses menuju kesempurnaan. Karakter kesempurnaan yang dimaksudkan juga banyak menyerupai kesamaan.

Kunci Psikologi Transpersonal terletak pada dua hal yaitu : highest potential atau potensi luhur yang ada pada setiap manusia. Dan pada state of consciousness (fenomena kesadaran) yang mengarah pada keruhanian, pengalaman mistis dll. Transpersonal menunjukkan terdapat banyak dimensi yang luar biasa potensial di luar kesadaran. Seperti halnya tasawuf yang juga membahas pada keruhanian.

Tasawuf menggunakan istilah insan kamil untuk sebutan sosok manusia yang mencapai derajat kesempurnaan. Sedangkan dalam psikologi lebih dikenal dengan istilah manusia ideal.

Dari Psikologi Transpersonal kedua ilmu tersebut yaitu tasawuf dan psikologi ditemukan persamaan yaitu Persamaan konsepsi tentang potensi dasar dan perkembangan jiwa manusia.

Manusia yang sehat secara psikologis memiliki potensi yang bersifat kodrati maupun ruhaniah. Potensi ini dalam bahasa psikologi, dipandang mempunyai hubungan dengan tingkah laku psikologis, yang tercermin pada keterkaitan motivasi dengan perilaku yang ditampilkan. 21

Dikalangan para ilmuwan muslim terutama para ahli tasawuf hampir terjadi kesepakatan bahwa seluruh umat manusia adalah dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah. Yang dimaksud fitrah disni adalah bahwa manusia ketika dilahirkan adalah dalam kondisi yang tidak memilih dosa sama sekali, bahkan manusia memiliki potensi dasar, yakni ketaatan kepada Allah. 22

Konsep tentang fitrah, memiliki kesamaan dengan pandangan Maslow ahli psikologi humanistik, dalam perspektif Maslow, dikendalikan bukan dikendalikan bukan oleh faktor eksternal dan kekuatan tak sadar, melainkan oleh potensi manusia sendiri yang bersifat kodrati. Kemungkinan ini terjadi karena setiap manusia secara biologis dan psikologis memiliki kodrati yang tidak dapat diganti atau dihilangkan. 23Dengan demikian, manusia memiliki peluang untuk

berbuat kreatif sesuai dengan potensi kodrati yang ada dalam dirinya. Namun pada umumnya 19 Ujam Jaenuddin, Psikologi Transpersonal, hlm. 25-26.

20 op.cit.,

21 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, hal. 58.

22 Catatanku,”Tasawuf dan Psikologi”, Ilmu bagaikan hewan buruan maka tangkaplah ia dengan menuliskannya, diakses dari,

(17)

manusia hanya menggunakan sebagian kecil kemampuannya. Kebanyakan manusia justru lebih didominasi oleh rangsangan dari luar dirinya yang dapat mengarahkan pada pilihan mundur, atau kejahatan.

Menurut Maslow dalam teori motivasinya, asumsi optimistis tentang intrinsik manusia yang bersifat baik (kodrati), memandang sebagai corak biologis paling utama, yang secara umum menjadi spesies yang utuh, dan menjadi bagian individu dan unik. Ia memandang dasar atau diri ini sebagai dinamika untuk tumbuh dan beraktualisasi. 24

Jadi, konsepsi tentang potensi dasar dan perkembangan jiwa manusia, dalam ajaran tasawuf dan psikologi mempunyai persamaan yang saling mempunyai peluang untuk mengaktualisasikan potensi dasar tersebut. Dengan kehendak bebasnya manusia diberi

kebebasan untuk memilih maju atau mundur, dimna pilihan ini lah yang dapat merubah kondisi psikologis manusia.

ممههسهففنمأأبه امأ اورفييهغأيف ىتيأحأ ممومقأبه امأ رفييهغأيف ل هأليألا نيأإه

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri". (QS. Ar Ra'd (13): 11)

Dari ayat tersebut jelas sekali bahwa perkembangan dan pertumbuhan manusia sangat ditentukan oleh pilihannya sendiri. Jika ia konsisten dengan fitrahnya maka ia akan berkembang secara wajar.

Diantara bahasan ilmu psikologi (Jiwa) adalah kesehatan mental, yaitu mental yang sehat dan tidak sehat. Mental disini adalah mental dalam hubungannya dengan tindak tanduk manusia, mental dengan hubungannya dengan rasa bahagia dan tidak bahagia, dan lain-lain.

Orang yang sehat mentalnya adalah yang mampu merasakan kebahagiaan dalam hidup karena dapat merasakan bahwa dirinya berguna, berharga, dan mampu melaksanakan segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin dengan cara yang membawanya kepada kebahagiaan dirinya dan orang lain. Disamping itu, ia mampu menyesuaikan diri dalam arti yang luas,

terhindar dari kegelisahan-kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya.

23Abraham H. Maslow, Toward a Psychology of Being, New York: Van Nostrand Reinhold Company, 1968, hal. 3. Dalam buku: Abdullah Khadziq, Rekonsiliasi Psikologi Sufistik dan Humanistik, cet.1, Semarang: RaSAIL, 2005, hal. 193-194.

(18)

Sementara cakupan orang yang kurang sehat mentalnya sangat luas, mulai yang paling ringan sampai yang paling berat; dari yang merasa terganggu ketentramanhatinya sampai yang sakit jiwa. Gejala-gejala umum yang tergolong kurang sehat dapat dilihat dalam berbagai segi, antara lain :

a. Perasaan, yaitu perasaan terganggu, selalu tidak tentram, gelisah tidak tentu yang digelisahkan, tetapi tidak dapat pula menghilangkannya (anxiety); rasa takut yang tidak masuk akal apa yang ditakutkannya (phobi), rasa iri, rasa sedih yang tidak beralasan, rasa rendah diri, sombong, suka bergantung pada orang lain, tidak mau bertanggungjawab, dll.

b. Pikiran, yaitu gangguan terhadap kesehatan mental, dapat pula mempengaruhi pikiran, misalnya anak-anak menjadi bodoh, malas, dan sebagainya. Begitu pula orang dewasa mungkin merasa bahwa kecerdasan telah merosot, ia merasa kurang mampumelaksanakan sesuatu yang telah direncanakannya baik-baik, mudah dipengaruhio orang lain, menjadi pemalas, apatis, dan sebagainya.

c. Kelakuan, yaitu pada umumnya kelakuan-kelakuan yang kurang baik, seperti kenakan, keras kepala, suka berdusta, dan lain sebagainya yang menyebabkan orang lain menderita, haknya teraniyaya, akibat dari keadaan mental yang terganggu kesehatannya. Kesehatan, yaitu jasmaniah dapat terganggu, bukan karena adanya penyakit yang betul-betul mengenai jasmani itu, tetapi rasanya sakit karena jiwanya tidak tentram, penyakit seperti ini disebut psyco-tematic. Di antara gejala penyakit ini, yang sering terjadi seperti sakit kepala, lemas, letih, dan

sebagainya. Hal yang penting diperhatikan adalah penyakit jasmani ini tidak mempunyai sebab-sebab fisik sama sekali.

Berbagai penyakit terasebut akan timbul pada diri manusia yang tidak tenang hatinya, yaitu hati yang jauh dari Tuhannya. Ketidak tenangan itu akan menimbulkan penyakit-penyakit mental, yang pada gilirannya akan menjelma menjadi perilaku yang tidak baik dan menyeleweng dari norma-norma umum yang sisepakati.

Bagi orang yang dekat dengan Tuhannya , yang akan tampak dalam kepribadiannya adalah peribadi-peribadi yang tenang, dan perilakunyapun akan menampakan perilaku-perilaku atau akhlak-akhalak yang terpuji. Adapun pola kedekatan manusia kepada Tuhannya, inilah yang menjadi garapan dalam tasawuf. Disinilah tampak keterkaitan erat antara ilmu tasawuf dan ilmu jiwa atau ilmu kesehatan mental. Tasawuf sebagai metode pendekatan diri kepada Allah bisa melalui banyak jalan.

(19)

Mengabdi kepada Allah adalah salah satu praktik mendasar dalam menempuh jalan tasawuf. Niat pengabdian dan penghambaan diri hanya kepda Allah pada akhirnya membuahkan rasa Cinta. Dan ketika rasa Cinta ini sudah membara maka tidak ada lain dalam kehidupan ini selain ingin selalu bersama dengan yang dicinta. Rumi dalam sebuah syairnya menulis:

Sejak kudengar dunia Cinta Kuserahkan hidupku, hatiku Dan mataku di jalan ini

Mulanya, aku meyakini bahwa cinta Dan yang dicintai adalah berbeda Kini, kupahami mereka adalah sama Aku melihat keduanya dalam kesatuan. b) Jalan Akal.

Kearifan seorang sufi tidak hanya ditandai dengan pengetahuan yang ada dalam kepalanya, namun juga menerapkanya. Karena bagi seorang sufi seorang sarjana yang tidak mempraktikkan apa yang telah dipelajarinya bagaikan seekor keledai yang mengangkut banyak buku.

c) Jalan Kelompok.

Sebagai makhluk sosial manusia cenderung untuk memebentuk sebuah kelompok atau komunitas. Nah jalan tasawuf bisa juga dengan cara berkelompok. Mereka kemudian melakukan praktik spiritualnya secara bersama-sama dalam wirid mingguan, manakib bulanan dsb; dimana dalam kelompok tersebut ada seorang Syekh atau pemimpin yang senantiasa memberikan pelajaran.

d) Jalan Pelayanan.

(20)

e) Jalan Zikir.

Jalan berzikir, jalan mengingat Allah adalah salah satu jalan pendekatan diri. Tentu dalam berdizikir ini ada yang bersifat jahr, dengan lisan, ada yang bersifat kalbu dengan hati. Dengan senantiasa berdizikir inilah kita akan senantiasa memusatkan perhatian kita kepada Allah.

Di dalam ilmu tasawuf juga dibahas hubungan antara jiwa dan jasmani. Ini dirumuskan oleh para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan perilaku manusia dengan dorongan yang dimunculkan oleh jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi. Menurut para sufi, perilaku atau akhlak seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa dalam dirinya. Apakah dikuasai oleh hawa nafsu hewani atau dikuasai oleh cahaya Ilahi. Karena itulah, dalam tasawuf, jiwa mesti terus dibersihkan dengan berbagai latihan dan amalan. 25

Orang yang sehat mental adalah orang yang mampu mengatasi persoalan-persoalan pribadinya. Misalnya ketika ada masalah dia tidak mudah stress, tapi mencoba mencari solusi pemecahannya dengan cara mencari sebab-sebab permasalahannya. Orang yang sehat mentalnya tentulah tercermin dalam diri orang yang baik kepribadiannya yang sangat tercermin dalam tingkah laku atau akhlaknya. Dia tidak akan sombong ketika memiliki kelebihan dari yang lain; dia tidak akan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati yang lain dsb. Pada porsi inilah ajaran-ajarn tasawuf sangat menunjang. Misalnya ketika seseorang sangat bersedih karena kehilangan seseorang yang sangat dicintainya, maka ajaran tasawuf mengatakan bahwa semua ini milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Pada orang yang resah dan galau, maka ajaran tasawuf akan mengatakan dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang.

Jadi ada persamaan antara tasawuf dengan psikologi. Tasawuf merupakan bidang kajiaan islam yang membahas jiwa dan gejala kejiwaan dalam bentuk tingkah laku manusia dengan lebih mengonsentrasikan kebersihan jiwa dengan pendekatan diri kepada Tuhan melalui berbagai Ibadah. Sedangkan psikologi adalah ilmu sosial yang membahas gejala kejiwaan, tetapi tidak membahas jiwa itu sendiri. Psikologi lebih banyak menggunakan teori-teori dengan berbagai solusi diluar konteks ibadah atau zikir yang dikenal dalam tasawuf. 26

Selain tasawuf dan psikologi ada juga yang disebut psikologi Islam. Menurut Achmad Mubarok, selama ini telah berkembang beberapa definisi psikologi Islam, yaitu:

25 Tamami HAG, Psikologi Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung:2011, hal 38

(21)

a) Psikologi Islam ialah ilmu yang berbicara tentang manusia, terutam masalahkepribadian manusia, yang bersifat filsafat, teori, metodologi dan pendekatan problem dengan didasari sumber-sumber formal Islam (Al-Qur’an dan hadits) dan akal, indera dan intuisi.

b) Psikologi Islam ialah konsep psikologi modern yang telah mengalami proses filterisasi di dalamnya terdapat wawasan Islam.

c) Psikologi Islam ialah perspektif Islam terhadap psikologi modern dengan membuang konsep-konsep yang tidak sesuai atau bertentangan dengan Islam.

d) Psikologi Islam ialah ilmu tentang manusia yang kerangkakonsepnya benar-benar dibangun dengan semangat Islam dan bersandarkan pada sumber formal (Al-Quran dan hadits) yang dibangun dengan memenuhi syarat-syarat ilmiah.

f) Psikologi Islam ialah corak psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam kerohanian dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagaman.

Definisi-definisi di atas belum tegas apakah psikologi Islam juga membahas jiwa seperti tasawuf dan tidak hanya membahas gejala kejiwaan seperti pada psikologi. Yag tegas pada definisi-definisi di atas ialah bahwa psikologi Islam ialah memberi wawasan Islam pada psikologi dan membuang unsur-unsur yang tidak sesuai dengan Islam.

Dengan demikian, psikologi Islam masih menggunakan teori dan metodologi psikologi modern, sedang tasawuf lepas sama sekali dari teori dan metodologi psikologi. Inilah yang membedakan antara tasawuf dengan psikologi Islam.

Namun tasawuf mempunyai kontribusi besar dalam pengembangan psikologi Islam, karena tasawuf merupakan bidang kajian Islam yang membahas jiwa dan gejala kejiwaan. Unsur Islam dalam psikologi Islam kan banyak berasal dari tasawuf.

Mana boleh dikata bahwa psikologi Islam berkembang tidak semata-mata karena ingin memberi wawasan Islam kepada psikologi, tetapi juga karena Islam selama ini telah memiliki tasawuf yang ruang lingkupnya lebih luas daripada psikologi, sehingga akan lebih komprehensif dalam mengkaji masalah jiwa dan kejiwaan umat Islam. Hal itu diperkuat oleh kenyataan bahwa masalah-masalah kejiwaan yang dibahas dalan psikologi Islam juga merupakan maslah-masalah yang selama ini dibahas dalam tasawauf, seperti:27

1. hati keras dan kasar (Ali ‘Imran : 159). 2. hati yang bersih (Asy-Syu’araa’:89).

(22)

3. hati yang terkunci mati (Asy-Syu’araa’:24 dan Al-Mu’min: 35). 4. Hati yang bertobat (Qaaf:33).

5. Hati yang berdosa (Al-Baqarah:283). 6. Hati yang terdinding (An-Anfaal: 24). 7. Hati yang tenang (An-Nahl: 24). 8. Hati yang lalai (Al-Anbiya’:3).

9. Hati yang menerima petunjuk Tuhan (At-Thagaabun: 11). 10. Hati yang teguh (Al-Qashash: 10 dan Huud: 129).

11. Hati yang takwa (Al-Hajj: 32). 12. Hati yang buta ( Al- Hajj:46).

13. Hati yang terguncang (An- Nuur:37). 14. Hati yang sesak ( Al- Mu’min: 18). 15. Hati yang tersumbat (Al-Baqarah: 88). 16. Hati yang sangat takut ( An- Naazi’aat: 8). 17. Hati yang keras membatu (Al-Baarah:74). 19. Hati yang lebih suci ( Ak-Ahzaab: 53). 20. Hati yang hancur ( At- Taubah: 110). 21. Hati yang ingkar (An- Nahk: 22). 22. Hati yang takut ( Al- Mu’miuun: 60).

23. Hati yang kosong (Ibrahim: 42 dan Al- Qashash: 10). 24. Hati yang terbakar ( All- Humazah: 6-7).

Selain itu psikologi Islam juga membahas muatan-muatan psikologis yang terdapat dalam Al Qur’an, seperti:

(23)

2. Perasaan takut ( Ali ‘Imran: 151). 3. Keberanian ( Ali ‘Imran: 126).28

4. Getaran dan kasih sayang (Al- Hadiid: 27). 5. Kedamaian (Al- Fath: 4).

6. Cinta dan kasih sayang (Al-Hadiid:27). 7. Kebaikan ( l-Anfaal: 70)

8. Iman ( Al- Hujaraat: 7 dan 14). 9. Kedengkian (Al-Hasyr: 10). 10. Kufur (Al-Baqarah: 93). 11. Kesesatan ( Ali ‘Imran: 7). 12. Penyesalan ( Ali ‘Imran: 156). 13. Panas hati ( At-Taubah:15) 14. Keraguan ( At-Taubah: 45). 15. Kemunafikan ( At-Taubah: 77). 16. Kesombongan ( Al- Fath: 26).

Psikologi Islam juga harus mengkaji amalan-amalan yang telah dilaksanakan oleh umat Islam yang diduga memiliki dasar psikologis. Dalam bidang konseling misalnya meski para ulama tidak mengenl teori-teori bimbingan dan konseling modern, tetapi terapi psikologi bukan hal yang asing bagi mereka.

Paradigma yang dipergunakan oleh ulama berbeda denga psikologi modern, karena mereka menggunakan paradigma tasawuf, tetapi solusi yang mereka lakukan atas masalah-masalh psikologis memenuhi sasaran, karena relavan dengan nilai-nilai yang dianut oleh umat Islam.

Perlu juga diteliti pengucapan niat dalma shalat yang dalam fiqih disebut al talaffuzh bi al niyah, apakah hal itu mempunyai dasar psikologis atau tidak terutama bagi orang awam.

Demikian juga tradisi tahlilan di rumah orang yang ditinggal keluarganya, apakah ia memiliki sandaran teori dilihat sebagai terapi bagi orang yang sedang kena musibah. Tak kalah

(24)

pentingnya juga diteliti metode zikir yang digunakan oleh misalnya klinik Inabah di Pesantren Suralaya ( Abah Anom) untuk terapi pecandu narkotik.

Jika memang ruang lingkup modern terbatas pada tiga dimensi, yaitu fisik – biologi, kejiwaan dan sosio -kultural, maka ruang lingkup psikologi Islam di samping tiga hal ini juga mencakup dimensi kerohanian dan spiritual, suatu wilayah yang belum pernah disentuh oleh psikologi modern, karena perbedaan dasar pijakan.29

Harus diakui, jiwa manusia seringkali sakit, ia tidak akan sehat sempurna tanpa

melakukan perjalanan menuju Allah. Bagi orang yang dekat dengan Tuhannya, kepribadiannya tampak tenang dan prilakunya pun terpuji. Pola kedekatan manusia dengan Tuhannya inilah yang menjadi garapan dalam tasawuf, dari sinilah tampak keterkaitan erat antara ilmu tasawuf dan ilmu jiwa.

Telah dikemukakan di atas bahwa ajaran pokok tasawuf berkisar sekitar proses penyucian jiwa dan jalan pendekatan diri menuju Tuhan. Pembentukan perilaku saleh dan mendekatkan diri pada Allah terus menerus tanpa putus menjadi tujuan dari tasawuf. Teori-teori psikologi yang telah ditemukan para ahli Psikologi dengan berbagai aliran dapat berintegrasi dan

berinterkoneksi dengan Tasawuf.

Secara sepintas dipahami bahwa aliran Humanistik lebih mirip dengan kajian tasawuf, namun terdapat perbedaan yang mendasar. Dalam mengadakan penelitian, mengikuti cara fenomenologis di mana penelitian dilakukan terhadap manusia dengan mengungkap apa-apa yang dirasakan dan dipikirkan, tanpa membawa praduga terlebih dahulu. Logonterapi yang termasuk aliran ini melihat bahwa ada dimensi lain dalam diri manusia yakni noetik (kerohanian) hanya saja tidak memperlihatkan nuansa agama. Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik antara lain yang dilakukan oleh Abraham Maslow menemukan lima jenjang kebutuhan manusia yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan

aktualisasi diri. Hanya saja tidak dapat dijelaskan apakah setelah lima jenjang kebutuhan tersebut terpenuhi, manusia akan menjadi statis dan berhenti berperilaku atau tetap berperilaku.

Seandainya tetap berperilaku dikhawatirkan muncul sikap antroposetrisme di mana manusia percaya diri dengan kemampuannya dan memperlakukan manusia lain sesuai kemauannya. Pada hakikatnya, kajian tasawuf dapat mengisi ruang ini dengan mengaitkan pada ajaran Tuhan. Ajaran ini memberikan rambu-rambu tentang cara berhubungan dengan Tuhan dan berhubungan dengan manusia. Dalam dua bentuk hubungan itu harus ada keadilan dan

keseimbangan agar menjadi manusia sempurna (insan kamil). Ajaran tasawuf dengan berbagai maqamat yang harus dilewatinya selalu melatih dan membiasakan diri dengan takhalli

(25)

pelaksanaan latihan tersebut dapat dilakukan dengan baik, diperlukan bantuan psikologi yang telah menemukan teknik pembelajaran dan perubahan perilaku yang telah ditemukan oleh tokoh-tokoh aliran Behaviorisme.

Teori Abraham Maslow tentang pengalaman puncak (peak experinence) boleh dikatakan mirip dengan maqam tertinggi wahdatul wujud dari Ibnu ‘Arabi. Keduanya mengemukakan pendapat tentang bersatunya individu dengan alam, hanya saja Ibnu ‘Arabi menghubungkan dengan Tuhan, Pencipta alam di mana dia melihat bayangan Tuhan di alam, semetara Maslow tidak menyertakan nuansa keagamaan.

Selain dari itu teknik-teknik asesmen dalam psikologi untuk mengukur berbagai perilaku dapat pula digunakan buat mengukur perilaku saleh yang dikemukakan dalam tasawuf. Psikologi telah menemukan teknik-teknik yang relatif tepat untuk mengetahui dimensi kejujuran,

keamanahan, meningkatkan semangat kerja, dan lain-lain, namun belum memasukkan dimensi pengontrolan Tuhan terhadap perilaku manusia. Perilaku beriman dan berihsan dengan

menyeimbangkan antara hakikat dan syari’at dapat diketahui dengan teknik-teknik asesmen tersebut.

Penelitian-penelitian masyarakat yang bernuansa Tasawuf dapat pula diintegrasikan dengan Psikologi. Konsep-konsep tasawuf diupayakan pengukurannya dengan teknik pengukuran pskologis. Hal ini dapat dilakukan baik untuk metode penelitian dengan jenis kuantitatif, maupun kualitatif. Tanpa menghiraukan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode, menurut penulis penelitian kualitatif lebih mendekati kebenaran untuk penelitian tasawuf daripada penelitian kuantitatif. Dengan demikian, penelitian tasawuf tidak hanya dapat dilakukan dengan library research, tetapi juga berlaku untuk penelitian lapangan atau penelitian konteks.

(26)

mengkaji bukti-bukti empirik ketasawufan seorang sufi. Psikologi agama tidak melibatkan diri dalam pembelaan atau penyangkalan terhadap hasil penghayatan para sufi. Psikologi agama hanya mengungkap pengaruh ajaran tasawuf terhadap perilaku dan kepribadian seseorang. Berkaitan dengan ungkapan tersebut, Bernard Spilka secara jelas menyatakan, “amalan mistik (tasawuf) berpengaruh terhadap proses kejiwaan seseorang”.35 Kesimpulan hasil risetnya tersebut dilakukan dengan menggunakan data-data temuan secara empirik dan keterangan-keterangan dari pengalaman para sufi. Keempat, persinggungan tasawuf dan psikologi agama dapat ditemukan dalam “obyek kajian”. Psikologi agama bersinggungan dengan tasawuf

dikarenakan ada kepentingan obyek kajian dan atau obyek penelitian. Sebagaimana dalam uraian di atas, salah satu obyek kajian psikologi agama adalah kesadaran dan pengalaman

keberagamaanseseorang. Sementara dua hal tersebut banyak ditemukan dalam ajaran dan perilaku kehidupan para sufi. Berkait dengan itu, Nicholson menyatakan “Sufism is the type of religious experiences” (Sufisme, tasawuf, merupakan suatu bentuk berbagai pengalaman

keberagamaan). Dengan demikian, titik persinggungan antara tasawuf dan psikologi agama dapat ditemukan dalam beberapa aspek, sebagaimana diungkap di atas, sekalipun persinggungannya tidak bersifat esensial. Secara hakiki, kedua bidang kajian tersebut memiliki titik kajian, metode, tujuan, dan pendekatan berbeda. Bahkan dapat dikatakan, tasawuf lebih bersikap pasif,

sedangkan psikologi lebih bersikap agresif. Penghayatan tasawuf para sufi sama sekali tidak pernah berorientasi pada kepentingan keilmuan. Mereka hanya memiliki satu orientasi, yaitu, bagaimana memperoleh kebahagiaan dan kedekatan sedekat-dekatnya dengan Allah, Sang Khaliq, sementara psikologi agama cenderung terus mencari dan meneliti “semua perilaku dan perikehidupan para sufi”. Kapanpun psikologi agama berdiskusi, maka aspek kehidupan esoterik sufistik umat beragama tidak bisa ditinggalkan. Bahkan aspek tasawuf menjadi bagian kajian yang menyita ruang buku-buku dan riset-riset psikologi agama. Sekalipun persinggungan antara keduanya bersifat pasif aktif, namun persinggungannya dapat dikatakan bersifat mutualisme. Persinggungan antara kedua saling memberi keuntungan dan saling memberi manfaat, terutama, bagi upaya pengembangan dan pemahaman masing-masing ilmu tersebut. Studi terhadap

pengalaman para sufi dapat memberikan kesempurnaan pengkajian psikologi agama. Sedangkan pengalaman para sufi yang diungkap melalui kajian psikologi agama dapat memberikan

pemahaman dan sekaligus manfaat bagi orang yang hendak mengkaji dan atau mendalaminya.

D. Komparasi antara Psikologi Barat dengan Psikologi Sufi (pemikiran Robert Frager)

(27)

kearifan. Manusia tidak hanya sekedar tubuh dan pikiran, namun juga perwujudan ruh Ilahi. Dan dimensi Ilahiah inilah yang seharusnya kita optimalkan dalam kehidupan ini. Karena kita dicipta oleh Allah untuk mengikuti jalan penyucian dan penyempurnaan diri dan kemudian akan

kembali ke Allah.30

2. Menurut psikologi barat, puncak kesadaran seorang manusia terdapat pada kesadaran

rasional.Beitu juga dalam menetapkan kecerdasan seseorang dengan kecerdasan intelektual. Oleh karena itu psikologi barat menempatkan nalar logika sebagai puncak keahlian dan jalan manusia memperoleh pengetahuan. Sementara psikologi sufi menempatkan puncak kesadaran ada pada hati, begitu pula puncak kecerdasan seseorang ada pada kecerdasan spiritual. Dan dalam

memperoleh pengetahuan tidak hanya tergantung pada kemampuan nlar logika dan rasional, tapi juga bisa melalui jalan penyucian diri. Dalam ajaran Islam dengan jalan takwa Allah akan memberi pengetahuan kepada seseorang.

3. Tentang alam semesta psikologi barat bernggapan bahwa alam adalah materi semata yang diperuntukan bagi kehidupan manusia. Namun bagi psikologi sufi alam adalah materi hidup yang mempunyai ruh dan merupakan manifestasi atau tanda eksistensi Allah. Oleh karena itu bila kita bersahabat dengan alam, maka alampun akan bersahabat dengan kita, sebaliknya bila alam kita aniaya, maka dampak buruknyapun akan menimpa kita.

4. Berkaitan dengan sifat manusia, psikologi tradisional memusatkan perhatianya hanya pada keterbatasan manusia dan tendensi –tendensi neurotik, atau pada kebaikan lahiriah dan sifat positif dasar manusia. Sementara psikologi sufi menempatkan manusia pada posisi antara sifat malaikat dan sifat hewan. Manusia mempunyai potensi bisa lebih tinggi dari malaikat, dan lebih rendah dari binatang.

E. Problema Psikologis di Era Modern dan Peran Tasawuf

Ketika inovasi teknologi mempunyai tempat penting dalam masyarakat, inovasi juga membawa gaya hidup yang membahayakan. Pola-pola aktivitas manusia sebagian besar berkutat disekitar wacana. Mungkin wacana berfungsi sebagai medium penting dalam hubungan yang dijalin. Karena wacana berada dalam pasar terbuka, yang ditandai oleh kekacauan dan perubahan yang menyebar dengan cepat. Maka pola-pola tindakan manusia itu akan terus terjadi selamanya. Sebenarnya zaman modern ditandai dengan dua hal sebagai cirinya, yaitu:

a. Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia

(28)

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia. 31

Manusia modern adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Semestinya manusia modern lebih bijak dan arif dengan kecerdasan dan teknologi, akan tetapi dalam kenyataanya banyak manusia yang kualitas kemanusiaannya lebih rendah disbanding kemajuan teknologi yang dicapainya. Akibat dari tidak keseimbangan ini kemudian menimbulkan gangguan kejiwaan.

Salah satu dertita manusia modern adalah manusia yang sudah kehilangan makna seperti ‘manusia dalam kerangkeng’. Ia resah setiap kali harus mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang diinginkan. Para sosiolog menyebutnya sebagai gejala keterasingan alienasi32, yang

disebabkan oleh:

a. Perubahan sosial yang berlangsung cepat

b. Hubungan hangat antar manusia sudah berubah menjadi yang gersang c. Lembaga tradisional sudah berubah menjadi lembaga rasional

d. Masyarakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen e. Stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas sosial33.

Begitulah manusia modern, ia melakukan sesuatu bukan karena ingin melakukannya, tetapi karena merasa orang lain menginginkan agar ia melakukannya. Ia sibuk meladeni keinginan orang lain sampai ia lupa kehendak sendiri.

1. Gangguan Kejiwaan Manusia Modern

Sebagai akibat problema moderinitas yang telah disebutkan maka manusia modern mengidap gangguan kejiwaan antara lain:

a. Kecemasan

31 Nurcholis Madjid, dkk, Manusia Modern Mendamba Allah: Renungan Tasawuf Positif,Jakarta: IIMaN dan Penerbit Hikmah, 2002, hal. 167.

32 Konsep alienasi atau keterasingan yang lahir dari pemikiran Karl Marx adalah muncul akibat adanya kapitalisme yang mengguncang Eropa pasca revolusi industri. Alienisasi adalah hasil dari eksploitasi Kapitalisme terhadap buruh dengan mengartikanya sebagai modal. Alienasi atau Keterasingan terjadi jika semakin banyaknya modal terkumpul untuk Kapitalis, dan semakin miskin pula si Buruh akibat dari hasil eksploitasi si kapitalis. Lihat: http://jannastudi.blogspot.com/2013/10/konsep-alienasi-keterasingan-karl-marx.html di unduh pada pukul 21.36 WIB. Tanggal 02 Desember 2015.

(29)

Perasaan cemas yang diderita manusia modern bersumber dari hilangnya makna hidup. Sebagaimana fitrah manusia memiliki kebutuhan akan makna hidup. Makna hidup dimiliki seseorang manakala ia memiliki kejujuran dan merasa hidupnya dibutuhkan oleh orang lain dan telah mengerjakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain. 34

Sebagai contoh para pejuang yang memiliki dedikasi tinggi untuk apa yang ia

perjuangkannya, ia sanggup berkorban, bahkan korban jiwa sekalipun. Meskipun yang dilakukan pejuang itu untuk kepentingan orang lain tetapi dorongan untuk berjuang lahir dari diri sendiri bukan untuk memuaskan orang lain.

Adapun manusia modern justru tidak memiliki makna hidup, karena mereka tidak memiliki prinsip hidup. Segala yang dilakukannya adalah mengikuti trend, mengikuti tuntutan sosial, sedangkan tuntutan sosial belum tentu berprinsip yang mulia. Sehingga ia diperbudak untuk melayani perubahan. Karena merasa hidupnya tidak bermakna, tidak ada dedikasi dalam perbuatannya, maka ia dilanda kegelisahan dan kecemasan yang berkepanjangan.

b. Kesepian

Sebagai akibat dari hubungan manusia yang gersang, di kalangan masyrakat modern yang tidak lagi tulus dan hangat. Manusia modern ini merasa sepi, meski ia berada ditengah

keramaian. Ini disebabkan karena semua manusia modern menggukan topeng-topeng sosial untuk menutupi wajah kepribadiannya.

c. Kebosanan

Karena hidup tidak lagi bermakna, dan hubungan dengan manusia lain terasa hambar krena ketiadaan ketulusan hati, kecemasan yang selalu menganggu jiwanya dan kesepian yang berkepanjangan, menyebabkan gangguan kejiawaan yang berupa kebosanan.

Kecemasan dan kesepian yang berkepanjangan akhirnya membuat bosan, bosan kepada kepura-puraan, kepada kepalsuan, akan tetapi tidak tahu harus melakukan apa untuk

menghilangkan kebosanan tersebut. d. Perilaku Menyimpang

Kecemasan, kesepian dan kebosanan yang diderita berkepanjangan menyebabkan

seorang tidak tahu persis apa yang harus dilakukan. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini seseorang tidak mampu berfikir jauh. Maka yang terjadi mudah sekali diajak atau dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan meskipun perbuatan itu menyimpang dari norma-norma moral. Misalnya terpengaruh dengan obat-obat terlarang.

(30)

. e. Psikosomatik

Gangguan psikosomatik adalah gangguan jiwa yang dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf vegetatif yang sebagian besar disebabkan oleh permusuhan,depresi, dan

kecemasan dalam berbagai proporsi. Gangguan ini menggambarkan interaksi yang erat antara jiwa (psycho) dan badan (soma). 35Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh

factor-faktor kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan dalam dirinya.

Penderita psikosomatik biasanya selalu mengeluh merasa tidak enak badan, jantungnya berdebar-debar, merasa lemah dan tidak bisa konsentrasi. Wujudd psikosomatik bisa dalam bentuk syndrom, trauma, stress, ketergantungan pada obat penenang/alkohol/narkotika atau perilaku menyimpang. 36

Jadi, psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan fisik dan mental. Yang sakit sebetulnya jiwanya tapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.

2. Peran Tasawuf dalam Menghadapi Problema Psikologis

Sudah sejak awal bahwa tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (taqarrub ila Allah). Akan tetapi, ini menunjukkan betapa kita pada saat ini masih jauh dari-Nya, karena kita sekarang hidup di perantauan jauh dari asal dan tempat kembali kita yang sejati.

Tasawuf bukan hanya menyadarkan kita akan keterpisahan dari sumber dan tempat kembali kita yang sejati. Tetapi juga sekaligus menjelaskan kepada kita dari mana kita berasal dan kemana kita akan kembali. Dengan demikian tasawuf member kita arah dalam hidup kita.

Dari ajaran para sufi, kita jadi paham bahwa manusia itu bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga makhluk spiritual, di samping fisiknya, yang memiliki asal-usul spiritualnya pada Tuhan. Dengan menyadari betapa manusia itu juga makhluk spiritual, maka lebih mungkin kita akan bertindak lebih bijak dan seimbang dalam memperlakukan diri kita. Dengan

memperhatikan kesejahteraan, kebersihan dan kesehatan jiwa. 37

Dalam menjawab problema psikologis, tasawuf mengajarkan tentang hidup bahagia. Hidup bahagia haruslah hidup sehat, karena orang yang tidak sehat alias sakit mungkin sekali tidak bahagia. Hidup sehat meliputi fisik dan jiwa.

35 http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/03/11/gangguan-psikosomatik/ di unduh pada pukul 22.15 WIB. Tanggal 2 Desember 2015.

36 Nurcholis Madjid, dkk, op.cit., hal. 174.

(31)

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik dalam ajaran tasawuf tergantung pada makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus sehat dan halal. Makanan dan minuman yang tidak sehat dapat menimbulkan penyakit, dan yang haram dapat mendorong kepada pembentukan karakter yang buruk merupakan cermin jiwa yang tidak sehat. 38

Makanan haram bukan hanya babi dan minuman yang haram. Tetapi juga penghasilan yang diperoleh dengan cara haram, seperti hasil curian dan korupsi.

Selain sehat dan halal, dalam tasawuf makanan dianjurkan lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan, serta sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging, karena daging dapat membentuk karakter yang keras, padahal kita dianjurkan bersikap lemah lembut kepada sesama makhluk lainnya. 39

Mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan juga sejalan dengan gerakan kembali ke alam (back to nature).

b. Kesehatan Jiwa

Selain makanan dan minuman, ibadah seperti shalat, puasa dan dzikir juga ikut berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun jiwa. Shalat selain untuk beribadah ataupun melatih jiwa juga terdiri atas beberapa posisi tubuh yang masing-masing berdampak positif bagi kesehatan.

Misalnya sujud, dengan posisi ini lutut yang membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot-otot perut berkembang dan mencegah timbulnya kegembyoran di bagian tengah, menambah aliran darah ke bagian atas tubuh terutama kepala (termasuk mata, telinga dan hidung) dan juga paru-paru.

Selain shalat, puasa juga mengandung manfaat bagi kesehatan. Puasa adalah berpantang dari makanan, minuman dan berhubungan seks mulai dari waktu imsak sampai maghrib.

Dengan berpuasa, maka fungsi-fungsi tubuh diistirahatkan dan diberi peluang untuk segar kembali. Selama berpuasa kegiatan yang biasa dalam pencernaan dikurangi, sehingga

memungkinkan tubuh untuk mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna serta memperbaiki kerusakan akibat kesalahan pola makan yang berlangsung lama.

(32)

Ibadah lain yang berdampak positif terhadap kesehatan adalah dzikir. Dzikir berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan mengulang-ngulang salah satu namanya atau kalimat keagungannya.40

Dengan dzikir, pikiran dan perasaan dapat menjadi tenang, sehingga orang akan hidup sehat, terhindar dari penyakit-penyakit yang biasa timbul dari gangguan jiwa, seperti stress.

Dzikir juga akan membentuk akselerasi mulai dari renungan, sikap, aktualisasi sampai memperhatikan alam. Dzikir berfungsi untuk memantapkan hati, energi akhlak, terhindar dari bahaya dan terapi jiwa yang semua fungsi tersebut sangat diperlukan oleh manusia sekarang ini yang cenderung sekuler.

BAB III

PENUTUP

F. Kesimpulan

(33)

Hal-hal yang dapat membedakan dengan psikologi hanya pada ruang lingkup pengkajian. Tasawuf dianggap lebih kompleks dari psikologi. Namun begitu, tasawuf tetap menjadi komponen penting dalam pengembangan psikologi. Psikologi klasik tidak menyentuh sama sekali tentang nilai spiritual yang ada pada manusia. Gejala kejiwaan yang dimiliki individu diabaikan, padahal gejala kejiwaan mempunyai andil besar dalam mempengaruhi watak, tingkah laku, dan pandangan manusia.

Tasawuf dengan psikologi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena tasawuf memberikan kemudahan untuk manusia dalam mengembangkan potensi kepribadian dan orientasi kehidupan. Walaupun memiliki hubungan yang sangat erat, namun kajian ilmu tasawuf lebih luas dibandingkan ilmu psikologi. Pembahasan mengenai ruh misalnya, dalam tasawuf roh atau hal ruhaniah menjadi kredit tersendiri dalam manusia yang mana bagian ini yang tidak dibahas dalam psikologi.

Setiap manusia mempunyai daya untuk melakukan hal yang baik atau jahat sekalipun. Tasawuf dan Psikologi sepakat mengenai hal tersebut. Sebagai contoh kasus seseorang yang cenderung untuk berbuat keburukan, dalam tasawuf berarti tipe orang ini sudah terbawa oleh nafsu dan tidak lagi mengedepankan nilai akal sehat dan hati nurani. Orang ini juga kan dicap sebagai orang yang buruk ahlaknya. Menurut pandangan psikologi orang tersebut akan mengalami masalah batin baik dalam dirinya sendiri maupun dengan oramg lain (masyarakat).

Referensi

Dokumen terkait

Pacar kak,..selalu..dia itu ngasih motivasinya kalo misalnya sama orang yang lebih tua misalnya ada konflik nih dengan orang tua, dengan keluarga gitu, dia tuh ngajarin

Sebelum mengatasi persoalan belajar orang   lain,   kenali dulu masalah belajar dalam

Untuk mengatasi persoalan mental yang berstruktur pikir oposisi biner ini maka untuk mendekonstruksinya (membongkarnya) dengan semangat post-modernisme muncullah ide

manusia ternyata sama dengan yang dianggap sehat mental/ dituntut bagi laki-laki, misalnya kemandirian, kemampuan mengambil.

Karena menurut al-Ghazali, orang yang mengkafirkan seseorang, tetapi dia tahu bahwa seseorang itu masih mempercayai Nabi Muhammad, maka sesungguhnya orang itu sendiri yang

berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya, dan Dia

Piaget (Rita Eka Izzaty : 2008) skema kognitif menunjukkan struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan untuk mengatasi situasi tertentu di.. Misalnya,

English , seorang psikolog, menyatakan sehat mental sebagai keadaan yang secara relatif menetap di mana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik,