Psikologi Agama
Dosen Pengampu:
Bahril Hidayat
Bahan Ajar
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Riau
Agustus 2017
Tatap Muka I
O
Perkenalan, Kontrak Belajar, Tugas (Evaluasi
Awal)
O
Persiapan Administrasi dan Perlengkapan
Perkuliahan.
O
Standar Penilaian
O
Pengantar Mata Kuliah Psikologi Agama
OReferensi Mata Kuliah Psikologi Agama
Pengertian Psikologi Agama
O Psikologi agama berasal dari dua suku kata, yaitu psikologi dan
agama, yang memiliki pengertian yang berbeda.
O Segi bahasa, istilah psikologi berasal dari perkataan psyche yang
diartikan jiwa dan kata logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Tohirin, 2006).
O Oleh karena itu, psikologi sering diterjemahkan dengan ilmu
pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa (Bimo Walgito, 2003)
O Psyche artinya jiwa logos artinya ilmu. Secara bahasa psikologi
agama diartikan Ilmu Jiwa Agama.
Menurut Bruno (dalam Syah,1996) membagi pengertian psikologi menjadi tiga bagian yang pada prinsipnya saling berkaitan
1. Psikologi adalah studi mengenai Ruh
2. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. 3. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku organisme.
Pengertian Psikologi Agama
O
Sarwono (1976) juga mengemukakan
beberapa definisi psikologi.
1. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan hewan.
2. Psikologi adalah studi yang mempelajari
hakikat manusia.
3. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
respon yang diberikan oleh makhluk hidup
terhadap lingkungannya.
Pengertian Psikologi Agama
O
Sujito (1985) menyatakan bahwa psikologi
adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki
pernyataan–pernyataan jiwa.
O
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat
dirumuskan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
individu (manusia) dalam interaksi dengan
lingkungannya. Psikologi secara umum
mempelajari gejala kejiwaan manusia yang
berkaitan dengan pikiran (kognisi), perasaan
Pengertian Psikologi Agama
O Psikologi secara umum dapat diartikan sebagai ilmuyang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal , dewasa, dan beradab ( Jalaluddin, 1998)
O Agama berasal dari bahasa Sanskerta a artinya tidak dan gama artinya kacau.
O Agama artinya tidak kacau atau adanya keteraturan
dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.
O Dalam bahasa latin agama disebut religere artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan seksama: agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan.
Pengertian Psikologi Agama
O Menurut sudut pandang Sosiologi, agama adalahtindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu (kekuatan supra natural) dan berfungsi agar dirinya dan masyarakat keselamatan.
O Agama merupakan suatu sistem sosial yang
dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia untuk berbakti dan menyembah Ilahi.
O Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-kata yang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya.
O Perintah dan kata-kata tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau memperoleh keselamatan secara pribadi dan
Pengertian Psikologi Agama
O Menurut sudut kebudayaan, agama adalah salah satuhasil budaya.
O Manusia membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta peradabannya.
O Semua bentuk penyembahan kepada Ilahi (misalnya nyanyian, pujian, tarian, mantra, dan lain-lain)
merupakan unsur-unsur kebudayaan.
O Oleh sebab itu jika manusia mengalami kemajuan, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan
kebudayaan, maka agama pun mengalami hal yang sama sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara penyembahan dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan situasi dan kondisi dan perubahan sosio-kultural masyarakat.
Pengertian Psikologi Agama
O Menurut Harun Nasution agama adalah:
O 1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
kekuatan ghaib yang harus dipatuhi.
O 2. pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang
menguasai manusia.
O 3. mengikat dari ada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan–perbuatan manusia.
O 4. kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu
O 5. suatu sistem tingkah laku yang berasal dari sesuatu
kekuatan ghaib.
O 6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
Pengertian Psikologi Agama
Menurut Harun Nasution agama adalah (lanjutan):
7. pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam sekitar manusia.
O 8. ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia
melalui seorang rasul.
O Islam mendefenisikan agama sebagai ajaran yang diturunkan
Allah kepada manusia. Agama berasal dari Allah. Allah
menurunkan agama agar manusia menyembah-Nya dengan baik dan benar. Namun dalam Islam, agama berasal dari kata yaitu al Din, bahasa Arab mengandung arti menundukkan, menguasai, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Adapun kata agama terdiri kata dari a = tidak, gam = pergi, mengandung arti tidak pergi atau diwarisi turun temurun (Nasution, 1974)
Pengertian Psikologi Agama
O Divisi Psikologi Agama dalam American PsychologicalAssociation (APA) menyatakan agama sebagai
penyesuaian diri (coping) dapat memberi hasil positif dalam diri penganutnya, antara lain sebagai berikut. 1. Secara psikologis, memberi makna hidup,
memperjelas tujuan hidup, dan memberikan perasaan bahagia karena hidup menjadi lebih berarti.
2. secara sosiologis, menjadi lebih intim, dekat, dan akrab dengan keluarga, kelompok dan masyarakat karenanya timbul perasaan terlindungi dan saling memiliki.
3. menemukan identitas diri, menemukan kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan diri dalam
Tatap Muka II: Pengertian
Psikologi Agama
O Menurut Zakiah Daradjat, Psikologi Agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan
mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya.
O Psikologi Agama adalah studi mengenai aspek
psikologis dari agama, mengenai peran religius dari budi. Suatu cabang psikologi yang menyelidiki
sebab-sebab dari ciri-ciri psikologis dari sikap-sikap religius dan berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau menyertai sikap dan pengalaman tersebut. (Drever, 1968)
Tatap Muka II: Pengertian
Psikologi Agama
O Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa
psikologi agama, adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku makhluk hidup mengenai kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan beragama serta keadaan hidup pada umumnya.
O Selain itu dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi
agama adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan kehendak yang bersifat abstrak yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin, manusia yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia dan menimbulkan cara hidup manusia atau ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Sub Bahasan Berikutnya
Psikologi Agama sebagai disiplin ilmu (ruang
lingkup kajian/objek, metode, dan manfaat)
Ruang Lingkup Psikologi
Agama
O Ruang Lingkup kajian Psikologi Agama mencakup gejala-gejala
kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan
(amaliah) dan mekanisme antara keduanya. Zakiah Daradjat membagi objek psikologi agama membahas tentang
kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama, setiap aspek agama yang hadir dalam pikiran (aspek mental) dari aktivitas agama.
O Pengalaman agama berarti unsur perasaan dalam kesadaran
beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah)
O Dengan kata lain bahwa psikologi agama mempelajari
kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan agama yang dialami seseorang dalam hidupnya.
Ruang Lingkup Psikologi
Agama
Menurut Zakiyah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama mencakup.
1. Berbagai macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut serta dalam kehidupan beragama manusia. Contoh : perasaan tenang, pasrah dan menyerah.
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya. Contoh: kelegaan batin.
3. Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada setiap orang.
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan
seseorang terhadap ayat-ayat suci. Semua itu tercakup dalam kesadaran beragama (religious counsciousness) dan pengalaman agama (religious
Ruang Lingkup Psikologi Agama
O Tim peneliti Universitas California pada tahun 1997menemukan God-Spot dalam otak manusia. God-Spot berisikan konsep tentang Tuhan, ruh, dan jiwa yang telah dialami manusia. Kesadaran beragama mencakup
kemampuan manusia mengenal Tuhan, mengakui Tuhan,
mengingkari Tuhan, taat dan tidak taat kepada ajaran agama.
O Kesadaran beragama pada manusia ada tiga golongan: 1)
Panteisme, menurutnya semesta alam, termasuk manusia
merupakan sebagian dari Allah, 2) Politeisme, menurutnya terdapat banyak Allah, di mana alam semesta mempunyai segi-segi yang berbeda yang kesemuanya mencerminkan kekuatan ilahi, dan 3) Monoteisme, Allah itu satu dan tidak dapat dibagi kemuliaannya, jangan dicampur dengan hal dunia. Pengalaman beragama adalah perasaan yang muncul dalam diri seseorang setelah menjalankan ajaran agama. Pengalaman beragama disebut juga pengalaman spiritual, pengalaman suci, atau pengalaman mistik. Pengalaman tersebut berisikan pengalaman individual yang dialami seseorang ketika dia berhubungan dengan Tuhan.
Ruang Lingkup Psikologi
Agama
O James menyatakan pengalaman beragama memiliki 4 (empat) karakteristik yaitu:
1) bersifat temporal dan terjadi dalam waktu yang singkat,
2) tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, 3) seseorang mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari pengalamannya, dan
4) terjadi tanpa kontrol individu ketika dia melakukan sebuah ajaran agama.
Para ahli Psikologi Agama menyatakan banyak kejadian yang dapat menghadirkan pengalaman agama antara lain: meditasi, shalat, berdoa, depresi,
Ruang Lingkup Psikologi Agama:
Menurut Islam
Di dalam ajaran Islam, khususnya Tasawuf, ada tiga hirarki pengalaman beragama Islam seseorang.
Pertama, tingkatan syariah. Syariah berarti aturan atau undang-undang, yakni aturan yang dibuat oleh pembuat aturan (Allah dan RasulNya) untuk mengatur kehidupan orang-orang mukallaf baik hubungannya dengan Allah (hablumin Allah) maupun hubungannya dengan sesama manusia (hablum min al-Nas).
Tataran syariat berarti kualitas amalan lahir formal yang ditetapkan dalam ajaran agama melalui al-Qur„an dan Sunnah. Amalan tersebut dijadikan beban/tanggung jawab yang harus dilaksanakan, sehingga amalan lebih didorong sebagai penggugur kewajiban. Dalam tataran ini, pengamalan agama bersifat top down yakni bukan sebagai kebutuhan tapi sebagai tuntutan dari atas (syari„) ke bawah (mukallaf). Tuntutan itu dapat berupa tuntutan untuk dilaksanakan atau tuntutan untuk
ditinggalkan. Seseorang dalam tataran ini, pengamalan agamanya karena didorong oleh kebutuhan berhubungan dengan Allah, bukan semata-mata karena mentaati perintah Tuhan.
Ruang Lingkup Psikologi Agama:
Menurut Islam
Kedua, tingkat tarikat yaitu pengamalan ajaran agama sebagai jalan atau alat untuk mengarahkan jiwa dan moral. Dalam tataran ini, seseorang menyadari bahwa ajaran agama yang dilaksanakannya bukan semata-mata sebagai tujuan tapi sebagai alat dan metode untuk meningkatkan moral. Contoh, Puasa Ramadan tidak hanya dipandang sebagai kewajiban tapi juga disadari sebagai media untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu sikap bertaqwa. Demikian juga
tuntutan-tuntutan syariah lainnya disadari sebagai proses untuk mencapai tujuan moral.
Ruang Lingkup Psikologi Agama:
Menurut Islam
Ketiga, tingkatan hakikat yang berarti realitas,
senyatanya, dan sebenarnya. Dalam tasawuf yang
nyata dan yang sebenarnya adalah Allah yang
Maha Benar (al-Haq). Pada tingkat hakikat berarti
dimana seseorang telah menyaksikan Allah swt
dengan mata hatinya. Pemahaman lain dari
hakikat adalah bahwa hakikat merupakan inti dari
setiap tuntutan syariat. Berbeda dengan syariat
yang menganggap perintah sebagai tuntutan dan
beban maka dalam tataran hakikat perintah tidak
lagi menjadi tuntutan dan beban tapi berubah
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI AGAMA
O
Psikologi Agama sebagai sebuah disiplin
ilmu, melakukan pengumpulan data dan
konsep beragama melalui berbagai
penelitian dengan menggunakan berbagai
metode penelitian. Di antara
metode-metode penelitian yang digunakan dalam
mengkaji Psikologi Agama adalah sebagai
berikut.
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI AGAMA
1. Dokumen Pribadi
Metode ini digunakan untuk mempelajari
bagaimana pengalaman dan kehidupan batin
seseorang dalam hubungannya dengan
agama. Untuk mengetahui informasi tentang
hal ini maka dikumpulkan dokumen pribadi
seseorang. Dokumen tersebut dapat berupa
autobiorafi, biografi atau catatan-catatan
yang dibuat mengenai kehidupan beragama
seseorang.
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI AGAMA
2. Angket (Kuesioner)
Metode angket digunakan untuk meneliti
proses jiwa beragama pada orang yang masih
hidup dengan menggunakan angket sebagai
instrumen pengumpulan data. Metode Angket
dapat digunakan untuk mengetahui
persentase keyakinan orang pada umumnya
tentang sikap beragama, ketekunan
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI AGAMA
3. Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk meneliti
proses jiwa beragama pada orang yang masih
hidup melalui wawancara langsung atau
wawancara tidak langsung. Metode ini
misalnya, dapat digunakan untuk mengetahui
kesadaran dan pengalaman beragama
seseorang yang dianggap memiliki ciri khusus
dalam keberagamaannya
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI AGAMA
4. Eksperimen
Eksperimen digunakan untuk mempelajari
sikap dan tingkah laku keagamaan seseorang
melalui perlakuan khusus yang sengaja
dibuat. Misalnya eksprimen tentang pengaruh
pendidikan shalat yang khusyu‟ terhadap
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI AGAMA
5. Pendekatan terhadap Perkembangan
Pendekatan ini digunakan guna meneliti asal-usul dan perkembangan aspek psikologi manusia dalam
hubungannya dengan agama yang dianut. Misalnya penelitian keagamaan pada usia dini, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
6. Metode Klinis dan Proyektivitas
Metode ini memanfaatkan cara kerja klinis.
Penyembuhan dilakukan dengan cara menyelaraskan hubungan antara jiwa dengan agama. Misalnya
menggunakan agama sebagai terapi bagi orang-orang mengalami tekanan jiwa atau orang-orang yang
METODE PENELITIAN
PSIKOLOGI AGAMA
7. Studi Kasus
Studi Kasus dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen, catatan, hasil wawancara atau lainnya untuk kasus-kasus tertentu. Misalnya kasus konversi agama di Kaliurang, Yogyakarta.
8. Survei
Metode ini biasanya digunakan untuk penelitian sosial yang bertujuan untuk penggolongan manusia dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat. Misalnya penelitian tentang konsep Tuhan menurut Remaja di Pekanbaru, Riau.
Manfaat Psikologi Agama
O Manfaat psikologi agama memberi sumbangan
memecahkan persoalan kehidupan manusia kaitannya dengan agama yang dianut individu, bagaimana
perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batin, baik konflik itu terjadi pada diri seseorang sehingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajaran agamanya maupun tidak.
O Psikologi agama bermanfaat dalam berbagai lapangan kehidupan seperti dalam bidang pendidikan,
psikoterapi, dan dalam lapangan lain dalam kehidupan. O Di bidang industri, psikologi agama juga dapat
dimanfaatkan. Misalnya, adanya ceramah agama Islam guna untuk menyadarkan para buruh dari perbuatan yang tak terpuji dan merugikan perusahaan.
Manfaat Psikologi Agama
O
Dalam banyak kasus, pendekatan psikologi
agama, baik langsung maupun tidak
langsung dapat digunakan untuk
membangkitkan perasaan dan kesadaran
beragama.
O
Selain itu dalam pendidikan psikologi
agama dapat difungsikan pada pembinaan
moral dan mental keagamaan peserta didik.
Contoh: ….
Tugas:
O
Membuat desain judul penelitian
Materi Perkuliahan
O
Pandangan Dasar tentang Manusia
O
Sumber Jiwa Keberagamaan (Keagamaan)
OFitrah sebagai Sumber Jiwa Keagamaan
Pandangan Dasar tentang
Manusia (Hidayat, 2009 )
O
Al-Qur'an, menempatkan manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan
rohani. Al-Qur'an memberi acuan konseptual
yang sangat mapan dalam memberi pemenuhan
kebutuhan jasmani dan ruhani agar manusia
berkembang secara wajar dan baik.
O
Pada surat al-Mu'minun ayat 115 Allah bertanya
kepada manusia sebagai berikut : "Apakah
kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu
sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?"
Pandangan Dasar tentang
Manusia (Hidayat, 2009 )
O
Berdasarkan ayat tersebut menurut Ahmad
Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah,
yaitu
[1] manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan,
[2] manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi
berfungsi, dan
[3] manusia akhirnya akan dikembalikan kepada
Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua
perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di
dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah
realisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.
Pandangan Dasar tentang
Manusia (Hidayat, 2009 )
O Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang digunakan untuk
menunjukkan arti manusia, yaitu kata insan, kata basyar dan kata Bani Adam.
O Kata insan dalam al-Qur'an dipakai untuk manusia yang
tunggal, sama seperti ins. Sedangkan untuk jamaknya dipakai kata an-nas, unasi, insiya, anasi. Adapun kata basyar dipakai untuk tunggal dan jamak. Kata insan yang berasal dari kata
al-uns, anisa, nasiya dan anasa, maka dapatlah dikatakan
bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian adanya kaitan dengan sikap yang lahir dari adanya kesadaran penalaran (Musa Asy'arie dalam Hidayat, 2009).
O Kata insan digunakan al-Qur'an untuk menunjukkan kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan (Shihab, 1996)
Pandangan Dasar tentang
Manusia (Hidayat, 2009 )
O Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa,
menunjukkan adanya kaitan dengan kesadaran diri.
O Apabila manusia lupa terhadap sesuatu hal disebabkan
karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Dalam kehidupan beragama, jika seseorang lupa sesuatu kewajiban yang seharusnya dilakukannya, maka ia tidak berdosa, karena ia kehilangan kesadaran terhadap kewajiban itu. Tetapi hal ini berbeda dengan seseorang yang sengaja lupa terhadap sesuatu kewajiban.
O Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia yang
terambil dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis (Musa Asy'arie, 1996) karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan lingkungannya.
Pandangan Dasar tentang
Manusia (Hidayat, 2009 )
O Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata
basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai basyar
karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain". Di sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan. Firman allah [QS.al-Rum (3) :20] "Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya [Allah] menciptakan kamu dari tanah, ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran".
Pandangan Dasar tentang
Manusia (Hidayat, 2009 )
O
Musa Asy'arie mengatakan bahwa manusia
dalam
pengertian
basyar
tergantung
sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya tergantung pada
apa yang dimakan. Sementara itu, manusia
dalam
pengertian
insan
mempunyai
pertumbuhan dan perkembangan yang
sepenuhnya tergantung pada kebudayaan,
pendidikan, penalaran, kesadaran, dan
sikap hidupnya.
Pandangan Dasar tentang
Manusia (Hidayat, 2009 )
O
Oleh karena itu, pemakaian kedua kata insan
dan
basyar
untuk
menyebut
manusia
mempunyai pengertian yang berbeda. Insan
dipakai untuk menunjuk pada kualitas
pemikiran dan kesadaran, sedangkan basyar
dipakai untuk menunjukkan pada dimensi
alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia
pada umumnya, makan, minum dan mati.
O
Berdasarkan pengertian insan dan basyar
tersebut, manusia merupakan makhluk yang
dibekali Allah dengan potensi fisik maupun
psikis yang memiliki potensi untuk berkembang.
Sumber Jiwa Keberagamaan
(Keagamaan)
O Sumber jiwa keberagamaan merupakan proses interaksi antara kebutuhan dalam kehidupan dengan potensi bawaan manusia.
O Pandangan psikologi terhadap sumber jiwa keagamaan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok teori monistik dan kelompok teori fakulti. Kelompok teori monistik melihat sumber jiwa beragama manusia merupakan sebuah kesatuan dalam jiwa manusia. Sementara itu, kelompok teori fakulti melihat sumber jiwa beragama manusia merupakan gabungan dari berbagai unsur kejiwaan dalam diri manusia.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
(KEAGAMAAN) MENURUT PSIKOLOGI
O
Ahli/Tokoh Kelompok teori monistik antara
lain Thomas van Aquino, Frederick
Schleimacher, dan Sigmund Frued.
O
Menurut Thomas van Aquino yang menjadi
sumber kejiwaan agama ialah Berpikir.
Manusia
bertuhan
karena
manusia
menggunakan kemampuan berpikirnya.
Kehidupan beragama merupakan refleksi
dari kehidupan berpikir manusia itu sendiri.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT PSIKOLOGI
O Menurut Frederick Schleimacher yang menjadi sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan yang mutlak. Rasa ketergantugan yang mutlak itu menjadikan manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan itu menyebabkan manusia selalu menggantungkan hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya. Dari rasa ketergantungan itulah timbul konsep tentang Tuhan. Rasa tidak berdaya untuk menghilangkan tantangan alam yang selalu dialaminya, lalu timbullah upacara untuk meminta perlindungan kepada kekuasaan yang diyakini dapat melindungi mereka. Itulah realitas dari upacara keagamaan.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT PSIKOLOGI
O Sigmund Freud menyatakan yang menjadi sumber jiwa
keagamaan adalah libido sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidido sexual timbulah ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
1) Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan
bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
2) Father Image (cinta bapak): setelah membunuh bapaknya
Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Agama muncul dari ilusi manusia.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT PSIKOLOGI
O Ahli/Tokoh Kelompok teori fakulti antara lain William Mc Dougall dan Zakiah Daradjat.
O Menurut William Mc Dougall, tidak ada instink khusus sebagai “sumber jiwa keagamaan”, tetapi dari beberapa instink yang ada pada diri manusia, maka agama timbul dari dorongan insting tersebut secara terintegrasi.
O Menurut Teori Fakulti perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipengaruhi oleh 3 (tiga) fungsi, yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual manusia. Melalui cipta orang dapat menilai dan membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu tindakan terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek agama.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT PSIKOLOGI
b. Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa
manusia yang banyak berperan dalam membentuk
motivasi dalam corak tingkah laku seseorang
melalui
fungsi
rasa
dapat
menimbulkan
penghayatan dalam kehidupan beragama yang
selanjutnya akan memberi makna pada kehidupan
beragama.
c. Karsa merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa
manusia. Karsa berfungsi mendorong timbulnya
pelaksanaan doktrin serta ajaran agama
berdasarkan fungsi kejiwaan.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT PSIKOLOGI
O
Menurut Zakiah Daradjat, sumber jiwa
keberagamaan pada manusia merupakan
akumulasi dari 6 (enam) kebutuhan
manusia, yaitu sebagai berikut.
1) Kebutuhan akan rasa kasih sayang, 2)
Kebutuhan akan rasa aman, 3)Kebutuhan
akan harga diri, 4) Kebutuhan akan rasa
bebas, 5) Kebutuhan akan rasa sukses, dan
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT ISLAM
O
Menurut Islam sumber jiwa keagamaan
disebut dengan fithrah.
O
Fitrah beragama dalam diri manusia
merupakan naluri yang menggerakkan
hatinya untuk melakukan perbuatan “suci”
yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa.
O
Fitrah manusia mempunyai sifat suci, yang
dengan nalurinya tersebut ia secara terbuka
menerima kehadiran Tuhan Yang Maha
Suci. Dalil Al Qur‟àn Surat Ar Rùm ayat 30:
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT ISLAM
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
O Ayat tersebut menjelaskan manusia memiliki kesiapan untuk mengenal dan menyakini adanya
Tuhan. Dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan terhadap tuhan sebenarnya telah
tertanam secara kokoh dalam fitrah manusia. Tetapi, perpaduan dengan jasad telah membuat berbagai
kesibukan manusia untuk memenuhi berbagai tuntutan dan berbagai godaan serta tipu daya dunia.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN MENURUT
ISLAM: Makna Fitrah
(Hidayat, 2014)
O Ditinjau dari segi bahasa, kata fithrah terambil dari akar
kata al-fathr yang berarti belahan, dan dari makna ini lahir makna-makna lain antara lain "penciptaan" atau "kejadian". Quraish Shihab mengartikan fitrah sebagai unsur, sistem dan tata kerja yang diciptakan Allah pada makhluk sejak awal kejadiannya sehingga menjadi bawaannya. Sejak asal kejadiannya manusia telah membawa potensi keberagamaan yang benar yang diartikan para ulama dengan tauhid. Ini bisa dibaca pada QS Arrum:30 yang artinya:
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (yang benar). Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atasnya (fitrah itu). Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. ”
O Imam Nawawi mendefinisikan fitrah sebagai kondisi yang
belum pasti (unconfirmed state) yang terjadi sampai seorang individu menyatakan secara sadar keimanannya.
SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN
MENURUT ISLAM: Makna Fitrah
(Hidayat, 2014)
O
Sementara menurut Abu Haitam fitrah
berarti bahwa manusia yang dilahirkan
dengan
memiliki
kebaikan
atau
ketidakbaikan (prosperous or unprosperous)
yang berhubungan dengan jiwa. Ia
mendasarkannya pada hadits yang cukup
populer, “setiap orang dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Maka orangtuanya yang
akan menjadikannya sebagai Yahudi,
Nasrani atau Majusi”.
Makna Fitrah Menurut Ulama
(dalam Sitorus, 2011)
Setidaknya ada sembilan (9) makna fitrah yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu berikut ini. 1. Fitrah berarti suci.
Menurut Al-Auza‟ì, fitrah berarti kesucian dalam jasmani dan rohani. Bila dikaitkan dengan potensi beragama, kesucian tersebut dalam arti kesucian manusia dari dosa waris atau dosa asal, sebagaimana pendapat Ismail Raji Al-Faruqi yang mengatakan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan suci, bersih, dapat menyusun drama kehidupannya, tidak peduli dengan lingkungan keluarga, masyarakat macam apa pun ia dilahirkan.
Makna Fitrah Menurut Ulama
2. Fitrah berarti Islam.
Abu Hurairah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan fitrah adalah agama. Pendapat ini berdasar pada hadits Nabi yang artinya: “Bukankah aku telah menceritakan kepadamu pada sesuatu yang Allah menceritakan kepadaku dalam kitab-Nya bahwa Allah menciptakan Adam dan anak cucunya berpotensi menjadi orang- orang muslim”. Berangkat dari pemahaman hadits tersebut di atas, maka anak kecil yang meninggal ia akan masuk surga. Karena ia dilahirkan dengan dìn al-Islàm, walaupun ia terlahir dari keluarga non muslim.
Makna Fitrah Menurut Ulama
3. Fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah
(Tauhid)
Manusia lahir dengan membawa konsep
tauhid, atau paling tidak berkecenderungan
untuk mengesakan tuhannya dan berusaha
terus mencari untuk mencapai ketauhidan
tersebut. Jiwa tauhid adalah jiwa yang selaras
dengan akal manusia.
Makna Fitrah Menurut Ulama
4. Fitrah dalam arti murni (Al-Ikhlash).
Manusia lahir dengan membawa berbagai
sifat, salah satu di antaranya adalah
kemurnian (keikhlasan) dalam menjalankan
suatu aktivitas. Makna demikian didasarkan
pada hadits Nabi Saw yang artinya: “Tiga
perkara yang menjadikan selamat, yaitu ikhlas
berupa
fitrah
Allah
dimana
manusia
diciptakan dari-Nya, shalat berupa agama dan
taat berupa benteng penjagaan”.
Makna Fitrah Menurut Ulama
5. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang cenderung menerima kebenaran.
6. Fitrah dalam arti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan ma‟rifatullah.
Sebagaimana firman Allah Surat Yasin ayat 22:
“Mengapa aku tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku”
7. Fitrah dalam arti ketetapan atau kejadian asal
manusia mengenai kebahagiaan dan kesesatannya. Manusia lahir dengan ketetapannya, apakah nanti ia akan menjadi orang bahagia atau menjadi orang yang sesat.
Makna Fitrah Menurut Ulama
8. Fitrah dalam arti tabiat alami manusia.
Manusia
lahir
dengan
membawa
tabi‟at
(perwatakan) yang berbeda-beda. Watak tersebut
dapat berupa jiwa pada anak atau hati sanubari
yang dapat mengantarkan untuk sampai pada
ma‟rifatullah. Sebelum usia baligh, anak belum
bisa membedakan antara iman dan kafir, karena
wujud fitrah terdapat dalam qalb yang dapat
mengantarkan pada pengenalan nilai kebenaran
tanpa terhalang apa pun.
Makna Fitrah Menurut Ulama
9. Fitrah dalam arti instink (garizah) dan wahyu dari Allah (al- munazalah)
Ibnu Taimiyah membagi fitrah dalam dua macam: a. Fitrah al-munazalah
Fitrah luar yang masuk dalam diri manusia. Fitrah ini dalam bentuk petunjuk al-Qur‟àn dan sunnah yang digunakan sebagai kendali dan pembimbing bagi Fitrah
al- garizah
b. Fitrah al-gharizah
Fitrah inheren dalam diri manusia yang memberi daya akal yang berguna untuk mengembangkan potensi dasar manusia.
Materi Perkuliahan
O
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberagamaan
O
Ciri Jiwa Agama yang sakit (Sakit/Hambatan
Mental)
O
Ciri Jiwa Agama yang Sehat dan Matang
(Mental yang Tidak Terganggu/Tidak Sakit;
tidak ada Hambatan Mental)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberagamaan
O Perilaku keberagamaan seseorang tidak selalu berlangsung secara baik, tetapi sering diwarnai perubahan-perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu,
O Perubahan tersebut dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas perilaku keberagamaannya.
O Perilaku keberagamaan manusia dipengaruhi oleh faktor intern berupa segala sesuatu yang telah dibawa manusia sejak dia lahir dan faktor ekstern berupa segala sesuatu yang ada di luar pribadi dan mempengaruhi perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberagamaan
O Sururin, Robert H. Thouless (dalam Sururin, 2004)
mengemukakan faktor-faktor yang menghasilkan perilaku keberagamaan antara lain: Pengaruh-pengaruh sosial, Berbagai
pengalaman, Kebutuhan-kebutuhan, Proses pemikiran.
1) Pengaruh-pengaruh sosial
Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keberagamaan, seperti pendidikan orang tua, tradisi-tradisi dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan. 2) Berbagai pengalaman
Pada umumnya anggapan bahwa adanya suatu pengalaman tentang keindahan keselarasan, dan kebaikan yang dirasakan dalam dunia nyata memainkan peranan dalam pembentukan sifat keberagamaan.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberagamaan
3) Kebutuhan
Faktor lain yang dianggap sebagai sumber
keyakinan agama adalah kebutuhan-kebutuhan
yang tidak dapat dipenuhi secara sempurna,
sehingga
mengakibatkan
terasa
adanya
kebutuhan akan kepuasan agama.
Kebutuhan tersebut dikategorikan menjadi empat
bagian, yaitu kebutuhan terhadap keselamatan,
kebutuhan terhadap cinta, kebutuhan untuk
memperoleh harga diri, dan kebutuhan akan
adanya kehidupan dan kematian.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberagamaan
4) Proses Pemikiran
Manusia adalah makhluk berpikir, salah
satu akibat dari pemikiran manusia bahwa
ia membantu dirinya untuk menentukan
keyakinan-keyakinan
mana
yang
harus
Ciri-Ciri Sehat Mental Menurut
Psikologi Agama: Islam
Ciri-Ciri Sehat Mental Menurut
Psikologi Agama: Islam
O Ciri dan sikap kematangan kesadaran beragama (orang-orang mukmin yang beruntung) berdasarkan
ayat di atas, yaitu berikut ini.
1. Selalu memelihara shalat lima waktu dengan khusu’ dan ikhlas.
2. Selalu menjaga diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna.
3. Menunaikan zakat (membantu kepentingan sosial). 4. Selalu menjauhkan diri dari perbuatan keji dan kotor. 5. Selalu memegang amanat dan janji (tidak munafik)
Ciri-Ciri Sakit Mental Menurut
Psikologi Agama
O Menurut William James (dalam Jalaludin), secara garis besarnya ciri dan sikap atau perilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe orang
yang sakit jiwa dan tipe orang yang sehat jiwa.
O Ciri-ciri perilaku keagamaan orang yang mengalami kelainan kejiwaan itu umumnya cenderung menampilkan sikap berikut ini.
1. Pesimis (Gairah dan Semangat Hidup Rendah)
Dalam mengamalkan ajaran agama mereka seringkali berpasrah diri kepada nasib yang telah mereka terima secara berlebihan. Mereka menjadi tahan menderita dari segala penderitaan yang menyebabkan ketaatannya. Penderitaan dan kenikmatan yang mereka terima sepenuhnya dipercayai sebagai adzab dan rahmat Tuhan.
Ciri-Ciri Sakit Mental Menurut
Psikologi Agama
2. Introvert
Sikap pesimis membawa mereka untuk bersikap
subjektif. Segala bahaya dan penderitaan selalu
dihubungkan dengan kesalahan diri dan dosa yang
telah diperbuatnya. Dengan demikian mereka
berusaha menebusnya dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan melalui penyucian diri, cara
bermeditasi kadang-kadang merupakan cara
pilihan dalam memberikan kenikmatan yang dapat
dirasakan oleh jiwanya secara berlebihan dan
mengisolasi diri dari masyarakat.
Ciri-Ciri Sakit Mental Menurut
Psikologi Agama
3. Menyenangi paham yang ortodoks
Sebagai sifat yang pesimis dan introvert, maka kehidupan jiwanya menjadi pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang lebih konservatif dan ortodoks.
4. Mengalami proses keagamaan secara non-graduasi
Mereka memahami bahwa proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama umumnya tidak berlangsung melalui prosedur yang biasa, yaitu dari tidak tahu
menjadi tahu dan kemudian mengamalkannya dalam bentuk amalan rutin yang
wajar.
Tindak keagamaan yang mereka lakukandidapat dari proses pendekatan, mungkin karena rasa berdosa, ataupun perubahan keyakinan maupun petunjuk Tuhan.
Jadi timbulnya keyakinan beragama pada mereka ini berlangsung melalui proses mendadak/tiba-tiba, perubahan yang tiba-tiba tanpa proses dan tahapan ikhtiar sesuai ajaran agama yang dianut.
Ciri-Ciri Sehat Mental Menurut
Psikologi Agama
O Tipe atau ciri-ciri orang yang sehat jiwa (healthy
minded ness)
1. Optimis dan gembira
Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. Pahala menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan.
Sebaliknya segala bentuk musibah dan penderitan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang dilakukannya. Mereka yakin bahwa Tuhan bersifat pengasih dan penyayang, meskipun nanti pada hari pembalasan Tuhan akan memberikan adzab secara adil.
Ciri-Ciri Sehat Mental Menurut
Psikologi Agama
2. Ekstrovet dan tak mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini menyebabkan mereka mudah melupakan (menerima; memaafkan) kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai bentuk atas tindakannya.
Mereka selalu berpandangan ke depan dan keluar lalu membawa suasana hatinya lepas dari kungkungan ajaran keagamaan yang dianggapnya terlalu sukar.
Mereka senang kepada kemudahan (rukhsah) dalam melaksanakan ajaran agama, sebagai akibatnya mereka kurang senang mendalami ajaran agama yang menimbulkan perdebatan, permusuhan, atau bahkan meninggalkan perkara yang meragukannya.
Mereka menganggap dosa sebagai akibat dari perbuatan yang keliru, bukan azab dari Tuhan (kecuali durhaka kepada Rasul dan orang tua)
Ciri-Ciri Sehat Mental Menurut
Psikologi Agama
3. Menyenangi ajaran ketauhidan yang terbuka dan bijak Pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka pada umumnya mereka cenderung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku. 2) Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bijaksana
3) Menekankan ajaran cinta kasih dari pada kemurkaan dan dosa.
4) Rela berkorban untuk kepentingan agama. 6) Selalu berpandangan positif.
7) Berkembang secara graduasi; meyakini ajaran agama melalui proses yang wajar dan tidak melalui proses
Ciri-Ciri Sehat Mental
Menurut Psikologi Agama
4. Adanya differensi yang baik
Semua pengalaman, rasa dan kehidupan
beragama semakin lama semakin matang,
semakin kaya, semakin kompleks dan semakin
bersifat pribadi.
Pemikirannya semakin kritis dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang dihadapi dengan
berlandaskan ke-Tuhanan.
Penghayatan hubungan dengan Tuhan semakin
dirasakan bervariasi, seperti mereka mencari dan
merasakan kerinduan dengan Tuhan tatkala
melihat kebesaran-Nya.
Ciri-Ciri Sehat Mental
Menurut Psikologi Agama
5. Motivasi kehidupan beragama yang dinamis
Perkembangan motivasi keagamaan itu semakin banyak cabangnya. Tiap fase perkembangan merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan setiap fase terjadi pemahaman, pemaknaan dan motif baru.
Kesadaran beragama dengan motif-motif beragama yang otonom merupakan energi dan semangat hidup yang mampu mematangkan dan memperkaya kepribadiannya serta mampu menafsirkan dan mengolah berbagai permasalahan dalam hidupnya.
Apabila kesadaran beragama telah menjadi pusat sistem mental kepribadian yang mantap, maka ia akan mendorong, mempengaruhi mengarahkan, mengolah serta mewarnai semua sikap dan tingkah laku seseorang.
Ciri-Ciri Sehat Mental
Menurut Psikologi Agama
6. Pelaksanaan ajaran agama secara kosisten
dan produktif
Orang yang memiliki kesadaran beragam yang
tinggi akan menunjukkan pribadi yang
konsisten, stabil, mantap, penuh tangggung
jawab dalam melaksanakan ajaran agama
sesuai denga kemampuan dan meninggalkan
larangannya.
Ciri-Ciri Sehat Mental
Menurut Psikologi Agama
7. Pandangan hidup yang komprehensif
Pribadi yang matang dalam beragama
memiliki filsafat hidup yang utuh dan selalu
diwarnai pandangan hidup yang luas.
Keanekaragaman kehidupan harus diarahkan
pada
keteraturan,
meliputi
perasaan,
pemikiran,
motivasi,
norma,
nilai-nilai
kemasyarakatan, dan nilai-nilai kehidupan
rohaniyah.
Ciri-Ciri Sehat Mental
Menurut Psikologi Agama
8. Pandangan hidup yang integral
Individu-individu yang mempunyai kesadaran beragama yang terintegrasi (menyatu) diwarnai pandangan yang selalu terbuka, berusaha mencari, menafsirkan dan menemukan nilai-nilai baru ajaran agamanya agar dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini ditunjukkan dengan usaha mengolah permasalahan dengan menganalisis kembali penafsiran ajaran agama dan meneliti norma penemuan baru dengan kritis, sehingga menghasilkan pandangan baru yang dapat dijadikan sebagai pegangan, dan pegangan tersebut mempunyai landasan yang kuat, tersusun secara terpadu dan harmonis.
Ciri-Ciri Sehat Mental
Menurut Psikologi Agama
9. Semangat pencarian dan pengabdian kepada
Tuhan
Orang yang matang dalam kesadaran beragama
ditandai adanya semangat mencari kebenaran,
keimanan, rasa ke-Tuhanan dan cara-cara terbaik
untuk berhubungan dengan manusia dan alam
sekitar.
Selalu mencari pengalaman keagamaan yang
belum diketahuinya dan pelaksanaan ajaran
agama demi meningkatkan rasa keimanan dan
pengabdian diri kepada Tuhan.
Daftar Pustaka
Daradjat, Zakiah. 1995. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung
Daradjat, Zakiah.1989. Psikologi Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Daradjat, Zakiah. 1999. Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan Logos Wacana Ilmu
Jalaluddin. 2001. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Hidayat, Bahril. 2009. Psikologi Islam. Buku Daras. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim
Hidayat, Bahril. 2014. Psikologi Islam. Buku Daras. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim
Lubis, Bahril, Hidayat. 2002. Dialektika Psikologi dan Pandangan Islam. Pekanbaru: Unri Press
Sitorus, M. 2011. Psikologi Agama. Medan: Perdana Publishing
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada